0% found this document useful (0 votes)
12 views116 pages

Kel 5

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 116

PENGARUH KESADARAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI

POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA


HAJIMENA KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

OLEH

MAYA YULIANTINA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT

THE INFLUENCE OF POLITICAL CONSCIOUSNESS TOWARD


POLITICAL PARTICIPATION IN VILLAGE HEAD ELECTIONS
IN THE HAJIMENA VILLAGE, NATAR DISTRIC, REGENCY
LAMPUNG SOUTH

By

MAYA YULIANTINA

One manifestation of political consciousness is political participation in village


elections. Political participation based on the political awareness will encourage
society to use their right to vote rationally and in accordance with the aspirations
of the society. But in reality , the level of voter participation in the election of
village heads is still lacking .The percentage of participate turnout was only 42%
, which means there are still many voters who did not participate , reaching 58 %
This study aimed to explain the influence of political consciousness toward
political participation. The study was conducted using a survey conducted in
seven hamlets in the Hajimena village, Natar District, regency Lampung South.
This study uses a quantitative explanatory using technique by random sampling.
Based on data analysis knowledge indicator is 29,3 % society know the political
consciousness. The percentage of the society in indicator the understanding , 32,3
% of society do not understand the political consciousness , at the next level 43,4
% of the society enough to have an attitude of political awareness, and 48,4 % of
the society do not have an action in the political consciousness. The resulting
average value for political consciousness was 2.57 which is included in the low
category. Percentages show that the society does not have a political
consciousness , it can be considered that the political consciousness of the
community in the village of Hajimena low. The political participation of the
society in the village chief elections in 2015 in the village of Hajimena , District
Natar , South Lampung regency majority of society answered 31,3 % so do not
participate in political campaigns , play an active role and participate in the
success election of heads of the village itself. and the resulting average value for
political participation was 2.53 which included a lower category Percentages
show that the public does not participate political , it can be considered that the
political participation of the society in the village Hajimena low.

Keywords: Political Awareness, Political Participation, Village Head Election


ABSTRAK

PENGARUH KESADARAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI


POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA
HAJIMENA KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN

Oleh

MAYA YULIANTINA

Salah satu wujud dari kesadaran politik adalah partisipasi politik dalam pemilihan
kepala desa. Partisipasi politik yang dilandasi oleh kesadaran politik akan
mendorong masyarakat menggunakan hak pilihnya secara rasional dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Namun kenyataannya, tingkat partisipasi pemilih
dalam pemilihan kepala desa masih kurang. Persentase partisipasi pemilih hanya
mencapai 42%, yang berarti masih banyak pemilih yang tidak berpartisipasi yakni
mencapai 58%. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kesadaran
politik terhadap partisipasi politik. Penelitian dilakukan dengan metode survei
yang dilakukan pada tujuh dusun yang ada di Desa Hajimena, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan kuantitatif eksplanatori
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel adalah random sampling.
Berdasarkan analisis data indikator pengetahuan yakni 29,3% masyarakat
mengetahui kesadaran politik. Persentase masyarakat dalam indikator
pemahaman, 32,3% masyarakat tidak memahami kesadaran politik, di tingkatan
selanjutnya 43,4% masyarakat cukup memiliki sikap kesadaran politik, lalu 48,4%
masyarakat tidak mempunyai tindakan dalam kesadaran politik. Nilai rata-rata
yang dihasilkan untuk kesadaran politik adalah 2,57 yang termasuk dalam
kategori rendah. Dengan persentase yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak
memiliki kesadaran politik maka dapat dikategorikan bahwa kesadaran politik
masyarakat di Desa Hajimena rendah. Partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan Kepala Desa tahun 2015 di Desa Hajimena Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan mayoritas masyarakat menjawab 31,3% sangat tidak
berpartisipasi politik dalam hal kampanye, berperan aktif dalam pemilihan kepala
desa maupun ikut mensukseskan pemilihan kepala desa itu sendiri. Dan nilai rata-
rata yang dihasilkan untuk partisipasi politik adalah 2,53 yang termasuk kategori
rendah. Dengan persentase yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak ikut
berpartisipasi politik maka dapat dikategorikan bahwa partisipasi politik
masyarakat di Desa Hajimena rendah.

Kata Kunci: Kesadaran Politik, Partisipasi Politik, Pemilihan Kepala Desa


PENGARUH KESADARAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA
HAJIMENA KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN

Oleh

MAYA YULIANTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maya Yuliantina, dilahirkan di

Bandar Lampung pada Tanggal 13 Juli 1994. Penulis

merupakan putri dari pasangan Bapak Ahmad Yusuf dan

Ibu Rohayah. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga

bersaudara.

Akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-

Kanak (TK) Dharma Wanita Universitas Lampung pada tahun 2000, kemudian

melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar di SDN 2 Raja Basa Raya Bandar

Lampung dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009. Setelah

itu penulis melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima dan terdaftar

sebagai Mahasiswi pada Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung. Penulis diterima melalui jalur

PMPAP.
MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S Al Baqarah: 153)

Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah
bersyukur kepada Allah
(Ibnu Mas’ud)

Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, yakni satu hati menangis
dan satu lagi bersabar
(Maya Yuliantina)
PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahiim

Alhamduillahirabbil’alamiin, telah Engkau Ridhai Ya Allah langkah hambaMu,


Sehingga skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan

Teriring Shalawat Serta Salam Kepada Nabi Muhammad S.A.W.


Semoga Kelak Skripsi ini dapat Memberikan Ilmu yang Bermanfaat
Sebagaimana Suri Tauladan yang diajarkan Kepada Kita

dan

Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada

“Papa dan mama tercinta”


Yang telah mendidik, membesarkan, selalu memberikan do’a terbaik dalam
sujudnya, memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi yang tiada henti
kepadaku hingga karya ini dapat terselesaikan.

“Kakak-Kakakku”
Ricky Ardiansyah dan Ade Andrian S.E
Terima kasih atas do’a serta semangat yang telah diberikan selama
menyelesaikan karya ini

“Seluruh Keluarga Besarku”


Yang senantiasa memberikan do’a dan
dukungan selama proses pendidikan berlangsung dan akhirnya menyelesaikan
karya sederhana ini.

Almamater Tercinta Universitas Lampung


SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirrobbil’alamin, Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya.

Penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Kesadaran Politik terhadap Partisipasi

Politik dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan”, ini merupakan syarat bagi penulis untuk

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kesalahan

atau kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut disebabkan oleh

keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini, agar dapat bermanfaat di

kemudian hari.
Skripsi ini dapat terselesaikan, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing, yang telah

meluangkan waktu, memberikan saran, arahan, dukungan, nasehat, solusi dan

motivasi selama proses bimbingan skripsi, terima kasih atas kesabaran yang

diberikan selama membimbing penulis;

4. Bapak Dr. Suwondo, M.A., selaku Dosen Pembahas dan Penguji terima kasih

telah memberikan kritik, saran, masukan, solusi dan motivasi selama

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Yana Ekana P.S., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah menjadi pengarah bagi Penulis, selama Penulis menempuh studi di

Jurusan Ilmu Pemerintahan. Terimakasih banyak untuk semua kata-kata

khidmat yang membuat Penulis berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih

baik.

6. Seluruh Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terimakasih atas ilmu yang

telah diberikan kepada Penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan.
7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran

administrasi, yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses

administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

8. Papa (Ahmad Yusuf), lelaki terhebat dihidupku yang mengajarkanku tentang

banyak hal, tidak pernah lupa mengingatkan untuk selalu mengingat Allah

SWT serta memberikan motivasi dan dukungan yang luar biasa. Terima kasih

atas kasih sayang, doa, tetesan keringat dan air mata untuk kesabaran,

keikhlasan dan semangat yang tiada henti untuk kesuksesan anak-anaknya.

9. Mama (Rohayah) wanita terhebat dihidupku yang membesarkanku, mendidik

dan selalu mendoakan serta mempunyai rasa cinta yang tulus luar biasa.

Mama adalah wanita yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesahku.

Terima kasih atas segala semua pengorbanan yang telah mama lakukan

untukku, serta doa yang tidak pernah putus untuk kesuksesan anak-anaknya.

Semoga ini menjadi langkah awal bagi penulis untuk menjadi individu yang

lebih baik dan bisa membanggakan.

10. Kakak-kakakku Ricky Ardiansyah dan Ade Andrian S.E Terima kasih atas

do’a serta semangat yang telah diberikan selama menyelesaikan karya ini.

11. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa dan dukungan

selama proses pendidikan berlangsung hingga akhirnya menyelesaikan skripsi

ini.

12. Sahabat-sahabatku seperjuangan Nasira, Eri Rosalia Pratiwi, Fitria Zainubi

Eka Putri, Rizka Fajrianti, dan Lintang Yunita Afriana Terimakasih untuk

kebersamaan dan canda tawa yang pernah mengisi keseharian Penulis selama

Penulis di Jurusan Ilmu Pemerintahan. Semoga silaturahmi tetap terjalin.


13. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan

Rahmaulia, Retno Triastika, Menik Ambarwati Muhtar, Dwi Respita Ningsih,

Eka Nur Dwi Farini, Heliya Oktika Putri, Sari Ulfa dan Wahyu Eka Safitri

Terima kasih telah menjadi sahabat-sahabat yang tidak kenal waktu

mendengarkan semua curahan hati.

14. Teman-teman KKN Tiyuh Mercu Buana, Kecamatan Way Kenanga,

Kabupaten Tulang Bawang Barat (Nopiani, Dedi Yuliansyah, Rizki Abdi

Darmawan dan Ekanto Wahyudi) Terimakasih untuk pengalaman, dan

kebersamaan yang membuat Penulis berusaha untuk menjadi pribadi yang

lebih baik. Semoga silaturahmi tetap terjalin.

15. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan 2012 (Yoga, kety, ari, arum,

dita, suci, baihaki, bagas, nando, dwi, bakti, guntur, mutiara, rizki pranata,

wahid, nugraha, surya, saiful, yessy, ananda, ayu, budi, desti, dedek, evan,

juanda dan semua) serta adik-adik dan kakak-kakak Jurusan Ilmu

Pemerintahan. Semoga silaturahmi tetap terjaga. Terimakasih atas bantuan dan

dukungannya.

16. Ferdi Juliansyah, yang selalu memberikan motivasi, saran, doa serta

senantiasa mendengarkan keluh kesahku dan selalu memberikanku semangat

yang luar biasa dalam keadaan suka maupun duka. Terima kasih atas

kebersamaanya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


Semoga Allah SWT membalas amal baik kita semua dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Bandar Lampung, 24Agustus 2016

Maya Yuliantina
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
GAMBAR ...................................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 13
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 13

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Pengaruh ............................................................................. 15
1. Definisi Pengaruh ..................................................................... 15
B. Konsep Kesadaran Politik ............................................................... 16
1. Definisi Kesadaran Politik ......................................................... 16
2. Unsur-Unsur Kesadaran Politik ................................................ 17
3. Cara-Cara untuk Mencapai Kesadaran Politik ......................... 19
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Politik .............. 19
5. Indikator Kesadaran Politik ...................................................... 20
C. Konsep Partisipasi Politik ................................................................. 23
1. Definisi Partisipasi Politik ......................................................... 23
2. Bentuk-Bentuk Partisipasi politik.............................................. 25
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Politik .............. 30
D. Konsep Pemilihan Kepala Desa ....................................................... 36
1. Definisi Tentang Desa ............................................................... 36
2. Definisi Kepala Desa ................................................................. 37
3. Syarat-syarat yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa ............. 37
4. Syarat-syarat yang dapat memilih Kepala Desa ........................ 39
5. Tata cara pemilihan Kepala Desa .............................................. 40
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 44
F. Hipotesis .......................................................................................... 47
iii

III. METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 48
B. Definisi Konseptual .......................................................................... 50
C. Definisi Operasional ......................................................................... 52
D. Lokasi Penelitian ............................................................................. 54
E. Populasi dan Sampel ......................................................................... 55
F. Jenis Data ......................................................................................... 58
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 60
H. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 60
I. Teknik Penentuan Skor ..................................................................... 62
J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ............................................ 64
K. Teknik Analisis Data ....................................................................... 69
L. Uji Hipotesis ..................................................................................... 70

IV. GAMBARAN UMUM


A. Sejarah dan Asal Usul Desa Hajimena ............................................. 73
B. Keterangan Demografi Desa Hajimena ............................................ 76
C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena .............................................. 80
D. Penggunaan dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena........................ 85
E. Sarana Transportasi Desa Hajimena ................................................. 87
F. Visi dan Misi Desa Hajimena ........................................................... 87
G. Struktur Organisasi Desa Hajimena.................................................. 89

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ................................................................................. 90
B. Karakteristik Responden Berdasarkan Identitas Responden ............ 90
C. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel X ........................... 94
D. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Y ........................... 129
E. Analisis Data Berdasarkan Variabel ................................................ 141
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 161
G. Pembahasan ..................................................................................... 167

VI. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .......................................................................................... 178
B. Saran ................................................................................................ 180

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Referensi Penelitian Terdahulu ........................................................ 6


2. Data Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilu ................................. 9
3. Jumlah Pemilih dalam Pilkades di Desa Hajimena .......................... 10
4. Beberapa Definisi Partisipasi Politik ............................................... 35
5. Variabel dan Indikator ...................................................................... 53
6. Jumlah Sampel Desa Hajimena ........................................................ 57
7. Uji Validitas Variabel X Kesadaran Politik...................................... 65
8. Uji Validitas Variabel Y Partisipasi Politik ..................................... 66
9. Nilai Koefisien Korelasi ................................................................... 67
10. Uji Reliabilitas Variabel X Kesadaran Politik .................................. 68
11. Uji Reliabilitas Variabel Y Partisipasi Politik .................................. 68
12. Daftar Nama-Nama Pejabat Kepala Desa Hajimena ........................ 75
13. Jumlah Sekolah atau Sarana Pendidikan Desa Hajimena ................. 77
14. Sarana Keamanan Lingkungan ......................................................... 79
15. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ................ 80
16. Komposisi Penduduk Menurut Suku/Ras ......................................... 81
17. Komposisi Penduduk Menurut Agama ............................................. 82
18. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian ............................... 83
19. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ...................................... 84
20. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya ........................................... 86
21. Identitas Responden Menurut Umur ................................................ 91
22. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ................................... 91
23. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan........................... 92
24. Identitas Responden Menurut Pekerjaan .......................................... 93
25. Respon Pernyataan Mengetahui Pilkades yang dilaksanakan
Tahun 2015 ....................................................................................... 94
26. Respon Pernyataan Merasa Berhak Berpartisipasi dalam Pilkades .. 96
27. Respon Pernyataan Memahami Pentingnya Pilkades ....................... 99
28. Respon Pernyataan Seberapa Dekat Masyarakat dengan Calon
Kepala Desa ...................................................................................... 101
29. Respon Pernyataan Masyarakat Mengetahui Calon Kades Berasal
dari Penduduk Setempat ................................................................... 103
30. Respon Pernyataan Masyarakat Setuju Calon Kades harus Berasal
dari Putra Desa .................................................................................. 105
31. Respon Pernyataan Visi dan Misi Calon Kades Memengaruhi
Pilihan Masyarakat dalam Pilkades .................................................. 107
v

