Vol 1,+no 2+april+2023+hal+190-201
Vol 1,+no 2+april+2023+hal+190-201
Vol 1,+no 2+april+2023+hal+190-201
Alamat: Jl. Prof. Dr. H. Mansoer Pateda No.Desa, Pentadio Tim., Kec. Telaga Biru,
Kabupaten Gorontalo, Gorontalo 96181;Telepon: (0435) 881136
e-mail korespondensi : [email protected]
Abstract
The elderly will experience a setback physically and psychologically. Problems that are often
found are usually cognitive problems. Cognitive disorders cause disability in daily functions
and balance disorders tend to occur. This research aims to determine relationship between
cognitive abilities and body balance in the elderly in Tenggela Village. This research uses a
descriptive method with a quantitative approach. This type of research is an analytical survey
research. The population and sample in this research were the elderly living in Tenggela
village, data collection using a questionnaire. The results of the Chi-Square analysis test
obtained a p value of 0.009 which is smaller than the value of 0.05, which means that H0 is
rejected and Ha is accepted or there is a relationship between Cognitive Ability and Body
Balance. It is recommended that the results of this study can be used as input in the process of
teaching and learning activities as well as references and comparison materials for further
researchers regarding the relationship between cognitive abilities and body balance in the
elderly in Tenggela Village.
Abstrak
Lansia akan mengalami kemunduran secara fisik dan psikis. Masalah yang sering ditemukan
biasanya pada masalah kognitf. Gangguan kognitif menyebabkan ketidakmampuan dalam
fungsi sehari-hari dan cenderung terjadi gangguan keseimbangan., Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada Hubungan Kemampuan Kognitif Dengan Keseimbangan Tubuh
Lansia Di Desa Tenggela. penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
Kuantitatif, jenis penelitian ini adalah penelitian surveri analitik. Populasi dan sampel pada
penelitian ini adalah lansia yang berada di desa tenggela. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Hasil uji analisis Chi-Square diperoleh nilai p value 0.009 lebih kecil
dari nilai 0,05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara Kemampuan
Kognitif Dengan Keseimbangan Tubuh pada lansia di Desa Tenggela. Disarankan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam proses kegiatan belajar mengajar serta
referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan kemampuan
kognitif dengan keseimbangan tubuh pada lansia di Desa Tenggela.
Received Januari 02, 2023; Revised Februari 23 , 2023; Accepted Maret 09, 2023
* Mita Bagou, [email protected]
Jurnal Ilmu Kesehatan dan Gizi (JIG)
Vol.1, No.2 April 2023
e-ISSN: 2964-7819; p-ISSN: 7962-0325, Hal 190-201
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah seseorang yang usianya mencapai lebih dari sama dengan 60 tahun
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Kemenkes, 2016). Seorang lansia akan mengalami kemunduran secara fisik dan psikis.
Kemunduran psikis pada lansia akan mengakibatkan perubahan pada sifat dan perilaku yang
dapat memunculkan permasalahan pada lansia. Masalah yang sering ditemukan pada lansia ini
biasanya pada masalah kognitf. Gangguan kognitif menyebabkan ketidakmampuan dalam
fungsi sehari-hari dan membatasi kualitas hidup. Untuk seorang lansia, lanjut usia sering
menciptakan ketergantungan parsial atau ketergantungan sepenuhnya pada bantuan atau
perawatan eksternal (larandang et al., 2019).
Menurut WHO (2020), jumlah dan proporsi penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke
atas dalam populasi terus mengalami peningkatan. Pada 2019, jumlah penduduk usia 60 tahun
ke atas mencapai 1 miliar. Jumlah ini akan terus meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030
dan 2,1 miliar pada tahun 2050. Peningkatan ini terjadi dengan kecepatan yang belum pernah
terjadi sebelumnya dan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang, terutama di
negara berkembang (WHO, 2020).
Menurut Badan Pusat Statistik (2020), Jumlah lansia di indonesia sebanyak 26,82 juta.
Berdasarkan data Susenas Maret 2020, terdapat enam provinsi yang telah memasuki fase
struktur penduduk tua yakni persentase penduduk lansianya telah berada di atas 10 persen.
Keenam provinsi tersebut adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (14,71 persen), Jawa Tengah
(13,81 persen), Jawa Timur (13,38 persen), Bali (11,58 persen), Sulawesi Utara (11,51 persen),
dan Sumatera Barat (10,07 persen) (Badan Pusat Statistik, 2020).
