Jurnal Latihan Napas Dalam

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

Rizki Ayu Adiani Putri, Dwi Novitasari*


(Universitas Harapan Bangsa)

Abstract

Pneumonia is a disease that infects the respiratory tract and is accompanied by symptoms
of cough and runny nose and shortness of breath caused by viruses, bacteria, and foreign
substances. One of the interventions to expel phlegm is to practice coughing effectively
independently. Effective coughing is a coughing exercise that aims to expel phlegm that is
stuck in the patient's airway, which is done correctly will help expel phlegm to the maximum.
This case study was conducted to determine the effectiveness of the implementation of an
effective cough on sputum production in patients with pneumonia at Kardinah Hospital,
Tegal. The research method used is a descriptive case study with a nursing care process
approach. The study was conducted by purposive sampling with the following criteria:
medical diagnosis of pneumonia, adult age, experiencing ineffective airway clearance
nursing problems, RR>20 x/minute, and willingness to be a respondent, in the upper
Edelweiss room. The results showed that the patient's respiratory rate before the
implementation was 26 x/minute to 20 times per minute. In addition, giving effective
coughing exercises for 3x24 hours has shown a change in the patient's ability to expel
phlegm. This study concludes that coughing exercises can effectively reduce the patient's
respiratory rate within the normal range, improve SPO 2, and increase sputum output. It is
recommended for nurses to be able to use effective coughing exercises on airway clearance
disorders.

Keywords: Effective cough; Pneumonia; Sputum

Abstrak

Pneumonia merupakan suatu penyakit yang menginfeksi bagian saluran pernapasan,


dimana disertai gejala batuk dan pilek serta sesak napas yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan substansi asing. Salah satu intervensi dalam upaya untuk mengeluarkan dahak
adalah dengan latihan batuk efektif secara mandiri. Batuk efektif adalah suatu latihan batuk
dimana bertujuan untuk mengeluarkan dahak yang tertahan di jalan napas pasien, yang
dilakukan secara benar akan membantu mengeluarkan dahak secara maksimal. Studi kasus
ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas implementasi batuk efektif terhadap pengeluaran
dahak pada pasien dengan pneumonia di RSUD Kardinah Kota Tegal. Metode penelitian
yang digunakan yaitu deskriptive case study dengan pendekatan proses asuhan
keperawatan. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria: diagnosa
medis pneumonia, usia dewasa, mengalami masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif, RR>20 x/menit, bersedia menjadi responden, di ruang Edelweis atas. Hasil
penelitian menunjukkan frekuensi pernapasan pasien sebelum dilakukan implementasi 26
x/menit menjadi 20 x/menit. Selain itu, pemberian latihan batuk efektif selama 3x24 jam
sudah menunjukkan adanya perubahan kemampuan pasien dalam mengeluarkan dahak.
Kesimpulan penelitian ini yaitu latihan batuk efektif dapat menurunkan frekuensi pernapasan
pasien dalam rentang normal, memperbaiki SPO2, dan meningkatkan keluaran dahak.
Disarankan bagi perawat untuk menggunakan latihan batuk efektif pada pasien dengan
gangguan bersihan jalan nafas.

