Artikel Hola Hulu
Artikel Hola Hulu
Artikel Hola Hulu
INTISARI
Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) penting dalam
mencapai pemanfaatan lahan yang optimal. Inkonsistensi antara keduanya dapat menimbulkan
permasalahan degradasi lahan, alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kesesuaian penggunaan lahan Kecamatan Syamtalira Aron Tahun 2022 dengan RTRW
Kabupaten Aceh Utara 2012-2031. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Data primer
penggunaan lahan diperoleh melalui survei lapang oleh petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Aceh Utara, sedangkan data sekunder peta RTRW diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian mendapatkan bahwa terdapat kesesuaian dan
ketidaksesuaian antara penggunaan lahan existing terhadap RTRW di Kecamatan Syamtalira Aron
masing-masing seluas 1908,84 ha atau 90% dari total luas kecamatan dan seluas 212,36 ha atau 10
% dari total luasan kecamatan. Kawasan dengan peruntukan pertanian lahan basah dan perkebunan
menjadi kawasan yang paling banyak terdapat jenis penggunaan lahan areal terbangun dan fasilitas
pertambangan minyak Exxon Mobil, akibat perubahan demografi maupun pertumbuhan ekonomi
kecamatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara perlu melakukan
revisi RTRW dan mengetatkan perizinan alih fungsi lahan.
Kata Kunci : Aceh Utara, kesesuaian penggunaan lahan, rencana tata ruang wilayah
A. Pendahuluan
Inti dari optimalisasi dan pembangunan ruang di suatu wilayah atau negara
adalah perencanaan tata ruang (Liu & Zhou, 2021). Perencanaan tata ruang menjadi
sebuah norma perencanaan pembangunan oleh pemerintah dan masyarakat yang
dilengkapi seperangkat konsep, prosedur, dan alat pengatur (Asmara &
152 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
Purbokusumo, 2022). Namun demikian, seiring dengan masif dan tidak
terkendalinya perkembangan pembangunan, fragmentasi lahan dan masalah
lingkungan, memaksa pemerintah untuk melakukan pengaturan penggunaan dan
pemanfaatan tanah (Danendra & Mujiburohman, 2022; Wajib, 2016). Penggunaan
lahan merupakan wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan
alami maupun buatan manusia (Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004).
Sedangkan pemanfaatannya merupakan kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah
tanpa mengubah wujud fisik penggunaan lahan tersebut (Salsabila dkk., 2022).
Perubahan wilayah yang semakin bertumbuh dan berkembang memaksa
pemerintah di setiap negara melakukan suatu tindakan penataan ruang agar lebih
terarah (Akse dkk., 2021; Budiman, 2020; Levy dkk., 2021). Perubahan wilayah
tersebut sebagai akibat dari akselerasi pembangunan yang dicanangkan oleh negara
(Wajib, 2016). Oleh karena itu, kebijakan penataan ruang pada setiap wilayah di
gadang-gadang menjadi solusi, melalui perencanaan ruang, untuk mengantisipasi
segala bentuk pembangunan. Perencanaan ruang juga memiliki manfaat untuk
mewujudkan keterpaduan dan keserasian pembangunan yang berkelanjutan
(Danoedoro, 2019).
Pemerintah Indonesia melaksanakan pengaturan tata ruang yang transparan,
efektif, dan partisipatif, guna mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan (Trinanda Putra dkk., 2021). Berdasarkan Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Oleh karenanya, Indonesia
mempunyai landasan kuat melaksanakan pengaturan ketiga hal tersebut (Irawan &
Junarto, 2022). Meskipun, kondisi tersebut dihadapkan pada keberadaan ruang yang
terbatas serta pemahaman masyarakat yang semakin meningkat (Khanifa dkk.,
2021). Oleh karena itu, melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Pemerintah Indonesia terus berupaya mewujudkan
tujuan penataan ruang wilayah nasional hingga lokal (Dirjen Tata Ruang, 2021; Nur
Amrin dkk., 2021).
Pemerintah kabupaten/kota juga berwenang dalam penyelenggaraan penataan
ruang yang meliputi penataan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota (Asmara & Purbokusumo, 2022).
