Rev 10694-30329-1-ED
Rev 10694-30329-1-ED
Rev 10694-30329-1-ED
1
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Korespondensi:
Khairil Fauzan
Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area, Indonesia
Email: [email protected]
seorang pemimpin dengan orang lain (Rifaudin, Menurut Tobroni, seorang pemimpin
2017). yang memiliki gaya kepemimpinan spiritual
Dalam sepuluh tahun terakhir, telah adalah seorang pemimpin yang memiliki
muncul sejumlah teori kepemimpinan mutakhir karakteristik sebagai berikut: (1) Kejujuran
yang menawarkan perspektif baru tentang sejati, (2) Fairness, (3) Semangat amal shaleh,
efektivitas kepemimpinan, walaupun (4) Membenci formalitas dan organized religion,
sebenarnya tidak benar-benar baru seperti (5) Sedikit bicara banyak kerja dan santai, (6)
ungkapan yang menyatakan “the old wine in Membangkitkan yang terbaik bagi diri sendiri
the new bottle”. Perspektif baru efektivitas dan orang lain, (7) Keterbukaan menerima
pemimpin adalah pengakuan terhadap dimensi perubahan, (8) Pemimpin yang dicintai, (9)
emosional, spiritual, batin, jiwa, etika dan nilai Think Globally and act locally (10) Disiplin Tetapi
yang dimiliki oleh diri individual (Salianto & Fleksibel dan Tetap Cerdas dan Penuh Gairah,
Lubis, 2014). Menurut Ancok (2021) dewasa ini, (11) Kerendahan Hati (Salianto & Lubis, 2014).
sosok pemimpin yang diharapkan adalah Ketika seseorang memiliki kecerdasan
pemimpin yang memanusiakan manusia dan spiritual yang bagus akan memiliki tanda-tanda
peduli kepada karyawannya. Selain itu, yaitu: 1) Kemampuan bersikap fleksibel, 2)
dibutuhkan pemimpin yang inovatif dan berani Tingkat kesadaran diri yang tinggi, 3)
mengubah cara berorganisasi yang membuat Kemampuan untuk menghadapi dan
proses inovasi berhenti. Sebagai pemimpin ia memanfaatkan penderitaan, 4) Kualitas hidup
membuat suasana organisasi jadi sangat yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, 5)
menyenangkan. Sebagai pemimpin, ia berani Kecenderungan untuk melihat keterkaitan
memangkas proses bisnis dan rantai birokrasi antara berbagai hal (rendah hati), 6)
yang panjang menjadi sederhana dan Kecenderungan nyata untuk bertanya dan
memudahkan pelaksanaan tugas. Salah satu mencari jawaban-jawaban mendasar (Laura
gaya kepemimpinan yang berinovasi untuk Angelica et al., 2020).
membuat suasana organisasi menjadi Kecerdasan emosional bertumpu pada
menyenangkan adalah kepemimpinan spiritual. perasaan, watak dan naluri moral (Sri Langgeng
Saat ini kepemimpinan spiritual mulai Ratnasari, 2015). Tingkat kecemerlangan
dikembangkan di organisasi baik perusahaan seseorang dalam menggunakan perasaannya
maupun pemerintahan (Salianto & Lubis, 2014). untukmerespon keadaan perasaan dari diri
Fry (2003) mendefinisikan spiritual sendiri maupun dalam menghadapi
leadership sebagai kombinasi nilai-nilai, sikap, lingkungannya (Parawitha & Gorda, 2017).
dan perilaku yang dibutuhkan secara intrinsik Kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk memotivasi satu sama lain sehingga merasakan, memahami dan secara efektif
mereka memiliki perasaan akan daya tahan menerapkan daya kepekaan emosi sebagai
spiritual melalui calling (panggilan) dan sumber energi informasi,koneksi, dan pengarah
membership (keanggotaan). Kecerdasan yang manusiawi (Nuryati Djihadah, 2020).
