Obes 1
Obes 1
Obes 1
2 – Juli 2023
DOI: https://doi.org/10.55181/ijms.v10i2.443
Abstract: Obesity in adolescents that increase every year is a health problem that must be faced by all
countries in the world, including Indonesia. Obesity can cause health problems in the future because
obesity in adolescents will predict obesity as adults. Obesity is one of the main risk factors for chronic
disease which can increase mortality. Addressing this problem at a critical population level will prevent
the potential long-term impacts of adolescent obesity. The purpose of this literature review was to
determine the risk factors for obesity adolescents in Indonesia. This research was a literature review
research with data sources from international scientific journals published in PubMed with the theme of
risk factors for obesity adolescents in Indonesia. The keywords used were "adolescent" and "overweight
or obesity" and "Indonesia". Based on the search for these keywords, 194 articles were found and only
6 articles met the predetermined criteria. Two additional articles were included in the review from
searches originating from the Indonesian database, so that the articles included in this review were 8
articles. The conclusion obtained from the results of the study is that the risk factors for obesity
adolescents in Indonesia include adolescent characteristics, family characteristics, eating patterns, food
intake, and physical activity.
Keywords: obesity, adolescents, risk factors
Abstrak: Obesitas pada remaja yang terus meningkat setiap tahun menjadi masalah kesehatan yang
harus dihadapi seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Obesitas dapat menimbulkan masalah
kesehatan di masa mendatang karena obesitas pada remaja akan memprediksi obesitas saat dewasa.
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit kronis yang dapat meningkatkan angka
mortalitas. Mengatasi masalah ini pada tingkat populasi kritis akan mencegah potensi dampak jangka
panjang dari obesitas remaja. Tujuan kajian literatur ini ialah untuk mengetahui faktor risiko obesitas
pada remaja di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitan literature review dengan sumber data
jurnal ilmiah internasional yang terpublikasi di PubMed dengan tema faktor risiko obesitas pada remaja
di Indonesia. Kata kunci yang digunakan ialah "adolescent" and "overweight or obesity" and "Indonesia".
Berdasarkan pencarian kata kunci tersebut didapatkan 194 artikel dan hanya 6 artikel memenuhi kriteria
yang telah ditentukan. Dua artikel tambahan dimasukkan dalam ulasan dari pencarian yang berasal dari
database Indonesia, sehingga artikel yang dimasukkan dalam ulasan ini adalah 8 artikel. Kesimpulan
yang diperoleh dari hasil pengkajian ialah faktor risiko obesitas pada remaja di Indonesia meliputi
karakteristik remaja, karakteristik keluarga, pola makan, asupan makanan, dan aktivitas fisik.
Kata Kunci: obesitas, remaja, faktor risiko
laju indeks massa tubuh (IMT) hampir dua kali dibandingkan di negara berkembang (Jebeile et
lipat dibandingkan dengan periode pra-pandemi al., 2022; Saha et al., 2022).
pada orang berusia 2–19 tahun (Russo, Rinaldo Penyebab langsung obesitas adalah
dan Zaccagni, 2022). Proyeksi terbaru dari akumulasi kelebihan lemak dalam tubuh karena
World Obesity Federation (WOF) peningkatan asupan energi sehubungan dengan
memperkirakan bahwa pada tahun 2030, sekitar kebutuhan energi. Namun, ketidakseimbangan
satu miliar orang akan hidup dengan obesitas di antara nilai energi dari makanan dan
seluruh dunia, termasuk satu dari lima wanita pengeluaran energi terkait dengan biologis,
dan satu dari tujuh pria. Di Asia Selatan dan faktor sosial, budaya, politik, lokal, dan ekonomi
Tenggara, prevalensi obesitas diprediksi global (Lin dan Li, 2021; Dyck et al., 2022).
