PTK
PTK
PTK
OLEH:
ANNISA ATUS SOLICHAH, S. Pd
NPA. 13241100647
Judul Penelitian : Penerapan Model Problem based learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Matematika Materi Program Linear
Kelas XI Rpl Smk Pgri 2 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2020-2021
Identitas peneliti
a. Nama : Annisa Atus Solichah. S. Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NPA : 13241100647
d. Asal Sekolah : SMK PGRI 2 Sidoarjo
e. Alamat Rumah : Jl. Sono Indah Utara II RT.02 RW.05 Sidokerto Buduran Sidoarjo
f. Lama Penelitian : 3 Bulan
Abstract
This research aims to know and describe the teacher’s class management, student’s
learning activities, student’s outcome in the implementation and student respond of
Problem based learningmodel in the linear programming topic at class XI RPL. The
research method is quantitative method. The reseach subject is students in class XI RPL.
Based on the data analysis that review four aspects, the result are: (1) the teacher’s class
management categorized very good with average score 3,505; (2) student’s learning
activities categorized active with average score 74,53%; (3) student’s outcome is not
reaced classical completenes with only 15% of student can achieve the minimum
completenes criteria; (4) studen’s respond categorized positive. Because only three out of
four aspects that achieve, the conclusion of this research is the implementation of Problem
based learningmodel less effective to apply in the linear programming topic at class XI
RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo.
PENDAHULUAN
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 memaparkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika agar siswa memiliki kemampuan antara lain : (1). memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikan pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan pemecahan
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memliki rasa ingin tahu perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
mengharuskan pembelajarannya diisi dengan berbagai pemecahan dari masalah-masalah
yang timbul dimasyarakat.
Tujuan pembelajaran diatas dapat meningkatkan setidaknya tiga kemampuan siswa
yaitu (1) membuat suatu pembelajaran yang didalamnya siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, (2) meningkatnya respon siswa terhadap pembelajaran, responyang
diharapkan adalah respon seperti halnya dalam tujuan pembelajaran matematika nomor
5 seperti memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah, (3) mampu menyelesaikan masalah
secara baik.
Berdasarkan hasil pra riset tanggal 15 Mei 2020 yang dilakukan oleh peneliti
terhadap siswa kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo, sebanyak 25 orang siswa.
Hasilnya sebanyak 9 siswa atau sekitar 36% siswa dapat menyelesaikan soal dengan
baik dan 16 sisanya atau sekitar 64% siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik,
siswa dikatakan dapat menyelesaikan soal dengan baik apabila mecapai skor minimum
yang telah ditentukan yaitu 78. Skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah adalah 68.
Berikut merupakan salah satu soal yang diberikan sebagai berikut. Pada ulang tahun
sekolah, OSIS akan membuka stan jualan karya seni siswa. Karya seni yang dijual
berupa celengan daur ulang berbentuk tabung dan balok. Celengan berbentuk tabung
menghabiskan dana sebesar 10.000 rupiah per buah dalam pembuatannya, sedangkan
celengan berbentuk balok menghabiskan dana sebesar 15.000 rupiah per buah. Uang kas
yang dialokasikan untuk pembuatan kedua jenis celengan adalah Rp. 500.000. meja stan
penjualan hanya cukup memuat 40 buah celengan. Keuntungan penjualan untuk setiap
celengan tabung adalah Rp. 2.500 dan celengan berbentuk balok Rp. 3000. Tentukan
keuntungan maksimum yang bisa diperoleh sipenjual ?
Ada siswa yang menjawab dengan mencantumkan hal yang diketahui di soal, namun
tidak semua siswa menjawab demikian. Siswa keliru dalam membuat model matematika
yang sesuai dengan permasalahan yang ada diatas, serta tidak terselesaikannya masalah
yang telah diberikan kepada siswa ditunjukkan dengan prosedural pengerjaan dan
jawaban yang keliru serta tidak dicantumkannya kesimpulan akhir dari permasalahan
yang diberikan.
Menurut Tinawati, S.Pd (guru mata pelajaran matematika) siswa akan lebih aktif
dalam proses pembelajaran jika penyampaian materi tidak hanya menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan latihan. Lebih lanjut di peroleh informasi bahwa siswa lebih
tertarik dalam pembelajaran apabila dibentuk suatu kelompok belajar. Kelompok belajar
dapat membuat siswa lebih aktif dalampembelajaran karena siswa lah yang berperanlebih
besar dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya mengarahkan siswa didalam
kelas. Mengenai ketidak mampuan siswa menjawab soal penyelesaian masalah yang
diberikan, siswa disekolah tersebut tidak terbiasa dalam mengerjakan soal-soal yang
berdasarkan pada kehidupan sehari-hari atau soal penyelesaian masalah. Oleh karena itu
siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal penyelesaian masalah yang diberikan. Mereka
tidak dapat merencanakan secara baik bagaimana soal-soal yang diberikan dapat
diselesaikan hal ini didasari pada jawaban siswa yang tidak menyertakan hal-hal yang
diketahui disoal serta tidak terarahnya jawaban siswa menuju penyelesaian dari soal yang
ditanyakan.
