3 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Journal Homepage : http://jurnal.unpad.ac.id/ijpst/
UNPAD Research Article

Formulation of Blush on Cream from Roselle (Hibiscus sabdariffa L.)


Flower Extract with Olive Oil as Emollients

Tubagus Akmal1*, Yenni P. Tanjung1, Yudhea Afrizki1


1Akademi farmasi Bumi Siliwangi, Jl. Rancabolang No. 104 Margahayu Raya Bandung, 40286

Submitted 13 September 2022; Revised 11 November 2022; Accepted 11 December 2022; Published 30 June 2023
*Corresponding author: [email protected]

Abstract
Natural dyes have become more popular as a result of the harmful and carcinogenic effects of synthetic
dyes. Anthocyanins are natural dyes that are widely used to replace synthetic dyes and can also act as
antioxidants that can be found in rosella (Hibiscus sabdarrifa L.). This study aimed to obtain blush
on cream from rosella flower extract (RFE) with olive oil and to determine the effect of olive oil
concentration on the evaluation results. The blush on cream was made in 3 formula, F1 (13.5%),
F2 (15.5%), and F3 (17.5%). The cream was evaluated for 28 days in room temperature (15–30⁰C)
which included organoleptic, pH, homogeneity, spreadability, adhesion, cream type, and viscosity.
The results of the evaluation of RFE blush on cream with olive oil showed that F1, F2, and F3 met
the requirements for evaluating the preparation for organoleptic tests, pH, homogeneity, spreadability,
adhesion, cream type, and viscosity. Variations concentration of olive oil gave no significant effect
(p>0.05) on the organoleptic, pH, homogeneity, spreadability, and cream type and had significant effect
(p<0.05) on the adhesion and viscosity test. The findings demonstrate that RFE can be made in blush
on cream formulations with olive oil as emollients.

Keywords: blush on cream, natural dyes, anthocyanins, rosella flower extract.

Formulasi Sediaan Blush on Krim Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus


sabdariffa L.) dengan Minyak Zaitun sebagai Emolien

Abstrak
Pewarna alami menjadi lebih populer sebagai akibat dari efek berbahaya dan karsinogenik dari pewarna
sintetis. Antosianin merupakan zat warna alami yang banyak digunakan untuk menggantikan zat
warna sintetik dan juga dapat berperan sebagai antioksidan yang terdapat pada bunga rosella (Hibiscus
sabdarrifa L.). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan blush on krim dari ekstrak bunga rosella
dengan penambahan minyak zaitun dan mengetahui pengaruh konsentrasi minyak zaitun terhadap
hasil evaluasi. Sediaan dibuat dalam 3 formula, F1 (13,5%), F2 (15,5%), dan F3 (17,5%). Krim
dievaluasi selama 28 hari pada suhu kamar (15–30⁰C) yang meliputi organoleptik, pH, homogenitas,
daya sebar, daya lekat, tipe krim, dan viskositas. Hasil evaluasi blush on krim ekstrak bunga rosella
dengan penambahan minyak zaitun menunjukkan bahwa F1, F2, dan F3 memenuhi persyaratan
evaluasi sediaan uji organoleptik, pH, homogenitas, daya sebar, daya lekat, jenis krim, dan viskositas.
Variasi konsentrasi minyak zaitun tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap organoleptik, pH,
homogenitas, daya sebar, dan jenis krim serta berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap uji daya lekat
dan viskositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga rosella dapat dibuat dalam bentuk
blush on krim dengan minyak zaitun sebagai emolien.

