Sistem Kemudi & Rem
Sistem Kemudi & Rem
Sistem Kemudi & Rem
MECHANIC DEVELOPMENT
PT KARUNIA MANDIRI BERKARYA
DAFTAR I S I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. Engine
2. Torque converter
3. Universal joint
4. Transmission
5. Transmission control valve
6. Bevel pinion
7. Steering clutch
8. Steering brake
9. Sprocket
10. Track
11. PTO
P1 : Work equipment pump
P2 : Torqflow pump
P3 : Steering pump
Pada dasarnya bevel gear berfungsi untuk merubah putaran horisontal yang datang
dari transmisi ( pinion gear ) dirubah menjadi putaran yang melintang selanjutnya
diteruskan ke steering clutch yang memungkinkan unit bisa bergerak. Selain itu
bevel gear juga berfungsi untuk mereduksi putaran yang datang dari pinion
transmissi.
Umumnya ada 3 type bevel gear yang digunakan pada alat-alat berat
maupun industri.
Pada bevel gear dan pinion selalu diukur : pre load, backlash dan tooth contact.
Pre load, backlash dan tooth contact tersebut akan mempengaruhi mekanisme
kerja dari bevel gear. Oleh sebab itu harus diperhatikan betul metode
adjustmentnya
Ada 2 type adjustment untuk alat-alat berat merk Komatsu, yaitu dengan
menggunakan nut dan menggunakan shim, tapi pada dasarnya semua sama.
1. Pre Load.
Setiap komponen yang menggunakan cones bearing selalu diukur pre
loadnya. Ada dua type pengukuran yaitu dengan pinion yang terpasang atau
tanpa menggunakan pinion. Bila pinion tidak terpasang maka yang diukur
adalah pre load memakai satuan kilogram (Kg).
Bila pinion terpasang maka yang diukur adalah rolating torque memakai
satuan kilogram meter ( Kgm ).
2. Backlash.
Backlash adalah hubungan ( contact ) kedua gigi, dalam hal ini adalah antara
gigi bevel gear dan gigi pinion, Setiap contact gigi mempunyai standard
masing-masing sesuai dengan
specnya. Backlash tidak boleh terlalu besar dan juga tidak boleh terlalu kecil,
hal ini akan menyebabkan keausan yang tidak normal pada gigi-giginya.
Bila backlash terlau besar, maka akan terjadi ketukan yang berlebihan
sehingga menyebabkan suara ribut dan cepat ausnya gigi tersebut apabila
terjadi perpindahan speed dari maju ke mundur.
Demikian juga apabila backlash teralu kecil, beban gigi terlalu besar, hal ini
akan menyebabkan keausan yang tidak normal pada gigi tersebut.
BEVEL GEAR I-6-8
Dengan catatan jangan dikurangi atau ditambahkan shim lagi karena akan
mempengaruhi pre load
3. Tooth Contact.
Tooth contact adalah sentuhan gigi pinion terhadap gigi bevel gear dimana
sentuhannya harus rata da 80 % dari permukaannya karena beban yang
diterima sangat besar ( lebih besar dari 30 % ). Bila tooth contact lebih kecil,
maka gigi akan cepat aus, hal ini akan mengakibatkan unit cepat break down.
a. Toe Contact.
Jika bevel pinion terlalu jauh dari bevel gear, maka contact yang terjadi
hanya sebagian pada permukaan bevel gear yaitu cenderung terkena
di bagian sisi luar permukaan bevel gear. Tindakannya gerakan pinion
masuk dengan cara menambah shim pada cover transmisi, kemudian
pindahkan shim sebelah kanan dari bevel gear ke sebelah kiri dengan
tebal yang sama dengan tebal shim di pinion tadi.
b. Heel Contact.
Terjadi apabila pinion terlalu masuk, maka contact yang terjadi hanya
sebagian pada permukaan bevel gear, yaitu cenderung terkena pada sisi
bagian dalam bevel gear.
Tindakan, gerakan pinion keluar dengan cara mengurangi tebal shim pada
cover transmisi, kemudian pindahkan shim sebelah kiri dari bevel gear ke
sebelah kanan dengan tebal yang sama dengan shim yang dikurangi.
Sistem kemudi ( steering ) adalah suatu sistem pengendalian unit yang digunakan
untuk membelokkan arah dari gerak lurus menjadi ke kiri atau ke kanan sesuai
dengan kehendak operator. Pergerakkannya dari 0 derajat sampai dengan 360
derajat.
Bermacam-macam type steering pada alat-alat berat. Baik yang menyangkut wheel
tractor maupun crawler tractor.
Mechanical
Orbital type
Full hydraulic
Follow up linkage
Mechanical
Mechanical
Clutch Semi hydraulic
( Crawler Tractor ) Spring loaded I
Full hydraulic
STEERING SYSTEM II - 2 - 59
Steering type ini yang dibelokkan adalah roda depan ( truck, motor grader atau
roda belakang / forklift ).
1. Mechanical.
Gearbox Mechanism.
Cara kerja :
Pada saat steering wheel diputar, maka worm shaft akan ikut berputar.
Dengan berputarnya shaft maka ball nut sassy bergerak ke atas atau ke
bawah, tergantung kepada arah putaran steering wheel.
Apabila ball nut bergerak maka selector shaft akan berputar sehingga pitman
arm akan bergerak .
Apabila ball nut bergerak maka selector sahaft akan berputar sehingga
pitman arm akan bergerak.
b. Integral Type.
Pada integral type steering, gear box assy terdiri atas komponen
directional control valve ( control valve assembly ), piston dan gear box
( power cylinder assembly )
Cara kerja :
Pada saat steering wheel tidak dibelokkan, oil dari pump mengalir ke
tank.
Piston akan bergerak turun apabila beban pada sector shaft kecil akan
tetapi apabila beban pada sector shaft besar maka worm shaft akan
bergerak naik kearah atas ( ) begitu juga directional control valve
akan bergerak kearah atas ( ), maka akibatnya oil dari pump akan
diarahkan oleh directional control valve ke chamber B (Upper cylinder
chamber). Dengan demikian masuknya oil ke chamber, mak tekanman
di chamber B menjadi naik, sehingga akan mendorong ball screw
kearah bawah ().
