Kualitas Laporan Keuangan Di Indonesia Transparansi
Kualitas Laporan Keuangan Di Indonesia Transparansi
Kualitas Laporan Keuangan Di Indonesia Transparansi
2 (2022)
1 Prodi
The quality of financial statements reflects the suitability of
D4 Akuntansi Sektor Publik,
financial information presented by an entity with applicable
Politeknik Keuangan Negara STAN,
accounting standards. Good quality financial reports
Tangerang Selatan,
[email protected]
indicate that their information can be used in decision-
2 Direktorat Jenderal Pajak, making. This study investigates the effect of financial
Kementerian Keuangan, information transparency, capital expenditures, financial
Palembang, health and the size of local governments on the quality of
[email protected] local government financial reporting. This study uses a
3 Prodi D3 Akuntansi, Politeknik quantitative method approach. The research data was taken
Keuangan Negara STAN, Tangerang from the summary of the financial statements of district/city
Selatan, governments in Indonesia from 2016 to 2019. The research
[email protected] data was sourced from www.djpk.kemenkeu.go.id, the local
government's official website and www.bpk.go.id. Based on
Riwayat Artikel :
Diterima 14-10-2022 purposive sampling, the sample of this study amounted to
Direvisi 11-11-2022 349 observations. The hypothesis testing of this research was
Disetujui 29-11-2022 conducted using logistic regression analysis. The test results
Tersedia online 02-12-2022 suggest that the transparency of financial information and
the local government's size are positively associated with the
JEL Classification : M40, local government's financial reporting quality. This study
M41, M48 also concludes that local governments' capital expenditures
and financial health are not associated with the quality of
local government financial reporting quality. The Indonesia Supreme Audit Agency can employ this
research to indicate the quality of local government financial statements.
Keywords: audit opinion, local assets, local loans, transparency, regional expenditures
Abstrak
Kualitas laporan keuangan mencerminkan kesesuaian informasi keuangan yang disajikan oleh
suatu entitas dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan yang berkualitas baik
menunjukkan bahwa informasi yang terkandung di dalamnya dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh transparansi
informasi keuangan, belanja modal, kesehatan keuangan dan ukuran pemerintah daerah
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan
pendekatan metode kuantitatif. Data penelitian diambil dari ikhtisar laporan keuangan
©
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI
182 Firmansyah et al.
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Data
penelitian ini bersumber dari www.djpk.kemenkeu.go.id, website resmi pemerintah daerah, dan
www.bpk.go.id. Berdasarkan purposive sampling, sampel penelitian ini berjumlah 349
observasi. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
logistik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa transparansi informasi keuangan dan ukuran
pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa belanja modal dan kesehatan keuangan pemerintah daerah tidak
bepengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian ini dapat digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan dalam melakukan indikasi awal atas kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Kata kunci: aset daerah, belanja daerah, opini audit, pinjaman daerah, transparansi,,
1. PENDAHULUAN
Penerapan desentralisasi fiskal di Indonesia telah dijalankan di Indonesia lebih dari 20
tahun yang dimulai sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah Dan Undang-Undang Nomor Nomor 25 Tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah. Tujuan dari desentralisasi fiskal
adalah untuk mendorong akuntabilitas dan transparansi pemerintah daerah (Nuryani &
Firmansyah, 2020). Penerapan dari desentralisasi fiskal yang baik erat kaitannya dengan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesejahterahaan masyarakat dengan
menjamin terselenggaranya pelayanan publik minimum di setiap daerah (Nuryani &
Firmansyah, 2020). Namun, tidak semua semua daerah dapat menerapkan konsep
desentralisasi fiskal dengan baik khususnya pelayanan dasar yang diberikan pemerintah daerah
kepada masyarakat. Porsi belanja pegawai yang besar membebani APBD, padahal pemerintah
daerah perlu melakukan pembangunan infrastruktur dalam memenuhi layanan dasar kepada
masyarakat. Selain pelaksanaan belanja daerah yang masih belum optimal, kemampuan
keuangan daerah dalam memenuhi pelayanan publik juga masih rendah. Kualitas penerapan
desentralisasi fiskal yang baik erat kaitannya dengan penerapan tata kelola pemerintahan yang
baik (Nuryani & Firmansyah, 2020). Penerapan tata kelola yang baik di pemerintah daerah
bukan hanya menghasilkan informasi keuangan yang berintegritas, namun mendorong kualitas
laporan keuangan yang lebih baik.
Sejak tahun 2015, pemerintah daerah telah menerapkan standar akuntansi keuangan
berbasis akrual. Tujuan dari penerapan standar tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan sehingga laporan keuangan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
yang lebih baik. Informasi laporan keuangan pemerintah daerah dapat digunakan oleh
pemangku kepentingan terkait dengan kondisi keuangan di satu entitas pemerintah daerah.