spiritual adalah kemampuan dalam menelaah Kecerdasan emosional bertumpu pada
nilai dan makna-makna, kesadaran diri, hubungan antara perasaan, watak, dan naluri
fleksibilitas dan adaptatif (Oemar & Okto Fani, moral yang mencakup pengendalian diri,
2018). Kecerdasan spiritual merupakan semangat dan ketekunan, kemampuan
kecerdasan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan
memecahkan persoalan makna dan nilai masalah pribadi, mengendalikan amarah serta
(Noormawanti, 2019). Kecerdasan spiritual kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
adalah kemampuan seseorang dalam (Saputra et al., 2021).
memcahkan sebuah masalah (Tinggi et al., Kecerdasan emosional ini mampu
2018). melatih kemampuan untuk mengelolah
perasaannya, kemampuan untuk memotivasi
3
dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam khas sehingga tingkah laku dan gayanya sendiri
menghadapi frustasi, kesanggupan dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
mengendalikan dorongan dan menunda Pemimpin adalah pribadi yang memiliki
kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang keterampilan teknis khususnya dalam satu
tenang, serta mampu berempati dan bekerja bidang hingga ia mampu mengajak orang lain
sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang untuk bersama-sama melakukan aktivitas demi
mendukung seseorang mahasiswa dalam pencapaian tujuan organisasi.
mencapai tujuan dan cita-citanya (Agustin & Kegiatan manusia secara bersama-sama
Sujana, 2018). peran penting kecerdasan ini selalu membutuhkan pemimpin, begitu pula
emosional mencakup pengendalian diri, dalam organisasi pemerintahan, harus ada
semangat, dan ketekunan, serta kemampuan pemimpin yang mempunyai jabatan struktural
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam mencapai sukses berorganisasi. Menurut
dalam menghadapi frustasi, kesanggupan untuk peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000,
mengendalikan dorongan hati dan emosi tidak jabatan struktural adalah kedudukan yang
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur menunjukkan tugas, tanggung jawab,
suasana hati dan menjaga agar beban tidak wewenang dan hak seorang pegawai negeri
stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, sipil (PNS) dalam rangka memimpin suatu
untuk membaca perasaan terdalam orang lain satuan organisasi negara (BAPPENAS RI, 2020).
(empati) dan berdoa untuk memelihara Dalam penelitian ini berkaitan dengan
hubungan dengan sebaik-baiknya kemampuan pejabat Struktural Pemerintah Kabupaten Aceh
untuk menyelesaikan konflik, serta untuk Tamiang Provinsi Aceh, di mana peneliti melihat
memimpin (Safitri, 2020). gaya kepemimpinan yang masih memiliki
Gaya kepemimpinan spiritual sangat keterkaitan dengan kecerdasan spiritualitas dan
berkaitan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan emosional, karena sebagian besar
kecerdasan spiritual. Menurut Covey (2005) pengambilan keputusan sangat memiliki
kecerdasan emosional (EQ) adalah keterkaitan yang erat dengan gaya
pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran kepemimpinan spiritual seseorang.
diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan Mengenai kecerdasan spiritual pada
untuk berkomunikasi dengan baik dengan penelitian ini adalah kecerdasan yang
orang lain. Kecerdasan emosi adalah kepekaan berhubungan dengan kualitas batin seorang
mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara pejabat struktural pemerintah yang
sosial, dan keberanian untuk mengakui mengarahkan pegawainya untuk berbuat lebih
kelemahan, menyatakan dan menghormati manusiawi sehingga dapat menjangkau nilai-
perbedaan. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah nilai luhur yang belum tersentuh oleh akal dan
pusat yang paling mendasar di antara pikiran manusia. Orang yang cerdas secara
kecerdasan yang lain, karena menjadi sumber emosional itu dalam tingkat yang negatif bisa
bimbingan atau pengarahan bagi tiga memanipulasi orang tapi dalam tingkat yang
kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual positif bisa menjadi pemimpin yang baik.