Hal ini sesuai dengan Pasal 11 UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Selain
itu, berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah
kabupaten/kota mempunyai kekuasaan untuk mengelola dan memanfaatkan
potensi sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara (Pemkab) juga memiliki kewenangan untuk mengelola, mengambil, dan
memanfaatkan sumber daya alam demi kepentingan penyelenggaraan
pembangunan. Hal ini harus dilakukan oleh Pemkab dengan berpedoman pada
ketentuan atau prinsip tata ruang yang baik, terpadu, dan terbuka (Yusuf, 2017).
Seperti dengan memedomani RTRW, yang pasti sudah mempertimbangkan daya
dukung lingkungan dan memperhatikan kerentanan terhadap terjadinya bencana
alam.
Kegiatan pembangunan di Aceh Utara saat ini memerlukan dukungan dari
sumber daya alam dan daya dukung lingkungan (Basri dkk., 2022; Hermansyah,
2018). Meskipun, pada dasarnya kapasitas daya dukung sumber daya alam dan
lingkungan memiliki keterbatasan (Wajib, 2017; Suharto, 2022), namun pada
praktiknya, pelaksanaan pembangunan di Aceh Utara yang selaras dengan penataan
154 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan pendekatan geografi
keruangan dan studi kasus (Junarto & Djurjani, 2020; Yin, 2015). Teknik
pengumpulan datanya didapatkan secara instansional (Kantor Pertanahan
Kabupaten Aceh Utara) dan survei langsung di lapangan. Data primer terdiri atas
peta penggunaan lahan Kecamatan Syamtalira Aron yang diperoleh melalui survei
lapang oleh petugas dari Kantor tersebut pada Tahun 2022 (Gambar 1). Selain itu,
data sekunder khususnya Peta RTRW Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2032
diperoleh dari instansi Bappeda Kabupaten Aceh Utara (Gambar 2). Sedangkan data
sekunder lainnya yang berupa laporan, buku, artikel ilmiah didapatkan secara online.
Gambar 2. Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Aceh Utara 2012-2032. Sumber:
Bappeda Kabupaten Aceh Utara, 2022
Gambar 3. Overlay RTRW dengan penggunaan lahan. Sumber: Analisis data, 2022
Berdasarkan Gambar 3, ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap pola
ruang ditunjukkan oleh warna coklat muda. Umumnya, ketidaksesuaian tersebut
memiliki pola berada pada sepanjang jalan lintas Aceh-Medan dan dekat dengan
156 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
fasilitas pabrik pertambangan minyak Exxon Mobil. Keberadaan fasilitas pabrik
pertambangan minyak Exon mobil menjadi pemicu munculnya jenis penggunaan
lahan perumahan. Hal ini menjadi hubungan sebab akibat karena para pekerja di
fasilitas tersebut memerlukan tempat tinggal yang dekat dengan lokasi bekerja. Oleh
karena itu, masyarakat sekitar pun turut serta membangun tempat tinggal di lokasi
sekitar karena terdapat kegiatan ekonomi yang tumbuh dan berkembang. Selain itu,
faktor prasarana jalan ikut mempengaruhi pola penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan RTRW. Berdasarkan Gambar 3, jenis jalan arteri dan lokal lebih
mempengaruhi terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW
dengan pola memanjang sepanjang jalur jalan dan berkumpul di persimpangan
jalan. Jenis penggunaan lahan yang mayoritas tidak sesuai yaitu belukar dan sawah
telah intens beralih menjadi perkebunan dan perkebunan dan sawah menjadi
pemukiman. Penelitian ini memperkuat temuan peneliti lain bahwa fasilitas umum
jalan dan pabrik mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut
perwujudan perkembangan wilayah, pemerataan hasil pembangunan (Hadijah &
Sadali, 2020; Martínez dkk., 2020; Sebayang, 2020). Beberapa jenis penggunaan
lahan yang selaras dan tidak selaras dengan pola ruang lainnya secara tabular tersaji
pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Kesesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW
Jenis Penggunaan Lahan Pola Ruang RTRW Keterangan Luas (Ha) %
Pemukiman Pemukiman Pedesaan Sesuai 241,51 11,39
Tambak Perikanan Sesuai 41,75 1,97
Kebun Campuran Perkebunan Sesuai 156,92 7,4
Kebun Campuran Dominasi Kelapa Perkebunan Sesuai 52,56 2,48
Fasilitas Minyak Cluster I Exxon Mobil Pertambangan Sesuai 69,58 3,28
