0% found this document useful (0 votes)
14 views14 pages

2786-Article Text-10723-1-10-20220929

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 14

IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 79 TAHUN 2018, TENTANG

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG KESEHATAN DI RSUD


KABUPATEN SUMEDANG

Eljawati
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
[email protected]

Abstract
IMPLEMENTATION OF PERMENDAGRI NUMBER 79 OF 2018, CONCERNING REGIONAL PUBLIC SERVICE
BODIES HEALTH SECTOR AT SUMEDANG DISTRICT HOSPITAL

This study aims to determine the extent of the implementation that can be carried out by the Sumedang
District Hospital in serving the Health Sector for the Sumedang District Community. This study used a
qualitative method with descriptive analysis, and the data sources were obtained from secondary data and
primary data. Secondary data was obtained from literature studies, documentation and scientific journals,
while primary data was obtained from interviews with relevant officials who manage the health sector at
Sumedang District Hospital and the community who need health services at Sumedang Hospital. The results
obtained, that in its operation the Sumedang Hospital is based on Law number 44 of 2009, concerning
Hospitals, and Permendagri number 79 of 2018, concerning Regional Public Service Agency (BLUD). The
conclusion is that Sumedang General Hospital was established by the Sumedang Regent as a Work Unit that
applies the financial management pattern of the Regional Public Service Agency (PPK-BLUD). And RSUD
Sumedang is supported by medical personnel and medical professionals who are skilled and professional. The
service is carried out 24 hours, with a service cycle that is well and precisely regulated, with a very humane
aspect of medical and paramedical personnel.
Keywords: BLUD, Health and Hospital

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui sejauhmana implementasi yang dapat dilakukan oleh
RSUD Kabupaten Sumedang dalam melayani Bidang Kesehatan bagi Masyarakat Kabupaten
Sumedang.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis diskriptif, dan sumberdata
diperoleh dari data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari kajian literature, dokumentasi-
dokumentasi dan jurnal -jurnal ilmiah, sedangkan data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan

102
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

pejabat terkait yang mengelola bidang kesehatan pada RSUD Kabupaten Sumedang dan Masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan di RSUD Sumedang. Hasil yang didapat, bahwa dalam operasionalnya
RSUD Sumedang berdasarkan Undang- Undang nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit, dan
Permendagri nomor 79 tahun 2018, tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Simpulan bahwa RSUD
Sumedang ditetapkan oleh Bupati Sumedang sebagai Satuan Kerja yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dan RSUD Sumedang didukung oleh tenaga medis
dan para medis yang memiliki ketrampilan dan profesional. Pelayanan dilakukan 24 jam, dengan siklus
pelayanan diatur secara baik dan tepat, dengan sangat humanis dari unsur tenaga-tenaga medis dan para
medis.
Kata Kunci: BLUD, Kesehatan dan Rumah Sakit

PENDAHULUAN
Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala Pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah mewakili daerahnya dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Dengan model atau bentuk kelembagaan berupa penyerahan kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah tersebu tmengisyaratkan adanya hubungan keuangan daerah dengan pusat. Hubungan
keuangan daerah dengan pusat tersebut menyangkut pengelolaan pendapatan (revenue) dan
penggunaannya (expenditure), baik untuk kepentingan pengeluaran rutin maupun pembangunan
daerah dalam rangka memberikan pelayanan publik yang berkualitas, responsibel dan
akuntabel. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa kebijakan perimbangan
keuangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah meliputi:
1. Pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah;
2. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan daerah; dan
3. Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian terpenting dalam terciptanya good
governance. Dr. Mardiasmo memberikan arahan dan acuan suatu sistem pengelolaan keuangan
daerah yang meliputi:
1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik. Hal ini tidak saja
terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi
juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan keuangan daerah.
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran
daerah pada khususnya.
3. Desentralisasi pengelolaan keuan- gan dan kejelasan peran serta par- tisipasi yang terkait
dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, Kepala Daerah dan perangkat daer- ah
lainnya.