Kata kunci: Batuk efektif; Pneumonia; Dahak

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 1


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan suatu penyakit saluran pernapasan akut yang menginfeksi pada
1,2
bagian alveoli dan disebabkan oleh virus, bakteri maupun jamur . Pneumonia juga disebut
3,4
penyakit dengan tingkat kefatalan yang tinggi mencapai 7,6% . Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan persentase kejadian pneumonia pada kategori
lanjut usia mencapai 15,5% 5. Sedangkan menurut Riskesdas 2013 dan 2018 persentase
pengidap pneumonia di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan mencapai 1,6%
pada tahun 2013, pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,0%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari tahun 2013 sampai 2018 angka kejadian penyakit pneumonia
meningkat sebesar 0,4%. Pneumonia juga salah satu dari 10 kategori penyakit rawat inap
yang sering terjadi di rumah sakit, dengan perbandingan kejadian kasus pada laki-lai
6
sebesar 53,95% dan perempuan sebesar 46,05% . Penelitian tentang Perbedaan
Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa Dan Usia Lanjut Di Bangsal Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang mendapatkan hasil bahwa berbagai tanda dan gejala umum yang
muncul pada kasus pneumonia orang dewasa meliputi sesak napas sebesar 60,93%, batuk
54,88% dan demam 48,37% 7. Gejala klinis penyakit pneumonia yang sering muncul seperti
demam, anoreksia, muntah, diare, nyeri abdomen, sumbatan nasal atau sekret, batuk tidak
efektif, bahkan terdengar bunyi napas tambahan seperti mengi, mengorok dan terdapat sakit
tenggorokan 8. Batuk efektif yang baik dan dilakukan secara benar akan membantu
pengeluaran dahak yang tertahan dengan maksimal pada pasien penderita pneumonia.
Latihan batuk efektif juga penting dalam membantu menangani gangguan pernapasan
akibat penumpukan sekret, sehingga sekret bisa dikeluarkan dan pasien tidak merasa
kelelahan 9. Pneumonia biasanya sering ditandai dengan gejala batuk bahkan sampai
kesulitan bernapas, seperti pernapasan cepat atau takipnea dan terdapat tarikan dinding
dada. Gejala tersebut mengakibatkan pasien dengan pneumonia akan mengalami kesulitan
pernapasan saat batuk sehingga bisa menghambat sekret untuk dikeluarkan. Maka dari itu
dapat ditegakkan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas 10.
11
Angka kejadian pneumonia di Tegal berkisar 4.834 kasus . Melihat persentase angka
kejadian pneumonia masih cukup tinggi, peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan secara tepat dan cepat dapat menekan angka kejadian pneumonia. Maka
perawat berperan penting dalam penatalaksanaan pencegahan pneumonia dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan
yang benar tentang pencegahan pneumonia dengan melalui imunisasi, personal hygiene,
dan sanitasi lingkungan. Selain itu, peran sekunder perawat adalah dengan memberikan
implementasi berupa fisioterapi dada, nebulisasi dan latihan batuk efektif dalam intervensi
10
keperawatan untuk mencegah penyakit tidak kambuh kembali . Sehingga peneliti ingin
melakukan proses asuhan keperawatan menggunakan latihan batuk efektif pada pasien

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 2


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

pneumonia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas latihan batuk efektif terhadap
penurunan frekuensi pernapasan pasien, memperbaiki SPO2, dan meningkatkan keluaran
dahak pasien pneumonia.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif case study pada pasien pneumonia.
Metode case study adalah suatu pemahaman dengan mendalami masalah individu secara
12
komprehensif . Penelitian dengan metode studi kasus merupakan suatu langkah dimana
peneliti mengeksplorasi kejadian atau peristiwa, proses maupun aktivitas terhadap satu
13
orang atau lebih secara mendalam . Implementasi yang dilakukan pada studi kasus ini
yaitu penulis menerapkan latihan batuk efektif pada pasien pneumonia untuk mengeluarkan
dahak di ruang Edelweis atas Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal. Penelitian ini
dilaksanakan pada Juli hingga Desember 2021. Teknik sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, pasien yang terlibat dalam penerapan praktek
keperawatan sebanyak 1 orang yang terdiagnosa pneumonia. Subjek merupakan pasien
rawat inap dengan kriteria diagnosa medis pneumonia, usia dewasa, mengalami masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, RR>20 x/menit, bersedia menjadi responden,
dirawat di ruang Edelweis atas. Pemberian latihan batuk efektif dilakukan sesuai kondisi
pasien dengan pneumonia dan mengalami kesulitan dalam pengeluaran dahak akibat
penumpukan sekret pada jalan napas.
Sumber data diperoleh dari pasien, keluarga dan pengasuh. Peneliti melakukan
wawancara kepada pasien untuk memperoleh informasi secara rinci meliputi identitas
pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
penyakit keluarga dan lain-lain. Pengamatan dan pemeriksaan fisik dilakukan dengan
pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Selain itu, peneliti menggunakan alat
pengumpul data menggunakan format pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pneumonia
dengan masalah keperawatan gangguan bersihan jalan napas. Wawancara dilakukan
secara rinci untuk melengkapi data. Peneliti juga menggunakan beberapa sumber daya
seperti buku catatan yang merekam sumber data melalui percakapan dengan pasien
ataupun keluarga. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pelaksanaan
pasien yang diwawancarai, serta data-data penunjang yang tertulis pada format asuhan
keperawatan pasien dengan pneumonia. Analisa data penelitian ini terdiri dari menganalisa
hasil penerapan data pasien dalam bentuk jurnal dan membandingkan dengan hasil
penelitian atau teori yang ada.
Prosedur batuk efektif yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui tiga tahapan. Pertama
tahap pra interaksi: mengecek program terapi, mencuci tangan dan menyiapkan alat –alat.
Kedua tahap orientasi: memberikan salam dan sapa nama pasien, menjelaskan tujuan dan

