159 611 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JASD

Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 8(1) April 2023, pp.48-56


ISSN 2503-4766 (Print) | ISSN 2597-8837 (Online) | DOI 10.33087/akuakultur.v8i1.159
Publisher by : Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Batanghari

Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa)


Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi
dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

Utilization of Blood Clam Shells (Anadara granosa) as a Filter for Production


Performance and Physiological Response Seeds
of Jelawat Fish (Leptobarbus hoeveniii. Blkr)
*1
Eko Harianto, 1Muarofah Ghofur, 1Safratilofa, dan 2Satria Panuntun
1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi, Broni, Jambi, 36122
2
Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Batanghari.
Jl. Slamet Riyadi, Broni, Jambi, 36122
*1
e-mail korespondensi: [email protected]

Abstract. This study aims to determine the best shell particle size as a filter for recirculation systems in the rearing of
barramundi (Leptobarbus hoevenii, Blkr) on production performance and physiological response. The study was conducted
using an environmental design in a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, including treatment of
without the addition of blood clam shells (A), size of the blood clam shell is 1 mm (B), size of the blood clam shell is 2 mm (C)
and size of the blood clam shell is 1 mm 3 mm (D). The fish used in this study were the fingerlings of 2 ± 0.2 inches in size. The
research results show that survival rates for all treatments ranged from 81.19% - 84.52%, specific weight growth rates for all
treatments ranged from 4.01%/day - 4.24%/day, absolute length growth for all treatments ranged from 1.53 cm - 1.84 cm,
absolute weight growth for all treatments ranged from 0.95 g - 1.08 g, feed conversion ratio for all treatments ranged from 2.51
- 2.98 and the coefficient of variation in final weight for all treatments ranged from 20.69 % - 24.84 %. Blood glucose values at
the end of the maintenance period ranged from 56.67 mg/dL – 95.67 mg/dL. The results of the analysis of the water quality of
the rearing medium show that the water quality is still in the feasible range for the maintenance of barnet fish.
Keywords: Blood clam shells, barley fish, production performance, recirculation

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran partikel cangkang terbaik sebagai filter sistem resirkulasi pada
pemeliharaan ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii, Blkr) terhadap kinerja produksi dan respons fisiologis. Penelitian dilakukan
menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap 4 perlakuan dan 3 ulangan, meliputi perlakuan tanpa
penambahan cangkang kerang darah (A), ukuran cangkang kerang darah 1 mm (B), ukuran cangkang kerang darah 2 mm (C)
dan ukuran cangkang kerang darah 3 mm (D). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan jelawat berukuran
2±0,2 inchi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup untuk semua perlakuan berkisar antara 81.19 % -
84.52 %, laju pertumbuhan spesifik bobot berkisar antara 4.01 %/hari - 4.24 %/hari, pertumbuhan panjang mutlak berkisar
antara 1.53 cm - 1.84 cm, pertumbuhan bobot mutlak berkisar antara 0.95 g - 1.08 g, rasio konversi pakan berkisar antara 2.51 -
2.98 dan koefesien keragaman bobot akhir berkisar antara 20.69 % - 24.84 %. Nilai glukosa darah pada akhir masa pemeliharaan
yang berkisar antara 56.67 mg/dL – 95.67 mg/dL. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan menunjukkan bahwa kualitas
air masih berada pada kisaran layak untuk pemeliharaan ikan jelawat.
Kata kunci: Cangkang kerang darah, ikan jelawat, kinerja produksi, resirkulasi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan jelawat merupakan ikan salah satu ikan asli perairan Indonesia yang tersebar di beberapa sungai di
Sumatera dan Kalimantan (Vann et al. 2006). Ikan jelawat memiliki produksi cukup tinggi yaitu sebesar 4.098-ton
(2016), 4.403-ton (2017) dan 12.203,06 ton (2018) (KKP, 2020). Pada tahun 2016 dan 2017 produksi ikan jelawat
hanya dihasilkan oleh 4 Provinsi saja yakni Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Riau, sedangkan pada
tahun 2019 sebanyak 15 Provinsi telah memproduksi ikan jelawat dengan jumlah yang cukup bervariasi (KKP,
2020). Perkembangan teknologi budidaya ikan jelawat sudah cukup berkembang, terutama pada segmentasi
pembenihan dan pembesaran. Namun, Pembesaran ikan jelawat yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat
masih menggunakan sistem konvensional dengan wadah kolam dengan menggunakan pakan alami.
Budidaya ikan jelawat secara tradisional dengan mangandalkan pakan ikan rucah dan tanaman sudah
dilakukan sejak tahun 1970 di Sumatera (Reksalegora, 1979). Perlu dilakukan pengembangan teknologi pembesaran
ikan jelawat dalam rangka meningkatkan produksinya. Peningkatan produksi akan berdampak langsung terhadap
kualitas lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dengan sistem resirkulasi. Sistem
resirkulasi adalah teknologi budidaya ikan dengan menggunakan kembali air di dalam wadah produksinya dengan
48
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