32. Respon Pernyataan Popularitas Calon Kades Memengaruhi Pilihan


Masyarakat dalam Pilkades .............................................................. 110
33. Respon Pernyataan Etnis/Suku Calon Kades Memengaruhi Pilihan
Masyarakat dalam Pilkades .............................................................. 112
34. Respon Pernyataan Masyarakat Mengikuti Persiapan Pilkades ....... 115
35. Respon Pernyataan Masyarakat Memiliki Sikap Pemilih ................ 117
36. Respon Pernyataan Masyarakat akan Mengurus jika Tidak
Terdaftar dalam DPS ........................................................................ 119
37. Respon Pernyataan Ketokohan/Figur Calon Kades Memengaruhi
Pilihan Masyarakat dalam Pilkades .................................................. 122
38. Respon Pernyataan Masyarakat Mengetahui Keluarga Lain yang
tidak Ikut dalam Pilkades.................................................................. 124
39. Respon Pernyataan Seberapa Besar Pengaruh Keluarga dalam
Menentukan Pilihan pada Pilkades ................................................... 126
40. Respon Pernyataan Masyarakat Ikut Mensuskseskan Pelaksanaan
Pilkades di Desa Hajimena ............................................................... 129
41. Respon Pernyataan Masyarakat Ikut Berpartisipasi ......................... 132
42. Respon Pernyataan Masyarakat Ikut Menciptakan Situasi yang
Kondusif dalam Pilkades .................................................................. 134
43. Respon Pernyataan Masyarakat Mengikuti Kampanye .................... 136
44. Respon Pernyataan Masyarakat Ikut Berperan Aktif ....................... 139
45. Distribusi Frekuensi Jumlah Skor Variabel X Kesadaran Politik
Indikator Pengetahuan ...................................................................... 142
46. Distribusi Frekuensi Jumlah Skor Variabel X Kesadaran Politik
Indikator Pemahaman ....................................................................... 145
47. Distribusi Frekuensi Jumlah Skor Variabel X Kesadaran Politik
Indikator Sikap.................................................................................. 147
48. Distibusi Frekuensi Jumlah Skor Variabel X Kesadaran Politik
Indikator Tindakan............................................................................ 149
49. Distribusi Frekuensi Kumulatif Variabel X Kesadaran Politik ........ 151
50. Distribusi Kumulatif Variabel X Kesadaran Politik ........................ 152
51. Distibusi Frekuensi Jumlah Skor Variabel Y Partisipasi Politik ...... 156
52. Distibusi Kumulatif Variabel Y Partisispasi Politik ......................... 157
53. Hasil Analisis Regresi....................................................................... 163
54. Koefisien Determinasi ...................................................................... 164
55. Hasil Statistik Uji T .......................................................................... 165
56. Hasil Statistik Uji F .......................................................................... 167
57. Hasil Persentase Indikator Pengetahuan Kesadaran Politik ............. 168
58. Hasil Persentase Indikator Pemahaman Kesadaran Politik .............. 169
59. Hasil Persentase Indikator Sikap Kesadaran Politik ......................... 169
60. Hasil Persentase Indikator Tindakan Kesadaran Politik................... 170
61. Distibusi Kumulatif Variabel X Kesadaran Politik .......................... 171
62. Hasil Persentase Partisipasi Politik................................................... 173
63. Distibusi Kumulatif Variabel Y Partisipasi Politik ......................... 174
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 46


2. One Sample Kolmogrov-Smirnov Test.......................................... 162
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang

sama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim

(2007: 15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan

pemerintah yang dipegang oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikut-

sertakan dalam pembuatan suatu keputusan politik, pemerintahan atau

kenegaraan.

Partisipasi politik yang merupakan wujud pengejawantahan kedaulatan

rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam proses demokrasi.

Partisipasi politik memiliki makna yang sangat penting dalam bergeraknya

roda dan sistem demokrasi. Apabila masyarakat memiliki tingkat

partisipasi yang tinggi, maka proses pembangunan politik dan praktik

demokratisasi di Indonesia akan berjalan dengan baik. Sehingga akan

sangat berarti pula terhadap perkembangan bangsa dan negara ini.


2

Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) merupakan orang yang

paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri.

Karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah

menyangkut dan memengaruhi kehidupan warga negara maka warga

masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan yang memengaruhi

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Kegiatan warga

negara biasa dibagi dua memengaruhi isi kebijakan umum dan ikut

menentukan pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh negara, tercantum dalam

UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan

dengan Undang- Undang” dan diatur secara jelas dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, di

mana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak

berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan

hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan lain-lain.

Paska pemilihan presiden 2014 secara langsung, wacana dan kehendak

publik untuk memperbaiki sistem pemilihan kepala daerah (pilkada) secara

langsung di Indonesia makin menguat. Dengan diberlakukannya Undang-

Undang (UU) baru Nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Wali Kota sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun

2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, maka pilkada
3

langsung dapat dilaksanakan karena payung hukum bagi sistem pilkada

langsung secara legal formal telah dibuat.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, semakin jelas bahwa proses transisi

demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia sejak reformasi 1998

cukup menemukan jalan terang guna membangun kesejahteraan rakyat

melalui pemerintahan yang lebih baik. Begitu juga halnya dengan berbagai

proses pilkada di berbagai daerah di Indonesia yang selama ini telah

berlangsung.

Pemilu terkecil dalam suatu daerah pedesaan yaitu Pemilihan Kepala Desa

yang sering disingkat dengan Pilkades mungkin bukan istilah yang asing

lagi untuk saat ini. Sebagai wadah untuk menampung aspirasi politik

masyarakat sekaligus sarana pergantian atau kelanjutan pemerintahan

desa, pilkades diharapkan mampu memenuhi keinginan dan harapan

masyarakat desa tertentu, untuk mengangkat calon yang layak sebagai

kepala desa.

Pemilihan kepala desa adalah sarana pelaksanaan azas kedaulatan rakyat

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kepala Desa sebagai pemimpin

formal di desa harus dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa. Sifat

demokratis harus ada dan dipertahankan, bukan semata-mata, karena

sendi-sendi kehidupan demokratis dapat menjamin terselenggaranya

pembangunan desa, akan tetapi pembangunan desa memerlukan dukungan

dari masyarakat.
4

Menurut Wasistiono (2006: 32) tentang pemilihan kepala desa menyatakan

bahwa apabila pemilihan umum merupakan pesta pemerintah, maka

pemilihan kepala desa adalah pesta rakyat. Pemilihan kepala desa

merupakan kesempatan rakyat untuk menunjukkan kesetiaan masyarakat

desa. Pemilihan kepala desa dilakukan dalam enam tahun. Hal ini sesuai

dengan pasal 39 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang berbunyi:

Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikan dan dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa

jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Menurut Soekanto (1982: 125) terdapat empat indikator kesadaran yang

masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan

menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah

sampai yang tertinggi, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

pola perilaku (tindakan).

Pengetahuan dan pemahaman penting dalam politik demokrasi dan

pemilihan kepala desa. Karena, sebagai warga negara atau sebagai

individu tentunya minimal mengetahui dan memahami mengenai masalah-

masalah atau isu-isu yang bersifat politis, dengan seperti itu akan mampu

meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik atau pengetahuan dalam

berpolitik. Sikap dan tindakan politik juga penting dalam politik

demokrasi dan pemilihan kepala desa karena lebih menyadari akan

tanggung jawabnya sebagai warga negara yang menentukan masa depan

bangsa.
5

Wujud dari kesadaran politik salah satu bentuknya adalah partisipasi

politik dalam pemilihan kepala desa. Partisipasi politik yang dilandasi oleh

kesadaran politik akan mendorong individu menggunakan hak pilihnya

secara rasional dan sesuai dengan aspirasi yang bersangkutan. Kesadaran

politik akan memunculkan peran aktif masyarakat dalam meningkatkan

mutu kehidupan dengan melakukan pengawasan ketat atas kebijakan

penguasa. Maka dari itu terciptalah social control yang berasal dari people

power yang cerdas dan bermoral. Dari masyarakat seperti ini akan lahir

pemimpin-pemimpin yang amanah yang siap untuk mengambil alih

kepemimpinan mewujudkan kehidupan damai, sejahtera, adil, dan

beradab.

Kesadaran politik warga negara menjadi faktor determinan dalam

partisipasi politik masyarakat, artinya sebagai hal yang berhubungan

pengetahuan dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan

dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik menjadi ukuran dan

kadar seseorang terlibat dalam proses partisipasi politik.

Pengalaman pemilihan kepala desa yang berlangsung dalam beberapa

dekade menunjukkan banyaknya para pemilih yang tidak memberikan

suaranya. Sebagai fenomena penggambaran di atas apabila seseorang

memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi

maka partisipasi politik cenderung aktif, sedangkan apabila kesadaran

politik dan kepercayaan sangat rendah maka partisipasi politik manjadi

pasif dan apatis.


6

Tabel 1. Referensi Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metodologi Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
Rahmanto Partisipasi Metode yang Kasus-kasus yang dianalisa
(2012) Masyarakat digunakan dalam adalah yang dianggap
Desa Talun penelitian ini mampu mewakili
Kecamatan dibagi menjadi penjelasan partisipasi
Ngebel tiga yaitu: Metode masyarakat dalam pilihan
Kabupaten Pengumpulan Kepala Desa 2012 di Desa
Ponorogo data, Penggalian Talun. Temuan penelitian
dalam data,dan metode bahwa partisipasi
Pemilihan pengamatan. masyarakat pemilih
Kepala Desa Dokumen yang dipengaruhin tiga faktor
di Desa digunakan untuk yaitu : figur, uang, dan tim
Talun memperoleh data sukses.
Kecamatan tekstual tentang
Ngebel fenomena atau
Kabupaten kejadian yang
Ponorogo telah berlalu,
Provinsi antara lain:
Jawa Timur Dokumen tentang
pilihan Kepala
Desa Talun 2012.
Theofilus Partisipasi Rumusan masalah Hal yang menarik adalah
Kuhon Masyarakat pada penelitian bahwa alasan mereka untuk
(2012) dalam tersebut adalah: tidak aktif dalam pilkades
Pemilihan Apakah yang di Tonsealama pada
Kepala Desa menyebabkan umumnya bahwa sudah ada
(Suatu Studi rendahnya lembaga yang mengurus
di Desa partisipasi masalah pilkades tersebut,
Tonsealama masyarakat desa ada juga alasan bahwa
Kecamatan Tonsea Lama masalah pilkades di
Tondano Kecamatan Tonsealama ini menjadi
Utara Tondano Utara tanggung jawab seluruh
Kabupaten dalam proses warga masyarakat.
Minahasa pemilihan kepala Artinya ketika informan
desa? Penelitian tidak terlibat secara aktif
tersebut dalam pemilihan kepala
menggunakan desa, informan
pendekatan beranggapan ada bagian
deskriptif masyarakat lain yang sudah
kualitatif, yang mengurusi kegiatan
ingin mendapat tersebut, dan mengganggap
gambaran secara sudah gugur tanggung
utuh rendahnya jawabnya. Faktor-faktor
partisipasi yang memengaruhi
pemilih pada rendahnya partisipasi
pemilihan kepala pemilih adalah faktor sosial
desa. ekonomi, faktor psikologis,
kepercayaan politik, dan
sistem politik.
7

Moh. Partisipasi Metode yang Berdasarkan data yang


Ainul Politik digunakan adalah diperoleh dalam penelitian
Yakin Masyarakat deskriptif tersebut yaitu pemilihan
(2013) Desa kuantitatif dengan kepala desa di Desa
Lembung variabel adalah Lembung tingkat partisipasi
Kecamatan partisipasi politik. masyarakat tergolong
Galis Populasi yang dalam partisipasi aktif,
Kabupaten dipilih dalam karena kesadaran politik
Pamekasan penelitian tersebut kepada pemerintah sangat
Dalam adalah tinggi dalam memberikan
Pelaksanaan keseluruhan dukungan melalui
Pemilihan pemilih di Desa pemilihan kepala desa.
Kepala Desa Lembung Tingkat partisipasi
Tahun 2013 sejumlah 982 masyarakat desa Lembung
pemilih dan dalam pemilihan kepala
sampel dalam desa pada tahun 2013
penelitian ini sangat tinggi yaitu 98,2%
adalah 100 masyarakat telah
pemilih (10%) menggunakan hak suara
dan menggunakan mereka dalam pemilihan
metode kepala desa.
pengumpulan data Faktor-faktor yang
berupa angket, melatarbelakangi
wawancara dan masyarakat Desa Lembung
observasi. karena adanya agen-agen
sosialisasi politik dalam
pelaksanaan tersebut
sehingga kesadaran dalam
memilih calon kepala desa
sangat tinggi karena
masyarakat ingin mencari
sosok pemimpin demi
perubahan-perubahan yang
ada di desa tersebut.
Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2016

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu

adalah pada penelitian ini lebih menekankan pada pengaruh kesadaran

politik terhadap partisipasi politik pada pemilihan kepala desa di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, sehingga

mengetahui seberapa besar pengaruh kesadaran politik masyarakat di Desa

Hajimena terhadap partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa tahun

2015. Kesadaran politik masyarakat dapat dilihat dari pengetahuan dan


8

pemahaman yang ada di tengah-tengah masyarakat terhadap pemilihan

kepala desa. Selain itu dapat dilihat juga dari sikap dan tindakan politik

yang ditunjukkan oleh masyarakat pada pilkades tahun 2015.

Menurut Budiardjo (2008: 369) menyatakan bahwa partisipasi politik erat

sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa

dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara

dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Namun kenyataannya, tingkat partisipasi pemilih masih kurang. Persentase

partisipasi pemilih hanya mencapai 63% sampai 74%, yang berarti masih

banyak pemilih yang tidak berpartisipasi yakni mencapai angka 30%.

Berdasarkan data pada Tabel 2 tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan

kepala daerah di Lampung Selatan pada tahun 2010 mengalami

penurunan, yakni dengan persentase 73% jika dibandingkan dengan

pemilu legislatif tahun 2009 yakni 75% dan pemilu presiden dan wakil

presiden yakni 77%.


9

Tabel 2. Data Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilu.