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 3


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

prosedur pelaksanaan serta menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. Ketiga tahap kerja:


menjaga privacy pasien, mempersiapkan pasien, meminta pasien meletakkan satu tangan di
dada dan satu tangan di abdomen, melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas
dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup), meminta pasien
merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung), meminta pasien
menahan nafas hingga 3 hitungan, meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3
hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup), meminta pasien merasakan mengempisnya
abdomen dan kontraksi dari otot, memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien
bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring), meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat, menampung
lender dalam sputum pot serta merapikan pasien. Terakhir tahap evaluasi: melakukan
evaluasi tindakan, berpamitan dengan klien, mencuci tangan dan mencatat kegiatan dalam
lembar catatan keperawatan.

HASIL PENELITIAN
Proses keperawatan merupakan serangkaian penerapan pemecahan masalah secara
ilmiah yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien secara komprehensif.
Dimulai dari mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan secara sistematis dan
14
melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan . Beberapa
klasifikasi pneumonia yang dibagi berdasarkan lingkungan dan anatomi. Pneumonia
berdasarkan lingkungan berupa pneumonia komunitas, pneumonia nosocomial dan
pneumonia ventilator. Sedangkan pneumonia anatomi terdiri dari pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis dan pneumonia interstisial 15.
Pengkajian
Pada saat pengkajian didapatkan hasil tanda-tanda vital tekanan darah 110/80 mmhg,
nadi 102 x/menit, suhu 36,60 C, frekuensi pernapasan 26 x/menit, SPO2 99% dan gula darah
sewaktu 472 g/dl. Hasil pemeriksaan fisik pasien terpasang oksigenasi berupa nasal kanul
2-6 liter/menit, warna bibir pucat, pernapasan cepat, terdengar auskultasi suara napas
tambahan ronchi. Selama sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan
kadang habis kadang tidak, pasien lebih sering minum air hangat saat sakit, pasien
mengeluh sulit tidur selama sakit. Sulit mengawali tidur karena ruangan bising dan sering
terbangun ketika batuk. Berdasarkan pemeriksaan penunjang, didapatkan data peningkatan
leukosit dengan nilai 26.3/uL (nilai normal 4,4-11,3), hematokrit menurun dengan nilai 37/uL
(nilai normal 42-52), eritrosit menurun dengan nilai 4,21/uL (nilai normal 4,5-5,9),
peningkatan RDW 17,3% (nilai normal 11,5-14,5), MCHC menurun dengan nilai 32,69%
(nilai normal 33-36), netrofil meningkat dengan nilai 93,0 (nilai normal 50-70).