Dampak dari penyajian informasi keuangan pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah mengakibatkan rendahnya kualitas laporan keuangan. Penyajian
informasi keuangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah sejalan dengan pengaturan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan tersebut mengamatkan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu, kualitas penyajian laporan keuangan
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -183
berkaitan dengan transparansi informasi keuangan pemerintah daerah bukan hanya berupa
penyajian angka-angka saja, namun juga terkait dengan pengelolaan keuangan di dalam suatu
pemerintah daerah.
Kualitas laporan keuangan pada pemerintah daerah erat kaitannya dengan pemberian
opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang memiliki kewenganan dalam melakukan
audit pemerintah daerah. Sejak Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Berbasis Akrual
berlaku di tahun 2015, perkembangan selama periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
menunjukkan bahwa tidak semua pemerintah daerah mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian (BPK RI, 2021). Di satu sisi, terdapat pencapaian peningkatan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah di mana laporan keuangan pemerintah daerah mendapatkan opini
wajar tanpa pengecualian dari BPK sebanyak 70% di tahun 2016 dan meningkat menjadi 90%
di tahun 2020 (BPK RI, 2021). Di sisi lain, masih terdapat pemerintah daerah yang belum
memperoleh opini tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa belum semua laporan keuangan
saat ini disajikan dengan baik. Adanya laporan keuangan pemerintah daerah yang memiliki
opini selain wajar tanpa pengecualian terjadi akibat ketidaksesuaian laporan keuangan dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan atau ketidakcukupan bukti untuk mendukung kewajaran
laporan keuangan pemerintah daerah.
Kualitas laporan keuangan yang rendah dapat mendorong ketidakpercayaan publik atas
pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Seyogyanya pemerintah daerah
merupakan wakil masyarakat dalam menjalankan pemerintahan, sehingga pengelolaan
keuangan yang akuntabel dan transpran wajib dilakukan oleh pemerintah daerah. Rendahnya
kualitas laporan keuangan dapat diakibatkan kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat
dalam menunjang keberhasilan program kerja pemerintah. Selain itu, kualitas laporan keuangan
yang kurang baik dapat menimbulkan konotasi atau persepsi publik akan adanya
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah. Padahal kualitas laporan keuangan yang
baik diharapkan oleh masyarakat untuk dapat menilai kinerja atas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah. Pengelolaan kinerja keuangan yang baik dapat mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah dapat menyelaraskan kepentingan masyarakat. Selain itu, kualitas laporan
keuangan yang kurang baik mengakibatkan informasi yang disajikan tidak dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan.
Kualitas laporan keuangan erat kaitannya dengan penyajian yang dilakukan oleh penyusun
laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi
keuangan dan tidak dapat ditelurusi bukti transaksinya dapat berakibat rendahnya kualitas
laporan keuangan. Selain itu, terdapat kebijakan-kebijakan akrual dari pimpinan instansi yang
tidak terdapat bukti akrualnya seperti penyusutan aset, cadangan kerugian piutang, perubahan
metode pencatatan persediaan yang juga dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
Kualitas laporan keuangan yang baik menunjukkan pimpinan organisasi memiliki itikad baik
dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan
kepada masyarakat. Sebaliknya, kualitas laporan keuangan yang rendah dapat menyesatkan
pengguna laporan keuangan dalam melakukan analisis dan pengambilan keputusan. Ulasan atas
kualitas laporan keuangan khususnya pada level pemerintah daerah masih menjadi isu yang
menarik untuk diulas, sehingga penelitian atas pengujian kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah perlu diinvestigasi lebih lanjut.
184 Firmansyah et al.
untuk memperoleh aset jangka panjang berupa infrastruktur fisik ataupun aset tak berwujud
berjangka panjang (Peraturan Pemerintah RI, 2010). Masyarakat mengharapkan informasi atas
berbagai penyediaan infrastruktur yang dibangun pemerintah daerah yang bersumber dari
belanja modal (Heald, 2012). Pemerintah mengatur beberapa urusan mendasar yang harus
diutamakan pemerintah daerah (Peraturan Pemerintah RI, 2018). Urusan-urusan tersebut
seharusnya menjadi prioritas pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran.