sistem filtrasi secara fisik, kimia dan biologis serta memasok oksigen terlarut pada media budidaya (Takeuchi et al.,
2017; Bregnballe 2015). Penelitian pada ikan jelawat menggunakan sistem resirkulasi telah dilakukan oleh Putri et
al., 2021; Darmayanti et al., 2018; Rusliadi et al., 2015. Namun, beberapa penelitian ini masih menghasilkan
kualitas air yang belum optimal. Sehingga diperlukan penelitian lanjutan dalam memperbaiki sistem yang sudah
dikembangkan. Salah satu bahan filter alami dengan ketersediaan tinggi dan harga yang cukup murah adalah
cangkang kerang darah. Cangkang kerang darah (Anadara granosa) merupakan bahan filter alternatif yang dapat
digunakan karena mengandung mineral kapur yang dapat memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan
ikan (Jubaedah et al., 2017).
Salah satu permasalahan utama dalam pemeliharaan benih ikan jelawat adalah fluktuasi pH media budidaya
yang tinggi terutama pada kondisi pH rendah. Hasil penelitian Rizki et al., 2020 menyatakan bahwa ukuran partikel
2 mm pada dosis 2,2 g/L memberikan kinerja produksi dan akuabisnis terbaik pada ikan botia (Chromobotia
macracanthus). Tujuan penelitian ini adalah menentukan ukuran partikel cangkang terbaik sebagai filter pada sistem
resirkulasi terhadap terhadap kinerja produksi dan respons fisiologis benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii,
Blkr).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2022 hingga April 2022. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Instalasi Ikan Hias Telanaipura Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi.
Rancangan percobaan
Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
(empat) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan, masing-masing perlakuan tersebut adalah: Tanpa penambahan cangkang
kerang darah (Perlakuan A), ukuran partikel cangkang kerang 1 mm (Perlakuan B), ukuran partikel cangkang kerang
2 mm (Perlakuan C) ukuran partikel cangkang kerang 3 mm (Perlakuan D).
Persiapan Penelitian
Penyiapan filter cangkang kerang darah
Penyiapan filter mengikuti metode Rizki et al., 2020. Cangkang kerang darah dibersihkan dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 110 ᴼC selama 24 jam. Namun dalam penelitian ini oven dilakukan pada suhu 220ᴼC selama
12 jam. Cangkang kerang darah kemudian dihaluskan dan disaring menggunakan saringan dengan mesh size 6, 8, 16
dan 30 hingga diperoleh ukuran partikel 1, 2 dan 3 mm. Cangkang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kain
asahi sesuai ukuran partikel.
Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan jelawat adalah akuarium berukuran 70x40x30 cm sebanyak
12-unit dengan volume air 56 L. Akuarium dibersihkan dengan menggunakan sabun kemudian dibilas dan
dikeringkan, kemudian akuarium direndam dengan larutan PK selama 24 jam untuk membunuh bakteri patogen.
Selanjutnya akuarium dibilas kembali dengan air bersih dan siap untuk digunakan. Pada akuarium dilengkapi dengan
unit filter air. Unit filter menggunakan pipa PVC berukuran 3 inci dengan panjang 10 cm yang ditempatkan di atas
akuarium dengan cara digantung. Filter yang digantung bertujuan untuk memaksimalkan proses penyaringan air
melewati bahan filter, air yang jatuh ke dalam wadah pemeliharaan juga berfungsi sebagai media pembuat percikan
air untuk meningkatkan oksigen terlarut. Langkah selanjutnya adalah menyusun filter pada pipa PVC. Pipa PVC diisi
kapas sintetis (filter fisik), cangkang kerang darah (filter kimia), dan bioball (filter biologi) masing-masing bahan
filter disusun dengan jarak 5 cm. Air dialirkan menggunakan pompa 24 W dan diaerasi melalui batu aerasi yang
dipasang pada setiap sisi akuarium. Sistem resirkulasi yang telah diatur dijalankan selama 2-3 hari untuk stabilisasi
kondisi pH air. Setelah pH berada pada kondisi normal baru kemudian ikan ditebar.
Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan jelawat berukuran 2±0,2 inchi. Ikan uji didapatkan
dari pemijahan secara buatan oleh Instalasi Ikan Hias Telanaipura Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi.
Larva ikan jelawat hasil pemijahan dipelihara terlebih dahulu sampai berukuran 2±0,2 inchi yang kemudian
digunakan sebagai ikan penelitian. Sebelum ditebar ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasikan selama 30 menit. Ikan
yang sudah diadaptasikan lalu ditebar pada masing-masing akuarium penelitian sesuai dengan perlakuan dengan
padat tebar 5 ekor/L (Putri et al., 2021). Ikan jelawat dipelihara selama 40 hari, selama pemeliharaan benih ikan
jelawat diberi pakan pelet PF 500, pemberian pakan dilakukan secara ad restricted atau menyesuaikan biomassa ikan
uji (Sonavel et al., 2020). Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pukul pagi (08.00), siang (14.00) dan sore
(20.00) WIB. Selama pemeliharaan dilakukan pergantian cangkang kerang darah pada hari ke-20. Pengambilan
49
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

sampel ikan uji dilakukan setiap 15 hari. Sampel ikan uji sebanyak 30 ekor diukur panjang dan beratnya. Sampel
darah diambil pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Sedangkan sampel air diukur pada awal dan akhir
pemeliharaan. Parameter kualitas air yang akan diukur meliputi suhu, pH, DO, CO2, alkalinitas dan ammonia.

