0% found this document useful (0 votes)
9 views16 pages

PTK

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 16

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PROGRAM LINEAR
KELAS XI RPL SMK PGRI 2 SIDOARJO
TAHUN PELAJARAN 2020-2021

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH:
ANNISA ATUS SOLICHAH, S. Pd
NPA. 13241100647

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Sidoarjo


Jl. Jenggala III/61 Sidoarjo, Telp (031)8961349. Website http://www.smkpgri2sidoarjo.sch.id.
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Judul Penelitian : Penerapan Model Problem based learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Matematika Materi Program Linear
Kelas XI Rpl Smk Pgri 2 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2020-2021

Identitas peneliti
a. Nama : Annisa Atus Solichah. S. Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NPA : 13241100647
d. Asal Sekolah : SMK PGRI 2 Sidoarjo
e. Alamat Rumah : Jl. Sono Indah Utara II RT.02 RW.05 Sidokerto Buduran Sidoarjo
f. Lama Penelitian : 3 Bulan

Sidoarjo, 23 Juni 2020


Peneliti

Ida Rahmatiyah, S. Ag, M.AP Annisa Atus Solichah, S. Pd


PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PROGRAM LINEAR
KELAS XI RPL SMK PGRI 2 SIDOARJO
TAHUN PELAJARAN 2020-2021

Annisa Atus Solichah, S. Pd


Email: [email protected]

Abstract
This research aims to know and describe the teacher’s class management, student’s
learning activities, student’s outcome in the implementation and student respond of
Problem based learningmodel in the linear programming topic at class XI RPL. The
research method is quantitative method. The reseach subject is students in class XI RPL.
Based on the data analysis that review four aspects, the result are: (1) the teacher’s class
management categorized very good with average score 3,505; (2) student’s learning
activities categorized active with average score 74,53%; (3) student’s outcome is not
reaced classical completenes with only 15% of student can achieve the minimum
completenes criteria; (4) studen’s respond categorized positive. Because only three out of
four aspects that achieve, the conclusion of this research is the implementation of Problem
based learningmodel less effective to apply in the linear programming topic at class XI
RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo.