Proyeksi penduduk Kabupaten/kota menurut persentase penduduk lansia yang disajikan
dalam publikasi ini mencakup kurun waktu lima tahun terakhit, mulai tahun 2016 sampai
dengan tahun 2020. Berdasarkan data
proyeksi Kabupaten Gorontalo persentase penduduk lansia pada tahun 2016 (7,75%) juta jiwa
penduduk lansia dan diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2017 (8,02% ), tahun 2018
(8,31%), tahun 2019 (8,60%), tahun 2020 (8,90%). (Badan Pusat Statistik, 2020)
Bertambahnya umur pada seseorang maka semakin berkurangnya fungsi tubuh, hal ini
sering terjadi pada lansia yang mengalami penurunan fungsi tubuh terutama pada fungsi otot.
Penurunan fungsi otot pada lansia dapat mengakibatkan kurangnya keseimbangan pada tubuh
lansia sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh. Hal ini diperlukan perhatian khusus pada
lansia yang beresiko jatuh (Rohima, 2020).
Gangguan kognitif adalah gangguan yang berkaitan dengan peningkatan usia. Gangguan
ini menyebabkan penurunan fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi,
konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan, reasoning, berpikir abstrak. Pada orang lanjut
usia terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler
maupun pada tingkat organ sejalan dengan terjadinya proses menua. Salah satu tahapan
penurunan fungsi kognitif adalah Mild Cognitive Impairment yang merupakan gejala perantara
antara gangguan memori atau kognitif terkait usia (Age Associated Memori
Impairment/AAMI) (Djajasaputra & Halim, 2019).
HUBUNGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
DI DESA TENGGELA
Fungsi kognitif akan mengalami penurunan secara normal seiring dengan penambahan
usia. Selain itu, ada faktor risiko yang dapat memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Menurut
artikel yang ditulis oleh Stibich (2017) menunjukkan bahwa beberapa faktor resiko yang dapat
mempengaruhi fungsi kognitif antara lain faktor genetik, faktor fisiologis (usia, tingkat glukosa
darah, obesitas, stroke, danpenyakit kronis), dan faktor gaya hidup (aktivitas fisik, depresi,
obat-obatan, & alkohol) (Djajasaputra & Halim, 2019). Gangguan keseimbangan dicurigai
sebagai faktor risiko jatuh yang besar pada lansia. Beberapa publikasi ilmiah menunjukkan
kurangnya kemampuan mengendalikan keseimbangan berhubungan dengan risiko jatuh yang
lebih besar Lanjut usia dengan penurunan fungsi kognitif memiliki kecenderungan terjadi
gangguan keseimbangan 5.46 kali dibanding lanjuusia tanpa gangguan kognitif. Gangguan
pada fungsi biologis seperti penurunan kapasitas sistem sensoris, fungsi neurologis dan fungsi
motorik serta peningkatan waktu reaksi pada populasi lansia menyebabkan penundaan pada
stabilisasi sistem pengendalian keseimbangan, yang menyebabkan ketidakstabilan postural dan
jatuh(Rohima, 2020). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo bahwa
jumlah lansia di Kabupaten Gorontalo berkisar 65.458 jiwa lansia pada tahun 2012, sedangkan
pada tahun 2013 jumlah lansia di Kabupaten Gorontalo meningkat menjadi 69.369 jiwa.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara
singkat dengan lansia di Desa Tenggela Kabupaten Gorontalo di dapatkan bahwa ada 7 dari 10
lansia mengalami penurunan kemampuan kognitif dan mengalami gangguan pada
keseimbangan tubuh, lansia yang mengalami gangguan kognitif sering bermasalah dengan
kegiatan sehari-hari dan sering mengalami pusing sehingga lansia sering kehilangan
keseimbangan tubuh. Selain itu beberapa lansia mengeluh dikarenakan pengapuran dan tidak
punya kekuatan untuk berdiri atau berjalan terlalu lama sehingga mengalami gangguan
keseimbangan tubuh pada aktifitas sehari-hari. Akan tetapi 3 dari 10 lansia merasa sehat dan
sering mengikuti kegiatan desa seperti kerja bakti ataupun senam pagi dan tidak ada masalah
pada keseimbangan tubuh maupun gangguan kognitifnya. Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian hubungan kemampuan kognitif dan keseimbangan tubuh
pada lansia
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif, jenis
penelitian ini adalah penelitian surveri analitik. Disebut survei analitik karena peneliti mencoba
mencari hubungan antaravariabel. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang
dikumpulkan, karena itu pada penelitian perlu dibuat hipotesis. Desain atau rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Pada penelitian cross
sectional, peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel
tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.