STEERING SYSTEM II - 8 - 59
Pada saat bersamaan oil dari chamber A akan didrain ke tank sewaktu
ball screw piston akan bergerak kebawah, maka sector shaft akan
didorong, sehingga akan berputar seperti pada gambar diatas, pada
saat yang bersamaan juga directional control valve akan bergerak
kearah bawah () yang berfungsi untuk menetralkan kembali saluran
oil pada directoional control valve agar jangan sampai oil disupply terus
menerus ke chamber B ( harus proportional ). Pada saat steering
diputar kearah kanan, maka kejadiannya akan berlawanan seperti yang
telah diterangkan diatas.
c. Combined Type.
Cara kerja :
Pada saat steering wheel posisi seperti pada gambar diatas, maka oil
dari pump akan melewati demand valve selanjutnya mengalir ke port
C. Pada directional control valve karena posisi control valve sedang
netral maka oil tersebut akan mengalir ke drain melewati port A dan B.
Apabila steering wheel diputar seraah jarum jam, maka pitman arm
akan bergerak kearah , sehingga spool A akan terdorong kearah
akibatnya port C akan mengarahkan oil ke chamber E dan port B akan
berhubungan dengan chamber D.
Karena oil masuk ke cahamber E, maka cylinder akan bergerak kearah
, maka roda depan berbelok kearah kanan ( seperti terlihat pada
gambar ). Pada saat yang sama oil dari chamber D akan didrain ke
tank melewati port B. Sewaktu cylinder bergerak kearah , maka
control valve akan dinetralkan kembali agar oil dari pump tidak disupply
terus menerus ke port E ( proportional ).
3. Full Hydraulic.
Pada rod dan linkage full hydraulic steering system terdiri dari dua type,
yaitu :
a. Follow up linkage.
b. Orbitroll.
a. Follow Up Linkage.
Pada sistem ini roda depan digerakkan denga tenaga hidrolik sehingga
apabila engine mati, roda depan tidak akan dapat belok sekalipun
steering wheel diputar ( kecuali apabila dilengkapi emergency pump,
digerakkan dengan tenaga listrik dari battery )
Lokasi antara gear box, steering control valve serta cylinder terpisah
satu sama lain. Sedangkan fungsi dari follow up linkage adalah untuk
menetralkan kembali steering control valve, agar jangan sampai
disupply terus ke cylinder, sehingga akan diperoleh gerakan yang
selaras antara banyaknya putaran steering wheel dengan sudut belok
roda depan ( proportional ).
STEERING SYSTEM II - 12 - 59
Karena oli masuk ke dalam cylinder port A, maka roda depan akan
belok iri. Dengan beloknya roda maka posisi center lever akan
berubah, perubahan dari center lever akan diteruskan ke lever B dari
rod B. Dimana rod B akan bergerak kearah , akibatnya dari
bergeraknya rod B kearah , maka rod A akan bergerak kearah
untuk menetralkan kembali steering control valve ( proportional ). Pada
saat rod B bergerak kearah dan rod A bergerak kearah , posisi
lever D tidak berubah ( tetap diam ) lever D akan berubah posisi
apabila gerakan steering wheel dirubah.
STEERING SYSTEM II - 15 - 59
b. Orbitrol Type
Orbitrol type berfungsi sebagaiu directional control valve untuk
mengarahkan aliran oli pada saat engine bekerja ( pump bekerja ),
sedangkan saat engine mati orbitrol akan berfungsi sebagai hand pump
dan directional control valve.
Cara Kerja :
Pada saat steering wheel diputar, maka valve orbitrol akan bergerak.
Pergerakkan valve ini terbatas, karena adanya slot yang mengunci
antara valve & Sleeve. Dengan pergerakkan tersebut. Maka posisi di
valve akan berubah sesuai dengan pergerakkan steering wheel tadi.
Sehingga oli yanng disupply oleh pump akan diarahkan dari valve ke
trochoid selanjutnya ke cylinder.
B. ARTICULATED SYSTEM.
1. Follow Up Linkage.
C C’ C’ C
B B’
B’ B
A A’ A’ A
Cara kerja :
Apabila steering wheel tidak diputar maka posisi dari follow up linkage seperti
pada gambar a. Sedangkan apabila steering wheel diputar kearah
berlawanan dengan jarum jam ( belok kiri ), maka titik B akan pindah menjadi
pada posisi B dan titik C berpindah posisi menjadi Csehingga steering C/V
akan mengarahkan aliran oli agar berbelok kearah kiri.
Demand Valve.
Demand valve berfungsi untuk menjaga agar aliran oli yang sistim steering
selalu konstan.
Pada saat putaran engine sedang ( medium ), sirkuit steering disuply oleh
steering pump dan sebagian dari work equipment pump ( switch pump ).
Kelebihan oli yang tidak diberikan ke sirkuit steering ini disalurkan ke work
equipment. Dengan demikian jumlah oli yang dibutuhkan oleh sirkuit steering
terpenuhi.
Pada waktu engine putaran tinggi, sirkuit steering harus disupply oleh
steering pump. Sedangkan work equipment pump melayani work equipment
circuit saja.
STEERING SYSTEM II - 19 - 59
2. Orbitroll Type.
Neutral.
OPERATION.
C. CLUTCH SYSTEM.
Type steering ini digunakan pada Bulldozer dan dozer Shovel. Dimana dalam
pengendaliannya menggunakan clutch yang terdiri dari disc plate yang tersusun
antara inner drum dan outer drum.
Cara pengoperasian dari steering yang menggunakan type ini, agar unit dapat
belok maka antara disc dan plate harus direnggangkan ( disengaged ).
Sehingga putaran dan tenaga dari transmisi tidak diteruskan ke salah satu final
drive. Perenggangan ( disengaged ) dari clutch tersebut dapat dilakukan
dengan bantuan tenaga hidrolik ataupun tenaga mekanis.
1. Engine
2. Main clutch
3. Universal joint
4. Transmission
5. Steering clutch
6. Steering brake
7. Sprocket
8. Track
9. P.T.O
P1 : Work equipment
pump
P2 : Main clutch pump
and steering pump
Clutch System
3. Full Hydraulic
Engage : Oil pressure
Disengage : Oil pressure
2. Mekanisme Pergerakkan.
a. Mechanical Type.
