3 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan 17 (01) (2019) 67-79

P edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan


http://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


dan Kreativitas Siswa Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning

Sri Susilawati
SMA Negeri 2 Bandung
[email protected]

Abstract Article Info


The aims of this study is to examine and describe whether Problem Based Learning
(PBL) can improve mathematical problem solving skills and whether Problem Based Naskah Diterima :
2019-04-05
Learning (PBL) can improve student creativity. The research method used is Action
Research that is held on 12 grade of Social Program at SMA Negeri 2 Bandung from Naskah Direvisi:
education year 2016-2017 with the Line and Series subject. The research is done in 2019-05-15
three cycles, each cycle is consisted of 2 meetings. The instruments used in the
research are: the test of mathematic problem solving that has been consulted with Naskah Disetujui:
the lecturer, observation and interview guidance. From the result of this research , it 2019-05-22
can be concluded that: 1). Problem Based Learning (PBL) is able to increase the
problem solving ability, 2) Problem Based Learning is not able to increase students’s
creativity. 3). The increasing of students’problem solving on Line and series subject
(interest, growth, disintegration) which has got Problem Based Learning is better
than students who has got conventional learning. 4). Students’ creativity on Line and
series subject that have got Problem Based Learning is not better than the student
with conventional learning. 5). There is no correlation between problem solving with
students’ creativity.

Keywords: Problem Based Learning , Problem Solving, Creativity

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah dan mendeskripsikan apakah
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan apakah pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan kreativitas siswa. Metode penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas
XII IPS 2 SMA Negeri 2 Bandung pada pokok bahasan Barisan dan Deret. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian adalah : Tes kemampuan pemecahan masalah
matematika, Pedoman wawancara dan observasi. Hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa: 1) Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. 2) Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan kreativitas siswa. 3) Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa pada materi Barisan dan Deret (Bunga, Pertumbuhan, Peluruhan)
yang memperoleh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih baik dari
pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 4). Kreativitas siswa pada
materi Barisan dan Deret yang memperoleh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Pemecahan Masalah, Kreativitas

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
68 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

A. PENDAHULUAN siswa yang mengalami kesulitan pada saat


Di Indonesia, melalui hasil tes dan evaluasi mengerjakan soal-soal matematika.
yang dilakukan oleh PISA (Programme for Untuk mengantisipasi masalah
International Students Assessment) pada tersebut, perlu dicarikan suatu formula
tahun 2015 melaporkan bahwa dari jumlah pembelajaran yang tepat, sehingga dapat
540.000 siswa, Indonesia menduduki meningkatkan kemampuan pemecahan
peringkat 63 dari 70 negara untuk masalah matematika pada konsep Barisan
matematika dengan skor 386. Artinya, dan Deret. Perlu diperhatikan bahwa suatu
berdasarkan data tersebut kita berada pemecahan masalah tidak serta-merta bisa
pada urutan yang rendah, jauh di bawah dilakukan oleh siswa jika tidak adanya
Singapura yang berada pada posisi sebuah pemahaman konsep. Guru dituntut
pertama. Hasil tes dan evaluasi tersebut, untuk terus berusaha menyusun dan
secara skor telah mengalami peningkatan menerapkan berbagai cara variasi agar
sejak tahun 2012 mencapai skor 375 siswa tertarik dan bersemangat dalam
dengan peringkat 64 dari 65 negara. mengikuti pelajaran matematika. Suatu
Mempelajari matematika adalah penting model pembelajaran berbasis masalah
karena dalam kehidupan sehari-hari, kita (Problem Based Learning) yang
tidak boleh mengelak dari aplikasi menempatkan siswa berperan aktif
matematika bukan itu saja matematika juga sebagai dasar pengetahuan dan
mampu mengembangkan kesadaran ketrampilan. Oleh karena itu, hal inilah
tentang nilai-nilai yang secara esensial yang kemudian membuat penulis merasa
(Siagian, 2012). Sesuai dengan pendapat perlu untuk melakukan penelitian tindakan
Mulyana (2004) mengatakan matematika kelas tentang Upaya Peningkatan
selain dapat memperluas cakrawala Kemampuan Pemecahan Masalah dan
berpikir peserta didik juga dapat Kreavifitas Siswa melalui Model
mengembangkan kesadaran tentang nilai- pembelajaran Problem Based Learning
nilai yang secara esensial terdapat (PBL) pada pokok bahasan Barisan dan
didalamnya. Deret di kelas XII IPS SMAN 2 Bandung.
Siswa yang menganggap
matematika sebagai pelajaran yang relatif
sulit dan membentuk kesan dan B. TINJAUAN PUSTAKA
pengalaman secara negatif terhadap 1. Belajar Mengajar Kreatif
matematika umumnya berdampak buruk
Guru menjadi faktor kunci untuk
baik bagi motivasi belajar matematika
mengembangkan potensi peserta didik
maupun penyesuaian akademik di sekolah agar menjadi manusia yang beriman,
(Gurganus, 2017) menyebutkan bahwa
berilmu, kreatif, mandiri serta menjadi
pengalaman sebelumnya terhadap
warga Negara yang demokratis dan
matematika merupakan prediktor yang
bertanggung jawab.
sangat kuat terhadap kesuksesan di masa
Pendapat Uno (2011, hlm 154) tentang
berikutnya. Hasil pengamatan siswa-siswa
kreativitas, adalah:
kelas XII IPS kurang kreatif dalam belajar,
1) Kreatif digambarkan dengan
sehingga dalam menghadapi soal-soal
yang sulit mereka malas untuk mencari kemampuan berpikir kritis dan banyak
penyelesaian dari sumber-sumber yang ide, serta banyak ide dan gagasan
lain, sehingga hasil beajar mereka rendah, 2) Orang kreatif melihat hal yang sama,
hal ini dijadikan acuan bagi penulis untuk tetapi melalui cara berpikir yang
meneliti kreativis belajar siswa dalam berbeda
pemecahan masalah matematika. 3) Kemampuan menggabungkan sesuatu
Salah satu hambatan dalam
yang belum pernah tergabung
pembelajaran matematika adalah
kurangnya ketertarikan siswa pada sebelumnya
matematika, karena menganggap 4) Kemampuan untuk menemukan atau
matematika sebagai mata pelajaran yang mendapatkan ide dan pemecahan baru.
sulit dan membosankan, sehingga banyak