103
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

4. Kerangka hukum dan administra- si bagi pembiayaan, investasi dan pengelolaan uang
daerah berdasar- kan kaidah mekanisme pasar value for money (merupakan jembatan
dalam menghantarkan pemerintah mencapai good governance, untuk mendukung
dilakukannya pengelo- laan dana publik diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah
dan anggaran daerah yang baik), trans- paransi (keterbukaan pemerintah dalam
membuat kebijakan sehing- ga dapat diawasi oleh DPRD dan masyarakat), dan
akuntabilitas (pengambil keputusan berperilaku sesuai dengan mandat yang diteri-
manya. Untuk ini, perumusan kebi- jakan bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan
tersebut dapat diakses dan dikomunikasikan).
5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, Kepala Daerah dan Pegawai baik rasio
maupun dasar pertimbangannya.
6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan anggaran
multitahun.
7. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang profesional.
8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, serta akuntan
publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran dan
transparansi informasi anggaran kepada publik.
9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan peran asosiasi dan
peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah
daerah.
10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap
penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian, serta
mempermudah mendapatkan informasi.

Dalam menggali sumber pendapatan daerah agar tetap sesuai dengan kaidah yuridis maka
ditetapkan dalam undang-undang, dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari:

a) Pajak Daerah;
b) Retribusi Daerah;
c) hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d) lain-lain PAD yang sah.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, salah satunya adalah pengelolaan
yang bersumber dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) merupakan sebuah badan yang dapat diberi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan
pelayanan kepada masyarakat, berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melaksanakan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Untuk memberikan pelayanan, badan layanan umum
melakukan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan daerah berdasarkan prinsip ekonomis, dan

104
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

produktifitas serta penerapan bisnis yang sehat. Sehingga penerapannya tidak boleh merugikan
masyarakat, dan apabila adanya keluhan dari masyarakat sedapat mungkin harus dapat diatasi
dan adanya solusi yang menguntungkan bagi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh badan
layanan umum sebagai unit kerja daerah bertujuan untuk pemberian layanan umum yang
pengelolaanya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang
bersangkutan. Oleh karena itu badan layanan umum merupakan bagian perangkat daerah,
dimana status badan hukum badan layanan umum tidak terpisahkan dari organisasi pemerintah
daerah.
Badan Layanan Umum Daerah merupakan satuan kerja perangkat daerah yang dibentuk
oleh Kepala Daerah untuk dapat melaksanakan tugas tertentu di bidang pelayanan publik dengan
berpedoman pada azas- azas sebagai berikut:
a) BLUD beroperasi sebagai unit kerja Pemerintah Daerah untuk tujuan pemberian layanan
umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi
induk yang bersangkutan.
b) BLUD merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan Pemerintah Daerah dan
karenanya status hukum BLUD tidak terpisah dari Pemerintah Daerah sebagai instansi
induk.
c) Kepala Daerah bertanggungjawab atas Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan
pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLUD dari segi manfaat layanan yang
dihasilkan.
d) Pejabat yang ditunjuk sebagai pengelola BLUD bertanggungjawab atas Pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Kepala Daerah.
e) BLUD menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
f) Rencana Kerja dan Anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLUD disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja SKPD/ Pemerintah Daerah.
g) BLUD mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat.

Dalam Pasal 68 ayat (2) Undang- Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
disebutkan bahwa kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang
tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan
Badan Layanan Umum yang bersangkutan. Kemudian dalam Pasal 68 ayat (4) Undang-
Undang No. 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum
pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis
dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang
pemerintahan yang bersangkutan. Status tidak terpisahkan dipertegas lagi dalam Pasal 69 ayat
(1) Undang- Undang No.1 Tahun 2004 yaitu rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan

105
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

dari rencanakerjadan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian


Negara/Lembaga/pemerintah daerah.
Dalam Pasal 69 ayat (3) Undang- Undang No. 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa
pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja dan anggaran tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan
anggaran Kementerian Negara/ Lembaga/ Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Kemudian
dalam Pasal 69 ayat (5) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat digunakan langsung untuk membiayai
belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan. Jika hal tersebut diterapkan ke dalam badan
layanan umum daerah maka pendapatan dari badan layanan umum daerah tidak disetorkan ke
kas daerah tetapi langsung digunakan untuk biaya operasional BLUD. Dalam Pasal 69 ayat (3)
Undang- Undang No. 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa pendapatan dan belanja Badan Layanan
Umum dalam rencana kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian Negara/ Lembaga/
Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Kemudian dalam Pasal 69 ayat (5) Undang-Undang No. 1
Tahun 2004 disebutkan bahwa pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan.
Jika hal tersebut diterapkan ke dalam badan layanan umum daerah maka pendapatan dari badan
layanan umum daerah tidak disetorkan ke kas daerah tetapi langsung digunakan untuk biaya
operasional BLUD.
Sebagai tindak lanjut atas peraturan di atas, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007, yang direvisi menjadi Permendagri No. 79
Tahun 2018, tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang
menjadi dasar dalam penerapan pengelolaan keuangan bagi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang ingin menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) harus memenuhi persyaratan substantif, teknis dan
administratif.
1. Persyaratan substantif SKPD yang menyelenggarakan layanan umum berupa:
a) Penyediaan barang dan/ atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan masyarakat;
b) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan mening- katkan
perekonomian mas- yarakat atau layanan umum; dan/atau
c) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat.
2. Persyaratan teknis SKPD yang menyelenggarakan layanan umum berupa:

106
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

a) Kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi Sekretaris Daerah untuk SKPD
atau kepala SKPD untuk Unit Kerja;
b) Kinerja keuangan SKPD atau Unit Kerja yang sehat.
3. Persyaratan administratif apabila SKPD atau unit kerja adalah membuat dan
menyampaikan dokumen yang meliputi:
a) Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
b) Pola tata kelola;
c) Rencana strategis bisnis;
d) Standar pelayanan minimal;
e) Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; dan
f) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Bidang Kesehatan pada Kabupaten Sumedang,
adalah ditunjuknya RSUD Sumedang sebagai Pengelolaan BLUD (PPK-BLUD) berdasarkan
Peraturan Bupati nomor 47 Tahun 2009, ditetapkan sebagai Satuan yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan Status Penuh. Dan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: SK.1501/MENKES/SK/X/2003. RSUD
Kabupaten Sumedang ditunjuk menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian BLUD dan PPK-BLUD
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit
Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, (PPK-BLUD) adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Manfaat Menjadi PPK-BLUD


Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berpotensi untuk mendapatkan imbalan secara signifikan terkait dengan pelayanan
yang diberikan, maupun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Satuan kerja
yang memperoleh pendapatan dari layanan kepada publik secara signifikan dapat diberikan

107
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan. Hal
ini merupakan upaya peng-agenan aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi
murni, tetapi oleh instansi pemerintah daerah yang dikelola “secara bisnis”, sehingga pemberian
layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif yaitu dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD. Karakteristik BLUD yang membeda- kan dengan unit kerja lainnya
adalah:
a) BLUD merupakan unit kerja yang menyediakan barang dan jasa langsung kepada
masyarakat.
b) BLUD menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan keuntungan. Artinya
seluruh pendapatan BLUD dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan pelayanan.
c) BLUD dijalankan dengan prinsip efisien dan produktivitas. Penyera- pan anggaran
bukanlah target karena surplus anggaran dapat digunakan kembali pada tahun
berikutnya untuk peningkatan kualitas layanannya.
d) Operasional BLUD bersifat fleksibel. Baik dalam pengelolaan keuangan maupun sumber
daya manusia. Adapun pendapatan dan surplus BLUD tidak perlu disetorkan lagi ke kas
daerah.
e) BLUD dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.