Mekanisme pergerakkan sepenuhnya oleh tenaga operato, sehingga
apabila unit akan dibelokkan maka untuk meggerakkan pressure plate
melawan kekuatan spring memakai tenaga operator itu sendiri. Pada
posisi normal spring selalu menekan pressure plate agar disc dan plate
dalam keadaan engage, mechanical type kebanyakan dipakai unit - unit
kecil yaitu D10, D20 - 3, D30 - 15, D50 - 11, 15, D31 - 16, D53 - 15.
STEERING SYSTEM II - 24 - 59
DISC : Terbuat dari baja, bagian luar diberi lapisan bronze yang
berguna untuk mengurangi keausan. Disc ini berfungsi
sebagai friction plate dan duduk pada spline outer drum.
PLATE : Terbuat dari baja tahan karat serta tahan temperatur tinggi.
Plate ini berfungsi sebagai friction plate dan duduk pada
spline inner drum.
INNER DRUM : Berfungsi sebagai tempat dudukan dari plate dan menerima
putaran dari bevel gear shaft, yang diikat dengan
perantaraan flange.
STEERING SYSTEM II - 25 - 59
OUTER DRUM : Berfungsi sebagai tempat dudukan disc dan diikat dengan
flange yang selanjutnya akan diteruskan ke pinion pada final
drive.
2. Pressure plate
3. Disc
4. Plate
5. Inner drum
6. Release yoke
7. Bearing cage
11. Collar
14. Retainer
15. Bolt
16. Spring
Pada type ini prinsip kerjanya hampir sama dengan type mechanical
hanya pada type ini, untuk menggerakkan yoke dibantu sengan booster.
Booster tersebut berfungsi untukmeringankan gaya operator pada saat
menarik / menginjak pedal. Aplikasinya D31 - 17, D45 - 3, D50 - 16, D53 -
17, D80 - 8.
Modulating Valve.
Cara kerja :
Ketika lever steering ditarik, spool G dan valve D akan bergerak kearah
sehingga oli akan mengalir masuk dan mengisi ruangan B. Akibatnya
pressure akan mendorong piston H maka clutch steering akan engage.
Pada saat yang bersamaan, oil juga masuk mengisi ruangan I. Tekanan
pada ruangan I dipakai untuk mendorong valve E kearah melewati
kekuatan spring F. Dengan bergeraknya valve E kearah , maka oil dari
steering pump juga akan mengalir ke drain.
Pada saat seluruh oil dari pump didrain, maka gerakan piston h juga
berhenti. Kekuatan spring F dipengaruhi oleh panjangnya gerakan valve
kearah sedangkan panjang langkah gerakan valve D dipengaruhi
panjangnya tarikan lever steering atau panjang injakan pedal steering
Steering clutch
dan booster.
Cara kerja :
Steering clutch kanan disengaged. Apabila lever steering sebelah kanan
ditarik, maka spool control valve RH akan mengarahkan aliran oli menuju
ke booster sebelah kanan sehingga oil pressure akan masuk ke ruangan
A, selanjutnya akan mendorong piston booster kearah . Dengan
bergeraknya piston maka lever akan menekan yoke.
STEERING SYSTEM II - 30 - 59
Karena pressure plate diikat dengan yoke maka pressure plate akan ikut
terbawa. Pada kondisi demikian disc dan plate dalam keadaan
disengaged ( merenggang ).
c. Hydraulic Type.
Sistem penggerakan type hidrolik ini mempergunakan oli bertekanan
untuk mendisengagedkan steering clutch.
1. Spring Loaded I.
Pada type spring loaded I ini proses engaged, steering clutchnya
mempergunakan kekuatan spring sedangkan untuk disengaged
memakai oil pressure, type spring loaded ini dipakai antara lain pada
unit D59, 65 - 6, D59, 65 - 8, D755 - 3, D70, 85 - 18, D150, 155 - 1,
D355 - 3, D375 - 1, D455 - 1, D375A - 2.
~ Disengaged.
Pada proses disengaged, oil pressure digunakan sebagai pengantara
tenaga untuk menekan permukaan piston. Piston akan mendorong
pressure plate, dengan demikian tenaga yang berasal dari bevel gear
tidak dapat diteruskan ke final drive, akibatnya unit bisa belok ke kiri
atau ke kanan tergantung dari lever / pedal yang ditarik atau diinjak.
Control Valve.
Cara kerja :
Oil dari pump masuk ke port A, pada saat yang bersamaan juga ada oil
yang masuk ke chamber E melewati port A. Oil yang masuk ke
chamber E akan mendorong relief valve (12) kearah melawan gaya
spring ( 13 ). Gerakan relief valve ( 12 ) kearah akan berhenti pada
saat terjadi keseimbangan antara gaya dorong dari oil pressure kearah
dengan gaya spring ( 13 ) kearah , karena relief valve bergerak
kearah maka port A dan port B menjadi berhubungan, selanjutnya
oil dari steering system di reliefkan (didrain) melalui prot B sehingga
tekanan oil pada steering system dipertahankan sebesar 12,6 kg/cm 2 (
untuk unit D59/65 - 6 ).
STEERING SYSTEM II - 38 - 59
Cara kerja :
Ketika L.H steering lever ditarik, maka L.H spool ( 14 ) dan valve ( 17 )
akan bergerak kearah karena dorongan dari lever ( 21 ). Dengan
bergeraknya L.H spool ( 14 ) kearah maka port A akan berhubungan
dengan port C, sehingga oil dari steering pump akan mengalir ke
steering clutch L.H melewati port A dan port C.
Oli yang masuk ke steering clutch L.H dipakai untuk mendorong piston
agar disc dan plate menjadi disengaged. Pada saat yang bersamaan
juga oil dari port A masuk ke chamber E melewati orifice A.
a. Engaged.
Dalam keadaan steering lever tidak ditarik, maka steering clutch posisi
engaged. Engaged steering clutch tersebut dengan kekuatan spring
ditambah oil pressure yang menekan piston kearah sehingga
pressure plate akan ditarik kearah
b. Disengaged.