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 69

Dalam proses kreativitas ada 4 yang sudah diketahui oleh penjawab


tahapan, yaitu : pertanyaan.
1) Tahap pengenalan; merasakan ada 2) Suatu masalah bagi A belum tentu
masalah dalam kegiatan yang dilakukan menjadi masalah bagi B. Jika B sudah
2) Tahap persiapan; mengumpulkan mengetahui prosedur untuk
informasi penyebab masalah yang menyelesaikannya, sementara A belum
dirasakan dalam kegiatan pernah mengetahui prosedur untuk
3) Tahap iluminasi; saat timbulnya menyelesaikannya.
inspirasi/gagasan pemecahan masalah Langkah pemecahan masalah
4) Tahap verifikasi; tahap pengujian menurut Polya (1957) (dalam Sri, dkk.
secara klinis berdasarkan realitas. 2010), strategi umum pemecahan masalah
Penghambat kreativitas: 1) Malas ada empat langkah rencana. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
berpikir, bertindak, berusaha, dan
1) Memahami masalah.
melakukan sesuatu ; 2) Anggap remeh
karya orang lain; 3) Mudah putus asa, 2) Membuat rencana pemecahan
cepat bosan, tidak tahan uji; 4) Tak berani masalah.
tanggung resiko; 5) Tidak percaya diri; 6) 3) Melaksanakan rencana pemecahan
Tidak disiplin; 7) Tidak tahan uji. masalah.
Ada lima proses kreatif yang 4) Membuat review atau mengecek
diungkapkan oleh Deporter dan Mike
kembali atas pelaksanaan rencana
Hernacki dalam (Uno 2011, hlm 164), yaitu:
1. Persiapan mendefinisikan masalah, pemecahan masalah.
tujuan dan tantangan
3. Model Pembelajaran Berbasis
2. Inkubasi, mencerna fakta-fakta dan
Masalah (Problem Based Learning)
mengolahnya dalam pikiran
Menurut model-model pembelajaran
3. Iluminasi, mendesak ke permukaan,
matematika dalam kurikulum 2013
gagasan-gagasan bermunculan Kemendikbud (Guntoro, 2015), salah
4. Verifikasi, memastikan apakah solusi itu satunya adalah model pembelajaran
benar-benar memecahkan masalah; Problem Based Learning (PBL). Model
5. Aplikasi mengambil langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning
untuk menindaklanjuti solusi tersebut. (PBL) adalah model pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik mendapat
pengetahuan penting yang membuat
2. Pemecahan Masalah (Problem
mereka mahir dalam memecahkan
Solving) masalah, dan memiliki model belajar
Beberapa ahli matematika sendiri serta memiliki, kecakapan
menyatakan bahwa masalah merupakan berpartisipasi dalam tim. Proses
pertanyaan yang harus dijawab atau pembelajarannya menggunakan
direspon. Akan tetapi, tidak semua pendekatan yang sistemik untuk
pertanyaan otomatis akan menjadi sebuah memecahkan masalah atau menghadapi
masalah. Ada kriteria yang harus dipenuhi tantangan yang nanti diperlukan dalam
agar sebuah pertanyaan menjadi sebuah kehidupan sehari-hari
masalah. Menurut Lenchner (Sri W. dkk, Tahap-tahap PBL meliputi tahap
2010) bahwa ada 2 hal berikut ini yang orientasi peserta didik kepada masalah,
terkait dengan masalah: mengorganisasikan peserta didik
1) Suatu pertanyaan akan menjadi membimbing penyelidikan individu dan
masalah hanya jika pertanyaan itu kelompok, mengembangkan dan
menunjukkan adanya tantangan menyajikan hasil karya dan menganalisa
(challenge) yang tidak dapat dan mengevaluasi proses pemecahan
dipecahkan dengan suatu prosedur masalah, sehingga pembelajaran berbasis