Keywords: Problem based learningmodel, effectiveness, linear programming topic,


STEAM

PENDAHULUAN
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 memaparkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika agar siswa memiliki kemampuan antara lain : (1). memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikan pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan pemecahan
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memliki rasa ingin tahu perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
mengharuskan pembelajarannya diisi dengan berbagai pemecahan dari masalah-masalah
yang timbul dimasyarakat.
Tujuan pembelajaran diatas dapat meningkatkan setidaknya tiga kemampuan siswa
yaitu (1) membuat suatu pembelajaran yang didalamnya siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, (2) meningkatnya respon siswa terhadap pembelajaran, responyang
diharapkan adalah respon seperti halnya dalam tujuan pembelajaran matematika nomor
5 seperti memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah, (3) mampu menyelesaikan masalah
secara baik.
Berdasarkan hasil pra riset tanggal 15 Mei 2020 yang dilakukan oleh peneliti
terhadap siswa kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo, sebanyak 25 orang siswa.
Hasilnya sebanyak 9 siswa atau sekitar 36% siswa dapat menyelesaikan soal dengan
baik dan 16 sisanya atau sekitar 64% siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik,
siswa dikatakan dapat menyelesaikan soal dengan baik apabila mecapai skor minimum
yang telah ditentukan yaitu 78. Skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah adalah 68.
Berikut merupakan salah satu soal yang diberikan sebagai berikut. Pada ulang tahun
sekolah, OSIS akan membuka stan jualan karya seni siswa. Karya seni yang dijual
berupa celengan daur ulang berbentuk tabung dan balok. Celengan berbentuk tabung
menghabiskan dana sebesar 10.000 rupiah per buah dalam pembuatannya, sedangkan
celengan berbentuk balok menghabiskan dana sebesar 15.000 rupiah per buah. Uang kas
yang dialokasikan untuk pembuatan kedua jenis celengan adalah Rp. 500.000. meja stan
penjualan hanya cukup memuat 40 buah celengan. Keuntungan penjualan untuk setiap
celengan tabung adalah Rp. 2.500 dan celengan berbentuk balok Rp. 3000. Tentukan
keuntungan maksimum yang bisa diperoleh sipenjual ?
Ada siswa yang menjawab dengan mencantumkan hal yang diketahui di soal, namun
tidak semua siswa menjawab demikian. Siswa keliru dalam membuat model matematika
yang sesuai dengan permasalahan yang ada diatas, serta tidak terselesaikannya masalah
yang telah diberikan kepada siswa ditunjukkan dengan prosedural pengerjaan dan
jawaban yang keliru serta tidak dicantumkannya kesimpulan akhir dari permasalahan
yang diberikan.
Menurut Tinawati, S.Pd (guru mata pelajaran matematika) siswa akan lebih aktif
dalam proses pembelajaran jika penyampaian materi tidak hanya menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan latihan. Lebih lanjut di peroleh informasi bahwa siswa lebih
tertarik dalam pembelajaran apabila dibentuk suatu kelompok belajar. Kelompok belajar
dapat membuat siswa lebih aktif dalampembelajaran karena siswa lah yang berperanlebih
besar dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya mengarahkan siswa didalam
kelas. Mengenai ketidak mampuan siswa menjawab soal penyelesaian masalah yang
diberikan, siswa disekolah tersebut tidak terbiasa dalam mengerjakan soal-soal yang
berdasarkan pada kehidupan sehari-hari atau soal penyelesaian masalah. Oleh karena itu
siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal penyelesaian masalah yang diberikan. Mereka
tidak dapat merencanakan secara baik bagaimana soal-soal yang diberikan dapat
diselesaikan hal ini didasari pada jawaban siswa yang tidak menyertakan hal-hal yang
diketahui disoal serta tidak terarahnya jawaban siswa menuju penyelesaian dari soal yang
ditanyakan.
Lebih lanjut diperoleh informasi berupa wawancara dengan siswa, bahwa
sebelumnya siswa belum pernah mempelajari cara belajar dan soal yang berkaitan
dengan pemecahan masalah, sehingga mereka menjadi tidak terbiasa dengan soal yang
diberikan. Menurut mereka guru hanya menyampaikan dengan cara ceramah didalam
kelas. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa kurang dalam penyelesaian
masalah terutama dalam materi program linear.
Berdasarkan pemaparan diatas maka terlihat masih rendahnya pemahaman siswa
mengenai materi program linear, aktivitas belajar siswa yang pasif, lemahnya respon
siswa terhadap pembelajaran dikelas. Masalah diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa
sebab,salah satunya adalah pengguaan model belajaryang tidak tepat. Perlunya pemilihan
dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Permasalahan sehari-hari sedikit banyak selalu berhubungan dengan
matematika, maka dari itu pembelajaran matematika harus dikemas agar siswa dapat
memecahkan masalah-masalah tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah model Problem based learning.
Problem based learningadalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata
(autentik) yang tidak terstruktur (ill- structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks
bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan penyeleaian masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahun baru (Fatturohman, 2015:112).
Menurut Wina Sanjaya (2006: 220-221) menyatakan PBL memiliki keunggulan,
antara lain:a) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, b)
PBL dapat meningkatkan aktivitaspembelajaran siswa, c) PBL dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
Rusman (2012: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah
Problem based learningyaitu (1) orientasi siswa pada masalah, (2)
mengorganisasi siswa untukbelajar, (3) membimbing penyelidikan
individu/kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Al Jibra (2016:7-8)
mengungkapkan bahwa penerapan model Problem based learningdapat membuat siswa
aktif dalam pembelajarannya dikelas, respon siswa terhadap pembelajaran
tergolong baik, serta hasil belajar siswa tinggi yaitu 89% siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal(KKM). Penelitian tersebut dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 5
Pallangga Kabupaten Gowa.
Model Problem based learningdiharapkan akan dapat menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi yaitu rendahnya pemahaman siswa mengenai materi, aktivitas
belajar siswa yang pasif, lemahnya respon siswa terhadap pembelajaran dikelas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian
mengenai “Penerapan Model Problem based learning pada Materi Program Linear di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo”

METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan pra-experimental design atau
eksperimen yang tidak sebenarnya (Sugiyono, 2017: 109). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan The One case study atau post test only design. Rancangan
penelitiandigambarkan sebagai berikut

Tabel 1. Pola The One Case Study Atau Post Test Only Design
Perlakuan Post test
X O

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bidang Keahlian Rekayasa Perangkat
Lunak SMK PGRI 2 Sidoarjo tahun ajaran 2020/2019, yaitu kelas XI RPL yang belum diajarkan
materi Program Linear khususnya pada menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Program
Linear. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Oleh sebab itu, dipilih satu kelas yaitu kelas XI RPL sebagai subjek penelitian. Alat
pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
kemampuan guru mengajar, tes hasil belajar, dan angket respon siswa. Prosedur penelitian dalam
penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan koordinasi dan
perijinan di SMK PGRI 2 Sidoarjo;
(2) melakukan observasi awal; (3) penyusunan perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS; (4)
penyusunan instrumen penelitian; (5) melakukan validasi instrumen penelitian; (6) melakukan revisi
instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; (7) uji coba soal tes hasil belajar (post-test); (8)
menghitung koefisien validasi dan realibilitas tes hasil belajar (post-test); (9) Pemilihan subjek
penelitian yaitu siswa kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo tahun ajaran 2020/2021;
(10) Menentukan waktu penelitian dengan berkonsultasi kepada guru matematika yang mengajar di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo.

Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan perlakuan
kepada subjek denganProblem based learningpada materi programlinear; (2) Pengisian lembar observasi
aktivitas siswa dan kemampuan guru mengajar pembelajaran oleh observer; (3) Memberikan tes hasil
belajar (post-test) kepada subjek penelitian.; (4) Memberikan angket respon siswa setelah diberi
perlakuan.

Tahap Akhir
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) Melakukan pengolahan dan
menganalisis lembar observasi kemampuan guru mengajar pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, tes hasil belajar, angket respon siswa.; (2) membuat kesimpulan; (3) menyusun laporan
penelitian.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN


Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengajar
Pembelajaran dengan menggunakan Problem based learningpada materi Program Linear
dilakuan dua kali pertemuan. Pada masing-masing pertemuan dilakukan pengamatan terhadap
kemampuan guru mengajar yang telah direncanakan dalam RPP, pengamatan dilakukan oleh satu
orang guru matematika SMK PGRI 2 Sidoarjo yaitu Tinawati, S.Pd. Dari hasil pengamatan yang
dianalisis, diperoleh data pada tabel dibawah ini.

Tabel 2
Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengajar Pembelajaran
Keterlaksanaan
Uraian
Pertemuan Pertemua
1 n2
Kegiatan inti 3,42 3,58
Jumlah langkah yang 12 12
terlaksana
Persentase keterlaksanaan 100% 100%

Dari Tabel 2 hasil pengamatan kemampuan guru mengajar pembelajaran tampak bahwa secara
keseluruhan langkah- langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP terlaksana dengan
persentase keterlaksanaan 100%. Dari Tabel 2 tampak bahwa rata-rata hasil penilaian terhadap
kemampuan guru mengajar pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 3,505 pada skala penilaian
1-4. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru mengajar pembelajaran tergolong dalam
kategori sangat baik atau kemampuan guru mengajar pembelajaran tergolong efektif.
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas belajar siswa dilakukan sebanyak dua kali pengamatan yaitu pada
pertemuan 1 dan 2. Berikut ini merupakan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan
oleh dua orang observer.