Kata Kunci: blush on krim, pewarna alami, antosianin, ekstrak bunga rosella

111
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

1. Pendahuluan terbagi menjadi beberapa bentuk sediaan,


Mempercantik diri menggunakan riasan salah satunya adalah bentuk sediaan krim.
dengan pengaplikasian warna merupakan Krim perona wajah memiliki keunggulan
salah satu perilaku yang umum terjadi saat dapat membentuk lapisan tipis yang rata
ini1. Selain itu warna juga menjadi salah dipermukaan kulit sehingga tampak lebih
satu faktor penting dalam promosi produk alami daripada bentuk sediaan compact
kosmetik serta menjadi salah satu hal daya powder10. Selain pewarna, bahan penyususn
tarik bagi konsumen2. Bahan seperti pewarna yang terkandung dalam sediaan krim perona
alami dan sintetis sangat menarik karena wajah adalah emolien. Emolien berfungsi
begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. sebagai pelembab untuk melindungi kulit
Beberapa dari pewarna tersebut bersifat kulit dan dapat mencegah penguapan air
racun, dapat mengiritasi kulit dan mata sehingga berperan dalam melindungi kulit
serta bersifat karsinogenik. Banyak pewarna dari kerusakan akibat pengaruh lingkungan.
sintetis yang menyebabkan alergi dan kanker Salah satu emolien yang bisa digunakan
telah dilarang. Meskipun masih terdapat dalam formulasi sediaan kosmetik adalah
beberapa pewarna sintetis yang legal untuk minyak mineral dan minyak tumbuhan11.
digunakan, namun pewarna tersebut tidak Emolien yang dipilih dalam penelitian
sepenuhnya aman. Mayoritas pewarna sintetis ini ialah emolien yang berasal dari minyak
tidak dapat terurai secara alami akibatnya tumbuhan yaitu minyak zaitun. Minyak
mencemari lingkungan sehingga menjadi zaitun memiliki sejumlah sifat yang baik bagi
masalah ekologi3. Penggunaan pewarna alami kulit salah satunya sebagai sumber pelembab
dalam kosmetik menjadi semakin banyak. alami. Selain untuk menurunkan toksisitas
Hal ini berkaitan dengan efek samping yang sediaan karena penggunaan bahan12.
ditimbulkan dan isu keamanan dari pewarna Penelitian menyebutkan bahwa
sintetis2. Berdasarkan siaran pers public minyak zaitun berkhasiat sebagai perawatan
warning yang dilakukan oleh BPOM, hasil kecantikan kaya akan vitamin E yang
pemeriksaan sampel kosmetik dipasaran merupakan anti penuaan dini, menghaluskan
pada periode Juli 2020 sampai September serta melembabkan permukaan kulit tanpa
2021 diketahui sebanyak 18 item kosmetik menyumbat pori dan nyaris tidak ada efek
mengandung bahan kimia dan pewarna samping yang perlu dikhawatirkan13–15.
berbahaya4. Penggunaan minyak tumbuhan dalam
Salah satu pigmen yang digunakan komponen fase minyak pada sediaan
sebagai pewarna alami adalah antosianin. kosmetik lebih baik daripada minyak mineral
Antosianin merupakan metabolit sekunder dan karena dapat lebih mudah bercampur dengan
pigmen yang larut dalam air yang tergolong lemak kulit, lebih mampu menembus sel
kedalam senyawa fenolik5. Pigmen ini – sel stratum corneum, dan memiliki daya
menghasilkan warna merah, biru, dan ungu6. adhesi yang lebih kuat. Penambahan variasi
Antosianin selain dapat digunakan sebagai konsentrasi minyak zaitun sebagai emolien
pewarna alami, juga memiliki aktivitas yaitu dengan konsentrasi 13,5% – 17,5%16.
antioksidan. Hal ini dikarenakan antosianin Penambahan minyak zaitun dalam sediaan
memiliki struktur ikatan rangkap terkonjugasi diharapkan dapat menghasilkan krim perona
yang membuatnya sangat reaktif dan dapat wajah ekstrak bunga rosella yang baik dan
bertindak sebagai penangkal radikal bebas7. memenuhi syarat evaluasi sediaan.
Buah-buhan, sayuran, kacang-kacangan,
bunga, dan umbi-umbian merupakan sumber 2. Metode
alami antosianin salah satunya adalah bunga 2.1. Alat
rosella (Hibiscus sabdariffa L.)8,9. Alat yang digunakan pada penelitian
Sediaan kosmetik yang mulai banyak ini adalah timbangan analitik (KERN: ABS
menggunakan pewarna alami adalah sediaan 220-4 Analytical Balance, Jerman), beaker
perona wajah. Secara umum perona wajah glass (Pyrex, Indonesia), gelas ukur (Pyrex,