Kesehatan keuangan merujuk pada kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
segala pengeluarannya, termasuk kewajiban (Muñoz et al., 2016). Ketika pemerintah daerah
memiliki sumber daya keuangan yang cukup, pemerintah daerah mampu melunasi semua
kewajibannya dengan tetap mengutamakan kebutuhan prioritasnya. Oleh karena itu, kesehatan
keuangan dapat diartikan sebagai kemampuan pemerintah daerah dalam melunasi cicilan
utangnya setelah membiayai belanja wajib. Pemerintah harus menjamin bahwa kebijakan fiskal
mampu bertahan untuk jangka waktu yang lama dan perlu adanya kebijakan yang menjamin
keadilan antargenerasi (Sinervo, 2020). Pemerintah daerah yang melakukan pendanaan dengan
utang dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peningkatan produktivitas. Selain itu,
pemerintah juga menghadapi kemungkinan adanya kondisi yang tidak diharapkan seperti krisis
keuangan (Navarro-Galera et al., 2017). Dengan demikian, pemerintah daerah harus menjaga
kesehatan keuangan agar krisis keuangan tidak terjadi di masa depan. Pengelolaan keuangan
pemeirntah daerah yang baik mendorong pemerintah daerah tersebut tetap menjaga kesehatan
keuangannya (Suryawati et al., 2018). Dengan demikian, pemerintah daerah mampu untuk
mengelola sumber daya keuangannya dengan baik (Suryawati et al., 2018). Kemampuan
pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya keuangan dapat menjadi indikator bahwa
pemerintah daerah memiliki kualitas laporan keuangan yang baik.
Ukuran pemerintah daerah dapat dikaitkan dengan nilai aset dalam pelaksanaan kegiatan
operasi pemerintah daerah (Nuryani & Firmansyah, 2020). Ukuran pemerintah daerah menjadi
indikator kemampuan pengelolaan organisasi pemerintah yang lebih baik termasuk dalam
pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dengan ukuran yang lebih besar
dianggap memiliki sumber daya yang lebih baik dibandingkan dengan pemerintah daerah yang
memiliki ukuran yang lebih kecil (Firmansyah et al., 2022). Pemerintah daerah dengan ukuran
yang lebih besar dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mengelola
organisasinya dengan lebih baik. Upaya tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah yang
berukuran lebih besar dalam rangka melegitimasi capaian kinerjanya termasuk yang tinggi
termasuk dalam pengelolaan keuangan. Bentuk dari legitimasi atas pengelolaan keuangan
daerah dapat dibuktikan dari kualitas laporan keuangan untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh transparansi
keuangan pemerintah daerah, belanja modal untuk pelayanan dasar kepada masyarakat,
kesehatan pemerintah daerah, dan ukuran pemerintah daerah terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Pengujian sebelumnya yang menguji kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah sebagian besar menggunakan faktor-faktor internal di dalam satu
pemerintah daerah dan menggunakan data primer. Pengujian kualitas laporan keuangan
pemerintah sebelumnya dengan menggunakan data sekunder dilakukan oleh Firmansyah et al.
(2022) pada pemerintah daerah di Propinsi Papua dan Papua Barat dan Tiurmaida et al. (2021)
186 Firmansyah et al.
pada kementerian/lembaga pemerintah pusat. Sementara itu, penelitian ini menggunakan data
sekunder dalam konteks pemerintah daerah di Indonesia. Selain itu, pengujian transparansi
keuangan pemerintah daerah, belanja modal untuk pelayanan dasar, dan kesehatan pemerintah
daerah masih jarang digunakan dalam pengujian terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Penelitian ini memiliki kontribusi dalam pengembangan literatur dalam bidang akuntansi
sektor publik. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literatur terkait dengan kualitas
laporan keuangan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh
Kementerian Dalam Negeri dalam meningkatkan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
berdasarkan informasi-informasi yang disajikan oleh pemerintah daerah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan internet melalui website sebagai alternatif metode pelaporan untuk
menunjukkan komitmen pemerintah daerah yang akuntabel dan transparan (Nuryani &
Firmansyah, 2020). Website merupakan media yang mendukung penyampaian informasi
kepada masyarakat luas secara efisien (Nuryani & Firmansyah, 2020). Selain itu website dapat
memengaruhi aspek komunikatif dari pelaporan keuangan (Nuryani & Firmansyah, 2020).
Penggunaan website memungkinkan kemudahan akses masyarakat dapat mengetahui
informasi keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah (Xiao et al., 2005). Penggunaan
website sebagai media publikasi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk
melegitimasi dalam pemberian informasi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
kepada masyarakat secara lebih transparan. Adanya upaya tersebut menunjukkan bahwa
pengelolaan keuangan pemerintah daerah menjadi lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan hal
tersebut, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan ketentuan Instruksi Nomor 188-
52/1797/SJ tahun 2012 tentang peningkatan transparansi pengelolaan anggaran daerah. Dalam
ketentuan tersebut, kepala daerah diwajibkan menyiapkan menu konten “transparansi
pengelolaan anggaran daerah” dalam website daerahnya masing-masing.
Transparansi informasi keuangan pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan
informasi yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat. Laswad et al. (2005) dan
Lesmana (2010) menyimpulkan bahwa penyajian informasi yang lebih transparan di website
mengindikasikan optimalnya kinerja pemerintah daerah. Hiola et al. (2015) juga menemukan
bahwa pemerintah daerah yang memiliki kinerja yang semakin baik mendorong pemerintah
daerah akan lebih transparansi dalam menyajikan informasi keuangan di website resminya.