Fasilitas Minyak Cluster Ii Exxon Mobil Pertambangan Sesuai 48,91 2,31
Fasilitas Minyak Supply Chain Exxon Pertambangan Sesuai 4,00 0,19
Rawa Pertanian Lahan Basah Sesuai 10,02 0,47
Sawah Pertanian Lahan Basah Sesuai 1283,60 60,51
Luas total kesesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW adalah 1908,84 90,00
Sumber: Analisis data primer penulis, 2022
Tabel 2. Ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW
Jenis Penggunaan Lahan Pola Ruang RTRW Keterangan Luas (Ha) %
Belukar Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 0,425 0,02
Fasilitas Minyak Cluster I Exxon Mobil Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 1,177 0,06
Fasilitas Minyak Cluster Ii Exxon Mobil Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 0,682 0,03
Fasilitas Minyak Supply Chain Exxon Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 0,197 0,01
Kebun Campuran Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 23,082 1,09
Kebun Campuran Dominasi Kelapa Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 3,316 0,16
Sawah Pemukiman Pedesaan Tidak Sesuai 16,215 0,76
Sawah Perikanan Tidak Sesuai 2,684 0,13
Belukar Perkebunan Tidak Sesuai 45,242 2,13
Fasilitas Minyak Cluster I Exxon Mobil Perkebunan Tidak Sesuai 7,56 0,36
Fasilitas Minyak Cluster Ii Exxon Mobil Perkebunan Tidak Sesuai 4,494 0,21
Fasilitas Minyak Supply Chain Exxon Perkebunan Tidak Sesuai 0,279 0,01
Pemukiman Perkebunan Tidak Sesuai 4,465 0,21
Rawa Perkebunan Tidak Sesuai 0,389 0,02
Sawah Perkebunan Tidak Sesuai 24,741 1,17
D. Kesimpulan
Terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dan RTRW
di Kecamatan Syamtalira Aron. Berdasarkan analisis keruangan menggunakan peta
penggunaan lahan dan peta RTRW, didapatkan luasan sebesar 1908,84 ha yang
sesuai atau 90% dari total luas kecamatan dan 212, 36 ha yang tidak sesuai atau 10%
dari total luas kecamatan. Kawasan perkebunan menjadi areal yang paling tinggi
ketidaksesuaiannya dengan penggunaan lahan existing berupa pemukiman, fasilitas
Exxon Mobil dengan luas lebih dari 45.83 ha. Ketidaksesuaian jenis penggunaan
lahan terhadap RTRW menjadi sebuah keniscayaan, karena seiring tingginya
kebutuhan akan tanah untuk pembangunan fasilitas umum dan permukiman. Oleh
160 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
karenanya, pemerintah daerah perlu meninjau kembali peraturan tentang RTRW
agar tercipta pembangunan yang berkualitas, terpadu dan berkelanjutan.
Setidaknya terdapat tiga penyebab mengapa pengimplementasian RTRW di
Kecamatan Syamtalira Aron tidak 100% sesuai. Penyebab tersebut adalah adanya
faktor politik pemangku kebijakan, tingkat pertumbuhan ekonomi, besarnya jumlah
pendapatan dan konsumsi masyarakat. Meskipun RTRW telah disahkan melalui
Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 7 Tahun 2013 , masyarakat kurang memahami
akan fungsi rencana tata ruang tersebut, bagaimana keakuratannya,
penggunaannya, hingga proses penyusunannya. Kurangnya partisipasi masyarakat
dalam menyusun rencana tata ruang disinyalir menjadi munculnya ketidaksesuaian
penggunaan lahan terhadap RTRW tersebut. Terlebih lagi, masyarakat akan semakin
asing dengan keberadaan RTRW jika dokumen RTRW tersebut tidak dipublikasikan
hingga ke tingkat tapak baik secara online maupun onffline. Oleh karena itu,
pemerintah daerah Aceh Utara perlu menyusun RTRW revisi dengan melibatkan
unsur masyarakat untuk mendapatkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan
berdaya guna. Pemerintah daerah setempat perlu memperhatikan empat kondisi
yang terdapat di tingkat pemerintahan kecamatan yaitu: sosial kependudukan,
ekonomi, lingkungan, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
Harapannya, evaluasi terhadap RTRW pada setiap kecamatan, sebagaimana
penelitian ini, dapat menjadi instrumen bagi pemerintah kecamatan lainnya untuk
menilai kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan ruang. Sehingga, pemanfaatan
ruang yang optimal tersebut mampu mencapai tujuan rencana tata ruang kabupaten
yang berkelanjutan.
