0% found this document useful (0 votes)
33 views6 pages

Admin,+journal+manager,+4

This document summarizes a study on the cost of illness for hypertension patients at the RSD Balung Regional Hospital in Jember Regency, Indonesia. The study found that the average direct cost was IDR 2,171,919, the average indirect cost was IDR 478,118, and the total average cost of illness was IDR 2,650,037. This total average cost is considered quite large given that patient incomes were lower than the minimum salary in Jember Regency of IDR 2,355,662.90. The study used a descriptive method and data was collected through interviews and medical record reviews of hypertension inpatients.

Uploaded by

Maulidya Silfany
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
33 views6 pages

Admin,+journal+manager,+4

This document summarizes a study on the cost of illness for hypertension patients at the RSD Balung Regional Hospital in Jember Regency, Indonesia. The study found that the average direct cost was IDR 2,171,919, the average indirect cost was IDR 478,118, and the total average cost of illness was IDR 2,650,037. This total average cost is considered quite large given that patient incomes were lower than the minimum salary in Jember Regency of IDR 2,355,662.90. The study used a descriptive method and data was collected through interviews and medical record reviews of hypertension inpatients.

Uploaded by

Maulidya Silfany
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol.

3 (2), 2021, Hal : 117-122

Perhitungan Cost of Illness (COI) Pasien Hipertensi di Pelayanan Rawat


Inap RSD Balung Kabupaten Jember

Cost of Illness of Hypertension Inpatients in RSD Balung Kabupaten


Jember
Endah Azmi Rosiyani1, Eri Witcahyo2, Yennike Tri Herawati3

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember1,2,3


Email : [email protected]

ABSTRACT

Hypertension is a serious medical condition that significantly increases the risk of


heart illness, kidney disease, etc. The prevalence of non-communicable disease, including
hypertension, has increased year by year and became the spotlight for policy makers.
Hypertension requires long and continuous treatment which causes high cost of illness.
The high economic burden of hypertension is also causes y several factors such as gender,
length of stay, severity, comorbid and payment method. This study used descriptive
method that aimed to perceive the cost of illness of hypertension inpatients in RSD Balung
Kabupaten Jember. The result showed that the average direct cost was IDR 2,171,919, the
average of indirect cost was IDR 478,118, and total average cost of illness for patient with
hypertension in this study was IDR 2,650,037. Total average cost of illness for
hypertensive patients could be said to be quite large considering that the patient’s income
were lower than City’s Minimum Salary in Kabupaten Jember, IDR 2,355,662.90.

Keywords: cost of illness, economic burden, hypertension, inpatients

ABSTRAK

Hipertensi merupakan kondisi medis serius yang secara signifikan dapat


meningkatkan risiko penyakit jantung, ginjal dan lain-lain. Prevalensi penyakit tidak
menular, termasuk hipertensi, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan menjadi
perhatian khusus bagi para pemangku kebijakan. Hipertensi membutuhkan perawatan lama
dan berkelanjutan yang menyebabkan tingginya biaya akibat hipertensi. Selain itu,
tingginya beban ekonomi hipertensi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
jenis kelamin, lama rawat inap, tingkat keparahan, komorbid dan jenis pembiayaan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
perhitungan cost of illness pasien hipertensi di pelayanan rawat inap RSD Balung
Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total biaya langsung
adalah Rp 2.171.919, rata-rata total biaya tidak langsung sebesar Rp 478.118 dan rata-rata
total cost of illness hipertensi sebesar Rp 2.650.037. Rata-rata total cost of illness pasien
hipertensi ini dapat dikatakan cukup besar mengingat pendapatan pasien lebih kecil dari
UMK Kabupaten Jember yaitu Rp 2.355.662,90.

Kata kunci: beban ekonomi, cost of illness, hipertensi, rawat inap

117
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 3 (2), 2021, Hal : 117-122