Kualitas laporan keaungan erat kaitannya dengan kinerja Pemerintah daerah yang lebih
transparan dalam mengungkapan informasi kepada publik erat kaitannya dengan kualitas
laporan keuangan. Pemerintah daerah berusaha melegitimasi upayanya untuk menunjukkan
kepada publik, termasuk prestasi atas kualitas laporan keuangannya. Dengan demikian,
pemerintah daerah yang lebih transparan erat kaitannay dengan kualitas laporan keuangannya.
H1: Tingkat transparansi pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan
keuangan pemerintah daerah
Dalam pandangan teori legitimasi, sebuah organisasi perlu memperhatikan aturan dan
norma yang berlaku dalam menjalankan tugasnya (Suchman, 1995). Sebagai organisasi
penyedia pelayanan publik, pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan pengeluaran yang
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -187
menyediakan informasi yang lebih transparan. Informasi yang transparan berkaitan dengan
kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah ingin
memenuhi kebutuhan berbagai pihak memiliki terkait dengan informasi keuangan yang
disajikan. Ukuran pemerintah daerah dapat dilihat dari besarnya nilai aset suatu daerah
(Nuryani & Firmansyah, 2020). Penggunaan aset yang optimal berguna dalam mendukung
pengelolaan organisasi pemerintah daerah yang lebih baik (Nuryani & Firmansyah, 2020).
Serrano-Cinca et al. (2009) menyatakan bahwa keuntungan lebih mudah untuk didapatkan
oleh pengelola organisasi atas akan pengungkapan informasi menjadi lebih besar. Sejalan
dengan hal tersebut, pemerintah daerah berupaya untuk menyajikan informasi laporan
keuangan dengan baik. Puspita & Martani (2012) menyimpulkan bahwa semakin besar ukuran
pemerintah daerah maka akan semakin baik tingkat kualitas pengungkapannya. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah akan semakin baik pada
pemerintah daerah dengan ukuran yang semakin besar.
H4: Ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan regresi logistik. Regresi logistik
adalah proses pemodelan probabilitas hasil diskrit yang diberikan variabel input (Edgar & Manz,
2017). Regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan binary outcome. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dan informasi dari laporan keuangan
pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Data penelitian ini bersumber dari
www.djpk.kemenkeu.go.id dan www.bpk.go.id. Dengan menggunakan purposive sampling,
kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Jumlah pemerintah daerah pada bulan Mei 2021 548
Pemekaran/penggabungan pemda pada 2016 s.d. 2019 0
Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten administratif, dan pemerintah kota
(40)
administratif
Jumlah pemda potensial periode 2016 s.d. Mei 2021 508
Tahun yang digunakan dalam penelitian (2016 s.d. 2019) 4
Data pemda yang dapat digunakan 2.032
Data yang tidak memiliki transaksi pelunasan utang dan investasi pemerintah
(1.651)
pada tahun yang sama
Data dengan situs resmi pemerintah daerah yang tidak dapat diakses (24)
Data yang tidak dapat digunakan (8)
Jumlah sampel 349
Kualitas laporan keuangan daerah merupakan variabel dependen dalam penelitian ini.
Kualitas laporan keuangan diukur dengan opini audit Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah setiap tahunnya. Variabel ini adalah variabel dummy mengikuti
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -189
Adiputra et al. (2018) dan Firmansyah et al. (2022). Pemerintah daerah dengan opini atas
laporan keuangan wajar tanpa pengecualian (WTP) mendapat skor 1, sedangkan perolehan
opini selain WTP mendapat skor 0.
Variabel independen dalam penelitian terdiri dari transparansi pemerintah daerah, belanja
modal, kesehatan keuangan dan ukuran pemerintah daerah. Tingkat transparansi pemerintah
daerah pada penelitian ini diukur dengan mengikuti indikator yang digunakan oleh Nuryani &
Firmansyah (2020) yang telah memasukkan komponen laporan keuangan yang lebih lengkap
sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (2010) sebagaimana terlampir pada Lampiran 1. Dengan
demikian, indeks transparansi pemerintah daerah dihitung dengan persamaan berikut.
∑30
i=1 Dokumen Pengelolaan Anggaran
TPD =
30
Belanja modal pelayanan dasar pada penelitian ini merujuk pada proporsi pemerintah
daerah merealisasikan belanja modal untuk fungsi pelayanan dasar dalam satu tahun anggaran
dibandingkan dengan total belanja. García dan García-García (2010) dan Hasibuan (2017)
mengukur belanja modal dengan rasio keseluruhan belanja modal terhadap total belanja.