Tabel 3
Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pengamatan 1 dan 2
Aktivitas Siswa
Uraian
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase aktivitas 73,61% 75,46%
Keterangan Aktif Aktif

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Rata- rata persentase yang diperoleh padapertemuan 1 adalah
73,61% dengan kriteria aktivitas belajar siswa tergolong aktif dan rata-rata persentase yang
diperoleh pada pertemuan 2 adalah 75,46 dengan kriteria aktivitas belajar siswa tergolong aktif.
Dari dua kali pengamatan didapat bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa adalah 74,53%
dengan keriteria aktivitas belajar aktif.

3. Hasil Tes Belajar Siswa


Tes hasil belajar diberikan kepada siswa kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo tahun ajaran
2020/2021 yang berjumlah 26 siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
menggunakan Problem based learningpada materi program linear sebanyak dua kali pertemuan.
Setelah lembar jawaban tes hasil belajar terkumpul, data diolah dengan memberi skor pada setiap
jawaban yang diberikan siswa, kemudian skor tersebut diubah ke dalam bentuk nilai berskala 1-100.
Persentase ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat berdasarkan diagram berikut ini :

Diagram 1 Hasil Belajar Siswa

Dari hasil perhitungan tersebut tampak bahwa persentase siswa tuntas dengan memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan
78 adalah 15% dan persentase siswa tidak tuntas dengan memperoleh nilai lebih kecil dari 78
adalah 85%.. Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika dalam suatu kelas terdapat lebih
dari atau sama dengan 75% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 78. Karena
persentase siswa tuntas adalah 15% yang bearti kurang dari 85% maka dapat disimpulkan bahawa
ketuntasan hasil belajar secara klasikal tidak terpenuhi terdapat lebih dari atau sama dengan 75%
siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 78. Karena persentase siswa tuntas adalah 15%
yang bearti kurang dari 85% maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar secara klasikal
tidak terpenuhi.

4. Hasil Angket Respon Siswa


Data angket respon siswa diperoleh setelah proses pembelajaran dengan menerapkan Problem
based learningselesai.Data diperoleh dengan memberikan angketrespon kepada 26 orang siswa. Dari
data 26 angket yang dianalisis, diperoleh skala tiap pernyataan angket respon siswa. Berdasarkan
rata-rata nilai skala dari 15 pernyataan angket respon diperoleh penggarisan yang berfungsi sebagai
panduan dalam menginterpretasikan respon siswa sebagai berikut.
Berdasarkan penggarisan tersebut, diperoleh interval respon siswa yang dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Tabel 4
Interval Respon Siswa Terhadap Problem based learning

Interval Kategori
0 ≤ x ≤ 0,7180 Sangat
negatif/negatif
0,7180 < x ≤ Positif
1,9564
x > 1,9594 Sangat positif
Pembahasan
1. Proses Belajar Menggunakan Model Problem based learningDi Kelas XI RPL SMK PGRI 2
Sidoarjo
Proses pembelajaran menggunakan model Problem based learningdi kelas XI RPL SMK
PGRI 2 Sidoarjo dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 31 Juli 2020 jam pelajaran 7 dan 8. Pertemuan kedua dilaksanakan pada pada
hari Rabu tanggal 1 Agustus 2020 jam pelajaran 1 dan 2. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 26
siswa.
Penyajian materi dilakukan mengikuti langkah-langkah (sintaks) Problem based
learningyang dimulai dengan tahap orientasipada masalah, tahap mengorganisasikan siswabelajar,
tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap menganalisis dan mengevaluasi
pemecahan masalah. Adapun materi yang dibahas dalam pertemuan pertama adalah menentukan
modelmatematika dari suatu masalah nyata dan menentukan nilai optimumnya.
Pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
direncanakan meskipun ada bagian dari RPP yang tidak dapat terlaksana secara maksimal. Pada
tahap orientasi pada masalah, guru memberikan apersepsi dan motivasi. Pada tahap
mengorganisasikan siswa belajar dan tahap membimbing penyelidikan individu, siswa dibentuk
kedalam beberapa kelompok dan siswa diberikan LKS, LKS terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu
kegiatan 1 dan kegiatan 2. Kegiatan 1 mencari informasi dari masalah dan kolaborasi antar
anggota kelompok untuk menemukan penyelesasian masalah yang diberikan dengan diarahkan
oleh guru untuk menemukan model matematikanya. Kegiatan 2 yaitu kegiatan untuk menentukan
nilai optimumnya seperti nilai maksimum dan nilai minimum. Pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya yaitu menjawab
pertanyaan dari LKS dan menjelaskannya kepada kelompok lain. Dengan dipandu oleh guru
kelompok lain dapat menanyakan atau memberikan saran mengenai kelompok yang telah
mempresentasikan jawabannya. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, guru bersama siswa menjawab permasalahan yang diberikan, dan selanjutnya guru
mengkonfirmasi jawaban yang benar dari masalah yang diberikan.

