27 77 1 SM
27 77 1 SM
27 77 1 SM
PENDAHULUAN
Indonesia secara geografis dan geologis berada dalam “ring of fire”. Negara ini
memiliki sekitar 130 gunung api yang aktif, bahkan beberapa di antaranya merupakan
gunung api paling aktif di dunia seperti gunung Merapi Yogyakarta. Selain itu Indonesia
juga terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia
yang dapat memicu gempa dan sesar setiap saat. Demikian juga halnya dengan posisi
Indonesia tepat pada garis khatulistiwa yang diapit oleh 2 benua Asia dan Australia dan 2
samudra besar Hindia dan Pasifik, mengakibatkan curah hujan tinggi yang menyebabkan
banjir dan tanah longsor. Sedangkan kemarau panjang menyebabkan kekeringan,
ditambah lagi fluktuasi cuaca menyebabkan angin kencang, angin puting beliung serta
gelombang laut tinggi yang sangat berbahaya bagi transportasi laut dan udara. Banjir rob
juga sering terjadi pada bulan purnama dan merendam daerah yang permukaan tanahnya
61
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
rendah. Selain faktor alam, bencana iringan juga dapat terjadi seperti kemarau dan
kekeringan, suhu udara naik dapat menyebabkan kebakaran hutan, lahan dan pemukiman.
Curah hujan tinggi dan hutan gundul serta tata lingkungan yang buruk dapat
menyebabkan banjir bandang dan longsor.
Belum lagi bencana nonalam berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit yang selalu mengintai bangsa ini. Sebagai contoh: negeri ini sedang
menghadapi wabah penyakit coronavirus (covid-19) termasuk bencana nonalam yang
sudah ditingkat menjadi pandemi sesuai dengan pernyataan WHO. Status keadaan
darurat pun ditetapkan oleh pemerintah. Pada tingkatan nasional ditetapkan oleh Presiden
mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 1tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19).
Keputusan ini juga diturunkan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten kota dengan
peraturan Gubernur dan peraturan Walikota/Bupati.
Sriharini (2021: 158) menyatakan bahwa Indonesia seakan akan tidak pernah
terlepas dari kejadian bencana. Berbagai bencana datang silih berganti, dan menimbulkan
korban dan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap tahun tercatat ribuan orang
meninggal dunia, luka luka, dan mengungsi dari tempat tinggalnya, serta banyak lagi
kerugian-kerugian lain yang diakibatkan oleh bencana. Berbagai fasilitas umum dan hasil
hasil pembangunan yang dilaksanakan selama bertahun tahun roboh dan rusak sehingga
memerlukan biaya perbaikan yang cukup banyak. Sejumlah bencana alam tragis yang
menghantam Indonesia selama beberapa tahun terakhir seperti gempa bumi, letusan
gunung merapi, kekeringan, banjir, tanah longsor, stunami tidak hanya membawa
kesedihan karena kehilangan nyawa dan harta benda, tetapi meninggalkan trauma yang
luar biasa pada orang-orang yang terkena bencana.
Kondisi ini tentunya memerlukan peran berbagai pihak untuk mencari solusinya.
Salah satu yang dibutuhkan adalah peran perguruan tinggi. Pada prinsipnya, akademisi
menjadi satu bagian penting dalam pengurangan dan pengelolaan risiko bencana. Peran
paling pokok para akademisi dan badan ilmiah ialah lebih berfokus pada urusan
penyusunan skenario dan faktor-faktor risiko bencana. Termasuk bencana yang baru
muncul dalam jangka waktu menengah dan panjang melalui peningkatan penelitian.
Hanya saja, belum semua perguruan tinggi memiliki mandat tersebut dan turut
memberikan kontribusinya. Perguruan tinggi harus berperan melalui Pusat Studi Bencana
(PSB) yang mengembangkan riset dan inovasi sebagai solusi bencana, khususnya
mitigasi, tanggap darurat, rekonstruksi, dan rehabilitasi.
KAJIAN TEORETIS
Peran Perguruan Tinggi dalam Kehidupan Masyarakat
Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan tinggi sebagai
tingkat lanjut dari jenjang pendidikan menengah di jalur pendidikan formal. Hal ini
sesuai dengan pengertian perguruan tinggi menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat
1 yang menyatakan bahwa Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang
62
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
ada di Indonesia dapat berbentuk Politeknik, Sekolah Tinggi, Akademik, Universitas, dan
Institut. Pada setiap jenis perguruan tinggi tersebut biasanya memiliki sejumlah jurusan
atau program studi yang ditawarkan. Setiap calon mahasiswa yang akan memasuki suatu
perguruan tinggi, akan dihadapkan kepada pemilihan program studi atau jurusan yang
akan dimasukinya. Pemilihan program studi bagi mahasiswa merupakan saat-saat yang
menentukan masa depan dalam setiap fase kehidupan.
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan baik secara
akademis maupun keterampilan. Sebagai salah satu wadah pendidikan bagi generasi
bangsa. Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting daam pembentukan
karakter dan diaharapkan mampu mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas sehingga
mampu membawa bangsa Indonesia kearah yang lebih maju. Dalam pelaksananaan
pendidikan perguruan tinggi mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi diantaranya
yaitu pendidikan, penelitian, serta pengabidan kepada masyarakat. (Sayan Suryana, 2018:
368 lihat pula CHE, 2006:15).
Pertama, tugas pendidikan. Perguruan tinggi harus bisa mendidik masyarakat
menjadi lebih pintar, cerdas dan pandai. Dengan demikian, ketika masyarakat sudah
menjadi pintar, cerdas dan pandai akan menghasilkan kualitas manusia unggul.
Masyarakat akan lebih kreatif dan mandiri dalam memecahkan berbagai problematika-
problematika kehidupan seperti masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan lain
sebagainya. Dengan kemandirian masyarakat, setidaknya akan mengurangi pengaruh-
pengaruh luar yang notabene selama ini bukan menolong masyarakat. Namun sebaliknya
malah mencelakakan.
Kedua, tugas penelitian. Dengan misi ini, peran Perguruan tinggi bukan hanya
mentransfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat dengan mengakibatkan ekses dari
kondisi masyarakat tidak tahu menjadi tahu. Perguruan tinggi harus mampu meneliti
fenomena-fenomena sosial dan alam untuk menghasilkan satu penemuan-penemuan baru.
Dengan demikian, keilmuan yang ada bukan hanya ilmu yang statis melainkan ilmu yang
dinamis, aktual dan ilmu yang mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan
yang ada. Sehingga nantinya ada harmonisasi antara teori yang dipelajari di Perguruan
tinggi dengan realitas kehidupan masyarakat.
Ketiga, tugas pengabdian. Dengan misi ini, Perguruan tinggi diharuskan menjadi
bagian dari masyarakat. Tentunya, Perguruan tinggi harus dekat dengan masyarakat dan
paham terhadap realitas psikologis, sosiologis-antropologis, politis dan ekonomi
masyarakat. Perguruan tinggi harus membaurkan diri dengan masyarakat dalam
membimbing secara langsung terkait dengan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Perguruan tinggi harus bisa merubah masyarakat dari tidak berdaya menjadi masyarakat
berdaya, mandiri dan berbudaya.
Boulton dan Lucas (2008: 3) menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki
tanggung jawab dalam menopang dan meneliti ketidakpastian pengetahuan dan teori-
teori yang sulit untuk dipecahkan, perguraun tinggi harus mencari aplikasi praktis
melalui penelitian dengan menguji, menghidupkan kembali dan meneruskan pengetahuan
yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Perguruan tinggi diharapkan menjadi pewaris
63
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
64
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
PEMBAHASAN
Pengembangan Kapasitas dalam Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut: (1)
Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup; (2) Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban; (3) Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/
pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang
65
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
layak huni dan aman; (4) Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti
komunikasi/ transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan
kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana; (5) Mengurangi kerusakan
dan kerugian lebih lanjut; (6) Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Siklus manajemen bencana dibagi atas 3 kegiatan yaitu: (1) Pra Bencana (dengan
kegiatan: pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan); (2) Saat bencana (dengan kegiatan
tanggap darurat); dan (3) Pasca Bencana (dengan kegiatan: Rekonstruksi dan
Rehabilitasi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Benca
na
66
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
Saat
Bencana
Gambar 2: Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lihat pula Carter: 2008 dan Laura Ortíz,
et.al: 2014)
67
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
68
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
69
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
KESIMPULAN
Perguruan Tinggi memiliki kompetensi dan sumberdaya yang sangat besar dalam
membantu pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana alam. Peran
Perguruan Tinggi dalam penanggulangan bencana alam dapat dilibatkan dalam tiga
tahapan yaitu prabencana, saat bencana dan pascabencana. Pada prabencana pada situasi
tidak ada bencana perguruan tinggi dapat melakukan: (a) Perencanaan; (b) Pencegahan;
(c) Pengurangan resiko; (d) Pendidikan; (e) Pelatihan; (f) Penelitian; dan (d) Penataan
Tata Ruang. Sedangkan pada situasi terdapat bencana dilakukan beberapa hal: (a)
Mitigasi; (b) Peringatan Dini; dan (c). Kesiapsiagaan
70
Prosiding Mitigasi Bencana, Universitas Dharmawangsa, November 2021
Saat Bencana ada beberapa hal yang dapat dilakukan perguruan tinggi,
diantaranya: (a) Kajian Cepat; (b) Status Keadaan Darurat; (c) Penyelamatan dan
Evakuasi; (d) Pemenuhan kebutuhan dasar; (e) Perlindungan; dan (f) Pemulihan.
Sedangkan pascabencana ada beberapa hal yang dapat dilakukan perguruan tinggi, yaitu:
Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Badat, Saleem, (2009). The Role Of Higher Education In Society: Valuing Higher
Education. HERS‐ SA Academy 2009 University of Cape Town Graduate School
of Business Waterfront, Cape Town 14 September 2009.
Boulton, G. and Lucas, C., (2008), What are Universities For?, Leuven: League of
European Research Universities.
Carter, W. Nick. (2008) Disaster Management A Disaster Manager’s Handbook.
Mandaluyong City, Phil.: Asian Development Bank.
Council on Higher Education, (2006). A Good Practice Guide and Self‐ evaluation
Instruments for Managing the Quality of Service‐ Learning. Pretoria: Council on
Higher Education/Joint Education Trust.
Harini, Sri. 2020. Membangun Masyarakat Sadar Bencana. Jurnal Dakwah, Vol. XI No.
2, Juli-Desember 2020, hal. 157-171. Link https:// media.neliti.com/media/
publications/76324-IDmembangun-masyarakatsadar-bencana.pdf.
Laura Ortíz, et.al. (2014). Handbook for Disaster Assessment. Santiago, Chile: Printed at
United Nations.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Prihatin, Rohani Budi, (2021). Urgensi Membangun Masyarakat Sadar Bencana. Info
Singakat. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, http://puslit.dpr.go.id, Vol.
XIII, No. 2/II/Puslit/Januari/2021.
Rijanta, dkk. (2014), Modal Sosial dalam Manajemen Bencana, Yogyakarta: UGM.
Suryana, Sayan, (2018). Peran Perguruan Tinggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, Vol. 2 No. 2 (2018), 368-379.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
71