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan kondisi medis serius yang secara signifikan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, ginjal, dan lain-lain. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 1,13 milyar orang di dunia memiliki hipertensi yang sebagian
besar tinggal di negara berpendapatan rendah sampai menengah. Namun dari banyaknya
orang yang memiliki hipertensi, hanya kurang dari seperlima penderita yang melakukan
upaya pengendalian untuk hipertensi yang dimiliki (WHO, 2019).
Indonesia saat ini sedang mengalami double burden diseases, dimana Indonesia
harus menghadapi beban penyakit tidak menular yang semakin meningkat sekaligus beban
penyakit menular yang masih berat. Penyakit tidak menular utama diantaranya yaitu
hipertensi, diabetes melitus dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Kemenkes RI,
2016:8). Data Riskesdas 2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi PTM
diantaranya hipertensi, obesitas dan kanker. Prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18
tahun keatas meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% (Riskesdas, 2018).
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menunjukkan penyakit tidak menular
tertinggi di Kabupaten Jember yaitu hipertensi. Tren hipertensi di Kabupaten Jember juga
mengalami peningkatan dari tahun 2017 yang memiliki jumlah kasus hipertensi sebesar
26.271 kasus, meningkat menjadi 64.126 kasus pada tahun 2018. Mayoritas kasus
hipertensi di Kabupaten Jember berasal dari daerah pedesaan dan berdasarkan hasil studi
pendahuluan, menunjukkan bahwa unit rawat inap RSD Balung memiliki kunjungan
pasien hipertensi lebih tinggi dibandingkan rumah sakit lain yang berlokasi di pedesaan.
Meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular menjadi perhatian khusus bagi
para pemangku kebijakan baik di tingkat dunia maupun nasional. Baik WHO maupun
Dinas Kesehatan mencanangkan berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi
faktor risiko penyakit tidak menular. Mengatasi faktor risiko penyebab penyakit tidak
menular tidak hanya akan mengurangi angka mortalitas akibat PTM, namun juga
memberikan dorongan besar bagi pembangunan ekonomi negara (WHO). Hal ini
dikarenakan penyakit tidak menular juga memberikan dampak ekonomi baik pada
masyarakat maupun negara.
Bloom et al. (2015) memperkirakan kerugian ekonomi akibat penyakit tidak
menular di Indonesia tahun 2012-2030 mencapai $4,47 trilyun. Penelitian Primayanti
(2015) mengenai burden of disease pada penderita hipertensi di kota Surabaya tahun 2015
menunjukkan bahwa cost of illness hipertensi per orang dalam setahun mencapai Rp.
2.404.780 dengan rincian total biaya langsung Rp. 1.348.583 dan total biaya tidak
langsung Rp. 1.056.197. Tingginya biaya akibat hipertensi disebabkan karena hipertensi
membutuhkan perawatan lama dan berkelanjutan (Wang et al., 2017). Penelitian
Bambungan et al., (2017) menunjukkan bahwa tingginya beban ekonomi hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, lama rawat inap (LOS),
tingkat keparahan, komorbid dan jenis pembiayaan
Berdasarkan paparan masalah diatas, diperoleh tujuan penelitian yaitu untuk
menghitung cost of illness (COI) pasien hipertensi di pelayanan rawat inap RSD Balung
Kabupaten Jember.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di RSD
Balung Kabupaten Jember dengan waktu penelitian selama bulan Agustus-Oktober 2020.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien hipertensi di pelayanan rawat inap RSD Balung
Kabupaten Jember. Sumber data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh
langsung oleh peneliti melalui wawancara dengan responden dan data sekunder yang

118
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 3 (2), 2021, Hal : 117-122

diperoleh dari data rekam medik dan billing. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden


Variabel Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 17,65
Perempuan 14 82,35
Kelompok Umur
15-25 tahun 0 0
26-35 tahun 1 5,88
36-45 tahun 1 5,88
46-55 tahun 4 23,53
56-65 tahun 4 23,53
66-75 tahun 5 29,41
≥76 tahun 2 11,76
Tingkat Pendidikan
Tidak/belum pernah sekolah 4 23,53
Tidak tamat SD/sederajat 1 5,88
Tamat SD/sederajat 6 35,29
Tamat SMP/sederajat 4 23,53
Tamat SMA/sederajat 2 11,76
Tamat Perguruan Tinggi 0 0
Pekerjaan
Tidak bekerja 13 76,47
Pegawai 0 0
Wiraswasta 0 0
Petani/Nelayan/Buruh 4 23,53
Lainnya 0 0
Pendapatan
<UMK 17 100
≥UMK 0 0
Riwayat Hipertensi Keluarga
Ya 6 35,29
Tidak 11 64,71

Dari 17 responden penelitian, sebagian besar (82,35%) berjenis kelamin perempuan


dengan kelompok umur tertinggi (29,41%) yaitu kelompok umur 66-75 tahun. Mayoritas
responden penelitian ini memiliki tingkat pendidikan SD/sederajat dengan persentase
sebesar 35,29%. Sebagian responden (76,47%) pada penelitian ini tidak bekerja dan
sebagian kecil lainnya bekerja sebagai petani/nelayan/buruh dengan pendapatan dibawah
nilai upah minimum kota/kabupaten (UMK) Kabupaten Jember yang bernilai Rp
2.355.622,90. Lebih dari setengah responden (64,71%) tidak memiliki riwayat hipertensi
keluarga.