Asas-asas yang diterapkan pada BLUD meliputi:


a) BLUD bertujuan memberikan pelayananumumkepadamasyarakat berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
b) BLUD merupakan perangkat pen- capaian tujuan kementerian neg-
ara/lembaga/pemerintah daerah sehingga status hukum BLUD tidak terpisah dari
kementerian negara/ lembaga/pemerintah daerah.
c) Menteri /pimpinan lembaga/ gu- bernur/ bupati/ walikota bertang- gung jawab atas
pelaksanaan kebi- jakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikan kepada
BLUD dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
d) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLUD bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri/ pimpinan
lembaga/ gubernur/bupati/wali kota.
e) BLUD menyelenggarakan kegiatan- nya tanpa mengutamakan pencari- an keuntungan.
f) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLUD disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah.
g) BLUD mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat.
Badan layanan umum daerah adalah sistem yang diterapkan oleh satuan kerja perangkat daerah
atau unit kerja pada satuan perangkat daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya. Fleksibilitas BLUD dalam arti keleluasaan dalam
pola pengelolaan keuangan dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat. Tentunya dengan landasan tanpa mencari keuntungan dalam rangka

108
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan masyarakat. Inilah mengapa


BLUD itu sangat spesial dan berbeda dari SKPD lainnya dalam penerapan pola pengelolaan
keuangan karena adanya fleksibilitas yang dimilikinya. Bisa kita bandingkan bagaimana
perbedaannya contoh saja dari segi pengelolaan pendapatan.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang Menerapkan BLUD


Seluruh pendapatan dari jasa layanan yang BLUD terima ini masuk ke rekening BLUD
langsung tidak perlu ke kas daerah. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi BLUD dalam tujuannya
untuk meningkatkan pelayanan. SILPA tahun sebelumnya dapat diolah dan dimanfaatkan
langsung tanpa perlu menunggu laporan audit keluar, sedangkan OPD yang tidak menggunakan
sistem BLUD wajib menunggu laporan audit. APBD dapat diakui sebagai pendapatan BLUD dan
juga (walaupun BLUD yang sudah memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan) PEMDA
masih memiliki kewajiban untuk memberikan dana APBD dan bisa diakui sebagai pendapatan
BLUD.

RSUD Kabupten Sumedang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Daerah
Kabupaten Sumedang, terletak di jantung kota Kabupaten Sumedang antara 6º44’-70º83’ Lintang
selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan batas wilayah administratif sebagai berikut:
a) Sebelah Utara Kabupaten Indramayu.
b) Sebelah Selatan Kabupaten Garut.
c) Sebelah Barat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang.
d) Sebelah Timur Kabupaten Majalengka.

RSUD Kabupaten Sumedang merupakan Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan sejak
Tanggal 27-10-2004 DENGAN NO SK 1501/MENKES/SK/ X/2003, berdiri di atas tanah seluas
18.512,90 m². Berawal dari RSUD unit swadana pada 1 Juli 1993, Pada tanggal 1 April 2009 RSUD
Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai satuan kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Status Penuh berdasarkan Peraturan
Bupati Sumedang No. 47 Tahun 2009. RSUD Sumedang mendapatkan Akreditasi versi 2012 lulus
tingkat paripurna pada tahun 2015 dan pada tahun 2018 lulus Akreditasi versi SNARS.
Berdasarkan permasalahan dan kajian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan kajian
dengan judul Imple- mentasi Permendagri nomor 79 Ta- hun 2018, Tentang Badan Layanan
Umum Daerah Bidang Kesehatan di RSUD Kabupaten Sumedang. Tujuan Penelitian ini adalah:
Ingin mengetahui sejauh mana Implementasi BLUD Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah
di Kabupaten Sumedang, apakah sudah merujuk kepada Permendagri 79 Tahun 2018, Tentang
Pedoman Badan Layanan Umum Daerah Bidang Kesehatan.
METODE