E. Rekomendasi
Penelitian ini memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1) Pemerintah daerah harusnya secara periodik melakukan peninjauan
kembali terhadap RTRW yang ada. Idealnya, setiap 5-10 tahun,
peninjauan kembali tersebut dilakukan untuk mengevaluasi perencanaan
yang telah dilaksanakan sudah berjalan dengan baik atau belum.
2) Pemerintah daerah harus lebih meningkatkan peran serta masyarakat.
Pembangunan wilayah memerlukan penataan ruang yang berjalan baik
dengan keterlibatan masyarakat. Menempatkan masyarakat sebagai
pelaku pembangunan dapat mendorong efektivitas proses penataan
ruang.
3) Penguatan kerja sama antar pemerintah daerah. Penataan ruang antar
daerah harus saling terintegrasi. Hal ini dilakukan terutama pada wilayah
perencanaan yang melewati beberapa daerah administrasi.
4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk penataan ruang.
Permasalahan kurangnya tenaga ahli di bidang penataan ruang harus
diatasi dengan menambah dan meningkatkan kualitas SDM. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia juga harus didukung dengan
pendampingan saat proses pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Daftar Pustaka
Achmad, A., Fadhly, N., Deli, A., Ramli, I., & Hadi, R. (2021). Model prediction and
scenario of urban land use and land cover changes for sustainable spatial
planning in Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 847(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/847/1/012022
Ajrina, D., Siddik, J., & Intan, S. K. (2021). Komparasi Estimasi Biaya Dengan Analisa
AHSP dan EI pada Proyek Jalan Alue Bilie Nagan Raya. Jurnal Sipil Sains Terapan,
4(2), 26–30. https://e-jurnal.pnl.ac.id/JSST/article/viewFile/2604/2182
Akse, R., Thomas, T., & Geurs, K. (2021). Mobility and accessibility paradigms in
Dutch policies: An empirical analysis. Journal of Transport and Land Use, 14(1).
https://doi.org/10.5198/JTLU.2021.2097
Asmara, R., & Purbokusumo, Y. (2022). Pilihan Instrumen Kebijakan Penataan Ruang
Untuk Manajemen Sumber Daya Tanah Pertanian (Sawah) Di Kabupaten
Sleman. Widya Bhumi, 2(2), 88–103.
https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i2.40
Badrul Munir. (2002). Perencanaan pembangunan daerah: dalam perspektif
otonomi daerah. https://bappeda.belitung.go.id/perencanaan-pembangunan-
dalam-kerangka-otonomi-daerah/
Bappeda Aceh Utara. (2022). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2033. https://jdih.acehprov.go.id/dih/view/b060d05a-26ce-4712-
af49-7b58945f95e2
Basri, H., Nasir, M., & Zulkifli. (2022). Effectiveness of Applying the Principle of
Openness in Spatial Arrangement in North Aceh Indonesia. Journal of Law,
Policy and Globalization, 118, 135–139. https://doi.org/10.7176/jlpg/118-17
BNPB. (2016). Kajian Spasial Dan Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya
Pengendalian Banjir Di Kabupaten Aceh Utara. TERAS JURNAL-Jurnal Teknik
Sipil, 1(1). http://dx.doi.org/10.29103/tj.v1i1.58
BPK RI. (2009). Proyek Senilai Rp. 7,2 M di Aceh Utara Tanpa Tender.
https://www.bpk.go.id/assets/files/attachments/2009/11/Pelita-19.pdf
BPS, A. U. (2021). Kecamatan Syamtalira Aron dalam Angka 2021 (Yusmandi, Ed.;
Kecamatan). BPS Kabupaten Aceh Utara.
Budiman, H. (2020). Perbandingan Kebijakan Tata Ruang Antara Indonesia Dengan
Belanda, Denmark Dan Selandia Baru. Jurnal Ius Constituendum, 5(2).
https://doi.org/10.26623/jic.v5i2.2398
Danendra, M. R., & Mujiburohman, D. A. (2022). Pembentukan Bank Tanah:
Merencanakan Ketersediaan Tanah untuk Percepatan Pembangunan di
Indonesia. Widya Bhumi, 2(1), 1–20.
