0% found this document useful (0 votes)
10 views16 pages

1490 6815 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 16

e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.

1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

TATALAKSANA INFEKSI TB LATEN

Ilham1*, Russilawati2, Dessy Mizarti3


1,2,3
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
RSUP Dr. M. Djamil, Padang
*Email korespondensi: [email protected]

Submitted: 09-11-2021, Reviewer: 28-01-2022, Accepted: 31-01-2022

ABSTRACT
Global TB Report reported 7,1 millions people newly diagnosed TB worldwide in 2019. WHO reported in
2016, tuberculosis cases became a quarter of the world population through the Tuberculin Test and IGRA
survey (1.7 billion people).Mostly were asymptomatic, although they still had the risk of reactivation and
becoming infectious. Only 5-10% of the total TB cases develop into active TB, the remaining 90-95%
become LTBI about 7- 10% patient with LTBI wil had reactivation and became active TB.. Management
LTBI include in end TB strategy to become Zero TB in 2050. A substantial proportion of the global LTBI
reservoir is located in Asia, with the highest LTBI prevalence rate of about 31% found in Southeast Asia,
and 28% in the Western Pacific region, compared to 11%–22% in the other regions of the world. ACHA
(The American College Health Association) states LTBI can be diagnosed and LTBI therapy is provided if
the tuberculin test results are positive and confirmed by normal chest X-ray. The updated treatment
guideline by CDC and NTCA recommended the treatment regiment that comprise three preffered regimens
(INH and RPT weekly for 3 months, Rifampisin 3-4 months and INH and Rifampisin 3-4 months and 2
alternative regimens (INH for 6 months and 9 months). Before starting the treatment for LTBI make sure
tha patients does not have active TB.

Keywords : TB latent , tuberculin test , IGRA, tmangement LTBI

ABSTRAK
Global TB Report melaporkan 7,1 juta kasus TB baru secara global pada tahun 2019. WHO melaporkan
pada tahun 2016, seperempat penduduk dunia (1,7 milyar orang) telah terinfeksi M.TB melalui uji
tuberculin dan pemeriksaan IGRA. Sebagian besar tidak bergejala, namun tetap memiliki risiko mengalami
reaktivasi dan menjadi infeksius. Sekitar 90-95% orang terinfeksi M.TB akan menjadi infeksi TB laten
(ITBL), sisanya 5-10% akan berkembang menjadi TB aktif. Sekitar 7-10 %. ITBL akan terjadi reaktifasi
menjadi TB aktif. Penatalaksanaan ITBL merupakan suatu upaya untuk mencapai Zero TB pada tahun 2050.
Secara global Asia memiliki proporsi ITBL yang tinggi, prevalensi tertinggi di Asia Tenggara sebesar 31%
dan kawasan Pasifik Barat sebesar 28%, dibandingkan dengandikawasan dunia lainnya. ACHA (The
American College Health Association) menyebutkan ITBL dapat didiagnosis dan diterapi jika hasil tes
tuberkulin positif dan Interferon-Gamma Release Assays (IGRA) yang dikonfirmasi dengan hasil rontgen
thoraks yang normal. Center of Disease Control (CDC) tahun 2020 merekomendasikan tiga regimen
pengobatan pilihan (INH dan RPT sekali seminggu selama 3 bulan, Rifampisin 3-4 bulan dan INH dan
Rifampisin selam 3-4 bulan) dan 2 alternatif pengobatan (INH selama 6 bulan dan INH selama 9 bulan).
Sebelum pemberian terapi ITBL harus dipastikan terlebih dahulu pasien tidak menderita TB aktif.

Kata kunci: TB laten, uji tuberculin, IGRA, tatalaksana ITBL

165
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN berisiko tinggi untuk terjadi reaktivasi


Global TB Report melaporkan 7,1 berdasarkan ISTC (2014), anak usia dibawah
juta kasus TB yang terdiagnosis secara global 5 tahun dan pasien yang memiliki kontak
pada 2019, angka ini meningkat dibanding dengan dengan pasien TB, maka akan
tahun 2018 sebesar 7 juta kasus dan 6,4 juta diberikan pengobatan TB laten.
kasus pada 2017. Peningkatan kasus TB Penatalaksanaan ITBL untuk mencegah
secara global sejak tahun 2013 didominasi terjadinya TB aktif merupakan salah satu
oleh peningkatan insiden kasus baru di India upaya untuk mencapai Zero TB pada akhir
dan Indonesia. India dan Indonesia 2050 (Redfield et al., 2020). Tingkat
menduduki peringkat pertama dan kedua reaktivasi TB dapat dikurangi secara
insiden TB tertinggi didunia. Peningkatan substansial hingga 90%, jika pasien LTBI
insiden TB di India pada tahun 2019 mengambil terapi pencegahan (Kiazyk &
meningkat sebesar 74 % (2,2 juta) Ball, 2017). Indikasi utama untuk terapi
dibandingkan tahun 2013 ( 1,2 juta ), LTBI adalah infeksi baru-baru ini atau
sedangkan di Indonesia peningkatan kasus adanya faktor lain untuk peningkatan risiko
TB pada tahun 2019 sebesar 69% (562.049 reaktivasi TB seperti disebutkan di atas.
kasus) dibandingkan tahun 2013 sebesar Rejimen pengobatan standar adalah sembilan
331.703 kasus (WHO, 2020). bulan isoniazid (INH9) yang diberikan
Seperempat dari populasi dunia atau sendiri setiap hari, karena lamanya
sekitar 1,7 miliar orang diperkirakan pengobatan, dan efek samping terkait
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis hepatotoksisitas, kepatuhan adalah masalah
berdasarkan dari uji tuberkulin dan Interferon utama yang mempengaruhi penyelesaian
Gamma Release Assays (IGRA). Salah satu terapi. (Menzies et al., 2014).
tantangan TB adalah bahwa patogen bertahan Diagnosis yang andal dan pengobatan
pada banyak individu yang terinfeksi dalam yang berhasil pada individu dengan LTBI
keadaan laten selama bertahun-tahun dan merupakan masalah terpenting dalam
dapat diaktifkan kembali untuk pengendalian TB karena pada akhirnya dapat
menyebabkan penyakit. Risiko berkembang berkembang menjadi bentuk aktif
menjadi penyakit TB setelah infeksi paling TB.(Carranza et al., 2020)
tinggi segera setelah infeksi awal dan
meningkat secara dramatis untuk orang METODOLOGI PENELITIAN
dengan koinfeksi HIV/AIDS atau kondisi Metode yang digunakan dalam
penurunan kekebalan lainnya.(Bloom et al., penulisan artikel ini adalah tinjauan pada
2017) Rata-rata orang yang terinfeksi tidak berbagai literatur. Pencarian literatur
menunjukkan gejala dan diklasifikasikan dilakukan terhadap literatur baik
menjadi infeksi tuberkulosis laten (ITBL). internasional maupun nasional yang
Risiko reaktivasi mencapai 5-10% dengan membahas tatalaksana tuberkulosis laten.
mayoritas menjadi TB aktif 5 tahun setelah Diperoleh 20 literatur yang dianggap relevan
terinfeksi kuman TB selama masa hidupnya, dari tahun 2011 sampai 2020.
sisanya 90-95% menjadi ITBL. Risiko lebih
tinggi dapat terjadi pada individu
immunocompromised, seperti pada individu HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan human immunodeficiency virus DEFINISI
(HIV), penderita diabetes, penyakit
coronavirus, bayi, dan anak kecil (berusia <5 Infeksi tuberkulosis laten adalah
keadaan dimana seseorang terinfeksi bakteri
tahun) (Gong & Wu, 2021). Mereka yang
Mycobacterium tuberculosis namun tidak
166
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

