Jurnal Kesehatan
Jurnal Kesehatan
Jurnal Kesehatan
Abstract
Food is one of the basic necessities of humans. It is important to pay attention to the quality, safety, hygiene
and sanitation of food. Healthy food should contain nutrients, vitamins, and the other essential substances for
our body need. The food should be safe for consumption, and free from contamination. Food contamination
generally occurs due to coliform bacteria contamination that can cause foodborne disease. This study aimed to
analyze the total coliform bacteria and identify Escherichia coli bacteria in food and beverage samples in the
canteen X. The design of this study was descriptive research. Samples were obtained from four sellers in
canteen X. From each seller, one sample of mixed rice and one sample of iced tea were obtained. Samples were
analyzed using the MPN (Most Probable Number) method to determine the total coliform bacteria and EMB
(Eosin Methylene Blue Agar) media to identify E. coli. The results showed that all food and beverage samples
were tested positive for coliform and E. coli with MPN values exceeding the threshold value. The lowest
contamination in the food sample was found in the MA1 and MA2 (460 MPN/gram) and the highest
contamination was found in the MA3 and MA4 (>1100 MPN/gram), while the lowest contamination in the
beverage sample was found in the MI4 (1100 colonies/100 mL), and the highest contamination was found in
the MI1, MI2, and MI3 (>2400 colonies/100 mL).
Keyword: Coliform, Foodborne disease, Hygiene, Sanitation, MPN.
Abstrak
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
memperhatikan kualitas, keamanan, serta higiene dan sanitasi makanan. Makanan dikatakan sehat apabila
mengandung gizi, vitamin, zat penting untuk tubuh, aman dikonsumsi, dan bebas kontaminasi. Kontaminasi
makanan umumnya terjadi akibat adanya cemaran bakteri coliform yang dapat menyebabkan foodborne
diseanse. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya cemaran bakteri coliform berdasarkan uji MPN
(Most Probable Number) dan identifikasi bakteri Escherichia coli pada sampel makanan dan minuman di
kantin X. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel diperoleh dari empat penjual di kantin X. Dari masing-masing
penjual diambil satu sampel nasi campur dan satu sampel es teh. Sampel dianalisis menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) untuk mengetahui total bakteri coliform dan media EMB (Eosin Methylene Blue Agar)
untuk mengidentifikasi E. coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel makanan dan minuman
dinyatakan positif tercemar bakteri coliform dan E. coli dengan nilai MPN melebihi nilai ambang batas. Cemaran
terendah pada sampel makanan yaitu MA1 dan MA2 sebesar 460 MPN/gram dan tertinggi yaitu MA3 dan MA4
sebesar >1100 MPN/gram, sedangkan cemaran terendah pada sampel minuman yaitu MI4 sebesar 1100
koloni/100 mL, dan tertinggi yaitu MI1, MI2, dan MI3 sebesar >2400 koloni/100 mL.
Kata Kunci: Coliform, Foodborne disease, Higienis, Sanitasi, MPN.
mengandung gizi, serat, vitamin, dan zat yang Bakteri coliform merupakan golongan
dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan bakteri yang banyak terkandung dalam feses
dan perkembangan, higienis serta aman untuk (kotoran) manusia dan hewan. Total bakteri
dikonsumsi (Trisnasari, 2008; Almatsier, 2009; coliform dan E. coli yang tinggi dalam suatu
Andrianto, 2014). sampel makanan mengindikasikan buruknya
Higiene dan sanitasi merupakan kunci sanitasi proses pengolahan (Turner et al.,
keberhasilan dalam pengolahan makanan dan 2000; deSousa et al., 2002). Beberapa
minuman yang aman serta sehat. Higiene penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat
menitiberatkan kepada usaha penjual dalam cemaran bakteri coliform dan E. coli yang
menjaga kebersihan anggota tubuh mulai dari ditemukan pada sampel makanan yang dijual
tangan, rambut, pakaian, dan kesehatan diri di kantin (Lasinrang dan Muthiadin, 2015;
(Suherman dkk., 2013). Sedangkan sanitasi Riana dan Sumarmi, 2018; Rohmah, 2018).