mewakili kerinduan manusia akan makna dan Kecerdasan emosional dalam penelitian ini
hubungan dengan yang tak terbatas (Shell, dapat diartikan sebagai kemampuan pejabat
2016). Struktural Pemerintah Kabupaten Aceh
Agar suatu organisasi maupun individu Tamiang Provinsi Aceh untuk menjinakkan
dapat memperoleh hasil yang telah ditargetkan emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal
bersama, kemudian organisasi atau individu yang lebih positif. Manusia dengan kecerdasan
tersebut harus memiliki seorang pemimpin emosi yang baik, mampu menyelesaikan dan
(Parlian & Adriansyah, 2022). Pemimpin bertanggung jawab penuh pada pekerjaan,
mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, mudah bersosialisasi, mampu membuat
watak dan kepribadian sendiri yang unik dan
4
Penelitian ini dilakukan pada pejabat sampel dari anggota populasi yang dilakukan
struktural Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang secara acak tanpa memperhatikan strata yang
Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan pada ada dalam populasi itu yang menggunakan
bulan Maret hingga April 2022. Variabel yang metode lotere di mana peneliti memberikan
diteliti yaitu: variabel Bebas 1 (X1): Kecerdasan nomor pada setiap anggota populasi. Peneliti
Spiritual. Variabel Bebas 2. (X2): Kecerdasan mengambil nomor dari kotak secara acak untuk
Emosional. Dan Variabel Terikat (Y): Gaya memilih sampel. (Sugiyono, 2019).
Kepemimpinan Spiritual. Populasi dalam Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah seluruh Pejabat Struktural penelitian ini adalah metode try out terpakai.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Menurut Hadi (2004) try out terpakai adalah
Aceh yang bisa peneliti hubungi sebanyak 109 suatu teknik untuk menguji validitas dan
0rang. Diantaranya: kepala dinas ada 8 orang, reliabilitas melalui pengumpulan data, dan hasil
kepala badan dan kantor 29 orang, kepala percobaan dapat langsung digunakan untuk
bagian/bidang ada 19 orang, menguji (Putri, 2021). Pengambilan data
ka.subbag/ka.subbid ada 53 orang. Total seluruh penelitian dilaksanakan pada hari senin tanggal
109 orang. Dengan menggunakan rumus slovin 01 April 2022 dengan cara menyerahkan angket
maka diperoleh responden sebanyak 52 orang. penelitian secara langsung pada pejabat
N 109 struktural yang tepilih tersebut. Pejabat
n= = struktural tersebut diberikan angket. Angket
1 + Ne2 1 + 109 (10%)2 terkumpul pada tgl 20 April 2013. Pengumpulan
= 52,15 = 52 orang data dilakukan dengan cara menyebarkan
Menentukan besarnya jumlah sampel angket kepada kepada 52 pejabat struktural
pada setiap kelompok dapat menggunakan yang berada di lokasi berbeda-beda di dinas-
rumus menurut (Nazir, 2009) sebagai berikut: dinas yang ada di Pemerintahan Kabupaten
ni = (Ni / N) x n Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Penelitian
Di mana: membutuhkan waktu 20 hari sampai angket
ni = Jumlah sampel kelompok ke i terkumpul kembali, hal ini dikarenakan
Ni = Besarnya populasi setiap kelompok banyaknya angket yang dibawa pulang oleh
N = Populasi beberapa pejabat, sehingga peneliti harus
n = Jumlah sampel menunggu dan mendatangi langsung beberapa
Sehingga diperoleh komposisi jumlah rumah subjek yang lupa untuk mengumpulkan
sampel seperti berikut: angket penelitiannya. 52 angket yang tersebar
kesemua angket memenuhi syarat untuk diskor
Tabel 1 Jumlah Sampel Pejabat Struktural Yang Diteliti
dan dianalisis.
Jumlah Pejabat
No Jabatan Jumlah Sebelum penelitian dilaksanakan
Struktural
1. Kepala Dinas (8:109) x 52 4 orang terlebih dahulu peneliti mempersiapkan alat
Kepala Badan ukur (skala penelitan) sebagai alat pengumpul
2. (29:109)x52 14 orang
dan Kantor data penelitian. Skala penelitian ini terdiri dari
Kepala tiga bagian yakni : skala kecerdasan spiritual
3. (19:109)x52 9 orang
Bagian/Bidang
(Seri A), skala kecerdasan emosional (Seri B)
Ka.subbag/
4.
