1842 13404 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Vol. 5 No.

4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal


http://jurnal.ensiklopediaku.org

PENGARUH PARENTAL HOLDING TERHADAP DISTRESS ANAK SELAMA


PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT
PEKANBARU MEDICAL CENTER

NANDA WILDA LESTARI1, IMRON ROSYADI2


STIKes Pekanbaru Medical Center1, Universitas Hang Tuah Pekanbaru2
[email protected]

Abstract: The hospitalization process for children can cause psychological problems that
interfere with children's growth and development, one of which is the occurrence of distress.
One of the efforts that can be done to reduce child distress is to do parental holding,
especially during the infusion procedure. The purpose of this study was to determine the effect
of parental holding on child distress during the infusion procedure in the children's room of
Tengku Rafian Hospital. The design of this study is a quasy experiment with one group
pretest-posttest design. This research was conducted in the children's room of Tengku Rafian
Hospital with a population of 24 people. The sampling technique uses a total sampling of 24
people with inclusion criteria: the patient is accompanied by biological parents during
treatment, and is aged 6-12 years. Exclusion criteria: a child who does not experience
limitations in moving the limbs. The data collection tool in this study used the CFS instrument
and the Pediatric Behavior Rating Scale and the results of the study were processed using the
Pired Sample t-test. The results in this study found that there was parental holding of child
distress during the infusion installation procedure in the children's room of Tengku Rafian
Hospital (p-value = 0.000). The suggestion of this study is to create a medium of information
about the benefits of parental holding during the process of treating children in hospitals
Keywords: Parental Holding, Child Distress, Infusion Installation.

Abstrak: Proses hospitalisasi bagi anak dapat menimbulkan permasalahan psikologis yang
mengganggu tumbuh kembang anak, salah satunya adalah terjadinya distress. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi distress anak adalah dengan melakukan parental
holding, khususnya selama prosedur pemasangan infus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh parental holding terhadap distress anak selama prosedur pemasangan
infus di ruang anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center. Desain penelitian ini adalah
quasy experiment dengan one group pretest-posttest design. Penelitian ini dilakukan di ruang
anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center dengan populasi sebanyak 24 orang. Adapun
teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan total sampling yaitu 24 orang dengan kriteria
inklusi: pasien didampingi orang tua kandung selama perawatan, dan berusia 6-12 tahun.
Kriteria eklusi: anak yang tidak mengalami keterbatasan dalam menggerakkan anggota tubuh.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen CFS dan Pediatric
Behavior Rating Scale dan hasil penelitian diolah menggunakan Pired Sample t-test. Adapun
hasil dalam penelitian ini didapatkan bahwa terdapat parental holding terhadap distress anak
selama prosedur pemasangan infus di ruang anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (p-
value = 0,000). Saran dari penelitian ini adalah agar membuat media informasi tentang
manfaat parental holding selama proses rawatan anak di rumah sakit
Kata Kunci: Parental Holding, Distress Anak, Pemasangan Infus.

A. Pendahuluan
Anak merupakan individu yang berada pada rentang usia 0-18 tahun dan mengalami
tahap perkembangan mulai dari bayi hingga memasuki tahap remaja (Hidayat, 2018). Salah
satu tahap perkembangan yang dilewati adalah tahap perkembangan anak usia sekolah. Anak
usia sekolah merupakan masa keemasan dan juga masa rawan untuk terserang penyakit
(Soetjiningsih, 2017). Sehingga hal tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam meningkatkan status kesehatan anak.
Berdasarkan survei World Health Organization (2020) anak usia kurang dari 18 tahun
mengalami peningkatan hospitalisasi dari 0,1 menjadi 0,4% per 100.000 dan diperkirakan