https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i1.18
Danoedoro, P. (2019). Multidimensional land-use information for local planning and
land resources assessment in Indonesia: Classification scheme for information
extraction from high-spatial resolution imagery. Indonesian Journal of
Geography, 51(2). https://doi.org/10.22146/ijg.32781
162 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
Dirjen Tata Ruang, K. A. (2021). RPP Penyelenggaraan Penataan Ruang: Tingkatkan
Kepastian Hukum Melalui One Spatial Planning Policy.
https://tataruang.atrbpn.go.id/Berita/Detail/3949
Hadijah, Z., & Sadali, M. I. (2020). Pengaruh Urbanisasi Terhadap Penurunan
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 8(3).
https://doi.org/10.14710/jwl.8.3.290-306
Hanief, F., Santy, D., & Dewi, P. (2014). Pengaruh Urban Sprawl Terhadap Perubahan
Bentuk Kota Semarang ditinjau dari Perubahan Kondisi Fisik. In Th (Vol. 1, Issue
1). https://www.neliti.com/id/publications/221108/
Hermansyah, A. (2018). Pembangunan Infrastruktur dan Partisipasi Masyarakat. In
detikNews. detikNews. https://news.detik.com/kolom/d-4021236/
Irawan, Y., & Junarto, R. (2022). Persepsi dan Minat Masyarakat Pesisir Terhadap
Sertipikat Tanah. Widya Bhumi, 2(2), 104–122.
https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i2.44
Junarto, R., & Djurjani. (2020). Pemetaan Objek Reforma Agraria dalam Kawasan
Hutan (Studi Kasus di Kabupaten Banyuasin). Bhumi, Jurnal Agraria Dan
Pertanahan, 6(2), 219–235.
https://doi.org/https://doi.org/10.31292/bhumi.v6i2.443
Kadiron, A. (2022, May 7). Anggota DPRK Aceh Utara, Armiyadi Tinjau Proyek
Bendung Krueng Pase. Beritamerdekaonline.Com, 1–2.
https://www.beritamerdekaonline.com/2022/05/anggota-dprk-aceh-utara-
armiyadi-tinjau-proyek-bendung-krueng-pase/
Khanifa, T. N., Syanurisma, S., & Luthfi, A. N. (2021). Menuju Reforma Agraria dan
Perhutanan Sosial di Banyuwangi, Jawa Timur. Widya Bhumi, 1(2), 101–124.
https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v1i2.12
Levy, D., Hills, R., Perkins, H. C., Mackay, M., Campbell, M., & Johnston, K. (2021).
Local benevolent property development entrepreneurs in small town
regeneration. Land Use Policy, 108.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2021.105546
Liu, Y., & Zhou, Y. (2021). Territory spatial planning and national governance system
in China. Land Use Policy, 102.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2021.105288
Martínez, R. H., Arutyunyan, S., Karabasheva, M., & Yesturliyeva, A. (2020).
Diagnostics and control of sustainable development of regions: Branch aspects.
Journal of Security and Sustainability Issues, 9(3).
https://doi.org/10.9770/jssi.2020.9.3(30)
Maulana, A., Basri, H., & Sugianto. (2018). Analisis Penggunaan Lahan Eksisting
Berdasarkan Rencana Tata Ruang di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Ilmu Mahasiswa Ilmu Tanah, 3(2), 420–427.
https://doi.org/https://doi.org/10.17969/jimfp.v3i2.7461
Nur Amrin, R., Muttaqy Zaen, H., Prayoga Dwi Nugraha, M., Putra, P., Izza Zaini, R.,
& Rainata Sangkay, Y. (2021). Permasalahan Pertanahan pada Daerah
Berkepadatan Penduduk Rendah. Widya Bhumi, 1(1).
https://doi.org/10.31292/wb.v1i1.4
Pemerintah Provinsi Aceh. (2018, July 3). Pengumuman Lelang Proyek
Pembangunan. Https://Lpse.Acehprov.Go.Id/.
https://lpse.acehprov.go.id/eproc4/lelang/17332106/pengumumanlelang
PUPR. (2014). Penataan Ruang Untuk Mitigasi Bencana Alam. Kementerian PUPR
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Sumatera I.
164 Desga Perkasa, dkk., Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara
Zalmita, N., Fitria, A., & Taher, A. (2021). Tingkat Kerugian Ekonomi Pada Bencana
Banjir di Aceh Utara Tahun 2014-2019. JURNAL GEOGRAFI Geografi Dan
Pengajarannya, 19(2), 61–68.
https://doi.org/https://doi.org/10.26740/jggp.v19n2.p61-68