No Kab/kota Pilgub Pileg Pilpres Pilkada Pilkada Hasil


2008 2009 2009 2010 2011 %
1 2 3 4 5 6 7
1 Bandar 58% 66% 71% 57% - 63%
Lampung
2 Metro 63% 73% 75% 71% - 70.5
%
3 Tanggam 63% 72% 73% - - 69.3
us %
4 Way 70% 78% 75% 76% - 75.7
Kanan %
5 Lampung 66% 75% 76% 71% - 72%
Timur
6 Lampung 61% 76% 75% - - -
Barat
7 Lampung 65% 73% 75% 68% - 70.6
Tengah %
8 Lampung 67% 75% 77% 73% - 73%
Selatan
9 Pesawara 70% - 79% 72% - 73.6
n %
10 Tulang 65% 80% 75% - - 73.3
Bawang %
11 Lampung 70% 75% 75% - - 73.3
Utara %
12 Pringsew - - - - 70.54% -
u
13 Tulang - - - - 84.80% -
Bawang
Barat
14 Mesuji - - - - 78.79% -
Jumlah 65.2% 74.3% 75% 69.7% 78.04% 71%
Sumber data: kpud-provlampung.go.id

Jika melihat jumlah pemilih pada pemilihan kepala desa tahun 2015 bulan

juli, menurut Joko Raharjo, panitia pemilihan mengatakan jumlah pemilih

dalam pilkades kali ini 4.457. Sedangkan warga yang tidak hadir/ tidak

memilih 6.068. Itu berarti hanya 42% tingkat partisipasi politik

masyarakat yang memilih dalam pemilihan kepala desa. Sedangkan ada

58% masyarakat yang tidak hadir/ tidak memilih dalam pemilihan kepala

desa di Desa Hajimena pada bulan juli tahun 2015.


10

Tabel 3. Jumlah Pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Hajimena


Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015

Masyarakat yang memilih Masyarakat yang tidak memilih

4.457 6.068

42% 58%

Sumber: Diolah oleh penulis tahun 2015

Pada tanggal 6 Juli 2015 telah diselenggarakan pemilihan kepala desa

Hajimena di TPS Gang Abdul Karim, Jalan Pulau Sebiay, desa setempat.

Dimana yang terpilih menjadi kepala desa di Desa Hajimena adalah Rais

Yusuf yakni dengan perolehan suara 1.731, disusul Bahti Idris yaitu 1.699,

kemudian Arita Ahyar dengan 475 suara, Sumardiono dengan 300 suara,

Heri Wahyudi 212 suara dan 54 surat suara dinyatakan rusak.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka menurut peneliti penelitian ini

penting untuk dilakukan karena dalam penelitian akan mengungkapkan

bagaimana pengaruh kesadaran politik masyarakat di Desa Hajimena

terhadap partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa tahun 2015.

Adakah pengaruh kesadaran politik yang tinggi akan memunculkan

partisipasi politik yang tinggi atau sebaliknya kesadaran politik yang

rendah akan memunculkan partisipasi politik yang rendah pula. Atau

justru dengan adanya kesadaran politik yang tinggi memunculkan

partisipasi politik masyarakat rendah dalam pilkades tahun 2015.

Rendahnya partisipasi pemilih menjadi gejala umum dalam pemilihan

kepala desa di semua wilayah dan kemungkinan fenomena rendahnya


11

partisipasi pemilih ini juga akan menjadi gejala umum pemilu Indonesia di

masa mendatang. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang memadai apa

yang menyebabkan seorang pemilih untuk tidak ikut memilih, berbagai

penjelasan mengenai rendahnya partisipasi pemilih di Indonesia hingga

saat ini masih didasarkan pada asumsi dan belum didasarkan pada riset

yang kokoh.

Pengamat dan penyelenggara pemilu memang kerap melontarkan pendapat

tentang penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih, tetapi berbagai

penjelasan itu didasarkan pada pengamatan dan bukan berdasarkan hasil

riset. Pemahaman mereka tentang demokrasi pada umumnya adalah

masyarakat dapat ikut menentukan siapa yang memimpin masyarakat

tersebut melalui pemilu (Pilkades), namun hal lain yang diungkapkan

adalah adanya penilaian bahwa tidak ada calon kepala desa yang

memenuhi kriteria sebagai pemimpin yang baik, dengan kalimat lain dapat

dinyatakan bahwa ketidakhadiran mereka dalam pilkades bukan

disebabkan karena sistem pilkades yang tidak demokratis.

Rendahnya partisipasi masyarakat merupakan masalah nasional, sehingga

penangannnya tidak selalu diserahkan pada salah satu pihak, diperlukan

keikutsertaan seluruh komponen bangsa untuk menangani masalah ini.

Setiap wilayah maupun periode pemilihan kepala desa selalu ditemukan

keunikannya masing-masing, secara umum pemilihan kepala desa sangat

kental akan kedekatan emosi karena pemilih mengenal betul orang-orang

yang mencalonkan diri menjadi kepala desa, juga didukung adanya


12

hubungan kekerabatan, dan persaingan yang tajam antar tim sukses calon

kepala desa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dari itu peneliti tertarik untuk

meneliti lebih jauh tentang pengaruh kesadaran politik terhadap partisipasi

politik dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kesadaran politik masyarakat di Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?

2. Bagaimana partisipasi politik masyarakat pada pemilihan kepala desa

tahun 2015 di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan?

3. Apakah ada pengaruh kesadaran politik terhadap partisipasi politik

dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan?


13

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bagaimana kesadaran politik masyarakat di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan;

2. Mengetahui bagaimana partisipasi politik masyarakat pada pemilihan

kepala desa tahun 2015 di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan;

3. Mengetahui apakah ada pengaruh kesadaran politik terhadap

partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Secara Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian

ilmu pemerintahan khususnya dalam pengembangan ilmu

pemerintahan dan politik.


14

2. Secara Praktis

Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan kajian bagi Pemerintah Daerah khusunya kepala desa di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan untuk

meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam setiap pemilihan

kepala desa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

gambaran partisipasi politik masyarakat desa Hajimena Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan serta untuk memberikan

konstribusi seberapa jauh kesadaran politik terhadap partisipasi politik

dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengaruh

1. Definisi Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 879) pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, dan perbuatan seseorang. Dari

pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh

adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah

sesuatu yang lain.

Menurut Poerwardarminta (1983: 731) menyatakan bahwa pengaruh

adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun

benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan

berpengaruh terhadap orang lain.

Menurut Badudu dan Zain (1994: 1031) pengaruh adalah daya yang

menyebabkan sesuatu terjadi; sesuatu yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain; dan tunduk atau mengikuti karena kuasa

dan kekuatan orang lain.


16

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada timbul dari suatu hal

yang dapat membentuk dan mengubah sesuatu yang memiliki akibat

atau hasil dan dampak yang ada.

B. Konsep Kesadaran Politik

1. Definisi Kesadaran Politik

Menurut Naning (1982: 64) kesadaran adalah suatu kondisi psikologis

yang tanggap terhadap sesuatu hal, sedangkan politik adalah segala hal

ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran politik adalah berarti suatu

kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal negara.

Dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik berarti tanggap terhadap

segala hal ikhwal kenegaraan.

Menurut Ruslan (2000: 94) kesadaran politik merupakan berbagai

bentuk pengetahuan, orientasi, dan nilai-nilai yang membentuk

wawasan politik individu, ditinjau dari keterkaitannya dengan

kekuasaan politik.

Menurut Surbakti (2007: 144), kesadaran politik adalah kesadaran

akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Budiardjo (1985: 22)

mengatakan bahwa tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda

bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah

kenegaraan dan atau pembangunan.


17

Menurut Budiyanto (2006: 185), kesadaran politik adalah suatu proses

batin yang menampakkan keinsyafan dari setiap warga negara akan

urgensi urusan kenegaraan dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Kesadaran politik atau keinsyafan hidup bernegara bersifat

menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari

seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang

terbengkalai.

Dari beberapa pengertian kesadaran politik dapat disimpulkan bahwa

kesadaran adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang

dirinya dan keberadaan dirinya untuk dapat memahami realitas dan

bagaimana cara bertindak atau menyikapinya.

2. Unsur-unsur Kesadaran Politik

Menurut Ruslan (2000: 417) di dalam kesadaran politik mencakup

unsur-unsur yang meliputi antaranya yaitu:

a. Kesadaran islam yaitu tentang konsepsi secara benar dan

menyeluruh yang dengannya seorang individu mampu menyikapi

realita yang terjadi dengan segala aspek-aspeknya sesuai

pandangan intelektual yang telah terbentuk pada dirinya. Dalam

hal ini kesadaran didasarkan pada pandangan hidup seseorang

dengan kata lain sesuai dengan keyakinan setiap orang. Jadi, pada

dasarnya kesadaran islam dalam pengertian ini yaitu kesadaran

dalam konsep islam, namun demikian bukan berarti seseorang


18

selain agama islam tidak berarti tidak memiliki kesadaran politik,

karena hal tersebut didasarkan pada keyakinan pandangan hidup

masing-masing.

b. Kesadaran gerakan yaitu kesadaran untuk membentuk organisasi

atau gerakan yang bekerja guna mewujudkan cita-cita bersama,

tergabung dan terlibat di sana dengan berupaya memberikan

kontribusi maksimal bagi perkembangan organisasi atau gerakan

tersebut.

c. Kesadaran akan problematika politik yang terjadi di

masyarakatnya, meliputi kesadaran akan masalah, hukum islam,

kebebasan dan keterjajahan, kebebasan politik, masalah persatuan

dan sebagainya.

d. Kesadaran akan hakikat sikap politik yaitu kesadaran akan

substansi sekitar sikap politik dimana individu menjadi sadar akan

peristiwa atau masalah politik itu sendiri. Termasuk di antaranya

adalah memelajari masalah-masalah politik umum, memelajari

arus politik dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi dan

menentukan sikap terhadapnya, dan memonitor peristiwa-peristiwa

politik yang sedang berkembang.


19

3. Cara-cara untuk mencapai kesadaran politik

Menurut Ruslan (2000: 96) ada beberapa cara dalam mencapai

kesadaran politik yang melalui beberapa hal yaitu:

a. Arahan politik secara langsung, baik melalui jalur formal maupun

non formal, melalui penjelasan-penjelasan politik, usaha-usaha

bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang

dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik.

b. Pengalaman politik yang didapatkan dari partisipasi politik.

c. Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya

membaca koran dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti

berbagai peristiwa.

d. Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.

e. Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua

metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi. Maka seluruh

metode ini akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan

kesadaran politik.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi kesadaran politik

Menurut Ruslan (2000: 97-98) kesadaran politik dapat dipengaruhi

oleh banyak faktor. Faktor yang memengaruhi kesadaran politik yang

terpenting di antaranya adalah:


20

a. Jenis kultur politik di mana individu itu tumbuh darinya atau

dengan kata lain, tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya.

b. Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi di

masyarakat.

c. Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki

individu, juga tingkat pendidikannya.

d. Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang mampu

memberikan arahan politik kepada masyarakat luas.

5. Indikator Kesadaran Politik

Menurut Soekanto (1982: 125) terdapat empat indikator kesadaran

yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan

berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari

yang terendah sampai yang tertinggi, antara lain: pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan pola perilaku (tindakan).

Menurut Notoatmodjo (2003: 121) pengetahuan merupakan hasil tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni:

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan akan menentukan

corak dan arah suatu keputusan yang akan diambil.


21

Menurut Arman (2002: 427) pemahaman adalah sesuatu hal yang

seseorang pahami dan mengerti dengan benar, sehingga dapat diartikan

bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara

memelajari sesuatu dengan baik supaya paham, dan memiliki

pengetahuan. Pemahaman adalah hasil dari kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dari itu pengetahuan dan

pemahaman penting dalam politik demokrasi dan pemilihan kepala

desa. Karena, sebagai warga negara atau sebagai individu tentunya

minimal mengetahui dan memahami mengenai masalah-masalah atau

isu-isu yang bersifat politis, dengan seperti itu akan mampu

meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik atau pengetahuan dalam

berpolitik.

Menurut Notoatmodjo (2003: 124) mengemukakan bahwa sikap

adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Dan

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau obyek. Sikap adalah kesediaan atau kesiapan

untuk bertindak yang terdiri dari menerima, merespon, menghargai,

dan bertanggung jawab terhadap suatu objek. Sedangkan tindakan

adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Sikap dan tindakan

politik juga penting dalam politik demokrasi dan pemilihan kepala


22

desa karena lebih menyadari akan tanggung jawabnya sebagai warga

negara yang menentukan masa depan bangsa.

Kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat, dan perhatian

seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Kesadaran

politik atau keinsyafan bernegara menjadi penting dalam kehidupan

kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan

kompleks. Karena itu tanpa dukungan positif dari seluruh warga

masyarakat akan banyak tugas negara yang terbengkalai.

Menurut Surbakti (2007: 144) menyebutkan aspek kesadaran politik

seseorang yang meliputi kesadaran terhadap hak dan kewajiban

sebagai warga negara. Misalnya hak-hak politik, hak ekonomi, hak

mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan jaminan sosial, dan

kewajiban-kewajiban seperti kewajiban dalam sistem politik,

kewajiban kehidupan sosial, dan kewajiban lainnya.

Menurut Wardhani (2008: 8) bahwa tingkat kesadaran dapat dibagi

menjadi 4 yaitu pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku

(tindakan). Kesadaran politik yang rendah dapat dilihat apabila berada

pada level pengetahuan dan pemahaman, sedang pada level sikap, dan

tinggi pada level pola perilaku/tindakan.


23

C. Konsep Partisipasi Politik

1. Definisi Partisipasi Politik

Secara etimologis, konsep partisipasi dapat ditelusuri akar katanya dari

bahasa Inggris, yaitu kata part yang berarti bagian. Jika kata part

dikembangkan menjadi kata kerja, maka kata ini menjadi to

participate, yang bermakna turut ambil bagian.

Menurut Damsar (2010: 10) politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu

polis yang berarti kota, negara kota. Dari polis berkembang konsep

polites yang bermakna warga negara dan konsep politikos yang berarti

kewarganegaraan. Dari penjelasan etimologis tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa politik sebagai sesuatu yang berhubungan antara

warga negara pada suatu (negara) kota. Sedangkan akar katanya dari

bahasa Inggris adalah politics, yang bermakna bijaksana. Maka dari itu

politik dapat dipahami sebagai suatu proses dan sistem penentuan dan

pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan warga negara dalam

negara (kota).

Menurut Budiardjo (1982: 1) menyatakan bahwa partisipasi politik

adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta

secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih

pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung

memengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan

seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat


24

umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan,

mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota

parlemen, dan sebagainya.