menitikberatkan pada usaha mengendalikan Kantin merupakan tempat usaha yang
kondisi lingkungan mulai dari pengolahan memiliki peran penting karena makanan dan
bahan baku hingga menjadi makanan jadi minuman yang disediakan dapat berpengaruh
seperti kebersihan peralatan dan tempat secara signifikan terhadap kesehatan
penjualan (Hariyadi dan Ratih, 2009). Kondisi konsumen. Higiene dan sanitasi kantin penting
higiene dan sanitasi dapat mempengaruhi dalam menghasilkan makanan dan minuman
kualitas makanan dari segi fisik, kimia, maupun yang aman dari zat berbahaya dan baik bagi
biologi sehingga harus diperhatikan agar kesehatan. Perbedaan kualitas Higiene dan
masyarakat terhindar dari penyakit atau sanitasi kantin dapat mempengaruhi
gangguan kesehatan (Kusmayadi dkk., 2007). perbedaan kualitas makanan dan minuman
Gangguan kesehatan yang terjadi akibat yang dijual. Oleh karena itu, pada penelitian ini
mengkonsumsi makanan yang kurang higienis dilakukan pengujian terhadap sampel
disebut dengan foodborne diseanse. Salah satu makanan dan minuman di beberapa penjual
foodborne diseanse yang paling sering terjadi pada Kantin X untuk menganalisis total bakteri
ialah keracunan makanan. Di Indonesia, kasus coliform dan identifikasi Escherichia coli
keracunan makanan menjadi permasalahan di berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
berbagai daerah. Laporan kesehatan tahun 2897: 2008 dan (SNI) 7388: 2009.
2017, menunjukkan terdapat kasus keracunan
pangan sebanyak 2041 orang sakit dan 3 2. METODE PENELITIAN
meninggal dunia, diantaranya 13,71% a. Pengambilan Sampel
disebabkan karena cemaran mikroba pada Sampel makanan diperoleh dari kantin X.
makanan (BPOM, 2017). Selain itu, keracunan Sampel yang digunakan yaitu nasi campur,
makanan juga terjadi pada tahun 2019 dengan sedangkan sampel minuman yang digunakan
total 474 kasus, diantaranya terbanyak berasal yaitu es teh. Pengambilan sampel dilakukan
dari makanan olahan rumah tangga dan olahan sebanyak 4 sampel nasi campur dan 4 sampel
jasaboga dengan total berturut-turut sebesar es teh yang berasal dari 4 pedagang. Sampel
265 dan 97 kasus (BPOM, 2019). nasi campur pada masing-masing pedagang
Food safety atau keamanan makanan ditunjukkan pada Tabel 1. Sampel yang telah
merupakan upaya untuk mencegah makanan diperoleh selanjutnya dianalisis di
dan minuman dari berbagai kemungkinan Laboratorium Terintegrasi UIN Sunan Ampel
cemaran kimia, biologi, maupun benda lain. Surabaya.
Pasal 9 PP No. 28 Tahun 2004 menjelaskan
bahwa dalam memproduksi makanan harus Tabel 1. Sampel Makanan.
memperhatikan aspek-aspek keamanan Kode
No. Karakteristik
Sampel
pangan melalui berbagai cara pencegahan
Nasi pecel, sayur kecambah kacang
tercemarnya makanan oleh cemaran biologis 1. MA1
panjang, tempe, dan ikan tongkol
(Supraptini, 2002). Pengujian kualitas Nasi, sambal, mie, ayam goreng, dan
2. MA2
mikrobiologis ialah salah satu kunci untuk tempe
menunjukkan integritas produk makanan dan Nasi pecel, sayur kecambah kacang
3. MA3 panjag gubis, krengseng daging, tahu,
kebersihan pemrosesan makanan. Bakteri
dan tempe
coliform dan Escherichia coli merupakan salah Nasi, mie, tumis tempe kacang panjang,
satu indikator penilaian dalam pelaksanaan 4. MA4
tahu, dadar jagung, dan ayam kecap
sanitasi makanan (WHO, 2005).
mengoksidasi asam amino dan apabila tidak foil menjadikan gas CO2 terdorong dan
terdapat oksigen maka proses metabolisme membentuk gelembung tabung durham (Putri dan
bersifat fermentatif dan energi diperolah Kurnia, 2018).
dengan memecah gula menjadi asam organik. Hasil pencocokan jumlah tabung postif dengan
Bakteri coliform mampu menghasilkan butana tabel MPN menunjukkan bahwa sampel makanan
diol, asam asetat, asam sukinat, asam format, memiliki nilai MPN yang tinggi yaitu sampel MA1
etil alkohol, gas CO2 dan H2 sehingga media dan MA2 sebesar 460 MPN/gram, sedangkan
menjadi berwarna lebih kuning dari sebelum sampel MA3 dan MA4 sebesar >1100 MPN/gram
diinokulasi dan terbentuk gas pada tabung (Tabel 2). Nilai MPN (Most Probable Number)
durham (Atlas, 1997; Widodo et al., 2015). menandakan bahwa semakin tinggi nilai yang
dihasilkan maka semakin tinggi/banyak pula
cemaran mikroba dalam suatu sampel dan
sebaliknya semakin rendah nilai MPN maka
cemaran mikroba dalam sampel juga semakin
sedikit. Data yang didapatkan menunjukkan
bahwa 4 sampel nasi campur tidak memenuhi
syarat atau kurang layak konsumsi karena
melebihi standar Most Probable Number (MPN)
cemaran bakteri coliform pada sampel makanan
yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia
a b (SNI) 2897: 2008 yaitu sebesar <3.6 MPN/gram.