119
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 3 (2), 2021, Hal : 117-122

Biaya Langsung (Direct Cost)

Tabel 2. Biaya Langsung (Direct Cost)


Biaya Langsung Medis Rata-rata Modus Nilai Minimum Nilai Maksimum
B. Administrasi Rp 39.941 Rp 45.000 Rp 27.000 Rp 45.000
B. Rawat Darurat Rp 956.235 0 Rp 637.484 Rp 1.462.139
B. Rawat Jalan Rp 60.595 0 Rp 50.000 Rp 71.190
B. Kamar/akomodasi Rp 314.412 Rp 390.000 Rp 195.000 Rp 500.000
B. Obat (farmasi) Rp 404.003 0 Rp 11.449 Rp 1.058.663
B.Visite Rp 55.441 Rp 37.500 Rp 12.500 Rp 122.500
B.Tindakan Keperawatan Rp 230.206 0 Rp 126.000 Rp 337.500
B. Gizi Rp 9.000 Rp 9.000 Rp 6.000 Rp 15.000
B. Laboratorium Rp 147.697 Rp 16.000 Rp 16.000 Rp 410.500
B. Radiologi Rp 55.000 Rp 55.000 Rp 55.000 Rp 55.000
Biaya Langsung Non Medis
Transportasi Rp 126.106 Rp 78.800 0 Rp 1.009.800

Biaya langsung terdiri atas biaya langsung medis dan biaya langsung non medis.
Biaya langsung medis meliputi biaya administrasi, biaya rawat darurat, biaya rawat jalan,
biaya kamar/akomodasi, biaya obat (farmasi), biaya visite, biaya tindakan, biaya gizi, biaya
laboratorium dan biaya radiologi. Sementara biaya langsung non medis pada penelitian ini
didapatkan dari biaya transportasi.
Biaya langsung medis memiliki kontribusi besar pada total biaya langsung dengan
komponen biaya tertinggi terdapat pada biaya rawat darurat yaitu rata-rata Rp 956.235.
Biaya yang dikeluarkan untuk rawat darurat berbeda pada setiap pasien, tergantung pada
pelayanan yang diterima pasien. Sebagai penanganan awal untuk menurunkan hipertensi,
tindakan yang didapat oleh pasien adalah injeksi. Kemudian untuk menunjang diagnosis
dibutuhkan elektrokardiografi dan pemasangan kateter, dimana elektrokardiografi
digunakan untuk melihat perubahan anatomi dan atau fungsi jantung akibat hipertensi,
sedangkan pemasangan kateter dilakukan terkait kebutuhan laboratorium.
Biaya langsung medis, yang didapatkan dari biaya transportasi memiliki rata-rata
Rp 126.106. Biaya transportasi pada penelitian ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
pasien untuk mencapai rumah sakit dan biaya yang dibutuhkan pendamping untuk
mobilitas dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien dan dirinya selama menjalani rawat
inap. Besarnya biaya transportasi bergantung pada jarak dari rumah ke FKRTL atau rumah
sakit, jenis kendaraan dan harga bahan bakar. Semakin jauh jarak rumah, maka semakin
besar pula biaya transportasi. Selain itu, biaya transportasi pada penelitian ini juga
dipengaruhi oleh status kepemilikan kendaraan dan biaya parkir.

Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Tabel 3. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)


Nilai Nilai
Biaya Tidak Langsung Rata-rata Modus
Minimum Maksimum
Pendapatan pasien yang hilang Rp 122.500 0 Rp 90.000 Rp 160.000
Pendapatan pendamping pasien yang Rp 284.167 0 Rp 120.000 Rp 875.000
hilang
Biaya lain-lain Rp 248.706 0 Rp 132.000 Rp 442.000
Total Rp 478.118 0 Rp 137.000 Rp 1.155.000

Biaya tidak langsung (indirect cost) pada penelitian ini didapatkan dari kerugian
produktifitas akibat sakit dan biaya lain-lain. Kerugian produktifitas akibat sakit berupa
pendapatan yang hilang pada pasien dan pendapatan yang hilang pada pendamping pasien
120
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 3 (2), 2021, Hal : 117-122

selama mendampingi pasien menjalani rawat inap. Dari ketiga komponen biaya tidak
langsung, pendapatan pendamping pasien yang hilang memiliki rata-rata tertinggi yaitu
sebesar Rp 284.167. Pendapatan pendamping pasien yang hilang terbesar adalah Rp
875.000, dengan jenis pekerjaan wiraswasta. Sedangkan pendapatan pasien yang hilang
tidak berpengaruh banyak karena sebagian besar pasien tidak bekerja sehingga tidak ada
pendapatan yang hilang dari sisi pasien itu sendiri. Biaya lain-lain pada penelitian ini yaitu
biaya yang dikeluarkan selain biaya langsung untuk menunjang perawatan dan pengobatan
pasien selama menjalani rawat inap, meliputi biaya keperluan pasien serta makan dan
minum pendamping pasien. Pada komponen biaya lain-lain, biaya makan dan minum
pendamping menjadi penyusun tertinggi. Sedangkan untuk keperluan pasien, salah satu
yang dibutuhkan adalah diaper untuk hygiene personal pasien.