Menurut Surbakti (1992: 140) mendefinisikan partisipasi politik

sebagai keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala

keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya. Sedangkan

Rush dan Althop (2000: 123) berpendapat tentang partisipasi politik

yakni keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan

di dalam sistem politik. Setiap warga negara memiliki hak dan

kewajiban untuk melakukan partisipasi politik, seperti pemilihan

umum, penyampaian pendapat, baik secara langsung maupun tidak

langsung, serta partisipasi melalui masyarakat di lingkungan keluarga

dan kemasyarakatan.

Partisipasi dilakukan menurut kemampuan, kesiapan, dan kesempatan

masing-masing. Setiap warga negara perlu memersiapkan diri agar

mampu berpartisipasi aktif dalam sistem politik yang ada. Partisipasi

politik bukanlah dominasi setiap warga negara. Partisipasi politik

berhaluan kepada kehendak untuk memengaruhi pemerintah yang

sedang berkuasa.

Menurut Sastroatmodjo (1995: 68) yang menyatakan partisipasi politik

sebagai kegiatan warga negara preman yang bertujuan untuk

memengaruhi keputusan pemerintah. Dengan demikian terdapat

penjelasan tentang siapa yang berpartisipasi secara jelas, prosesnya


25

dan tujuan partisipasi tersebut. Subyek pokoknya ialah warga negara.

Prosesnya adalah memengaruhi kondisi yang sedang terjadi dalam

pemerintah. Tujuannya ialah memengaruhi keputusan pemerintah.

Partisipasi politik bertujuan untuk memengaruhi mekanisme

pemerintahan, namun selain itu juga perlu diperjelas bahwa partisipasi

politik memiliki kepentingan lain yaitu sebagai alat kontrol bagi

berjalannya suatu sistem. Bahkan lebih jauh lagi bahwa partisipasi

politik adalah suatu media untuk mengembangkan sistem politik untuk

mekanisme politik itu hidup dan berjalan sesuai dengan prosesnya.

Pada akhirnya sistem politik dapat berjalan kearah tujuan dengan stabil

dan sukses.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, diketahui bahwa partisipasi

politik merupakan kegiatan warga masyarakat dalam berbagai struktur

masyarakat baik disadari atau pun tidak untuk memengaruhi proses-

proses politik dalam penentuan pengambilan kebijakan pemerintah,

serta sebagai mekanisme kontrol bagi berlangsungnya dan hidupnya

sistem politik.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Pada umumnya partisipasi politik dipengaruhi oleh latar belakang

pengetahuan ataupun kesadaran dan kepercayaan seseorang terhadap

sistem politik yang ada di lingkungannya. Dari sini akan ditentukan

pula berbagai tipe atau bentuk partisipasi dalam masyarakat.


26

Menurut Alfian (1986: 225-277) mengemukakan empat macam

partisipasi politik: pertama, kalau pengetahuan/kesadaran politik

masyarakat tinggi dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik

juga tinggi, maka masyarakat akan berpartisipasi secara aktif.

Partisipasi masyarakat sehat karena mereka loyal dan mendukung

sistem politik.

Kedua, partisipasi politik terjadi kalau pengetahuan/kesadaran politik

yang tinggi diikuti oleh kepercayaan yang rendah terhadap sistem

politik yang berlaku. Suasana ini mengundang adanya sikap dan

tingkah laku yang tampak membangkang, disertai sikap kurang atau

tidak responsif dari masyarakat yang berkuasa dalam sistem politik itu.

Ketiga, terjadi jika pengetahuan/kesadaran yang rendah berkaitan

dengan kepercayaan yang tinggi terhadap sistem politik. Dalam

suasana seperti itu, masyarakat memang tidak aktif berpolitik.

Keempat, muncul bilamana pengetahuan/kesadaran politik yang

rendah berkaitan dengan kepercayaan yang rendah pula terhadap

sistem politik. Dalam hal ini, walaupun masyarakat bersikap pasif,

namun dalam kepasifannya itu masyarakat tertekan, terutama oleh

karena perlakuan yang masyarakat anggap sewenang-wenang dari

penguasa. Dari pendapat itu diketahui adanya empat tipe partisipasi,

yaitu partisipasi politik aktif, membangkang, tradisional, dan pasif.


27

Menurut Budiyanto (2006: 181) menyatakan bentuk-bentuk partisipasi

politik yang terjadi di berbagai negara, dapat dibedakan dalam

kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan non-konvensional,

termasuk yang mungkin legal maupun ilegal, penuh kekerasan dan

revolusioner. Berikut ini adalah bentuk-bentuk partisipasi politik:

a. Konvensional

1. Pemberian suara (votting);

2. Diskusi politik;

3. Kegiatan kampanye;

4. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan; dan

5. Komunikasi individual dengan pejabat politik administrasi.

b. Non-Konvensional

1. Pengajuan petisi;

2. Berdemonstrasi;

3. Konfrontasi;

4. Mogok;

5. Tindak kekerasan politik terhadap harta benda, perusakan,

pemboman, dan pembakaran; dan

6. Tindak kekerasan politik terhadap manusia, penculikan,

pembunuhan, dan perang gerilya revolusi.

Dari uraian pendapat di atas, berbagai bentuk partisipasi politik terbagi

dalam berbagai macam bentuk sesuai dengan tingkat pemahaman dan

minat serta respon atau tanggapan setiap individu tersebut terhadap


28

politik. Tetapi hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa bentuk

partisipasi politik itu dapat dibedakan dalam bentuk yang aktif dan

yang pasif.

Adapun bentuk yang aktif antara lain: partisipasi melalui organisasi

politik atau kemasyarakatan yang ada, rapat umum atau demonstrasi,

penyaluran melalui media massa, pemberian suara dan serta diskusi

politik termasuk juga di dalamnya ialah tindak kekerasan politik.

Sedangkan yang termasuk dalam partisipasi politik pasif di antaranya

ialah aliensi dan apatisme terhadap politik. Jika seolah-olah dalam

sikap apatisme politik seseorang atau individu tidak terlibat dalam

suatu proses politik. Tetapi dari sikapnya itu cukup diketahui bahwa

sesungguhnya individu memiliki penilaian tersendiri terhadap politik.

Sehingga sikapnya itu dapat dianggap sebagai partisipasi politik dalam

bentuk lain.

Menurut Huntington dan Nelson (1994: 16-17) menemukan bentuk-

bentuk partisipasi politik yang berbeda, yaitu:

a. Kegiatan pemilihan;

b. Lobbying;

c. Kegiatan organisasi;

d. Mencari koneksi (contacting);

e. Tindak kekerasan (violence).


29

Dalam penelitian ini, salah satu bentuk partisipasi politik yang

digunakan adalah kegiatan pemilihan atau dalam hal ini adalah

kegiatan pilkades tahun 2015. Kegiatan adalah aktivitas, usaha, dan

pekerjaan. Dimana menurut Huntington dan Nelson (1994), kegiatan

pemilihan mencakup suara, juga sumbangan-sumbangan untuk

kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi

seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan memengaruhi hasil

proses pemilihan.

Menurut Surbakti (2007: 144) membedakan tipe partisipasi masyarakat

ke dalam empat macam, yaitu:

a. Partisipasi Aktif

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan

pemerintah atau dengan kata lain apabila seseorang memiliki

kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi,

maka partisipasi politik cenderung aktif.

b. Partisipasi Militan-Radikal

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Namun berbeda dari partisipasi aktif, yang cenderung

mengutamakan cara-cara konvensional, partisipasi ini cenderung

mengutamakan cara-cara non konvensional, termasuk di dalamnya

cara-cara kekerasan atau dengan kata lain apabila kesadaran politik


30

tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah, maka

akan melahirkan militan radikal.

c. Partisipasi Pasif

Kegiatan warga negara yang menerima/menaati begitu saja segala

kebijakan pemerintah. Jadi, partisipasi pasif cenderung tidak

memersoalkan apapun kebijakan politik yang dibuat pemerintah

atau dengan kata lain apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi

kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi, maka akan

melahirkan partisipasi yang tidak aktif (pasif).

d. Partisipasi Apatis

Kegiatan warga negara yang tidak mau tahu dengan apapun

kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya, warga

masyarakat bertindak demikian karena merasa kecewa dengan

pemerintah dan sistem politik yang ada atau dengan kata lain

apabila seseorang tingkat kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah rendah, maka partisipasi politik cenderung

pasif-tertekan (apatis).

3. Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi politik

Menurut Cholisin dan Nasiwan (2012: 149) menyatakan bahwa apabila

seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah yang tinggi maka partisipasinya cenderung aktif.


31

Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah

rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif.

Berdasarkan teori Paige, jika kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif.

Dengan tidak memiliki kesadaran politik dan tidak memiliki

kepercayaan kepada pemerintah maka masyarakat cenderung tidak

mau ikut berpartisipasi politik. Karena tidak ada lagi rasa ingin

mengetahui isu-isu politik dan tidak ada rasa tanggung jawab sebagai

warga negara.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang partisipasi politik adalah

berdasarkan faktor kesadaran politik. Kesadaran politik menjadi

penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara

bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif

dari seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang

terbengkalai.

Negara berkembang khususnya Indonesia, masyarakat yang hidup di

pedesaan jauh lebih banyak dibandingkan masyarakat perkotaan,

menuntut penanganan sungguh-sungguh dan aparat pemerintah atau

penguasa setempat. Masyarakat pedesaan yang secara kuantitatif jauh

lebih besar memiliki kesadaran politik yang minim sehingga

berdampak pada kehidupan politik nasional. Hal ini jelas akan

berpengaruh terhadap kemajuan perkembangan nasional di segala

bidang.
32

Menurut Budiyanto (2006: 185) antara lain menyatakan sekalipun

sudah bangkit kesadaran nasional dan meningkatnya aktivitas

kehidupan politik di tingkat pedesaan, namun masyarakat tani masih

belum terkait secara aktif kepada pemerintah nasional dalam hubungan

timbal balik yang aktif dan responsif. Hubungan yang ada baru bersifat

berat sebelah, yaitu dari atas ke bawah.

Bila dihubungkan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara,

partisipasi politik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan

sebagai wujud tanggung jawab negara yang berkesadaran politik tinggi

dan baik. Dengan demikian sesungguhnya kegiatan-kegiatan

pendidikan politik, kesadaran politik, dan partisipasi politik

masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan perlu terus didorong

dan ditingkatkan demi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan nasional.

Sementara itu menurut Rahman (2007: 286), dipahami adanya

partisipasi politik yang luas yaitu: modernisasi, perubahan struktur

strata sosial, pengaruh intelektual, konflik dan intervensi yang kuat dan

luas. Penjelasan dari lima penyebab timbulnya gerakan kearah

partisipasi lebih luas dalam proses politik dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Modernisasi, kemajuan dalam segala bidang kehidupan

menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut

dalam kekuasaan politik.


33

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial, masalah siapa yang

berhak berpartisipasi dan dalam pembuatan keputusan politik

menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola

partisipasi politik.

c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern, ide

demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru

dan masyarakat sering berkembangnya modernisasi dan

industrialisasi yang cukup matang.

d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar

elit maka yang di cari adalah dukungan rakyat, terjadi perjuangan

kelas antara para pesaing politik maka kelompok-kelompok politik

mencari strategi untuk meraih dukungan masa.

e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial,

ekonomi, dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktifitas

pemerintah sering menyebabkan timbulnya tuntunan-tuntunan

yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam

pembuatan keputusan politik.

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan

mengambil bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam

sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut

menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga

berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam


34

artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas

tersebut.

Syarat utama warga negara disebut berpartisipasi dalam kegiatan

berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan yaitu: ada rasa

kesukarelaan (tanpa paksaan), ada keterlibatan secara emosional, dan

memeroleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari

keterlibatannya. Berikut ini adalah beberapa defenisi partisipasi politik

menurut para ahli juga disertai indikator-indikator partisipasi politik

yang disajikan dalam tabel 4.


35

Tabel 4. Beberapa Definisi Partisipasi Politik

Sarjana Defenisi Indikator

Samuel P. Partisipasi politik...kegiatan warga Berupa kegiatan bukan


Huntington preman (private citizen) yang sikap-sikap dan
& Joan M. bertujuan memengaruhi pengambilan kepercayaan;
Nelson kebijakan oleh pemerintah. Memiliki tujuan
memengaruhi kebijakan
(1984: 5) publik; dan
Dilakukan warga negara
preman (biasa).

Michael Partisipasi politik adalah keterlibatan Berwujud keterlibatan


Rush & individu sampai macam-macam individu dalam sistem
Philip tingkatan di dalam sistem politik. politik dan
Althoff Memiliki tingkatan-
(2003: 23) tingkatan partisipasi.

Herbert Partisipasi politik adalah kegiatan- Warga negara terlibat


Mc Closky kegiatan sukarela (voluntary) dari dalam proses politik.
dalam warga masyarakat melalui cara
Miriam mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan
(1994:183- secara langsung atau tidak langsung,
dalam proses pembuatan atau
184) pembentukan kebijakan umum.

Miriam Partisipasi politik adalah kegiatan Berupa kegiatan individu


seseorang atau kelompok orang atau kelompok dan
Budiarjo untuk ikut serta secara aktif dalam Bertujuan ikut serta
kehidupan politik, yakni dengan cara secara aktif dalam
(1994: memilih pimpinan negara dan secara kehidupan politik,
langsung atau tidak langsung, memilih pimpinan
183) memengaruhi kebijakan pemerintah publik atau memengaruhi
(public policy). kebijakan publik.

Ramlan Partisipasi politik ialah keikutsertaan Keikutsertaan warga


warga negara biasa dalam negara dalam pembuatan
Surbakti menentukan segala keputusan dan pelaksanaan
menyangkut atau memengaruhi kebijakan publik dan
(1992: hidupnya. ... sesuai dengan istilah Dilakukan oleh warga
partisipasi, (politik) berarti negara biasa.
140-141) keikutsertaan warga negara biasa
(yang tidak memunyai kewenangan)
dalam memengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan
keputusan.

Sumber: Gatara, Said A.A & Said, Dzulkiah Moh (2007)


36

Berdasarkan pendapat para ahli pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa

partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan

peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang

bertujuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang menyangkut

kepentingan masyarakat.

D. Konsep Pemilihan Kepala Desa

1. Definisi Tentang Desa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa adalah Desa dan desa adat atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa memunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat dan

nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan melaksanakan bagian-bagian

dari suatu urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintah

kabupaten atau kota. Jadi untuk keperluan pengurusan masyarakat

tersebut tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu

memimpin jalannya pemerintahan desa.