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
70 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

masalah memiliki karakteristik-karakteristik 1. Masalah harus disesuaikan dengan


sebagai berikut: kondisi siswa. Rancangan atau
1. Belajar dimulai dengan suatu pemilihan tugas harus didasarkan
permasalahan; pada pemahamnan terakhir yang
2. Memastikan bahwa yang diberikan dimiliki siswa. Siswa harus memiliki
berhubungan dengan dunia nyata; ide-ide agar bisa terlibat
3. Mengorganisasikan pelajar di seputar menyelesaikan masalah dan
permasalahan, bukan di seputar memandang masalah sebagai suatu
disiplin ilmu; yang menantang dan menarik.
4. Memberikan tanggung jawab 2. Masalah harus dikaitkan dengan
sepenuhnya kepada siswa dalam matematika yang akan dipelajari
mengalami secara langsung proses siswa. Dalam menyelesaikan masalah
belajar mereka sendiri; atau melaksanakan kegiatan, siswa
5. Menggunakan kelompok kecil; terutama harus diarahkan untuk
6. Menuntut siswa untuk memahami matematika yang terkait,
mendemonstrasikan apa yang telah sehingga mereka terlibat dalam
mereka pelajari dalam bentuk produk mengembangkan pemahaman
atau kinerja (performance). terhadap ide-ide matematis.
Dalam model Pembelajaran Berbasis 3. Jawaban dan metode penyelesaian
Masalah (Problem Based Learning), fokus
masalah memerlukan justifikasi dan
pembelajaran ada pada masalah yang
dipilih sehingga siswa tidak saja penjelasan. Siswa harus memahami
mempelajari konsep-konsep yang tanggungjawab untuk menentukan
berhubungan dengan masalah, tetapi juga apakah jawaban yang benar dan
metode ilmiah untuk memecahkan mengapa benar adalah pada diri
masalah tersebut. Keadaan ini dapat mereka. Pembenaran harus
mendorong rasa ingin tahu, sehingga merupakan bagian utuh dari
memunculkan pertanyaan seperti ”apa
penyelesaian mereka.
yang dimaksud dengan.....”, mengapa bisa
terjadi....? bagaimana solusinya...? dan Penerapan model pembelajaran
seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan Problem Based Learning (PBL) menurut
tersebut telah muncul dalam diri siswa, kurikulum 2013 Kemendikbud (Guntoro,
maka motivasi intrinsik mereka untuk 2015) mempunyai skenario yang
belajar akan tumbuh. Pada kondisi disesuaikan dalam sintak-sintak (fase-
tersebut, diperlukan peran guru sebagai fase):
fasilitator untuk mengarahkan siswa Fase 1 : Orientasi peserta didik kepada
tentang “konsep apa yang diperlukan untuk masalah.
memecahkan masalah”, “apa yang harus Fase 2 : Mengorganisasikan peserta
dilakukan” atau “bagaimana didik
melakukannya” dan seterusnya. Dari Fase 3 : Membimbing penyelidikan
paparan di atas dapat diketahui bahwa individu dan kelompok
penerapan PBL dalam pembelajaran dapat Fase 4 : Mengembangkan dan menyaji-
mendorong siswa mempunyai inisiatif kan hasil karya
untuk belajar secara mandiri. Dalam hal ini Fase 5 : Menganalisa dan mengevaluasi
guru harus menyiapkan sejumlah proses pemecahan masalah
permasalahan yang baik. Berikut ini ciri-ciri Kesalahan yang mudah terjadi
masalah untuk belajar matematika yang adalah gagalnya merencanakan waktu
baik yang digunakan dalam Problem yang cukup untuk diskusi atau
Based Learning (PBL) berdasarkan menggunakan fase selama pembelajaran
pendapat Hiebert (Kristonis, 2007,hlm 38- yang terlalu panjang.
39):

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 71

C. METODE PENELITIAN menjawab pertanyaan. Sistem komunikasi


Penelitian ini menggunakan metode yang terjadi dua arah, dari guru ke siswa
PTK (Pelitian Tindakan Kelas). Penelitian atau sebaliknya. Untuk memungkinkan
tindakan ini dilakukan sebagai upaya terjadinya komunikasi multi arah dan agar
mengatasi masalah rendahnya, capaian siswa dapat berkomunikasi dengan
kemampuan pemecahan masalah sesamanya maka penelitian ini
matematika dan kreativitas siswa dalam menerapkan model pembelajaran Problem
pembelajaran Barisan dan Deret (bunga, Based Learning (PBL) pada pokok
pertumbuhan, dan peluruhan). Adapun alur bahasan Barisan dan Deret (Bunga,
Alur Penelitian Tindakan Kelas adalah Pertumbuhan, dan Peluruhan).
sebagai berikut : Untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan kreativitas siswa melalui
model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada pokok bahasan
Barisan dan Deret (Bunga, Pertumbuhan,
dan Peluruhan) di kelas XII IPS SMAN
Bandung, maka sebelum diadakan
pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) diadakan tes hasil pembelajaran
secara konvensional/klasikal.