Gambar 1. (a) Uji Praduga; (b) Uji Penegasan.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). Tabel 2. Nilai MPN Sampel Makanan (Nasi Campur).
Jumlah SNI 2897:
Pengujian pada sampel positif dilanjutkan pada Tabung 2008
tahap penegasan. Hasil pengamatan pada sampel Kode Nilai
Positif (MPN/gram)
Sampel MPN/gram
makanan (nasi campur) dan minuman (es teh) 10- 10- 10-
menunjukkan bahwa hampir semua tabung uji 1 2 3
yang telah ditetapkan yaitu sebesar < 2/100 teh dinyatakan positif terkontaminasi oleh
mL. Sedangkan total bakteri coliform terendah bakteri E. coli. Adanya kontaminasi bakteri E.
yaitu sampel MI4 sebesar 1100 koloni/100 mL coli terlihat dari adanya pertumbuhan isolat
dan tertinggi yaitu tiga sampel es teh lainnya bakteri yang berwarna hijau metalik (Gambar
meliputi MI1, MI2, dan MI3 sebesar lebih dari 2). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Holt et
2400 koloni/100 mL (Tabel 3). al. (2000), bahwa isolat bakteri E. coli yang
tumbuh pada media EMBA akan terlihat
Tabel 3. Nilai MPN Sampel Minuman (es teh) berwarna hijau metalik. Matuwo (2012), juga
Jumlah SNI 7388: menambahkan bahwa kemampuan E. coli
Nilai
Kode Tabung Positif 2009
Sampel 10 1 0,1
MPN/100
(MPN/100 dalam memfermentasi laktosa serta adanya
ml kandungan methylene blue pada media EMBA
ml ml ml ml)
MI1 3 3 3 >2400 <2 menjadikan bakteri E. coli dapat memunculkan
MI2 3 3 3 >2400 <2 warna hijau metalik. Perbedaan banyaknya
MI3 3 3 3 >2400 <2 warna hijau metalik pada sampel makanan dan
MI4 3 3 2 1100 <2
minuman mengindikasikan banyaknya jumlah
bakteri E. coli yang terkandung dalam suatu
sampel. Sampel makanan terlihat bahwa isolat
yang berwarna hinau metalik lebih banyak atau
Pengujian sampel makanan dan minuman
lebih lebar dibandingkan sampel minuman
pada tahap pelengkap guna untuk mengetahui
sehingga dimungkinkan kontaminasi E. coli
adanya kontaminasi bakteri E. coli.
pada sampel makanan lebih banyak daripada
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
sampel es teh.
sampel nasi campur dan sampel minuman es
Gambar 2. Isolat Bakteri pada Media EMBA: (a) MA1; (b) MA2; (c) MA3; (d) MA4; (e) MI1; (f) MI2; (g) MI3; (h) MI4.
coli dalam sampel makanan telah mati ketika
b. Higiene dan Sanitasi Kantin proses pemasakan, namun pada penelitian ini
Kontaminasi makanan dan minuman oleh justru semua sampel makanan mengandung
bakteri coliform merupakan salah satu bakteri E. coli. Kontaminasi bakteri coliform
indikator higiene dan sanitasi yang kurang baik. dan E. coli pada sampel makanan
dimungkinkan karena kebersihan kantin yang
E. coli merupakan salah satu jenis bakteri kurang baik, peralatan yang kurang bersih,
coliform yang dapat tumbuh pada suhu 10-40oC serta dapat pula terjadi akibat tangan
dan tumbuh optimal pada suhu 37oC. Bakteri E. penjamah yang kurang bersih. Sedangkan
coli memiliki sifat yang relatif sensitif terhadap kontaminasi pada es teh dapat terjadi melalui
panas dan dapat diinaktifkan pada suhu es batu, sumber air, gula, bahan teh, maupun
pasteurisasi selama pemasakan makanan, peralatan yang digunakan.