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 4


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

Pemeriksaan radiologi foto thorax AP/lateral/keduanya didapatkan hasil


Airbronchogram (+), kesan pneumonia dan kardiomegali. Pasien mendapatkan terapi
farmakologi berupa injeksi levofloxacin 500 mg sebagai antibiotic golongan quinolone,
injeksi ranitidine 2x1 ampul untuk mengobati asam lambung, codein 3x1 peroral untuk
mengurangi nyeri sedang, INH 300 mg antibiotic untuk mengobati TB paru, etambutol 500
mg peroral, alprazolam 0,5 mg untuk mengatasi kecemasan, curcuma 2x1 peroral sebagai
suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Pasien juga mendapatkan terapi kolaborasi
berupa nebulisasi Brucasma dan Pulmicort untuk mengobati bronkospasme dan berfungsi
mengencerkan dahak.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Hasil Kategori
1 Hemoglobin 12,2 g/dl Menurun
2 Leukosit 26,3 Meningkat
3 Hematokrit 37 % Menurun
4 Trombosit 240 Normal
5 Eritrosit 4,25 Menurun
6 RDW 17,3 % Meningkat
7 MCV 88,8 fl Normal
8 MCH 29,0 pg Normal
9 MCHC 32,69 g/dl Menurun
10 Netrofil 93,0 % Meningkat
11 Limfosit 0,8 % Menurun
12 Monosit 6,0 % Normal
13 Eosinofil 0% Menurun
14 Basofil 0,2 % Normal
15 Netrofil 24,50 % Normal
16 Limfosit 0,20 % Menurun
17 NLR 116,3
18 LED 1 Jam 46 Meningkat
19 LED 2 Jam 91 Meningkat
20 SGOT 29,9 Normal
21 SGPT 69,4 Meningkat
22 Ureum 128,8 Meningkat

Diagnosa Keperawatan
Menganalisa data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosa keperawatan utama
pasien, dari data yang diperoleh pada pasien dengan diagnosa medis pneumonia, maka
peneliti mengambil fokus masalah keperawatan utama yaitu bersihan jalan napas tidak
efektif dan didapatkan diagnosa yang tertera pada table 2 di bawah ini.

Tabel 2. Diagnosa Keperawatan


No. Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
1. Pasien mengeluh sesak napas Terdengar suara Bersihan jalan napas
sudah 1 minggu yang lalu. tambahan ronchi. tidak efektif
Nadi 102x/menit berhubungan dengan
Pasien mengeluh batuk RR 26x /menit. hipersekresi jalan

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 5


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

No. Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan


berdahak, dahak sulit SPO2 99% napas.
dikeluarkan, dahak kental dan Terpasang O2 nasal
mengeluh pusing. kanul 2 liter per menit.
Terdapat sputum di
dalam wadah.
Hasil pemeriksaan
ronsen thorax
:
Airbronchogram (+),
kesan pneumonia.

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dalam penelitian ini berfokus pada masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif. Tujuan dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria target batuk efektif membaik, produksi
sputum menurun, frekuensi pernapasan membaik. Intervensi utama yang dilakukan adalah
manajemen jalan napas, dengan observasi pola napas, monitor bunyi napas tambahan,
monitor produksi sputum. Intervensi terapeutik dengan posisikan pasien semi fowler atau
fowler, memberikan minum air hangat dan memberikan oksigenasi. Peneliti juga melakukan
edukasi latihan batuk efektif pada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim medis
lain untuk pemberian bronkodilator, mukolitik maupun ekspetoran. Pasien mendapatkan
terapi farmakologi berupa injeksi levofloxacin 500 mg sebagai antibiotic golongan quinolone,
injeksi ranitidine 2x1 ampul untuk mengobati asam lambung, codein 3x1 peroral untuk
mengurangi nyeri sedang, INH 300 mg antibiotic untuk mengobati TB paru, etambutol 500
mg peroral, alprazolam 0,5 mg untuk mengatasi kecemasan, curcuma 2x1 peroral sebagai
suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Pasien juga mendapatkan terapi kolaborasi
berupa nebulisasi Brucasma dan Pulmicort untuk mengobati bronkospasme dan berfungsi
mengencerkan dahak.
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada studi kasus ini diterapkan pada fokus satu masalah
keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Implementasi hari pertama yaitu
memonitor pola napas, memonitor bunyi napas tambahan, memposisikan semi fowler,
memberikan fisioterapi dada, mengajarkan teknik batuk efektif, memonitor sputum (jumlah,
warna, bau), dan berkolaborasi pemberian nebulizer dengan pulmicort + bricasma.
Implementasi hari kedua yaitu memonitor pola napas, memonitor bunyi napas tambahan,
menganjurkan minum air hangat, memotivasi batuk efektif, memonitor sputum (jumlah,
warna, bau), memberikan oksigenasi nasal kanul 3 l/menit, dan berkolaborasi pemberian
nebulizer dengan pulmicort + bricasma. Implementasi hari ketiga yaitu memonitor pola
napas, memonitor bunyi napas tambahan, memotivasi batuk efektif, memonitor sputum
(jumlah, warna, bau), menganjurkan minum air hangat, mengajarkan batuk efektif,