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan


Kelas
a. Deskripsi Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dilakukan dalam tiga siklus, terdiri
dari 7 (tujuh) pertemuan. Pada awal
pembelajaran, siswa dikelompokkan
Gambar 1 menjadi 9 kelompok. Pembagian kelompok
Alur Penelitian Tindakan Kelas dilakukan oleh guru, supaya mendapatkan
http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/ kemampuan anggauta kelompok yang
model-ptk-3-model-spiral-dari- heterogen (berdasarkan kemampuan hasil
kemmis.html tes siswa). Tiap kelompok terdiri dari 4
orang siswa, masing-masing kelompok
Instrumen yang digunakan dalam terdiri dari 1 orang yang berkemampuan
penelitian adalah tes kemampuan akademik tinggi, 2 orang berkemampuan
pemecahan masalah matematika, akademik sedang dan 1 orang
pedoman wawancara dan observasi. berkemampuan akademik rendah.
Siswa yang berkemampuan tinggi ditunjuk
sebagai ketua kelompok dan bertanggung
D. HASIL DAN PEMBAHASAN jawab atas berlangsungnya diskusi
1. Deskripsi Awal kelompok.
Kelas yang digunakan untuk Awal pembelajaran, guru
penelitian adalah kelas XII IPS 1 dan kelas menerangkan inti materi, selanjutnya siswa
XII IPS2 SMAN 2 Bandung. Kondisi siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-
kedua kelas tersebut cenderung sama masing. Guru menjelaskan cara belajar
yaitu atraktif dan ribut. dengan model pembelajaran Problem
Pada umumnya pembelajaran Based Learning (PBL).
matematika bersifat klasikal / Pada awalnya siswa merasa kaku
konvensional. Guru aktif menerangkan, dan bingung dalam mengikuti proses
siswa aktif mendengarkan mencatat dan belajar Problem Based Learning (PBL),
karena proses pembelajaran seperti ini
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
72 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

jarang dilakukan. Namun berkat bimbingan pengamatan dan memberikan pandangan


dan arahan guru maka proses selanjutnya dan pendapatnya sebagai refleksi.
siswa bisa mengikuti dan melakukan Pelaksanaan proses belajar
diskusi dengan kelompok masing-masing, mengajar siklus I:
mereka dihadapkan pada tantangan untuk a. Perencanaan (Plan)
menyelesaiakan soal-soal. Setelah mereka Persiapan dalam penelitian ini
dapat menyelesaikan satu soal, mereka mencakup penjelasan peneliti pada
memperlihatkan kecenderungan untuk observer tentang model pembelajaran
mencoba menyelesaikan soal-soal yang Problem Based Learning (PBL). Observer
tersedia berikutnya. Ini pertanda positif, banyak memahami tentang model
karena dalam mengerjakan soal. pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan banyak memberi masukan pada
b. Hasil Penelitian Penerapan Model peneliti.
Pembelajaran Problem Based Persiapan lain yang dilakukan adalah
Learning (PBL) Pada Pokok Bahasan menyiapkan perangkat pembelajaran dan
Barisan dan Deret (Bunga, strategi untuk menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
Pertumbuhan, dan Peluruhan).
(PBL). Untuk perangkat pembelajaran,
Memperhitungkan bahwa penelitian peneliti dan observer merumuskan
ini dilaksanakan di kelas XII IPS, yang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
mana pada tahap ini kelas XII akan (RPP), Lembar Tes Pemecahan Masalah
dihadapkan mengikuti Ujian Nasional, beserta kisi-kisinya, Lembar Aktifitas Siswa
harus diperhitungkan waktu secermat (LAS), Lembar Observasi, Pedoman
mungkin untuk suksesnya penelitian ini. wawancara dan Angket Kreativitas belajar
Materi yang disajikan adalah Bab Barisan siswa.
dan Deret tentang Bunga, Pertumbuhan, Dalam tahap perencanaan ini,
dan Peluruhan. mempersiapkan topik yang akan dibahas.
Untuk memperoleh gambaran, Pada tindakan siklus kesatu, peneliti
bahwa penelitian ini dilaksanakan mempelajari kondisi siswa. Peneliti ingin
sebanyak tiga siklus. Setiap mempelajari bagaimana respon siswa
perkembangan yang terjadi dalam setiap terhadap pembelajaran dengan model
siklus dianalisis dan dibahas, sehingga pembelajaran Problem Based Learning
penerapan model pembelajaran Problem (PBL), oleh karena itu skenario yang
disusun disesuikan dengan pembelajaran
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
Barisan dan Deret (Bunga, Pertumbuhan, b. Pelaksanaan Tindakan (act)
dan Peluruhan) dapat berjalan dengan Pelaksanaan Tindakan siklus I,
maksimal. dengan penerapan model pembelajaran
Observasi dilakukan langsung di Problem Based Learning (PBL)
kelas dengan menggunakan lembar dilaksanakan dua pertemuan dengan
observasi yang telah disiapkan materi Barisan dan Deret Aritmatika
sebelumnya, dilakukan melihat langsung (Mengenal bunga) dan Bunga Tunggal.
proses pembelajaran di kelas oleh seorang c. Pengamatan (Observer)
observer. Pada kegiatan ini, peneliti dan
Pelaksanaan pembelajaran dalam observer melakukan pengamatan terhadap
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: berlangsungnya proses belajar mengajar
dikelas dengan menerapkan model
1. Siklus I pembelajaran Problem Based Learning
Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 (PBL), maka diperoleh temuan sebagai
pertemuan. Dalam melaksanakan berikut :
penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang
guru sebagai observer yang membantu
merumuskan perencanaan, tindakan,