Populasi dalam penelitian ini adalah 134 lansia yang ada Di Desa Tenggela Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo dengan criteria pada penelitian ini adalah bersedia menjadi
responden. Jumlah sampel sebesar 40 Responden, pemilihan sampel dilakukan dengan
Purposive Sampling. menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yg di gunakan.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Frekuensi Responden di Desa Tenggela Kecamatan
Tilango
No Karakteristik Responden N %
Umur
1 Lansia (60-74) tahun 40 100
Jenis Kelamin
2 Laki - Laki 22 52.5
3 Perempuan 18 47.5
Pendidikan Terakhir
4 SD-SMP 27 67.5
5 SMA-D3/S1 13 32.5
Pekerjaan
6 IRT 15 37.5
7 Tidak Bekerja 12 30
8 Wirausaha 13 32.5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden dengan kategori umur yang menjadi sampel
penelitian yaitu pada kategori lansia (60-74) tahun dengan jumlah 40 (100%). Untuk
karakteristik responden kategori jenis kelamin responden yang terbanyak adalah berjenis
kelamin laki-laki yang berjumlah 22 responden (52.5%) sedangkan untuk responden
perempuan berjumlah 18 responden (47.5%). Untuk karakteristik responden dengan kategori
Pendidikan terakhir Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang terbanyak adalah lansia
yang berpendidikan SD-SMP berjumlah 27 responden (67.5%), Pendidikanterbagi menjadi dua
bagian yaitu SD-SMP dan SMA-D3/S1. Sedangkan untuk responden berpendidikan SMA-
D3/S1 berjumlah 13 responden (32.5%),Dan untuk karakteristik responden dengan kategori
pekerjaan pekerjaan atau profesi terbanyak yaitu ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 15 (37.5%)
responden, tidak bekerja sebanyak 12 (30%) responden, wirausaha sebanyak 13 (32,5%)
responden.
Analisis Univariat
Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan kategori Kemampuan Kognitif pada Lansia
di Desa Tenggela
No Kemampuan Kognitif N %
1 Gangguan Kognitif 21 52.5
2 Kognitif Normal 19 47.5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa distribusi berdasarkan Kemampuan Kognitif lansia
yang di dapatkan melalui keusioner di Desa Tenggela dengan Kategori gangguan kognitif
sebanyak 21 (52.5%) dan Lansia dengan kategori kognitif normal sebanyak 19 (47,5%).
HUBUNGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
DI DESA TENGGELA
Analisis Bivariat
Tabel 4 Hubungan antara Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Kolestrol pada
Lansia di Desa tenggela Kecamatan Tilango.
Berdasarkan dari tabel 4 tersebut menunjukan bahwa dari 40 responden terdapat 13 (32,5%)
Responden dengan gangguan keseimbangan tubuh juga mengalami gangguan pada
kemampuan kognitifnya dan sebanyak 4 (10%) responden mengalami gangguan pada
keseimbangan akan tetapi tidak memiliki gangguan pada fungsi kognitifnya. Sedangkan 8
(20%) responden memiliki gangguan pada kognitifnya akan tetapi tidak memiliki gangguan
pada keseimbangannya dan sebanyak 15 (37,5%) responden tidak memilki gangguan kognitif
maupun gangguan pada keseimbangan tubuhnya. Pengelolahn data pada table 4 menggunakan
Chi-square, dimana jika nilai Asymp, Sig < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antara dua variable baris dengan kolom akan tetapi jika nilai Asymp, sig > 0,05 maka tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara variable baris dan kolom. Dilihat dari table 4 maka
diketahui nilai Chi-Square p = 0,009 lebih kecil dari nilai 0,05 yang artinya H0 di tolak dan H1
Diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kognitif dan
keseimbangan tubuh pada lansia di Desa Tenggela.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
1. Karakteristik Umur di Desa Tenggela Kecamatan Tilango
Distribusi responden kategori umur berdasarkan tabel 3 Umur menunjukan bahwa
responden peneliti memilih sampel umur diantara 60-74. Berbagai penelitian menunjukan
bahwa faktor umur sangatlah berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh
pada lansia. Hal ini dikarenakan menambahnya usia mengakibatkan penurunan fungsi tubuh
salah satunya yaitu fungsi otak.