Ka.subbid
(53:109)x52 25 orang dan skala gaya kepemimpinan spiritual (Seri C).
Ketiga skala tersebut terdiri dari beberapa
Jumlah 52 orang
aspek, sebagaimana telah diuraikan pada bab
Sumber : Data diolah, 2022.
Dalam menetapkan siapa saja yang III. Skala seri A terdiri dari 5 (lima) aspek dengan
akan menjadi sampling dalam penelitian ini 30 (tiga puluh) Item, yaitu 15 Item favourabel
maka dilakukan melalui teknik simple random dan 15 Item unfavourabel. Skala seri B terdiri
sampling dengan cara undian. Teknik simple dari 5 (lima) aspek dengan 48 (empat puluh
random sampling adalah teknik pengambilan delapan) Item, yaitu 24 Item favourabel dan 24
6
Item unfavourabel. Kemudian skala seri C terdiri Teknik Analisis Data menggunakan:
dari 5 (lima) aspek dengan 58 Item, yaitu 29 1. Pengujian instrumen, melalui uji validitas dan
Item favourabel dan 29 Item unfavourabel. reliabilitas.
Teknik pengambilan data dilakukan 2. Pengujian asumsi klasik melalui uji normalitas
dengan kuesioner yang dibuat menggunakan data dan multikolinearitas.
skala Likert dengan 4 jawaban dengan bobot 4 3. Pengujian heteroskedastisitas
= Sangat Setuju (SS), 3 = Setuju (S), 2 = Tidak 4. Pengujian linearitas
Setuju (TS) dan 1 = Sangat Tidak Setuju.
Instrumen yang berisi skala ini diisi oleh HASIL PENELITIAN
responden dengan memilih salah satu
tanggapan yang sudah disediakan. Selain itu Berdasarkan hasil pengumpulan data
melakukan wawancara dengan beberapa terhadap 52 orang subjek yaitu pejabat
pegawai mengkonfirmasi atau memperkuat struktural di Pemerintah Kabupaten Aceh
fakta, untuk meningkatkan kepercayaan atas Tamiang Provinsi Aceh, Peneliti melihat
informasi yang telah diperoleh sebelumnya, karakteristik Subjek berdasarkan usia,
untuk memperkuat perasaan atau pandangan- pendidikan terakhir, dan masa kerja.
pandangan pribadi seseorang yang objek riset, 1. Usia Subjek
atau untuk memperoleh standar suatu kegiatan. Berdasarkan data yang diperoleh,
Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi usia subjek dalam penelitian ini dapat
skala sebagai alat pengumpulan data, yaitu: dilihat pada tabel berikut ini:
1. Skala Gaya Kepemimpinan Spiritual. Skala Tabel 1. Usia Subjek
gaya kepemimpinan spiritualitas dalam Interval Usia
No Jumlah
(Tahun)
penelitian ini disusun berdasarkan teori yang
1. 30 – 39 10 orang
dikemukana oleh (Tabroni, 2010) yakni:
2. 39 – 40 10 orang
a. Murabbi (penggembala)
3. 41 – 50 20 orang
b. Penjernih dan pengilham 4. > 50 12 orang
c. Pemakmur Jumlah 52 Orang
d. Entrepreneur Etis Sumber : Data Primer, 2022
e. Pemberdaya dan pembangun kader yang
lebih baik Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat
2. Skala Kecerdasan Spiritual. Skala kecerdasan bahwa respoden sebagian besar berusia di
spiritual dalam penelitian ini disusun antara 41 - 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan aspek-aspek yang dikemukanan responden rata-rata memiliki usia yang cukup
oleh (Abd. Kadim Masaong, 2011) yakni: dewasa dan matang untuk mengerti dan
a. Integritas (kejujuran) memahami gaya kepemimpinan spiritual
b. Energi (semangat) masing-masing pejabat struktural Pemerintah
c. Inspirasi (ide dan inisiatif) Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh.