Untuk mendisengaged steering clutch, digunakan oil pressure. Oil
pressure tersebut dipakai untuk mendorong piston kearah , maka
pressure plate juga akan bergerak kearah yang sama, sehingga disc
dan plate menjadi disengaged.
Control Valve.
Cara kerja :
Oli dari pompa masuk ke control valve melalui port C selanjutnya :
Tekanan oil di dalam steering circuit ini dibatasi oleh setting tekanan relief
valve.
STEERING SYSTEM II - 51 - 59
Cara kerja :
Apabila steering lever LH dan RH ditarik, maka spool kanan dan kiri akan
bergerak kearah sehingga oil dari pump yang masuk ke control valve
melalui port C akan diarahkan ke :
Tekanan oil di dalam steering circuit ini dibatasi oleh setting tekanan relief
valve.
STEERING SYSTEM II - 52 - 59
Cara kerja :
Apabila steering clutch lever LH ditarik, maka spool kiri akan bergerak
kearah sehingga oil dari pump yang masuk ke control valve melalui
port C akan diarahkan ke :
Tekanan oil di dalam steering circuit ini dibatasi oleh setting tekanan relief
valve.
STEERING SYSTEM II - 53 - 59
3. Full Hydraulic.
Pada type hydraulic ini proses engaged & disenggaged mempergunakan
tenaga hidrolik. Type full hydraulic. Type full hydraulic ini dipakai pada
unit : D75 S - 2 dan D 55.
a. Engaged.
Oli dari control valve masuk ke ruan A melalui port X selanjutnya oil
pada ruang A akan mendorong piston ( 2 ) kearah , sehingga
pressure plate ( 1 ) juga akan bergerak kearah yang sama, maka disc
dan plate pada steering clutch menjadi engaged.
b. Disengaged.
Pada saat menutup aliran oil ke port X, maka piston tidak akan
mempunyai kekuatan dorong. Begitu juga dengan pressure plate,
sehingga antara disc dan plate menjadi disengaged.
STEERING SYSTEM II - 56 - 59
Control Valve.
Cara kerja :
Pada keadaan demikian maka oil dari steering pump yang masuk ke
dalam control valve melewati port A, selanjutnya mengalir ke :
a. LH steering clutch melalui port X.
b. RH steering clutch melalui port Y.
~ Pedal Steering kanan diinjak, Pedal Steering kiri tidak diinjak ( belok
kanan ).
Cara kerja :
Pada keadaan demikian maka spool ( 2 ) akan bergerak kearah
sehingga oil dari steeing pump yang masuk ke dalam control valve
melewati port A, selanjutnya hanya mengalir ke LH steering clutch,
sedangkan saluran oil ke RH steering clutch ditutup ( port A dan port Y
tidak berhubungan )
Toggle
Mechanism
Anchor
Dry
Band Lining
Wet
Control Interconnected
Crawler Mechanical
Tractors
Pedal
Mechanism
Booster
Clutch
Control
Sistem rem
( brake
system )
Leading Trailling
Shoe
Joint Link
Disc
Multi
Wheel
Hydraulic
Air Over
Control Hydraulic
Air
BRAKE SYSTEM III - 2 - 85
Sistem rem pada crawler tractors disamping berfungsi untuk memperlambat dan
menghentikan gerak unit, juga berfungsi untuk memperkecil radius putar ( turning
radius ) pada saat unit tersebut
dibelokkan ( bekerja bersama-sama dengan steering clutch ).
A. BAND TYPE.
1. Mechanism.
a. Toggle Type.
Brake band dipasang bagian luar dari outer drum. Ujung-ujung dari
brake band berhubungan dengan End ( 6 ), juga dihubungkan dengan
spring terhadap housing agar brake band tidak dapat lepas terhadap
End.
BRAKE SYSTEM III - 3 - 85
Cara kerja :
Pada saat pedal brake tidak diinjak, antara brake dan outer drum ada
jarak ( clearance ). Pada saat pedal brake diinjak, maka lever ( 1 ) akan
bergerak kearah dan akan menggerakkan bell crank ( 3 ). Bell crank
( 3 ) duduk pada shaft ( 2 ), pada saat bell crank digerakkan oleh Icer
( 1 ) maka posisi bell crank akan bergerak memutar terhadap shaft
( 2 ).
Efek pengereman pada toggle type terlihat seperti gambar dibawah ini :
1. Housing 10.Lever
2. Support 11.Adjustment bolt
3. Link 12.Wedge
4. Lever 13.End
5. Booster assembly 14.Lever
6. Lever 15.Brake lining
7. Link 16.Brake band
8. Spool 17.Stopper plate
9. Lever 18.Lever
19.Spring
BRAKE SYSTEM III - 5 - 85
b. Anchor Type.
Anchor type dibagi menjadu dua tipe :
Horizontal type
Vertical type
BRAKE SYSTEM III - 6 - 85
1. Adjusting nut
2. Anchor
3. End
4. Adjustment
5. Brake lever
6. Spring
7. Brake
8. Brake band
9. Pin ( B )
10. Pin ( A )
Cara Kerja :
Pada saat pedal brake diinjak, maka antara brake band dengan outer
drum ada jarak ( clearance ). Apabila pedal brake diinjak, maka lever C
akan bergerak kearah , gerakan dari lever C tersebut akan
menggerakkan lever D kearah.
1. Brake cover
2. Rod
3. Brake band lift
spring
4. Brake bracket
5. Cover
6. Brake adjustment
bolt
7. Lever
8. Block
9. Brake band end
10. Rod
11. Lining
12. Brake band
Pada tipe ini posisi dari brake lever dibuat tegak ( vertikal ).
2. Lining Brake..
a. Dry Type.
Pada dry type atau tipe kering ini, lining brake yang dipakai pada unit
dalam kondisi kering tanpa pelumasan. Unit pemakainya : D10 - 2.
b. Wet Type.
Untuk wet type atau tipe basah ini, lining brake pada unit menggunakan oli
sebagai pelumasnya, dimana lining brake selalu terendam oil yang ada di
steering case.
3. Control System.
~ Interconnected
Menarik steering lever atau pedal steering, yang berarti akan
mendisengagedkan steering clutch, juga brake akan berfungsi untuk
pengereman unit.
a. Pedal / Brake.