Dari asumsi peneliti hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya umur semakin besar
pula penurunan fungsi tubuh seperti penurunan fungsi otak yang dapat mengakibatkan
penurunan kemampuan kognitif pada lansia sehingga terget sampel dalam penelitian ini adalah
lansia.
Analisis Univariat
1. Kemampuan Kognitif Pada Lansia di Desa Tenggela.
Didapatkan dari hasil tersebut bahwa 21 (52,5%) dari 40 respoden dengan kemampuan
gangguan kognitif, hal ini disebabkan oleh lansia yang aktif melakukan kegiatan seperti lansia
yang memiliki wirausaha atau lansia dengan profesi sebagai petani Sehingga kemampuan
kognitif lansia terjaga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Izzah, 2017) dengan judul
Hubungan aktifitas fisik dengan kognitif lansia pada lansia 60-69 tahun di Kelurahan
Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Didapatkan hasil penelitian dengan
menggunakan analisis uji chi-Square didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 diaman nilai
tersebut lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia 60-69 tahun dikarenakan
semakin tinggi aktivitas fisik maka akan semakin tinggi pula skor fungsi kognitif.
Penelitian ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh (Lanawati et al., 2017)
bahwa manfaat melakukan aktivitas seperti melakukan senam atau olahraga secara teratur dan
benar dalam waktu yang cukup yaitu memperlancar proses degenerasi dan memperlambat
proses degenerasi karena perubahan usia.
Dari asumsi peneliti hal ini disebabkan oleh semakin banyak kegiatan yang dilakukan
oleh lansia maka semakin banyak otak bekerja.
Responden yang memiliki profesi sebagai wirausaha cenderung memiliki kognitif yang
normal hal ini disebabkan oleh aktivitas yang selalu dikerjakan oleh responden seperti
menghitung uang atau suatu rencana kedepan dalam berwirausaha
Analisis Bivariat
3. Hubungan Kemampuan Kognitif Dengan Keseimbangan Tubuh Lansia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukan bahwa dari 40 responden terdapat 13
(32,5%) Responden dengan gangguan keseimbangan tubuh juga mengalami gangguan pada
kemampuan kognitifnya dan sebanyak 4 (10%) responden mengalami gangguan pada
keseimbangan tubuh akan tetapi tidak memiliki gangguan pada fungsi kognitifnya. Sedangkan
8 (20%) responden memiliki gangguan pada kognitifnya akan tetapi tidak memiliki gangguan
pada keseimbangannya dan sebanyak 15 (37,5%) responden tidak memilki gangguan kognitif
maupun gangguan pada keseimbangan tubuhnya.
HUBUNGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
DI DESA TENGGELA
lansia tersebut kurang aktif dalam melakukan kegiatan yang dapat mengasah otak.
Hal ini sejalan dengan teori oleh (Novita, 2020), Risiko jatuh berhubungan erat dengan
gangguan kognitif pada lansia yang menderita demensia. Gangguan fungsi kognitif dapat
mengakibatkan instabilitas postural dan meningkatkan risiko jatuh. Hubungan antara fungsi
kognitif dan risiko jatuh ada pada proses penuaan korteks frontal dan perubahan pada
substansia alba otak. Gangguan fungsi kognitif menyebabkan penilaian serta pengambilan
keputusan yang buruk, gangguan reaksi, perhatian serta kecepatan pemrosesan informasi.
Hal ini juga di dukung oleh teori (Ramadhani et al., 2021), Pada lanjut usia
akan terjadi penurunan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan akibat terjadinya
perubahan pada sistem sensorik, motorik dan sistem saraf pusat sehingga risiko jatuh semakin
meningkat.
Penurunan fungsi kognitif seseorang berhubungan dengan penurunan fungsi otak sebelah
kanan. Hemisfer kanan mempunyai peranan penting dalam mempertahankan fungsi kognitif
seperti komunikasi, kemampuan visual, spasial atau pengenalan ruang dan pengenalan pola.
Kerusakan pada
hemisfer kanan yang bermanifestasi pada penurunan fungsi kognitif akan mengakibatkan
gangguan motorik seperti keseimbangan.