112
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

Indonesia), Termometer batang air raksa, masing – masing formula.


kertas perkamen, cawan porselen (Pudak, Ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus
Indonesia), wadah blush on krim, batang sabdariffa L.) diperoleh dengan metode
pengaduk (Iwaki, Indonesia), overhead maserasi, pembuatan ekstrak dilakukan oleh
stirrer (DLAB overhead stirrer LCD Digital laboratorium Mark Herb IbIKK Sekolah
OS20-PRO, Cina), sudip, spatula (Pudak, Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Indonesia), pipet tetes (Pudak, Indonesia), pH Ekstrak bunga rosella dilakukan
universal (Merck, Indonesia), dan Viscometer identifiksikasi flavonoid dengan cara,
Brookfield LV (AMETEK, USA). sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dengan 4
ml etanol 95% sampai terlarut. Diambil 2 ml
2.2. Bahan larutan uji, kemudian ditambahkan 0,1 gram
Bahan yang digunakan pada penelitian serbuk magnesium dan 10 tetes HCl pekat
ini adalah simplisia bunga rosella (Hibiscus lalu dikocok perlahan. Jika terbentuk warna
sabdariffa L.) (Lansida Herbal Technology, merah jingga hingga merah ungu menunjukan
Yogyakarta), minyak zaitun (Lansida Herbal adanya flavonoid.
Technology), beeswax (Subur Kimia Jaya), Variasi ini dilakukan untuk mengetahui
span 80 (Pharmapreneur), propil paraben apakah perbedaan konsentrasi minyak
(Pharmapreneur), tween 80 (Subur Kimia zaitun berpengaruh terhadap hasil evaluasi
Jaya), metil paraben (Pharmapreneur), sediaan yang meliputi uji organoleptis, pH,
gliserin (Pharmapreneur), propilen glikol homogenitas, daya sebar, tipe krim, daya
(Subur Kimia Jaya), titanium dioksida (Subur lekat, dan viskositas.
Kimia Jaya), Buthylated Hydroxy Toluene
(Subur Kimia Jaya), dan akuades (Subur 2.3.1. Pembuatan Sediaan
Kimia Jaya). Proses pembuatan sediaan krim perona
wajah dilakukan dengan mencampurkan fase
2.3. Prosedur air ke dalam fase minyak guna membentuk
Jenis penelitian yang digunakan adalah basis krim. Fase minyak disini berupa
penelitian eksperimental. Pada penelitian ini (beeswax, minyak zaitun, propil paraben
dibuat tiga formula Krim perona wajah yang dan span 80) dan fase air berupa (tween 80,
divariasikan pada konsentrasi minyak zaitun gliserin, propilenglikol, metil paraben, dan
(Olive oil) yaitu F1 (13,5%), F2 (15,5%) dan akuades).
F3 (17,5%) dan penambahan konsentrasi Bahan–bahan fase minyak dilebur
ekstrak bunga rosella sebanyak 10% pada diatas waterbath hingga suhu mencapai
Tabel 1. Formula Sediaan Krim Perona Wajah Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan
Variasi Konsentrasi Minyak Zaitun sebagai Emolien
Konsentrasi %
Bahan Kegunaan
F1 F2 F3
Beeswax 15 15 15 Basis
Minyak Zaitun 13,5 15,5 17,5 Emolien
Span 80 1,7 1,7 1,7 Emulgator
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02 Pengawet
Propilenglikol 15 15 15 Pengental
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18 Pengawet
Tween 80 4,3 4,3 4,3 Emulgator
Gliserin 15 15 15 Humektan
Titanium Dioksida 0,5 0,5 0,5 Pigmen
Ekstrak Bunga Rosella 10 10 10 Pewarna
BHT 0,1 0,1 0,1 Antioksidan
Akuades ad 100 ad 100 ad 100 Pelarut