109
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian kualitatif, dengan
pendekatan dan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2011), penelitian deskriptif adalah
sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau
fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah
secara aktual. Maka metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena, misalnya kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab
masalah secara aktual. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa metode penelitian
deskriptif sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat,
tepatnya pada RSUD Kabupaten Sumedang.
Sumber Data Penelitian
Sumber data diperoleh dari data sekunder dan data primer, adapun data sekunder
didapat dari kajian literature- literature, dokumentasi-dokumentasi dan jurnal-jurnal ilmiah
serta media cetak dan media elektronik, Sedangkan data primer diperoleh dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait secara langsung dalam pelayanan Badan Layanan
Umum Daerah pada RSUD Kabupaten Sumedang.
Teknis Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


RSUD Kabupaten Sumedang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten
Daerah Kabupaten Sumedang, terletak di jantung kota Kabupaten Sumedang antara 6º44’-70º83’
Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan batas wilayah administratif sebagai
berikut:
a) Sebelah Utara Kabupaten Indramayu.
b) Sebelah Selatan Kabupaten Garut.
c) Sebelah Barat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang.
d) Sebelah Timur Kabupaten Majalengka.

110
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

RSUD Kabupaten Sumedang merupakan Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan sejak Tanggal 27-
10-2004 DENGAN NO SK 1501/MENKES/SK/X/ 2003, berdiri diatas tanah seluas 18.512,90 m².
Berawal dari RSUD unit swadana pada 1 Juli 1993, Pada tanggal 1 April 2009 RSUD Kabupaten
Sumedang ditetapkan sebagai satuan kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Status Penuh berdasarkan Peraturan
Bupati Sumedang No. 47 Tahun 2009. RSUD Sumedang mendapatkan Akreditasi versi 2012 lulus
tingkat paripurna pada tahun 2015 dan pada tahun 2018 lulus Akreditasi versi SNARS.
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit, dimana tugasnya adalah
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna
adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terdiri dari promotif, preventif, dan rehabilitative.
Fungsi rumah sakit adalah:
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna.
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Jenis Rumah Sakit


Jenis rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan:
1) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit;
2) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit
tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dapat dikelola oleh pemerintah daerah dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan rumah
sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas
atau Pesero. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Berdasarkan Undang- Undang No. 44 Tahun
2009, Tentang Rumah Sakit, dimana dalam penyelenggaraannya memiliki jenjang dan fungsi
rujukan sebagai berikut dan dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan rumah sakit:

111
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

a) Rumah Sakit Umum kelas A, dimana rumah sakit umum kelas A, merupakan rumah sakit
umum yang memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sangat spesialisasi luas
dan subspesialisasi luas;
b) Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya ada sebelas spesialistik luas dan
subspesialistik luas;
c) Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang memiliki fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar;
d) Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RI, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang, pada pelayanan IGD, telah sesuai dan memenuhi
apa yang disyaratkan berdasarkan Undang- Undang 29 Tahun 2004,dan Undang- Undang 44
Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit. Serta Permendagri nomor: 79 Tahun 2018, tentang Badan
Layanan Umum Daerah Bidang Kesehatan. Faktor Kualitas pelayanan Jasa Kesehatan pada
Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang, dapat dikatakan sangat baik, dan memenuhi standar
berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit dan Undang-Undang No.
29 Tahun 2004, Tentang Praktik Kedokteran, dimana seorang dokter wajib melakukan
pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan. Dimana pelayanan kesehatan dilakukan 24 jam,
secara terus menerus, dengan tenaga medis dan para medis bertugas dan berjaga secara
bergantian diatur sedemikian rupa, sehingga tidak ada tenaga medis dan para medis yang
meninggalkan tugas di saat jam bertugasnya. Pelayanan dilakukan dengan 5 demensi pelayanan
yang meliputi:
a) Tangibles. Kualitas jasa yang ditentukan dengan melihat penampilan fisik, peralatan,
penampilan karyawan, dan sarana komunikasi yang ada.
b) Empathy. Adanya kesediaan dari karyawan untuk peduli, memberikan perhatian khusus
yang bersifat pribadi, kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan
memahami kebutuhan pelanggan.
c) Responsiveness. Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan
memberikan pelayanan serta penanganan keluhan dengan cepat tanggap.
d) Reliability. Kemampuan untuk memberikan dan melaksanakan jasa/ pelayanan sesuai
yang dijanjikan secara akurat, tepat, dan dapat diandalkan. Keandalan mencakup dua hal
pokok, yaitu; konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependability). Perusahaan harus mampu memberikan pelayanan secara tepat semenjak
pertama dan memenuhi janjinya.
e) Assurance. Berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan karyawan
dalam menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan.
f) Kondisi Instalasi Gawat Darurat (UGD) yang dimiliki oleh RSUD Sumedang dapat
dikatakan, melayani Masyarakat berlangsung 24 jam secara terus menerus, dengan
bantuan tenaga medis dan paramedis yang memiliki pengalaman, sehingga Masyarakat
yang membutuhkan pelayanan pada UGD RSUD Sumedang dilakukan dengan baik,