menimbulkan tanda dan gejala klinis TB aktif Selatan. Kedelapan negara tersebut mewakili
intra maupun ekstra paru seperti tulang, duapertiga total populasi TB di dunia (WHO,
ginjal, mata, jantung, dan hati (Getahun et al, 2020).
2015). Namun, jika dilakukan pemeriksaan
antibodi terhadap Mycobacterium
tuberculosis melalui uji tuberculin atau
interferon didapatkan hasil yang positif.

Gambar 2. Insiden TB tahun 2019, di


negara-negara dengan insiden diatas
Gambar 1.M. Tuberculosis6
100.000 kasus (WHO, 2020)
Mycobacterium tuberculosis adalah
Sebesar 90-95 % dari total orang yang
bakteri aerobic berbentuk batang lurus atau
terinfeksi M.TB menjadi TB laten dan
sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berisiko untuk terjadi reaktivasi khususnya
berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 –
pada populasi yang berisiko tinggi. National
0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding
Health and Nutrition Examination Survey
Mycobacterium tuberculosis sangat
(NHNES) melaporkan prevalensi infeksi TB
kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup
laten di Amerika Serikat sekitar 4,4%
tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel
berdasarkan uji tuberkulin dan 4,8%
Mycobacterium tuberculosis ialah asam
beradsarkan IGRA pada tahun 2011-2012
mikolat, lilin kompleks (Complex-Waxes),
(Mancuso et al., 2016). Studi potong lintang
trehalosa dimikolat (Cord Factor) dan
di Johannesburg, Afrika Selatan tahun 2016
Mycobacterial Sulfolipids yang berperan
mendapatkan angka prevalensi infeksi TB
dalam virulensi (Getahun et al., 2015).
laten sebesar 34,3% berdasarkan hasil uji
tuberkulin. Studi ini menyebutkan angka
EPIDEMIOLOGI infeksi TB laten yang lebih tinggi pada pria
Tuberkulosis (TB) merupakan satu (33,3%) dibanding wanita (31,8%) serta pada
dari 10 penyebab kematian dengan penyebab penderita HIV (38,1%) (Ncayiyana et al.,
utama agen infeksius di dunia. Berdasrakan 2016). Houben dan Dodd pada tahun 2016
Glob al TB Report tahun 2019 terdapat 1,4 melaporkan secara global Asia memiliki
juta kematian yang disebabkan oleh TB, proporsi ITBL yang tinggi, prevalensi
termasuk 208.000 diantaranya penderita tertinggi di Asia Tenggara sebesar 31% dan
HIV. Jumlah TB di Indonesia sebanyak kawasan Pasifik Barat sebesar 28%,
562.049 kasus pada tahun 2019. Hal ini dibandingkan dengan 11-22% dikawasan
menyebabkan Indonesia menempati dunia lainnya (Paton et al., 2019). WHO
peringkat kedua dari delapan negara di dunia tahun 2018 melaporkan presentase pasien
dengan insiden kasus TB yang tinggi kasus HIV yang mendapat terapi pencegahan untuk
setelah India, diikuti China, Filipina, infeksi TB laten di kawasan Asia; Kamboja
Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika 21%, India 10%, Indonesia 16%, Myanmar
17%, Filipina 57% dan Vietnam 31%.

167
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

Erawati dkk tahun 2019 melaporkan studi perokok, dan penyalahgunaan obat suntik.
potong lintang terhadap 200 petugas Proses berkembangnya ITBL menjadi TB
kesehatan yang merawat pasien TB paru di aktif dinamakan proses reaktivasi, dimana
Semarang menunjukkan angka prevalensi kuman TB tidak lagi dalam fase dorman
infeksi TB laten sebesar 23,6% dari hasil (Lyadova, 2012).
pemeriksaan IGRA (Erawati et al., 2020).
IMUNOPATOGENESIS
FAKTOR RESIKO Terdapat 2 tahap respon yang terjadi
Identifikasi risiko ITBL menjadi apabila tubuh terinfeksi oleh kuman M.
penyakit TB dikelompokkan menjadi dua tuberculosis yaitu respon imun bawaan dan
yaitu orang yang mempunyai risiko paparan respons imun adaptif. Imun bawaan pada
terhadap pasien dan orang dengan kondisi infeksi TB terjadi saat bakteri terlekat pada
klinis atau faktor lain yang berhubungan reseptor CR3, MMR, TLR, NOD2,
dengan peningkatan risiko progresi ITBL scavenger receptor dan DC-SIGN akan
menjadi penyakit TB (Lyadova, 2012). mengaktifkan Macrophage Signaling
Orang dengan risiko paparan meliputi Pathway yang akan menyebabkan pelepasan
orang yang diketahui memiliki kontak erat sitokin inflamasi, kemokin dan molekul
dengan pasien TB aktif atau suspek TB, antimikrobial. Sel PMN akan menjalankan
berpindah tempat dari daerah endemik TB, tugasnya dengan cara mengenali antigen dan
orang yang bekerja atau tinggal di fasilitas akan mengeluarkan secret antimikroba untuk
atau institusi dengan risiko tinggi TB, seperti membunuh bakteri. Respon imun adaptif
rumah sakit yang melayani pasien TB, meliputi pengenalan terhadap sel T CD4
tunawisma, rumah perawatan, atau tempat dimana sel T akan memproduksi sitokin
tinggal pasien infeksi HIV/AIDS, orang yang efektor INF-y yang akan mengaktifkan
bertempat tinggal yang sulit di jangkau oleh makrofag dan akhirnya TNF-α akan
matahari dimana sinar matahari berfungsi mengeliminasi mikobakteria (Denkinger et
untuk mengeliminasi bakteri, bayi, anak- al, 2011).
anak, dewasa yang mempunyai system imun Secara imunopatogenesis, setelah
rendah sehingga mudah terinfeksi bakteri terinhalasi di paru, kuman TB mempunyai
merupakan faktor resiko terinfeksinya beberapa kemungkinan. Menurut Bozzano et
M.tuberculosis (Lyadova, 2012). al (2014), kemungkinan pertama, respon
Terdapat juga faktor resiko bagi imun awal penjamu secara efektif membunuh
seseorang dengan infeksi TB laten yang akan semua kuman TB, sehingga TB tidak terjadi
berisiko menjadi TB aktif seperti pada pasien infeksi. Kedua, segera setelah infeksi terjadi
HIV, bayi atau anak-anak dengan usia<5 multiplikasi, pertumbuhan kuman TB dan
tahun, pasien yang mendapatkan muncul manisfestasi klinis, yang dikenal
imunoterapi, individu dengan riwayat sebagai TB primer. Ketiga, kuman TB dalam
terinfeksi tuberkulosis pada 2 tahun terakhir, keadaan dorman, terjadi infeksi laten (ITBL)
individu yang tidak mendapatkan pengobatan dengan uji tuberkulin positif sebagai satu-
TB tetapi foto toraks terdapat fibrotik, pasien satunya manifestasi. Keempat, kuman TB
DM, silikosis, gagal ginjal kronik/ laten pada suatu saat dapat menjadi aktif
hemodialisis, gastrektomi, jejunoileal ketika terjadi penurunan imunitas tubuh.
bypass, transplantasi organ, leukimia, Imunopatogenesis TB laten dapat dilihat
limfoma, penderita dengan berat badan di pada gambar berikut ini (Bozzano et al.,
bawah 90% berat badan ideal, tunawisma, 2014):