113
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

70°C, kemudian ditambahkan propil paraben dilakukan dengan cara 0.5 gram sediaan krim
dengan tetap menjaga suhu konstan sampai diletakkan di atas plat kaca dan ditekan dengan
terlarut. Bahan – bahan fase air dilebur diatas
beban seberat 250 gram selama 5 menit. Gelas
waterbath pada suhu yang sama, setelah suhu objek dipasang pada alat uji, lepaskan beban
mencapai 70°C ditambahkan metil paraben seberat 80 gram dan dicatat waktu hingga
dan diaduk sampai homogen17. Fase air dan kedua gelas objek terlepas21. Syarat untuk
fase minyak dicampur dan dihomogenkan daya lekat yang baik pada sediaan topikal
sampai terbentuk basis krim, setelah suhu adalah tidak kurang dari 4 detik22.
mencapai 45°C ditambahkan titanium Uji Tipe Krim: Penentuan tipe krim
dioksida sebagai pigmen putih, BHT sebagai dapat dilakukan dengan uji kelarutan zat
antioksidan, dan ekstrak bunga rosella warna. Pengujian ini menggunakan zat warna
sebagai pewarna18. Pengadukan dilakukan larut air seperti metilen biru yang diteteskan
menggunakan stirrer dengan kecepatan 300 pada krim. Jika zat warna terlarut dan berdifusi
rpm selama 20 menit19. homogen pada fase eksternal yang berupa air,
maka tipe emulsi adalah M/A, namun jika zat
2.3.2. Evaluasi Sediaan Krim warna tampak sebagai tetesan di fase internal,
Uji Organoleptis: Sediaan dilakukan maka tipe emulsi adalah A/M23.
dengan panca indera untuk mendeskripsikan
bentuk atau konsistensinya. Pemeriksaan 2.3.3. Analisis Data Statistik
organoleptis meliputi tingkat konsistensi, Analisis data statistik ditentukan dengan
warna dan aroma20. uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk
Uji pH: Pengukuran pH dilakukan dengan confidence interval 95%. Bila nilai
dengan menggunakan alat indikator pH p>0,05 maka data berdistribusi normal dan jika
Universal. Indikator pH dicelupkan kedalam p<0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
sediaan krim dan dibiarkan beberapa detik, Data yang berdistribusi normal dilanjutkan
lalu warna pada indikator pH disesuaikan menggunakan uji Repeated One Way
berdasarkan pH standar Universal21. Syarat ANOVA. Data yang tidak berdistribusi normal
pH sediaan yang baik harus sesuai dengan pH dilanjutkan menggunakan uji Friedman. Nilai
kulit berkisar 4,5-718. p<0,05 memberikan hasil pengaruh secara
Uji Homogenitas: Masing-masing signifikan dan nilai p>0,05 memberikan hasil
sediaan diperiksa homogenitasnya dengan tidak berpengaruh signifikan20,23.
cara mengoleskan sediaan secukupnya pada
kaca objek18. Sediaan harus menunjukkan 3. Hasil
susunan yang homogen dan tidak terlihat Ekstrak bunga rosella diperoleh dengan
adanya butiran–butiran kasar .
22
metode maserasi berupa ekstrak kental
Uji Viskositas: Pemeriksaan viskositas berwarna merah gelap dan bau khas.
dilakukan menggunakan alat viskometer
brookfield LV dengan menggunakan spindel 3.1. Hasil Evaluasi Sediaan
no. 4, kecepatan alat dipasang pada 1,5 rpm Uji Organoleptis: Secara organoleptis
selama 2 menit. Krim yang baik mempunyai semua formula sediaan blush on krim ekstrak
viskositas 2000 – 50000 cPs18. bunga rosella memiliki warna yang sama
Uji Daya Sebar: Pemeriksaan daya yaitu merah kecoklatan dengan bau khas
sebar dilakukan dengan cara meletakkan 0,5 bunga rosella. Namun secara konsistensi
gram sediaan diatas cawan petri, selanjutnya ketiga formula sediaan blush on krim ekstrak
sediaan dilapisi kaca kembali dan diberi bunga rosella memiliki perbedaan, F3 lebih
beban hingga 200 gram dan dibiarkan selama kental dibandingkan dengan F1 dan F2.
1 menit. Lalu dihitung panjang persebaran Sedangkan formula dengan kekentalan paling
sediaan. Persyaratan daya sebar untuk sediaan rendah adalah F1.
krim yaitu pada rentang 4-7 cm18. Uji pH: Hasil pengukuran pH ketiga
Uji Daya Lekat: Uji daya lekat formula sediaan blush on krim dari hari ke-0