112
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

khususnya pada pasien darurat yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat,
sehingga pasien dan masyarakat merasakan puas atas pelayanan yang dilakukan pada
RSUD Sumedang. Jika ada pasien yang memiliki penyakit yang serius, RSUD Sumedang
bekerjasama dengan Rumah Sakit –rumah sakit tipe A, yang berada di Kota Bandung.

Penanganan-penanganan pasien yang dilakukan pada RSUD Sumedang meliputi:


1) Jenis Pelayanan emergency yang paling sering dilakukan:
a) Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan henti jantung;
b) Penanganan pasien sesak napas;
c) Penanganan pasien kecelakaan,
d) Penanganan serangan jantung/ payah jantung;
e) Penanganan pasien dengan luka-luka;
f) Penanganan pasien dengan sakit perut hebat;
g) Penanganan medis korban bencana /disaster;
h) Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak;
i) Penanganan pasien keracunan;
j) Penanganan kasus Stroke;
k) Penanganan pasien dengan pendarahan;
l) Penanganan pasien cedera, Mis. cedera tulang, cedera kepala, dll.
2) Fasilitas Gawat Darurat yang tersedia meliputi:
a) Ruang Tunggu
b) Ventilasi Mekanik
c) Defibrilator
d) Bedside Monitor
e) Pulse Oxymeter
f) Monitor Tekanan Darah
g) Elektrokardiografi (EKG)
h) Peralatan Resusitasi.

Penanganan pasien pada tingkat UGD dilakukan oleh tenaga para medis yang mempunyai
pengalaman dan dibantu tenaga administrasi yang professional, sehingga apabila ada pasien yang
datang cepat dilayani dengan cara humanis, dan profesional. Jika pasien memerlukan perawatan
lanjutan pasien segera dirujuk, sesuai dengan keinginan pasien, jika ruang rujukan penuh maka
tenaga perawat akan memberitahukan dengan santun dan pasien ditawarkan untuk sementara
dirawat di ruang lainnya. Dan apabila sudah ada, maka pasien diberitahu apa akan pindah sesuai
keinginannya. Tarif yang dikenakan didasarkan kepada peraturan daerah Kabupaten Sumedang,
jadi RSUD tidak dapat semena-mena mengenakan tarif pada pasien, karena RSUD merupakan
bentuk BLUD yang dimiliki Kabupaten Sumedang yang tugas pokok dan fungsinya adalah
melayani masyarakat pada bidang kesehatan, tidak semata- mata mencari laba.

113
JEKP ( Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik ) Vol. 8, No. 2, Desember 2021: 102-115
Fakultas Manajemen Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri
website: ejournal.ipdn.ac.id/JEKP, e-ISSN 2685-6069