192 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia P-ISSN 2622-9110
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

bahwa 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun menjalani hospitalisasi setiap tahun. Menurut data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2018) mayoritas penyakit yang dialami oleh anak-anak adalah infeksi sistem
pernapasan (34%) dan diare (16%) dan tak jarang anak banyak dirawat di rumah sakit.
Sementara itu mortalitas anak di Indonesia yang harus dirawat di rumah sakit cukup tinggi
yaitu sekitar 35 per 100 anak di rumah sakit. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2018).
Kondisi anak yang sakit dan tidak memungkinkan menjalani perawatan di rumah
menyebabkan anak harus menjalani perawatan di rumah sakit. Selama masa anak-anak, sekitar
30% minimal anak pernah mengalami perawatan dirumah sakit, sementara itu sekitar 5%
pernah dirawat beberapa kali dirumah sakit (Pelletier et al., 2021). Sementara itu perawatan di
rumah sakit selain memberikan efek positif dari kesembuhan anak, juga dapat memberikan
distress emosional pada anak (Syarli, Napitupulu, & Arini, 2020). Distress emosional
merupakan sebuah perilaku yang timbul akibat dari kecemasan anak saat berada di rumah sakit
(Soetjiningsih, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2020) didapatkan bahwa sebanyak 79%
anak merasa ketakutan dan 76% anak terlihat pucat dan tegang selama proses pemasangan
infus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) dimana selama
prosedur pemasangan infus, hasil pemeriksaan Children Fear’s Score (CFS) yang
dikembangkan dari Faces Anxiety Scale berada pada tahap distress. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar anak yang dirawat di rumah sakit mengalami distress pada saat
dilakukan tindakan. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien
anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti menangis, dan
takut pada orang baru selama hospitalisasi dapat menimbulkan dampak negatif yang
mengganggu perkembangan anak (Hidayat, 2018). Lingkungan rumah sakit merupakan salah
satu tempat yang dapat memicu distress pada anak (Utami, 2016).
Menurut Stuart (2016) kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman
subjektif dari seseorang yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan,
tidak tenang, takut, gelisah, cemas, dalam tidak mau bekerja sama dalam tindakan medikasi
sehingga mengganggu peroses penyembuhan anak (Lestari, 2017). Hal ini dapat disebabkan
karena lingkungan dan proses hospitalisasi yang terasa asing bagi diri anak. Hospitalisasi
merupakan salah satu penyebab stres pada anak maupun keluarga, terutama disebabkan oleh
cemas akibat perpisahan dengan keluarga, perlukaan tubuh dan rasa sakit (nyeri), serta
kehilangan kendali (Nurmashitah, 2018). Hasil penelitian Sari & Batubara (2018)
menunjukkan prevelensi untuk kecemasan anak pada saat hospitalisasi mencapai 75%.
Kecemasan merupakan kejadian yang mudah terjadi, atau menyebar namun tidak mudah
diatasi karena faktor penyebabnya yang tidak spesifik (Sari & Sulisno, 2016). Hockenberry &
Wilson (2016) mengatakan respon kecemasan atau distress pada anak terhadap tindakan
selama di rumah sakit bisa berbeda, seperti mengeluarkan kata verbal, membentak, timbulnya
tindakan agresif, dan tidak kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan.
Salah satu penyebab distres pada anak adalah tindakan pemasangan infus. Orenius,
Saila, Mikola & Ristolainen (2018) mengatakan bahwa tindakan pemasangan infus merupakan
jenis tindakan yang sangat ditakuti oleh pasien terutama pasien anak–anak, dimana dilakukan
penusukan jarum atau abocate melalui transkutan pinset tajam yang steril dan disambungkan
dengan spuit untuk memasukkan obat atau cairan langsung ke pemuluh darah vena sehingga
anak merasa dilukai. Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan pada anak yaitu dengan
memberikan suatu permainan yang unik dan dapat menarik perhatian anak (Wong, 2015).
Salah satu bentuk intervensi yang dapat diberikan dalam mengurangi distres anak selama
tindakan pemasangan infus adalah dengan melakukan parental holding. Penelitian yang
dilakukan oleh Nurlaila, Baniyah, & Iswati (2022) didapatkan bahwa parental holding atau
yang lebih dikenal dengan terapi memeluk merupakan salah satu terapi yang dipercaya cukup
efekif dalam memberikan rasa aman dan nyaman pada anak. Hal ini juga mudah untuk