d. Wisdom (bijaksana) 2. Pendidikan Terakhir
e. Keberanian dalam mengambil keputusan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
3. Kecerdasan Emosional. Skala Kecerdasan variasi pendidikan terakhir responden adalah:
Emosional dalam penelitian ini disusun
Tabel 2. Pendidikan Terakhir Subjek
berdasarkan aspek-aspek yang dikemukanan Jenjang
oleh (Goleman, 2007) yakni: No Jumlah
Pendidikan
a. Pengenalan diri 1. Diploma III 1 orang
b. Penguasaan diri 2. Sarjana (S-1) 44 orang
c. Motivasi diri 5. Pasca Sarjana (S-2) 7 orang
d. Empati Jumlah 52 orang
Sumber : Data Primer, 2013
e. Hubungan yang Efektif
7
tinggi, kecerdasan emosi tinggi dan memiliki kecerdasan emosional akan semakin
gaya kepemimpinan spiritual yang baik. Ini meningkatkan gaya kepemimpinan spiritual
menandakan bahwa sebagaian besar pejabat para pejabat struktural. Gaya kepemimpinan
dalam penelitian ini memiliki kecerdasan spiritual pada pejabat dapat terjadi karena
spiritual dan kecerdasan emosional yang tinggi. pejabat bertanggungjawab terhadap
Mereka merasa memiliki kemampuan untuk bawahannya. Tanggung jawab tersebut
mengubah cara mempersepsikan atau menuntut pelaksanaan kerja yang efektif.
memandang suatu situasi hidup yaitu dengan Berdasarkan data deskriptif yang diperoleh
mengubah perasaan negatif menjadi perasaan menunjukkan bahwa pejabat merasakan
positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang kecerdasan emosional yang sangat tinggi. Ini
dilakukan oleh (Hanah, 2019) seseorang dengan berarti bahwa para pejabat merasakan bahwa
kontribusi banyak dan baik dalam suatu selama ini kecerdasan emosional yang mereka
organisasi akan cenderung disukai oleh alami tinggi sehingga kondisi ini menjadi salah
manajemen, karena dipandang orang yang satu sebab meningkatnya gaya kepemimpinan
peduli akan nasib perusahaan. spiritual mereka. Hal ini sejalan dengan
(Kecerdasan et al., 2020) terdapat penelitian (Mukaroh & Nani, 2021)
hubungan positif yang signifikan antara menggunakan emosi yang secara efektif akan
kecerdasan spiritual (SQ) terhadap gaya mencapai tujuan dalam membangun hubungan
kepemimpinan. Semakin tinggi kontribusi SQ yang produktif dan mencapai kesuksesan kerja.
maka semakin tinggi pula tingkat efektifitas Kecerdasan emosional
gaya kepemimpinannya. Demikian juga dengan menggambarkan kemampuan mengindera,
hasil penelitian (Dewi & Purnamasari, 2021) ada memahami, dan menerapkan secara efektif
hubungan yang erat dan positif kecerdasan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai
spiritual dengan Kepemimpinan. Hasil penelitian sumber energi, informasi, dan pengaruh yang
(Supriyanto & Troena, 2012) ada hubungan yang manusiawi. Kecerdasan emosi juga merupakan
signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap kemampuan seseorang dalam memotivasi diri
kepemimpinan. Pemimpin yang cerdas secara sendiri dan orang lain, kemampuan mengenali
spiritual akan mempunyai pemikiran kreatif, perasaan diri sendiri dan orang lain,
berwawasan jauh ke depan, dapat membuat kemampuan mengendalikan emosi,
tau bahkan mengubah aturan menjadi lebih kemampuan dalam melakukan pengaturan diri
baik. sendiri, kemampuan berempati dan
Hasil penelitian (Ghazali Zainuddin, kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Noor Azli Mohamed Masrop, 2018) ada Kecerdasan emosi juga didefinisikan sebagai
hubungan antara kecerdasan spiritual untuk kemampuan seseorang dalam mengelola dan
melahirkan seorang pemimpin yang unggul dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi
hebat. Pemimpin yang hebat mempunyai yang terjadi. Kemampuan tersebut berupa
kecerdasan spriritual yang tinggi untuk kesadaran emosi, bagaimana mengungkapkan
menghadapi dan menyelesaikan berbagai emosi secara tepat, memotivasi diri, memahami
persoalan, menempatkan perilaku dan hidup orang lain, dan menjalin hubungan dengan
karyawannya dalam konteks yang lebih luas dan orang secara harmonis.