37

2. Definisi Kepala Desa

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu

sistem Pemerintahan Desa selain dari pada BPD. Kepala Desa

merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung

oleh masyarakat desa. Kepala desa memunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala desa

adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung

oleh penduduk desa sebagai Pemimpin Pemerintahan Desa.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6

tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa, kepala desa memiliki masa jabatan selama enam tahun terhitung

sejak tanggal pelantikan. Dan menjabat paling lama tiga kali masa

jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

3. Syarat-syarat yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa

Perkembangannya pemilihan Kepala Desa juga diatur dalam Undang-

Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 tahun 2015 tentang

Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang dijelaskan

dalam Pasal 32 bahwasannya persyaratan untuk dapat dicalonkan

sebagai kepala desa sebagai berikut:


38

a. Warga negara republik Indonesia;

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

serta memertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;

d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama

atau sederajat;

e. Berusia paling rendah 25 tahun pada saat mendaftar;

f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa

setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;

h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memeroleh kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali lima tahun setelah

selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah

dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan

pengadilan yang telah memunyai kekuatan hukum tetap;

k. Berbadan sehat dan bebas narkoba; dan

l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama tiga kali masa jabatan.
39

4. Syarat-syarat yang dapat memilih Kepala Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, dalam pasal 35

hanya dijelaskan bahwasannya Kepala Desa dipilih langsung oleh

penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara Pemilihan Kepala

Desa sudah berumur tujuh belas tahun atau sudah/pernah menikah

ditetapkan sebagai pemilih. Sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 6 tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa pasal 39 menyebutkan bahwa untuk dapat

menggunakan hak memilih dalam pemilihan, pemilih harus terdaftar

sebagai pemilih. Pemilih sebagaimana dimaksud harus memenuhi

syarat:

a. Penduduk desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan kepala

desa sudah berumur 17 tahun atau sudah/pernah menikah

ditetapkan sebagai pemilih;

b. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memeroleh kekuatan hukum tetap; dan

d. Bedomisili di desa setempat sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum

disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan

kartu tanda penduduk atau surat keterangan penduduk.


40

5. Tata Cara pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa dilaksanakan oleh panitia pemilihan, biaya

pemilihan kepala desa dibebankan kepada APBDesa yang bersumber

pada APBD kabupaten/kota. Pemilihan kepala desa dilakukan melalui

tahapan penjaringan dan penyaringan bakal calon, penetapan calon,

kampanye, pemungutan suara, dan penetapan calon terpilih.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6

tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa pasal 25 menyebutkan bahwa pemilihan kepala desa

dilaksanakan melalui tahapan:

a. Persiapan;

b. Pencalonan;

c. Pemungutan suara; dan

d. Penetapan

Pada pasal 28 disebutkan bahwa tahapan persiapan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 25 huruf (a), terdiri atas kegiatan:

a. Pemberitahuan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala desa

tentang akhir masa jabatan yang disampaikan enam bulan sebelum

berakhir masa jabatan;

b. Pembentukan panitia pemilihan kepala desa oleh Badan

Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam jangka waktu sepuluh

hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;


41

c. Laporan akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati

disampaikan dalam jangka waktu tiga puluh hari setelah

pemberitahuan akhir masa jabatan;

d. Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia pemilihan

kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu tiga puluh hari

setelah terbentuknya panitia pemilihan; dan

e. Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu tiga

puluh hari sejak diajukan oleh panitia.

Pencalonan dijelaskan pada pasal 31 yakni tahapan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 25 huruf (b) terdiri atas kegiatan:

a. Pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu

sembilan hari;

b. Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi, serta

penetapan dan pengumuman nama calon dalam jangka waktu dua

puluh hari;

c. Penetapan calon kepala desa sebagaimana dimaksud pada huruf (b)

paling sedikit dua orang dan paling banyak lima orang calon;

d. Penetapan daftar pemilih tetap untuk pelaksanaan pemilihan kepala

desa;

e. Pelaksanaan kampanye calon kepala desa dalam jangka waktu tiga

hari; dan

f. Masa tenang dalam jangka waktu tiga hari.


42

Pasal 56 menyebutkan bahwa tahapan pemungutan suara terdiri atas

kegiatan:

a. Pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara; dan/atau

b. Penetapan calon yang memeroleh suara terbanyak.

Pasal 57 menyebutkan bahwa:

a. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam pasal 55,

dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang

berisi nomor, foto, dan nama calon.

b. Pemberian suara untuk pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan mencoblos salah satu dalam surat suara.

Pasal 69 menyebutkan bahwa tahapan penetapan calon terpilih terdiri

atas kegiatan:

a. Laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih kepada Badan

Permusyawaratan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari setelah

pemungutan suara;

b. Laporan Badan Permusyawaratan Desa mengenai calon terpilih

kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima

laporan panitia;

c. Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan

pengangkatan kepala desa paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

diterima laporan dari Badan Permusyawaratan Desa;


43

d. Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon kepala desa

terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan

keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala desa dengan

pedoman sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

e. Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala desa, Bupati

wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari.

Pasal 71 menyebutkan bahwa:

a. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkan

keputusan Bupati, maka kepala desa yang bersangkutan

mengucapkan sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati;

b. Susunan kata-kata sumpah/janji kepala desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

“Demi Allah (Tuhan)”, Saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan

memenuhi kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-

baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;

Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan

memertahankan Pancasila sebagai dasar negara;

Dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta

melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan

selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia”.


44

c. Tempat dan waktu pelaksanaan pelantikan dan sumpah janji kepala

desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditentukan oleh panitia

pemilihan Kabupaten; dan

d. Tata cara pelaksanaan pelantikan dan sumpah/janji diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Bupati.

E. Kerangka Pikir

Menurut Budiyanto (2006: 185), kesadaran politik adalah suatu proses

batin yang menampakkan keinsyafan dari setiap warga negara akan

urgensi urusan kenegaraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kesadaran politik atau keinsyafan hidup bernegara bersifat menyeluruh

dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga

masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkalai. Maka dari itu

kesadaran politik dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah pemahaman

atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya untuk

dapat memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau

menyikapinya.

Menurut Ramlan Surbakti (1992: 140) mendefinisikan partisipasi politik

sebagai keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala

keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya. Sedangkan

Rush dan Althop (2000: 123) berpendapat tentang partisipasi politik yakni

keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam

sistem politik. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk

melakukan partisipasi politik, seperti pemiliham umum, penyampaian


45

pendapat, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta partisipasi

melalui masyarakat di lingkungan keluarga dan kemasyarakatan.

Menurut Soekanto (1982: 125) terdapat empat indikator kesadaran yang

masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan

menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari yang terendah

sampai yang tertinggi, antara lain: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

pola perilaku (tindakan).

Pengetahuan dan pemahaman penting dalam politik demokrasi dan

pemilihan kepala desa. Karena, sebagai warga negara atau sebagai

individu tentunya minimal mengetahui dan memahami mengenai masalah-

masalah atau isu-isu yang bersifat politis, dengan seperti itu akan mampu

meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik atau pengetahuan dalam

berpolitik. Sikap dan tindakan politik juga penting dalam politik

demokrasi dan pemilihan kepala desa karena lebih menyadari akan

tanggung jawabnya sebagai warga negara yang menentukan masa depan

bangsa.

Untuk mengetahui gambaran bagaimana pengaruh kesadaran politik

terhadap partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan akan disajikan dalam

bagan/gambar sebagai berikut:


46

Variabel (X) Variabel (Y)

Kesadaran Politik Partisipasi Politik


1. Pengetahuan 1. Aktif
2. Pemahaman 2. Militan-Radikal
3. Sikap 3. Pasif
4. Pola Perilaku 4. Apatis
(tindakan)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan penjelasan bagan kerangka pikir di atas, maka dapat diketahui

dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan sejauh mana pengaruh

kesadaran politik memengaruhi partisipasi politik masyarakat di Desa

Hajimena dalam pemilihan kepala desa tahun 2015.

Penelitian ini akan mengungkapkan pengaruh kesadaran politik

masyarakat di Desa Hajimena yang merupakan unsur penting sebagai

salah satu penunjang partisipasi politik dan demokratisasi. Dengan

memiliki kesadaran berpolitik maka masyarakat tidak mudah tertipu oleh

janji politik atau iming-iming yang lain. Politik jangan dipandang sebagai

sesuatu yang elit, atau bahkan dipandang negatif sebagai alat peraih

kekuasaan. Justru dengan memiliki kesadaran berpolitik, masyarakat

mampu berpolitik dengan sehat dan ikut berpartisipasi secara aktif. Dan

mengembangkan kesadaran berpolitik semenjak dini demi mencapai

negara yang demokratis, adil, makmur, dan sejahtera.


47

Berdasarkan teori Paige, jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif. Dengan

tidak memiliki kesadaran politik dan tidak memiliki kepercayaan kepada

pemerintah maka masyarakat cenderung tidak mau ikut berpartisipasi

politik. Karena tidak ada lagi rasa ingin mengetahui isu-isu politik dan

tidak ada rasa tanggung jawab sebagai warga negara.

F. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011: 50) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya

secara empiris berdasarkan data lapangan. Dalam penelitian ini yang

berjudul tentang Pengaruh Kesadaran Politik terhadap Partisipasi Politik

dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan pendapat di atas, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

: Tidak ada Pengaruh Kesadaran Politik terhadap Partisipasi Politik

dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan.

: Ada Pengaruh Kesadaran Politik terhadap Partisipasi Politik

dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan.

diterima ( ditolak) apabila

ditolak ( diterima) apabila


III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua variabel sehingga

menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan metode eksplanatori, yang

artinya penelitian yang menggunakan data yang sama dimana peneliti

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesis.

Menurut Mardalis (2004: 26) Penelitian eksplanatori tidak hanya sekedar

memberikan gambaran mengenai suatu gejala sosial tertentu yang menjadi

fokus perhatian yang ingin dijelaskan, tetapi juga bagaimana hubungannya

dengan gejala sosial lainnya, dan mengapa hubungannya seperti itu.

Penelitian eksplanatori bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan

terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara

tertentu. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengujian

hipotesis yang menguji hubungan sebab akibat diantara variabel yang

diteliti.

Menurut Prasetyo (2005: 43) Pendapat lain juga menjelaskan bahwa

metode eksplanatif dirancang untuk menemukan hubungan antara variabel


49

bebas dan variabel terikat kemudian data yang diperoleh diolah dan

disusun sampai diperoleh kejelasan tentang hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat. Tujuan utama dalam penggunaan metode ini

adalah untuk menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki

keterkaitan dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat.

Berdasarkan uraian di atas bahwa metode penelitian eksplanatif adalah

penelitian yang mencari hubungan sebab akibat yang menggunakan

variabel bebas dengan variabel terikat. Jadi dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan penelitian eksplanatif, dimana hubungan sebab yakni

kesaradan politik akan menimbulkan partisipasi politik masyarakat.

Metode ini digunakan sebagai cara yang dilakukan oleh peneliti agar dapat

menjelaskan secara lengkap mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari

kesadaran politik terhadap partisipasi politik, sampel dari suatu populasi

ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan dan melalui pengujian

hipotesa sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya pengaruh kesadaran

politik terhadap partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa di Desa

Hajimena.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendefinisikan dan mengumpulkan

fakta-fakta yang diteliti yaitu pengaruh kesadaran politik terhadap

partisipasi politik dalam pemilihan kepala desa di Desa Hajimena.

Penelitian ini akan menjelaskan makna hubungan (korelasi) antara

variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas (kesadaran politik) dan


50

variabel terikat (partisipasi politik) secara lengkap dengan kajian akademik

dan empirik yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap variabel yang dijadikan

pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak

menyimpang. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan definisi konsep

penelitian agar memermudah penelitian ini dilakukan terkait masalah yang

akan diteliti. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:

1. Kesadaran Politik

Menurut Surbakti (2007: 144), kesadaran politik adalah kesadaran

akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Budiardjo (1985: 22)

mengatakan bahwa tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda

bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah

kenegaraan dan atau pembangunan.

Menurut Soekanto (1982: 125) terdapat empat indikator kesadaran

yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan

berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu, mulai dari

yang terendah sampai yang tertinggi, antara lain: pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan pola perilaku (tindakan).


51

2. Partisipasi Politik

Dalam penelitian ini, salah satu bentuk partisipasi politik yang

digunakan adalah kegiatan pemilihan atau dalam hal ini adalah

kegiatan pilkades tahun 2015. Kegiatan adalah aktivitas, usaha, dan

pekerjaan. Dimana menurut Huntington dan Nelson (1994), kegiatan

pemilihan mencakup suara, juga sumbangan-sumbangan untuk

kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi

seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan memengaruhi hasil

proses pemilihan.

Menurut Surbakti (2007: 144) membedakan tipe partisipasi masyarakat

ke dalam empat macam, yaitu:

a. Partisipasi Aktif

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan

pemerintah atau dengan kata lain apabila seseorang memiliki

kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi,

maka partisipasi politik cenderung aktif.

b. Partisipasi Militan-Radikal

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Namun berbeda dari partisipasi aktif, yang cenderung

mengutamakan cara-cara konvensional, partisipasi ini cenderung


52

mengutamakan cara-cara non konvensional, termasuk di dalamnya

cara-cara kekerasan atau dengan kata lain apabila kesadaran politik

tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah, maka

akan melahirkan militan radikal.

c. Partisipasi Pasif

Kegiatan warga negara yang menerima/menaati begitu saja segala

kebijakan pemerintah. Jadi, partisipasi pasif cenderung tidak

memersoalkan apapun kebijakan politik yang dibuat pemerintah

atau dengan kata lain apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi

kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi, maka akan

melahirkan partisipasi yang tidak aktif (pasif).

d. Partisipasi Apatis

Kegiatan warga negara yang tidak mau tahu dengan apapun

kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya, warga

masyarakat bertindak demikian karena merasa kecewa dengan

pemerintah dan sistem politik yang ada atau dengan kata lain

apabila seseorang tingkat kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah rendah, maka partisipasi politik cenderung

pasif-tertekan (apatis).
53

C. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2004: 31), definisi operasional adalah penentuan

construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi

operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan

mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang

lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

Defisini operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti adalah:

Tabel 5. Variabel dan Indikator

No Variabel Indikator Sub indikator


(1) (2) (3) (4)
1 Kesadaran Pengetahuan Mengetahui arti pilkades
Politik Mengetahui adanya pilkades
Mengetahui perda pilkades
Mengetahui berhak berpartisipasi
dalam pilkades
Pemahaman Memahami pentingnya pilkades
Memahami pentingnya partisipasi
dalam pilkades
Memahami konsekuensi tidak
berpartisipasi
Memahami kewajiban warga
negara
Seberapa dekat dengan kandidat
Memahami informasi kandidat
Mengetahui hari pemungutan suara
Berperan aktif
Sikap Ikut pada saat persiapan pilkades
Ikut persiapan pada hari H
Mengalami hambatan ketika
pilkades
Calon pilkades yang diunggulkan
Faktor tidak memilih
Tidak terdaftar dalam pilkades
Harapan masyarakat
Sikap memilih atau tidak
Menggunakan hak pilih
54

Tindakan Keluarga yang tidak memilih


politik Keinginan dalam pilkades
Pengaruh keluarga dalam pilkades
2 Partisipasi Aktif Ikut kampanye
Politik Ikut berpartisipasi dalam pilkades
Ikut menciptakan situasi yang
kondusif
Ikut berperan aktif dalam pilkades
Ikut mensukseskan pilkades
Militan- Mengkritisi kepala desa yang
Radikal menang
Mengkritisi hasil pilkades
Berdemonstrasi
Pasif Tidak mengetahui adanya pilkades
Tidak mengetahui kandidat calon
Tidak memahami kewajiban warga
negara
Apatis Tidak berpartisipasi dalam pilkades
Tidak mengikuti kampanye
Tidak ikut mensukseskan pilkades
Tidak berperan aktif dalam pilkades
Sumber : diolah oleh penulis tahun 2016

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, yang dilakukan pada masyarakat di setiap

dusun Desa Hajimena Kecamatan Natar yaitu, Dusun I Induk Kampung,

Dusun II Way Layap, Dusun III Sinar Jati, Dusun IV Perum Bataranila,

Dusun V Perum Polri, Dusun VI Puri Sejahtera dan Dusun VII Sidorejo.
55

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007: 72) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang memunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Siregar (2013: 30) populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu

population yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian,

kata populasi sangat populer dipakai untuk menyebutkan

serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Sampel

adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya sebagian

populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat

serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Unit analisis adalah

satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah masyarakat mata pilih di

Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan

jumlah total mata pilih yaitu 11.135 orang. Unit analisis dari penelitian

ini adalah masyarakat di Desa tersebut, dimana terbagi dalam tujuh

dusun yaitu Dusun I Induk Kampung, Dusun II Way Layap, Dusun III

Sinar Jati, Dusun IV Perum Bataranila, Dusun V Perum Polri, Dusun

VI Puri Sejahtera, dan Dusun VII Sidorejo.