168
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

Gambar 3. Diagram klinis dan regulasi imun berdasarkan pajanan M. Tuberculosis

ALUR DIAGNOSIS ITBL


Diagnosis ITBL tidak dilakukan secara
rutin kecuali untuk individu beresiko.
Diagnosis ITBL juga harus menyingkirkan
TB aktif untuk menghindari pemberian terapi
yang salah. Alur prosedur diagnosis seperti
pada algoritme di bawah ini (WHO, 2018):
1. Setiap individu beresiko ITBL
dilakukan evaluasi gejala dan tanda
TB
2. Bila didapatkan gejala atau tanda TB
harus dievaluasi diagnosis TB aktif
atau penyakit respirasi lain Gambar 4. Alur diagnosis TB laten
3. Bila tidak didapatkan tanda dan gejala
TB maka lakukan pemeriksaan untuk
UJI TUBERKULIN
ITBL baik uji tuberkulin atau pun
IGRA Uji tuberkulin merupakan pengukuran
4. Bila hasil pemeriksaan uji tuberkulin imunitas seluler Delayed Type
atau IGRA positif singkirkan Hypersensitivity (DTH) terhadap Purified
kemungkinan TB aktif dengan foto Protein Derivate (PPD) tuberculin yang
toraks, bila abnormal lakukan merupakan antigen berbagai mikrobakteria
pemeriksaan untuk penyakit TB. Bila termasuk M. tb, BCG tb, BCG M. bovis dan
foto toraks normal ditetapkan sebagai berbagai mikobakteria di lingkungan. Hal ini
ITBL dan bila termasuk kelompok menyebabkan uji tuberkulin rendah
resiko yang sesuai, maka dapat spesifisitasnya di daerah yang vaksinasi
diberikan pengobatan profilaksis. BCGnya tinggi. Uji tuberkulin dilakukan
dengan menyuntikkan intradermal 0,1 ml

169
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

PPD 5 TU. Selanjutnya pembacaan hasil uji Tabel 1. Interpretasi Uji Tuberkulin
tuberkulin dilakukan dalam 48-72 jam oleh Hasil uji Kelompok pasien

tenaga kesehatan terlatih (CDC, 2020). tuberkulin positif


Indurasi >5mm Pasien HIV
Hasil tes tuberkulin negatif dapat
Kontak dengan TB aktif yang infeksius
diartikan sebagai seseorang tersebut tidak
(BTA +) dalam waktu dekat
terinfeksi dengan basil TB. Selain itu dapat
Pasien dengan gambaran foto toraks
juga karena terjadi pada saat kurang dari 10 fibrosis disertai riwayat TB sebelumnya
minggu sebelum imunologi seseorang Pasien yang menjalani transplantasi organ
terhadap basil TB terbentuk. Jika terjadi hasil dan imunokompromais
yang negative maka tes tuberkulin dapat Indurasi > 10 mm Pasien dari negara endemik TB dalam 5
diulang 3 bulan setelah suntikan pertama. tahun terakhir
Hasil tes tuberkulin yang positif dapat Pengguna narkoba suntik
diartikan sebagai orang tersebut sedang Individu atau pekerja di tempat dengan
terinfeksi basil TB. Menurut guideline ACHA kepadatan tinggi
(The American College Helath Association) Pekerja lab mikrobiologi
tahun 2020 menyebutkan jika hasil tes Pasien dengan risiko tinggi menjadi TB
aktf (DM, malnutrisi)
tuberkulin positif maka harus dikonfirmasi
Anak < 5 tahun
dengan pemeriksaan foto thoraks dan
Anak yang kontak dengan individu
pemeriksaan dahak. Jika hasil foto thoraks
berisiko TB
normal dilakukan pemberian terapi TB laten, Indurasi > 15 mm Individu dengan risiko rendah
tetapi jika hasil foto thoraks terjadi kelainan terinfeksi TB
dan menunjukkan kearah TB maka
dimasukkan kedalam TB paru aktif.
Menurut ACHA (2014) reaksi INTERFERON-GAMMA RELEASE
hipersensitifitas tipe lambat terhadap ASSAYS (IGRA)
tuberkulin PPD juga mengindikasikan Pemeriksaan IGRA digunakan untuk
adanya infeksi berbagai non tuberculosis menentukan ITBL dengan mengukur respons
mycobacteria atau vaksinasi Bacille imun terhadap protein TB dalam darah.
Calmette-Guerin (BCG). Hal ini merupakan Spesimen dicampur dengan peptide untuk
penyebab positif palsu pada tes kulit menstimulasi antigen dari M.tuberculosis
tuberkulin. Reaksi positif yang ditimbulkan kemudian dibandingkan dengan kontrol.
oleh vaksinasi BCG dapat beberapa tahun Pada orang yang terinfeksi TB, leukosit akan
tetapi biasanya reaksi lebih lemah dan sering mengenali antigen yang terstimulasi
berdiameter kurang dari 10 mm. sehingga mengeluarkan IFN gamma. Hasil
Interpretasi uji tuberkulin pada IFGRA diketahui berdasarkan jumlah IFN
individu dengan riwayat vaksin BCG sama gamma yang dikeluarkan (Getahun et al.,
dengan individu yang tidak divaksin karena 2015). Kelebihan dan kekurangan dalam
reaksi silang oleh BCG akan berkurang penggunaan pemeriksaan dengan metode
sesuai waktu. Penilaian uji tuberkulin IGRA dilihat dalam Tabel. 2 berikut (WHO,
dilakukan dengan mengukur berapa 2011):
millimeter indurasi bukan dengan menulis
positif atau negatif kemerahan atau reaksi di
kulit lainnya. Interpretasi positif untuk uji
tuberkulin pada kelompok-kelompok pasien
tertentu dapat dilihat dalam tabel di bawah
(Redfield et al., 2020):