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan analisis dalam hasil dan bahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Dalam operasionalisasinya RSUD Kabupaten Sumedang telah memenuhi sebagaimana
yang diinginkan dan dituangkan dalam Permendagri nomor 79 Tahun 2018, Tentang
Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan.
2) Rumah Sakit Sumedang ditetapkan oleh Bupati dengan ditetapkan sebagai PPK BLUD,
dasar Peraturan Bupati nomor: 47 Tahun 2009, dengan Status Penuh sebagai Pengelola
Keuangan BLUD Bidang Kesehatan di Kabupaten Sumedang.
3) Dukungan fasilitas secara medis dan non medis serta tenaga para medis dan tenaga
medis yang bertanggungjawab dalam operasionalisasinya didukung secara memadai
dan dengan dukungan SDM yang memiliki ketrampilan dan profesionalisme yang tinggi,
penuh rasa tanggung jawab.
4) Dalam Pengelolaan keuangan BLUD dilakukan secara terbuka, transparan dan akuntabel
dan dapat dipertanggungjawabkan.
5) Pada inti pokoknya Implementasi yang dilakukan RSUD Kabupaten Sumedang, sudah
merujuk kepada Permendagri nomor 79 Tahun 2018, tentang Badan Layanan Umum
Daerah Bidang Kesehatan.

SARAN/REKOMENDASI
Walaupun kondisi RSUD sudah memenuhi syarat dan standar seperti apa yang
diisyaratkan dalam Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Rumah Sakit dan Permendagri
No. 79 Tahun 2018, Tentang BLUD, RSUD Sumedang kiranya dapat mempertahankan kinerja
yang sudah baik, dan memperbaiki serta menyempurnakan beberapa ruang rawat inap dengan
perlengkapan medis yang lebih lengkap, agar dapat dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Kabupaten Sumedang. Untuk mempertahankan kualitas pelayanan di RSUD
Sumedang, perlu adanya evaluasi secara berkala terhadap kinerja dan pelayanan pada RSUD
Sumedang, agar dapat dengan cepat diketahui jika ada kekurangan dan kelemahan yang ada.
Walaupun RSUD Kabupaten Sumedang, saat ini beroperasinya merujuk kepada Permendagri
nomor 79 Tahun 2018, Tentang BLUD Bidang Kesehatan, namun untuk menjaga konsistensi dan
kualitas pelayanan tetap baik, diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian dari dinas-dinas
terkait dan pengawasan dari Masyarakat. Keikutsertaan Masyarakat dalam turut serta
mengawasi operasionalisasi RSUD Kabupaten Sumedang, wujud dari adanya partisipasi aktif
Masyarakat di Kabupaten Sumedang.

114
Eljawati Implementasi Permendagri Nomor 79 Tahun … ….

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Wiwied, 2012, Sistem Penganggaran Rumah Sakit, diakses 10 September 2015,
http://han y aceritahidup. blogspot.co.id/2012/02/sistem- penganggaranrumah-
sakit.html
Amirya, Djamhuri, dan Ludigdo, 2012, Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi Badan
Layanan Umum Universitas Brawijaya, Sebuah Studi Interpretif.
Hag, A.A. Ensiklopedia Perbendaharaan Badan Layanan Umum. Jakarta: Nusa Mesia. 2009
Maharani, A., 2013, Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, Jurnal Penelitian UNS, Vol. 1, No. 3, Hal 110.
Marsono. Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik: Melalui Kebijakan Badan Layanan
Umum (BLU). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 2009.
Meidyawati, 2011, Analisis Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Modul Badan Layanan Umum, Dirjen Perbendaharaan, Jakarta Tahun 2013.
Sari, Maylina Pramono dan Raharja, 2011, Peran Audit Internal dalam Upaya Mewujudkan Good
Corporate Governance pada Badan Layanan Umum (BLU) di Indonesia.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta
Sumantri, 2013, Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Badan Layanan Umum Berdasarkan
Kualitas SDM, Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 3, Mei 2013
Umum (PPK-BLU) pada Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, Tesis, Universitas Sumatera
Utara

Peraturan-Peraturan dan Undang- Undang:


Undang-Undang 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Rumah Sakit
Undang-Undang 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit
Undang-Undang 32 Tahun 2004, yang direvisi menjadi Undang-Undang 23 Tahun 2014, Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Permendagri No. 79 Tahun 2018, Tentang BLUD
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007, yang direvisi menjadi Permendagri No. 79
Tahun 2018, tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah

115

You might also like