56

2. Sampel

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai instrumen

utama untuk pengumpulan data. Peneliti menggunakan teknik random

sampling, yaitu agar setiap sample populasi dapat memiliki

kesempatan atau peluang yang sama. Untuk menentukan jumlah

sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus Teknik Solvin

pengambilan sampel untuk populasi yang sudah diketahui dalam

Siregar (2013: 34) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n: Banyaknya sampel

N: Jumlah populasi

d: Tarif nyata (0,10)

Maka dengan menggunakan rumus tersebut banyaknya sampel adalah:

dibulatkan menjadi 99 orang

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa responden

yang akan diteliti adalah sebanyak 99 orang pada masyarakat Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan random

sampling, yang memberikan kesempatan sama kepada setiap


57

masyarakat untuk dijadikan sampel, yang diambil sebanding dengan

banyaknya sub mata pilih di setiap dusun dengan rumus:

Keterangan:

Nh : Banyaknya sampel dari setiap kelompok

n : Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni : Jumlah populasi masing-masing dusun

N : Jumlah populasi

Dusun di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan meliputi:

Tabel 6. Jumlah Sampel Desa Hajimena

Dusun Rumus Jumlah


I Induk Kampung Nh = x 99 = 18,36 19 orang

II Way Layap Nh= x 99 = 10,83 11 orang

III Sinar Jati Nh = x 99 = 15,95 16 orang

IV Bataranila Nh = x 99 = 15,09 15 orang

V Perum Polri Nh = x 99 = 13,11 13 orang

VI Puri Sejahtera Nh = x 99 = 12,21 12 orang

VII Sidorejo Nh = x 99 = 13,40 13 orang


58

Total sampel pada Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan adalah 99 orang. Setelah ditemukan penelitian

dengan sampel sebanyak 99 orang dalam satu Desa Hajimena, penulis

melakukan penelitian menentukan sampel dengan cara diundi. Penulis

telah mendapatkan Data Pemilih Tetap (DPT) dengan nomor urut

kelipatan 10, sehingga sampel ditemukan.

F. Jenis Data

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, sumber data yang

digunakan adalah sumber data primer dan sekunder yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian.

Sumber data ini adalah responden yang diperoleh melalui hasil

kuesioner yang dibagikan kemudian dilakukan wawancara untuk

memeroleh informasi tambahan berkaitan dengan penelitian ini.

Data primer diperlukan sebagai data untuk memeroleh hasil yang

akurat sehingga data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

lapangan penelitian, baik dari hasil kuesioner maupun wawancara

kepada responden. Berdasarkan penjelasan di atas, maka data primer

dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian secara

langsung. Menggunakan metode survei dengan menyebarkan

kuesioner kepada masyarakat yang tinggal di Desa tersebut.


59

Pada penelitian ini yang akan menjadi sumber data primer adalah

masyarakat yang ada di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan yang mewakili setiap dusun di wilayah tersebut.

Data primer dengan menggunakan kuesioner dengan menyebarkan

secara acak kepada masyarakat yang berada di dusun-dusun Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang

ada. Data sekunder ini dipergunakan sebagai pendukung. Sumber data

ini antara lain dokumentasi, undang-undang, buku-buku, koran, jurnal,

majalah, arsip-arsip, dan informasi lainnya yang diperoleh dari internet

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Data sekunder, dalam penelitian ini peneliti memerlukan data-data

berupa arsip kependudukan dari masyarakat Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Sehingga peneliti

mengumpulkan data berupa arsip atau dokumen yang berkaitan dengan

penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip jumlah

kependudukan Desa Hajimena dan arsip Monografi Desa Hajimena.


60

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Menurut Koentjaraningrat (1977: 215) menyatakan bahwa kuesioner

merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu hal atau dalam sesuatu bidang. Kuesioner ini

kemudian disebarkan kepada responden yaitu masyarakat di Desa

Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan untuk diisi

atau dijawab kemudian setiap pertanyaan disediakan alternatif jawaban

berjenjang dan setiap jenjang pertanyaan diberi skor yang tidak sama

pada setiap jenjang jawabannya.

2. Dokumentasi

Teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari

berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian seperti

buku-buku, undang-undang, arsip, data, surat kabar, jurnal, serta

informasi lainnya yang diperoleh dari internet.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah

mengadakan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical

Package for Social Science (SPSS) 17. Menurut Siregar (2013: 86)

pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif adalah suatu proses dalam


61

memeroleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan

tertentu. Pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Editting adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah

berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena kemungkinan data yang

telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.

2. Koding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data

yang termasuk kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat

dalam bentuk angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data

atau identitas data yang akan dianalisis. Pemberian kode melalui

program Microsoft exel sebelum memasukkannya ke dalam program

SPSS 17 yang berguna untuk memudahkan peneliti menginput data

kedalam SPSS 17.

3. Format Entry Data di Program SPSS 17 merupakan suatu proses

pembuatan format pengerjaan data pada program SPSS sebelum

nantinya data dimasukkan ke dalam komputer. Adapun yang

digunakan yaitu untuk mengukur uji validitas dan reliabilitas, uji

hipotesis, dan data hasil kuesioner penelitian.

4. Pemindahan data adalah memasukkan data yang telah didapat (berupa

kode) ke dalam mesin pengolah data yaitu SPSS 17, sehingga nantinya

didapatkan hasil dari pengelolahan tersebut dalam bentuk tabel.

5. Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang

telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang


62

dibuat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses

analisis data.

6. Penyajian Data adalah suatu bentuk penyajian data ke dalam bentuk

tabel, baik itu dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang

yang nantinya dapat digunakan untuk penyajian data di dalam isi

penelitian.

I. Teknik Penentuan Skor

Menurut Sugiyono (2005: 108) Setelah seluruh data yang diperoleh dalam

penelitian diuraikan, maka pada tahap selanjutnya akan dilakukan

pembahasan data yang telah diuraikan tadi. Interpretasi data secara

keseluruhan untuk masing-masing variabel dapat dilakukan setelah

terlebih dahulu diklasifikasikan berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari

responden. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan. Adapun

Penskoran yang digunakan untuk mengklasifikasikan data tersebut adalah:

Penskoran menggunakan penilaian sebagai berikut:

a) Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

b) Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

c) Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

d) Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

e) Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1


63

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap

masing-masing alternatif apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah, sangat rendah maka dapat ditentukan kelas intervalnya, dengan

cara sebagai berikut:

Maka diperoleh :

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing

masing variabel yaitu :

a) Untuk kategori skor sangat tinggi = 4,21- 5,00

b) Untuk kategori skor tinggi = 3,41- 4,20

c) Untuk kategori skor sedang = 2,61- 3,40

d) Untuk kategori skor rendah = 1,81- 2,60

e) Untuk kategori skor sangat rendah =1,00- 1,80

Untuk menentukan tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat

rendah maka jumlah jawaban responden akan ditentukan rata-ratanya

dengan membagi jumlah pertanyaan dan hasil pembagian tersebut akan

dapat diketahui jawaban responden termasuk kategori mana.


64

J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002: 144), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrument yang valid atau sahih memunyai validitas yang tinggi,

sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas

yang rendah.

Pengujian validitas ditujukan untuk melihat hubungan antar masing-

masing item pertanyaan pada variabel bebas dan variabel terikat

dengan pengujian sebanyak 99 kuesioner. Apabila ada satu pertanyaan

yang dinyatakan tidak valid, sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari

daftar pertanyaan sehingga terlihat konsistensi dari masing-masing

item pertanyaan dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Metode uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:


r=

Keterangan :

r = Nilai Validitas

x = Jumlah skor item pertanyaan


65

y = Jumlah skor total pertanyaan

n = Jumlah sampel yang akan diuji

Kriteria putusan:

Validitas hitung > r tabel maka valid atau sahih

Validitas hitung < r tabel maka tidak valid tidak sahih.

Tabel 7. Uji Validitas Variabel X Kesadaran Politik

Item Pernyataan r hitung r tabel Kondisi Hasil


Pernyataan 1 0,476822 0,1975 0,476822>0,1975 Valid
Pernyataan 2 0,239275 0,1975 0,239275>0,1975 Valid
Pernyataan 3 0,253927 0,1975 0,253927>0,1975 Valid
Pernyataan 4 0,371788 0,1975 0,371788>0,1975 Valid
Pernyataan 5 0,203997 0,1975 0,203997>0,1975 Valid
Pernyataan 6 0,260594 0,1975 0,260594>0,1975 Valid
Pernyataan 7 0,257894 0,1975 0,257894>0,1975 Valid
Pernyataan 8 0,244189 0,1975 0,244189>0,1975 Valid
Pernyataan 9 0,300316 0,1975 0,300316>0,1975 Valid
Pernyataan 10 0,285694 0,1975 0,285694>0,1975 Valid
Pernyataan 11 0,283226 0,1975 0,283226>0,1975 Valid
Pernyataan 12 0,371801 0,1975 0,371801>0,1975 Valid
Pernyataan 13 0,268069 0,1975 0,268069>0,1975 Valid
Pernyataan 14 0,400664 0,1975 0,400664>0,1975 Valid
Pernyataan 15 0,217017 0,1975 0,217017>0,1975 Valid
Pernyataan 16 0,339249 0,1975 0,339249>0,1975 Valid
Pernyataan 17 0,237386 0,1975 0,237386>0,1975 Valid
Pernyataan 18 0,264749 0,1975 0,264749>0,1975 Valid
Pernyataan 19 0,256288 0,1975 0,256288>0,1975 Valid
Pernyataan 20 0,298109 0,1975 0,298109>0,1975 Valid
66

Pernyataan 21 0,265441 0,1975 0,265441>0,1975 Valid


Pernyataan 22 0,286254 0,1975 0,286254>0,1975 Valid
Pernyataan 23 0,253325 0,1975 0,253325>0,1975 Valid
Pernyataan 24 0,227567 0,1975 0,227567>0,1975 Valid
Pernyataan 25 0,228863 0,1975 0,228863>0,1975 Valid
Pernyataan 26 0,309275 0,1975 0,309275>0,1975 Valid
Pernyataan 27 0,274694 0,1975 0,274694>0,1975 Valid
Pernyataan 28 0,274089 0,1975 0,274089>0,1975 Valid
Pernyataan 29 0,222497 0,1975 0,222497>0,1975 Valid
Pernyataan 30 0,352235 0,1975 0,352235>0,1975 Valid
Pernyataan 31 0,203426 0,1975 0,203426>0,1975 Valid
Pernyataan 32 0,269824 0,1975 0,269824>0,1975 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner (2016)

Berdasarkan data pada tabel 7 dapat diketahui bahwa 32 pernyataan

yang diajukan mengenai variabel kesadaran politik adalah valid. Hal

ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Adapun

perhitungan ini dilakukan dengan n = 99 pada taraf signifikasi 5%.

Tabel 8. Uji Validitas Variabel Y Partisipasi Politik

Item Pernyataan r hitung r tabel Kondisi Hasil


Pernyataan 1 0,416944 0,1975 0,416944>0,1975 Valid

Pernyataan 2 0,475406 0,1975 0,475406>0,1975 Valid


Pernyataan 3 0,656106 0,1975 0,656106>0,1975 Valid
Pernyataan 4 0,57717 0,1975 0,57717>0,1975 Valid
Pernyataan 5 0,414164 0,1975 0,414164>0,1975 Valid
Pernyataan 6 0,529875 0,1975 0,529875>0,1975 Valid
Pernyataan 7 0,580476 0,1975 0,580476>0,1975 Valid
Pernyataan 8 0,511203 0,1975 0,511203>0,1975 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner (2016)
67

Berdasarkan data pada tabel 8 dapat diketahui bahwa 8 pernyataan

yang diajukan mengenai variabel Y Partisipasi Politik adalah valid.

Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel.

Adapun perhitungan ini dilakukan dengan n = 99 pada taraf signifikasi

5%.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002: 171) Sedangkan untuk mencari reliabilitas

keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang

diperoleh menggunakan rumus Ko efisien Alfa (CronBach) yaitu:

Keterangan:

α = Nilai reliabilitas

K = Jumlah item pertanyaan

= Nilai varians masing-masing item

= Varians total

Setelah hasil nilai Koefisien Alfa (CronBach) didapatkan maka nilai

tersebut dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Jika

nilai Alfa lebih kecil dari angka kritik tabel korelasi nilai r maka

pertanyaan tersebut tidak reliabel. Sebaliknya Jika nilai hitung korelasi

product moment lebih besar dari angka kritik tabel korelasi nilai r

maka pertanyaan tersebut reliabel.