Sistem kontrol pengereman yang menggunakan tipe pedal brake
diklasifikasikan menjadi dua tipe :
~ Tipe Mekanikal
~ Tipe Booster
BRAKE SYSTEM III - 14 - 85
~ Tipe Mekanikal.
Unit pemakaiannya : D10 - 2
Cara kerja :
Ketika pedal diinjak lever ( 1 ) bergerak ke menggerakkan linkage
( 2 ) ke arah dan shaft ( 3 ) berputar ke arah yang mengakibatkan
shaft ( 4 ) bergerak ke arah yang akhirnya akan meggerakkan lining
brake untuk mengerem outer drum.
BRAKE SYSTEM III - 15 - 85
~ Tipe Booster.
Booster berfungsi untuk membantu memperingan tenaga operator
pada saat rem (brake) dioperasikan. Booster yang dipakai pada sistem
rem adalah hydraulic booster, untuk mengfungsikan hydraulic booster
pada sistem kontrol pengereman yaitu dengan cara menginjak pedal
rem. Unit pemakaiannya antara lain : D80, 85 - 18, D150, 155A - 1,
D355A - 3.
Cara kerja :
Oli dari pompa steering dialirkan ke port A menuju brake booster. Dalam
kondisi netral ( pedal brake tidak diinjak ). Oli mengalir melalui port antara
lain spool ( 5 ) dan piston ( 8 ) ke steering case.
Gbr III - 19. Diagram sirkuit hidrolik brake system D150, 155A -1.
b. Interconnected.
Sistem control rem interconnected yaitu rem dapat berfungsi apabila
steering lever ditarik terus. Pada keadaan seperti diatas berarti steering
clutch menjadi disengaged dan brake band akan melaksanakan
pengereman.
Gbr III - 22. Skema Sirkuit Hydrolik Steering dan Brake D155A - 2.
Cara kerja :
Oli dari steering pump masuk ke main relief valve ( 27 ) dan juga
masuk ke steering control valve, pada port A dan B karena steering
lever tidak dioperasikan maka port A tidak berhubungan dengan port B
( steering clutch ) juga. Port D tidak berhubungan dengan port ke brake
chamber.
BRAKE SYSTEM III - 23 - 85
Cara kerja :
Pada saat demikian, lever ( 22 ) akan mendorong shaft ( 3 ) ke arah
mendorong spring ( 4 ) dan ( 6 ) serta melawan spring ( 8 ), maka port
A dan B saling berhubungan, sehingga oli dari steering pump akan
mengalir ke steering clutch. Pada waktu yang bersamaan, juga oil akan
masuk ke ruangan C melalui orifice.
Pada keadaan steering lever tidak ditarik penuh, maka brake valve
belum berfungsi ( lever ( 22 ) tidak akan menggerakkan brake valve )
BRAKE SYSTEM III - 24 - 85
Cara kerja :
Pada keadaan demikian, pada lever ( 22 ) akan :
Cara kerja :
Pada keadaan seperti diatas ( steering lever ditarik penuh ) oil yang
akan mendorong piston ( 7 ) pada brake booster datangnya dari brake
lever.
Cara kerja :
Pada keadaan demikian ( brake pedal diinjak ), maka lever ( 2 ) akan
mendorong spool ( 5 ) ke arah sehingga oil akan masuk ke ruang D
dan selanjutnya oil tersebut akan mendorong piston ( 7 ).
BRAKE SYSTEM III - 26 - 85
B. CLUTCH TYPE.
Sistem rem tipe clutch ini menggunakan disc dan plate sebagai komponennya.
Gbr III - 30. Diagram Sirkuit Hidrolik steering clutch dan brake D 475.
1. Mechanism.
Cara kerja :
Ketika steering lever dan pedal brake tidak dioperasikan dari steering
control valve mendorong clutch piston ke arah melawan kekuatan
believer spring. Akibatnya disc ( 14 ) dan plate ( 13 ) merenggang
( disengaged ). Putaran dari inner drum ( 15 ) diteruskan ke output shaft.
BRAKE SYSTEM III - 29 - 85
Cara kerja :
Pada saat steering clutch “ disengaged “ putaran dari steering shaft
( 9 ) tidak diteruskan inner drum ( 15 ) dari clutch brake. Oli dari
steering brake di drain, sehingga clutch piston ( 17 ) akan terdorong
kearah oleh gaya dorong dari piston spring ( 18 ).
Akibatnya disc ( 14 ) saling merapat ( engaged ) dengan stopper ( 12 )
sebagai penahan.
BRAKE SYSTEM III - 30 - 85
Cara kerja :
Pada kondisi pedal brake ditekan steering clutch kanan dari kiri masih
tetap engaged. Sedangkan oil pressure yang menuju ke steering brake
di drain, akibatnya piston spring ( 10 ) mampu mendorong clutch piston
( 17 ) ke arah menekan disc & plate, sehingga disc dan plate
merapat ( engaged ).
BRAKE SYSTEM III - 31 - 85
2. Control System.
Cara kerja :
Pada saat steering lever dalam keadaan netral ( tidak dioperasikan ).
Lever ( 26 ), ( 27 ) dan ( 28 ) juga pada posisi netral. Oil dari power
train pump masuk ke port A, port B dari steering valve ( 5 ) dan ( 15 )
kemudian berhenti, sedangkan oil dari steering clutch port C
selanjutnya drain melalui port H. Oil mendorong check valve ( 20 )
selanjutnya masuk port E brake valve ( 10 ), ( 14 ) selanjutnya mengalir
melewati port F dan mengalir ke brake piston untuk mendorong brake
piston agar brake menjadi disengage.
BRAKE SYSTEM III - 32 - 85
Cara kerja :
Sedangkan apabila steering lever lebih panjang lagi, maka roller ( 25 )
dari lever ( 28 ) mendorong shaft ( 12 ) ke arah yang selanjutnya
akan menekan modulating spring ( 11 ) sehingga brake valve ( 14 )
akan bergerak ke arah akibatnya saluran antara port E dan F
menjadi tertutup sedangkan saluran antara port F dan H menjadi saling
berhubungan.
Maka oil dari power train pump akan terhenti pada port E, sedangkan
oil dari port F akan mengalir ke port H dan selanjutnya drain ke tank.