Parameter yang Diamati


Kinerja Produksi
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan persentase dari perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai
akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. TKH dihitung menggunakan rumus dari Goddard
(1996) yaitu:

Keterangan:
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)
N0 = Jumlah ikan awal (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik Bobot (LPSb)


LPSb dihitung menggunakan rumus Huisman (1987):

LPSb = ⌊√ ⌋
Keterangan:
LPSb = laju pertumbuhan spesifik bobot (%/hari)
Wt = bobot rata-rata ikan akhir (g)
W0 = bobot rata-rata ikan awal (g)
t = lama waktu pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Ppm = Lt – L0
Keterangan:
Ppm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt : Rata-rata panjang ikan pada akhir penelitian (cm)
L0 : Rat-rata panjang ikan pada awal penelitian (cm)

Pertumbuhan Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus Huisman (1987) yaitu:

Pbm= Wt – W0
Keterangan:
Pbm : Pertumbuhan bobot mutlak (gram)
Wt : Bobot ikan akhir penelitian (gram)
W0 : Bobot ikan awal penelitian (gram)

Rasio Konversi Pakan (FCR)


FCR merupakan indikator untuk menentukan efisiensi pakan (NRC 2011) yang dihitung menggunakan rumus:
KP = F / [Wt - (Wo + Wd)]
Keterangan:
KP : konversi pakan
Wt : biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wd : biomassa ikan mati selama pemeliharaan (g)
W0 : biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
F : jumlah pakan selama pemeliharaan (g)

50
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

Koefesien Keragaman Bobot (KKb)


KKb dihitung dengan rumus Steel dan Torrie (1981):
KKb = (s/y) × 100
Keterangan:
KKb : koefisien keragaman bobot (%)
s : simpangan baku
y : nilai rata-rata

Respons Fisiologis (Glukosa darah)


Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan Accu-chek active atau yang disebut dengan
alat test glukosa darah. Kertas strip glukosa dimasukkan ke dalam alat digital kemudian ditunggu hingga alat
munculkan gambar darah. Kemudian sampel darah ikan diteteskan ke atas kertas strip dan ditunggu hingga hasil
muncul dilayar. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam unit mg/dl. Pengujian glukosa darah dilakukan pada awal
dan akhir penelitian.

Analisis Kualitas Air


Parameter kualitas air yang akan diamati meliputi pengukuran suhu, pH, DO CO2, alkalinitas dan amonia.
Pengukuran suhu, pH dan DO dilakukan secara langsung dengan alat thermometer, pH meter dan DO meter.
Pengukuran CO2 dan alkalinitas dilakukan dengan buret titrasi. Sedangkan pengukuran ammonia dilakukan dengan
spektrofotometer

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan ditabulasi dengan Microsoft excel dan dianalisis statistik
menggunakan SPSS 22. Data kinerja produksi dan analisis fisiologis dianalisis menggunakan analisis ragam pada
selang kepercayaan 95%, analisis ini dilakukan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap
parameter uji. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut menggunakan uji Dincan. Parameter kualitas air
dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Perkembangan bobot rata-rata
Perkembangan bobot rata-rata benih ikan jelawat selama 40 hari masa pemeliharaan menunjukkan
peningkatan, bobot rata-rata tebar ikan pada awal penelitian sebesar 13.35±0.53 g meningkat pada akhir penelitian
menjadi 33.34±0.89 g. Data disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

1,341,26
Bobot rata-rata (g/ekor)

1,23 1,23 1,20


0,98 0,92
0,71 0,85 0,86
0,73 0,67 0,84
0,48 0,41 0,65 0,66
0,40 0,38
0,23 0,25 0,36
0 1 2 3 4
hari ke-

A (kontrol) B (1 mm) C (2 mm) D (3 mm)

Gambar 1. Bobot rata-rata benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii, Blkr) dengan ukuran partikel cangkang kerang
darah berbeda sebagai media filter pada sistem resirkulasi selama 40 hari masa pemeliharaan

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa peningkatan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan
bobot akhir sebesar 1.34±0.02 g/ekor diikuti dengan perlakuan C, A dan B masing-masing sebesar 1.26±0.01 g/ekor,
1.23±0.03 g/ekor dan 1.20±0.07 g/ekor. Peningkatan bobot rata-rata ini menunjukkan terjadinya pertumbuhan bobot
pada ikan jelawat selama penelitian, hal ini diduga disebabkan karena kondisi kualitas air yang sangat mendukung
akibat penggunaan cangkang kerang darah sebagai media filter dan sistem resirkulasi yang digunakan. Hasil ini
sesuai dengan pernyataan Nose dan Arai (1979) yang menyatakan bahwa cangkang kerang darah dapat
51
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

meningkatkan pertumbuhan ikan melalui penyerapan mineral pada cangkang kerang untuk proses pembentukan
tulang.