2. Kemampuan Guru Mengajar Model Problem based learning


Pembelajaran dengan menggunakan model Problem based learningpada materi program
linear dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua masing-masing
terdapat 12 langkah pembelajaran yang terbagi ke dalam beberapa kegiatan yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti terdiri dari terdiri dari 12 langkah pembelajaran. Penilaian
kemampuan guru mengajar hanya berpusat pada kegiatan inti dikarenakan model Problem based
learningberfokus pada kegiatan inti, dan peneliti ingin berfokus pada penilaian guru dalam
melaksanakan model Problem based learningPertemuan pertama 12 langkah telah terlaksana,
rata-rata penilaian keterlaksanaan langkah pembelajaran adalah 3,43 dengan kategori baik.
Pertemuan kedua 12 langkah telah terlaksana, rata-rata penilaian keterlaksanaan langkah
pembelajaran adalah 3,58 dengan kategori sangat baik.
Penilaian kemampuan guru mengajar oleh observer yang dalam hal ini adalah guru mata
pelajaran matematika di SMK PGRI 2 Sidoarjo memiliki kelemahan yaitu kurangnya
pembekalan mengenai model Problem based learningoleh peneliti kepada observer, sehingga
tidak di ketahui secara pasti apakah observer telah memahami secara baik dengan model
Problem based learningyang akan ia nilai pada peneliti.
Rata-rata penilaian kemampuan guru mengajar pembelajaran pertemuan pertama dan
3,43+3,58
kedua adalah 2
= 3,505 dengan kategori sangat baik. Maka dalam hal ini
dikatakan bahwa langkah pembelajaran yang disusun telah terlaksana dengan kategori sangat
baik atau keterlaksaan sintaks pembelajaran efektif.
3. Aktivitas Siswa
Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu mengamati aktivitas belajar siswa
selama mengikuti pembelajaran. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran sampai
akhir pelajaran dengan memberikan skor 1-5 untuk setiap indikator yang diamati pada lembar
observasi. Pengamat juga diperbolehkan duduk di tempat yang memungkinkan agar dapat
mengamati aktivitas belajar siswa secara seksama. Siswa yang diamati berjumlah 26 orang dan
terbagi dalam 6 kelompok belajar.
Berdasarkan data pengamatan 1) dan pada pengamatan 2, pada pertemuan 1 diperoleh 1
kelompok belajar dengan aktivitas belajar tergolong sangat aktif dan 5 kelompok belajar dengan
aktivitas belajar tergolong aktif. Tidak ada siswa dengan kriteria sangat pasif, pasif, dan cukup
aktif. Rata-rata persentase yang diperoleh pada pertemuan 1 adalah 73,61 dengan kriteria
aktivitas belajar siswa tergolong aktif. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh 1 kelompok
belajar dengan aktivitas belajar tergolong sangat aktif dan tergolong aktif sebanyak 5 kelompok
belajar. Tidak ada siswa dengan kriteria sangat pasif, pasif, dan cukup aktif. Rata-rata persentase
yang diperoleh pada pertemuan 2 adalah 75,46 dengan kriteria aktivitas belajar siswa tergolong
aktif.
Pada indikator visual activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali
pengamatan adalah 19,25 dengan persentase 64%. Visual activities pada penelitian ini yaitu siswa
memperhatikan guru memberikan masalah yang terkait program linear, Siswa memperhatikan
guru mengarahkan kedalam LKS, Siswa memperhatikan guru menjelaskan, dan Siswa
memperhatikan guru menjelaskan jawaban yang benar. Pada visual activities, siswa diharapkan
dapat memperhatikan setiap penjelasan dan arahan yang diberikan oleh guru namun hanya
sebagian siswa saja yang memperhatikan dengan serius sedangkan sisanya memperhatikan tetapi
dengan sikap santai.