170
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

Tabel 2. Keuntungan dan Keterbatasan pada orang yang mendapat vaksinasi


Pemeriksaan IGRA BCG sehingga interpretasi uji
Pemeriksaan IGRA tuberkulin pada orang yang mendapat
Keuntungan Keterbatasan vaksinasi BCG harus
Alat diagnosis ITLB Darah harus diproses dalam 8-
mempertimbangkan faktor resiko
30 jam setelah diambil
infeksi TB. Pemeriksaan IGRA
Uji spesifik terhadap Belum banyak data tentang
menggunakan antigen M.tuberculosis
M.tuberculosis reactive t-cells IGRA pada anak dibawah 5
spesifik sehingga tidak menimbulkan
tahun, pasien bekas TB, orang
yang pernah dilakukan
reaksi silang dengan BCG dan tidak
pemeriksaan IGRA
menimbulkan reaksi positif palsu
Tidak dipengaruhi vaksin pada pasien yang mendapat vaksinasi
BCG BCG.
Lebih jarang dipengaruhi oleh 2. Infeksi HIV
infeksi non tuberculosis Setiap penderita HIV harus segera
mycobacterium (ntm) diperiksa ITBL baik dengan uji
Hanya membutuhkan 1x tuberkulin maupun IGRA. Hasil
kunjungan negatif tidak selalu ada resiko ITBL
Tidak menyebabkan karena tergantung kondisi imunitas
fenomena booster pasien saat pemeriksaan dilakukan
Hasil interpretasi tidak sehingga pemeriksaan uji tuberkulin
dipengaruhi persepsi petugas
maupun IGRA perlu dilakukan rutin
Kesehatan
setiap tahun bila hasil awal negatif.
Hasil didapatkan dalam 24
Pemeriksaan ulang juga perlu
jam
dilakukan setelah pasien mendapat
ARV bila hasil sebelumnya negatif,
Pemeriksaan IGRA menggunakan karena kondisi imunitas pasien HIV
Purified Antigens M.tuberculosis untuk akan membaik setelah pemberian
menstimulasi limfosit darah perifer ARV sehingga respons imunterhadap
memproduksi IFN gamma . Interpretasi hasil TB juga membaik.
pemeriksaan IGRA Quantiferon (QFT) 3. Fenomena Booster
berdasarkan jumlah IFN gamma yang Hasil pemeriksaan uji tuberkulin
dikeluarkan menggunakan ELISA. Pada T- dapat negatif pada individu yang
SPOT TB menghitung jumlah sel yang terinfeksi karena waktu infeksi sudah
mengeluarkan IFN gamma menggunakan sangat lama, tetapi pemeriksaan uji
ELISPOT (Nienhaus et al., 2008). tuberkulin akan menstimulasi reaksi
Dalam diagnosis ITBL beberapa hal terhadap uji tuberkulin sehingga hasil
khusus perlu diperhatikan untuk menentukan pemeriksaan uji tuberkulin
jenis pemeriksaan, interpretasi hasil berikutnya akan positif yang disebut
pemeriksaan dan pengobatan ITBL, meliputi sebagai fenomena booster. Kondisi
(Paton et al., 2019): seperti ini perlu digunakan metode 2
1. Vaksinasi BCG pada Negara endemik tahap, yaitu bila hasil uji tuberkulin
TB pertama negatif, uji tuberkulin harus
BCG akan menimbulkan reaksi silang diulangs etelah 1-3 minggu. Jika hasil
terhadap uji tuberkulin tetapi seiring uji tuberkulin kedua positif maka
jarak reaksi ini akan hilang. Uji interpretasi hasil uji tuberkulin adalah
tuberkulin yang diulang akan positif atau ITBL dan dilakukan tata
memperlama reaktivasi uji tuberkulin
171
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

laksana yang sesuai. Bila kedua hasil gejala dan tanda TB, kontak dengan
negatif maka interpretasi uji penderita TB terutama TB yang
tuberkulin adalah negatif. menular serta faktor resiko TB karena
4. Kontak dengan pasien TB faktor lingkungan maupun komorbid.
Individu yang kontak dengan pasien Pemeriksaan fisik dilakukan sebagai
TB aktif yang menular (BTA positif) salah satu pemeriksaan rutin.
dengan hasil pemeriksaan awal 2. Foto toraks
negatif harus diulang pemeriksaan 8- Foto toraks akan membedakan ITBL
10 minggu setelah kontak terakhir. dan TB paru aktif, sehingga menjadi
Hal ini dilakukan untuk mendeteksi bagian dalam diagnosis ITBL pada
infeksi karena saat uji sebelumnya semua pasien dengan hasil uji
belum terdeteksi. Pada anak <5 tahun tuberkulin atau IGRA positif. Foto
dan individu imunokompromais yang toraks juga dilakukan pada pasien
kontak dengan penderita TB yang anak dan imunokompromais dengan
menular, dengan hasil pemeriksaan hasil uji tuberkulin atau IGRA negatif
IGRA atau uji tuberkulin negatif yang kontak dengan pasien TB aktif
harus dilakukan pemeriksaan foto yang menular.
toraks. Bila hasil foto toraks normal 3. Sputum mikrobiologi
maka berikan obat untuk ITBL dan Pemeriksaan mikrobiologi sputum
lakukan pemeriksaan ITBL 8-10 juga harus dilakukan pada semua
minggu setelah kontak. Jika hasil pasien dengan hasil uji tuberkulin
pemeriksaan kedua adalah positif atau IGRA positif dan atau foto toraks
maka pengobatan ITBL dilanjutkan. abnormal dan atau ada gejala TB.
Bila hasil pemeriksaan negatif
pengobatan dapat dihentikan. TATALAKSANA ITBL
5. Kehamilan
Uji tuberkulin aman dan dapat Identifikasi Populasi Beresiko untuk
digunakan untuk perempuan hamil, Pemeriksaan dan Tata Laksana ITBL
tetapi lakukan hanya bila pasien Untuk negara berpendapatan tinggi dan
memiliki resiko menderita ITBL atau sedang, uji sistematik dan pengobatan ITBL
ada kemungkinan ITBL menjadi TB sebaiknya dilakukan pada pasien HIV,
aktif. Bila hasil positif pasien harus dewasa dan anak yang kontak dengan kasus
menjalani pemeriksaan foto toraks TB paru, pasien dengan pengobatan anti-
dengan pengaman (apron) dan TNF,pasien dengan dialysis, pasien penerima
pemeriksaan mikrobiologi lain untuk transplantasi organ, pasien silicosis. Uji
membuktikan bukan TB aktif. sistematik dan pengobatan ITBL
Pada diagnosis ITBL, sebelum dipertimbangkan pada warga binaan petugas
pemberian pengobatan perlu dipastikan Kesehatan, tuna wisma, pengguna narkotika
pasien bukan TB aktif, beberapa pemeriksaan suntik. Uji sistematik dan pengobatan ITBL
berikut harus dilakukan (Redfield et al., tidak direkomendasikan untuk pasien dengan
2020) (Weyer et al., 2011): diabetes mellitis, perokok, malnutrisi. Untuk
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik negara berpendapatan rendah atau sedang
Dapatkan riwayat ITBL ataupun TB atau sumber daya terbatas, uji sistematik dan
aktif dan pengobatan sebelumnya, pengobatan ITBL dilakukan pada pasien
riwayat hasil pemeriksaan TB dengan HIV, anak <5 tahun yang kontak
sebelumnya disertai data tertulis, dengan pasien TB, setelah dilakukan
pemeriksaan klinis dengan cermat tidak