Dengan mengacu cara tersebut, penelitian ini menyesuaikannya dengan variabel yang
digunakan, yaitu dengan hanya memasukkan jenis belanja pelayanan dasar sebagaimana diatur
pada PP No. 2 tahun 2018. Sementara itu, laporan keuangan pemerintah daerah menyajikan
informasi jenis belanja menurut fungsi dengan penamaan klasifikasi sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Dengan demikian, perhitungan belanja modal pelayanan dasar menurut PP
No. 2 tahun 2018 dikonversikan ke dalam belanja modal menurut fungsi sesuai klasifikasi SAP
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Belanja Pelayanan Dasar
Belanja Daerah Pelayanan Dasar Belanja Daerah Menurut Fungsi
Pendidikan Pendidikan
Kesehatan Kesehatan
Pekerjaan umum
Perumahan dan Fasilitas Umum
Perumahan rakyat
Ketenteraman, ketertiban umum, dan
Ketertiban dan Keamanan
perlindungan masyarakat
Sosial Perlindungan Sosial
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen laporan keuangan dalam penelitian
ini memperoleh opini WTP (83.9%). Tingkat transparansi pemerintah daerah masih rendah
yaitu secara rata-rata hanya sebesar 13.8%. Belanja modal pemerintah daerah untuk pelayanan
dasar kepada masyarakat juga masih rendah, secara rata-rata hanya sebesar 17.4% dari total
belanja. Sementara itu, tingkat kesehatan keuangan pemerintah daerah masih belum optimal
yaitu sebesar 47.5%. Selanjutnya, ukuran pemerintah daerah secara rata-rata cukup tinggi
dengan nilai 28.599.
Selanjutnya, ringkasan hasil uji hipotesis berdasarkan hasil uji regresi logistik ditunjukkan
dalam Tabel 4 di bawah ini.
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -191
Apabila dilihat dari teori legitimasi, tidak adanya pengaruh belanja modal untuk pelayanan
dasar terhadap kualitas laporan keuangan menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum
meletakkan perhatian lebih terhadap penyajian penggunaan anggaran pemerintah daerah di
dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah daerah masih belum melihat
pentingnya pengungkapan penggunaan dana tersebut kepada masyarakat. Idealnya, besaran
penggunaan anggaran yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dasar pemerintah
daerah kepada masyarakat merupakan anggaran yang langsung memenuhi keperluan dasar
masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan fasilitas umum, ketertiban dan
perlindungan sosial. Dampak dari penggunaan anggaran untuk belanja modal pelayanan dasar
ini seharusnya dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum memanfaatkan informasi penggunaan belanja
modal untuk pelayanan dasar ini untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat bahwa
penggunaan anggaran pemerintah daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kesehatan keuangan pemerintah daerah
tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, kesehatan
keuangan dikaitkan dengan kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban
utangnya, sehingga kemampuan pemerintah daerah di dalam mengelola utangnya tidak
mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang disajikan. Apabila dikaitkan dengan teori
legitimasi, kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola utangnya menunjukkan bahwa
pemerintah daerah mengharapkan adanya legitimasi dari masyarakat ataupun dari kreditur.
Legitimasi dari masyarakat merupakan pandangan masyarakat bahwa pemerintah daerah
mampu untuk mengelola utangnya dengan baik dalam konteks kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, penyajian laporan keuangan yang berkualitas bagi kreditur bertujuan untuk
mendapatkan legitimasi bahwa pemerintah daerah telah mengelola utang sesuai dengan
persyaratan yang diminta oleh kreditur.
Namun demikian, hasil pengujian ini tidak membuktikan legitimasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat dan kreditur melalui laporan keuangan yang
berkualitas. Selain itu, masyarakat diduga masih belum memperhatikan pengelolaan utang yang
dilakukan oleh pemerintah daerah. Dari sisi kreditur, kualitas laporan keuangan dianggap tidak
mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengembalikan pinjamannya. Bagi
kreditor, kualitas kinerja pinjaman pemerintah daerah bukan dilihat dari kualitas laporan
keuangan namun kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban pokok pinjaman
dan bunga pinjaman. Dengan demikian, pemerintah daerah belum menganggap bahwa
pengelolaan utang merupakan sarana bagi pemerintah daerah untuk mendapatkan legitimasi
baik dari masyarakat maupun dari kreditur.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil pengujian ini mengkonfirmasi temuan dari
Firmansyah et al. (2022) yaitu dengan menggunakan data pemerintah daerah yang lebih luas.
Pemerintah daerah di kabupaten/kota di Indonesia yang semakin besar memiliki tekanan yang
kuat dalam menyajikan informasi laporan keuangan terkait dengan kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melegitimasi atas kinerja pengelolaan keuangannya.