114
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

Gambar 1. Ekstrak Bunga Rosella Gambar 2. Grafik Hasil Uji Viskositas


hingga hari ke-28 menunjukkan pH yang rendemen ekstrak sebesar 19,23%. Dari
stabil yaitu 5. hasil skrinning fitokimia secara kualitatif
Uji Homogenitas: Hasil uji homogenitas membuktikan bahwa ekstrak bunga rosella
untuk semua formula sediaan blush on krim positif mengandung flavonoid. Dalam
ekstrak bunga rosella menunjukan kategori penelitian ini peneliti membandingkan
homogen dengan tidak adanya tekstur berpasir evaluasi sediaan blush on krim dengan
pada pengujian. Selama penyimpanan 28 hari perbedaan konsentrasi minyak zaitun untuk
semua formula menunjukkan tidak adanya masing-masing formula yaitu F1 (13,5%),
perubahan, sehingga dapat dikatakan sediaan F2 (15,5%), F3 (17,5%) dengan penambahan
tetap homogen. konsentrasi ekstrak bunga rosella (Hibiscus
Uji Viskositas: Hasil uji viskositas sabdariffa L.) sebanyak 10% pada masing-
sediaan blush on krim ekstrak bunga rosella masing formula.
dapat dilihat pada Gambar 2. Sediaan blush on krim dilakukan
Uji Daya Sebar: Hasil uji daya sebar evaluasi meliputi uji organoleptis, uji pH, uji
sediaan blush on krim ekstrak bunga rosella homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji
dapat dilihat pada Gambar 3. tipe krim dan uji viskositas pada suhu ruang
Uji Daya Lekat: Hasil uji daya lekat terkendali (15-30°C).
sediaan blush on krim ekstrak bunga rosella
dapat dilihat pada Gambar 4. 4.1. Evaluasi Sediaan Krim
Uji Tipe Krim: Hasil uji tipe krim Uji Organoleptis: Hasil evaluasi
sediaan blush on krim ekstrak bunga rosella organoleptis selama 28 hari ketiga formula
menunjukkan bahwa semua formula termasuk memiliki perbedaan tingkat konsistensi
dalam tipe krim minyak dalam air (M/A). yaitu F3 memiliki konsistensi lebih kental
selama penyimpanan 28 hari semua formula dibandingkan dengan F1 dan F2. Hal ini
tidak mengalami perubahan tipe krim. dikarenakan konsentrasi minyak zaitun
(Olive oil) pada F3 paling tinggi yaitu 17,5%
4. Pembahasan diikuti F2 15,5% dan F3 13,5%. Semakin
Ekstrak bunga rosella diperoleh dengan tinggi konsentrasi minyak zaitun (Olive oil)
metode maserasi berupa ekstrak kental maka semakin tinggi pula tingkat konsistensi
berwarna merah gelap dan bau khas dengan sediaan. Sedangkan dari warna dan bau F1,

Gambar 3. Grafik Hasil Uji Daya Sebar Gambar 4. Grafik Hasil Uji Daya Lekat
115
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