kaya sehingga pencapaian tujuan organisasi bisa Hal ini sejalan dengan penelitian (Loka
diwujudnya. et al., 2017) seseorang yang memiliki
Hasil penelitian berikutnya pengendalian emosi yang baik akan lebih
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional percaya diri dalam melaksanakan aktivitas
memiliki hubungan yang sangat signifikan sehari-hari. Efikasi diri atau kepercayaan
dengan gaya kepemimpinan spiritual yang diriakan terbentuk dengan baik apabila
ditunjukkan oleh koefisien rx2y = 0,689 dengan seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik
p < 0,01. Ini berarti bahwa semakin tinggi pula.
11
Menurut (Sukman et al., 2022) yang telah dilakukan oleh (Rahmania, 2015) di
kecerdasan emosional merupakan cara dalam mana variabel kecerdasan intelektual,
mengelolah emosi secara cerdas, dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual
maksud membuat emosi tersebut bermanfaat tergolong tinggi dan mampu mempengaruhi
dengan menggunakan sebagai pemandu efektivitas kepemimpinan sebesar 79,8% dan
perilaku dan pemikiran kita sedemikian rupa sisanya sebesar 20,2% dijelaskan oleh faktor lain
sehingga apapun yang dikerjakan menjadi jauh yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
lebih baik dan lebih maksimal. Hasil penelitian Didukung pula oleh penelitian (Betawi, 2012)
ini sejalan dengan hasil penelitian (Dewi & kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
Purnamasari, 2021) ada hubungan yang erat dan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah
positif antara kecerdasan emosional dengan tergolong tinggi perubahan gaya
kepemimpinan. Pendapat Aristoteles kepemimpinan dipengaruhi oleh tingkat
mengatakan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
keterampilan langka untuk marah pada orang sebesar 64.2% sedangkan sisanya sebesar 35.8 %
yang tepat dengan kadar yang sesuai, pada dipengaruhi faktor lain.
waktu yang tepat demi tujuan yang benar, dan Secara umum hasil penelitian ini
dengan cara yang baik (Ayuningtyas, 2020). menggambarkan bahwa terdapat hubungan
Kecerdaan emosional merupakan kemampuan antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan emosioanal dengan gaya kepemimpinan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan spiritual. Semakin tinggi kecerdasan spiritual
hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, yang dimiliki pemimpin dan semakin besar
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban kecerdasan emosional yang diberikan maka
stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; semakin tinggi gaya kepemimpinan spiritual
berempati dan berdoa disebut sebagai pemimpin tersebut. Sebaliknya semakin rendah
kecerdasan emosi (Ayuningtyas, 2020). kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional
Kecerdasan spiritual dan kecerdasan maka semakin rendah gaya kepemimpinan
emosional secara bersama dapat memprediksi spiritual pimpinan tersebut. Hal ini sejalan
gaya kepemimpinan spiritual. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Betawi,
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Amalia 2012) ada hubungan kecerdasan emosional dan
& Ramadhan, 2019) terdapat secara bersama- kecerdasan spiritual dengan gaya
sama terdapat pengaruh kecerdasan emosional kepemimpinan.
dan kecerdasan spiritual signifikan dan positif
terhadap kepemimpinan. Daya prediksi yang KESIMPULAN
dapat disumbangkan variabel kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
spiritual dan kecerdasan emosional sebesar
para pejabat struktural Pemerintah Kabupaten
72,2%. Hal ini bermakna terdapat 27,8% variabel-
Aceh Tamiang, maka dapat disimpulkan bahwa:
variabel lain yang dapat memprediksi gaya
kepemimpinan spiritual seperti faktor
organisasional dan aspek individual lainnya.