Pada indikator oral activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali pengamatan
adalah 17,06 dengan persentase 57%. Oral activities pada penelitian ini yaitu siswa menanggapi
guru ketika guru mengaitkan konsep matematika dan fakta matematika di kehidupan sehari-hari,
siswa aktif mengajukan pertanyaan dalam diskusi kelompok, siswa aktif dalam mengemukakan
pendapat dikelompok, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi, siswa aktif dalam
mengemukakan pendapat ketika presentasi, siswa aktif dalam mengemukakan pendapat ketika di
minta oleh guru untuk mengevaluasi hasil kerja temannya, dan siswa aktif dalam mengemukakan
pendapat ketika ditanya guru cara lain menyelesaikan soal. Berdasarkan pengamatan diperoleh
informasi bahwa siswa tergolong cukup aktif dalam kemampuannya menanggapi pertanyaan dari
guru, mengemukakan pendapatnya dan mempresentasikan hasil kerjanya.
Pada indikator listening activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali
pengamatan adalah 17,75 dengan persentase 59%. Listening activities pada penelitian ini yaitu
siswa aktif dalam kemauan berdiskusi dikelompok dan siswa memperhatikan pendapat teman.
Berdasarkan pengamatan diperoleh informasi bahwa siswa tergolong cukup aktif dalam
kemampuannyamendengarkan serta memperhatikan pendapattemannya.
Pada indikator writing activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali
pengamatan adalah 18,5 dengan persentase62%. Writing activities pada penelitian iniyaitu siswa
aktif dalam mengerjakan LKS. Berdasarkan pengamatan diperoleh informasi bahwa siswa
tergolong aktif dalam kemampuannya mengerjakan LKS yangdiberikan oleh guru.
Pada indikator motor activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali
pengamatan adalah 17,5 dengan persentase 58%. Motor activities pada penelitian ini yaitu Siswa
melaksanakan perintah guru, yaitu mensimbolikkan pernyataan secara matematis dan Siswa
segera membentuk kelompok belajar. Berdasarkan pengamatan diperoleh informasi bahwa
siswa tergolong cukup aktif dalam kemampuannya mensimbolikkan pernyataan secara
matematis dan membentukkelompok belajar.
Pada indikator mental activities, jumlah skor rata-rata yang diperoleh dari dua kali
pengamatan adalah 19,5 dengan persentase 65%. Mental activities pada penelitian ini adalah
Siswa aktif dalam mempelajari bahan ajar. Berdasarkan pengamatan diperoleh informasi bahwa
siswa tergolong aktif dalam kemampuannya mempelajari bahan ajar.
Dari semua indikator aktivitas siswa terlihat bahwa indikator aktivitas yang paling rendah
adalah oral activities, motor activities dan listening activities dengan persentase 57% untuk oral
activities dan 58% untuk motor activities dan 59% untuk listening activities. Rendahnya
persentase untuk oral activities disebabkan oleh sedikitnya siswa yang aktif dalam
mengemukakan pendapat dan hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan saat diskusi
kelompok. Sedangkan rendahnya persentase untuk motor activities disebabkan kurangnya
kemampuan siswa mensimbolikkan secara matematis pernyataan yang
diberikan oleh guru. Rendahnya listening activities disebabkan oleh sebagian siswa kurang
mendengarkan pendapat dari temannya dan lebih sibuk sendiri.
Rendahnya ketiga indikator tersebut sangat mempengaruhi persentase penilaian aktivitasnya
dikarenakan dari ketiga indikatortersebut terdapat lima penilaian.
Sehingga disimpulkan bahwa dari hasil dua kali pengamatan oleh dua orang pengamat
menunjukan kriteria aktivitas belajar siswaselama mengikuti pembelajaran tergolongcukup aktif.