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 73

1. Pengamatan terhadap kegiatan pada siswa untuk aktif. Guru tidak lagi
belajar siswa dominan dan hanya memberikan arahan
a) Masih terdapat siswa yang mengobrol di dan penguatan dalam proses diskusi.
Walaupun begitu peneliti ingin lebih
luar materi dan melamun.
meningkatkan lagi sehingga hasil yang
b) Ada interaksi sesama siswa. didapatkan lebih memuaskan.
c) Keaktifan siswa meningkat walaupun Dalam penerapan model
masih rendah. pembelajaran Problem Based Learning
d) Kemampuan siswa dalam memperluas (PBL), observer melihat kemampuan guru
materi masih belum maksimal. dalam memotivasi siswa untuk mampu
mandiri kurang maksimal dan tentunya
2. Pengamatan terhadap kegiatan kekurangan ini akan coba dikurangi pada
siklus berikutnya.
mengajar guru
a) Suara guru jelas. 2. Siklus II
b) Guru tidak dominan dalam Dalam melaksanakan penelitian ini,
pembelajaran di kelas. Peneliti dibantu oleh seorang observer.
c) Guru terlihat mengontrol siswa yang Pelaksanaan proses belajar mengajar
mengobrol di luar materi. Siklus II:
d) Guru mulai mampu memberikan a. Perencanaan (Plan)
motivasi kepada siswa untuk menjadi Siklus II dilaksanakan sesuai
siswa yang aktif. rencana yaitu dilaksanakan pada 2
e) Guru semakin mampu menguasai kelas pertemuan yaitu pertemuan ke-1: materi
ketika diskusi berlangsung. Barisan dan Deret Geometri dan
pertemuan ke-2: :materi Bunga Majemuk.
f) Guru berkeliling membimbing kelompok
Peneliti dan observer menyusun rencana
siswa yang mendapat kesulitan. kegiatan yang meliputi pembuatan
g) Guru memberi reward berupa penilaian perangkat pembelajaran (RPP), Lembar
tambahan kepada siswa yang aktif. Tes Pemecahan Masalah beserta kisi-
kisinya, Lembar Aktifitas Siswa (LAS),
3. Pengamatan terhadap proses Lembar Observasi, Pedoman wawancara
pembelajaran dengan menggunakan dan Angket Kreatifitas belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan (Act)
model Problem Based Learning
Pelaksanaan Tindakan pada siklus II,
(PBL)
yaitu pembahasan tentang Barisan dan
a. Keadaan kelas lebih hidup karena deret Geometri (Bunga Majemuk).
keaktifan siswa meningkat c. Pengamatan (Observer)
b. Terjadi sosialisasi antar siswa Pada kegiatan ini, peneliti dan
observer melakukan pengamatan terhadap
d. Refleksi (Reflect) berlangsungnya proses belajar mengajar
Berdasarkan hasil pengamatan di dikelas dengan menerapkan model
kelas, peneliti dan observer menarik pembelajaran Problem Based Learning
kesimpulan bahwa proses belajar (PBL), maka diperoleh temuan sebagai
mengajar yang berlangsung nampak ada berikut :
perubahan yang menuju ke arah yang lebih
baik. Ini terlihat dari hasil penilaian 1. Pengamatan terhadap kegiatan
pekerjaan siswa secara kelompok untuk belajar siswa
LAS I (Barisan dan Deret 1) Terjadi peningkatan interaksi sesama
Aritmatika/Mengenal Bunga dan Bunga
Tunggal). siswa yang sangat signifikan.
Proses belajar mengajar dengan 2) Keadaan siswa sangat aktif
model pembelajaran Problem Based 3) Siswa tidak takut lagi berpendapat
Learning (PBL) memberikan kesempatan 4) Respon siswa baik

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
74 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

5) Kemampuan siswa dalam pertemuan ke- 3: diadakan postes dengan


memperdalam materi ada peningkatan materi Barisan dan Deret tentang Bunga,
dibandingkan pertemuan sebelumnya. Pertumbuhan dan Peluruhan.
Dalam melaksanakan penelitian ini,
2. Pengamatan terhadap kegiatan Peneliti dibantu oleh seorang observer
mengajar guru yang membantu merumuskan
a. Guru semakin menguasai kelas ketika perencanaan, tindakan, pengamatan dan
diskusi berlangsung evaluasi. Yang akhirnya peneliti dan
b. Guru semakin mampu memotivasi observer melakukan refleksi dari hasil
siswa dengan pemberian materi baru penelitian tersebut.
c. Guru semakin mampu mengatur siswa Pelaksanaan Proses Belajar
sehingga jalannya pembelajaran Mengajar Siklus III:
dengan metode PBL berlangsung a) Perencanaan (Plan)
dengan tertib. Peneliti dan observer menyusun
d. Guru tidak lagi mendominasi kelas rencana kegiatan yang meliputi pembuatan
perangkat pembelajaran (RPP), lembar
test pemecahan masalah matematika
3. Pengamatan terhadap proses belajar
besrta kisi-kisinya, lembar observasi,
mengajar dengan menggunakan
Pedoman wawancara dan Angket
model pembelajaran Problem Based
kreativitas belajar siswa.
Learning (PBL)
a. Kelas terlihat aktif Dalam tahap perencanaan ini, selain
mempersiapkan topik yang akan dibahas,
b. Kemampuan guru dalam menjalankan
pada tindakan akhir siklus ini akan
proses belajar mengajar dengan
diadakan test evaluasi tertulis secara
menggunakan model pembelajaran
individu, untuk mengetahui sejauhmana
Problem Based Learning (PBL) semakin
siswa dapat memperdalam materi yang
baik
diberikan.
c. Kemampuan siswa dalam
memperdalam materi mengalami b) Pelaksanaan Tindakan (Act)
peningkatan Pelaksanaan Tindakan pada siklus
III, penerapan model pembelajaran
a) Refleksi (reflect) Problem Based Learning (PBL) yaitu
pembahasan tentang Pertumbuhan dan
Dari hasil pengamatan, observasi
Peluruhan.
dan evaluasi pada pertemuan keempat dari
c) Pengamatan (Observer)
penelitian ini, apabila dibandingkan
dengan tindakan terdahulu maka nampak Pada kegiatan ini, peneliti dan
ada perubahan peningkatan baik, terutama observer melakukan pengamatan terhadap
dari aktivitas belajar siswa dari proses berlangsungnya proses belajar mengajar
belajar mengajar yang berlangsung. dikelas dengan menerapkan model
Tingkat partisipasi siswa meningkat pembelajaran Problem Based Learning
daripada tindakan sebelumnya. Peneliti (PBL), maka diperoleh temuan sebagai
melihat siswa makin percaya diri, berikut :
mengutarakan pendapatnya. Hubungan 1. Pengamatan terhadap kegiatan
antar siswa makin baik terutama anggota belajar siswa
satu kelompoknya, terbukti dari hasil kerja a) Interaksi sesama siswa yang sangat
kelompok yang makin meningkat. baik.
b) Keadaan siswa sangat aktif
3. Siklus III
c) Siswa tidak takut berpendapat
Siklus III dilaksanakan sesuai d) Respon siswa baik
rencana sebanyak 3 pertemuan yaitu
e) Kemampuan siswa dalam
pertemuan ke-1: materi Pertumbuhan,
memperdalam materi baik.
pertemuan ke-2: materi Peluruhan dan