172
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

terbukti TB aktif (rekomendasi kuat, kualitas Dewasa: 10 mg/kg


bukti tinggi) (Paton et al., 2019). Rifampisi
Tiap hari 120
n (R) Dosis maksimal:
600 mg
Pilihan Pengobatan ITBL WHO tidak menetapkan regimen yang
Penelitian WHO menunjukkan hasil digunakan karena terdapat persamaan hasil
pengobatan ITBL yang tidak berbeda antara pengobatan INH-R selama 3-4 bulan dan
INH 6 bulan atau 9 bulan, dibandingkan Rifampisin selama 3-4 bulan sebagai pilihan
dengan regimen RPT dan INH selama 3 alternatif terhadap INH selam 6 bulan.
bulan. Berdasarkan hal di atas dan kondisi di
Dosis obat dalam penatalaksanaan Indonesia dengan beban TB yang tinggi serta
ITBL dilihat pada tabel berikut (WHO, ketersediaan obat maka direkomendasikan
2018): terapi yang diberikan untuk ITBL adalah
INH selama 6 bulan (WHO, 2018).
Tabel 3. Dosis Obat Penatalaksanaan Berbeda dengan WHO regimen
ITBL pengobatan yang direkomendasikan CDC
Dosis dan NTCA (National Tuberculosis Control
Obat Lama Dosis Frekuensi
total Association) tahun 2020 tatalaksana ITBL
Dewasa : 5 mg/kg mencakup tiga regimen pengobatan pilihan
Anak 10-20 mg/kg dan dua alternatif pengobatan. Regimen
9 bulan Tiap hari 270
berbasis rifamycin, termasuk sekali seminggu
Dosis maks : 300
mg isoniazid plus rifapentin dalam 3 bulan,
Dewasa: 15 mg/kg
rifampisin harian selama 4 bulan, dan
isoniazid ditambah rifampisin harian selama
Anak: 20-40 mg/kg 2x/minggu 76
3 bulan adalah regimen yang
Isoniazid Dosis maks: 900 mg direkomendasikan karena efektivitas,
(INH)
Dewasa : 5 mg/kg keamanan, dan tingkat penyelesaian
Anak:tidak pengobatan yang tinggi. Regimen isoniazid
6 bulan Tiap hari 180
direkomendasikan harian selama 6 atau 9 bulan adalah regimen
Dosis maks: 900 mg alternatif yang direkomendasikan, meskipun
Dewasa : 15 mg/kg berkhasiat obat-obatan tersebut memiliki
Anak: tidak 2x/minggu risiko toksisitas yang lebih tinggi dan tingkat
direkomendasikan penyelesaian pengobatan yang lebih rendah
Dewasa dan anak sehingga menurunkan efektivitas pengobatan
usia ≥ 12 tahun: (ISTC, 2014).
 INH: dapat
dibulatkan Isoniazid (INH) dan Rifapentin (RPT)
sampai dengan
hamper 50 mg sekali seminggu selama 3 bulan
atau 100 mg, Regimen isoniazid dan rifapentin
maks 900 mg:
3 bulan 15 mg/kg sekali seminggu selama 3 bulan adalah
 RPT: regimen pilihan yang dianjurkan untuk orang
-10.0-14.0 kg: 300
mg dewasa dan anak-anak berusia >2 tahun,
Isoniazid -14.1-25.0 kg: 450 termasuk orang HIV-positif (jika interaksi
(INH) dan mg
Rifapentin -25.1-32.0 kg: 750 obat memungkinkan). Regimen ini memiliki
e (RPT) mg efektivitas yang setara dan efek toksik lebih
- ≥50.0 kg: maks
900 mg rendah daripada regimen standar isoniazid
harian selama 9 bulan pada orang dewasa dan

173
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

anak-anak berusia>2 tahun (Redfield et al., Rifampisin 3-4 bulan


2020). Tingkat penyelesaian pengobatan Regimen rifampisin harian selama 3-
lebih tinggi dengan karena pemberian selama 4 bulan adalah pengobatan pilihan yang
3 bulan. Studi uji klinis pemberian 3HP yang dianjurkan untuk orang dewasa HIV-negatif
mencakup anak-anak berusia 2-17 tahun, dan anak-anak dari segala usia. (Tidak ada
menunjukkan bahwa 3HP dapat ditoleransi bukti yang tersedia untuk efektivitas pada
dengan baik dan seefektif pemberian 9 bulan orang HIV-positif.) Efektivitas regimen ini
isoniazid harian (9H) untuk mencegah TB. secara klinis setara dengan dan kurang toksik
Uji coba juga melaporkan bahwa penggunaan dibandingkan regimen standar isoniazid
3HP aman dan memiliki tingkat penyelesaian harian 9 bulan pada orang dewasa dan anak-
pengobatan yang lebih tinggi daripada 9H anak. Empat bulan rifampisin harian
tetapi data keamanan dan farmakokinetik memiliki efektivitas dalam mencegah
rifapentin pada anak usia <2 tahun tidak penyakit TB dibandingkan dengan 9 bulan
tersedia (CDC, 2018). isoniazid harian, serta tingkat penghentian
Pada orang HIV-negatif pemberian 3 pengobatan yang lebih rendah karena efek
bulan isoniazid dan rifapentin dikaitkan samping, tingkat hepatotoksisitas yang lebih
dengan efek hepatoksisitas yang lebih rendah rendah, dan tingkat penyelesaian pengobatan
dari isoniazid selama 9 bulan, meskipun lebih yang lebih tinggi (Redfield et al., 2020).
banyak penghentian karena efek samping. Kerugian potensial dari regimen
Pada orang HIV-positif, tidak ada perbedaan berbasis rifamycin adalah banyaknya
signifikan yang ditemukan pada interaksi obat, termasuk warfarin,
perbandingan isoniazid dan rifapentin kontrasepsi oral, antijamur azole, dan terapi
dengan isoniazid 6 atau 9 bulan. Studi antiretroviral HIV. Rifabutin memiliki
pemberian 3HP pada orang dengan infeksi interaksi obat yang lebih sedikit atau kurang
HIV, termasuk AIDS mengkonfirmasi tidak jelas dan dapat digunakan sebagai pengganti
hanya keefektifan 3HP pada orang dengan rifampisin ketika rifampisin
infeksi HIV yang tidak memakai terapi dikontraindikasikan karena interaksi obat-
antiretroviral, tetapi juga menunjukkan tidak obat dan isoniazid tidak dapat digunakan.
adanya interaksi obat yang bermakna secara Interaksi obat dengan rifapentin mingguan
klinis antara rifapentin sekali seminggu dan lebih sedikit dibandingkan dengan rifampisin
efavirenz atau raltegravir pada orang dengan dan tampaknya lebih sedikit dibandingkan
infeksi HIV yang diobati dengan obat dengan rifabutin; oleh karena itu, isoniazid
antiretroviral tersebut (WHO, 2011). dan rifapentin mingguan dapat
Kerugian dari regimen ini antara lain dipertimbangkan jika rifampisin merupakan
pengobatan dengan minum banyak pil secara kontraindikasi, meskipun data klinis terbatas.
bersamaan (10 pil sekali seminggu Pada orang HIV-positif dengan jumlah
dibandingkan dengan dua atau tiga pil setiap limfosit CD4 + rendah, risiko penyakit TB
hari untuk regimen lain), dan hubungan asimtomatik atau subklinis meningkat,
dengan reaksi obat sistemik serta sindrom kemungkinan memfasilitasi resistensi
mirip influenza yang dapat mencakup sinkop rifampisin jika penyakit TB secara tidak
dan hipotensi. Reaksi obat sistemik biasanya sengaja diobati dengan monoterapi
ringan, tidak ada kematian yang dilaporkan. rifampisin (Redfield et al., 2020).
Potensi interaksi obat dan resistensi obat
yang didapat jika penyakit TB tidak Isoniazid dan Rifampisin 3-4 bulan
disingkirkan (Redfield et al., 2020). Regimen 3 bulan harian isoniazid dan
rifampisin adalah pengobatan yang