P-ISSN 2622-9110 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia 193
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

dilakukan, yaitu dengan memberikan posisi yang nyaman bagi anak, melakukan kontak tubuh
antara anak dan orang tua, dan tidak bersifat menahan anak (Friedrichsdorf & Goubert, 2020).
Terapi dekapan dilakukan dengan cara anak duduk dipangku oleh orang tua, badan
menghadap orang yang memangku. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2018)
duduk tegak selama prosedur terapi intravena merupakan posisi yang berbeda dari posisi
pasien pada umumnya dan telah terbukti meningkat kenyamanan anak-anak selama prosedur
seperti pemasangan IV atau vaksinasi. Hal ini didukung oleh penelitian Trottier, Doré-
Bergeron, Chauvin-Kimoff, Baerg, & Ali (2019) dimana dekapan atau pelukan yang disertai
dengan pengucapan kata-kata yang menenangkan dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman
pada anak. Dengan demikian, kehadiran keluarga harus selalu didorong selama prosedur
keperawatan pada anak
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2022 didapatkan
bahwa dari 10 anak yang diobservasi pada saat pemasangan infus, hanya 6 orang anak yang
didekap atau dipeluk oleh orang tua saat tindakan dilakukan. Dari 10 orang tua yang
mendampingi saat anak dilakukan tindakan, hanya 7 dari 10 orang tua yang berani atau
mendekap anaknya selama tindakan pemasangan infus dilakukan. Hasil wawancara dengan
pihak orang tua, 5 dari 10 orang tua merasa tidak tega melihat anaknya dilakukan tindakan
pemasangan infus, sehingga mereka memilih untuk tidak mendekap atau memeluk anaknya
selama prosedur pemasangan infus. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh parental holding terhadap distress anak selama
prosedur pemasangan infus di ruang anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center”

B. Metodologi Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah pra eksperimen, menggunakan metode one group
pre-test post-test. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei - Juni 2022. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center yaitu 24 orang. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien anak sebanyak 24 orang. Kriteria inklusi penelitian antara
lain adalah pasien merupakan anak usia sekolah (usia 6 sampai 12 tahun), pasien yang
didampingi oleh orang tua selama proses perawatan, pasien yang bersedia mengikuti prosedur
penelitian dari awal hingga selesai. Sedangkan kriteria eklusi penelitian adalah pasien anak
yang memiliki keterbatasan dalam menggerakkan anggota tubuh atau tidak mampu untuk
duduk, orang tua dari pasien yang menolak atau tidak menyelesaikan penelitian. Pengumpulan
data diperoleh melalui lembar observasi CFS, Pediatric Behavior Rating Scale.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian didapatkan bahwa usia responden terbanyak adalah 6-8 tahun, yaitu 13
orang (54,2%). Semakin bertambah usia anak, maka semakin besar kemampuan anak
mengenali respon nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Subandi (2018) didapatkan bahwa
anak yang berusia lebih dari 3 tahun memiliki respon distres yang lebih tinggi dibandingkan
anak yang berusia kurang dari 3 tahun. Penelitian lainnya dilakukan oleh March &
McCormack (2019) dimana skor distress anak saat menjalani prosedur invasif berbanding
lurus (korelasi positif) dengan pertambahan usia, artinya semakin bertambah usia, maka
semakin tinggi skor distress anak.
Hasil penelitian didapatkan jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki, yaitu
sebanyak 14 orang (58,3%). Anak laki-laki cenderung memiliki respon motorik yang lebih
aktif dibandingkan anak perempuan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Brenner, Parahoo, &
Taggart (2017) dimana pada saat dilakukan prosedur invasif, anak laki-laki cenderung lebih
aktif secara motorik dalam melakukan perlindungan diri apabila tidak didampingi oleh orang
tua. Hal tersebut sejalan dengan konsep Lissauer dan Fanaroff (2016) dimana skor distress
anak laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan anak perempuan pada saat akan dilakukan
tindakan invasif.