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 6


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

memberikan oksigenasi nasal kanul 3 l/menit, berkolaborasi pemberian nebulizer dengan


pulmicort + bricasma.
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan batuk efektif selama 3x24 jam didapatkan
ada penurunan frekuensi pernapasan dari 26 x/menit menjadi 20 x/menit, sesak napas
berkurang dan peningkatan kemampuan pasien dalam mengeluarkan dahak dengan latihan
batuk efektif.

PEMBAHASAN
Praktik keperawatan pada studi kasus ini adalah untuk mengatasi masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien pneumonia dengan latihan batuk efektif
berdasarkan dari hasil pengkajian subyektif, fisik, dan pemeriksaan penunjang. Data dukung
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif karena ditemukan data pengkajian yaitu TD
110/80 mmhg, nadi 102 x/menit, suhu 36,60 C, frekuensi pernapasan 26 x/menit, SPO2 99%,
warna bibir pucat, pernapasan cepat, dan terdengar auskultasi suara napas tambahan
ronchi. Selama sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan kadang habis
kadang tidak, pasien lebih sering minum air hangat saat sakit, pasien mengeluh sulit tidur
selama sakit, %, terpasang oksigenasi berupa nasal kanul 2-6 liter/menit. Berdasarkan
pemeriksaan penunjang didapatkan data peningkatan leukosit dengan nilai 26.3/uL (nilai
normal 4,4-11,3), hematokrit menurun dengan nilai 37/uL (nilai normal 42-52), eritrosit
menurun dengan nilai 4,21/uL (nilai normal 4,5-5,9), peningkatan RDW 17,3% (nilai normal
11,5-14,5), MCHC menurun dengan nilai 32,69% (nilai normal 33-36), netrofil meningkat
dengan nilai 93,0 (nilai normal 50-70). Juga berdasar hasil pemeriksaan pemeriksaan
penunjang radiologi foto thorax AP/lateral/keduanya didapatkan hasil Airbronchogram (+),
kesan pneumonia dan kardiomegali.
Pasien ini menunjukkan tanda dan gejala yang serupa dengan hasil penelitian lainnya
tentang implementasi batuk efektif pada pasien pneumonia dengan masalah gangguan
oksigenasi didapatkan data pengkajian secara subjektif pasien menunjukkan sesak napas,
batuk sekitar 4 hari, dan gangguan tidur. Data objektifnya tekanan darah
110/82mmHg, suhu tubuh 36,6°C, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernapasan 24
kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik pernfasan didapatkan hasil pernafasan cepat, perkusi
sonor dan auskultasi terdengar bunyi wheezing dan bronchovesikuler. Peneliti tersebut juga
merumuskan masalah bersihan jalan nafas tidak afektif 16. Bersihan jalan napas tidak efektif
merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten yang dapat disebabkan karena adanya benda
asing di jalan nafas juga adanya sputum yang tertahan. Ditandai dengan batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih, suara mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering, nyeri

