233-Article Text-418-1-10-20210804
233-Article Text-418-1-10-20210804
233-Article Text-418-1-10-20210804
AGROPROSS Publisher :
National Conference Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
Proceedings of Agriculture ISBN : 978-623-94036-6-9
DOI : 10.25047/agropross.2021.234
ABSTRACT Keywords:
Bacterial leaf blight (HDB) is one of the important diseases of rice plants with yield losses reaching 15-80%.
Microclimate manipulation through cropping pattern techniques is one of the efforts to control this disease. Oryza sativa;
Therefore, in this study, the cause of HDB disease will be identified in a combination of system of rice
intensification (SRI) and jajar legowo planting patterns. The research was conducted at the Center for polymerase
Forecasting Plant Pest Organisms (BBPOPT), Jatisari, Karawang from August to September 2020. The chain reaction;
combination of plant patterns consisted of (1) SRI with a 2:1 combination of jarwo, (2) SRI with a 3:1
combination of jarwo, (3) SRI with combination of jarwo 4:1, (4) SRI with combination of jarwo 5:1, (5) SRI Xanthomonas
without combination, and (6) system of tanem Tegal (conventional). Each tile was then divided into 5 sub-plots oryzae pv.
as replicates (1 point in each corner of the tile and 1 point in the middle of the tile). Symptoms, incidence and oryzae
severity of disease were observed in each subplot. Plants showing symptoms were then identified molecularly
by polymerase chain reaction (PCR) technique including total DNA extraction and nucleotide amplification
using forward primer pair (F: CCTCTATGAGTCGGGAGCTG) and reverse primer (R:
ACACCGTGATGCAATGAAGA). The results of the observations showed symptoms in the form of gray spots
on the edges of the leaves which then developed towards the base of the leaves on one or both sides of the
leaves. Subsequently the leaves become irregular and dry out. The incidence of HDB disease was 81.67 – 95%,
while the severity of the disease was 27.97 – 42.44% in all crop patterns. Identification by PCR technique
showed that the cause of HDB disease was Xanthomonas oryzae pv. oryzae amplified in the band size 230 –
250 bp.
letakkan pada loading block dan beri - Nyalakan power supply dengan
tabel. menekan tombol pada posisi “on”
- Campur PCR mix dalam mikrotube 1,5 proses berlangsung selama 1-2jam
mL sesuai dengan jumlah sampel, - Lakukan pengamatan, apabila loading
kecuali template DNA. dye telah mencapai separuh ukuran
- Distirbusikan kedalammikrotube 0,2 gel, berarti proses elektroforesis sudah
mL masing masing 23 μL. Tambahkan selesai dan tekan tombol off.
2 μL template DNA kedalam masing
masing mikrotube sehingga total d) Tahap Visualisasi DNA
voulem menjadi 25 μL. - Tuangkan 200 mL larutan TBE 1 X
Amplifikasi DNA pada mesin PCR Buffer pada boks plastik
- Masukkan seluruh mikrotube pada - Ambil larutan ethidium bromida
mesin PCR dengan perbandingan 1 μl: 10 ml
- Klik start pada program. Mesin akan (Misal volume larutan TBE 1 x Buffer
mati secara otomatis ketika proses 100 mL, maka larutan EtBrr yang
sudah selesai. Simpan hasil amplifikasi diambil adalah 10 μl.