Kondisi ini mempertaruhkan kepercayaan pemangku kepentingan dalam menyajikan laporan
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -193
keuangan. Pemerintah daerah berukuran besar menandakan banyaknya sumber daya ekonomi
yang dimiliki untuk penyelenggaraan pemerintahan dan banyaknya pemangku kepentingan
yang harus dilayani (Firmansyah et al., 2022). Sumber daya tersebut berasal dari berbagai pihak,
yaitu masyarakat, pemerintah pusat, kreditor, donatur hibah dan pihak lainnya. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat, pemerintah daerah berupaya mengelola sumber daya
tersebut dengan optimal. Kenaikan sumber daya yang dikelola mengakibatkan pemerintah
daerah meningkatkan transparansinya dengan menyajikan informasi yang lebih rinci dari tahap
perencanaan hingga pelaporan sehingga para pemangku kepentingan dapat memahami
pemanfaatan dari sumber daya yang pemerintah daerah berikan kepada masyarakat.
Ukuran daerah kabupaten/kota di Indonesia yang semakin besar memiliki tanggung jawab
dalam mengungkapkan informasi laporan keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan
daerah yang memiliki ukuran daerah yang lebih kecil. Pemerintah daerah berukuran besar
memiliki sumber daya yang memadai dalam memberikan pengungkapan informasi keuangan
menjadi salah satu strategi mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Serrano-
Cinca et al., 2009). Besarnya sumber daya memungkinkan pemerintah daerah untuk dapat
berinvestasi dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan seperti peningkatan kompetensi
pegawai dan pembangunan sistem akuntansi yang handal. Selain itu, pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia yang berukuran besar pada umumnya memiliki anggaran yang
besar untuk layanan teknologi informasi dalam mendukung perbaikan data dan informasi
laporan keuangan (Nuryani & Firmansyah, 2020; Styles & Tennyson, 2007).
lebih menangkap kualitas laporan keuangan yang lebih baik. Selain itu, proksi pengukuran atas
belanja modal pelayanan dasar dan tingkat kesehatan pemerintah daerah perlu dikembangkan
untuk mendapatkan ukuran yang lebih tepat sehingga pengaruhnya terhadap kualitas laporan
keuangan dapat disimpulkan.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa Kementerian Dalam Negeri perlu melakukan
pembinaan atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah khususnya pemerintah
kabupaten/kota Indonesia. Selain itu, Kementerian Dalam Negeri perlu melakukan monitoring
atas penerapan transparansi informasi keuangan pemerintah daerah di website sehingga data
dan informasi keuangan pemerintah daerah dapat mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam melakukan indikasi
awal dalam melakukan penilaian kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I. M. P., Utama, S., & Rossieta, H. (2018). Transparency of local government in Indonesia.
Asian Journal of Accounting Research, 3(1), 123–138. https://doi.org/10.1108/AJAR-07-2018-
0019
Adriana, A., & Ritonga, I. T. (2018). Analysis of local financial management transparency based on
websites on local government in Java. Jurnal Dinamika Akuntansi, 10(1), 13–26.
https://doi.org/10.15294/jda.v10i1.12558
Alcaraz-Quiles, F. J., Navarro-Galera, A., & Ortiz-Rodríguez, D. (2014). Factors influencing the
transparency of sustainability information in regional governments: An empirical study.
Journal of Cleaner Production, 82, 179–191. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.06.086
Anggadini, S. D., Bramasto, A., & Aulia, S. (2021). Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah:
dampak dari sistem pengendalian intern dan sistem akuntansi keuangan daerah. Akurat:
Jurnal Ilmiah Akuntansi, 12(2), 165–178.
https://unibba.ac.id/ejournal/index.php/akurat/article/view/594
Aprisyah, P., & Yuliati, A. (2021). Pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah
daerah dan kompetensi sumber daya manusia terhadap laporan keuangan daerah (studi
empiris pada dinas perhubungan kota Bengkulu). Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi,
dan Akuntansi), 5(2), 1855–1869. https://doi.org/10.31955/mea.vol5.iss2.pp1855-1869
Arbatli, E., & Escolano, J. (2015). Fiscal transparency, fiscal performance and credit ratings. Fiscal
Studies, 36(2), 237–270. https://doi.org/10.1111/1475-5890.12051
BPK RI. (2021). Opini WTP laporan keuangan pemda alami peningkatan.
https://www.bpk.go.id/news/opini-wtp-laporan-keuangan-pemda-alami-peningkatan
Darwin, K. (2021). Kualitas laporan keuangan pemerintah Kota Makassar melalui kompetensi
aparatur, sistem pengendalian intern dan komitmen organisasi. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan
Akuntansi (JEBA), 23(4), 37–46. https://doi.org/10.32424/jeba.v23i4.2877
Edgar, T. W., & Manz, D. O. (2017). Exploratory study. In Research Methods for Cyber Security.