Penurunan tekanan oil pada port F tergantung dari panjang tarikan
steering lever.
BRAKE SYSTEM III - 34 - 85
Berarti juga tergantung dari spring force ( 11 ), karena pada saat terjadi
proses drain, ada oil yang memberi sensor ke port G melalui orifice C
yang akan memberikan reaksi terhadap spring force sehingga apablia
steering lever ditarik ( setelah steering brake bekerja ) tidak terlalu
besar maka tekanan pada port F masih relatif besar, sehingga
pengereman tidak penuh, sedangkan apabila ditarik lebih besar, maka
tekanan pada port F akan turun lagi sehingga proses pengereman
menjadi lebih besar dari seterusnya.
Oil pada port J yang berhubungan dengan prot F berfungsi sebagai
booster pressure untuk membantu lever ( 28 ) mendorong output shaft
( 12 ) ke arah .
BRAKE SYSTEM III - 35 - 85
Cara kerja :
Sewaktu brake pedal diinjak, kedua roller ( 25 ) dari lever ( 27 ) akan
mendorong shaft ( 12 ) kiri dan kanan ke arah ( proses keja brake
valve seperti item 3 ). Gaya pengereman tergantung dari panjang
injakan pedal brake. Pada saat brake pedal diinjak, steering clutch
tetap dalam posisi engage.
BRAKE SYSTEM III - 36 - 85
C. REM TYPE.
1. Shoe type.
2. Disc type.
3. Shoe type.
1. Shoe type.
Sistem pengereman shoe type ini menggunakan lining brake sebagai alat
untuk menghentikan laju unit. Shoe type terdiri dari beberapa jenis antara
lain :
Cara kerja :
Pada saat pedal rem ditekan, oil yang berada pada cylinder akan:
a. Mendorong piston ( 1 ) kearah , gerakan piston ini selanjutnya dipakai
untuk menekan shoe A ( leading shoe ).
b. Mendorong piston 2 kearah gerakan piston tersebut selanjutnya
dipakai untuk menekan shoe B ( trailing shoe ).
Sehingga akan menghasilkan gaya pengereman untuk menghentikan
putaran.
~ Joint Link.
Pada tipe joint link, piston brake yang digunakan adalah single acting type.
Efek pengereman dari leading shoe dan trailing shoe terhadap drum
seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Pada tipe dual leading shoe,cylinder brake yang digunakan ada dua
macam, yaitu :
Cara kerja :
Ketika pedal brake diinjak, oli yang ada pada cylinder atas akan
mendorong piston kearah menekan shoe A, pada saat yang sama oli
yang ada pada cylinder bawah akan mendorong piston kearah
menekan shoe B, dengan dernikian antara shoe A dan Shoe B akan
melakukan pengereman dengan gaya yang sama pada drum.
BRAKE SYSTEM III - 40 - 85
Efek pengereman pada dual leading shoe tipe single acting cylinder
seperti gambar dibawah ini :
Gaya pengereman sepatu rem pada saat unit mundur seperti diperlihatkan
dengan garis putus- putus.
Cara kerja :
Pada saat pedal brake ditekan oli yang ada pada cylinder atas mendorong
piston Ice arah dan kearah menekan sepatu rem,begit juga dengan
oli yang ada pada cylinder bawah,oli akan mendorong piston kearah
dan kearah menekan sepatu rem.
Akibatnya sepatu rem akan melakukan pengereman terhadap drum.
BRAKE SYSTEM III - 41 - 85
~ Duo Servo.
Pada duo servo type, cylinder yang digunakan adalah double acting type.
Sepatu rem sebelah kiri dan kanan dihubungkan satu sama lain melalui
adjuster.
Cara kerja :
Ketika pedal brake diinjak, oli yang ada pads bagian silinder akan
mendorong piston kearah dan kearah gerakan piston tersebut
dipakai untuk mendorong brake shoe. Bagian atas dari sepatu rem
sebelah kanan ditahan oleh pin,maka efek pengereman terjadi pada
sepatu rem kiri atas lebih besar daripada sepatu rem kiri bagian
bawah, begitu pula efek pengereman sepatu rem kanan bawah lebih
besar dari pada sepatu rem kanan atas.
Efek pengereman duo servo type terlihat seperti gambar dibawah ini :
Garis putus- putus menunjukan gaya pengereman pada saat unit mundur.
BRAKE SYSTEM III - 43 - 85
2. Disc Type.
a. Single Disc.
1. Differential housing.
2. Piston.
3. Inner ring.
4. Disc.
5. Outer ring.
6. Axle housing.
7. Sun gear shaft.
8. Bearing carrier.
BRAKE SYSTEM III - 46 - 85
Cara kerja :
~ Pedal brake ditekan.
Pada saat pedal brake ditekan oli akan mengalir ke ruangan P, tekanan
oli tersebut akan mendorong piston ( 6 ) kearah dorongan piston ( 6 )
diteruskan ke inner ring ( 9 ) sehingga disc ( 7 ) menjadi tertekan oleh
inner ( 9 ) dan outer ring ( 8 ). Maka putaran disc ( 7 ) akan direm
karena adanya gaya yang menekan tersebut.
b. Multi disc.
Cara kerja :
~ Pedal brake ditekan.
Pada saat pedal brake dilepas tekanan oli yang ada dibelakang brake
piston ( 3 ) turun. Maka piston ( 3 ) akan bergerak kearah karena
gaya tarik dari return spring ( 2 ), melalui rod, sehingga antara disc dan
plate menjadi disengaged.
BRAKE SYSTEM III - 49 - 85
D. SISTEM KONTROL.
1. Hydraulic Type.
Pada kondisi brake pedal netral,saluran oil antara spool ( 2 ) dan power
piston ( 5 ) terbuka. Oil dari pump dialirkan langsung ke transmission
valve ( brake off ).
Bentuk lain dari hydraulic type yaitu seperti gambat dibawah ini :
Boost Master.
Pada saat pedal brake dilepas Spool ( 2 ) akan bergerak kearah oleh
gaya tekan spring ( 9 ) dan ( 10 ), sehingga port A akan kembali
terbuka. Akibatnya oil dari steering pump akan bisa mengalir lagi ke
tank.
BRAKE SYSTEM III - 56 - 85
• Compressor.
• Air Governor.
1. Spring.
2. Exhaust port.
3. Piston.
4. Unloaded port.
5. Exhaust stem.
6. Inlet valve.
7. Tank port.
8. Filter.
Specifications
• Cut – out pressure : 8.3 1± 0.3 kg/cm2
• Cut – in pressure : 7.0 1± 0.3 kg/cm2
Air governor berfungsi untuk menjaga agar tekanan udara pada sirkuit
tetap konstant, sesuai batas yang ditetapkan.
Pada waktu piston ( 3) naik keatas, exhaust stem ( 5) tertutup dan inlet
valve ( 6 ) terbuka.
Apabila tekanan yang drop ini dibawah tekanan yang diizinkan ( cut Out
pressure ) maka inlet valve ( 6 ) tertutup dan exhaust stem ( 5 )
terbuka. Tekanan pada saluran unloaded valve ( 4 ) mengalir ke
atmosfer, sehingga mulai bekerja kembali.
Cara kerja.
Jika ha! ini terjadi, udara pada saluran unloaded valve ( 4 ) lewat
melalui exhaust stem ( 5 ) ke atmosfer dari compressor akan bekerja.
BRAKE SYSTEM III - 61 - 85
• Air Tank.
Air tank berfungsi untuk menampung udara yang dibutuhkan pada air
circuit. Air tank diklasifikasikan menjadi dua type :
. • Wet tank.
. • Dry tank.
Safety valve dipasang air tank berfungsi untuk menjaga tekanan udara di
air circuit.
1. Adjustment nut
2. Spring cage.
3. Spring.
4. Ball.
5. Lock nut
6. Relief valve
7. Body.
Cara kerja :
Apabila air governor tidak berfungsi dengan baik dan tekanan didalam
tank baik diatas set pressurenya ball ( 4 ) akan tertekan kearah dan
udara akan dibuang ke atmosfer.
BRAKE SYSTEM III - 63 - 85
• Brake valve.
1. Brake pedal.
2. Plunger.
3. Piston.
4. Inlet valve.
5. Piston.
6. Inlet valve.
7. Rubber spring.
Pengoperasian
pedal brake.
Cara kerja :
Pada seat pedal brake (10) ditekan, maka plunger (2) dan rubber spring
(7) akan terdorong ke menekan piston (3). Ketika piston (3) bergerak ke
exhaust port (9) tertutup. Pada saat yang sama inlet valve (4.) bergerak
ke dan udara dari tanki (11) mengalir dari port A ke port C. Dalam hal
ini brake chamber depan akan bekerja.
Ketika pedal brake ditekan, plunger (2) den rubber spring (7) akan
terdorong ke menekan piston (3) ke Pada saat piston bergerak
ke bawah, inlet valve (4) akan ikut bergerak kebawah, maka udara dari
tanki udara akan mengalir dari port B ke port D. Dengan demikian brake
chamber belakang akan bekerja.
Cara kerja :
Tekanan udara yang masuk ke brake valve yang menuju ke brake
chamber lama kelamaan tekananya akan naik.
Setelah keseimbangan tekanan udara tercapai, rubber spring (7) den
piston (3) akan terdorong kearah menutup inlet valve (4) Piston (5)
akan ikut terbawa sehingga inlet valve (6) menjadi menutup. Dari kejadian
diatas exhaust port (9) dan exhaust port (8) akan menutup, sedang
tekanan udara yang menuju ke brake chamber dipertahankan untuk
mengengagedkan brake.
Cara kerja :
Pada seat pedal brake (1) dilepas, gaya penekanan terhadap piston (4)
dan piston (5) ditiadakan piston return spring (6) akan terdorong piston (4)
kearah membuka exhaust port (9) dan exhaust port (10). Selanjutnya
udara yang ada di brake chamber dialirkan keluar. Dengan demikian
brake akan disengaged.
BRAKE SYSTEM III - 66 - 85
• Brake chamber.
Gbr. III - 79. Kondisi Brake Chamber saat pedal brake ditekan.
Cara kerja :
Saat pedal brake ditekan,udara bertekanan di supply dari brake valve ke
brake chamber. Air piston (2) terdorong ke arah membawa rod (3)
menekan piston (6) dari master cylinder (7) ke arah oli yang ada di
slack adjuster terdorong oleh piston (6) untuk mengaktifkan brake.
Gbr. III - 81. Kondisi Brake Chamber saat pedal brake ditekan.
Cara kerja :
Saat pedal brake dilepas, udara bertekanan yang disuplay ke air piston (2)
dari brake chamber oleh brake valve, tekananya akan turun. Akibatnya
tekanan hydraulic di dalam master cylinder (7) akan drop, karena piston
(2) terdorong oleh return spring (3) kearah . .
1. Body. 4. cap
3. Plug.
Cara kerja :
Air circuit sebelah kiri dan kanan brake valve dihubungkan ke brake untuk
mengoperasikan brake pada ke empat roda. Udara bertekanan masuk
dari port A two way valve mendorong seat (2) ke arah menutup sirkuit
yang ke port B. Sehingga udara bertekanan hanya mengalir ke port C dan
mengaktifkan brake chamber (5).
BRAKE SYSTEM III - 70 - 85
• Slack adjuster.
Cara keria 1 :
Oli dari brake chamber (6) mengalir melalui port P ke slack adjuster. Oli
yang mengalir ke port E dialirkan ke cylinder (2) kiri dan kanan. 0li yang
masuk ke port P takananya akan naik dan menekan piston (4) sejauh S
kearah dan kearah .
BRAKE SYSTEM III - 71 - 85
Gbr. III - 86. Kondisi slack adjuster saat pedal brake ditekan..
Cara keria 2 :
Oli dari brake chamber (6) mengalir melalui port P ke slack adjuster. Oli
yang mengalir ke port E dialirkan ke cylinder (2) kiri dan kanan. 0li yang
masuk ke port P takananya akan naik dan menekan piston (4) sejauh S
kearah dan kearah .
Dari cara kerja 1 pada saat piston (4) bergerak kearah dan kearah
sejauh S oli yang ada diport C akan tertekan selanjutnya mengalir ke
brake cylinder (7). Pada kondisi ini penekanan brake piston (5)
terhadap disc dan plate belum maximum, sehingga belum ada gaya
pengereman.