Lebih lanjut diperoleh informasi berupa wawancara dengan siswa, bahwa
sebelumnya siswa belum pernah mempelajari cara belajar dan soal yang berkaitan
dengan pemecahan masalah, sehingga mereka menjadi tidak terbiasa dengan soal yang
diberikan. Menurut mereka guru hanya menyampaikan dengan cara ceramah didalam
kelas. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa kurang dalam penyelesaian
masalah terutama dalam materi program linear.
Berdasarkan pemaparan diatas maka terlihat masih rendahnya pemahaman siswa
mengenai materi program linear, aktivitas belajar siswa yang pasif, lemahnya respon
siswa terhadap pembelajaran dikelas. Masalah diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa
sebab,salah satunya adalah pengguaan model belajaryang tidak tepat. Perlunya pemilihan
dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Permasalahan sehari-hari sedikit banyak selalu berhubungan dengan
matematika, maka dari itu pembelajaran matematika harus dikemas agar siswa dapat
memecahkan masalah-masalah tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah model Problem based learning.
Problem based learningadalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata
(autentik) yang tidak terstruktur (ill- structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks
bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan penyeleaian masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahun baru (Fatturohman, 2015:112).
Menurut Wina Sanjaya (2006: 220-221) menyatakan PBL memiliki keunggulan,
antara lain:a) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, b)
PBL dapat meningkatkan aktivitaspembelajaran siswa, c) PBL dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
Rusman (2012: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah
Problem based learningyaitu (1) orientasi siswa pada masalah, (2)
mengorganisasi siswa untukbelajar, (3) membimbing penyelidikan
individu/kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Al Jibra (2016:7-8)
mengungkapkan bahwa penerapan model Problem based learningdapat membuat siswa
aktif dalam pembelajarannya dikelas, respon siswa terhadap pembelajaran
tergolong baik, serta hasil belajar siswa tinggi yaitu 89% siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal(KKM). Penelitian tersebut dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 5
Pallangga Kabupaten Gowa.
Model Problem based learningdiharapkan akan dapat menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi yaitu rendahnya pemahaman siswa mengenai materi, aktivitas
belajar siswa yang pasif, lemahnya respon siswa terhadap pembelajaran dikelas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian
mengenai “Penerapan Model Problem based learning pada Materi Program Linear di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo”
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan pra-experimental design atau
eksperimen yang tidak sebenarnya (Sugiyono, 2017: 109). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan The One case study atau post test only design. Rancangan
penelitiandigambarkan sebagai berikut
Tabel 1. Pola The One Case Study Atau Post Test Only Design
Perlakuan Post test
X O
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bidang Keahlian Rekayasa Perangkat
Lunak SMK PGRI 2 Sidoarjo tahun ajaran 2020/2019, yaitu kelas XI RPL yang belum diajarkan
materi Program Linear khususnya pada menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Program
Linear. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Oleh sebab itu, dipilih satu kelas yaitu kelas XI RPL sebagai subjek penelitian. Alat
pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
kemampuan guru mengajar, tes hasil belajar, dan angket respon siswa. Prosedur penelitian dalam
penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan koordinasi dan
perijinan di SMK PGRI 2 Sidoarjo;
(2) melakukan observasi awal; (3) penyusunan perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS; (4)
penyusunan instrumen penelitian; (5) melakukan validasi instrumen penelitian; (6) melakukan revisi
instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; (7) uji coba soal tes hasil belajar (post-test); (8)
menghitung koefisien validasi dan realibilitas tes hasil belajar (post-test); (9) Pemilihan subjek
penelitian yaitu siswa kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo tahun ajaran 2020/2021;
(10) Menentukan waktu penelitian dengan berkonsultasi kepada guru matematika yang mengajar di
kelas XI RPL SMK PGRI 2 Sidoarjo.
Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan perlakuan
kepada subjek denganProblem based learningpada materi programlinear; (2) Pengisian lembar observasi
aktivitas siswa dan kemampuan guru mengajar pembelajaran oleh observer; (3) Memberikan tes hasil
belajar (post-test) kepada subjek penelitian.; (4) Memberikan angket respon siswa setelah diberi
perlakuan.
Tahap Akhir
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) Melakukan pengolahan dan
menganalisis lembar observasi kemampuan guru mengajar pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, tes hasil belajar, angket respon siswa.; (2) membuat kesimpulan; (3) menyusun laporan
penelitian.
Tabel 2
Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengajar Pembelajaran
Keterlaksanaan
Uraian
Pertemuan Pertemua
1 n2
Kegiatan inti 3,42 3,58
Jumlah langkah yang 12 12
terlaksana
Persentase keterlaksanaan 100% 100%
Dari Tabel 2 hasil pengamatan kemampuan guru mengajar pembelajaran tampak bahwa secara
keseluruhan langkah- langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP terlaksana dengan
persentase keterlaksanaan 100%. Dari Tabel 2 tampak bahwa rata-rata hasil penilaian terhadap
kemampuan guru mengajar pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 3,505 pada skala penilaian
1-4. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru mengajar pembelajaran tergolong dalam
kategori sangat baik atau kemampuan guru mengajar pembelajaran tergolong efektif.