4. Tes Hasil Belajar Siswa


Tes hasil belajar diberikan dalam bentuk tes uraian sebanyak 3 soal. Untuk menentukan
penyelesaian dari masalah yang diberikan siswa diminta untuk menjawabnya menggunakan
langkah polya yaitu memahami masalah, membuat rencana, melakukan perhitungan, memeriksa
kembali, dan membuat kesimpulan.
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu apabila memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan 78, siswa dikatakan tuntas secara klasikal jika dalam suatu kelas terdapat lebih dari
atau sama dengan 75% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan
78. Dari hasil penskoran dan nilai yang diberikan (Tabel Skor dan Nilai Tes HasilBelajar Siswa)
diperoleh jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau samadengan 78 sebanyak 4 orang
dan jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 78 sebanyak 22 orang. Dari hasil tersebut
diperoleh persentase siswa tuntas sebesar 15%, persentase siswa tidak tuntas sebesar 85%.
Dengan demikian dapat dikatakan ketuntasan belajar secara klasikal tidak tercapai. Adapun
penyebab siswa yang tidak tuntas berdasarkan jawaban yang diberikan sebagai berikut: a) Siswa
tersebut mengabaikan perintah yang terdapat di dalam soal tes seperti kurang lengkap dalam
menuliskan informasi yang diberikan dari soal (diketahui dan ditanyakan), tidak membuat grafik,
tidak membuat rencana penyelesaian masalah, b) Memberikan jawaban yang kurang lengkap, c)
Tidak memberikanjawaban untuk semua soal yang diberikan.
Penyebab lain ketuntasan belajar yang tidak dapat dicapai oleh siswa sdikarenakan siswa
merasakan kesulitan dalam memahami materi ajar, hal tersebut dikarenakan siswa beranggapan
bahwa masalah yang diberikan merupakan masalah yang rumit, siswa mengalami kesulitan
dalam diskusi, dan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS sehingga tidak mudah
untuk siswa memahamimateri ajar.