Gbr. III - 87. Kondisi slack adjuster saat pedal brake ditekan..
Cara kerja 3.
Apabila tekanan di brake chamber (7) bertambah terus, maka oli
bertekanan yang melelui port E akan mampu menekan check valve (3)
kearah dan kearah akibatnya oli akan mengalir melalui pilot circuit
D untuk menambah tekanan oli diport C. Dengan demikian akan terjadi
penambahan gaya penekanan brake piston (5) terhadap disc & plate
untuk melakukan pengereman.
BRAKE SYSTEM III - 72 - 85
Cara keria :
Pada saat pedal brake dilepas tekanan udara yang di brake chamber
(3) turun, akibatnya tekanan oli yang ada di slack adjuster akan turun
juga.
Brake piston (5) akan mampu bergerak ke arah dan kearah
karena gaya tekan dari return spring (8). Sedang oli yang ada di port D
akan mendorong piston (4) ke arah dan kearah melawan
kekuatan spring (6) sejauh S.
Pada kondisi ini disc dan plate brake akan kembali disengaged.
BRAKE SYSTEM III - 73 - 85
• Brake.
Detail
1. Guide pin.
2. Return spring.
3. Brake piston.
4. Outer gear (teeth 164).
5. Inner gear (teeth 112).
6. Plate.
7. Disc.
Cara kerja :
Pada saat pedal brake ditekan udara bertekanan yang mengalir ke brake
chamber, akan akan mampu mendorong brake oil di master cylinder
menuju ke slack adjuster untuk mengaktifkan brake.
Brake piston (3) bergerak kearah menekan disc (7) dan (6) untuk saling
merapat. Disc (7) berputar bersama - sama dengan roda, sehingga pada
saat disc (7) dan plate (6) engaged, putaran roda akan terhenti sekaligus
menghentikan unit.
Cara kerja :
Pada saat brake dilepas tekanan oil dibelakang piston (3) turun. Piston
akan bergerak kearah oleh gaya tekan dari return spring (2) dan brake
akan release.
BRAKE SYSTEM III - 75 - 85
• Parking Brake.
Parking brake berfungsi sebagai pengaman agar unit tidak berjalan sendiri
pada saat diparkir.
Brake dioperasikan.
Lever (20 memutar piston shaft (3) dan menggerakan piston (4) ke arah
axial.
Dengan demikian pads akan mendorong disc, parking brake applied.
Brake release.
Cara kerja :
Pada seat parking brake switch lever posisi ON, solenoid valve
bergerak dan udara dari tanki udara aliranya ditutup oleh valve.Pada
saat yang sama, udara dari spring cylinder dibuang ke atmosfer lewat
antara valve den body. Karena nut, piston dari spring cylinder (1) akan
terdorong oleh spring,demikian juga lever (2) akan terdorong, parking
brake engaged.
Pada seat parking brake switch posisi OFF, solenoid valve tidak
berfungsi dan valve menutup saluran exhaust. Pada saat yang
sama, udara ditanki udara masuk lewat bagian atas dari piston spring
cylinder (1). Udara yang masuk ke spring cylinder menekan piston
melawan kekuatan spring.
Akibatnya rod (5) akan tertarik,menggerakan piston (4) den brake akan
release.
Dalam hal ini, jika tekanan udara di dalam tank turun di bawah
level, sehingga tidak dapat mengoperasikan brake dengan normal,
pressure sensor yang dipasang solenoid valve. Sirkuit spring cylinder
akan release den parking brake akan berfungsi secara otomatis.
Cara kerja :
Pada saat parking brake switch diputar pada posisi ON, solenoid valve
switch OFF,dan udara dari spring cylinder masukan saluran A. Udara
dalam sekitar valve (5), masuk saluran B dan didrain.
Dalam kondisi ini udara dari tanki masuk ke saluran C, tetapi ditutup
oleh valve (4), akibatnya udara tidak bisa mengalir.
BRAKE SYSTEM III - 78 - 85
Pada saat parking brake switch diputar pada posisi ON, solenoid valve
switch ON, dan valve (5) bergerak kearah . Valve (5) dihubungkan
oleh rod, sehingga valve (5) dan valve (4) keduanya akan bergerak
kearah , udara dari tanki masuk saluran C, tetapi valve (4) bergerak
kearah , sehinbgga udara akan mengalir disekitar valve (4) dan
masuk ke saluran A. Udara dialirkan ke spring cylinder dan brake akan
release.
• Spring Cylinder.
1. Piston.
2. Spring.
3. Cylinder.
4. Boost.
5. Rod.
• Brake valve.
Gbr. III - 102. Posisi brake valve pada saat brake ditekan.
Cara kerja :
Pada saat pedal brake ditekan plunger akan terdorong ke menekan
primary piston ke . Feed valve ( primary ) juga akan tertekan ke
membuka saluran udara yang menuju rear relay valve.
Pada saat yang sama feed valve ( secondary ) juga terdorong oleh feed
valve ( secondary ) ke membuka saluran udara yang menuju ke quick
release valve.
BRAKE SYSTEM III - 83 - 85
Gbr. III - 103. Posisi brake valve pada saat brake dilepas..
Cara kerja :
Pada saat pedal brake dilepas plunger akan bergerak ke oleh return
spring, begitu juga piston ( primary ) akan terdorong ke oleh return
spring. Feed valve ( primary ) akan menutup kembali ke saluran udara
yang menuju ke rear relay valve. Udara yang ada di rear valve dibuang
lewat saluran antara piston ( primary ) dan feed valve ( primary ) ke
exhaust.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
BRAKE SYSTEM III - 84 - 85
• Brake chamber.
Cara kerja :
Udara yang berasal dari brake valve masuk ke brake chamber,
mendorong diaphragm ke membawa push rod ke melawan push rod
spring.
Selanjutnya push rod akan menekan lever pada slack adjuster untuk
melakukan pengereman terhadap lining brake.
• Slack adjuster.
Slack adjuster berfungsi untuk mengatur stroke atau langkah push rod
brake chamber akibat ausnya lining brake. Adjustment lining brake dapat
dilakukan dengan memutar worm shaft.
BRAKE SYSTEM III - 85 - 85