bertambah dua kali lipat antara tahun 2010 dan Kerangka biopsikososial untuk memahami
2030 (Tham et al., 2023). obesitas menunjukkan bahwa faktor biologis,
Indonesia ialah negara berkembang psikososial, dan perilaku sangat berkontribusi
dengan jumlah penduduk sebesar 260 juta jiwa terhadap status berat badan anak. Ini termasuk
dan telah menghadapi beban ganda gizi buruk, karakteristik remaja, seperti jenis kelamin, usia,
baik gizi kurang maupun gizi lebih (Prastowo dan berat lahir, asupan makanan, perilaku aktivitas
Haryono, 2020). Prevalensi berdasarkan data fisik, gaya pengasuhan dan karakteristik
survei menunjukkan bahwa proporsi individu keluarga, gaya hidup, keluarga, rekreasi dan
yang mengalami obesitas di Indonesia juga lingkungan (Pengpid dan Peltzer, 2019b; Mado
meningkat dua kali lipat sejak pertengahan et al., 2021). Faktor-faktor tersebut berinteraksi
1990-an, baik di kalangan pria maupun wanita untuk mempengaruhi pola makan, jenis
(Dev et al., 2022). Data Survei Kesehatan Dasar makanan yang dikonsumsi, dan aktivitas fisik
Nasional (Riskesdas) yang dikumpulkan pada individu. Meskipun faktor-faktor ini memang
tahun 2013 dan 2018, menunjukkan prevalensi merupakan pilihan individu, namun sebagian
kegemukan dan obesitas meningkat. Prevalensi besar merupakan pilihan keluarga di antara
keseluruhan kelebihan berat badan dan obesitas anak-anak. Hubungan keluarga dan orang tua
pada anak dan remaja di Indonesia adalah dapat memengaruhi kecenderungan individu
sekitar 11,5% (Sparrow et al., 2021). Survei untuk menjadi orang dengan kelebihan berat
Riskesdas melaporkan bahwa remaja usia 13– badan atau obesitas melalui beberapa
15 tahun tergolong obesitas meningkat dari 10% mekanisme, termasuk faktor genetik, budaya,
pada tahun 2013 menjadi 16% pada tahun 2018. psikologis, perilaku, dan sosial atau, lebih
Pola serupa terjadi pada kelompok usia yang kemungkinan dari kombinasi di atas (Paz et al.,
lebih tua. Di antara individu berusia 16–18 tahun, 2022).
survei nasional melaporkan spektrum malnutrisi, Prevalensi obesitas yang tinggi pada
kelebihan berat badan atau obesitas meningkat remaja sangat mengkhawatirkan, karena
dari 7-3% pada tahun 2013 menjadi 13·5 pada obesitas telah terbukti berdampak negatif
tahun 2018 (Rachmi et al., 2020). terhadap kesehatan fisik anak-anak dan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikososial. Semakin gemuk seorang
prevalensi obesitas meningkat selama anak, semakin besar risiko kesehatannya
pertengahan masa remaja, yang berlanjut (Eynde et al., 2020). Karena obesitas sebagian
hingga masa dewasa awal. Remaja ialah besar dapat dicegah, memahami faktor penentu
seseorang yang berusia 10-19 tahun. Obesitas dan faktor risiko obesitas penting untuk
di kalangan remaja telah meningkat dan menjadi pengembangan strategi berbasis populasi untuk
perhatian kesehatan masyarakat global mencegah obesitas (Wong et al., 2022). Di
(Jannah, Pamungkasari dan Prasetya, 2021). Ini Indonesia, remaja mendapat lebih banyak
adalah masalah kesehatan masyarakat di masa perhatian dari pada kelompok usia tertentu.
mendatang yang akan membutuhkan tindakan Namun demikian, hanya ada sedikit
lebih lanjut karena obesitas remaja sangat implementasi program yang menargetkan
memprediksi obesitas dewasa dan morbiditas remaja. Sebagian besar program berfokus pada
terkait. Mengatasi masalah ini pada tingkat remaja putri, khususnya pada suplementasi Fe
populasi kritis akan mencegah potensi dampak dan asam folat.
jangka panjang dari obesitas remaja (Jahan et Kajian literatur ini bertujuan untuk
al., 2020; Biswas et al., 2022). Pada negara- mengidentifikasi faktor risiko terjadinya obesitas
negara berkembang dengan ekonomi pada remaja di Indonesia. Novelty pada
berkembang, tren peningkatan obesitas di penelitian ini ialah sintesis faktor risiko terjadinya
kalangan remaja menimbulkan tantangan yang obesitas remaja di Indonesia dilakukan
signifikan terhadap sistem kesehatan. berdasarkan hasil penelitian dari berbagai
Prevalensi obesitas remaja juga meningkat di wilayah di Indonesia yang telah terpublikasi
negara maju Terjadinya kelebihan berat badan secara internasional sehingga dapat dijadikan
dan obesitas lebih tinggi di negara maju sebagai sumber informasi dalam pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan dan program untuk systematic review). Kriteria eksklusi yang
pemerintahan pada semua tingkatan di ditentukan ialah artikel penelitian yang tidak
Indonesia khususnya mengenai masalah berlokasi di Indonesia dan penelitian yang tidak
obesitas pada remaja. menggunakan remaja (usia 10-19 tahun sesuai
kriteria WHO) sebagai subjek penelitian atau
METODE PENELITIAN tidak menjelaskan usia sampel yang digunakan.