Kinerja Produksi
Parameter kinerja produksi yang dianalisis pada penelitian ini meliputi tingkat kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan spesifik bobot, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot mutlak, rasio konversi pakan dan
koefesien keragaman bobot akhir. Data hasil analisis kinerja produksi benih ikan jelawat disajikan pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Kinerja produksi benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii, Blkr) dengan ukuran partikel cangkang kerang
darah berbeda sebagai media filter pada sistem resirkulasi selama 40 hari masa pemeliharaan
Ukuran cangkang kerrang (mm)
No Parameter
A (0) B (1) C (2) D (3)
1 Tingkat kelangsungan hidup (%) 81.79±3.41a 81.19±4.23a 81.90±1.80a 84.52±2.51a
2 Laju Pertumbuhan Spesifik Bobot (%/hari) 4.01±0.12a 4.10±0.09a 4.07±0.11a 4.24±0.17a
a b bc
3 Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) 1.53±0.06 1.68±0.02 1.70±0.10 1.84±0.09c
a a a
4 Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) 0.95±0.07 0.99±0.02 1.01±0.02 1.08±0.02b
5 Rasio Konversi Pakan 2.98±0.57a 2.89±0.29a 2.72±0.11a 2.51±0.17a
b ab ab
6 Koefesien Keragaman Bobot Akhir (%) 20.69±2.19 22.07±1.21 24.84±2.12 22.82±2.48a
Nilai disajikan dalam bentuk rata-rata±std. Huruf tika atas yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0.05 ; uji lanjut Duncan)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot mutlak dan koefesien keragaman bobot akhir. Perlakuan yang
diberikan memberikan respons yang sama baiknya terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik
bobot dan rasio konversi pakan. Tingkat kelangsungan hidup (TKH) sebagai salah satu parameter yang menunjukkan
keberhasilan proses produksi melalui banyaknya jumlah biota yang hidup hingga akhir pemeliharaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian partikel cangkang kerang darah dengan ukuran berbeda sebagai media
filter memberikan respons yang sama baiknya antar perlakuan. TKH untuk semua perlakuan berkisar antara 81.19 %
- 84.52 %. Nilai TKH pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Putri et al., (2019)
dengan nilai TKH rata-rata berkisar antara sebesar 98,61%-99,62%. Namun TKH pada penelitian ini lebih baik
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan menggunakan media filter arang dengan nilai TKH sebesar
84.44%, filter spons sebesar 80.00% dan filter batu dan kerikil sebesar 75.56% (Darmayanti et al., 2018). Nilai TKH
pada penelitian ini masih tergolong tinggi untuk kinerja pembesaran benih ikan jelawat. Hal ini diduga karena
dukungan sistem resirkulasi dan media filter cangkang kerang darah yang memberikan kualitas air optimal untuk
pemeliharaan benih ikan jelawat.
Pertumbuhan adalah indikator penting dalam menentukan produktivitas akuakultur. Pertumbuhan biasanya
dilihat dari pertambahan volume dan panjang sel tubuh dalam bobot basah maupun bobot kering terhadap pada
satuan waktu tertentu (Effendie, 1979). Pada penelitian ini pertumbuhan di ekspresikan ke dalam beberapa parameter
uji antara lain laju pertumbuhan spesifik (LPSb), pertumbuhan bobot mutlak (PBM) dan pertumbuhan panjang
mutlak (PPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap PBM dan PPM dan
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap LPSb. Nilai PBM, PPM dan LPSb untuk semua perlakuan masing-
masing berkisar antara 0.95 g - 1.08 g, 1.53 cm - 1.84 cm dan 4.01 %/hari - 4.24 %/hari. Nilai PBM tertinggi pada
penelitian ini terdapat pada perlakuan D sebesar 1.08 g. Nilai PPM tertinggi pada penelitian ini terdapat pada
perlakuan D dan C masing-masing sebesar 1.84 cm dan 1.70 cm. Sedangkan perlakuan A dan B nilai PPM lebih
rendah dibandingkan perlakuan C dan D yakni sebesar 1.53 cm dan 1.68 cm. Semakin tinggi ukuran partikel
cangkang kerang darah yang diberikan memberikan kinerja pertumbuhan yang semakin baik dan mampu
memperbaiki kualitas air terutama pada penyerapan bahan organik berbahaya dan stabilisasi pH. Peningkatan bobot
ikan merupakan hasil dari optimalitas kondisi lingkungan yang dihasilkan dari sistem resirkulasi. Menurut Hoar et
al., (1979), faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bahkan faktor kematian pada ikan, salah satunya
yaitu pH sebagai faktor pengontrol. Jubaedah et al., (2017) menyatakan, bahwa pemanfaatan cangkang kerang darah
di kolam budidaya dapat meningkatkan pertumbuhan pada ikan patin. Kandungan kalsium CaCO3 pada cangkang
kerang darah juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan patin (Djokosetiyanto et al., 2005;
Hastuti et al., 2014), elver ikan sidat (Saputra et al., 2016; Scabra et al., 2016), serta glass eel ikan sidat (Lukas et
al., 2017). PPM juga dipengaruhi oleh adanya mineral dalam media budidaya dapat meningkatkan pertumbuhan.
Kalsium dan fosfor berfungsi untuk kontraksi otot, pembekuan darah, transmisi saraf, pemeliharaan integritas
membran sel, aktivasi beberapa enzim dan sekresi hormon (Sugiura et al., 2004).

