Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur Kajian Posk
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur Kajian Posk
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur Kajian Posk
1Puspita
Trie Utami, 2Muhammad Fuad, 3Munaris, 4Edi Suyanto, 5Siti Samhati
1
[email protected], [email protected]
3
[email protected], [email protected], [email protected]
1,2,3,4,5Universitas Lampung
Abstract: Ambivalence is a phenomenon that places and rejects one culture in the
face of another. Ambivalence is always related to the imitation of the natives
towards the colonialists. Ambivalence is the impact of the culture and mindset of
the colonizers.The purpose of this study is to reveal the ambivalence of indigenous
figures in the colonial period in Pidi Baiq's Helen and Sukanta using postcolonial
perspectives and their implications for the study of literature in senior high schools
(SMA). This research is a type of descriptive qualitative research with the data
source being the novel Helen and Sukanta by Pidi Baiq. Through these data sources,
data is obtained in the form of phenomena in the novel Helen and Sukanta by Pidi
Baiq which contain character ambivalence. Data collection is done by reading and
note technique. The data is then analyzed with interactive data analysis techniques.
The results showed that the character Sukanta (Ukan) as an indigenous character
experienced symptoms of ambivalence. Even though Sukanta (Ukan) lived side by
side and even had a close relationship with the Dutch and were able to speak Dutch,
Sukanta (Ukan) were still considered natives who were always under the Dutch.
The results of the analysis of the colonialism phenomenon in the novel can then be
used as Indonesian language teaching materials that are oriented towards
strengthening national character.
1
Mahasiswa Universitas Lampung
2,3,4,5
Dosen Universitas Lampung
Jurnal Elsa, Volume 21, Nomor 1, April 2023
dalam novel tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan ajar bahasa
Indonesia yang berorientasi pada penguatan karakter kebangsaan.
24
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur: Kajian Poskolonial Dalam Novel Helen Dan Sukanta
Karya Pidi Baiq (Puspita Trie Utami, Muhammad Fuad, Munaris, Edi Suyanto)
Nasionalisme dan kemerosotan nilai tentang pendidikan karakter. Salah satu cara
nilai karakter merupakan masalah bagi yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan
setiap bangsa. Pengaruhnya juga dapat karya sastra sebagai sumber belajar.
tersebar di berbagai bidang (Suwondo, Pengalaman masa lalu, misalnya
2016). Fenomena melemahnya nilai-nilai sebagai negara terjajah, bisa digali melalui
nasionalisme terjadi khususnya pada kaum karya sastra (Alwadhaf & Omar, 2011).
muda. Aman (2014) menjelaskan bahwa Novel-novel yang memuat kisah tentang
situasi yang mengerikan terjadi dengan penjajahan dan ketertindasan pada masa
hilangnya nasionalisme dan nilai-nilai moral kolonial dapat menjadi karya sastra yang
yang terjadi pada generasi muda, salah baik untuk memberikan pemahaman
satunya adalah siswa. nasionalisme terhadap siswa (Suwondo,
Berdasarkan fenomena tersebut, 2014)
penting untuk menanamkan nilai-nilai Penting untuk menunjukkan sikap
karakter yang mencerminkan nilai-nilai kreatif dan inovatif ketika menyajikan bahan
patriotisme dan jiwa kebangsaan. Sekolah ajar berbasis teks sastra. Namun, situasi saat
dapat menjadi solusi untuk menanamkan ini menunjukkan bahwa pembelajaran
nilai-nilai tersebut. Menanamkan nilai-nilai bahasa Indonesia dengan memanfaatkan
nasionalisme pada anak sekolah dapat teks sastra sangat monoton. Penelitian yang
dilakukan dengan mempelajari karya sastra dilakukan oleh Tarsinih (2019)
Indonesia. Karya-karya tersebut dapat menunjukkan bahwa pembelajaran sastra
digunakan dalam perannya untuk baru sampai pada tataran unsur intrinsik saja.