https://doi.org/10.1016/b978-0-12-805349-2.00004-2
Firmansyah, A., Arfiansyah, Z., & Yuniar, M. R. (2022). Local governments financial reporting quality
in Papua and West Papua: do local government characteristics matter? Jurnal Riset Akuntansi
Kontemporer, 14(2), 139–147. https://doi.org/10.23969/jrak.v14i2.5552
García, A. C., & García-García, J. (2010). Determinants of online reporting of accounting information
by Spanish local government authorities. Local Government Studies, 36(5), 679–695.
https://doi.org/10.1080/03003930.2010.506980
Haryati, T. (2016). Anteseden kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Indonesia Treasury
Review, 1(3), 1–18. https://doi.org/10.33105/itrev.v1i3.42
Hasibuan, A. K. F. (2017). Pengaruh Jumlah Penduduk, Kompetisi Politik, Anggaran Belanja Modal,
Total Kekayaan Daerah, dan Leverage terhadap Transparansi Laporan Keuangan Di
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -195
Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah. Universitas Sumatera
Utara.
Heald, D. (2012). Why is transparency about public expenditure so elusive? International Review of
Administrative Sciences, 78(1), 30–49. https://doi.org/10.1177/0020852311429931
Hiola, Y., Rosidi, R., & Mulawarman, A. D. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap kepatuhan
pengungkapan informasi keuangan di website dengan opini audit dan lingkungan politik
sebagai pemoderasi (studi pada pemerintah provinsi, kota dan kabupaten di Sulawesi)
(Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan). http://lib.ibs.ac.id/materi/Prosiding/SNA
XVIII/makalah/116.pdf
Kurniawan, I. S. (2016). Determinan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Kinerja : Jurnal
Ekonomi dan Manajemen, 13(1), 47–58.
https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/KINERJA/article/view/362
Laswad, F., Fisher, R., & Oyelere, P. (2005). Determinants of voluntary Internet financial reporting
by local government authorities. Journal of Accounting and Public Policy, 24(2), 101–121.
https://doi.org/10.1016/j.jaccpubpol.2004.12.006
Lesmana, S. I. (2010). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan
wajib di Indonesia [Universitas Sebelas Maret Surakarta].
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/17065/Pengaruh-Karakteristik-Pemerintah-
Daerah-Terhadap-Tingkat-Pengungkapan-Wajib-Di-Indonesia
Muñoz, L. A., Bolívar, M. P. R., & Hernández, A. M. L. (2016). Transparency in governments: a meta-
analytic review of incentives for digital versus hard-copy public financial disclosures.
American Review of Public Administration, 47(5), 550–573.
https://doi.org/10.1177/0275074016629008
Navarro-Galera, A., Lara-Rubio, J., Buendía-Carrillo, D., & Rayo-Cantón, S. (2017). What can increase
the default risk in local governments? International Review of Administrative Sciences, 83(2),
397–419. https://doi.org/10.1177/0020852315586308
Nilamsari, Y., Sukesti, F., Alwiyah, A., Hanum, A. N., & Ery, R. W. (2020). Kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah: studi OPD kota Semarang. Maksimum: Media Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 10(2), 85–94. https://doi.org/10.26714/mki.10.2.2020.85-94
Nuryani, N., & Firmansyah, A. (2020). Determinants of transparency in financial management on
local government websites : evidence from Indonesia. Humanities and Social Sciences Letters,
8(2), 145–155. https://doi.org/10.18488/journal.73.2020.82.145.155
Peraturan Pemerintah RI. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5095/pp-no-71-tahun-2010
Peraturan Pemerintah RI. (2018). Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/67029/pp-no-2-tahun-2018
Pertiwi, P. K., & Wibowo, P. (2023). Government reporting and quality of public services : are they
twins? Journal of Accounting and Investment, 24(1), 1–24.
https://doi.org/10.18196/jai.v24i1.16193
Pratiwi, W., & Lestary, U. D. (2020). Determinan kualitas laporan keuangan. Jurnal Akuntansi dan
Governance, 1(1), 47–56. https://doi.org/10.24853/jago.1.1.47-56
Puspita, R., & Martani, D. (2012). Analisis pengaruh kinerja dan karakteristik PEMDA terhadap
tingkat pengungkapan dan kualitas informasi dalam website PEMDA (15th National
Accounting Symposium, Banjarmasin, 20-23 September 2012).
https://www.researchgate.net/publication/321797043_Analisis_pengaruh_kinerja_dan_kara
kteristik_PEMDA_terhadap_tingkat_pengungkapan_dan_kualitas_informasi_dalam_website_PE
MDA
Ritonga, I. T. (2014). Developing a measure of local government’s financial condition. Journal of
Indonesian Economy and Business, 29(2), 142–164. https://doi.org/10.22146/jieb.6206
Ritonga, I. T., & Syahrir, S. (2016). Mengukur transparansi pengelolaan keuangan daerah di
Indonesia: berbasis website. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 20(2), 110–126.