Menurut asumsi peneliti penurunan kemampuan kognitif pada lansia akan berpengaruh pada
keseimbangan tubuh dikarenakan jika lansia mengalami gangguan kognitif pada bagian
sensorik seperti pendengaran atau gangguan pada saraf akan mempengaruhi keseimbangan
tubuh lansia tersebut, akan tetapi ada beberapa responden yang mengalami gangguan kognitif
tetapi tidak mengalami gangguan pada keseimbanganya hal itu dikarenakan gangguan pada
kognitifnya tidak terlalu parah atau tidak sampai mengganggu dan mengubah fungsional otak
seperti mengalami perubahan pada alba otak karena mengalami demensia dan beberapa lansia
juga mengalami gangguan keseimbangan akan tetapi tidak memiliki gangguan pada
kognitifnya hal ini di karenakan.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Karakteristis responden di Desa Tenggela dengan kategori umur lansia (60-74) tahun dengan
jumlah 40 (100%), untuk kategori jenis kelamin pada jenis kelamin laki-laki yang berjumlah
22 responden (52.5%) sedangkan untuk responden perempuan berjumlah 18 responden (45%),
untuk kategori tingkat Pendidikan pada responden yang terbanyak adalah lansia yang
berpendidikan dasar(SD-SMP) berjumlah 27 responden (67.5%), Sedangkan untuk responden
pendidikan menengah keatas (SMAD3/S1) berjumlah 13 responden (32.5%),dan untuk
karakteristik responden pekerjaan atau profesi terbanyak yaitu ibu rumah tangga (IRT)
sebanyak 15 (37.5%) responden, tidak bekerja sebanyak 12 (30%) responden
2. Berdasarkan kemampuan kognitif lansia di Desa Tenggela di dapatkan melalui keusioner di
Desa Tenggela dengan
Kategori gangguan kognitif sebanyak 21 (52.5%) dan Lansia dengan kategori kognitif normal
sebanyak 19 (47,5%).
3. Berdasarkan keseimbangan tubuh lansia di Desa Tenggela di dapatkan melalui keusioner di
HUBUNGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
DI DESA TENGGELA
Desa Tenggela dengan Keseimbangan tubuh normal sebanyak 23 (57.5%) dan Lansia dengan
kategori gangguan keseimbangan sebanyak 17 (42,5%).
4. Berdasarkan Hubungan Kemampuan Kognitif dengan Keseimbangan Tubuh Lansia di Desa
Tenggela Didapatkan hubungan antara 2 variabel tersebut berdasarkan menggunakan uji Chi-
Square p = 0,009 lebih kecil dari nilai 0,05 yang artinya H0 di tolak dan H1 Diterima atau
terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kognitif dan keseimbangan tubuh pada
lansia di Desa Tenggela
Saran
Bagi perawat diharapkan untuk dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat
bagi tenaga kesehatan tentang kemampuan kognitif dengan keseimbangan tubuh pada lansia
yang berada di Desa Tenggela
Bagi Institusi Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi
institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa keperawatan mengenai kemampuan kognitif
dengan keseimbangan tubuh pada lansia di Desa Tenggela. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan
dalam proses kegiatan belajar mengajar serta referensi dan bahan pembanding bagi peneliti
selanjutnya mengenai hubungan kemampuan kognitif dengan kesimbangan tubuh pada lansia
di Desa Tenggela.
DAFTAR PUSTAKA
10. Putri, D. A. (2019). Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta
Tahun 2019. Poltekkes Joga, 53(9), 1689–1699.
11. Rohima, V., Rusdi, I., & Karota, E. (2020). Faktor Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Pelayanan
Primer Puskesmas Medan Johor. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 4(2),
108. https://doi.org/10.32419/jppni.v4i2.184
12. Hillman CH, Belopolsky AV, Snook EM, Kramer AF, McAuley, E. (2018). Physical activity
and executive control: implications for increased cognitive health during older adulthood.
Research quarterly for exercise and support. 75, hlm. 176-186
13. Nugroho. (2017). Keperawatan gerontik dan geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Petrella JK,
Miller LS, Cress ME. (2004). Leg extensor power, cognition, and functional performance in
independent and marginally dependent older adults. Age and Ageing. 33, hlm.342-348.
14. Munir R. (2017). Pengaruh Senam Otak Terhadap Performa Kognitif Pada Lansia. Magister
Kedokteran Olahraga [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia
15. Toulette C, Fabre C, Dangremont B, Lensel G, Thevenon A. (2017). Effects of physical
capacity of frail, demented patients with history of falling: a randomized controlled trial. Age
and Ageing. 32, hlm.67-73.