memasukkan penanaman nasionalisme atau Hal itu tentu akan kurang bermakna bagi
karakter bangsa. (Yolanda et al., 2018). Pada siswa.
pembelajaran bahasa Indonesia, materi Berdasarkan uraian di atas,
tentang karya sastra salah satunya ada pada penelitian ini memiliki tujuan untuk
KD 3.11 tentang analisis buku fiksi. berkontribusi pada pembelajaran,
Sastra dapat menjadi sarana pengajaran khususnya pembelajaran sastra Indonesia.
yang menarik dan sarat pesan positif bagi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh alat pembangun karakter siswa.
Ahmadi (2017) menjelaskan bahwa sastra Pembelajaran sastra Indonesia perlu terus
menawarkan cerita yang secara positif dapat dikembangkan secara menarik. Putri (2011)
mempengaruhi pembentukan karakter mengatakan cara-cara kreatif, inovatif dan
siswa. Nilai-nilai etika yang disajikan dalam kritis diperlukan dalam menyajikan
sastra dapat membantu pemahaman siswa pembelajaran. Hal tersebut juga harus
25
Jurnal Elsa, Volume 21, Nomor 1, April 2023
selaras dengan orientasi pendidikan yang Sumber data yang dipilih pada
bertujuan untuk membentuk sikap dan penelitian ini adalah novel Helen dan
karakter siswa. Salah satu cara yang bisa Sukanta karya Pidi Baiq. Novel ini
dilakukan adalah dengan menyajikan karya mengangkat kehidupan yang terjadi pada
sastra poskolonial. masa kolonial. Kehidupan masyarakat pada
Kajian postkolonial terhadap karya masa kolonial menjadi tema yang jarang
sastra Indonesia cukup sering dilakukan. ditulis oleh para sastrawan (Anantama et al.,
Penelitian oleh Nursafa’ah (2021) yang 2021). Pidi Baiq mencoba memberikan
berjudul Subaltern dalam Novel Helen dan nuansa berbeda dengan karya sastra lainnya
Sukanta karya Pidi Baiq posisi kaum melalui cerita-ceritanya. Salah satu gejala
pribumi yang cenderung inferior dihadapan yang sering muncul dalam kehidupan
kaum penjajah yang begitu superior. masyarakat pribumi pada era kolonial
Perbedaan penelitian tersebut dengan adalah keterbelahan identitas masyarakat
penelitian ini adalah dalam hal konstruksi tersebut, yang biasa disebut sebagai
teori yang digunakan. ambivalensi. Penelitian ini mencoba
Penelitian lain pernah dilakukan melakukan telaah terhadap ambivalensi
oleh Faizah (2021). Penelitian tersebut yang ada pada novel Helen dan Sukanta
menjabarkan keterbelahan identitas yang karya Pidi Baiq. Selain itu, hasil penelitian
dialami tokoh bernama Fessologue. Tokoh terhadap ambivalensi yang ada pada novel
tersebut melakukan peniruan dalam Helen dan Sukanta dilihat pemanfaatannya
berbagai hal terhadap orang-orang Prancis. dalam pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian tentang ambivalensi
dalam novel juga pernah dilakukan oleh
II. METODE
Anantama et al. (2020). Penelitian ini
mengungkap ambivalensi yang terjadi pada
Penelitian ini merupakan penelitian
tokoh dalam novel Pangeran Dari Timur
kualitatif deskriptif. Penelitian ini tidak
karya Iksaka Banu dan Kurnia Effendi.
melibatkan angka-angka namun terfokus
Hasil penelitian menjelaskan bahwa
pada kata, frasa, kalimat, dan paragraf
ambivalensi dalam novel tersebut dialami
(Sugiyono, 2014). Hasil penelitian berisi
oleh beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut
analisis data yang menuturkan, memaparkan,
hidup dengan melakukan peniruan terhadap
dan menafsirkan. Novel Helen dan Sukanta
kehidupan orang Belanda namun dalam
karya Pidi Baiq adalah sumber data dalam
pergaulan mereka tetap dimarjinalkan oleh
penelitian ini. Dari sumber data tersebut
orang-orang Belanda.