Pejabat memiliki tingkat gaya kepemimpinan
spiritual yang tergolong tinggi, terbukti
sebagian besar di antara para pejabat
berkategori sangat tinggi. Kondisi ini pada
dasarnya dipengaruhi oleh tingginya dan
rendahnya kecerdasan spiritual dan kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh para pejabat
struktural Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang
Provinsi Aceh. Hal ini sejalan dengan penelitian
12
1. Dari hasil penelitian didapat bahwa terdapat 3. Secara bersama-sama variabel kecerdasan
hubungan yang sangat signifikan antara spiritual dan kecerdasan emosional ini
kecerdasan spiritual dengan gaya menggambarkan bahwa terdapat hubungan
kepemimpinan spiritual. Hal ini dapat dilihat antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan
dari table model summary dimana korelasi r emosi dengan gaya kepemimpinan spiritual.
sebesar 0.722, mendekati nilai 1 artinya Hal ini dapat dilihat dari Tabel Model
hubungan antara kecerdasan spiritual dan Summary dimana dari tabel tersebut
gaya kepemimpinan spiritual sangat menerangkan bahwa besarnya korelasi ( r )
signifikan. Korelasinya bersifat positif. sebesar 0.775, artinya ada hubungan antara
Artinya jika kecerdasan spiritual meningkat variabel-variabel independen ( X1, X2 ) dan
maka gaya kepemimpinan spiritual juga akan dependen Y yang sangat signifikan, artinya
meningkat. Koefsien determinan R² sebesar secara bersama-sama X1 dan X2 dapat
0.521, artinya bahwa 52.1% gaya mempengaruhi munculnya Y. Berdasarkan
kepemimpinan spiritual dipengaruhi oleh hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan
kecerdasan spiritual. Berdasarkan hasil bahwa ke tiga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini dinyatakan diterima.
hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini 4. Koefisien determinan R² sebesar 0.601
dinyatakan diterima. artinya bahwa 60,1% gaya kepemimpinan
2. hasil penelitian didapat bahwa terdapat spiritual dipengaruhi oleh kecerdasan
hubungan yg signifikan antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional.
emosi dengan gaya kepemimpinan spiritual. Sedangkan 39,9% dipengaruhi oleh faktor-
Hal ini dapat dilihat dari table model faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam
summary dimana korelasi R sebesar 0.689, persamaan regresi tersebut (residual).
mendekati nilai 1 artinya hubungan antara Melihat hasil yang telah diperoleh dari
kecerdasan emosi dan gaya kepemimpinan penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa
spiritual sangat signifikan. Korelasinya kecerdasan spiritual harus benar-benar
bersifat positif. Artinya jika kecerdasan emosi ditingkatkan dalam diri pemimpin. Selain itu
meningkat maka gaya kepemimpinan diharapkan para pemimpin harus mampu
spiritual juga akan meningkat. Koefsien meningkatkan pengembangan
determinan R² sebesar 0.474, artinya bahwa kepemimpinannya khususnya spiritualitas.
47,4% gaya kepemimpinan spiritual Kedua hal ini sangat penting guna
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. peningkatan gaya kepemimpinan spiritual
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat pada pemimpin.
dinyatakan bahwa hipotesis 2 yang diajukan Saran
dalam penelitian ini dinyatakan diterima. 1. Diharapkan kepada setiap pejabat agar dapat
mengembangkan kemampuan kecerdasan
spiritual (X1) dan kecerdasan emosional (X2)
melalui berbagai cara seperti:
a. Mengikuti training ESQ yang dilakukan
oleh Ary Gynanjar Agustian.
b. Mengikuti berbagai pendidikan spiritual,
seperti : mengikuti ceramah keagamaan,
dan pembinaan mentalitas.
c. Melakukan tes psikologi terhadap kualitas
emosional yang ada di masing-masing
pejabat sehingga dapat dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan pembinaan
13