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 7


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

saat bernafas/dyspnea, sulit bicara, bentuk dada ortopnea, pasien gelisah, terdapat
sianosis, terdengar bunyi napas menurun, perubahan frekuensi napas, dan pola napas
berubah 17.
Adapun tujuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada pasien yaitu adanya
peningkatan kemampuan membersihkan jalan napas dengan kriteria target frekuensi
pernapasan normal dan produksi sputum menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
lain sebelumnya yang diterapkan di RSUD Ajibarang yaitu diharapkan bersihan jalan napas
meningkat dengan kriteria hasil batuk efektif dari skala sedang menjadi membaik, produksi
sputum dari skala sedang menjadi membaik, dipsnea atau sesak napas menjadi membaik,
16
frekuensi pernapasan dari sedang menjadi membaik . Luaran bersihan jalan nafas
merupakan kemampuan yang ditunjukkan pasien dalam membersihkan secret / obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Kriteria hasil yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi pasien antara lain peningkatan kemampuan batuk efektif,
penurunan produksi sputum, suara wheezing menurun, dan frekuensi nafas membaik 18.
Intervensi utama yang dilakukan adalah manajemen jalan napas. Hal tersebut
sesuai dengan standar intervensi perawat untuk manajemen jalan nafas yaitu observasi
dengan monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas), monitor bunyi napas
tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering), monitor sputum (jumlah, warna,
aroma). Tindakan terapeutik yang dapat dilakukan yaitu posisikan semi-fowler atau fowler,
berikan minum hangat, lakukan fisioterapi dada jika perlu, berikan oksigen, edukasi dengan
menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi, ajarkan tehnik batuk
efektif, dan kolaborasi kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika
19
diperlukan . Tindakan keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tindakan terapeutik
meliputi memposisikan pasien semi fowler atau fowler, memberikan minum air hangat,
memberikan oksigenasi nasal kanul 2-6 liter, dan mengajarkan pasien tentang latihan batuk
efektif sebagai tindakan non farmakologis supaya pasien dapat batuk secara efektif untuk
mengeluarkan dahak. Perawat berkolaborasi dalam tindakan farmakologi dengan dokter
berupa pemberian bronkodilator atau ekspetoran.
Tindakan keperawatan lainnya yang dilakukan peneliti kepada pasien mengacu pada
rencana intervensi tentang latihan batuk efektif. Latihan batuk efektif yaitu melatih pasien
yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas. Tindakan yang dilakukan yaitu
melalui observasi untuk identifikasi kemampuan batuk, monitor adanya retensi sputum,
monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas, monitor input dan output cairan (misalnya
jumlah dan karakteristik). Berikutnya juga dapat melakukan tindakan terapeutik lainnya
seperti atur posisi semi-fowler atau fowler, pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien,
buang sekret pada tempat sputum. Tindakan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 8