194 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia P-ISSN 2622-9110
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

Peneliti berasumsi dimana usia anak memiliki kaitan dengan pengalaman akan respon
nyeri dari sebuah tindakan. Semakin banyak pengalaman dan bertambahnya usia, semakin
cepat tubuh berespon terhadap aktivitas yang dikenali akan menimbulkan sensasi nyeri. Anak
laki-laki memiliki aktifitas motorik yang lebih tinggi, sehingga mekanisme melindungi diri
dan berespon terhadap nyeri lebih aktif dibandingkan anak perempuan.
2. Distribusi Frekuensi Skor Distress Anak Sebelum Mendapat Parental Holding di
Ruang Anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
Kondisi anak yang sakit dan tidak memungkinkan menjalani perawatan di rumah
menyebabkan anak harus menjalani perawatan di rumah sakit. Selama masa anak-anak, sekitar
30% minimal anak pernah mengalami perawatan dirumah sakit, sementara itu sekitar 5%
pernah dirawat beberapa kali dirumah sakit (Pelletier et al., 2021). Sementara itu perawatan di
rumah sakit selain memberikan efek positif dari kesembuhan anak, juga dapat memberikan
distress emosional pada anak (Syarli, Napitupulu, & Arini, 2020). Distress emosional
merupakan sebuah perilaku yang timbul akibat dari kecemasan anak saat berada di rumah sakit
akan prosedur invasif yang bersifat menyakitkan (Soetjiningsih, 2017).
Hasil penelitian didapatkan rata-rata skor distress responden sebelum mendapatkan
parental holding adalah 7,79 dengan standar deviasi 0,884. Kondisi anak yang sakit dan tidak
memungkinkan menjalani perawatan di rumah menyebabkan anak harus menjalani perawatan
di rumah sakit. Hasil penelitian Sari & Batubara (2018) menunjukkan prevelensi untuk
kecemasan anak pada saat hospitalisasi mencapai 75%. Kecemasan merupakan kejadian yang
mudah terjadi, atau menyebar namun tidak mudah diatasi karena faktor penyebabnya yang
tidak spesifik (Sari & Sulisno, 2016). Hockenberry & Wilson (2016) mengatakan respon
kecemasan atau distress pada anak terhadap tindakan selama di rumah sakit bisa berbeda,
seperti mengeluarkan kata verbal, membentak, timbulnya tindakan agresif, dan tidak
kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan.
Peneliti berasumsi dimana respon distress anak umumnya terjadi pada saat prosedur
invasif, seperti pemasangan infus salah satunya. Hal ini disebabkan adanya ketakutan anak
akan rasa nyeri yang dirasakan saat memasang infus. Apabila hal ini terus berlanjut, maka
dapat menyebabkan anak cemas dan stress selama proses perawatan, sehingga berdampak
buruk bagi kecepatan proses penyembuhan dan perkembangan anak.
3. Distribusi Frekuensi Skor Distress Anak Sesudah Mendapat Parental Holding di
Ruang Anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
Parental holding merupakan bagian atromatic care dimana ini adalah prinsip yang
dilakukan oleh perawat yang merupakan prosedur dari tindakan keperawatan yang ditujukan
pada anak agar mencegah terjadinya distres fisik dan psikis pada anak maupun orang tua
melalui pendekatan psikologis (Nurlaila et al., 2022).
Terapi dekapan dilakukan dengan cara anak duduk dipangku oleh orang tua, badan
menghadap orang yang memangku. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2018)
duduk tegak selama prosedur terapi intravena merupakan posisi yang berbeda dari posisi
pasien pada umumnya dan telah terbukti meningkat kenyamanan anak-anak selama prosedur
seperti pemasangan IV atau vaksinasi. Hal ini didukung oleh penelitian Trottier, Doré-
Bergeron, Chauvin-Kimoff, Baerg, & Ali (2019) dimana dekapan atau pelukan yang disertai
dengan pengucapan kata-kata yang menenangkan dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman
pada anak.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata skor distress responden setelah diberikan parental
holding adalah 4,58 dengan standar deviasi 0,584. Distress anak akibat hospitalisasi dapat
mempengaruhi sistem imun anak. Penelitian Hogan, Probst, Wong, et al. (2019) didapatkan
bahwa anak yang tidak mengalami distress selama perawatan di rumah sakit memiliki
percepatan penyembuhan yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang mengalami distress.
Selain itu, penelitian Luthy, Beckstrand, & Pulsipher (2018) juga menjelaskan bahwa kondisi
distress psikologis yang dialami oleh anak dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas
sehingga penyembuhan dapat berlangsung lebih lambat dibanding anak tidak distress.
Peneliti berasumsi dimana terapi dekapan (parental holding) merupakan salah satu jenis
aktivitas yang memberikan efek terapeutik pada anak dimana aktivitas tersebut menimbulkan