https://doi.org/10.20885/jaai.vol20.iss2.art4
Serrano-Cinca, C., Rueda-Toma, M., & Portillo-Tarragona, P. (2009). Factors influencing e-disclosure
196 Firmansyah et al.
in local public administrations. Environment and Planning C: Government and Policy, 27(2),
355–378. https://doi.org/10.1068/c07116r
Sholohah, S. A., Sulistyawati, A. I., & Santoso, A. (2019). Kualitas laporan keuangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Indonesia Accounting Journal, 1(2), 45–56.
https://doi.org/10.32400/iaj.26622
Sinervo, L. M. (2020). Financial sustainability of local governments in the eyes of Finnish local
politicians. Sustainability (Switzerland), 12(23), 1–16. https://doi.org/10.3390/su122310207
Solikin, A., & Choirunnisah, H. (2019). Kesinambungan fiskal dan estimasi fiscal reaction function
Indonesia tahun 1977-2017. Indonesian Treasury Review Jurnal Perbendaharaan Keuangan
Negara dan Kebijakan Publik, 4(3), 267–283. https://doi.org/10.33105/itrev.v4i3.144
Styles, A. K., & Tennyson, M. (2007). The accessibility of financial reporting of u.s. municipalities on
the internet. Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management, 19(1), 56–92.
https://doi.org/10.1108/JPBAFM-19-01-2007-B003
Suchman, M. C. (1995). Managing legitimacy: strategic and institutional approaches. Academy of
Management Review, 20(3), 571–610. https://doi.org/10.5465/amr.1995.9508080331
Suhardjanto, D., & Yulianingtyas, R. R. (2011). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap
kepatuhan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Jurnal
Akuntansi & Auditing, 8(1), 30–42. https://doi.org/10.14710/jaa.8.1.30-42
Surastiani, D. P., & Handayani, B. D. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Jurnal Dinamika Akuntansi, 7(2), 139–149.
https://doi.org/10.15294/jda.v7i2.4124
Suryawati, D., Suryono, A., Saleh, C., & Muluk, M. R. K. (2018). Fiscal health in local government
based on soft system. Jejak, 11(2), 224–243. https://doi.org/10.15294/jejak.v11i2.16048
Tiurmaida, J., Murwaningsari, E., Simanjuntak, B., & Mayangsari, S. (2021). Determinant of
Indonesia government financial reporting quality. Journal of Business and Management
Review, 2(9), 595–604. https://doi.org/10.47153/jbmr29.2192021
Triono, B. R. M. S., & Dewi, S. N. (2020). Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21(1), 213–220.
https://doi.org/10.29040/jap.v21i1.1008
Tullah, D. S., Apriyanti, E., & Suryati, E. (2019). Faktor penentu kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi, 8(2), 179–188. https://doi.org/10.37932/ja.v8i2.75
Xiao, Jones, & Lymer. (2005). A Conceptual Framework for Investigating the Impact of the Internet
on Corporate Financial Reporting. The International Journal of Digital Accounting Research,
5(10), 131–169. https://doi.org/10.4192/1577-8517-v5_4
Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 4 No. 2 (2022) -197
Lampiran 1
Indikator pada Perhitungan Indeks TPD
LAMPIRAN
No. Indikator
Tahap Perencanaan
1 Dokumen (ringkasan) RKPD
2 Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
3 Dokumen (ringkasan) Prioritas & Plafon Anggaran (PPA)
4 Dokumen (ringkasan) RKA-SKPD
5 Dokumen (ringkasan) RKA-PPKD
6 Dokumen (ringkasan) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
7 Peraturan Daerah tentang APBD
8 Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD
9 Ringkasan DPA SKPD
10 DPA PPKD
Tahap Pelaksanaan
1 Realisasi Pendapatan Daerah Semester I
2 Realisasi Belanja Daerah Semester I
3 Realisasi Pembiayaan Daerah Semester I
4 Dokumen (ringkasan) Rancangan Perubahan APBD
5 Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD
6 Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran Perubahan APBD
7 Dokumen (ringkasan) RKA Perubahan APBD
8 Rencana Umum Pengadaan
9 SK Kepala Daerah tentang PPKD
Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban
1 Laporan Arus Kas
2 Laporan Realisasi Anggaran
3 Neraca
4 CaLK Pemerintah Daerah
5 Laporan Keuangan BUMD/ Perusahaan daerah
6 Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Tahunan Pemerintah Daerah
7 Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
8 Opini BPK RI
9 LP SAL
10 Laporan Operasional
11 Laporan Perubahan Ekuitas
Sumber: Nuryani & Firmansyah (2020)