26
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur: Kajian Poskolonial Dalam Novel Helen Dan Sukanta
Karya Pidi Baiq (Puspita Trie Utami, Muhammad Fuad, Munaris, Edi Suyanto)
diambil data berupa fenomena tokoh dalam lingkungan Belanda, berbahasa Belanda,
novel yang bermuatan ambivalensi. dan dekat dengan seorang gadis Belanda.
Pengumpulan data dalam penelitian ini Pandangan dari seorang tokoh Belanda
menggunakan teknik studi pustaka. Teknik bernama Tineke adalah bahwa Ukan tetap
ini digunakan untuk mencatat dan pribumi dan tidak bisa setara dengan
mengumpulkan data dalam dokumen yang Belanda meskipun memiliki hubungan yang
sesuai dengan focus penelitian (Creswell, special dengan Helen, gadis Belanda. Pada
2014). Metode ini merupakan metode dasarnya, peniruan yang dilakukan oleh
simbolik karena beroperasi terhadap materi pribumi pada masa kolonial adalah peniruan
(teks) yang bersifat simbolik (Krippendorff, yang semu belaka (Latifah & Putra, 2020).
2004). Analisis data dalam penelitian ini Peristiwa ambivalensi yang dialami
menggunakan teknik analisis data interaktif oleh tokoh Ukan dalam disebakan stigma
(Miles et al., 2018). pada masa kolonial terhadap kaum pribumi.
Stigma tersebut menempatkan kaum
pribumi sebagai kaum rendahan dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
termarjinalkan. Di sisi lain, kaum penjajah
Ambivalensi Tokoh Pribumi
menjadi kaum yang dominan dan unggul
Novel Helen dan Sukanta bercerita (Young, 2020). Oleh sebab itu, Tineke
tentang perjalanan tokoh Helen dan Sukanta menolak posisi Ukan yang setara dengan
(Ukan) yang hidup pada masa penjajahan. dirinya dan Helen.
Dalam novel ini, ketimpangan antara Banyak tokoh pribumi dalam novel
pribumi dan Belanda memunculkan sikap Helen dan Sukanta menjalin kedekatan
ambivalensi khususnya pada masyarakat dengan Belanda. Mereka dipengaruhi oleh
pribumi. budaya Belanda dan meniru kebudayaan
Ambivalensi membuat seorang tokoh tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
berada dalam dua kutub kebudayaan Praktik semacam itu lazim terjadi selama
sehingga sulit untuk mengidentifikasi kolonialisme. Soekiman (2014)
dirinya. Dalam novel Helen dan Sukanta mengungkapkan bahwa hadirnya Belanda di
karya Pidi Baiq, tokoh Ukan menunjukkan Indonesia memberikan pengaruh yang
sisi ambivalen pada dirinya. signifikan terhadap kehidupan dan
Ambivalensi yang terjadi pada tokoh kebudayaan masyarakat Indonesia.
Ukan terjadi ketika Ukan tidak sepenuhnya Menurut Vlekke (2020), dominasi
diterima dalam lingkungan pergaulan terbesar Belanda adalah di Pulau Jawa.
Belanda meskipun Ukan hidup di Ciwidey yang berada di Jawa Barat
27
Jurnal Elsa, Volume 21, Nomor 1, April 2023
merupakan latar dari novel Helen dan pada Ukan sebagai pribumi dan Helen
Sukanta. Oleh sebab itu, tokoh-tokoh sebagai warga Belanda.