DNA pada freezer dengan suhu - Tuangkan larutan EtBr tersebut pada
minimum -200C. Hasil amplifikasi larutan TBE 1 X Buffer
DNA siap untuk dielektroforesis - Letakkan gel agarose yang etrdiri DNA
pada larutan hingga terendam
c) Tahap Elektroforesis - Tutup rapat box plastik. Diamkan
- Masukkan gel agarose 2% kedalam selama 45menit. Angkat gel dari
tangki horizontal gel electrophoresis larutan. DNA siap divisualisasi
system. Masukkan larutan TBE 1x
buffer ke dalam tangki sampai gel Rancangan dan analisis data
agarose terendam Rancangan yang digunakan adalah
- Siapkan selembar kertas parafilm Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non
ukuran 5 cm x 10 cm. Cairkan loading faktorial, terdiri atas 6 taraf yaitu, SRI
dye dengan cara menggosok gosokkan dengan kombinasi jajar legowo 2:1 , SRI
pada telapak tangan dengan kombinasi jajar legowo 3:1, SRI
- Ambil 1μl loading dye diatas parafilm dengan kombinasi jajar legowo 4:1, SRI
(siapkan sebanyak sampel yang akan di dengan kombinasi jajar legowo 5:1, SRI
loading termasuk marker dan control). tanpa kombinasi, sistem tanam tegal
- Tambahkan 8μl DNA sampel atau (konvensional). Setiap unit percobaan
marker pada loading dye terdiri atas 15 tanaman dan diulang
sebanyak 6 kali sehingga total tanaman 90.
- Lakukan resuspensi menggunakan Adapun analisis data yang digunakan
mikropipet untuk mencampur loading adalah sidik ragam (ANOVA) dengan
dye dan sampel menggunakan Uji Lanjut BNJ (Tukey)
- Masukkan sampel yang telah dengan menggunakan taraf sebesar 5%.
diresuspensi ke dalam sumuran pada gel Perhitungan dilakukan dengan
agarose dengan urutan marker, sampel, menggunakan aplikasi SAS.
kontrol positif, dan kontrol negatif
- Tutup tangki elektroforesis, hubungkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan power supply Hasil pengamatan penyakit hawar
- Atur voltase pada 100 Volt. Atur kuat daun menunjukkan bahwa gejala yang
arus pada 100 ampere muncul berupa bercak abu-abu pada tepi
daun, bentuk tidak beraturan, kemudian
gejala berkembang ke arah bawah daun dan dapat dikenali dengan munculnya
yang meliputi kedua sisi daun dan eksudat bakteri dari bekas potongan daun
berwarna merah keabu-abuan, kemudian (Gambar 1).
daun mengering berwarna keabu-abuan,
sering keluar ke permukaan bercak berupa dalam Marsidah, 2002) bahwa koloni
cairan berwarna kuning dan pada siang hari bakteri adalah bulat, cembung, berwarna
setelah kering menjadi bulatan kecil kuning keputihan sampai kuning jerami
berwarna kuning. Eksudat ini merupakan dengan bagian permukaan dan tepi koloni
kumpulan massa bakteri yang mudah jatuh halus dan berwarna terang. Bakteri
dan tersebar oleh angin dan gesekan daun. mengeluarkan pigmen berwarna kuning
Percikan air hujan menjadi pemicu yang tidak dapat dilarutkan ke dalam air
penularan yang sangat efektif (Ou 1985, (insoluble).
Mew 1989, Suparyono dan Sudir 1992). Setelah didapat biakan murni,
Pengamatan gejala tidak cukup kemudian isolat bakteri diremajakan pada
untuk memastikan penyakit pada suatu media XA (Xanthomonas Agar) (Gambar
tanaman, sehingga diperlukan proses 3).
identifikasi penyebab penyakit. Sebelum
mengidentifikasi, maka penyebab penyakit
harus diisolasi terlebih dahulu untuk
memisahkan antara bakteri penyebab HDB
dengan daun padi yang terinfeksi. Hasil
isolasi pada media XA ((CaCO3 30 g/L,
glukosa 10 g/L, yeast extract 5 g/L, dan
agar 15 g/L menunjukkan bahwa ada
koloni bakteri yang tumbuh (Gambar 2)
Koloni bakteri yang muncul
memiliki karakteristik berbentuk bulat, Gambar 2. Hasil isolasi bakteri Xoo
cembung, berwarna kuning keputihan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan (Goto, 1990
M 1 2 3 4
Gambar 4. Visualisasi Pita DNA Hasil Amplifikasi dengan Primer F Dan R Pada Gel
Agarosa 1.5%. M = Penanda DNA Ladder 100 Bp; 1, 2, 3,4 : Sampel Daun Padi