68

Tabel 9. Nilai Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan


0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Tinggi
0.80 – 1.000 Sangat tinggi
Sumber: Sugiyono (2002: 183)

Berikut ini hasil uji reliabilitas kedua variabel penelitian:

Tabel 10. Uji Reliabilitas Variabel X Kesadaran Politik

Variabel X R Alpha Interval Kesimpulan


Cronbach Koefisien
Kesadaran 0,620 0,600 – 0,799 Pengaruh
Politik Tinggi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2016)

Tabel 11. Uji Reliabilitas Variabel Y Partisipasi Politik

Variabel Y R Alpha Interval Kesimpulan


Cronvach Koefisien
Partisipasi 0,608 0,600 – 0,799 Pengaruh
Politik Tinggi
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 10 dan

tabel 11 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian

ini adalah reliable karena nilai koefisien alpha variabel X kesadaran

politik 0,600 – 0,799 yang memiliki pengaruh kuat dan variabel Y

partisipasi politik juga memiliki 0,600 – 0,799 yang berpengaruh kuat.

Oleh karena itu, berdasarkan uji coba instrumen ini sudah reliabel

seluruh item pernyataan yaitu dari 32 item pernyataan variabel X

kesadaran politik dan 8 item pernyataan variabel Y partisipasi politik.


69

Dengan demikian, disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut

reliabel atau dengan kata lain instrumen penelitian ini dapat dipercaya

atau dapat diandalkan untuk digunakan dalam penelitian ini dan olah

data penelitian ini telah memenuhi syarat yang berkaitan dengan

kebenaran dan ketepatannya.

K. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011: 243) dalam penelitian kuantitatif, analisis data

yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan

masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.

Teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia.

1. Uji Regresi

Menurut Sugiyono (2009: 188) Regresi digunakan untuk memprediksi

pengaruh variabel X dengan variabel Y. Adapun rumus regresi linier

sederhana adalah sebagai berikut :

Y = a + bx

Keterangan :

Y = Nilai variabel bebas yang diramalkan

a = Konstanta bila harga X = 0

b = Koefisien regresi

x = Nilai variabel independen


70

2. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005) uji normalitas bertujuan untuk mengkaji

apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya

mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya

melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis normalnya.

L. Uji Hipotesis

1. Pengujian Parsial (Uji t)

Menurut Sugiyono (2010: 262) statistik inferensial digunakan untuk

menguji taraf signifikasi misalnya uji T pada tabel T, Uji F pada tabel

F. Statisttik ini menggunakan rumus Uji “t” :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya pasangan rank (sampel)

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat keabsahan (dk = n-2)


71

Dengan pertimbangan sebagai berikut :

Jika berarti valid, dan sebaliknya

Jika tidak valid

Menurut Sugiyono (2007), setelah diketahui standard error dari

koefisien regresi dan harga T hitung maka signifikasi koefisien regresi

dapat diketahui atas dasar kriteria sebagai berikut:

Bila T hitung > T tabel dengan taraf signifikasi 5% maka koefisien

regresi signifikasi, berarti hipotesis diterima.

Bila T hitung < T tabel dengan taraf signifikasi 5% maka koefisien

regresi tidak signifikan, berarti hipotesis ditolak.

Sampel penelitian ini berjumlah 99 orang dan dilihat pada tabel T, nilai

T tabel pada sampel 99 orang dengan taraf signifikan 5% bernilai.

2. Uji Stimultan (F)

Menurut Sugiyono (2005: 219) Uji ini digunakan untuk mengetahui

apakah variabel bebas (X) secara bersama-sama digunakan uji F

dengan rumus sebagai berikut:


72

Tahap-tahap pengujian dengan menggunakan uji F adalah sebagai

berikut:

a) Mengetahui hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Ho: b1=b2=0 Kesadaran politik tidak mempunyai

pengaruh yang positif terhadap partisipasi

politik.

Ho: b1≠b2≠0 Kesadaran politik mempunyai pengaruh

yang positif terhadap partisipasi politik.

b) Pengambilan Keputusan

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai dengan

pada derajat kesalahan 5% (α = 0,05). Apabila

nilai dari nilai , maka berarti variabel bebasnya

secara serempak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap

variabel terikat atau hipotesis pertama diterima.


IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Dan Asal-Usul Desa Hajimena

Berdasarkan dokumen Desa Hajimena tentang sekelumit asal usul Desa

Hajimena secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji,

yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung).

Kalau diartikan secara harfiah berarti penduduk yang bermukim di

wilayah ini pertama kali (terlebih dahulu dari pendatang lain), yaitu Buay

Sebiay yang asal mulanya berasal dari daerah Pagaruyung.

Pada abad ke 17, nenek moyang masyarakat Ajimena ini mengadakan

migrasi kembali ke daerah Lampung Tengah tepatnya di kampung Gunung

Haji, tidak lama kemudian mereka pindah kembali ke daerah Tegineneng

yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Pesawaran. Tepatnya yaitu di

Kampung Ruluk Helok yang dibuktikan dengan bukti sejarah berupa

tempat pemandian para leluhur masyarakat Ajimena yang disebut Way

Hilian, yang sampai akhirnya masyarakat Ajimena menempati wilayah

sekarang, pada abad ke 18 dikarenakan penyusuran masyarakat kehulu

sungai menyusuri Way Kandis.


74

Adapun perubahan nama kampung dari Ajimena menjadi Hajimena tidak

diketahui kepastian waktu (diperkirakan abad ke 19) serta alasan

perubahan nama tersebut. Ada juga panggilan Buay Sebiay sebagai

masyarakat asli Hajimena pada awalnya terdiri dari enam punyimbang

(kerabat/saudara) yaitu:

1. Minak Bandar / M. Yusuf (Sesepuh Kampung)

2. Batin Dulu

3. Minak Raja Niti

4. Sultan Ratu / Hi. Abdur Rahman

5. Pesiwa Batin / Abdul Karim

6. Raja Usuh

Sejak tahun 1862, Kampung Ajimena telah memiliki Kepala Kampung

yaitu Hambung Purba sebagai Kepala Kampung pertama. Hal ini

dibuktikan dengan sebuah peninggalan sejarah berupa stempel kuningan

yang bertuliskan Kampung Ajimena tahun 1862 dengan tulisan Aksara

Lampung, dan semenjak tahun 1979 Kepala Kampung berubah menjadi

Kepala Desa.

Daftar nama-nama pejabat kepala kampung/kepala Desa Hajimena

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 1862 sampai

dengan sekarang yaitu sebagai berikut:


75

Tabel 12. Daftar Nama-Nama Pejabat Kepala Desa Hajimena

No Nama Pejabat Jabatan Periode/Tahun

1 Ambung Purba Kepala Kampung 1862-1880

2 Tihang Ratu (poyang Th. Kepala Kampung 1981-1907

Ratu)

3 Hi. Matnuh Kepala Kampung 1908-1925

4 Hi. Rahman Mularatu Kepala Kampung 1926-1930

5 Pr. Bandar Kepala Kampung 1930-1937

6 Raja Niti Kepala Kampung 1938-1941

7 Minak Pengaturan Kepala Kampung 1941-1944

8 Raja Usuh Kepala Kampung 1944-1947

9 Hi. Tihang Ratu Kepala Kampung 1948-1957

10 Sutan Turunan Kepala Kampung 1958-1966

11 Hi. Abdur Rahman Kepala Kampung 1966-1968

12 Mukhsin Kepala Kampung 1968-1979

13 P. Simanjuntak Kepala Desa 1979-1988

14 Anwar Anoem Sebiay Kepala Desa 1988-1995

15 Hi. Natalia Anoem S Kepala Desa 1995-1999

16 Rais Yusuf Kepala Desa 1999-2008

17 Bahti Idris Kepala Desa 2008-sekarang

Sumber: Monografi Desa Hajimena


76

B. Keterangan Demografi Desa Hajimena

1. Letak Geografis

Letak geografi Desa Hajimena, terletak diantara:

Sebelah Utara: Desa Pemanggilan

Sebelah Selatan: Kelurahan Rajabasa – Bandar Lampung

Sebelah Barat: Desa Kurungan Nyawa – Pesawaran

Sebelah Timur: Desa Sidosari

Luas wilayah Desa Hajimena adalah 750 Ha, letak geografis Desa

Hajimena ada pada dataran rendah sedangkan kondisi topografi adalah

datar dan ketinggian desa dari permukaan laut adalah 85 Meter.

Klasifikasi Desa Hajimena merupakan Desa Swakarya. Sumber

penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah jasa. Di Desa

Hajimena terdapat Badan Perwakilan Desa (BPD) dan terdapat

Lembaga Pemasyarakatan Desa (LPM). Desa Hajimena terdiri dari

Rukun Warga sebanyak 14 RW dan Rukun Tetangga sebanyak 53 RT

dan jumlah Dusun di dalam Desa Hajimena sebanyak 7 Dusun, yang

terdiri dari:

1. Dusun I Induk Kampung

2. Dusun II Way Layap

3. Dusun III Sinar Jati

4. Dusun IV Bataranila

5. Dusun V Perum Polri


77

6. Dusun VI Puri Sejahtera

7. Dusun VII Sidorejo

Jarak dari kantor desa ke kantor kecamatan yang membawahi: 6 KM

Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten/kota yang membawahi: 60

KM

Jarak dari kantor desa ke kantor provinsi yang membawahi: 13 KM

Jarak dari kantor desa ke kantor kabupaten/kota lain yang terdekat: 8

KM

2. Di Bidang Pendidikan

Tabel 13. Jumlah sekolah atau sarana pendidikan yang berada di Desa
Hajimena.
No Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah

Negeri Swasta

A Taman Kanak-kanak (TK) - 5

B Sekolah Dasar (SD) atau sederajat 2 -

C Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) 1 -

atau yang sederajat

D Akademi/Perguruan Tinggi atau yang 2 -

sederajat

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Berdasarkan tabel diatas di Desa Hajimena terdapat 5 taman kanak-

kanak swasta yaitu TK-Alazar, TK Ar-Rasyid, TK Amanah, TK

Harapan Jaya, TK-Aisyiyah. Terdapat 2 SD Negeri yaitu SDN 1


78

Hajimena dan SDN 2 Hajimena kemudian terdapat 1 SMP yaitu SMP

Negeri 3 Natar dan terdapat 2 akademi/perguruan tinggi yang sederajat

yaitu Politeknik Negeri Lampung dan Poltekes.

3. Di Bidang Hukum

Di bidang hukum di Desa Hajimena masih terdapat kendala yang

sering dihadapi seperti masih dijumpai pelanggaran peraturan yang

ada, sehingga masyarakat melakukan pelanggaran lalu lintas baik itu

pelanggaran karena rambu-rambu lalu lintas, etika berkendara,

kelengkapan pengguna sepeda motor roda dua dan kelengkapan

kendaraan bermotor khusunya sepeda motor roda dua.

Desa Hajimena juga masih banyak dijumpai anak di bawah umur yang

menggunakan kendaraan bermotor, mereka juga tidak menggunakan

perlengkapan berkendara yang lengkap, padahal anak di bawah umur

menggunakan kendaraan apalagi tidak melengkapi dirinya dengan

pelindung kepala (helm) dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi

(SIM) sudah melanggar peraturan. Kemudian hambatan lainya terdapat

pada penegakan hukum yang masih kurang khususnya Polisi Lalu

Lintas di Hajimena dikarenakan bahwa Polisi Lalu Lintas tidak

melaksanakan kinerja Polisi Lalu Lintas yang terangkum dalam

pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Polisi Lalu Lintas.


79

Kendala yang selanjutnya adalah alergi terhadap aparat penegak

hukum, masyarakat Desa Hajimena yang enggan terhadap Polisi Lalu

Lintas karena menimbulkan banyak kasus penyuapan yang terjadi

menimbulkan banyak tanggapan buruk terhadap kinerja dari Polisi

Lalu Lintas itu sendiri, namun kondisi ini bisa di atasi dengan Polisi

Lalu Lintas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya yang sesuai

dengan kinerja yang seharusnya dilaksanakan dan untuk para

pengguna sepeda motor roda dua di Desa Hajimena dapat mematuhi

peraturan lalu lintas yang berlaku.

4. Keamanan

Tabel 14. Sarana Keamanan Lingkungan

No Sarana Keamanan Lingkungan Jumlah

1 Pos Hansip/Siskamling 7

2 Pos Polisi 2

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Pada tabel 14 di atas, menunjukan bahwa terdapat sarana keamanan

lingkungan yang berupa Pos Hansip/Siskamling yang berjumlah 7 Pos

Hansip yang terdapat di masing-masing dusun di Desa Hajimena.

Sedangkan untuk Pos Polisi terdapat 2 Pos yang berada di daerah

bunderan Desa Hajimena, adanya sarana keamanan lingkungan ini

guna menciptakan keamanan dan ketertiban di Desa Hajimen.


80

C. Komposisi Penduduk Desa Hajimena

Jumlah penduduk Desa Hajimena sampai tahun 2013 adalah 14.884 Jiwa,

terdiri dari:

1. Jumlah Laki – laki : 7.507 Jiwa

2. Jumlah Perempuan : 7.377 Jiwa

3. Jumlah Kepala Keluarga : 3.814 kepala keluarga.

(Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010)

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Komposisi Menurut Umur Dan Jenis Kelamin

Bila di tinjau dari umur dan jenis kelamin penduduk yang mendiami

Desa Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 15. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

No Umur/Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 0-4 989 711 1700

2 5-9 880 702 1582

3 10-14 921 793 1714

4 15-19 1205 1351 2556

5 20-24 1305 1455 2760

6 25-50 1200 1300 2500

7 50 ke atas 1007 1065 2072


81

Jumlah 7.507 7.377 14.884

Sumber : Monografi Desa Hajimena 2013

Pada tabel 15, menunjukkan bahwa di Desa Hajimena penduduk yang

tergolong usia produfktif berjumlah 7.816 orang yang terdiri dari 3.710

orang laki-laki, dan 4.106 orang perempuan. Sedangkan penduduk

yang berusia Non-produktif berjumlah 7.068 orang, yang terdiri dari

3.797 orang laki-laki dan 3.271 orang Perempuan. Dengan demikian

jumlah penduduk yang berusia Produktif lebih besar dari pada jumlah

penduduk Non-produktif. Berbeda dengan kelompok umur usia

produktif, jumlah perempuan lebih besar bila di bandingkan dengan

jumlah laki-laki, sedangkan pada kelompok umur usia Non-produktif

jumlah laki-laki lebih besar bila di bandingkan dengan jumlah

perempuan.

2. Komposisi Penduduk Menurut Suku/Ras

Bila di tinjau dari suku/ras penduduk yang mendiami Desa Hajimena

dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16. Komposisi Penduduk Menurut Suku/Ras.