pribumi dalam novel tersebut banyak Fenomena tersebut terjadi ketika
terpengaruh kebudayaan penjajah. Namun, Bijkman memandang hubungan pertemanan
tokoh-tokoh yang terpengaruh dan meniru antara Helen dan Sukanta. Ikatan
kebudayaan penjajah tersebut tidak pernah pertemanan bahkan asmara yang terjadi
dianggap setara oleh Belanda. diantara pribumi dan Belanda adalah ikatan
Fenonema semacam itu terjadi pada yang dianggap tidak wajar. Meskipun
tokoh Ukan. Sebagai kaum pribumi, Ukan pribumi tersebut dianggap setara dan sudah
cukup mahir menggunakan bahasa Belanda. berteman atau berhubungan baik dengan
Pada masa penjajahan, hal semacam itu keluarga Belanda. Seperti yang terjadi
lazim terjadi. Hal itu karena bahasa Belanda kepada Ukan dan Helen. Bagi orang
menjadi salah satu syarat untuk menjadi Belanda, hubungan kaum mereka dengan
pegawai pemerintah Belanda, menjadi siswa pribumi adalah hubungan yang penuh
di sekolah-sekolah milik Belanda, dan kehinaan. Keadaan tersebut membuat
bergaul dengan orang-orang Belanda sebagian orang Belanda tidak menerima
(Koentjaraningrat, 1984). apabila terjadi hubungan dekat antara kaum
Peniruan terhadap bahasa yang mereka dan pribumi. Apalagi jika hubungan
dilakukan oleh Ukan mengakibatkan tersebut terjadi pada keluarga mereka.
terjadinya ambivalensi. Ukan yang bisa Seperti pada kutipan ini, Bijkman sebagai
berbahasa Belanda dengan baik paman Helen sangat menentang hubungan
didiskriminasi oleh tokoh Belanda. Bijkman antara Helen dan Ukan. Bijkman sampai
yang berkebangsaan Belanda menolak mampu menghilangkan nyawa masyarakat
kebiasaan Ukan tersebut. Meskipun Ukan pribumi yang dianggap menurunkan
berbahasa Belanda, Bijkman percaya bahwa kehormatan keluarganya. Ia menganggap
Ukan tidak dan tidak bisa sama dengan bahwa budayanya lebih unggul.
bahasa Belanda. Pada novel Helen dan Sukanta,
Hubungan asmara yang terjadi antara ambivalensi pada diri Ukan terjadi ketika
pribumi dan Belanda selalu menibulkan Bijkman menganggap pertemanan yang
kontra. Pribumi dan Belanda merupakan terjadi antara Helen dan Ukan
kebudayaan yang dipandang tidak bisa menghilangkan harga dirinya sebagai
disatukan. Satu sisi budaya yang Belanda. Hal tersebut hanya karena ukan
mendominasi dan satu sisi merupakan merupakan pribumi. Bijkman sangat
budaya yang diasingkan. Hal tersebut terjadi memandang rendah seorang pribumi
28
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur: Kajian Poskolonial Dalam Novel Helen Dan Sukanta
Karya Pidi Baiq (Puspita Trie Utami, Muhammad Fuad, Munaris, Edi Suyanto)
29
Jurnal Elsa, Volume 21, Nomor 1, April 2023
Karya sastra dengan latar kehidupan dekatnya bernama Helen yang merupakan
kolonial seperti novel Helen dan Sukanta ini tokoh Belanda. Bahkan, hubungan mereka
bisa mengembangkan sikap cinta tanah air ditentang oleh Bijkman yang merupakan
pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan tokoh Belanda. Meskipun Sukanta (Ukan)
penelitian Suwondo (2014) yang terbiasa berbahasa Belanda dan bergaul
menjelakskan bawha nilai-nilai postif dengan tokoh Belanda, Sukanta (Ukan)
seperti demokratis, cinta damai, peduli dianggap tidak bisa setara dengan mereka.
sosial, toleran, tanggung jawab, dan cinta Pribumi seperti Ukan tetap dianggap sebagai
tanah air dapat dipetik melalui wacana yang sosok yang derajatnya lebih rendah dari
hadir dalam karya sastra pascakolonial. Belanda.
Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan
dalam pembelajaran sastra pada mata
IV. SIMPULAN
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Menegah Atas. Pemanfaatan hasil kajian ini
Berdasarkan penelitian yang telah
adalah dengan menyusun bahan ajar yang
dilakukan terhadap tokoh-tokoh pribumi
disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD)
dalam novel Helen dan Sukanta, terdapat
3.11. Bahan ajar sastra yang dibuat dari
beberapa gejala ambivalensi. Ambivalensi
novel berlatar kolonial ini menuntun siswa
tersebut dialami oleh tokoh Sukanta (Ukan).
untuk memiliki rasa cinta tanah air.
Ambivalensi terjadi ketika Sukanta (Ukan)
sebagai tokoh pribumi sulit untuk
mengutarakan perasaan terhadap teman
DAFTAR RUJUKAN
Alwadhaf, Y. H., & Omar, N. (2011). Narrating the nation and its other: The emergence of
Palestine in the postcolonial Arabic novel. 3L: Language, Linguistics, Literature,
17(SPEC. ISSUE), 109–119.
30
Tokoh Pribumi Dalam Relasi Barat-Timur: Kajian Poskolonial Dalam Novel Helen Dan Sukanta
Karya Pidi Baiq (Puspita Trie Utami, Muhammad Fuad, Munaris, Edi Suyanto)
Anantama, M. D., Trie Utami, P., & Setiawan, A. (2020). AMBIVALENSI TOKOH-TOKOH
DALAM NOVEL PANGERAN DARI TIMUR KARYA IKSAKA BANU DAN
KURNIA EFFENDI: KAJIAN POSKOLONIAL. Kelasa, 15(1), 144–153.
Anantama, M. D., Widodo, S. T., & Setiawan, B. (2021). Hybridity and Mimicry in the Novel
Pangeran Dari Timur Iksaka Banu’s Work. International Journal of Multicultural and
Multireligious Understanding, 8(1), 32–42. https://doi.org/10.18415/ijmmu.v8i1.2211
Carey, D., & Festa, L. (2009). The Postcolonial Enlightenment. Oxford University Press.
Faizah, A. (2021). Ambivalensi Identitas dalam Novel Black Bazar karya Alain Mabanckou.
Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9(2), 79–97. https://doi.org/10.24036/jbs.v9i2.112003
Latifah, S., & Putra, C. R. W. (2020). Representasi Hegemoni Kekuasaan pada Zaman Kolonial
Dan Orde Baru dalam Novel “Balada Supri.” Leksema: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 5(1),
65–82. https://doi.org/10.22515/ljbs.v5i1.2107
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2018). Qualitative data analysis: A methods
sourcebook. Sage publications.
Nursafa’ah, K. R. (2021). Subaltern dalam Novel Helen dan Sukanta Karya Pidi Baiq
[Universitas Wijaya Kusuma Surabaya]. https://erepository.uwks.ac.id/8222/
Soekiman, D. (2014). Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Komunitas
Bambu.
31
Jurnal Elsa, Volume 21, Nomor 1, April 2023
Suwondo, T. (2014). Kajian Wacana Sastra Pascakolonial dan Pembangunan Karakter Bangsa.
Jentera, 3(2), 95–105.
Tarsinih, E. (2019). NILAI SOSIAL NOVEL KELIR SLINDET KARYA KEDUNG DARMA
ROMANSHA BERDASARKAN TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI
UPAYA MEMILIH BAHAN AJAR SASTRA DAN METODE PEMBELAJARANNYA.
BAHTERA INDONESIA: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
4(1), 31–38.
Yolanda, Y., Widayati, E. S., & Husniah, F. (2018). NILAI KARAKTER BANGSA DALAM
SERAT BRATAYUDA SADURAN KAREL FREDRIK WINTER. RETORIKA: Jurnal
Bahasa, Sastra Dan Pengajarannya, 11(1), 88–99.
https://doi.org/10.26858/retorika.v11i1.4959
32