Biaya Sakit (Cost of Illness) Hipertensi

Tabel 4. Cost of Illness Pasien Hipertensi di Pelayanan Rawat Inap RSD Balung
Kabupaten Jember
Uraian Hasil
Rata-rata Rp 2.650.037
Modus 0
Nilai Minimum Rp 1.704.999
Nilai Maksimum Rp 4.374.700

Studi cost of illness merupakan studi yang dilakukan untuk mengukur beban
ekonomi dari suatu penyakit pada masyarakat dan memperkirakan jumlah biaya yang
mungkin dapat disimpan jika tidak memiliki penyakit tersebut. Studi COI merupakan
bentuk evaluasi ekonomi paling awal di sektor pelayanan kesehatan yang memberikan
gambaran biaya yang ditimbulkan dari suatu penyakit untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan oleh rumah sakit terkait analisis efisiensi biaya pelayanan. Selain itu, fungsi
penting COI adalah untuk merumuskan dan menentukan prioritas kebijakan kesehatan dan
mengalokasikan sumber daya sesuai anggaran untuk efisiensi kebijakan [8].
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang terjadi terus-menerus selama lebih dari satu
periode. Hipertensi bersifat asimptomatik sehingga menyebabkan banyak penderita tidak
menyadari dirinya mengalami hipertensi dan pada akhirnya mengetahui hal ini ketika
penyakit yang lebih parah terlanjur muncul, seperti stroke, disfungsi ginjal, gangguan
penglihatan, dan lain-lain. Perawatan yang lama dan berkelanjutan untuk hipertensi
menyebabkan tingginya beban ekonomi akibat penyakit ini. Namun beban ekonomi untuk
penyakit lebih lanjut akan lebih tinggi lagi karena selain membutuhkan pemeriksaan lebih
kompleks, penyakit tersebut juga membutuhkan treatment khusus dalam perawatannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen biaya langsung (direct cost)
memiliki nilai lebih besar daripada biaya tidak langsung (indirect cost), dimana biaya
langsung berkontribusi sebesar 81,96%, sedangkan biaya tidak langsung sebesar 18,04%.
Rata-rata total biaya sakit (cost of illness) pasien hipertensi di pelayanan rawat inap RSD
Balung Kabupaten Jember adalah Rp 2.650.037. Biaya ini dapat dikatakan cukup besar
mengingat pendapatan seluruh pasien yang menjadi responden pada penelitian ini berada
dibawah nilai UMK Kabupaten Jember yaitu Rp 2.355.662,91.

121
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 3 (2), 2021, Hal : 117-122

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total biaya langsung (direct


cost) adalah sebesar Rp 2.171.919 dengan rentang biaya Rp 1.030.999-Rp 3.699.700.
Sedangkan rata-rata total biaya tidak langsung (indirect cost) adalah Rp 478.118
dengan rentang biaya Rp 137.000-Rp 1.155.000. Rata-rata total cost of illness pasien
hipertensi pada penelitian ini adalah sebesar Rp 2.650.037 dengan rentang biaya Rp
1.704.999-Rp 4.374.700. Rata-rata total cost of illness pasien hipertensi ini dapat
dikatakan cukup besar mengingat pendapatan pasien lebih kecil dari nilai UMK
Kabupaten Jember yaitu Rp 2.355.662,90.

SARAN
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat melakukan perhitungan cost of illness
hipertensi berdasarkan jenis penyakit komorbid yang diderita pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bambungan YM, Oetari RA, Satibi. 2017. Analisis Biaya Pengobatan Hipertensi
pada Pasien Rawat Inap di RSUD Sorong. Tunas-Tunas Riset Kesehatan,
7(2):72-76.

Bloom DE, Chen S, McGovern M, Prettner K, Candeias V, et al. 2015. The


Economics of Non-Communicable Diseases in Indonesia. World Economic
Forum Report. World Economic Forum.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2018. Laporan Penyakit Tidak Menular


Kabupaten Jember Tahun 2017-2018. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember.

Jo C. 2014. Cost-of-illness studies: concepts, scopes, and methods. Clinical and


Molecular Hepatology, 20:327-337.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Primayanti. 2015. Analisis Economic Burden of Disease dengan Metode Cost of


Illness pada Penderita Hipertensi di Kota Surabaya Tahun 2015. Jurnal
Penelitian Kesehatan, 1-8.

Wang G, Grosse SD, Schooley MW. 2017. Conducting Research on the


Economics of Hypertension to Improve Cardiovascular Health. Am J Prev
Med, 53(6):1-6.

World Health Organization. 2018. Noncommunicable Diseases.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-
diseases

122
Copyright © 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), E-ISSN 2745-8903

You might also like