F2 dan F3 memiliki warna merah kecoklatan sediaan krim yaitu 4 – 7 cm. Perubahan daya
dan bau khas. Selama penyimpanan 28 sebar dipengaruhi oleh perubahan suhu dan
hari di suhu ruang terkendali, didapat hasil viskositas sediaan dimana semakin rendah
bahwa F1, F2 dan F3 dinyatakan stabil viskositas maka tahanan yang dimiliki pun
dan memenuhi persyaratan karena tidak rendah sehingga sediaan krim semakin encer
mengalami perubahan dari tekstur, tingkat dan daya sebarnya meningkat26.
konsistensi, warna dan bau. Uji Daya Lekat: Hasil uji daya lekat
Uji pH: Hasil evaluasi pH selama (Gambar 3) sediaan blush on krim F1, F2, dan
28 hari penyimpanan tidak mengalami F3 menunjukkan perbedaan daya lekat hal
perubahan, nilai pH konsisten pada pH 5 ini pengaruhi oleh peningkatan konsentrasi
dan sesuai dengan syarat pH fisiologis kulit minyak zaitun (Olive oil) pada masing –
wajah yaitu antara rentang 4,5 – 718. Hal ini masing formula. Berdasarkan hasil pengujian
membuktikan sediaan blush on krim aman sediaan blush on krim selama 28 hari
terhadap pemakaian kulit. penyimpanan didapat bahwa F1, F2, dan F3
Uji Homogenitas: Hasil evaluasi mengalami penurunan dan peningkatan daya
homogenitas sediaan blush on krim lekat hal ini dikarenakan adanya perubahan
menunjukkan bahwa F1, F2, dan F3 suhu dan penurunan viskositas dari sediaan
merupakan sediaan yang homogen karena tetapi masih memenuhi persyaratan daya
menghasilkan warna yang merata dan tidak lekat sediaan krim yaitu >4 detik. Semakin
terlihat adanya butiran–butiran kasar. Sediaan rendah viskositas, maka daya lekat krim akan
tidak mengalami perubahan dan stabil selama semakin kecil atau menurun.
28 hari penyimpanan di suhu ruang terkendali Uji Tipe Krim: Hasil pengujian
(15-30°C). tipe krim (Gambar 4) sediaan blush on
Uji Viskositas: Hasil pengukuran krim menunjukkan bahwa F1, F2, dan F3
viskositas (Gambar 2) blush on krim merupakan tipe krim M/A. Ditunjukkan
menunjukkan F1, F2, dan F3 mengalami dengan zat warna metilen biru yang terlarut
penurunan seiring dengan lamanya waktu dan berdifusi homogen pada fase eksternal
penyimpanan. Perubahan yang terjadi selama yang berupa air. Hal ini disebabkan karena
penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa volume fase terdispersinya berupa fase
penyebab seperti perubahan pada suhu ruang minyak yang digunakan dalam krim lebih
dan tipe emulsi. Suhu ruang yang meningkat kecil daripada fase pendispersinya yang
dapat mengganggu daya tahan krim yang berupa fase air, sehingga globul-globul
menyebabkan penurunan viskositas dari minyak akan terdispersi ke dalam fase air dan
fase kontinu (air) serta meningkatkan gerak membentuk emulsi tipe M/A27.
globul fase terdispersi (minyak)24. Krim
yang termasuk dalam tipe minyak dalam 4.2. Analisis Statistik
air cenderung akan mengalami penurunan Berdasarkan hasil analisis statistik
viskositas sebagai akibat penyerapan air dari menggunakan Shapiro Wilk menunjukkan
lingkungan sekitar oleh bahan yang bersifat bahwa data tidak berdistribusi normal dimana
higroskopis dalam formula seperti gliserin. p<0,05. Pengujian selanjutnya dilakukan
Dari hasil pengujian selama 28 hari pada dengan uji Friedman dan didapatkan hasil
suhu ruang sediaan blush on krim mengalami sediaan blush on krim dengan variasi
penurnunan viskositas tetapi masih memenuhi konsentrasi minyak zaitun (Olive oil)
rentang persyaratan viskositas krim yaitu berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap
2000 – 50000 cPs25. uji daya lekat dan uji viskositas tetapi tidak
Uji Daya Sebar: Hasil evaluasi daya berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap
sebar selama 28 hari penyimpanan (Gambar uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji
3) sediaan blush on krim mengalami daya sebar, dan uji tipe krim.
peningkatan dan penurunan daya sebar namun
masih memenuhi persyaratan daya sebar