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 75

2. Pengamatan terhadap kegiatan sehingga dalam sebuah pembelajaran


mengajar guru diakhiri dengan tes secara individu.
a. Guru menguasai kelas ketika diskusi
Pembahasan
berlangsung
1. Peningkatan Kemampuan
b. Guru semakin mampu memotivasi
Pemecahan Masalah
siswa dengan pemberian materi baru
Tujuan dalam penelitian ini adalah
c. Guru mampu mengatur siswa sehingga untuk menelaah dan mendeskripsikan
jalannya pembelajaran dengan model peningkatan kemampuan pemecahan
pembelajaran Problem Based Learning masalah dan kreativitas siswa pada materi
(PBL) berlangsung dengan tertib Barisan dan Deret (Bunga, Pertumbuhan,
d. Guru tidak mendominasi kelas dan Peluruhan) yang memperoleh model
pembelajaran Problem Based Learning
3. Pengamatan terhadap proses belajar (PBL) dan siswa yang memperoleh model
pembelajaran konvensional.
mengajar dengan menggunakan
Analisis awal mengenai skor pretes
model pembelajaran Problem Based pada kedua kelompok menunjukan tidak
Learning (PBL) ada perbedaan nilai pretes kemampuan
1. Kelas terlihat aktif pemecahan masalah kelas PBL dengan
2. Kemampuan guru dalam menjalankan kelas konvensional. Sejalan dengan
proses belajar mengajar dengan model pemberian perlakuan terhadap kelas yang
pembelajaran Problem Based Learning mempeoleh model pembelajaran Problem
(PBL), semakin baik Based Learning (PBL) dan kelas yang
3. Kemampuan siswa dalam memperoleh model pembelajaran
memperdalam materi mengalami konvensional. Keadaan tersebut sesuai
peningkatan dengan pandangan Von Glaserfeld
(Suparno, 1996) menyatakan bahwa anak
a) Refleksi (reflect) sudah membawa “pengetahuan awal” dari
Dari hasil pengamatan, observasi lingkungan hidup mereka, pengetahuan
dan evaluasi pada pertemuan ketujuh dari awal yang mereka punya adalah untuk
penelitian ini, apabila dibandingkan membangun pengetahuan selanjutnya.
dengan tindakan terdahulu maka nampak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada perubahan peningkatan yang sangat pembelajaran dengan menggunakan
signifikan, terutama dari aktivitas dan model pembelajaran Problem Based
kreativitas belajar siswa dari proses belajar Learning (PBL) efektif untuk meningkatkan
mengajar yang berlangsung. kemampuan pemecahan masalah dan
Tingkat partisipasi siswa meningkat kreativitas siswa pada materi Barisan dan
daripada tindakan sebelumnya. Peneliti Deret.
melihat siswa makin percaya diri, Melalui aktivitas mental seperti ini,
mengutarakan pendapatnya. Hubungan kemampuan kognitif siswa mendapat
antar siswa makin baik terutama anggota kesempatan untuk diberdayakan dan
satu kelompoknya, terbukti dari hasil kerja dimantapkan. Dengan demikian dapat
kelompok yang makin meningkat. dipahami bahwa dalam pembelajaran
Dari perbandingan hasil nilai kerja Problem Based Learning (PBL) siswa telah
kelompok siklus I sampai siklus III yang berupaya secara maksimal menggunakan
pada umumnya naik, ini menunjukkan segenap kemampuan yang dimiliki. Jadi
bahwa pendalaman materi pemecahan pembelajaran dengan model Problem
masalah matematika dan kreativitas siswa Based Learning (PBL) dibandingkan
serta cara kerja kelompok makin baik. dengan pembelajaran konvensional,
Tujuan utama dalam sebuah pembelajaran menunjukkan pengaruh yang signifikan
adalah kemampuan individu siswa. terhadap peningkatan kemampuan
Penerapan model pembelajaran Problem pemecahan masalah matematis siswa.
Based Learning (PBL) diharapkan dapat Telah dikemukakan sebelumnya
meningkatkan kemampuan individu siswa, bahwa salah satu langkah dalam