Penelitian ini merupakan penelitan kajian Analisis data yang digunakan ialah analisis
literatur (literature research, literature review) anotasi bibliografi (annotated bibliography)
atau studi pustaka dimana peneliti mengkaji dimana peneliti mengambil kesimpulan dari hasil
berbagai teori dan konsep berdasar atas literatur penelitian yang telah ada dan disesuaikan
yang ada, seperti artikel ilmiah yang terpublikasi dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan
dalam bentuk jurnal ilmiah yang berisi teori dan
hasil penelitian yang relevan dengan tema HASIL PENELITIAN
penelitian yang dikaji. Sumber data pada Database jurnal yang digunakan untuk
penelitian ini adalah jurnal ilmiah internasional pencarian artikel ialah PubMed dengan
yang terpublikasi di PubMed dengan tema faktor menggunakan kata kunci "adolescent" and
risiko obesitas pada remaja di Indonesia. "overweight or obesity" and "Indonesia".
Jurnal yang digunakan meliputi artikel Berdasarkan pencarian kata kunci tersebut
yang dipublikasikan pada 5 tahun terkhir (2018- didapatkan 194 artikel dimana terdapat 6 artikel
2023), artikel dapat diakses secara full text dan telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Dua
berbahasa Inggris. Kriteria inklusi artikel yang artikel tambahan dimasukkan dalam ulasan dari
digunakan ialah artikel yang memiliki topik atau pencarian yang berasal dari database
tema tentang obesitas pada remaja dan bukan Indonesia, sehingga jumlah artikel yang
merupakan artikel review (literature riview, dimasukkan dalam ulasan ini adalah 8 artikel.
Hasil pencarian database Pubmed Artikel hasil pencarian dari database Indonesia
(n=194) (n=2)
Hasil pencarian jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi didapatkan 8 artikel
yang selanjutnya akan dianalisis sebagai berikut.
Penelitian pertama oleh Yusuf et al. juga perlu meningkatkan aktivitas fisik seperti:
(2018) dengan judul Type of Personality, Food olahraga atau melakukan aktivitas fisik.
Consumption and Physical Activity Levels as Penelitian kedua oleh Nurwanti et al.
Determinants of Overweight and Obesity among (2019) dengan judul Rural Urban Differences in
Urban Adolescents Temuan. Penelitian yang Dietary Behavior and Obesity: Results of the
bertemakan obesitas pada remaja ini Riskesdas Study in 10–18 Year Old Indonesian
mengangkat topik mengenai faktor risiko Children and Adolescents. Penelitian yang
obesitas pada remaja meliputi karakteristik bertemakan obesitas pada remaja ini
remaja, asupan makanan, dan aktivitas fisik. mengangkat topik mengenai faktor risiko
Penelitian ini dilaksanakan di 8 SMA yang obesitas pada remaja meliputi karakteristik
tesebar di wialayah Banjarbaru, Kalimatan remaja, aktivitas fisik, dan asupan makanan.
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini menggunakan data hasil survei
tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe nasional pada 33 povinsi di Indonesia
kepribadian dengan kelebihan berat badan dan (Riskesdas, 2013). Hasil penelitian
obesitas, sedangkan konsumsi makanan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan faktor
berlemak dan tingkat aktivitas fisik memiliki risiko kelebihan berat badan dan obesitas di
hubungan yang signifikan dengan kelebihan daerah pedesaan dan perkotaan. Mereka yang
berat badan dan obesitas di kalangan remaja. tinggal di daerah perkotaan memiliki persentase
Remaja harus sadar memperhatikan berat kelebihan berat badan dan obesitas yang lebih
badan dan mengontrol dengan menggunakan tinggi. Aktivitas menetap memiliki hubungan
timbangan berat badan, serta tidak sering yang signifikan dengan kelebihan berat badan
mengkonsumsi makanan berlemak. Remaja dan obesitas tidak hanya di pedesaan, tetapi
juga di perkotaan. Namun, perilaku diet memiliki pada remaja. Aktivitas fisik dipengaruhi secara
hubungan yang berbeda dengan risiko negatif oleh obesitas OR = 0,93. Siswa yang
kelebihan berat badan dan obesitas di pedesaan mengalami obesitas cenderung melakukan
dan perkotaan. aktivitas fisik ringan. Anak yang kurang aktif
Penelitian ketiga oleh Pengpid dan dalam aktivitas fisik akan mengalami kelebihan
Peltzer (2019a) dengan judul Behavioral Risk berat badan. Anak yang kelebihan berat badan
Factors of Non-Communicable Diseases Among tidak menggunakan waktu istirahat untuk
A Nationally Representative Sample of School- aktivitas fisik.
Going Adolescents in Indonesia. Penelitian yang Penelitian keenam oleh Kunto dan Bras
bertemakan obesitas pada remaja ini (2021) dengan judul Sibling Inequalities in
mengangkat topik mengenai faktor risiko Overweight and the Role of Mother’s Education:
obesitas pada remaja meliputi asupan makanan, Evidence From the Indonesian Family Life
aktivitas fisik, dan gaya hidup (konsumsi rokok Survey. Penelitian yang bertemakan obesitas
dan alkohol). Penelitian ini menggunakan data pada remaja ini mengangkat topik mengenai
hasil Survei Kesehatan Siswa Berbasis Sekolah faktor risiko obesitas pada remaja yaitu
Global Indonesia (Indonesia Global School- karakteristik keluarga. Data penelitian ini berasal
Based Student Health Survey/GSHS) pada dari hasil Survei Kehidupan Keluarga Indonesia
tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan gelombang ke-5 tahun 2014/2015 yang terdiri
bahwa remaja yang memiliki tekanan psikologis dari 6723 anak yang lahir dari 4784 keluarga.
meningkatkan kemungkinan memiliki beberapa Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak
faktor risiko terhadap penyakit tidak menular sulung dan bungsu, serta anak-anak dari
seperti obesitas. Beberapa faktor risiko meliputi keluarga kecil, lebih cenderung kelebihan berat
penggunaan alkohol dan tembakau, perilaku badan di Indonesia. Berbeda dengan bukti dari
menetap, dan konsumsi minuman ringan setiap negara maju bahwa pendidikan ibu mengurangi
hari dapat meningkatkan risiko obesitas pada kemungkinan kelebihan berat badan, anak dari
remaja. ibu Indonesia yang berpendidikan mengalami
Penelitian keempat oleh Agustina et al. hal sebaliknya. Mereka lebih sering kelebihan
(2020) dengan judul Associations of Meal berat badan. Efek ini lebih besar untuk anak laki-
Patterning, Dietary Quality and Diversity with laki dan anak sulung. Konsumsi berlebihan
Anemia and Overweight-Obesity Among makanan berkalori tinggi oleh anak laki-laki dari
Indonesian Schoolgoing Adolescent Girls in ibu berpendidikan, dan penjelasan tentatif
West Java. Penelitian yang bertemakan tentang kepatuhan terhadap gaya hidup yang
obesitas pada remaja ini mengangkat topik kurang aktif secara fisik di antara anak tertua
mengenai faktor risiko obesitas pada remaja dari ibu berpendidikan, dapat menjelaskan
meliputi pola makan dan asupan makanan. fenomena ini.
Penelitian ini menggunakan 335 remaja putri Penelitian ketujuh oleh Agung et al.
sekolah usia 12–19 tahun dari tiga kabupaten di (2022) dengan judul The Barriers of Home
Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan Environments for Obesity Prevention in
bahwa meskipun tidak ada hubungan yang Indonesian Adolescents. Penelitian yang
ditemukan antara kualitas makanan dan bertemakan obesitas pada remaja ini
kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan mengangkat topik mengenai faktor risiko
berat badan-obesitas diduga dipengaruhi oleh obesitas pada remaja yaitu karakteristik
pola makan karena tren makan lebih sering keluarga. Penelitian kualitatif ini menggunakan
dapat menyebabkan makan lebih banyak sampel remaja berusia 10-18 tahun yang
makanan berkualitas rendah dan kurang berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
beragam. Pemilihan pola makan yang cukup Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan tidak berlebihan serta peningkatan kualitas kurangnya pengetahuan, sikap dan kemampuan
dan keragaman pola makan pada remaja putri orang tua remaja Indonesia dengan obesitas
penting untuk mendukung pencegahan anemia untuk menerapkan gaya hidup sehat
dan obesitas pada kelompok usia pertumbuhan. mempengaruhi keputusan keluarga. Gaya hidup
Penelitian kelima oleh Suza, Miristia dan sehat pada masa remaja dapat didukung oleh
Hariati (2020) dengan judul Physical Activities strategi untuk meningkatkan keterampilan
and Incidence of Obesity Among Adolescent in pengasuhan, membangun motivasi individu, dan
Medan, Indonesia. Penelitian yang bertemakan mendukung pengembangan lingkungan yang
obesitas pada remaja ini mengangkat topik lebih memungkinkan.
mengenai faktor risiko obesitas pada remaja Penelitian kedelapan oleh Sarintohe et al.
yaitu aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan (2022) dengan judul The Prevalence of
114 remaja kelas 2 dan 3 SMP di Sumatera Overweight Status among Early Adolescents
Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada from Private Schools in Indonesia: Sex-Specific
hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas Patterns Determined by School Urbanization
ringan tinggi lemak dan tinggi gula. Satu studi merupakan penjelasan umum yang digunakan
sebelumnya juga menemukan Hubungan antara oleh orang tua untuk tidak menyiapkan makanan
faktor sosiodemografi, termasuk tingkat yang lebih sehat dan untuk anak-anak mereka
pendidikan, bergantung pada tingkat yang memiliki gaya hidup yang tidak banyak
perkembangan negara, di mana jenis kelamin bergerak. Aspek kenyamanan seperti
tampaknya mengubah efeknya. Hubungan kemudahan akses, harga murah dan
antara pendidikan dan obesitas dapat kepraktisan juga mendorong pilihan orang tua,
dipengaruhi oleh usia (Pengpid dan Peltzer, begitu pula preferensi remaja. Kemudahan
2019a). Karena studi ini menggunakan data dari dalam mendapatkan makanan sehat yang
populasi berusia 10–19 tahun, hal ini dapat terjangkau, merupakan aspek penting dalam
menyamarkan hubungan antara pendidikan dan membangun pola makan yang sehat (Agung et
obesitas karena populasi ini memiliki tingkat al., 2022). Selain itu, ibu yang berpendidikan
pendidikan yang kira-kira sama. Selain itu, lebih cenderung bekerja, yang dapat berarti
tingkat pendidikan formal tidak selalu bahwa mereka kurang memperhatikan atau
mencerminkan tingkat pengetahuan gizi. Ada mengamati aktivitas fisik atau perilaku duduk
kemungkinan bahwa remaja dengan tingkat anak-anak mereka, seperti menonton televisi,
pendidikan yang lebih rendah memiliki kurang dari ibu yang menganggur, yang secara
pengetahuan gizi yang lebih banyak, sehingga signifikan meningkatkan IMT dan obesitas
mempraktikkan pola makan yang sehat dan mereka. Ibu dengan tingkat pendidikan yang
menjadi lebih aktif, yang selanjutnya membuat lebih tinggi cenderung memberi anak mereka
mereka cenderung tidak mengalami obesitas makanan yang berbeda dan mengonsumsi
(Nurwanti et al., 2019). nutrisi yang tidak perlu, yang dapat
Karakteristik Keluarga meningkatkan risiko anak mereka mengalami
Faktor genetik merupakan faktor risiko obesitas (Saha et al., 2022).
yang menyumbang sekitar 50% kejadian Ada dua unsur pengasuhan yang terkait
obesitas dan kurang dari 10% mengakibatkan dalam praktik gaya hidup sehat dalam keluarga.
penyakit genetik atau endokrin pada Salah satunya adalah tentang aspek
keturunannya (Yusuf et al., 2018). Seorang anak permintaan, sedangkan yang lainnya adalah
dengan satu orang tua obesitas memiliki risiko daya tanggap dan dukungan. Kemampuan
tiga kali lipat untuk menjadi obesitas saat orang tua yang buruk dalam memberikan
dewasa, sedangkan ketika kedua orang tua dukungan untuk gaya hidup sehat karena tidak
anak tersebut obesitas, anak tersebut memiliki ada aturan yang jelas, kurangnya kemampuan
risiko 10 kali lipat untuk mengalami obesitas di orang tua untuk menyediakan makanan sehat,
masa depan (Lin dan Li, 2021). kurangnya keteladanan, dan keterampilan
Faktor orang tua seperti pengetahuan, komunikasi orang tua yang memungkinkan
persepsi, dan perilaku mungkin juga berperan mereka untuk bernegosiasi dengan anak-anak
dalam kelebihan berat badan dan obesitas pada mereka seputar aspek gaya hidup sehat.
masa kanak-kanak yang berlanjut pada masa Pasangan remaja dan orang tua sebagian besar
remaja hingga dewasa (Nurwanti et al., 2019). memiliki tingkat pengetahuan yang sama, bukan
Orang tua dan remaja sebagian besar tingkat yang lebih tinggi sehingga mengurangi
memahami penyebab kelebihan berat badan kemampuan orang tua untuk menjadi sumber
dan obesitas, dengan beberapa pemahaman informasi bagi remaja. Kurangnya pengetahuan,
bahwa remaja perlu mengubah beberapa sikap dan kemampuan orang tua remaja
perilaku mereka. Namun, ada sedikit keyakinan Indonesia dengan obesitas untuk menerapkan
bahwa hal ini mungkin terjadi. Misalnya, remaja gaya hidup sehat, serta mengidentifikasi bahwa
yang kelebihan berat badan ini menginginkan agensi yang dimiliki remaja seputar pilihan gaya
strategi untuk membantu mereka segera hidup kemudian mempengaruhi keputusan
menurunkan berat badan dalam jumlah besar. keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat.
Orang tua berperan penting dalam membantu Hambatan seputar ketersediaan dan
mempengaruhi perilaku anak-anak mereka aksesibilitas makanan sehat dan fasilitas
seputar masalah obesitas. Ini juga memperkuat aktivitas fisik lebih banyak ditemukan di keluarga
pentingnya pilihan remaja tentang pilihan pedesaan daripada keluarga perkotaan (Agung
makanan dan bagaimana orang tua terlibat et al., 2022).
dengan remaja mereka dalam hal ini (Agung et Pada penelitian Kunto dan Bras (2021)
al., 2022). ditemukan bahwa anak sulung dan bungsu, dan
Perilaku makan dan aktivitas fisik yang anak-anak dari keluarga kecil, lebih cenderung
mencerminkan pengaruh kondisi sosial ekonomi kelebihan berat badan di Indonesia. Berbeda
terutama keluarga dari daerah pedesaan yang dengan bukti dari negara maju yang
paling terpengaruh oleh faktor-faktor ini. Faktor menunjukkan bahwa pendidikan ibu mampu
lain seperti tidak punya waktu dan malas juga mengurangi terjadinya kelebihan berat badan,
anak dari ibu Indonesia yang berpendidikan ini bisa terjadi karena kemungkinan diet tidak
mengalami hal sebaliknya. Mereka lebih sering berhasil dan diselingi dengan episode pesta
kelebihan berat badan (Jahan et al., 2020). Efek makan, sehingga menyebabkan kenaikan berat
ini lebih besar untuk anak laki-laki dan anak badan. Diet juga bisa menjadi konsekuensi dari
sulung. Baik di negara maju maupun negara obesitas (Sarintohe et al., 2022).
berkembang, ibu yang memiliki masa sekolah Asupan Makanan
lebih lama mungkin memiliki sifat yang sama Obesitas merupakan dampak dari
yaitu terbuka terhadap diet baru dan inovasi masukan energi (energy intake) yang melebihi
nutrisi tetapi hasilnya mungkin berbeda, dari pengeluaran energi oleh tubuh. Energi ini
tergantung pada tahap transisi nutrisi global. menjadi lemak. Ketidakseimbangan energi yang
Negara-negara berkembang kemungkinan bertahan lama dapat menyebabkan
besar berada pada tahap diet tinggi kalori penambahan berat badan. Penyebab utama
menjadi semakin populer. Mungkin keterbukaan obesitas adalah adanya ketidakseimbangan
terhadap diet baru dan inovasi nutrisi antara asupan energi dan pengeluaran energi.
menempatkan ibu-ibu berpendidikan di negara- Setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori
negara berkembang di garis depan dalam yang masuk ke dalam tubuh, sekitar 1gram
menerapkan pola makan yang tidak sehat untuk lemak akan disimpan. Konsumsi makanan
anak-anak mereka. berlemak memiliki hubungan yang signifikan
Pola Makan dengan kegemukan dan obesitas remaja.
Salah satu penyebab obesitas adalah Konsumsi lemak memiliki hubungan yang
perubahan pola hidup dan pola makan ala barat. sangat kuat dengan obesitas. Lemak dan
Pola hidup diduga sebagai penyebab obesitas di minyak menghasilkan energi yang lebih tinggi
kalangan remaja. Pola makan orang Barat dibandingkan karbohidrat dan protein. Setiap
biasanya miskin serat dan tinggi lemak, gram lemak menghasilkan 9 kilo kalori
karbohidrat, dan natrium. Pola hidup ini dipicu sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kilo
oleh iklan makanan. Hal ini dapat menarik minat kalori (Yusuf et al., 2018).
remaja untuk membeli jenis makanan tersebut Konsumsi makanan asin dan makanan
dan menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Gaya panggang harian yang lebih tinggi merupakan
hidup lainnya adalah makan di restoran atau faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas
kafe dan mengonsumsi berbagai jenis makanan yang lebih tinggi. Camilan asin dikaitkan dengan
berkalori tinggi (Yusuf et al., 2018). peningkatan rata-rata energi harian yang lebih
Pola makan remaja dengan cara tinggi untuk anak-anak (Lin dan Li, 2021).
melewatkan waktu makan malam sebagai salah Konsumsi diet tinggi garam dalam jangka
satu cara diet terbukti secara signifikan panjang dikaitkan dengan peningkatan frekuensi
berhubungan dengan kelebihan berat badan obesitas. Konsumsi garam yang tinggi
atau obesitas. Praktik melewatkan makan dapat memprediksi perkembangan obesitas, bahkan
dikaitkan dengan persepsi citra tubuh dan ketika asupan energi total atau konsumsi
penurunan berat badan di kalangan remaja putri minuman manis telah dikontrol. Selain itu,
dan merupakan kebiasaan umum di kalangan penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa
remaja. Praktik ini menyebabkan tidak hanya porsi reguler makanan ringan padat energi, yang
kesulitan dalam mencapai kecukupan gizi, tetapi memiliki sodium tinggi, memiliki hubungan
juga konsumsi energi, karbohidrat, dan vitamin langsung dengan z-score indeks massa tubuh di
K. Remaja putri yang melewatkan waktu makan kalangan remaja (Nurwanti et al., 2019).
lebih cenderung makan makanan ringan Konsumsi daging berhubungan positif
sehingga menyebabkan asupan energi yang dengan penambahan berat badan. Konsumsi
berlebihan (Rachmi et al., 2020). Asupan energi daging merah atau olahan secara signifikan
antara anak perempuan yang melewatkan memprediksi peningkatan IMT dan lingkar
makan malam dan makan malam pada hari kerja pinggang. Daging merah dan olahan adalah
tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, bagian dari pola diet barat, yang dianggap
masuk akal bahwa dalam penelitian ini, sebagai pola diet yang memicu. Daging merah
melewatkan makan malam menyebabkan dan olahannya mengandung asam lemak jenuh
kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami dan kolesterol yang tinggi. Mereka juga
obesitas (Agustina et al., 2020). dikategorikan sebagai makanan dengan
Remaja yang pada tahun sebelumnya kepadatan energi tinggi, yang berhubungan
menjaga pola makan dengan cara berdiet lebih langsung dengan obesitas. Asupan daging
cenderung mengalami obesitas. Temuan ini merah juga berhubungan positif dengan
sejalan dengan temuan terkenal dari negara- beberapa mikrobiota usus, yang berperan dalam
negara Barat, dengan diet baru-baru ini meningkatkan obesitas (Nurwanti et al., 2019).
dianggap sebagai pemicu potensial dari Konsumsi minuman soda (soft drink )
kerentanan terhadap kenaikan berat badan. Hal yang lebih tinggi dikaitkan dengan penambahan
berat badan, menyumbang sekitar 8-9% dari menderita penyakit penyerta seperti diabetes
total asupan energi anak dan dewasa, sehingga melitus tipe 2, liver, sindrom metabolik, dan
menyebabkan obesitas (Pengpid dan Peltzer, penyakit kardiovaskular (Suza, Miristia dan
2019b). Konsumsi soft drink dapat digunakan Hariati, 2020).
sebagai indikator pola makan yang buruk karena Tingkat aktivitas fisik memiliki hubungan
terkait dengan peningkatan asupan kalori dan yang signifikan dengan kejadian obesitas pada
dapat menggantikan makanan bergizi. remaja. Remaja obesitas memiliki aktivitas yang
Konsumsi minuman berpemanis gula berkafein lebih rendah. Faktor yang menyebabkan
secara teratur, kandungan kafein ditemukan aktivitas fisik menjadi sangat ringan karena
bersifat aditif, sehingga mendorong konsumsi remaja kurang berolahraga atau aktivitas lain
berulang dari minuman berpemanis gula itu yang mengeluarkan energi. Kegiatannya antara
sendiri, sehingga menyebabkan penambahan lain duduk di sekolah, menonton televisi, duduk
berat badan (Nurwanti et al., 2019). di depan komputer dan sedikit waktu untuk
Konsumsi minuman berkafein setiap hari, kegiatan olahraga. Sebanyak 50,9% anak
yang meliputi minuman berenergi dan minuman obesitas memiliki aktivitas fisik ringan, termasuk
ringan berkafein, juga merupakan faktor risiko duduk di sekolah sepanjang hari, tidak
kelebihan berat badan dan obesitas. Sementara melakukan kegiatan olahraga selama sekolah,
kafein adalah bahan utama dalam sebagian menonton televisi, dan kurang bermain di luar
besar minuman berenergi, sebagian besar (Yusuf et al., 2018).
produk yang tersedia di pasaran juga Siswa yang tidak aktif lebih berisiko
mengandung glukosa atau pemanis buatan mengalami kegemukan dan obesitas
dalam jumlah tinggi, yang nantinya dapat dibandingkan siswa yang aktif dan melakukan
berkontribusi pada asupan energi yang lebih aktivitas fisik. Pengeluaran energi untuk aktivitas
tinggi (Jebeile et al., 2022). Selain itu, konsumsi fisik sehari-hari ditentukan oleh jenis, intensitas,
minuman berenergi diduga menyebabkan dan durasi aktivitas fisik. Tidak beraktivitas
oksidasi karbohidrat yang lebih tinggi dan menyebabkan kalori yang digunakan lebih kecil
oksidasi lipid yang lebih rendah. Mengenai dari kalori yang dikonsumsi dan hal ini
minuman ringan, selain kadar gula tambahan berhubungan dengan penambahan berat badan
yang tinggi, rasa kenyang yang buruk dan (Yusuf et al., 2018). Aktifitas fisik memiliki
kompensasi energi total yang tidak mencukupi manfaat jangka panjang bagi remaja dan
dapat memengaruhi penambahan berat badan manfaatnya terutama pada masa pertumbuhan
(Nurwanti et al., 2019). agar tumbuh kembangnya dapat optimal.
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik secara teratur seperti senam
Status gizi seseorang (termasuk remaja) aerobik dan kekuatan otot yang dilakukan 3 kali
sebenarnya merupakan fungsi keseimbangan seminggu selama 3 bulan dapat menurunkan
antara makan dan penggunaan zat gizi untuk IMT, tekanan darah, lemak total, lemak perut,
fungsi tubuh. Jika konsumsi melebihi kebutuhan dan mampu meningkatkan kemampuan
fungsional tubuh, maka berdampak pada kardiorespirasi pada remaja dengan obesitas.
kegemukan dan obesitas. Obesitas merupakan Remaja yang kurang aktif dalam aktivitas fisik
dampak dari masukan energi (energy intake) akan mengalami kelebihan berat badan dan
yang melebihi dari pengeluaran energi oleh biasanya tidak menggunakan waktu istirahat
tubuh. Energi ini menjadi lemak. untuk aktivitas fisik (Lin dan Li, 2021). Remaja
Ketidakseimbangan energi yang bertahan lama yang aktivitas fisiknya kurang aktif pada saat
dapat menyebabkan penambahan berat badan. istirahat melakukan aktivitas seperti makan atau
Penyebab utama obesitas adalah adanya bermain handphone, belajar atau membaca di
ketidakseimbangan antara asupan energi dan perpustakaan dan menonton televisi di rumah,
pengeluaran energi. Setiap kelebihan energi serta bermain game di atas meja (Suza, Miristia
sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke dalam tubuh, dan Hariati, 2020).
sekitar 1gram lemak akan disimpan (Yusuf et al.,
2018). SIMPULAN
Obesitas tidak hanya disebabkan oleh Faktor risiko obesitas pada remaja di
kebanyakan makan dalam bentuk karbohidrat, Indonesia adalah faktor karakteristik remaja
lemak, atau protein tetapi juga karena yang meliputi jenis kelamin, tipe kepribadian,
kurangnya aktivitas fisik. Obesitas pada remaja dan daerah tempat tinggal; faktor karakteristik
penting untuk diperhatikan karena remaja yang keluarga yang meliputi genetika, pengetahuan,
mengalami obesitas 80% berpeluang menjadi sosial ekonomi, dan pola asuh; faktor pola
obesitas saat dewasa. Selain itu, IMT yang tinggi makan yang meliputi pemilihan diet dan pola
pada remaja diprediksi akan meningkatkan hidup; faktor asupan makanan meliputi
risiko kematian dan penyakit kardiovaskular. konsumsi makanan berlemak, asin, daging
Remaja yang mengalami obesitas dapat