174
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

direkomendasikan secara kondisional untuk HIV-negatif maupun HIV-positif. Isoniazid


orang dewasa dan anak segala usia dan orang mengurangi risiko reaktifasi menjadi
HIV-positif jika interaksi obat penyakit TB pada orang dengan uji
memungkinkan (Redfield et al., 2020). Orang tuberkulin positif, termasuk orang dewasa
dewasa HIV-negatif dan anak dengan tes dan anak-anak HIV-negatif, orang dewasa.
kulit tuberkulin positif yang menerima Pada HIV-positif yang memiliki uji
isoniazid plus rifampisin harian selama 3 tuberkulin negatif, alergi, atau hasil uji
bulan memiliki risiko sama untuk penyakit tuberkulin tidak diketahui, manfaat isoniazid
TB, hepatotoksisitas, dan efek samping yang tidak pasti dalam rangkaian dengan kejadian
memerlukan penghentian terapi seperti TB yang rendah. Untuk orang HIV-positif,
pemberian isoniazid selama ≥6 bulan. Di terdapat potensi penurunan kejadian penyakit
antara anak-anak berusia <15 tahun, TB dan peningkatan efek samping dengan
isoniazid harian ditambah rifampisin selama terapi isoniazid (Redfield et al., 2020).
3 bulan sama efektifnya dengan isoniazid Di antara orang HIV-negatif dengan
selama 6 bulan atau lebih, karena TB tidak aktif (tuberkulin positif, lesi paru
perbandingan langsung tidak menemukan fibrotik stabil, dan kultur dahak negatif pada
perbedaan pada reaktifasi TB dan tidak ada orang yang sebelumnya tidak diobati), terapi
perbedaan efek samping yang memerlukan 6 dan 12 bulan lebih efektif daripada 3 bulan.
penghentian terapi atau hepatotoksisitas Kerugian potensial dari regimen ini termasuk
(WHO, 2011) (Cohen et al., 2019). durasinya yang lama, hepatoksisitas, dan
Pada orang HIV-positif, tidak ada tingkat penyelesaian pengobatan yang rendah
perbedaan yang ditemukan dalam kejadian (Redfield et al., 2020).
penyakit TB di antara mereka yang menerima
isoniazid dan rifampisin selama 3 bulan TERAPI PENCEGAHAN ITBL YANG
dibandingkan dengan mereka yang menerima BERKONTAK DENGAN PASIEN TB
monoterapi isoniazid selama ≥6 bulan, MDR
terlepas dari apakah uji tuberkulin positif, Berdasarkan pedoman WHO tahun
negatif, atau anergik. Hepatotoksisitas lebih 2018 terhadap tatalaksana infeksi TB laten,
jarang di antara pada orang yang menerima orang yang satu rumah dengan pasien TB
terapi jangka pendek, meskipun penghentian MDR, terapi pencegahan dapat diberikan
terapi karena efek samping lebih sering. dengan pertimbangan dan penilaian klinis
Selain itu, risiko hepatotoksisitas mungkin yang kuat. Hal yang harus diperhatikan pada
lebih besar dengan dua obat yang diberikan terapi pencegahan ITBL yang berkontak
bersamaan dibandingkan dengan obat yang dengan pasien TB MDR (WHO, 2018):
diberikan sendiri (Cohen et al., 2019). 1. Terapi pencegahan diberikan secara
individual dengan memperhatikan
Regimen Alternatif: Regimen Isoniazid intensitas paparan, sumber penularan,
harian selama 6 atau 9 bulan dan pola reistensi obat dari sumber
Regimen alternatif yang yang dipercaya serta potensi efek
direkomendasikan, isoniazid selama 6 bulan samping yang ditimbulkan
untuk orang dewasa dan anak-anak dengan 2. Terapi pencegahan hanya diberikan
HIV-negatif dari segala usia dan untuk orang pada kontak serumah dengan pasien
dewasa dan anak-anak HIV-positif segala TB MDR yang berisiko tinggi (anak,
usia dan isoniazid selama 9 bulan orang mendapat terapi
direkomendasikan secara bersyarat untuk imunosupresan dan penderita HIV).
orang dewasa dan anak-anak segala usia, baik

175
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

3. Pilihan obat berdasarkan profil pola pertimbangan dan penilaian klinis yang kuat..
resistensi dari sumber penularannya Hal-hal yang harus diperhatikan dalam terapi
4. Pemeriksaan diperlukan untuk pencegahan ITBL yang berkontak dengan
mengkonfirmasi infeksi TB laten pasien TB MDR (WHO, 2018):
5. Pemantauan klinis yang ketat untuk 1. Terapi pencegahan diberikan secara
melihat perkembangan TB aktif individual dengan memperhatikan
minimal selama 2 tahun. intensitas paparan, sumber penularan,
dan pola reistensi obat dari sumber
Tabel 4. Jaringan meta-analisis dari yang dipercaya serta potensi efek
regimen untuk mengobati infeksi TB laten samping yang ditimbulkan
2018 update 2. Terapi pencegahan hanya diberikan
2017* (tidak
dipublikasikan) pada kontak serumah dengan pasien
Rasio Odds Rasio Odds (95% TB MDR yang berisiko tinggi (anak,
Risiko dan Pengobatan
(95% CI) CI) orang mendapat terapi
Risiko tuberkulosis imunosupresan dan penderita HIV).
dibandingkan dengan tanpa
pengobatan 3. Pilihan obat berdasarkan profil pola
resistensi dari sumber penularannya
tanpa pengobatan 1 (ref) 1 (ref)
3 bulan isoniazid ditambah 0.36 (0.18– 0.36 (0.18–0.72) 4. Pemeriksaan infeksi TB laten
rifapentin diberikan sekali 0.73) diperlukan untuk mengkonfirmasi
seminggu
3-4 bulan rifampisin diberikan 0.25 (0.11– 0.25 (0.12–0.50) infeksi TB laten
setiap hari 0.57) 5. Pemantauan klinis yang ketat untuk
3 bulan isoniazid ditambah 0.33 (0.20– 0.33 (0.20–0.53)
rifampisin diberikan setiap hari 0.54) melihat perkembangan TB aktif
6 bulan isoniazid diberikan setiap 0.40 (0.26– 0.40 (0.26–0.59) minimal selama 2 tahun.
hari 0.60)
9 bulan isoniazid diberikan setiap 0.46 (0.22– 0.47 (0.24–0.90)
hari 0.95) EVALUASI SEBELUM PEMBERIAN
Risiko hepatotoksisitas OBAT PROFILAKSIS
dibandingkan dengan tanpa
pengobatan Untuk menentukan pengobatan
tanpa pengobatan 1 (ref) 1 (ref) pencegahan yang tepat dan memaksimalkan
3 bulan isoniazid plus rifapentin 0.52 (0.13– 0.53 (0.13–2.13) keamanan, sebelum pengobatan harus
diberikan seminggu sekali 2.15)
3-4 bulan rifampisin diberikan diperhatikan beberapa hal berikut (Paton et
setiap hari 0.14 (0.02– 0.13 (<0.02–0.72) al., 2019):
3 bulan isoniazid plus rifampisin 0.81) 0.73 (0.22–2.38)
diberikan setiap hari 0.72 (0.21– 1. Faktor risiko yang sesuai untuk
6 bulan isoniazid diberikan setiap 2.37) 1.11 (0.41–3.15) pemberian obat profilaksis
hari 1.10 (0.40–
9 bulan isoniazid diberikan setiap 3.17) 1.77 (0.35–8.32) 2. Bersedia dan mampu menyelesaikan
hari 1.70 (0.35– pengobatan sesuai paduan
8.05)
3. Dapat dievaluasi selama pengobatan
4. Dapat dievaluasi interaksi obat INH
TERAPI PENCEGAHAN ITBL YANG dan Rifampisin bila digunakan
BERKONTAK DENGAN PASIEN TB paduan berbasis rifampisin, dan obat
MDR lain yang akan mungkin memberikan
efek seperti kontrasepsi oral, inhibitor
Berdasarkan pedoman WHO tahun protease, obat anti kejang, metadon,
2018 terhadap tatalaksana infeksi TB laten. kortikosteroid dan lain-lain.
Pada orang – orang yang berkontak satu 5. Evaluasi paduan pengobatan
rumah dengan pasien TB MDR, pemberian profilaksis yang tepat, jika pasien
terapi pencegahan dapat diberikan dengan ITBL memiliki riwayat kontak

176
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

dengan pasien TB MDR 5. Rencana pengawasan pengobatan


terkonfirmasi. yang meliputi penilaian bulanan
6. Tidak memiliki riwayat untuk kepatuhan dan efek samping.
kontraindikasi dengan obat yang akan
digunakan, misalnya penyakit hati Pemeriksaan darah rutin tidak
(akut dan kronik) atau obat lain yang diperlukan untuk pasien yang mulai
diberikan bersamaan yang akan pengobatan ITBL. Namun pemeriksaan
menimbulkan interaksi obat. SGOT, SGPT dan bilirubin sebagai data
dasar disarankan untuk pasien berikut
EVALUASI SELAMA PEMBERIAN (Weyer et al., 2011) (Nienhaus et al., 2008):
OBAT PROFILAKSIS 1. Evaluasi sebelum pengobatan yang
mengindikasikan ada riwayat
Setiap pasien yang memulai pengobatan kelainan pada hati
pencegahan harus mendapat edukasi yang 2. Penyakit hati kronik (hepatitis B atau
cukup meliputi (Getahun et al., 2015): C, hepatitis akibat konsumsi alkohol
1. Dosis obat atau sirosis)
2. Tanda dan gejala efek samping dari 3. Konsumsi alkohol menahun
masing-masing obat yang paling 4. Infeksi HIV
sering terjadi dan paling mengancam 5. Wanita yang hamil atau sampai 3
jiwa serta kapan pengobatan harus bulan setelah melahirkan
dihentikan atau bila evaluasi klinis 6. Pasien berusia lanjut yang juga
diperlukan mendapatkan pengobatan lain atau
3. Hentikan pengobatan sesegera dengan kondisi medis kronis lainnya
mungkin dan datang ke dokter jika
tanda atau gejala berikut muncul:
RISIKO RESISTENSI PADA
a. Hilangnya nafsu makan tanpa
PENATALAKSANAAN ITBL
sebab yang jelas (anoreksia)
b. Nausea atau muntah Prevalensi mutasi berhubungan dengan
c. Urin berwarna gelap dan atau rerata mutasi dan jumlah populasi bakteri.
ikterik Bila populasi bakteri tinggi maka
d. Ruam kulit yang luas kemungkinan mutan resisten akan
e. Parestesi yang persisten di meningkat. Pada ITBL jumlah bakteri sangat
tangan atau kaki sedikit sehingga kemungkinan terjadinya
f. Lelah yang persisten, spontan sangat minimal. Beberapa penelitian
kelemahan atau demam yang menunjukkan tidak ada bukti bahwa
berlangsung selama 3 hari penggunaan INH untuk profilaksis
atau lebih meningkatkan resistensi (WHO, 2018).
g. Nyeri abdomen (terutama di
kuadran kanan atas) SIMPULAN
h. Mudah lebam atau perdarahan Penegakan diagnosis infeksi TB laten
i. Arthralgia atau gejala seperti harus menyingkirkan TB aktif, dibantu
flu yang terkait dengan dengan menggunakan metode tuberculinskin
pengobatan test (TST) dengan uji tuberculin dan
4. Menghubungi dokter dan segera Interferon-gamma release assay (IGRAs).
menghentikan pengobatan jika Sekitar 7-10 % pasien ITBL akan terjadi
mengalami efek samping atau reaktifasimenjdai TB aktif, sehingga penting
kesakitan yang tidak dapat dijelaskan untuk melakukan tatalaksana terhadap ITBL.