5. Angket Respon Siswa


Berdasarkan tabel skor respon siswa dapat diketahui bahwa 96%
siswa memberikan respon positif dan sebanyak 4% siswa memberikan respon yang sangat
positif.
Menurut data diatas, sebagian besar siswa memberikan respon yang
positif bahkan terdapat siswa yang memberikan respon sangat positif terhadap metode belajar
yang diberikan. Terlihat bahwa siswa dapatmenerima problem based learning saat
mempelajari materi program linear. Dapat disimpulkan bahwa Problem based learningdapat
diterapkan pada materi ditinjau dari respon siswa yang positif terhadap problem based learning
berbasis STEAM.
Angket respon siswa terdiri dari 15 pertanyaan dengan kategori sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Angket diberikan kepada siswa kelas XI RPL sebanyak 26 siswa.
Terdapat 15 pernyataan yang didalamnya telah dianalisis dan diperoleh datanya.
Siswa menyenangi cara guru memastikan kami dapat mensimbolikkan secara matematis
pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh guru yaitu 7 orang atau sebesar 27% sangat setuju,
12 orang atau 65% setuju, 2 orang atau 8% tidak setuju. Siswa senang terhadap Lembar kegiatan
siswa (LKS) yang di berikan yaitu 4 orang atau sebesar 15% sangat setuju, 21 orang atau 81%
setuju, 1 orang atau 4% tidak setuju.
Siswa bersemangat belajar secara berkelompok yaitu 12 orang atau sebesar 46% sangat
setuju, 13 orang atau 50% setuju, 1 orang atau 4% tidak setuju. Siswa menyenangi cara guru
mengajar (Problem based learning berbasis STEAM) yaitu 13 orang atau sebesar 50% sangat
setuju, 11 orang atau 42% setuju, 2 orang atau 8% tidak setuju.
Siswa mengalami kemudahan ketika mempelajari materi Program Linear yaitu 9 orang atau
35% setuju, 15 orang atau 58% tidak setuju. Masalah yang diberikan mempermudah siswa
mengetahui hubungan materi dan dunia nyata yaitu 3 orang atau sebesar 12% sangat setuju, 14
orang atau 58% setuju, 9 orang atau 35% tidak setuju. Siswa merasa bersemangat dalam diskusi
kelompok yaitu 3 orang atau sebesar 12% sangat setuju, 10 orang atau 38% setuju, 13 orang atau
50%tidak setuju.
Siswa bersemangat untuk menyelesaikan masalah yang diberikan yaitu 5 orang atau sebesar
19% sangat setuju, 10 orang atau 38% setuju, 11 orang atau 42% tidak setuju. Presentasi
membantu siswa memahami lebih lanjut masalah yang diberikan yaitu 3 orang atau sebesar 12%
sangat setuju, 21 orang atau81% setuju, 2 orang atau 8% tidak setuju.
Siswa berminat mengikuti pelajaran bila seperti yang baru diterapkan yaitu 6 orang atau
sebesar 23% sangat setuju, 12 orang atau 46% setuju, 8 orang atau 21% tidak setuju. Siswa
bersemangat dalam menyelesaikan soal-soal di LKS yaitu 14 orang atau 54% setuju, 12 orang
atau 46% tidak setuju.
Siswa bersemangat ketika presentasi dilaksanakan yaitu 1 orang atau sebesar 4% sangat
setuju, 17 orang atau 65% setuju, 8 orang atau 31% tidak setuju. Siswa bersemangat
mengevaluasi hasil kerja temannya yaitu 8 orang atau sebesar 31% sangat setuju, 16 orang atau
62% setuju, 3 orang atau 12% tidak setuju.
Siswa menyenangi penjelasan yang diberikan oleh guru yaitu 13 orang atau sebesar 50%
sangat setuju, 10 orang atau 38% setuju, 3 orang atau 12% tidak setuju. LKS yang diberikan
dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yaitu 7 orang atau sebesar 27% sangat
setuju, 16 orang atau 62%setuju, 3 orang atau 12% tidak setuju.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model Problem based learningpada materi program linear di kelas
XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo dinyatakan tidak efektif. Hal tersebut dikarenakan terdapat satu
indikator yang tidak terpenuhi, yaitu ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal.
Secara umum dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Kemampuan guru mengajar
pembelajaran menggunakan model Problem based learningpada materi program linear di kelas XI
RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo termasuk dalam kategori sangat baik yaitu dengan skor 3,505, b)
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran materi program linear dengan menggunakan model
Problem based learning di kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo termasuk dalam kategori aktif, c)
Hasil belajar siswa menggunakan model Problem based learning pada materi program linear di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo tidak mencapai ketuntatasan yang telah ditentukan, c)
Respon siswa terhadap penerapan model Problem based learning Pada Materi Program Linear di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo yaitu siswa memberikan respon yang baik terhadap model
Problem based learning pada materi program linear.

Saran
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan pada saat penelitian dilakukan, peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut : 1) Dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem
based learning diperlukan perencanaan yang matang agar diperoleh hasil yang lebih akurat, 2)
Dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem based learning hendaknya masalah
yang diberikan merupakan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
sekolah, dan kelas secara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa agar pemahaman
siswa dapat maksimal, 3) Jika menggunakan LKS sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat kemampuan berfikir siswa, 4) Kepada peneliti yang ingin menindaklanjuti
penelitian ini disarankan untuk meminimalir kelemahan-kelemahan penelitian ini agar diperoleh
hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Jibra (2016). "Efektivitas Penerapan Model Problem based learningDengan Kombinasi
Pendekatan Saintifik Dan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika" jurnal of
EST. 2, 1-9
Depdiknas. (2006). PERMENDIKNAS No.
22 Th 2006 tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
Depdiknas
Fatturohman, muhammad. (2015). Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Rusman. (2012). Model-modelPembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta

You might also like