116
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

5. Kesimpulan Colorant: a Review. Food Sci J.


Ekstrak bunga rosella (Hibiscus 2019;1(1):1.
sabdariffa L.) dengan penambahan 7. Ullah R, Khan M, Shah SA, Saeed
variasi konsentrasi minyak zaitun (dapat K, Kim MO. Natural Antioxidant
diformulasikan dalam sediaan krim Anthocyanins-A Hidden Therapeutic
perona wajah. Ketiga formula sediaan Candidate in Metabolic Disorders with
krim perona wajah ekstrak bunga rosella Major Focus in Neurodegeneration.
dengan penambahan variasi minyak zaitun Nutrients. 2019;11(6):1195.
F1 (13,5%), F2 (15,5%), dan F3 (17,5%) 8. Wu HY, Yang KM, Chiang PY. Roselle
memenuhi syarat evaluasi sediaan yang anthocyanins: Antioxidant properties
meliputi uji organoleptik, uji pH, uji and stability to heat and pH. Molecules.
homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, 2018;23(6).
uji tipe krim dan uji viskositas. 9. Mattioli R, Francioso A, Mosca L, Silva
Varasi konsentrasi minyak zaitun pada P. Anthocyanins: A Comprehensive
sediaan krim perona wajah ekstrak bunga Review of Their Chemical Properties
rosella memberikan hasil tidak berpengaruh and Health Effects on Cardiovascular and
secara signifikan (p>0,05) terhadap evaluasi Neurodegenerative Diseases. Molecules.
untuk uji organoleptis, pH, homogenitas, 2020;25(17).
daya sebar, dan tipe krim dan berpengaruh 10. Sari SW, Djamil R, Faizatun. Formulation
secara signifikan (p<0,05) terhadap evaluasi of blush preparations by using natural
untuk uji daya lekat dan viskositas. coloring from red beetroot extract
(Beta vulgaris l.). Indones J Chem.
Referensi 2021;21(4):860-870.
1. Jones AL, Kramer RSS. Facial Cosmetics 11. Fajriyah NN, Andriani A, Fatmawati.
and Attractiveness: Comparing the Efektivitas Minyak Zaitun untuk
Effect Sizes of Professionally-Applied Pencegahan Kerusakan Kulit pada Pasien
Cosmetics and Identity. PLoS One. Kusta. J Ilm Kesehat. 2015;VII(1).
2016;11(10):e0164218. 12. Lin TK, Zhong L, Santiago JL. Anti-
2. Mohana Priya M, Chidambara Rajan P, inflammatory and skin barrier repair
Lavanya M. Use of Natural Pigments effects of topical application of some
asColorants in Cosmetics – A Review. J plant oils. Int J Mol Sci. 2018;19(1).
Emerg Technol Innov Res. 2020;7(3):907- 13. Romana-Souza B, Monte-Alto-Costa A.
917. Olive oil inhibits ageing signs induced by
3. Affat SS. Classifications, Advantages, chronic stress in ex vivo human skin via
Disadvantages, Toxicity Effects of inhibition of extracellular-signal-related
Natural and Synthetic Dyes: A review. kinase 1/2 and c-JUN pathways. Int J
Univ Thi-Qar J Sci. 2021;8(1):130-135. Cosmet Sci. 2019;41(2):156-163.
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan - 14. Pérez AG, León L, Pascual M, de la Rosa
Republik Indonesia. Published 2021. R, Belaj A, Sanz C. Analysis of olive
Accessed July 22, 2022. https://www. (Olea europaea L.) genetic resources in
pom.go.id/new/view/more/pers/625/ relation to the content of Vitamin e in
SIARAN-PERS---Public-Warning-Obat- virgin olive oil. Antioxidants. 2019;8(8).
Tradisional--Suplemen-Kesehatan--dan- 15. Del Río LF, Gutiérrez-Casado E, Varela-
Kosmetika-Mengandung-Bahan-Kimia- López A, Villalba JM. Olive oil and
Obat-Bahan-Dilarang-Tahun-2021.html the hallmarks of aging. Molecules.
5. Enaru B, Drețcanu G, Pop TD, Stǎnilǎ 2016;21(2):1-30.
A, Diaconeasa Z. Anthocyanins: Factors 16. Agustiana YD, Herliningsih.
affecting their stability and degradation. FORMULASI SEDIAAN LIP BALM
Antioxidants. 2021;10(12). DARI MINYAK ZAITUN (Olive
6. Nurtiana W. Anthocyanin As Natural oil) SEBAGAI EMOLIEN DAN

117
IJPST - 10 (2), 2023; 111-118

PENAMBAHAN BUAH CERI (Prunus 24. Maliana D, Nuryanti N, Harwoko H.


avium) SEBAGAI PEWARNA ALAMI. Formulasi Sediaan Krim Antioksidan
HERBAPHARMA. 2019;1(1):24-31. Ekstrak Etanolik Daun Alpukat (Persea
17. Yumas M. FORMULASI SEDIAAN Americana Mill.) - Neliti. Acta Pharm
KRIM WAJAH BERBAHAN AKTIF Indones. 2016;4(2):7-154.
EKSTRA METANOL BIJI KAKAO 25. Mailana D, Nuryanti, Harwoko. Formulasi
NON FERMENTASI (Theobroma cacao Sediaan Krim Antioksidan Ekstrak
L) KOMBINASI MADU LEBAH | Etanolik Daun Alpukat (Persea americana
Yumas | Jurnal Industri Hasil Perkebunan. Mill.) Antioxidant Cream Formulation of
J Ind Has Perkeb. 2016;11(2):75-87. Ethanolic Extract from Avocado Leaves
18. Handayani NM, Meylina L, Nasra AC. (Persea americana Mill.). Acta Pharm
Formulasi Sediaan Blush Cream dari Indones. 2016;4(2):7-15.
Ekstrak Biji Kesumba Keling (Bixa 26. Nuralifah N, Armadany FI, Parawansah
orellana (L.)) sebagai Pewarna Alami P, Pratiwi A. Uji Aktivitas Antibakteri
Kosmetik. In: Proceeding of Mulawarman Sediaan Krim Anti Jerawat Ekstrak Etanol
Pharmaceuticals Conference. Universitas Terpurifikasi Daun Sirih (Piper betle L.)
Mulawarman; 2019:126-130. dengan Basis Vanishing Cream Terhadap
19. Baskara IBB, Suhendra L, Wrasiati Propionibacterium acne. Pharmauho J
LP. Pengaruh Suhu Pencampuran Farm Sains, dan Kesehat. 2019;4(2).
dan Lama Pengadukan terhadap 27. Pratasik MCM, Yamlean PVY, Wiyono WI.
Karakteristik Sediaan Krim Effect of FORMULASI DAN UJI STABILITAS
Mixing Temperature and Stirring Time FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK
on the Characteristics of Basis Cream. ETANOL DAUN SESEWANUA
J Rekayasa dan Manaj Agroindustri. (Clerodendron squamatum Vahl.).
2020;8(2):200-209. Pharmacon. 2019;8(2):261.
20. Akmal T, Tanjung YP, Nurlaela SP.
Formulation of Peel-off Gel Face Mask
from Pandanus amaryllifolius ( Roxb
.) Leaves Extract. Indones J Pharm Sci
Technol. 2022;1(1):96-105.
21. Rahmawati D, Sukmawati A, Indrayudha
P. Formulasi Krim Minyak Atsiri Rimpang
Temu Giring (Curcuma heyneana Val &
Zijp): Uji Sifat Fisik Dan Daya Antijamur
Terhadap Candida albicans Secara In
Vitro Formulation Cream Containing
Essential Oil Of Curcuma heyneana :
Physical Characteristics Test And. Maj
Obat Tradis. 2010;15(2):56.
22. Lumentut N, Edi H, Rumondor E.
Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang
Goroho (Musa acuminafe L.) Konsentrasi
12.5% Sebagai Tabir Surya. J MIPA.
2020;9(2):42-46.
23. Tanjung YP, Akmal T, Virginia H.
Formulation of Hand Cream Essential
Oil of Basil ( Ocimum basilicum )
Leaves. Indones J Pharm Sci Technol.
2022;1(1):33-40.

118

You might also like