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
76 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

pembelajaran Problem Based Learning dengan memberdayakan siswa dalam


(PBL) adalah pengorganisasian siswa bekerja sama untuk berinteraksi dalam
dalam kelompok belajar. Peran guru kelompok secara maksimal. Oleh karena
sebagai fasilitator dan organisator tidaklah itu, interaksi multi arah selama proses
semudah yang dibayangkan. Agar pemecahan masalah menjadi suatu
pembelajaran berjalan dengan efektif, guru kekuatan dalam pembelajaran Problem
membuat perencanaan yang matang, Based Learning (PBL) siswa lebih kreatif
terutama menyangkut bahan ajar dan untuk dapat menyelesaikan masalah,
bentuk bantuan yang diberikan kepada karena mereka dapat berdiskusi dengan
siswa jika mengalami kesulitan dalam teman-temannya walaupun menghadapi
pemecahan masalah. Dalam pembelajaran masalah yang sulit.
kelompok, guru tidaklah sekedar Dari hasil penelitian dapat dilihat
mengelompokkan siswa ke dalam hasil peningkatan kemampuan pemecahan
beberapa kelompok belajar. Namun hal masalah matematis siswa yang
yang penting dilakukan guru adalah memperoleh pembelajaran dengan
mendorong agar setiap siswa dapat menggunakan Problem Based Learning
berpartisipasi dan berinteraksi sepenuhnya (PBL) lebih baik dibandingkan dengan
dalam kreativitas siswa. Karena interaksi siswa yang memperoleh pembelajaran
yang maksimal dalam kelompok sangat dengan menggunakan konvensional. Hal
menentukan keberhasilan dalam ini sejalan dengan penelitian yang
menyelesaikan masalah. dilakukan oleh (Sumartini, 2016),
Dari paparan di atas dapat dipahami peningkatan kemampuan pemecahan
bahwa keberhasilan pembelajaran masalah matematis siswa yang mendapat
Problem Based Learning (PBL) sangat pembelajaran berbasis masalah lebih baik
ditentukan oleh sajian masalah yang daripada siswa yang mendapat
diberikan kepada siswa, bantuan guru pembelajaran konvensional. Melalui
secara tepat dan tidak langsung ketika pembelajaran Problem Based Learning
siswa mengalami kendala, dan interaksi (PBL) kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini matematis siswa dapat dikembangkan dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan ditingkatkan. Sebagaimana yang
oleh (Angkotasan, 2014), model Problem dikemukakan oleh Arend (Fachrurazi,
Based Learning efektif ditinjau dari 2011) bahwa pembelajaran berbasis
kemampuan pemecahan masalah masalah Problem Based Learning (PBL)
matematis siswa. Oleh karena itu, masalah merupakan suatu pendekatan
yang disajikan kepada siswa janganlah pembelajaran dimana siswa mengerjakan
masalah yang tidak bisa dijangkau oleh permasalahan autentik dengan maksud
siswa. Diusahakan masalah tersebut tidak menyusun pengetahuan mereka sendiri,
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. mengembangkan inkuiri dan keterampilan
Dengan kata lain, masalah yang disajikan berpikir, mengembangkan kemandirian,
selanjutnya harus menarik dan menantang. dan percaya diri.
Hal ini dimaksudkan agar siswa
mempunyai keinginan dan kreativitas 2. Kreativitas Siswa
siswa untuk menyelesaikan masalah Dari hasil penelitian dapat dilihat
tersebut. Selain itu diusahakan intervensi kreativitas siswa kelas Problem Based
guru harus minimal dan diberikan ketika Learning (PBL) lebih baik dari pada kelas
siswa memang benar-benar membutuhkan konvensional. Oleh karena itu kreativitas
serta diusahakan interaksi dalam kelompok siswa merupakan faktor penting dalam
berjalan dengan efektif. Tidak bisa belajar, tanpa kreativitas tujuan
dipungkiri dalam proses pembelajaran pembelajaran tidak akan optimal sesuai
Problem Based Learning (PBL), suatu dengan yang dikehendaki. Ada beberapa
kesulitan yang akan dialami oleh guru faktor yang mempengaruhi kreativitas
disaat banyak kelompok mengalami siswa yaitu faktor baik dari dalam diri siswa
kendala dalam menyelesaikan masalah. maupun dari luar siswa misalnya keluarga,
Upaya yang dapat dilakukan guru adalah lingkungan sekolah, dan terutama guru.