52
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

Rasio konversi pakan (RKP) merupakan jumlah pakan yang diberikan (kg) untuk menghasilkan 1 kg bobot
tubuh ikan (NRC, 1977). Nilai RKP benih ikan jelawat untuk semua perlakuan berkisar antara 2.51-2.98. Nilai RKP
pada penelitian ini masih lebih baik dibandingkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan bahan filter batu dan
kerikil dengan nilai RKP sebesar 2.54 (Darmayanti et al., 2018). Koefisien keragaman bobot (KKb) menggambarkan
tingkat keragaman bobot ikan pada akhir pemeliharaan, yaitu semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka tingkat
keseragaman bobot semakin kecil. Nilai KKb akhir untuk semua perlakuan berkisar antara 20.69 % - 24.84 %. Nilai
KKb terendah pada penelitian ini terdapat pada perlakuan A sebesar 20.69%. Nilai ini sama baiknya dengan
perlakuan B dan C masing-masing sebesar 22.07% dan 22.82%. Nilai KKb pada penelitian ini cukup baik karena
masih berada di bawah 25%. Hal ini sesuai dengan pendapat Baras et al., (2011) bahwa nilai KKb dalam berada di
bawah 25% artinya keseragaman ikan di akhir penelitian tinggi.
Respons Fisiologis (Glukosa Darah)
Nilai glukosa darah menunjukkan peningkatan pada akhir masa pemeliharaan. Nilai glukosa awal
pemeliharaan sebesar 40.50 mg/dL dan meningkat pada akhir masa pemeliharaan yang berkisar antara 56.67 mg/dL
– 95.67 mg/dL. Data hasil analisis glukosa darah benih ikan jelawat disajikan pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Nilai glukosa darah benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii, Blkr) dengan ukuran partikel cangkang
kerang darah berbeda sebagai media filter pada sistem resirkulasi selama 40 hari masa pemeliharaan.

Nilai disajikan dalam bentuk rata-rata±std. Huruf tika atas yang sama pada baris yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata (P>0.05 ; uji lanjut Duncan)
Respons stres banyak digunakan sebagai indikator kesehatan ikan (Suvetha et al., 2010). Respons stress
biasanya ditunjukkan dengan perubahan glukosa darah, glikogen (otot dan hati) dan enzim pada organ hati. (Kavitha
et al., 2010). Nilai glukosa darah menunjukkan peningkatan pada akhir masa pemeliharaan dibandingkan dengan
glukosa awal pemeliharaan. Nilai glukosa awal pemeliharaan sebesar 40.50 mg/dL dan meningkat pada akhir masa
pemeliharaan yang berkisar antara 56.67 mg/dL – 95.67 mg/dL. Nilai glukosa darah tertinggi terdapat pada
perlakuan A sebesar 95.67 mg/dL, nilai ini sama dengan perlakuan B dan C namun berbeda dibandingkan perlakuan
D dengan nilai glukosa darah terendah yakni sebesar 56.67 mg/dL. Hasil peneltian lainnya juga menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai glukosa darah pada akhir masa pemeliharaan dimana ikan jelawat dipelihara dengan
kepadatan berbeda dengan nilai glukosa darah berkisar antara 51-56 mg/dL (Putri et al., 2019). Nilai glukosa darah
yang tinggi menunjukkan ikan berada pada kondisi stres. Hal ini sesuai pendapat Utami et al., (2018) bahwa semakin
tinggi nilai glukosa darah melebihi diduga ikan tersebut mengalami stress. Nilai glukosa darah pada penelitian ini
masih berada pada kisaran normal untuk pemeliharaan benih ikan jelawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizki et
al., (2020) bahwa kisaran glukosa darah normal ikan Jelawat adalah 50,00-60,00 mg/dL.