P-ISSN 2622-9110 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia 195
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

perasaan aman dan nyaman pada anak, terutama pada saat dilakukan prosedur invasif. Hal ini
penting untuk dilakukan guna meminimalisir efek traumatik yang ditimbulkan oleh anak
selama proses hospitalisasi.
4. Pengaruh Parental Holding Terhadap Distress Acnak Selama Prosedur Pemasangan
Infus di Ruang Anak Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
Hasil penelitian didapatkan bahwa selisih rata-rata skor distress responden sebelum dan
setelah diberikan parental holding adalah 3,208. Hasil analisis bivariat didapatkan p value
0,000. (p < 0,005). Parental holding selalu dijadikan langkah atau pilihan dari tenaga medis
selama proses pemberian tindakan kepada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ismanto,
Marniaty, Onibala (2018) didapatkan bahwa parental holding merupakan salah satu aktivitas
yang memiliki efek atau pengaruh besar dalam menurunkan distress anak selama proses
pemberian tindakan invasif pada anak. Hal ini diperkuat oleh penelitian Uman, Birnie, Noel, et
al (2020) dimana anak yang diberikan parental holding cenderung memiliki skor distress yang
lebih rendah dibandingkan sebelum diberikan parental holding.
Adanya dekapan atau parental holding pada anak yang melakukan pemasangan infus
atau pengambilan darah akan memberikan implus yang menjalar ke dan medula oblongata
dapat meiningkatkan dan menurunkan fungsi vital, misalnya pengaturan denyut jantung
sebagai hasil implus sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang menjalar dari medula
oblongata ke jantung (Hogan, Probst, Wong, et al. 2019). Frekuensi denyut jantung meningkat
merupakan respon dari serabut saraf simpatis dan menurun akibat adanya dekapan atau
parental holding (impuls dari serabut saraf parasimpatis) (Luthy, Beckstrand & Pulsipher,
2018).
Konsep yang dikemkakan oleh Wong (2015) menjelaskan bahwa parental holding
merangsang pengeluaran hormon endorfin dan oksitosin yang menimbulkan perasaan tenang
bagi anak selama perawatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyuni & Suryani (2020)
dimana selama prosedur invasif, parental holding mampu menurunkan respon distress anak.
Sehingga berdasarkan hal tersebut penerapan parental holding selama prosedur pemasangan
infus memberikan pengaruh dalam menurunkan respon distress anak.
Peneliti berasumsi dimana parental holding atau terapi dekapan menimbulkan sebuah
ikatan emosional yang kuat pada anak dengan memberikan rasa aman dan nyaman pada anak
selama prosedur invasif dilakukan. Anak menjadi lebih berani dan lebih tenang menghadapi
tindakan yang menyakitkan dirinya, salah satunya adalah pemasangan infus. Dengan
menurunnya distress anak membantu keberhasilan tindakan yang diberikan.