umunya bakteri ini akan mati pada suhu 60oC Berdasarkan observasi diketahui bahwa
selama 30 menit (Todar, 2008). Berdasarkan sebagian besar pedagang di kantin X
pada pernyataan tersebut seharusnya bakteri E. menggunakan es batu balok yang mana es batu
balok terbuat dari air mentah sehingga dilakukan oleh Ziku dkk. (2018), juga
kemungkinan mengandung bakteri coliform. menunjukkan bahwa seluruh sampel makanan
Penelitian Yanti (2014), menunjukkan bahwa nasi campur yang diuji tidak memenuhi syarat
kandungan bakteri E. coli pada es balok lebih Most Probable Number (MPN) coliform dengan
besar dibandingkan es batu kristal maupun es nilai total tertinggi yaitu >1100 MPN/gram dan
batu rumah tangga yaitu sebesar 96/100mL, terendah yaitu 20 MPN/gram. Hasil penelitian
sedangkan es batu kristal dan es batu balok Lasinrang dan Muthiadin (2015), juga
sebesar 15/100mL. Kondisi beku atau dingin diketahui bahwa terdapat kandungan bakteri
pada es batu tidak menjadikan bakteri mati coliform dan E. coli pada makanan jajanan yang
melainkan hanya dalam kondisi dormansi dijual di Kampus II UIN Alauddin Makassar
sehingga apabila es batu mencair maka dapat telah melebihi ambang batas baku mutu Badan
mengkontaminasi es the tersebut (Food and Standarisasi Nasional dan SNI-7388-2009
Enviromental Hygiene Department, 2005). yaitu batas maksimun nilai MPN Coliform = 10
Selain itu peralatan seperti pemotong es batu Coliform/gram dan Escherichia coli = < 3
yang digunakan juga diletakkan ditempat E.coli/gram. Selain itu, penelitian serupa juga
sembarangan dan tidak dilapisi oleh plastik. dilakukan Riana dan Sumarmi (2018), dimana
Muhammad (2015), menyatakan bahwa pengujian sampel makanan pada kantin di
faktor kontaminasi bakteri pada makanan dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
minuman dapat dipengaruhi oleh kebersihan menunjukkan adanya kontaminasi bakteri E.
kantin atau kualitas sanitasi kantin. Hasil coli pada 25 sampel (71.43%) dari total 35
observasi menunjukkan bahwa kebersihan sampel yang diuji.
kantin X kurang baik dan lembab serta dekat Kontaminasi bakteri coliform dan E. coli
tempat pengumpulan botol-botol bekas pada sampel minuman es teh juga terjadi pada
sehingga memungkinan menjadi tempat beberapa penelitian. Ningrum dan Sulistyorini
bakteri. Depkes RI (2003), menyatakan bahwa (2019), menunjukkan bahwa sebanyak 8
lokasi penjualan makanan maupun minuman sampel dari 34 sampel es teh (24%) yang dijual
harus memenuhi syarat kesehatan meliputi di warung kelurahan Mulyorejo, Surabaya
lokasi jauh min. 500 meter dari sumber diketahui positif mengandung bakteri E. coli.
pencemar, terhindar dari serangga, lokasi Penelitian oleh Ritonga dkk. (2013), juga
dilengkapi dengan tempat pembuangan dilakukan pengujian pada 10 sampel es teh dari
sampah tertutup, dilengkapi sanitasi air yang 10 pedagang di Pajak Karona Jamin Ginting
bersih, serta saluran pembuangan limbah yang Kecamatan Medan Baru dan diketahui bahwa
teratur. seluruh sampel mengandung bakteri E.coli.
Kebersihan penjual juga menjadi salah satu penelitian yang sejalan juga dilakukan oleh
penyebab kontaminasi pada makanan dan Hendrayana (2012), dimana diketahui bahwa
minuman. Sebagaimana yang dinyatakan oleh minuman es teh dari pedagang minuman di
Ramadani et al. (2017), bahwa penjamah sekitar sekolah di Kota Denpasar sebanyak 8
makanan dapat menjadi salah satu sumber dari 10 sampel (80%) mengandung bakteri E.
adanya kontaminasi bakteri dan menyebabkan coli serotype O157. Selain itu, penelitian yang
terjadinya penyakit akibat keracunan makanan. dilakukan oleh Nisa dkk. (2017), diketahui
Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 bahwa teh seduhan merk A dan B mengandung
menyebutkan bahwa penjamah makanan dan bakteri coliform dengan nilai melebihi standar
minuman harus memenuhi beberapa syarat yang ditentukan yaitu secara berturut-turut
yaitu tidak mengidap penyakit menular, sebesar >2139,2 sel/mL dan 1994,8 sel/mL.
menutup luka terbuka, menjaga kebersihan Tingginya kontaminasi oleh bakteri coliform
tangan, kuku, rambut, pakaian, menggunakan dan E. coli dipengaruhi oleh beberapa faktor
celemek dan pentup kepala, mencuci tangan yaitu dapat disebabkan oleh sanitasi yang
setiap hendak menangani makanan dan masih sangat rendah, lingkungan yang buruk,
minuman, tidak merokok dihadapan makanan, personal higiene yang kurang baik,
serta tidak kontak langsung dengan makanan pengelolahan makanan yang kurang tepat,
yang telah siap dihidangkan melainkan adanya kontak langsung antara pedagang
menggunakan alat seperti sendok maupun alas dengan makanan, serta adanya vector
tangan. pembawa mikroorganisme (Yunita dan
Kontaminasi bakteri coliform dan E. coli Dwipayanti, 2010).
pada sampel makanan juga terjadi pada
beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang