JM cocos,+Jurnal+Sasmita+Mokolintad
JM cocos,+Jurnal+Sasmita+Mokolintad
JM cocos,+Jurnal+Sasmita+Mokolintad
1. Mahasiswa S1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado
2. Staf Pengajar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado
Corresponding E-mail : [email protected]
ABSTRACT
Banana (Musa paradisiaca L) is a commodity that is quite attractive to be developed and
increased its production, if it is viewed from the aspect of International trade. Indonesia is a
country is ranked sixth out of the to ten Banana producers in the world and accounts for around
30% of domestic fruit production. Banana plants can grow well in low and high areas with an
altitude of not more than 1600m above sea level. Many factors can inhibit plant growth,
including disease attacks. Some Banana cuktivars that have been released are infected with the
Bunchy Top Virus. This study aims to determine the Incidence of Bunchy Top Virus attack on
Banana plants in Bitung City, Aer Tembaga District, which is located in three villages, namely in
Kasawari Village, Makawidey Village, and Tandurusa Village. This research was carried out for
three from October to December 2018. This research was conducted by survey method or direct
observation at the research location. The results of research on the Incidence of Banana
BunchyTop Virus in Bitung city, Aer Tembaga sub-district in three villages. The highest average
Incidence of dwarf disease was in Makawidey villages 11,3%, followed by Tandurusa villages at
10,6% then the ;owest Incidence occurred in Kasawari villages 3,45%.
(a) (b)
Gambar 2. Tanaman pisang yang sakit (a) dan sehat (b)
tanaman, ini terbukti dengan adanya gejala
Tanaman pisang pada lokasi penelitian yang nampak pada tanaman pisang berupa
yang telah terserang dan yang masih sehat tunas bertumbuh sampai yang sudah dewasa.
memiliki perbedaan, seperti pada gambar 2. Gejala ini seperti yang diungkapkan
berbeda dengan tanaman pisang yang masih Semangun (1996) bahwa pada tingkatan
sehat (lihat gambar 2 (b)), tanaman pisang yang lebih lanjut daun-daun muda menjadi
yang sakit memiliki bentuk daun yang jauh lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit,
lebih kecil, tegak, berwarna kekuning- dengan tangkai yang lebih pendek dari
kuningan, serta pertumbuhan daunnya tangkai yang normal dan menguning
terganggu. Daun tumbuh berdesak-desakan sepanjang tipenya. Selanjutnya daun akan
pada ujung batang semu, tanaman menjadi mengering, rapuh dan bila dipatahkan akan
kerdil dan tidak dapat menghasilkan buah patah dengan renyah. Dalam Anonim (1997)
(lihat gambar 2 (a)). juga menyatakan bahwa tanaman akan
Dari hasil pengamatan infeksi yang terlambat pertumbuhannya, daun
disebabkan oleh Virus kerdil pisang ini membentuk roset pada ujung batang palsu.
Nampak terjadi pada beberapa tingkat umur Gejala ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tanaman pisang yang telah terserang sejak awal pertumbuhan
Penularan melalui kutu daun terjadi Secara umum petani pisang di kota
secara persisten dan sirkulatif. Kutu daun Bitung mengusahakan bertanam pisang di
yang pindah dari tanaman terinveksi virus lahan mereka sendiri. Jenis pisang yang
kerdil pisang dapat mempertahankan mereka tanam antara lain, pisang kepok,
kemampuan infeksinya sekurang-kurangnya pisang raja, pisang goroho dan pisang
selama 48 jam (Wardlaw, 1972). ambon. Bibit diambil dari anakan pisang
Penyebaran jarak jauh terjadi melalui yang ada di lahan mereka yang dianggap
perpindahan bahan tanaman yang terinfeksi bagus tanpa ada rekomendasi dari instansi
yaitu dapat berupa anakan, bonggol, atau terkait.
planlet kultur jaringan (Sahlan et al. 1996). Tinggi rendahnya insidensi penyakit
Berdasarkan pengamatan yang telah pada masing-masing tanaman pisang di
dilakukan bahwa penyakit Bunchy top virus ketiga lokasi penelitian dipengaruhi oleh
kebanyakan menyerang tanaman pisang bagaimana cara pemeliharaan dan
kepok dan pisang goroho. Dari hasil kurangnya informasi mengenai penyakit ini.
penelitian Prasetyo (2007) mengungkapkan Oleh sebab itu masyarakat di ketiga desa ini
bahwa varietas Kepok merupakan salah satu tidak berusaha mengetahui lebih lanjut akan
varietas yang rentan terhadap penyakit tetapi pada waktu itu sebagian pisang yang
kerdil pisang. yang tumbuh mulai kerdil, yang terserang
saat pertumbuhan daun yang baru berbentuk kota Bitung juga lumayan tinggi karena
menyempit mengecil dan lebih parah lagi tidak adanya pemeliharaan dan kurangnya
tanaman pisang yang terserang tidak dapat informasi mengenai penyakit ini.
menghasilkan buah. Selanjutnya mereka Insidensi Penyakit Kerdil Pada Tanaman
melakukan penebangan dengan harapan Pisang
akan tumbuh tunas yang normal. Tanaman Dari hasil pengamatan insidensi penyakit
pisang yang terserang tidak dapat lagi kerdil terdapat perbedaan tingkat insidensi
bertumbuh normal. terhadap beberapa Desa yang ada di
Menurut penelitian Feyberina Lintang kecamatan aer tembaga kota Bitung.
(2008), perkembangan penyakit kerdil di
Tabel 1.Insidensi Penyakit Kerdil tanaman pisang di Tiap Desa Kecamatan Aer Tembaga .
Pengamatan Rata-rata
No Desa
1 2 3
1 Kasawari 6,25% 2,08 2,04 3,45%