Penerapan Problem Based Learninguntuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP
Penerapan Problem Based Learninguntuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP
Penerapan Problem Based Learninguntuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP
P-ISSN: 2614-3038 Volume 07, No. 1, December 2022 -March 2023, pp. 924-931
Abstract
The learning orientation that is currently developing is learning focusing on 21st-century skills. These 21st-
century skills are considered important to be mastered by those who are productive and want to survive. The
development of mathematics education at the elementary school level until now still shows the orientation of
learning activities on problem-solving so that students have good problem-solving abilities. geometry. The
approach in this study uses quantitative experimental methods. The population in this study were all students of
class VII SMPK St Ursula with a sample of class VII D experimental class totaling 15 students and class VII B
control class totaling 15 students. The sample for this research was obtained using the cluster random sampling
technique. The data analysis technique uses Covariance Analysis. The learning device fulfills the requirements
of validity, and sensitivity reliability. Based on the results of the anacova with the homogeneity test, from the
calculations obtained Fcount = 0.3765 and Ftable with a significance level of 5% = 4.010 so that Fcount<Ftable
causes accept H0 and rejects H1 which shows that the variance of the two samples is homogeneous. This shows
that problem-based learning is effective and can improve student learning outcomes.
Keywords: Effectiveness, Problem Based Learning, Geometry
Abstrak
Orientasi pembelajaran yang sedang berkembang saat ini yaitu pembelajaran berfokus pada keterampilan abad
ke-21. Keterampilan abad 21 ini dianggap penting untuk dikuasai oleh mereka yang produktif dan ingin tetap
bertahan. Perkembangan pendidikan matematika di tingkat sekolah dasar sampai saat ini masih menunjukkan
orientasi kegiatan pembelajaran pada pemecahan masalah agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah
yang baik Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, mengetahui perbedaan rerata siswa dalam penerapan problem
based learning dan siswa yang diterapan pembelajaran konvensional untuk materi geometri. Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMPK St Ursula dengan Sampel kelas VII D kelas ekperimen berjumlah 15 siswa dan kelas VII
B kelas kontrol berjumlah 15 siswa. Pengambilan sampel penelitian ini diperoleh menggunakan teknik cluster
random sampling. Teknik analisis data menggunakan Analisis Kovarian, Perangkat pembelajaran memenuhi
syarat validitas, reliabilitas sensitivitas. Berdasarkan hasil anakova dengan uji homogenitas, dari perhitungan
didapat Fhitung = 0,3765 dan Ftabel dengan taraf nyata 5% = 4,010 sehingga Fhitung<Ftabel menyebabkan
terima H0 dan tolak H1 yang menunjukkan varians kedua sampel homogen. Hal ini menunjukkan bahwa
problem based learning efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Efektivitas, Pembelajaran Berdasarkan masalah, Geometri
PENDAHULUAN
Orientasi pembelajaran yang sedang berkembang saat sekarang yaitu pembelajaran berfokus
pada keterampilan abad ke-21. Keterampilan abad 21 ini dianggap penting untuk
dikuasai oleh mereka yang produktif dan ingin tetap bertahan tanpa terpinggirkan di abad 21 ini dan
kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang diperlukan agar dapat meningkatkan
ketrampilan berpikir serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi, (Andrian & Rusman, 2019).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa (Matematis, 2018)
Penerapan Problem Based Learning Untuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP, Finsensius
Yesekiel Naja, Agustina Mei 925
Pembelajaran matematika, adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya
(Bruner et al., 1915).
Perkembangan pendidikan matematika di tingkat sekolah dasar sampai saat ini masih
menunjukkan orientasi kegiatan pembelajaran pada pemecahan masalah agar siswa memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang baik. Sebagaimana terdapat pada National Council of Teachers
of Mathematics (NCTM, 2010), pemecahan masalah berperan penting dalam matematika dan
kemampuan ini hendak-nya dimiliki oleh siswa mulai dari tingkat sekolah yang paling rendah yakni
tingkat sekolah dasar. Artinya sedini mungkin pada tingkat sekolah dasar, dalam pembelajaran
matematika siswa harus dibekali dengan pemecahan masalah, (Jannah et al., 2020). Namun
kenyataannya guru tidak melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan dan mengekspresikan
pikiran mereka pada saat pembelajaran berlangsung, baik dalam diskusi, bertanya maupun menjawab
pertanyaan sehingga masih banyak siswa sulit dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (Sudjana,
2013). Salah satu model pembelajaran matematika yang melatihkan keterampilan pemecahan masalah
matematika adalah model problem based learning (PBL).
PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis untuk membangun pengetahuan baru, (Pujiyanti et al.,
2021). PBL sebagai sebuah pembelajaran yang bermula ketika masalah diperhadapkan pada siswa,
(Palennari, 2018). Jadi, PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Masalah tersebut yang kemudian
menentukan arah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok.
Mengingat pentingnya matematika sebagai ilmu dasar maka pengajaran matematika
diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang serius. Dengan demikian guru
sebagai pelaksana pengajaran harus mampu menerapkan cara yang efektif dan efisien agar tujuan
pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal, (Suparno, 2000). Salah satu materi dalam
matematika adalah geometri. Geometri merupakan bidang kajian dalam yang memiliki porsi cukup
banyak untuk dipelajari oleh siswa SMP. Abdussakir (2009) menuliskan bahwa bidang ini
menyediakan pendekatan-pendekatan untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk gambar, diagram,
dan sistem koordinat.
Pengoptimalkan proses pembelajaran diperlukan suasana yang dapat mengaktifkan interaksi,
baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan bahan pelajaran.
Pendekatan pembelajaran seperti ini dikenal dengan cara belajar siswa aktif. Prinsip belajar siswa
aktif sesuai dengan pandangan teori kognitif yang menyebutkan “learning is much more than
memory. For students to really understand and be able to apply knowledge they must work to solve
problems, to discover things themselves, to wrestle with ideals” (Slavin, 1994). Keaktifan itu bisa
dibentuk melalui model pembelajaran berdasarkan masalah, (Malmia et al, 2019) karena pembelajaran
926 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 924-931
berdasarkan masalah adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu
berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Malkatita, 2019). Hal ini
sejalan dengan pendapat (Mann & Chang, 2019), melalui model pembelajaran berdasarkan masalah,
peserta didik menjadi terbiasa belajar dari masalah aktual dan faktual dalam kehidupan sehari-hari,
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan belajar kelompok dan diskusi untuk mempelajari
masalah, mencari informasi yang relevan, mengumpulkan informasi, meninjau alternatif solusi yang
ada, dan menyusun tindakan penyelesaian. (Yulianto dkk, 2020).
dalam model ini, siswa bekerja berkelompok secara kolaboratif untuk mengidentifikasi hal-
hal yang mereka perlukan untuk belajar guna memecahkan masalah, mengarahkan belajar mandiri,
mengaplikasikan pengetahuan baru mereka untuk permasalahan itu, serta merefleksi apa yang telah
mereka pelajari dan keefektifan strategi yang telah mereka gunakan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Malikha, 2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan strategi
pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan
praktik, serta mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan sebuah solusi
praktis atas suatu problem tertentu. (Nurtanto, 2020) menimpulkan bahwa PBL merupakan salah satu
jenis strategi pernbelajaran yang bersifat Learner-Centered atau pembelajaran yang berpusat pada
siswa,
Bentuk pembelajaran yang demikian bukan berarti guru harus mengerti semua materi untuk
diberikan kepada siswa dengan berbagai kepentingan, kebutuhan, dan karakteristiknya, melainkan
lebih sebagai tutor yang menunjukkan apa yang telah siswa ketahui, apa yang belum, dan apa yang
semestinya dicari, yang merupakan tanggung jawab masing-masing siswa. Pemberian tugas dan
aktivitas yang menantang dan menuntut pemikiran siswa akan dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar mencari, menganalisis, dan menentukan jawaban terkait tugas dan aktivitas itu.
(Maskur, 2020) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah berusaha untuk memandirikan
siswa. Ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah siswa dihadapkan pada situasi masalah
autentik. Permasalahan autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang kompleks yang
merupakan masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari atau masalah
yang mungkin akan dihadapi siswa dalam kehidupannya kelak. Masalah ini berfungsi sebagai sarana
untuk investigasi dan inkuiri, memiliki fokus interdisipliner, investigasi yang autentik, menghasilkan
karya, dan mengakolaborasikan hasil (Jannah dkk, 2020). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk,
mengetahui perbedaan rerata siswa dalam penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dan siswa
yang diterapan dengan pembelajaran konvensional untuk materi geometri bangun datar pada siiswa
kelas VII SMP.