No Suku/Ras Jumlah

1 Suku Batak 550 KK

2 Suku Jawa 1200 KK

3 Suku Lampung 1000 KK

4 Suku Padang 25 KK
82

5 Suku Sunda 1010 KK

6 Suku Tionghoa 15 KK

7 Suku Bali 14 KK

Jumlah 3.814 KK

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 16 diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang

berdomisili di Desa Hajimena adalah suku Jawa yaitu 1200 Kepala

Keluarga, sedangkan suku pribumi yaitu Lampung berjumlah 1000

Kepala Keluarga, dan suku Sunda 1010 Kepala Keluarga. sedangkan

Suku yang lainya seperti Batak sebanyak 550 Kepala Keluarga, Suku

Tionghoa 15 Kepala Keluarga, dan Bali 14 Kepala Keluarga.

3. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Bila di lihat dari segi agama, agama yang di anut oleh penduduk Desa

Hajimena dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17. Komposisi Penduduk Menurut Agama.

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 13.884 93,3

2 Katolik 200 1,34

3 Protestan 750 5,04

4 Hindu 35 0,23

5 Budha 15 9,10

Jumlah 14.884 100,00


83

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 17, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Hajimena

menganut agama Islam yaitu sejumlah 13.884 orang (93.3 %), yang

menganut agama katholik sejumlah 200 orang ( 1.34 % ) dan

penduduk Desa Hajimena ada yang menganut agama Protestan

sebanyak 750 orang (5.04 %), Hindu sebanyak 35 orang (0.23 %), dan

yang menganut agama Budha yaitu sebanyak 15 orang (0.10 %).

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Bila di tinjau dari segi mata pencahariannya, maka dapat di lihat mata

pencaharian penduduk Desa Hajimena pada tabel di bawah ini:

Tabel 18. komposisi penduduk menurut mata pencahariannya.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 153

2 PNS 147

3 POLRI 25

4 TNI 15

5 Pedagang 77

6 Buruh Tani 103

7 Buruh Perusahaan 91

8 Buruh Bangunan 88

9 Sopir 13

10 Tukang Ojek 50
84

11 Pensiunan 130

12 Peternak 12

13 Dokter 4

14 Bidan 6

15 Wiraswasta 938

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 18, menunjukkan bahwa di Desa Hajimena jumlah penduduk

yang bermata pencaharian Wiraswasta adalah paling besar sebanyak

938 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

mempunyai mata pencaharian lainnya. Dengan demikian mata

pencaharian penduduk di Desa Hajimena mayoritas berwiraswasta.

5. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Bila di lihat dari segi pendidikan penduduk Desa Hajimena dapat di

lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 19. Komposisi Penduduk Menurut Pendididikan.

No Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD/Sederajat 1170

2 Masih SD/Sederajat 1992

3 Tamat SLTP/Sederajat 1205

4 Masih SLTP/Sederajat 1549

5 Tamat SLTA/Sederajat 2380

6 Masih SLTA/Sederajat 2089


85

7 Tamat PT/Akademis 1009

8 Masih PT/Akademis 1123

9 Buta Huruf 576

10 Belum Sekolah 992

11 PAUD/TK 808

Jumlah 14.884

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Tabel 19, menunjukkan bahwa penduduk Desa Hajimena tamat

Sekolah Dasar/sederajat sebanyak 1170 orang dan 1992 orang masih

Sekolah Dasar. Selanjutnya, penduduk Desa Hajimena yang

menempuh pendidikan SLTP sebanyak 1205 orang dan masih duduk

dibangku SLTP yaitu sebanyak 1549 orang. Mayoritas penduduk Desa

Hajimena adalah berpendidikan menengah keatas yaitu sebanyak 2380

tamatan SLTA dan 2089 masih duduk dibangku SLTA. Kemudian

Untuk lulusan perguruan tinggi sebanyak 1009 orang dan 1123 orang

masih duduk di perguruan tinggi. Sedangkan yang menunjukan buta

huruf sebanyak 567 orang, belum sekolah menunjukan sebanyak 992

orang dan yang masih PAUD atau TK sebanyak 808 orang. Keadaan

ini menunjukan mayoritas penduduk Desa Hajimena adalah lulusan

SLTA.
86

D. Penggunaan Dan Penguasaan Lahan Desa Hajimena

Bila di tinjau dari segi penggunaan dan penguasaan lahan, dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 20. Luas wilayah Menurut Jenis Penggunaannya.

No Jenis Penggunaannya Jumlah (Ha)

1 Tanah Perumahan dan Permukiman 300

2 Tanah Perkebunan 100

3 Tanah Ladang, Huma, Tegalan, 220

Kebun, Kolam, Tambak, Tabat,

Empang, Penggembalaan, dan Padang

rumput.

4 Tanah Perkantoran dan Pertokoan 60

5 Tanah Persawahan 40

6 Bangunan Industri 30

Jumlah 750

Sumber: Monografi Desa Hajimena 2013

Berdasarkan tabel 20, terlihat bahwa sebagian besar tanah di pergunakan

untuk perumahan dan pemukiman yaitu seluas 300 Ha. Kemudian tanah

yang dipergunakan untuk perkebunan yaitu seluas 100 Ha. Tanah Ladang,

Huma, Tegalan, Kebun, Kolam, Tambak, Tabat, Empang, Penggembalaan,

dan Padang rumput seluas 220 Ha. Tanah perkantoran dan pertokoan

seluas 60 Ha. Untuk tanah persawahan seluas 40 Ha. Kemudian untuk

bangunan industri seluas 30 Ha. Keadaan ini menunjukan bahwa


87

penggunaan dan penguasaan lahan di Desa Hajimena sebagian besar untuk

perumahan dan pemukiman.

E. Sarana Transportasi Desa Hajimena

Di Desa Hajimena sebagian besar lalu lintas antar desa yaitu melalui darat

dan jenis permukaan jalan yang terluas adalah aspal/beton. Jenis angkutan

umum yang digunakan oleh penduduk di Desa Hajimena yaitu jenis

angkutan yang terdapat seperti becak yang berada di sekitar bunderan

Hajimena. Kemudian terdapat ojek sepeda motor di setiap jalan kecil dan

di sekitar bunderan Hajimena dan kendaraan yang digunakan adalah

kendaraan roda empat dan roda dua.

F. Visi Dan Misi Desa Hajimena

Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintah dan

pelaksanaan pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi dari

masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga

Kemasyarakatan yang ada sebagai mitra Pemerintah Desa yang mampu

mewujudkan peran aktif masyarakat yang majemuk agar masyarakat

senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap

perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa, sehingga

diharapkan adanya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan

esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.


88

Atas dasar pertimbangan diatas, maka untuk jangka waktu 5 (lima) tahun

kedepan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

dapat benar-benar mendasarkan pada prinsip keterbukaan dan partisipasi

masyarakat sehingga secara bertahap dan kebersamaan desa hajimena

dapat mengalami kemajuan dan untuk itu dirumuskan Visi dan Misi.

1. Visi Desa Hajimena

“Dengan Kebersamaan Kita Tingkatkan Pembangunan Dan Taraf

Hidup Masyarakat Yang Berdaya Guna Dan Dapat Diandalkan”

Rumusan visi tersebut merupakan suatu ungkapan dari suatu niat yang

luhur untuk memperbaiki dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, dan peningkatan taraf hidup masyarakat di

Desa Hajimena baik secara individu maupun kelembagaan sehingga 5

(lima) tahun ke depan Desa Hajimena mengalami suatu perubahan yang

lebih baik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari segi

ekonomi dengan dilandasi semangat kebersamaan dalam penyelenggaraan

pemerintah dan pelaksanaan pembangunan.

2. Misi Desa Hajimena

Misi Desa Hajimena:

1. Bersama masyarakat memperkuat kelembagaan desa yang ada.

2. Bersama masyarakat dan kelambagaan desa menyelenggarakan

pemerintahan dan melaksanakan pembagunan yang partisipatif.

3. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa dalam mewujudkan desa

hajimena yang aman, tentram dan damai.


89

4. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa memberdayakan

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa meningkatkan taraf hidup

masyarakat yang berdaya guna dan dapat diandalkan.

6. Bersama masyarakat menggalakkan kegotong royongan di dalam

segala hal.

G. Struktur Organisasi Desa Hajimena

Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan

Kepala Desa : Bahti Idris

Sekretaris Desa : -

Kepala Urusan Pemerintahan : -

Kepala Urusan Pembangunan : Abdul Roni

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat : Fahruddin Diriyabto,SE

Kepala Urusan Umum : Suci Dewi Aryanti,Amd

Kepala Urusan Keuangan : Saripah

Kepala Dusun I Induk Kampung : Drs. M. Syahnuri

Kepala Dusun II Way Layap : Hi. Hazairin, S.KM

Kepala Dusun III Sinar Jati : Drs. Mansahid

Kepala Dusun IV Perum Bataranila : Drs. Rosana

Kepala Dusun V Perum Polri : Trisna

Kepala Dusun VI Puri Sejahtera : Abdul Halim, S.KM

Kepala Dusun VII Sidorejo : Hennuhfi


VI. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

kesadaran politik terhadap partisipasi politik masyarakat pada kegiatan

pemilihan kepala desa tahun 2015 di Desa Hajimena Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan dan setelah dilakukan pengujian hipotesis,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesadaran politik masyarakat Desa Hajimena Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan persentase hasil

analisis data masih di tingkatan atau indikator pengetahuan yakni

29,3%. masyarakat mengetahui kesadaran politik Persentase

masyarakat dalam indikator pemahaman, 32,3% masyarakat tidak

memahami kesadaran politik, di tingkatan selanjutnya 43,4%

masyarakat cukup memiliki sikap kesadaran poliitk, lalu 48,4%

masyarakat tidak mempunyai tindakan dalam kesadaran politik. Nilai

rata-rata yang dihasilkan untuk kesadaran politik adalah 2,57 yang

termasuk dalam kategori rendah. Dengan persentase yang

menunjukkan bahwa masyarakat tidak memiliki kesadaran politik


179

maka dapat dikategorikan bahwa kesadaran politik masyarakat di Desa

Hajimena rendah.

2. Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala Desa tahun

2015 di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

mayoritas masyarakat menjawab 31,3% sangat tidak berpartisipasi

politik dalam hal kampanye, berperan aktif dalam Pilkades maupun

ikut mensukseskan Pilkades itu sendiri. Dan nilai rata-rata yang

dihasilkan untuk partisipasi politik adalah 2,53 yang termasuk kategori

rendah. Dengan persentase yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak

ikut berpartisipasi politik maka dapat dikategorikan bahwa partisipasi

politik masyarakat di Desa Hajimena rendah.

3. Berdasarkan output tersebut dapat dilihat bahwa koefisien korelasi

antara variabel independen dan dependen sebesar 0,328. Koefisien

korelasi bertanda positif artinya korelasi yang terjadi antara kesadaran

politik dengan partisipasi politik adalah searah, dimana semakin besar

variabel independen maka akan diikuti oleh semakin besarnya variabel

dependen. Pada penelitian ini nilai koefisien R adalah 0,328 atau

32,8%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kontribusi variabel

independen (kesadaran politik) terhadap variabel dependen (partisipasi

politik) yakni 32,8% dan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya yang

tidak dimasukkan dalam penelitian ini.


180

B. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan sehubungan dengan penelitian

ini, yaitu:

1. Pemilihan kepala desa sebagai ajang untuk memilih pemimpin di

masyarakat sebaiknya dimanfaatkan sebagai jalan bagi masyarakat

untuk terlibat langsung dalam pemerintahan sebagai wujud demokrasi.

Dengan memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga

negara diharapkan masyarakat akan selalu terpanggil untuk

berpartisipasi dalam kegiatan pilkades secara langsung.

2. Pemerintah, partai politik dan organisasi masyarakat lainnya harus

turun untuk memberikan pencerahan dalam bentuk informasi kepada

masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran politik masyarakat

sehingga bermuara pada keikutsertaan dalam kegiatan pilkades.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun


Warga Negara yang Demokratis. Jakarta: Grafindo

Alfian. 1986. Pemikiran Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia


Pustaka.

A. Rahman,.H,.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Rieneka cipta. Jakarta

Arman, Ys. Chaniago. 2002. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Bandung:


Pustaka Setia.

Badudu dan Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Cholisin, Nasiwan. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Yogyakarta, Penerbit


Ombak.

Damsar, 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama.

Firdaus, M.Azis. 2012. Metode Penelitian. Tanggerang Selatan: Jelajah


Nusa.
Gatara, Said. A.A & said, Dzulkiah. Moh. 2007. Sosiologi Politik: Konsep
dan Dinamika Perkembangan Kajian. Bandung: Pustaka setia.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Dengan Program SPSS. Semarang: Badan


Penerbit-Undip.

Henry Subiakto & Rachmah Ida. 2012. Komunikasi Politik, Media, &
Demokrasi, Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Huntington P. Samuel. 2003. Tertib Politik Di Tengah Pergeseran


Kepentingan Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koetjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


PT. Gramedia.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:


Bumi Aksara.

Naning, Ramdlon. 1982. Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat


dan Disiplin Penegak Hukum dalam Lalu Lintas. Yogyakarta: Bina
Ilmu.

Notoatmodjo, Soekodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:


PN Balai Pustaka.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul. 2010. Metode Penelitian


Kuantitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 1997. Metode Penelitian. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Riswandi. 2009. Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rush, Michael dan Althof, Philip. 2003. Pengantar Sosiologi Politik.


Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Ruslan, Utsman Abdul Muis. 2000. Pendidikan Politik Ikhwanul


Muslimin. Solo: Era Intermedia

Sarwono, Jonathan. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: Penerbit IKIP


Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada
Media Group.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV.


Rajawali.

Spradley dan Faisal. 1990. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT.


Adi Pustaka

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Wardhani, Diah. 2008. Media Relations: Sarana Membangun Reputasi,


Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wasistiono, Sadu. 2006. Memahami Asas Tugas Pembantuan (Melalui


Pandangan Teoritik, Legalisti, dan Implementasi). Bandung:
Fokusmedia.

Skripsi

Rahmanto. 2012. Partisipasi Masyarakat Desa Talun Kecamatan Ngebel


Kabupaten Ponorogo dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Talun
Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur. Pada
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Progam Study Pemerintahan,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Yakin, Moh. Aninul. 2013. Partisipasi Politik Masyarakat Desa Lembung


Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Dalam Pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa Tahun 2013. Universitas Negeri Surabaya.

Kuhon, Theofilus. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala


Desa (Suatu Studi di Desa Tonsealama Kecamatan Tondano Utara
Kabupaten Minahasa). Universitas Sam Ratulangi.
Undang-Undang

Undang- Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Internasional


Covenant On Civil And Political Right (Konvenan Internasional
Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,


Bupati, dan Walikota.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Gubernur,


Bupati, dan WaliKota.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Daerah Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang


Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

WEB

http://kpud-provinsilampung.com (Di akses pada tanggal 24 Oktober 2015


pukul 14:00 wib)

You might also like