D. Penutup
Hasil penelitian didapatkan bahwa usia responden terbanyak adalah 6-8 tahun, yaitu 13
orang (54,2%). Jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 14 orang
(58,3%). Lebih dari sebagian anak merupakan anak urutan ke-2, yaitu 14 orang (58,3%).
Seluruh responden pada saat akan diberi tindakan memilih posisi telentang (100%) dengan
paling banyak didekap oleh ibu, yaitu 17 orang (70,8%). Hasil penghitungan Child Fear’s
Score didapatkan paling banyak responden merasa sangat takut, yaitu 14 orang (58,3%). Hasil
penelitian didapatkan rata-rata skor distress responden sebelum mendapatkan parental holding
adalah 7,79 dengan standar deviasi 0,884. Hasil penelitian didapatkan rata-rata skor distress
responden setelah diberikan parental holding adalah 4,58 dengan standar deviasi 0,584. Hasil
penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh pemberian parental holding terhadap distress
anak selama prosedur pemasangan infus

Daftar Pustaka
Brenner, M., Parahoo, K., & Taggart, L. (2017). Restraint in children’s nursing: Addressing
the distress. Journal of Children’s and Young People’s Nursing, 1(4), 159–162.
https://doi.org/10.12968/jcyn.2007.1.4.24 406
Claridge, A., Hajec, L., Montgomery, L., & Knapp, B. (2020). Child and parent psychosocial
experiences of hospitalization: an examination of the role of child life specialists. The
Journal of Child Life: Psychosocial Theory and Practice, 1(1), 3–14.

196 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia P-ISSN 2622-9110
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

Friedrichsdorf, S. J., & Goubert, L. (2020). Pediatric Pain Treatment and Prevention for
Hospitalized Children. PAIN Reports, 5, 1–13. https://doi.org/10.1007/s00482-020-
00519-0
Hidayat, A. A. (2016). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2016). Wong’s Esential of Pediatric Nursing (9th ed.).
Elsevier Mosby.
Hogan, M.E., Probst, J., Wong, K., et al. (2019). A randomized-controlled trial of parent-led
tactile stimulation to reduce pain during infant immunization injections, Clinical
Journal of Pain, 30(3), 259-265.
Ismanto, Y. A, Marniaty, R, Onibala F. (2018). Pengaruh penerapan atraumatic care terhadap
respon kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi di RSU pancaran kasih gmim
manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Journal Keperawatan 3 (2), 1-9.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018.
Kementrian Kesehatan RI, 1–582. Retrieved from https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-
content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-Nasional.pdf
Lestari, D. (2017). Gambaran tingkat stres pada anak usia sekolah selama hospitalisasi di
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, tahun 2012.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/h andle/123456789/1347 Diakses pada tanggal 16
Februari 2022.
Lissauer, T and Fanaroff, A. (2016). At a Glance Neonatologi. Philadelphia: EMS.
Luthy, K.E., Beckstrand, R.L, & Pulsipher, A. (2018). Evaluation of methods to relieve
parental perceptions of vaccine-associated pain and anxiety in children: A Pilot Study,
Journal of Pediatric Helath Care, 27 (05), 351-358.
March, A. & McCormack, D. (2019). Nursing theory-dircted healthcare modifying Kolcaba’s
comfort theory as an institution-wide approach. Holistic nursing practice. Retrieved
from http://www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed/19 258847.
Mawaddah, E., Rusmini, R., Ningsih, M. U., & Mardiatun, M. (2021). Penerapan Konsep
Atraumatic Care Saat Pemasangan Infus dan Venipunktur pada Anak. Jurnal
Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 3(1), 17.
https://doi.org/10.32807/jkt.v3i1.99
McMurtry, C. M., Noel, M., Chambers, C. T., & McGrath, P. J. (2011). Children’s Fear
During Procedural Pain: Preliminary Investigation of the Children’s Fear Scale. Health
Psychology, 30(6), 780–788. https://doi.org/10.1037/a0024817
Mulyani, S. (2018). Riwayat Hospitalisasi, Kehadiran Orang Tua Terhadap Respon Perilaku
Anak Pra Sekolah pada Tindakan Invasif. Jurnal Psikologi Jambi, 03(01), 41–51.
https://online- journal.unja.ac.id/jpj/article/view/6372
Nurlaila, Baniyah, N., & Iswati, N. (2022). Terapi Dekapan dapat Menurunkan Kecemasan
Anak Saat Pemberian Terapi Intravena. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 15(1), 27–33.
Nurmashitah, Purnama A. (2018). Medical play dalam menurunkan respon kecemasaan anak
usia presekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang rawat inap anak. Jurnal ilmiyah
ilmu keperawatan Indonesia. 8(4): 516-521
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (3rd ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
Orenius, T., Saila, H., Mikola, K., & Ristolainen, L. (2018). Fear of Injections and Needle
Phobia Among Children and Adolescents: An Overview of Psychological, Behavioral,
and Contextual Factors. SAGE Open Nursing Journal, 4(1), 1 – 8. doi:
10.1177/2377960818759442
Pelletier, J. H., Rakkar, J., Au, A. K., Fuhrman, D., Clark, R. S. B., & Horvat, C. M. (2021).
Trends in US Pediatric Hospital Admissions in 2020 Compared with the Decade before
the COVID-19 Pandemic. JAMA Network Open, 4(2), 1–13.
https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2020.37227
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2014). Nursing research: Generating and assessing evidence for
nursing practice 9th edition. Wolters Kluwer Health (9th ed.). Philapdelphia: Wolters
Kluwer Health.

P-ISSN 2622-9110 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia 197
E-ISSN 2654-8399
Vol. 5 No.4 Edisi 1 Juli 2023 Ensiklopedia of Journal
http://jurnal.ensiklopediaku.org

Pulungan, I. M. (2020). Respon Kecemasan Anak Usia Sekolah saat Pemasangan Infus
Berdasarkan Perspektif Orang Tua di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.
Sari, I. Y. (2019). Pengaruh Parental Holding Terhadap Distres Anak Selama Prosedur
Insertion Intra Vena ( IV ) Diruang Rawat Inap Anak RSUD Dr . Adnan Wd
Payakumbuh Tahun 2019. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. STIKes
Perintis Padang.
Sari & Batubara. (2017). Kecemasaan anak saat hospitalisasi. Jurnal kesehatan kusuma
husada: 144-149
Sari, F. S., & Sulisno, M. (2016). Hubungan Kecemasan Ibu Dengan Kecemasan Anak Saat
Hospitalisasi Anak. Jurnal Nursing Studies Vol. 1 Nomor. 1 : 51-59.
Soetjiningsih., R. I. N. G. (2017). Tumbuh Kembang Anak, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (B. A. Keli).
singapore: elsevier Ltd.
Subandi, A. (2018). Pengaruh pemasangan spalk bermotif terhadap tingkat kooperatif anak
usia pra sekolah selama prosedur injeksi intra vena di Rumah sakit wilayah Cilacap.
Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Anak universitas Indonesia
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
CV.Supartini, Y. (2017). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC.
Syarli, S., Napitupulu, T. A., & Arini, L. (2020). Model terapi bermain dalam mengurangi
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak dengan typoid di Rumah Sakit Badan
Pengusahaan Batam. Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 3(1), 374–377.
Trottier, E. D., Doré-Bergeron, M. J., Chauvin-Kimoff, L., Baerg, K., & Ali, S. (2019).
Managing pain and distress in children undergoing brief diagnostic and therapeutic
procedures. Paediatrics and Child Health, 24(8), 509–521.
https://doi.org/10.1093/pch/pxz026
Uman, L.S., Birnie, K.A., Noel, M., et al (2020). Psychological interventions for needle-
related procedural pain and distress in children and adolescents, The Cochrane database
of systematic reviews, Vol 10, Article ID CD005179.
Utami, Y. (2016). Dampak Hospitalisasi terhadap Anak. Jurnal Ilmiah WISYA vol.2 No2; (9-
20).
Wahyuni, F., & Suryani, U. (2020). Effectiveness of Parental Holding Teraphy and Musical
Teraphy To Reduce Pain Scales in Infant During Measles Immunization. Nurse and
Health: Jurnal Keperawatan, 9(1), 57–69. https://doi.org/10.36720/nhjk.v9i1.154
Wijayanti, F., & Oktarina, N. D. (2021). Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(1), 51.
https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.697
World Health Organization. (2020). World Health Statistic 2019. New York.
Wong. D.L. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta. EGC.

198 Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia P-ISSN 2622-9110
E-ISSN 2654-8399

You might also like