METODE
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (Sugiyono,
2019). Jenis penelitiannya adalah metode eksperimen. Adapun desain penelitian yang digunakan
Penerapan Problem Based Learning Untuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP, Finsensius
Yesekiel Naja, Agustina Mei 927
dalam penelitian ini adalah dengan dua taraf kualifikasi variabel bebas yaitu model problem based
learning dengan dan tanpa menggunakan alat peraga Phytagoras.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPK St Ursula Ende tahun
pelajaran 2022-2023. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII D sebagai kelas ekperimen yang
berjumlah 15 siswa dan kelas VII B sebagai kelas kontrol yang berjumlah 15 siswa. Pengambilan
sampel penelitian ini diperoleh menggunakan teknik cluster random sampling. Data dalam penelitian
ini berupa hasil belajar siswa pada materi bangun datar yakni segitiga dan segiempat yang diperoleh
dari tes. Dengan demikian rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperiman T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Sumber diadopsi dari buku (Arikunto, 2015).
Teknik Analisis data dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan menjawab
rumusan masalah yang diajukan. untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal
atau tidak maka diadakan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik Chi-Kuadrat. Adapun
rumus yang digunakan adalah uji-t karena populasi berdistribusi normal dan populasi sampel diambil
secara acak.Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar
siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui
apakah rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.
Analisis varians untuk uji independensi pada kelas kontrol secara ringkas disajikan pada tabel
2 berikut.
Tabel 2 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kelas Kontrol
Source of
SS df MS F*
Variation
Regression 310.758 1 310.758
10.069
Error 894.983 29 30.861
Total 1.205.741 30
Dengan taraf signifikan = 5%, diperoleh F(0,95;1;29) = 4,183 Berarti F* > F(0,95;1;29), sehingga
H0 ditolak.
3. Uji Linieritas
Analisis varians untuk uji linieritas model regresi kelas eksperimen secara ringkas disajikan
pada tabel 3 berikut
Tabel 3 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Kelas Eksperimen
Source of
SS df MS F*
Variation
Regression 208.304 1 208.304
Berdasarkan Tabel 4.26 diperoleh regresi linier data gabungan sebagai berikut.
Ŷ = 31.13 + 0.470X
Dengan taraf signifikan = 5%, diperoleh F(0,95;2;57) = 3,16. Dengan demikian, F* > F (0,95;2;57),
maka H0 ditolak.
5. Uji kesejajaran model regresi
Analisis varians untuk uji kesejajaran model regresi secara ringkas disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 6 Uji Kesejajaran Model Regresi
A B F* F(0.95,1,57)
3078.0656 3117.8296 0.7363555 4.010
F* = 0.736 Dengan taraf signifikan = 5%, diperoleh F(0,95;1;57) = 4,010. Dengan demikian, F* <
F(0,95;1;57), maka H0 diterima.
Hal ini menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih besar dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang
pembelajaran konvensional pada materi geometri untuk menentukan panjang sisi segitiga siku-siku.
kelompoknya, mereka tidak hanya mengandalkan guru saja. dalam proses pembelajaran, siswa lebih
merasa nyaman dalam mengungkapkan pendapatnya yang mengakibatkan suasana belajar lebih aktif
dan menyenangkan, siswa merasa bebas dan gembira sehingga siswa menjadi termotivasi untuk
belajar serta meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran mengakibatkan siswa lebih mudah untuk menguasai materi yang dipelajarinya. Hal ini
karena model pembelajaran berdasarkan masalah dapat memberikan interaksi timbal balik diantara
siswa dalam kelompok perlakuan yang dapat meningkatkan aktivitas kognitif siswa (Tran & Lewis,
2012).
Berbeda dengan pembelajaran konvesional yakni guru menjelaskan materi di depan kelas,
sementara sisiwa hanya mendengar dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, siswa tidak diberikan
kesempatan untuk menemukan masalah dan menuangkan ide atau pikiran siswa itu sendiri, siswa
tidak aktif.dan tidak menimbulkan kerjasama dan tanggung jawab pada keberhasilan kelompoknya
Sehingga siswa kurang memahami konsep materi dengan baik, penanaman konsep phytagoras akan
berjalan lambat. Kebanyakan siswa masih merasa bingung karena hanya melihat guru menggambar
bentuk teorema phytagoras. Padahal siswa pada usia SMP masih memerlukan penjelasan konkret dan
belajar sesuai masalah yang dihadapi. Hal ini yang menyebabkan siswa sulit memahami materi yang
dibawakan. Menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2007), bahwa perkembangan intelektual
anak SMP proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,
diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) dalam ide-ide atau pemikiran abstrak (meskipun relative
terbatas). Dari uraian diatas, menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
930 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 924-931
pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan
dengan pembelajaran yang dilakukan dengan konvensional.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil
simpulan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang mengalami proses
pembelajaran menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah dengan rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang pembelajaran model konvensional pada materi pokok menggunakan teorema
phytagoras untuk menentukan bangun datar segitiga dan segiempat. Rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasisi masalah lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajaran konvensional. Hal ini juga dilihat
dari Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar
kerja siswa dan tes hasil belajar menunjukan; kemampuan guru mengelola pembelajaran efektif,
aktifitas siswa efektif, respon siswa positif, tes hasil belajar valid, reliabel dan sensitive, ketuntasan
belajar secara klasikal baik dan efektif, siswa tuntas belajar individual.
REFERENSI
Andrian, Y., & Rusman, R. (2019). Implementasi pembelajaran abad 21 dalam kurikulum 2013.
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 12(1), 14–23. ttps://doi.org/10.21831/jpipfip.v12i1.20116
Arikunto, S. (2015). Prosedur Penelitian Satuan Pedekatan Praktik. Rineka Cipta.
Bruner, O., Development, C., & Bruner, E. (1915). Bruner ’ s Theory of Cognitive Development. D.
Jannah, A., Rahmawati, R., & Reffiane, F. (2020). Keefektifan model PBL berbantu media audio
visual terhadap hasil belajar, mimbar PGSD. Undiksha, 8(3), 342–350.
Matematis, M. (2018). (Print ISSN 2528-1402, Online ISSN 2549-5593). 2(1), 28–35.
Malmia, W., Makatita, S. H., & Lisaholit, S. 2019. Problem-Based Learning As An Effort To Improv
Student Learning Outcomes. International Journal Of Scientific & Technology Research,
8(9), 1140-1143.
Penerapan Problem Based Learning Untuk Materi Geometri Bangun Datar Pada Siswa Kelas VIII SMP, Finsensius
Yesekiel Naja, Agustina Mei 931
Mann, L., & Chang, R. 2019. From problem-based learning to practice-based education: a framework
for shaping future engineers. European Journal Of Engineering Education, 1-21.
Maskur, R., Sumarno, & Rahmawati, Y. 2020. The Effectiveness of Problem Based Learning and
Aptitude Treatment Interaction in Improving Mathematical Creative Thinking Skills on
Curriculum 2013. European Journal of Educational Research, 9(1): 375-383.
NCTM. (2010). NCTM ANNUAL MEETING & EXPOSITION.
Nurtanto, M., Moh, F., & Sofyan, H. 2020. Problem Based Learning (PBL) in Industry 4.0: Improving
Learning Quality through Character-Based Literacy Learning and Life Career Skill (LL-
LCS). Journal of Physics: Conference Series, 1-10.
Palennari, M. (2018). Problem Based Learning ( PBL ) Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis
Pebelajar Pada Pembelajaran Biologi Problem Based Learning ( PBL ) Empowering Student
Critical Thinking Skills at Biological Learning. Proseding Seminar Biologi dan
Pembelajarannya, 2008, 599–608.
Pujiyanti, A., Ellianawati, E., & Hardyanto, W. (2021). Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa
MA. Physics Education Research Journal, 3(1), 41–52.
https://doi.org/10.21580/perj.2021.3.1.6666
Sockalingam, N dan Schmidt, H.G. 2011. Characteristics of Problems for Problem-Based Learning:
The Students Perspective. The Interdisciplinary Journal of Problem-Based learning Volume 5,
no. 1 (Spring 2011).
Sudjana, N. (2013). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo.Sugiyono. (2019).
Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Alfabeta.
Yulianto, H. T., Tusmiyati, A., & Widiastuti, H. 2020. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL). Teaching and Learning Journal of
Mandalika, 1(2): 104-116