Mila Aulia Winatha - 20103241012 - Artikel PK Uny 2023
Mila Aulia Winatha - 20103241012 - Artikel PK Uny 2023
Mila Aulia Winatha - 20103241012 - Artikel PK Uny 2023
ABSTRAK
Matematika adalah salah satu ilmu yang mendasari seluruh pengetahuan dan selalu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terikat dengan aturan-aturan yang
terdefinisi, penalaran yang terarah dan lainnya. Peserta didik tunarungu mengakami
kesulitan dalam mehami sesuatu yang bersifat abstrak, hal ini disebabkan karena hambatan
yang mereka miliki. Sehingga mereka hanya mengandalkan visual dan taktilnya dalam
mengenal atau memahami sesuatu. Pembelajaran matematika yang diberikan kepada
peserta didik tunarungu tak jauh berbeda dengan materi yang diberikan kepada peserta
didik reguler, hal ini bertujuan agar peserta didik mempunyai bekal yang sama seperti
peserta didik reguler. Model pembelajaran Project based Learning (PjBL) adalah suatu
metode pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan peserta didik dalam
merancang, membuat dan menampilkan produk atau karya untuk mengatasi permasalahan
dunia nyata. Selain itu, model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) juga melatih
kemandirian peserta didik dan dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana peserta didik
dapat menunjukkan tujuan, bahan dan pengalaman belajar serta evaluasi dalam
pembelajaran matematika. Hasil dari penerapan metode Project Based Learning (PjBL) di
SLB Wiyata Dharma IV pada Pelajaran matematika berdampak baik pada peserta didik
tunarungu hal ini terlihat dari antusias peserta didik dalam belajar dari pertemuan pertama
hingga pertemuan pembelajaran berakhir serta kemampuan peserta didik dalam memahami
materi.
Kata-kata kunci : Pembelajaran matematika, Project Based Learning, Tunarungu
ABSTRACT
Mathematics is one of the sciences that underlies all knowledge and is always
applied in everyday life. Mathematics is bound by defined rules, directed reasoning and
so on. Deaf students have difficulty understanding abstract things, this is due to the
obstacles they have. So they only rely on visuals and tactility to recognize or understand
something. The mathematics learning given to deaf students is not much different from
the material given to regular students, this aims to ensure that students have the same
provisions as regular students. The Project based Learning (PjBL) learning model is a
learning method with long-term activities that involves students in designing, creating
and displaying products or works to overcome real world problems. Apart from that, the
Project Based Learning (PjBL) learning model also trains students' independence and can
2
be used to measure the extent to which students can demonstrate learning objectives,
materials and experiences as well as evaluation in learning mathematics. The results of
implementing the Project Based Learning (PjBL) method at SLB Wiyata Dharma IV in
mathematics lessons have had a good impact on deaf students. This can be seen from the
students' enthusiasm in learning from the first meeting until the learning meeting ends as
well as the students' ability to understand the material.
Keyword : Mathematics learning, Project Based Learning, Deaf
Pendahuluan
Dalam proses kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari berbagai macam
strategi, metode, media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru agar peserta
didik mencapai apa yang menjadi tujuan dari kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pembelajaran diartikan sebagai prosesinteraksi antara pendidik dan peserta didik
beserta seluruh sumber belajar yang menjadi sarana belajar guna mencapai tujuan
yang diinginkan untuk perubahan akan sikap serta pola pikir peserta didik.
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya diberikan oleh peserta didik
reguler saja, tetapi peserta didik berkebutuhan khusus juga berhak
mendapatkannya, sehingga anak berkebuuthan khusus dapat mengembangkan
potensi dirinya agar menjadi lebih baik. Anak berkebutuhan khusus adalah individu
yang pada pertumbuhan dan perkembangan memiliki perbedaan pada anak pada
umumnya. keterbatasan dalam segi fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga anak
berkebutuhan khusus berbeda dengan anak pada umumnya (Mirza et.al., 2020:2).
Peserta didik atau anak berkebutuhan khusus (ABK) dikategorikan menjadi
berbagai macam jenis, salah satunya adalah anak dengan gangguan pendengaran
atau yang lebih dikenal dengan tunarungu. Peserta didik tunarungu mengalami
gangguan pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh dan biasanya memiliki
hambatan dalam aspek berbahasa atau berbicara (Rahma, 2020:43). Hal ini
disebabkan karena tidak berfungsinya indera pendengaran, sehingga mereka tidak
mampu memahami bentuk komunikasi dari lingkungan sekitarnya (Suningsih &
Arnidha, 2017:375). Karena keterbatasan dalam hal tersebut, peserta didik
tunarungu juga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memahami
pembelajaran yang diberikan dibanding dengan anak pada umumnyaa. Maka dari
itu, anak tunarungu memerlukan bantuan dan bimbingan khusus dalam kegiatan
belajar mengajar, tidak terkecuali pada pembelajaran matematika.
Matematika adalah salah satu ilmu yang mendasari seluruh pengetahuan dan
selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terikat dengan aturan-
aturan yang terdefinisi, penalaran yang terarah dan lainnya. Ada banyak alasan
mengenai pentingnya pembelajaran matematika bagi anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus. Matematika perlu diajarkan sejak dini karena memiliki
3
peranan yang sangat penting salah satunya adalah membentuk pola pikir (Guinet
et.al., 2023:11). Pembelajaran matematika merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreativitas berfikir
peserta didik, serta meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan kemampuan pengginaan yang baik terhadap materi
matematika.
Materi pembelajaran jaring-jaring kubus dan balok merupakan salah satu
materi pembelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar (SD). Jaring-jaring
dapat membantu peserta didik membuat konsep hubungan antara objek dua dimensi
dan tiga dimensi. Materi pembelajaran jaring-jarimg kubus dan balok sering
terkesan sebagai materi pembelajaran yang sederhana, namun untuk peserta didik
tunarungu masih sering mengalami kesulitas ketika menemui permasalahan yang
berkaitan dengan jaring-jaring kubus dan balok. Dalam kurikulum merdeka aspek
capaian pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring kubus dan balok
merupakan elemen geometri. Dalam pembelajaran geometri bermula dari ide dasar
yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran jaring-jaring
bangun ruang sederhana, peserta didik dilatih untuk mengaitkan konsep bangun dua
dimensi dan bangun tiga dimensi.
Matematika adalah ilmu yang diartikan sebagai sesuatu yang tak berwujud
atau hanya gambaran pikiran. Dalam pembelajaran matematika, terdapat konsep-
konsep simbol bilangan atau rumus-rumus yang bersifat abstrak, sehingga sukar
dipahami. Peserta didik tunarungu mengakami kesulitan dalam mehami sesuatu
yang bersifat abstrak, hal ini disebabkan karena hambatan yang mereka miliki.
Sehingga mereka hanya mengandalkan visual dan taktilnya dalam mengenal atau
memahami sesuatu. Pembelajaran matematika yang diberikan kepada peserta didik
tunarungu tak jauh berbeda dengan materi yang diberikan kepada peserta didik
reguler, hal ini bertujuan agar peserta didik mempunyai bekal yang sama seperti
peserta didik reguler. Peserta didik nantinya kaan mampu berfikir logis, analistis,
sistematis, kritis, kreatif dan mempunyai kemampuan bekerjasama. Kompetensi-
kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Bakti et.al., 2021:42).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut
serta agar membentuk pola pikir peserta didik tunarungu ke arah yang lebih baik
yaitu dengan menerapkan atau mengimplementasikan model pembelajaran berbasis
inquiry. Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang berbasis inquiry,
salah satunya adalah Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran Project
based Learning (PjBL) adalah suatu metode pembelajaran dengan aktivitas jangka
panjang yang melibatkan peserta didik dalam merancang, membuat dan
menampilkan produk atau karya untuk mengatasi permasalahan dunia nyata. Selain
4
itu, model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) juga melatih kemandirian
peserta didik dan dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat
menunjukkan tujuan, bahan dan pengalaman belajar serta evaluasi dalam
pembelajaran matematika.
Kesimpulan
Dalam pembelajaran matematika, terdapat konsep-konsep simbol bilangan
atau rumus-rumus yang bersifat abstrak, sehingga sukar dipahami. Peserta didik
tunarungu mengakami kesulitan dalam mehami sesuatu yang bersifat abstrak, hal
ini disebabkan karena hambatan yang mereka miliki. Sehingga mereka hanya
mengandalkan visual dan taktilnya dalam mengenal atau memahami sesuatu.
Pembelajaran matematika yang diberikan kepada peserta didik tunarungu tak jauh
berbeda dengan materi yang diberikan kepada peserta didik reguler, hal ini
bertujuan agar peserta didik mempunyai bekal yang sama seperti peserta didik
6
reguler. Peserta didik nantinya kaan mampu berfikir logis, analistis, sistematis,
kritis, kreatif dan mempunyai kemampuan bekerjasama.
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan dengan metode Project Based Learning
(PjBL) di kelas VI menghasilkan pengaruh yang positif terhadap kegiatan
pembelajaran. Metode Project Based Learning (PjBL) juga dapat meningkatkan
kemampuan hasil belajar matematika salah satunya dalam materi jaring-jaring
kubus dan balok pada peserta didik tunarungu. Antusias peserta didik juga
meningkat setelah metode Project Based Learning (PjBL) juga diterapkan. namun
perluvaluasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung ialah materi ajar yang
dibuat perlu disesuaikan lagi dengan kemampuan peserta didik. Seperti
penyampaian materi dengan kosakata yang mudah dipahami oleh peserta didik.
Anak tunarungu memiliki kosakata yang minim, sehingga saat pembelajaran
berlangsung perlu adanya pengulangan kalimat dan waktu tambahan untuk
menjelaskan kembali kalimat yang atau kosakata yang diucapkan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua
orang tua,Rektor universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Sumaryanto,M. Kes.,
AIFO. Unit Layanan KKN-PK, PI dan Magang Universitas Negeri Yogyakarta, Ibu
Ismiyati, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Sekolah SLB Wiyata Dharma IV, peserta didik
rombel B kelas VI dan Bu Isti Rahayu, S.Pd selaku guru kelas serta guru pamong
SLB Wiyata Dharma, dosen pembimbing lapangan pak Rendy Roos Handoyo,
S.Pd., M.Pd. yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini sampai dengan
berakhirnya semua tanggungjawab kegiatan Praktik Kependidikan.
Daftar Pustaka
Bakti, R. Y., Hayat, M. A.M., Wahyuni, T., & Ridwang. (2021). Game Edukasi
Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Matemtaika Untuk Anak
Tunarungu. PROtek : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 8(1), 40-44.
Fahmi, J. N., & Nisa, A. F. (2023). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Media Jaring-Jaring Timbul Pada Siswa SD. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, 67-
78.
Guinet, Ana Monika., dkk. (2023). Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak
Tunarungi Materi Kubus dan Balok di SLB Negeri Samarinda. Prosding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Universitas Mulawarman,
Kalimantan Timur, 10-23.
Mirza, R., Marpaung, W., & Manurung, Y. S. (2020). Psikoedukasi bagi orangtua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Jurnal Mitra Prima, 1(2), 34-39.
7