Kualitas Air
Kualitas air media pemeliharaan benih ikan jelawat yang di pelihara di dalam akuarium meliputi suhu, pH,
oksigen terlarut (DO), alkalinitas, CO2 dan amonia (NH3). Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan
disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

53
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii, Blkr) dengan
ukuran partikel cangkang kerang darah berbeda sebagai media filter pada sistem resirkulasi selama 40 hari
masa pemeliharaan
Waktu Perlakuan
Parameter Kisaran Optimal (rujukan)
Pengukuran A B C D
Pagi 27.67 27.69 27.98 27.98
Suhu (0C) 25-29oC (Utami et al., 2018; Putri et al., 2021)
Sore 27.63 27.63 27.95 27.93
Pagi 6.49 7.23 7.21 7.11
pH 25-29 (Rusliadi et al., 2015; Putri et al., 2021)
Sore 6.51 7.55 8.29 8.22
Pagi 4.87 5.92 6.04 5.47 3,82-5,48 mg/L (Rusliadi et al., 2015; Putri et al.,
DO (mg/L)
Sore 4.77 5.21 5.15 5.38 2021)
Awal 17.6 17.6 17.60 17.6
Alkalinitas (mg/L) 30-200 Sunarno et al., 2017; Boyd, 1990)
Akhir 19.95 29.33 28.16 32.85
Awal 6.69 6.69 6.69 6.69 8,6-10,73 mg/L (Rusliadi et al., 2015; Putri et al.,
CO2 (mg/L)
Akhir 6.45 7.86 7.86 9.15 2021)
Awal 0.001 0.001 0.001 0.001 0,0035-1,0327 mg/L (Rusliadi et al., 2015; Putri et
Amonia (mg/L)
Akhir 0.001 0.001 0.001 0.001 al., 2021)

Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan menunjukkan bahwa kualitas air masih berada pada kisaran
layak untuk pemeliharaan ikan jelawat. Suhu media pemeliharaan pada pengukuran pagi hari berkisar antara
27.670C-27.980C dan pada pengukuran sore hari berkisar antara 27.630C-27.950C. suhu optimal untuk pemeliharaan
benih ikan jelawat dengan sistem resirkulasi berkisar antara 25-280C (Utami et al., 2018) dan 29-300C Cahyadi et al.,
(2015). 25-300C. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penentu kesuburan suatu perairan. pH yang
didapatkan dalam penelitian ini pada pengukuran pagi hari berkisar antara 6.49-7.23 dan pada pengukuran sore hari
berkisar antara 6.5-8.29. Nilai pH pada penelitian ini masih berada pada kisaran layak untuk pemeliharaan ikan
jelawat. Kisaran pH tersebut masih normal dan sesuai standar pH air dalam sistem resirkulasi yaitu 6,4-6,6 (Putri et
al., 2021), 5,5-6 (Rusliadi et al., 2015), 5-7 (Cahyadi et al., (2015). Oksigen terlarut (DO) merupakan variabel
penting bagi pertumbuhan ikan jelawat. DO memengaruhi aktvitas dan metabolisme ikan jelawat selama
kehidupannya. Hasil pengukuran DO pada pagi hari berkisar antara 4.87 mg/L-6.04 mg/L dan pada pengukuran sore
hari berkisar antara 4.77 mg/L-5.38 mg/L. Nilai DO pada penelitian ini masih berada pada kisaran layak untuk
pemeliharaan ikan jelawat. DO yang normal untuk hidup ikan jelawat berkisar antara 5,0- 5,4 mg/L (Putri et al.,
2021), 3,4-5,8 mg/L (Rusliadi et al., 2015). Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam
dan basa yaitu sebagai penyangga (bufer) terhadap perubahan pH (Effendi, 2003). Hasil pengukuran alkalinitas pada
awal pemeliharaan sebesar 17.6 mg/L dan pada akhir pemeliharaan berkisar antara 19.95 mg/L–32.85 mg/L. Nilai
alkalinitas pada penelitian ini masih berada pada kisaran layak untuk pemeliharaan ikan jelawat. Kisaran optimal
nilai alkalinitas pemeliharaan ikan jelawat berkisar antara 30-200 mg/L (Boyd, 1990; Sunarno & Syamsunarno,
2017). Nilai CO2 pada awal pemeliharaan sebesar 6.69 mg/L dan pada akhir pemeliharaan berkisar antara 6.45 mg/ –
9.15 mg/L. Nilai CO2 pada penelitian ini masih berada pada kisaran layak untuk pemeliharaan ikan jelawat. Secara
umum, media pemeliharaan yang baik untuk kehidupan ikan jelawat adalah dengan nilai CO2 di atas < 12 mg/L.
(Rusliadi et al., 2015; Putri et al., 2021). Nilai amonia pada awal pemeliharaan sebesar 0.001 mg/L dan pada akhir
pemeliharaan sebesar 0.01 mg/L untuk semua perlakuan. Nilai amonia yang diperoleh selama pemeliharaan
menunjukkan nilai yang aman dan baik untuk produksi ikan jelawat. Secara umum, media pemeliharaan yang baik
untuk kehidupan ikan jelawat berkisar antara 0,0035-1,0327 mg/L mg/L (Rusliadi et al., 2015; Putri et al., 2021).
Kualitas air yang baik pada penelitian ini didukung dengan penggunaan sistem resirkulasi dan penggunaan
cangkang kerang darah sebagai bahan filter. Proses yang terjadi pada sistem resirkulasi dilakukan dengan
mendistribusikan air oleh pompa untuk memindahkan air ke ketinggian yang lebih tinggi atau untuk meningkatkan
tekanan sistem secara keseluruhan untuk filtrasi, aerasi, dan degassing (Puluhulawa, 2021). Cangkang kerang darah
berperan sebagai penyangga (buffer) pH air dalam akuarium karena adanya kandungan CaCO3. Menurut Scabra et
al., (2016), CaCO3 yang terlarut dalam air akan terpecah menjadi unsur Ca yang merupakan sumber kalsium perairan
serta unsur CO3 yang merupakan karbonat penyusun alkalinitas.

KESIMPULAN
Kinerja produksi dan respons stres terbaik pada sistem resirkulasi benih ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii,
Blkr) adalah perlakuan D (ukuran partikel cangkang kerang darah 3 mm). Nilai PPM dan PBM tertinggi masing-
masing sebesar 1.84 cm dan 1.08 g dan respons stress terendah dengan nilai glukosa darah sebesar 56.67 mg/dL.
Penggunaan bahan cangkang kerang darah sebagai filter air pemeliharaan benih ikan jelawat terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan dalam perbaikan dan optimlitas kualitas air. Namun masih perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk menentukan dosis cangkang kerang terbaik pada pemeliharaan benih ikan jelawat.
54
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

DAFTAR PUSTAKA
Afranita, G., Anita, S. dan Hanifah, T.A., 2014. Potensi abu cangkang kerang darah (Anadara granosa) sebagai
adsorben ion timah putih. J. Online Mahasiswa, 1 (1), 1-5.
Aslia, 2014. Produksi Ikan Rainbow Kurumoi (Melanotaenia parva) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Cangkang
Kerang Simping, Kerang Darah dan Kerang Hijau, Skripsi. Institut Perikanan Bogor.
Baras E, Raynaud T, Slembrouck J, Caruso D, Cochet C, Legendre M. 2011. Interactions between temperature and
size on the growth, size heterogeneity, mortality, and cannibalism in cultured larvae and juveniles of the
Asian catfish Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage). Aquaculture Research. 42(2):260-276
Bartelme, R.P, McLellan, S.L, Newton, R.J. 2017. Freshwater recirculating aquaculture system operations drive
biofilter bacterial community shifts around a stable nitrifying consortium of ammonia-oxidizing Archaea and
Comammox Nitrospira. Frontiers in Microbiology. 8(101):1–18
Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Auburn University, Alabama. (US): Auburn University
Agriculture Experiment Station.
Bregnballe J. 2015. A Guide to: Recirculation Aquaculture: An Introduction to the New Environmentally Friendly
and Highly Productive Closed Fish Farming Systems. 2015 edition. Copenhagen Denmark: FAO and
Eurofish. hlm 9.
Cahyadi, R., I. Suharman dan Adelina. 2015. Utilization of Fermented Water Hyacint (Eichornia crassipes) meal in
the diets on Growth of Jelawat (Leptbarbus hoeveni). Laboratory of Fish Nutirition, Faculty of Fisheries and
Marine Science, University of Riau
Darmayanti, E,I Raharjo dan Farida. 2018. Sistem Resirkulasi Menggunakan Kombinasi Filter Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Jurnal Ruaya Vol. 6. No .2. Th 2018. -ISSN 2541 – 3155.
Djokosetiayanto D, Dongoran RK, Supriyono E. 2005. Pengaruh alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva ikan patin siam (Pangasius sp.) Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(2):53–56
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Gramedia. Jakarta.
257
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm
Enstein, A.C. 2018. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) Sebagai Filter Terhadap Kualitas Air
Rawa Lebak Pada Pemeliharaan Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi. Palembang: Program Studi Budidaya
Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Fisheries and Marine Institute Memorial University
Newfoundland, Canada. New York (US): Chapman and Hall.
Hanafi, Anita, Z. dan Winardi, Y., 2016. Optimasi filter cangkang kerang darah (Anadara Granosa) untuk
meningkatkan pH air gambut. Jurnal Teknlogi Lingkungan Lahan Basah, 1 (1), 1-10
Hastuti YP, Faturrohman K, Nirmala K. 2014. Kalsium karbonat pada media bersalinitas untuk pertumbuhan benih
ikan patin (Pangasius sp.) Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 5(2):183-190
Hoar WS, Randall AJ, Brett JR. 1979. Fish Physiology. Bioenergetics and Growth. INS. San Diego New York
Boston London Sydney Tokyo. Jepang (JP): Academic Press.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Wageningen: University Press. Wageningen Agricultural
Netherland. 296 hlm
Jubaedah D, Marsi, Rizki, R.R. 2017. Utilization of Anadara granosa as a liming materials for swamp fish ponds for
pangasius sp. culture. Journal Aquacultura Indonesiana. 18(2):48-54.
Kadarini T, Musthofa SZ, Subandiyah S, Priono B. 2015. Pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO 3) dalam
media pemeliharaan ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva) terhadap pertumbuhan benih dan produksi
larvanya. Jurnal Riset Akuakultur. 10(2):187-197.
Kavitha C, Malarvizhi A, Senthil Kumaran S, Ramesh M. 2010. Toxicological effects of arsenate exposure on
hematological, biochemical and liver transaminases activity in an Indian major carp, Catla catla. Food and
Chemical Toxicology. 48(10):2848-285
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2020. Statistik-KKP. Produksi ikan jelawat. KKP RI.
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total_ikan&i=2#panel-footer.
Lukas AYH, Djokosetiyanto D, Budiardi T, Sudrajat AO, Affandi R. 2017. Optimization of salinity and calcium on
Indonesian short fin eel Anguilla bicalor maintenance. AACL Bioflux. 10(4):952-962
Musthofa, S.Z., Tutuk, K. dan Zamroni, M., 2012. Pemanfaatan karang dan kulit kerang untuk optimalisasi pH air
media pemeliharaan ikan pelangi kurumoi (Melanotaenia parva). Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Depok 2012. 405-412
Nose T dan Arai S. 1979. Recent Advances in Studies on Mineral Nutrition in Japan. In: Advances in Aquaculture
(Pillay, T.V.R. & Dill, A. eds). Faraham. (UK): Fishing News Books.
55
Eko Harianto, Muarofah Ghofur, Safratilofa, dan Satria Panuntun. Pemanfaatan Cangkang Kerang Darah (Anadara
granosa) Sebagai Filter Terhadap Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveniii Blkr)

[NRC] National Research Council. 1977. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shelfishes Revised
Edition. Washington D.C. (US): National Academy Press. pp102
Puluhulawa, R. 2021. Kinerja Produksi Dan Analisis Usaha Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) Pada Sistem
Resirkulasi Dengan Padat Tebar dan Debit Air Berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Purwatie, M.I. 2020. Eco Filter Air Dengan Memanfaatkan Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) Sebagai
Media Filtrasi Untuk Menurunkan Kadar Besi. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Putri, F.F, Sugihartono, M, Ghofur, M. 2021. Glukosa Darah dan Kelangsungan Hidup Benih Leptobarbus Hoevenii
dengan Kepadatan Berbeda Pada Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 6(2): 58-62
Reksalegora O. 1979. Fish cage culture in the town of Jambi, Indonesia. International Workshop on Pen and Cage
Culture of Fish, 11-12 February 1979. IDRC-SEAFDEC, Philippines, p: 51-53
Rizki, R.R. 2020. Peningkatan Kinerja Akuabisnis Ikan Botia (Chromobotia Macracanthus) dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Darah Pada Sistem Resirkulasi. [Tesis]. Bogor. IPB
Rusliadi., I. Putra dan Syafriyandi. 2015. Pemeliharaan Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) dengan Padat
Tebar yang Berbeda Pada Sistem Resirkulasi dan Akuaponik. Berkala Perikanan Terubuk. Vol. 43. No.2 : 1-
13. ISSN: 2541-3155
Saputra A, Budiardi T, Supriyono E. 2016. Production performance of eel Anguilla bicolor bicolor with the addition
of calcium carbonate. Jurnal Akuakultur Indonesia. 15(1):56–62
Scabra AR, Buidardi T, Djokosetiyanto D. 2016. Production performance of Indonesian addition of calcium Careel
Anguilla bicolor with the edition of calcium carbonate (CaCO3) in to the culture media. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 15(1):1-7.
Steel GD, Torrie JH. 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 747 hlm
Sugiura SH, Hardy RW, Roberts RJ. 2004 The pathology of phosphorus deficiency in fish – a review. Journal of
Fish Diseases. 27:255-265
Sunarno, M.T.D dan Syamsunarno, M.B. 2017. Performa pertumbuhan post-larva ikan jelawat Leptobarbus hoevenii
pada berbagai kombinasi pakan alami dan buatan. Jurnal Depik 6(3): 252-258
Takeuchi T. 2017. Application of Recirculating Aquaculture Systems in Japan. Japan: Springer. hlm 333
Utami, K.P., S. Hastuti dan R.A. Nugroho. 2018. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Efisiensi
Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Tawes (Puntius javanicus) Pada Sistem
Resirkulasi. Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol. 2, No. 2 : 53-63.
Vann LS, Baran E, Phen C, Thang TB. 2006. Biological reviews of important Cambodian fish species, based on
fishbase 2004. World Fish Centre. 2 : 51– 58.

56

You might also like