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

berupa jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik, anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali,
anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3. Perawat juga
19
dapat berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika diperlukan . Batuk efektif
adalah suatu latihan batuk yang bertujuan untuk merangsang pengeluaran sekret yang
tertahan di jalan napas, meningkatkan ventilasi paru-paru, serta memberikan pernapasan
yang adekuat. Dengan demikian, latihan batuk efektif dapat meningkatkan mobilisasi sekresi
pada jalan napas dan mencegah resiko tinggi akibat sekresi seperti atelectasis, pneumonia
maupun demam. Batuk yang efektif dapat membantu pasien dengan masalah bersihan jalan
napas untuk melakukan batuk dengan baik, serta lebih bisa menghemat tenaga pasien dari
rasa kelelahan untuk mengeluarakan sputum yang maksimal 15.
Implementasi hari pertama dengan memonitor pola napas, memonitor bunyi napas
tambahan, memonitor sputum (jumlah, warna, bau), memposisikan semi fowler. Respon
yang diberikan pasien selama implementasi yaitu pasien mengatakan masih sedikit sesak
napas. Pasien terlihat batuk, dahak sulit dikeluarkan ketika batuk, pasien masih tampak
lemas, tekanan darah 100/70 mmhg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 o C, saturasi oksigen 92%,
frekuensi pernapasan 22x/menit, pasien mendapatkan oksigenasi nasal kanul 2-6 liter per
menit, auskultasi terdengar ada suara napas tambahan ronchi. Peneliti berkolaborasi dalam
pemberian terapi nebulisasi dengan brucasma dan Pulmicort kepada pasien. Pasien
bersedia diberikan nebulisasi dengan dibantu keluarga untuk bisa mengencerkan dahak
sehingga dahak bisa dikeluarkan. Peneliti melakukan intervensi selanjutnya setelah
pemberian nebulisasi pada pasien yaitu dengan mengajarkan teknik batuk efektif. Perawat
menjelaskan tentang teknik batuk efektif dan pasien mengatakan bersedia diajarkan cara
batuk efektif. Selama dilakukan intervensi, pasien mengikuti yang telah diajarkan oleh
perawat, pasien bisa melakukan batuk efektif secara mandiri. Pasien mengatakan sudah
bisa melakukan batuk efektif, namun masih harus dilakukan berulang-ulang supaya dahak
dapat dikeluarkan. Respon pasien masih sulit mengeluarkan dahak, setelah dilakukan batuk
efektif pasien tampak lebih tenang dan tidak gelisah.
Intervensi hari kedua yaitu dengan memonitor pola napas, memonitor ada tidaknya
bunyi napas tambahan, memonitor jumlah sputum, memberikan nebulisasi dengan obat
brucasma dan pulmicort, setelah itu pasien dimotivasi untuk melakukan batuk efektif seperti
hari pertama. Intervensi selanjutnya untuk mengatasi gangguan pola tidur pasien adalah
mengidentifikasi penyebab kesulitan tidur dan memberikan lingkungan yang nyaman pada
pasien. Evaluasi dari intervensi yang sudah dilakukan adalah pasien mengatakan sesak
napas berkurang, pasien mengatakan masih batuk berdahak, namun dahak sudah bisa
dikeluarkan selama melakukan batuk efektif. Hasil pengukuran tanda-tanda vital pasien

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 9


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

meliputi tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 82 x/menit, saturasi oksigen 98%, suhu 36 o C,
frekuensi pernapasan 22 x/menit. Pasien tampak lebih rileks, tidak gelisah dan mengatakan
semalam sudah dapat tidur pulas selama 6 jam. Keluarga pasien mengatakan nafsu makan
mulai meningkat, makan 1 porsi habis dan selalu minum air hangat selama batuk.
Intervensi hari ketiga yaitu dengan memonitor pola napas, memonitor sputum. Hasil
observasi terlihat pasien masih batuk, dahak bisa dikeluarkan, pasien mengatakan sesak
napas berkurang, tidak ada napas cuping hidung. Auskultasi di area paru masih terdengar
ronchi (+), pengukuran tanda-tanda vital pasien adalah tekanan darah 105/66 mmHg, nadi
78 x/menit, frekuensi pernapasan 21 x/menit, saturasi oksigen 98%. Pasien masih terpasang
oksigenasi nasal kanul 2-6 liter per menit. Keluarga mengatakan semalam pasien tidur lelap,
masih terbangun ketika batuk, pasien nyaman ketika tidur posisi kepala lebih tinggi.
Hasil evaluasi setelah dilakukan pemberian latihan batuk efektif selama 3 hari sudah
menunjukkan adanya perubahan kemampuan pasien dalam mengeluarkan dahak. Pada
studi kasus ini batuk efektif dilakukan secara berulang-ulang dapat membantu pengeluaran
dahak kepada pasien dengan diagnosa pneumonia dan adanya penumpukkan sekret.
Latihan batuk efektif mampu dilakukan pasien secara mandiri dan lebih menghemat tenaga
serta dapat meningkatkan ventilasi paru dan menormalkan frekuensi pernapasan pada
pasien dengan pneumonia. Berdasarkan penelitian tentang implementasi latihan batuk
efektif yang dilakukan kepada sebanyak 16 pasien dengan pneumonia menunjukkan hasil
ada perbedaan pemberian latihan batuk efektif terhadap frekuensi pernapasan pasien
20
pneumonia . Latihan batuk efektif merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas dimana bertujuan mencegah resiko tinggi
peningkatan sekresi dan untuk membantu mengeluarkan dahak pada jalan napas agar tetap
14
paten apabila dilakukan dengan benar . Implementasi batuk efektif yang baik dan benar
dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien pneumonia 9. Penelitian lain tentang
pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada 20 pasien TBC di Lebong
didapatkan hasil bahwa sebanyak 17 responden pengeluaran sputum setelah dilakukan
batuk efektif lebih besar dari jumlah pengeluaran sputum sebelum teknik batuk efektif 21.