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 77

Faktor utama yang mempengaruhi kemampuan dan keahlian khusus dalam


kreativitas siswa adalah model bidang keguruan.
pembelajaran yang digunakan selama Dari hasil observasi yang dilakukan
proses berlajar mengajar berlangsung. oleh guru sebagai pengamat terhadap
Kreativitas adalah salah satu kata kunci aktivitas siswa diperoleh data bahwa setiap
yang perlu dilakukan guru untuk siswa dalam kelompok membaca dan
memberikan layanan pendidikan yang memecahkan masalah yang diberikan
maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang berkaitan dengan materi Barisan dan
khusus dalam bidang keguruan. Deret berlangsung baik dan maksimal.
Kreativitas siswa yang ada pada Kemudian dari aspek guru berdasarkan
seseorang akan mewujudkan suatu hasil pengamat diketahui bahwa dari setiap
perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk pertemuan pengolahan kelas yang
mencapai sasaran. Keberhasilan dilakukan oleh guru selalu baik dari
kreativitas siswa tidak lepas dari orang pertemuan sebelumnya. Hal tersebut
yang bersangkutan, oleh karena itu pada terlihat dari rata-rata lembar observasi
dasarnya kreativitas siswa merupakan yang menunjukkan baik. Berdasarkan data
faktor yang dapat menentukan hasil observer diketahui bahwa selama
keberhasilan seseorang. Menurut Menurut proses pembelajaran dengan
(Slameto, 2003, hlm 54), “salah satu faktor menggunakan model Pembelajaran
yang mempengaruhi siswa untuk menjadi Problem Based Learning (PBL), siswa
kreativitas dalam belajar, di antaranya bersikap aktif mengerjakan setiap
faktor internal dan eksternal siswa”. permasalahan yang diberikan. Hal ini
Demikian pula belajar tanpa proses sesuai dengan apa yang diutarakan
pemahaman pasti cepat hilang. Dukungan Setiawan (2008) bahwa pembelajaran
dari faktor luar, penghargaan dan pemecahan masalah mendorong siswa
dorongan panting bagi siswa untuk untuk berinisiatif, kratif, dan aktif.
mencapai kompetensi pencapaian. Berdasarkan dengan peran guru
Dari temuan di atas menjelaskan dalam pembelajaran, berdasarkan analisis
bahwa setelah melakukan proses data angket dapat diungkapkan bahwa
pembelajaran PBL maupun pembelajaran hampir seluruh siswa memperoleh
konvensional, memiliki kreativitas yang bimbingan dari guru selama proses belajar
berkembang menjadi baik, meskipun ada berlangsung. Kemudian hampir seluruh
perbedaan peningkatan kreativitas. siswa berpendapat bahwa guru
memperhatikan kesulitan yang dihadapi.
3. Korelasi antara Kemampuan Disamping itu dapat disimpulkan bahwa
Pemecahan Masalah dengan secara umum siswa memberikan respon
Kreativitas Siswa yang positif terhadap pelaksanaan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran melalui Problem Based
Learning (PBL). Hal ini menggambarkan
ada korelasi antara kemampuan
bahwa siswa menyukai pelajaran
pemecahan masalah dengan Kreativitas
matematika dengan menggunakan model
Siswa. Kreativitas Siswa penting dimiliki
siswa dalam proses pembelajaran karena pembelajaran Problem Based Learning
(PBL).
fungsinya mendorong, menggerakan, dan
Namun hanya sebagian kecil siswa
mengarahkan kegiatan belajar. Sementara
menurut Lenchner (dalam Sri W. dkk, yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran
2010), memecahkan masalah matematika
Problem Based Learning (PBL) siswa
adalah proses menerapkan pengetahuan
merasa takut untuk menjelaskan hasil kerja
matematika yang telah diperoleh
mereka di depan kelas. Mereka masih
sebelumnya ke dalam situasi baru yang
belum percaya diri maju ke depan.
belum dikenal. Sedangkan, kreativitas
siswa salah satu kata kunci yang perlu
dilakukan guru untuk memberikan layanan
pendidikan yang maksimal sesuai

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
78 I Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan…..

E. KESIMPULAN (PBL) lebih baik dari pada siswa yang


Hasil penelitian menunjukkan bahwa memperoleh pembelajaran konvensional.
metode Problem Based Learning (PBL) Hasil penelitian menunjukan model
dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran Problem Based Learning
pemecahan masalah pada siswa. (PBL) memberikan pengaruh yang baik
Pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan kemampuan
(PBL) juga dapat meningkatkan kreativitas pemecahan masalah siswa. Suasana
siswa. belajar yang menyenangkan yang
Peningkatan kemampuan menuntut siswa untuk aktif dalam
pemecahan masalah siswa pada materi mengkonstruksi sendiri pemahamannya
Barisan dan Deret (Bunga, Pertumbuhan, memudahkan siswa dalam memahami
Peluruhan) yang memperoleh model materi yang disampaikan. Mengingat
pembelajaran Problem Based Learning kemampuan pemecahan masalah penting
(PBL) lebih baik dari pada siswa yang bagi siswa, maka sangat disarankan
memperoleh pembelajaran konvensional. melakukan penerapan model
Kreativitas siswa pada materi Barisan dan pembelajaran Problem Based Learning
Deret yang memperoleh model (PBL) untuk mencapai kompetensi-
pembelajaran Problem Based Learning kompetensi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Angkotasan, N. (2014). Keefektifan Model Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. 3(1):
11-19.
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
UPI. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf.
Guntoro, S.T. (2015). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015
SMA/SMK Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gurganus, S. P. (2017). Math instruction for students with learning problems. Taylor & Francis.
Kristonis, W.A. (2007). National Impact: Creating Teacher Leaders Through the Use of
Problem Based Learning. National Forum Of Applied Educational Research Journal.
England. 20(3): 1-2
Mulyana, A. Z. (2004). Rahasia Matematika untuk SD. Surabaya: Agung Media Mulya.
Setiawan, A. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Siagian, R. E. F. (2015). Pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terrhadap prestasi
belajar matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2).
Sri, W. dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP.
Jakarta: Kemendiknas
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
melalui pembelajaran berbasis masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika,
5(2), 148-158.

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 79

Suparno, P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius


(Anggota IKAPI).
Uno, H. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Angkasa.

DOI 10.17509/pdgia.v17i1.16406
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276

You might also like