177
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

Penatalkasanaan yang direkomendasikan https://doi.org/10.4084/MJHID.2014.02


untuk infeksi TB laten di Indonesia yaitu 7
terapi INH selama 6 bulan. Menurut WHO Carranza, C., Pedraza-Sanchez, S., de
tatalaksana ITBL diutamakan pada pasien
Oyarzabal-Mendez, E., & Torres, M.
HIV dan anak usia dibawah 5 tahun, karena
resiko reaktifasi menjadi TB aktif lebih besar. (2020). Diagnosis for Latent
Pasien yang berkontak dengan TB MDR Tuberculosis Infection: New
diberikan obat pencegahan berdasarkan Alternatives. Frontiers in Immunology,
profil pola resistensi dari sumber 11(September), 1–13. Retrieved from
penularannya serta dilakukan evaluasi https://doi.org/10.3389/fimmu.2020.02
selama 2 tahun. 006
Cohen, A., Mathiasen, V. D., Schön, T., &
Wejse, C. (2019). The global prevalence
DAFTAR PUSTAKA
of latent tuberculosis: A systematic
ACHA. (2020). Tuberculosis Screening and
review and meta-analysis. European
Targeted Testing of College and
Respiratory Journal. European
University Students. Retrieved from
Respiratory Society. Retrieved from
https://doi.org/10.15585/mmwr.mm681
https://doi.org/10.1183/13993003.00655
9a
-2019
Bloom, B. R., Atun, R., Cohen, T., Dye, C.,
Denkinger, C. M., Dheda, K., & Pai, M.
Fraser, H. (2017). Tuberculosis. Major
(2011). Guidelines on interferon-γ
Infectious Diseases. 3rd ed. Washington
release assays for tuberculosis infection:
(DC): The International Bank for
Concordance, discordance or
Reconstruction and Development.
confusion? Clinical Microbiology and
Retrieved from https://doi.org/10.1596/
Infection. Blackwell Publishing Ltd.
978-1-4648-052 4-0_ch11
Retrieved from
Borisov, A. S., Sapna, Morris, B., Gibril,
https://doi.org/10.1111/j.1469-0691.201
Njie, J., Winston, C. A., Vernon, A.
1.03555.x
(2018). Morbidity and Mortality Weekly
Erawati, M., & Andriany, M. (2020). The
Report Update of Recommendations for
prevalence and demographic risk factors
Use of Once-Weekly Isoniazid-
for latent tuberculosis infection (LTBI)
Rifapentine Regimen to Treat Latent
among healthcare workers in Semarang,
Mycobacterium tuberculosis Infection.
Indonesia. Journal of Multidisciplinary
Retrieved from
Healthcare, (13), 197–206. Retrieved
https://www.cdc.gov/tb/publications/pa
from https://doi.org/10.2147/ JMDH.S2
mphlets/12-doseregimen.htm.
41972
Bozzano, F., Marras, F., & de Maria, A.
Centers for Disease Control and Prevention,
(2014). Immunology of tuberculosis.
C., National Center for HIV, P.,
Mediterranean Journal of Hematology
Hepatitis, V., & Prevention, T. (2020).
and Infectious Diseases. Universita
Latent Tuberculosis Infection: A Guide
Cattolica del Sacro Cuore. Retrieved
For Primary Health Care Providers.
from

178
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

Getahun, H., Matteelli, A., Chaisson, R. E., Tuberculosis Standards. Public Health
& Raviglione, M. (2015). Latent Agency of Canada 53(9). Retrieved
Mycobacterium tuberculosis Infection . from www.phac-aspc.gc.ca
New England Journal of Medicine, Ncayiyana, J. R., Bassett, J., West, N.,
372(22), 2127–2135. Retrieved from Westreich, D., Musenge, E., Emch, M.,
https://doi.org/10.1056/nejmra1405427 van Rie, A. (2016). Prevalence of latent
Global Tuberculosis Programme & World tuberculosis infection and predictive
Health Organization (2015). Guidelines factors in an urban informal settlement
on the management of latent tuberculosis in Johannesburg, South Africa: A cross-
infection. Geneva: World Health sectional study. BMC Infectious
Organization Diseases, 16(1). Retrieved from
Gong, W., & Wu, X. (2021). Differential https://doi.org/10.1186/s12879-016-
Diagnosis of Latent Tuberculosis 1989-x
Infection and Active Tuberculosis: A Nienhaus, A., Schablon, A., & Diel, R.
Key to a Successful Tuberculosis (2008). Interferon-gamma release assay
Control Strategy. Frontiers in for the diagnosis of latent TB infection -
Microbiology, 12, 1–23. Retrieved from Analysis of discordant results, when
https://doi.org/10.3389/fmicb.2021.745 compared to the tuberculin skin test.
592 PLoS ONE, 3(7). Retrieved from
Kiazyk, S., & Ball, T. (2017). Latent https://doi.org/10.1371/journal.pone.000
tuberculosis infection: An overview. 2665
Canada Communicable Disease Report, Paton, N. I., Borand, L., Benedicto, J., Kyi,
43(3/4), 62–66. Retrieved from M. M., Mahmud, A. M., Norazmi, M. N.,
https://doi.org/10.14745/ccdr.v43i34a01 Mao, T. E. (2019). Diagnosis and
Lyadova, I. (2012). Inflammation and management of latent tuberculosis
Immunopathogenesis of Tuberculosis infection in Asia: Review of current
Progression. Retrieved from status and challenges. International
www.intechopen.com Journal of Infectious Diseases: Elsevier
Mancuso, J. D., Diffenderfer, J. M., B.V. Retrieved from
Ghassemieh, B. J., Horne, D. J., & Kao, https://doi.org/10.1016/j.ijid.2019.07.00
T. C. (2016). The prevalence of latent 4
tuberculosis infection in the United Redfield, R. R., Bunnell, R., Greenspan, A.,
States. American Journal of Respiratory Kent, C. K., Leahy, M. A., Martinroe, J.
and Critical Care Medicine, 194(4), C., Swanson, M. B. (2020). Guidelines
501–509. Retrieved from for the Treatment of Latent Tuberculosis
https://doi.org/10.1164/rccm.201508- Infection: Recommendations from the
1683OC National Tuberculosis Controllers
Menzies, D., Alvarez, G. G., & Khan, K. Association and CDC, 2020.
(2014). Treatment of Latent Recommendations and Reports (Vol.
Tuberculosis Infection: Canadian 69).

179
e-ISSN:2528-665X; Vol.7 ; No.1 (February, 2022): 165-180 Jurnal Human Care

TB Care I Organizations (2014). In World Health Organization (2011)


International Standards for Guidelines for intensified tuberculosis
Tuberculosis Care. (3rd ed.). The hague. case-finding and isoniazid preventive
Retrieved from https://doi.org/10.1016 therapy for people living with HIV in
/S0140-6736(47)92237-X resource-constrained settings. Geneva:
Weyer, K., Gilpin, C., Mirzayev, F., Gemert, World Health Organization
W. van, & World Health Organization. World Health Organization (2018) Latent
(2011). Use of tuberculosis interferon- tuberculosis infection Updated and
gamma release assays (IGRAs) in low- consolidated guidelines for
and middle-income countries : policy programmatic management. Geneva:
statement. Geneva: World Health World Health Organization
Organization World Health Organization. (2020). Global
tuberculosis report 2020. Geneva:
World Health Organization.

180

You might also like