SIMPULAN DAN SARAN


Dalam penelitian ini menunjukkan frekuensi pernapasan pasien sebelum dilakukan
implementasi 26 x/menit menjadi 20 x/menit. Selain itu, pemberian latihan batuk efektif
selama 3x24 jam sudah menunjukkan adanya perubahan kemampuan pasien dalam
mengeluarkan dahak. Kesimpulan penelitian ini yaitu latihan batuk efektif dapat menurunkan
frekuensi pernapasan pasien dalam rentang normal, memperbaiki SPO 2, dan meningkatkan
keluaran dahak. Disarankan bagi perawat jika menemukan pasien dengan masalah bersihan
jalan napas dapat menerapkan latihan batuk efektif sebagai intervensi keperawatan mandiri

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 1


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

dalam upaya mempertahankan keadekuatan jalan napas pasien. Saran bagi pasien maupun
keluarga diharapkan mampu bekerjasama dengan perawat dalam melakukan latihan batuk
efektif secara mandiri selama masa perawatan, setelah diberikan edukasi dan tata cara
batuk efektif dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkenkes. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). 2019.


Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Ditjen P2P, Kemenkes
RI 2019. Journal of Chemical Information and Modeling. 2019.
2. Abdjul RL, Herlina S. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. J Heal
Dev. 2020;2(2):102–7.
3. Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014.
4. Rhamadhani P, Oktaviani FT. Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu
kesehatan perintis padang tahun 2018. 2018;1–104.
5. Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas 2018. RI KK, editor. Jakarta; 2018.
6. Indonesia PDP. “Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (Pdpi) Outbreak Pneumonia Di
Tiongkok. In: Indonesia PDP, editor. Jakarta; 2014.
7. Anneliza R. Perbedaan Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa Dan Usia
Lanjut Di Bangsal Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. 2014;
8. Nurarif, Amin H, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa
Medis & Nanda NIC-NOC. Yogjakarta: Mediaction; 2015.
9. Nugroho YA. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Baptis Kediri. 2011;4.
10. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia Pada Anak Balita Di Indonesia. Pneumonia
Pada Anak Balita Di Indones. 2014;8.
11. Dinas Kesehatan Kota Tegal. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Kab. Tegal Tahun
2020 [Internet]. Tegal; 2020. Available from:
http://data.tegalkab.go.id/dataset/penemuan-kasus-pneumonia-balita-kab-tegal-tahun-
2020/resource/777c7ec0-9cb5-47dd-8023-d92ddcb554a2
12. Rahardjo S, Gudnanto. Pemahaman Individu Teknik Non Tes. In Kudus: Nora Media
Enterprise; 2011.
13. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta;
2017.
14. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare AW. [e. al. . Buku Ajar Keperawatan Medikal-

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 1


Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17 No 1 Juni 2022 p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760

Bedah. Tasikmalaya: EGC; 2013.


15. Cholisoh AYNZ, Karuniawati H, Mutmainah N. Farmakoterapi dasar. Jakarta; 2018.
16. Agustina D, Pramudianto A, Novitasari D. Implementasi Batuk Efektif Pada Pasien
Pneumonia Dengan Masalah Gangguan Oksigenasi. J Keperawatan Merdeka.
2022;2(1):30–5.
17. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.; 2017.
18. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia; 2019.
19. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia; 2018.
20. Sartiwi W, Nofia VR, Sari IK. Latihan Batuk Efektif Pada Pasien Pneumonia Di Rsud
Sawahlunto. 2019;3.
21. Listiana D, Keraman B, Yanto A. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien TBC Di Wil Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong.
2020;Volume 4.

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , 1

You might also like