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas belajar siswa dilakukan sebanyak dua kali pengamatan yaitu pada
pertemuan 1 dan 2. Berikut ini merupakan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan
oleh dua orang observer.
Tabel 3
Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pengamatan 1 dan 2
Aktivitas Siswa
Uraian
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase aktivitas 73,61% 75,46%
Keterangan Aktif Aktif
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Rata- rata persentase yang diperoleh padapertemuan 1 adalah
73,61% dengan kriteria aktivitas belajar siswa tergolong aktif dan rata-rata persentase yang
diperoleh pada pertemuan 2 adalah 75,46 dengan kriteria aktivitas belajar siswa tergolong aktif.
Dari dua kali pengamatan didapat bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa adalah 74,53%
dengan keriteria aktivitas belajar aktif.
Dari hasil perhitungan tersebut tampak bahwa persentase siswa tuntas dengan memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan
78 adalah 15% dan persentase siswa tidak tuntas dengan memperoleh nilai lebih kecil dari 78
adalah 85%.. Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika dalam suatu kelas terdapat lebih
dari atau sama dengan 75% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 78. Karena
persentase siswa tuntas adalah 15% yang bearti kurang dari 85% maka dapat disimpulkan bahawa
ketuntasan hasil belajar secara klasikal tidak terpenuhi terdapat lebih dari atau sama dengan 75%
siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 78. Karena persentase siswa tuntas adalah 15%
yang bearti kurang dari 85% maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar secara klasikal
tidak terpenuhi.
Tabel 4
Interval Respon Siswa Terhadap Problem based learning
Interval Kategori
0 ≤ x ≤ 0,7180 Sangat
negatif/negatif
0,7180 < x ≤ Positif
1,9564
x > 1,9594 Sangat positif
Pembahasan
1. Proses Belajar Menggunakan Model Problem based learningDi Kelas XI RPL SMK PGRI 2
Sidoarjo
Proses pembelajaran menggunakan model Problem based learningdi kelas XI RPL SMK
PGRI 2 Sidoarjo dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 31 Juli 2020 jam pelajaran 7 dan 8. Pertemuan kedua dilaksanakan pada pada
hari Rabu tanggal 1 Agustus 2020 jam pelajaran 1 dan 2. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 26
siswa.
Penyajian materi dilakukan mengikuti langkah-langkah (sintaks) Problem based
learningyang dimulai dengan tahap orientasipada masalah, tahap mengorganisasikan siswabelajar,
tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap menganalisis dan mengevaluasi
pemecahan masalah. Adapun materi yang dibahas dalam pertemuan pertama adalah menentukan
modelmatematika dari suatu masalah nyata dan menentukan nilai optimumnya.
Pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
direncanakan meskipun ada bagian dari RPP yang tidak dapat terlaksana secara maksimal. Pada
tahap orientasi pada masalah, guru memberikan apersepsi dan motivasi. Pada tahap
mengorganisasikan siswa belajar dan tahap membimbing penyelidikan individu, siswa dibentuk
kedalam beberapa kelompok dan siswa diberikan LKS, LKS terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu
kegiatan 1 dan kegiatan 2. Kegiatan 1 mencari informasi dari masalah dan kolaborasi antar
anggota kelompok untuk menemukan penyelesasian masalah yang diberikan dengan diarahkan
oleh guru untuk menemukan model matematikanya. Kegiatan 2 yaitu kegiatan untuk menentukan
nilai optimumnya seperti nilai maksimum dan nilai minimum. Pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya yaitu menjawab
pertanyaan dari LKS dan menjelaskannya kepada kelompok lain. Dengan dipandu oleh guru
kelompok lain dapat menanyakan atau memberikan saran mengenai kelompok yang telah
mempresentasikan jawabannya. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, guru bersama siswa menjawab permasalahan yang diberikan, dan selanjutnya guru
mengkonfirmasi jawaban yang benar dari masalah yang diberikan.
Saran
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan pada saat penelitian dilakukan, peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut : 1) Dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem
based learning diperlukan perencanaan yang matang agar diperoleh hasil yang lebih akurat, 2)
Dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem based learning hendaknya masalah
yang diberikan merupakan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
sekolah, dan kelas secara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa agar pemahaman
siswa dapat maksimal, 3) Jika menggunakan LKS sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat kemampuan berfikir siswa, 4) Kepada peneliti yang ingin menindaklanjuti
penelitian ini disarankan untuk meminimalir kelemahan-kelemahan penelitian ini agar diperoleh
hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Jibra (2016). "Efektivitas Penerapan Model Problem based learningDengan Kombinasi
Pendekatan Saintifik Dan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika" jurnal of
EST. 2, 1-9
Depdiknas. (2006). PERMENDIKNAS No.
22 Th 2006 tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
Depdiknas
Fatturohman, muhammad. (2015). Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Rusman. (2012). Model-modelPembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta