Jurnal 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara

dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa


penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR UDARA DAN MASSA JAGUNG


PADA ALAT FLUIDIZED BED DENGAN PIPA PENUKAR KALOR
TERHADAP WAKTU PENGERINGAN JAGUNG
S. Syahrul*, J. Mardani, M. Sayoga
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara
Barat Kode Pos : 83125, Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087.
*Email: [email protected]

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article History: Agricultural products that often had post-harvest damage


Received are grain, one of that was maize. To maintain the quality
Accepted and value of agricultural products then dry method was
Available online used. Artificial drying was a drying alternative that can be
done without depend on the weather by used a
mechanical or artificial dryer. This study was conducted
Keywords: used a fluidized bed dryer with heat exchanger
Maize pipes.The purpose of this study was to find out the effect
Drying of air temperature and mass of maize toward dried time
Fluidized bed and dried efficiency by varying the air temperature and
Heat exchanger pipe mass of maize in the dried process. The result of this
Temperature study showed at a temperature of 65°C and a mass of
Mass 0.2 kg produces the fastest dried process that was 12
minutes 50 seconds to reach 14 % moisture content.
While at the temperature of 55°C and a material mass of
0.6 kg it becomes a variation that requires the longest
dried timed process that was 38 minutes to reach a
moisture content of 14%, with constant air speed of 7
m/s. The highest dried efficiency occurs at a temperature
variation of 65°C with a material mass of 0.4 kg that was
21,12 %. And the lowest at temperature 55°C with a load
mass of 0.6 kg, which is 8,25 %.

PENDAHULUAN menjadi dua tahapan yaitu pengeringan dalam


Proses pasca panen produk hasil pertanian, bentuk gelondong dan pengeringan butiran setelah
sering mengalami susut atau mengalami jagung dipipil. Prinsip pengeringan adalah
kerusakan sehingga nilai dari produk pertanian mengeluarkan air dari bahan sampai tercapai
tersebut menjadi rendah. Salah satu hasil kadar air yang aman untuk disimpan. Berdasarkan
pertanian yang sering mengalami kerusakan pasca standar SNI 014483-1998 tentang jagung bahan
panen adalah biji-bijian. Untuk mempertahankan baku pakan, persyaratan mutu yang harus
mutu dan nilai produk pertanian telah banyak dipenuhi oleh jagung adalah memiliki kadar air
dikembangkan metode-metode untuk sebesar 14%. Proses pengeringan merupakan
mempertahan kualitas produk pertanian tersebut, satu-satunya cara untuk menurunkan kadar air
salah satu cara yang paling sering digunakan jagung hingga mencapai standar, sehingga
adalah dengan metode pengeringan (Sukmawaty pengeringan menjadi bagian yang terpenting
2017). dalam memproduksi jagung berkualitas.
Pengeringan merupakan usaha untuk Berdasarkan sumber energinya, pengeringan pada
menurunkan kadar air sampai batas tertentu jagung dapat dibedakan menjadi pengeringan
sehingga reaksi biologis terhenti dan alami dan pengeringan buatan.
mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di Pengeringan alami merupakan pengeringan
dalamnya. Pengeringan jagung dapat dibedakan yang dilakukan dengan bergantung pada cuaca

119
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

yaitu dengan cara penjemuran di bawah sinar pipa penukar kalor pada temperatur udara dan
matahari. Jika cuaca tidak memungkinkan maka massa jagung yang divariasikan.
proses pengeringan akan berlangsung tidak
sempurna dan memerlukan waktu yang cukup Prinsip proses pengeringan
lama. Teknis penjemuran yang biasa dilakukan Pengeringan didefinisikan sebagai suatu
oleh masyarakat yaitu dilakukan pada lantai jemur, cara untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu
alas anyaman bambu, tikar, atau dengan cara bahan pangan dengan cara menguapkan sebagian
digantung untuk tongkol yang masih ada air yang terkandung di dalamnya, melalui
kelobotnya. Kelemahan dari pengeringan dengan pemberian energi panas yang akan melibatkan
cara penjemuran diantaranya adalah mudah penaikan temperatur yang bertujuan untuk
terkontaminasi, sukar dikontrol, memerlukan mendapatkan laju pengeringan yang tinggi.
tempat yang luas, dan memerlukan waktu yang Pengeringan merupakan proses yang cukup
lama (Syahrul dkk, 2016). berpengaruh pada kualitas bahan pangan.
Pengeringan buatan merupakan alternatif Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martunis
pengeringan yang dapat dilakukan tanpa (2012), lama waktu pengeringan berpengaruh
bergantung pada cuaca yaitu dengan terhadap sifat fisik bahan yang dikeringkan. Selain
menggunakan alat mekanis atau pengering mampu meningkatkan nilai jual, pengeringan ini
buatan. Pengeringan buatan menggunakan dapat memperpanjang daya simpan dan
tambahan panas untuk mengatasi kekurangan- memudahkan dalam proses transportasi.
kekurangan pengeringan dengan penjemuran. Prinsip pengeringan melibatkan dua
Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk fenomena yakni peristiwa perpindahan panas dan
memanaskan bahan, menguapkan air bahan serta perpindahan massa. Proses perpindahan panas
menggerakan udara. Beberapa keuntungan yang terjadi karena suhu bahan lebih rendah dari pada
didapat diantaranya kapasitas pengering dapat suhu udara yang dialirkan di sekelilingnya. Ini
dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak berkaitan dengan diberikannya panas pada bahan
memerlukan tempat yang luas, serta kondisi yang akan dikeringkan. Sedangkan proses
pengeringan dapat dikontrol. Salah satu kendala perpindahan massa berkaitan dengan
yang dihadapi oleh masyarakat dalam dikeluarkannya sejumlah cairan dari bahan ke
menerapkan pengeringan buatan yaitu lingkungan. Panas dari udara pengering akan
memerlukan investasi awal yang cukup besar. menaikkan suhu bahan yang menyebabkan
Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tekanan uap air di dalam bahan lebih tinggi dari
menggunakan alat pengering fluidized bed pada tekanan uap air di udara, sehingga terjadi
dengan pipa penukar kalor. Adapun beberapa perpindahan uap air dari bahan ke udara. Dalam
faktor yang mempengaruhi pengeringan, yaitu proses pengeringan juga melibatkan mode pindah
temperatur udara dan massa jagung yang akan panas konduksi, pindah panas konveksi, dan atau
digunakan sebagai parameter yang divariasikan. radiasi. Pada sistem pengering konduksi, medium
Untuk itu perlu diketahui pengaruh temperatur pemanas yang digunakan biasanya uap panas dan
udara dan massa jagung terhadap waktu terpisah dari bahan padat yang akan dikeringkan,
pengeringannya pada alat tersebut. sehingga contohnya drum dryer, yang kadangkala
akan diketahui waktu dan variasi terbaik dalam dikombinasikan dengan sistem vakum. Pada
pengeringan jagung. Sejalan dengan uraian di atas sistem pengering tipe konveksi, medium pemanas
maka perlu untuk menganalisa sebuah peralatan yang dipakai biasanya udara dan udara pemanas
pengeringan buatan atau mekanis dengan prinsip ini kontak langsung dengan bahan padat yang
fluidisasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh dikeringkan, terjadi difusi uap air dari dan di dalam
mana unjuk kerja dan efektifitas dari alat tersebut. bahan padat. Contoh pengering tipe konveksi ini
misalnya, pengering oven, pengering semprot
Tujuan Penelitian (spray dryer), fluidized bed dryer, rotary dryer.
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi Pengering tipe radiasi memakai sumber panas dari
temperatur udara dan massa jagung terhadap radiant energy, misalnya alat pengering yang
waktu pengeringan jagung. menggunakan energi microwave untuk
2. Untuk mengetahui waktu tercepat dalam mengeringkan produk. Menurut Muarif (2013),
pengeringan jagung menggunakan alat Pengeringan yaitu aplikasi pemanasan
fluidized bed dengan pipa penukar kalor melalui kondisi yang teratur, sehingga dapat
dengan memvariasikan temperatur udara dan menghilangkan sebagian besar air dalam suatu
massa jagung. bahan dengan cara diuapkan. Penghilangan air
3. Untuk mengetahui efisiensi proses pengeringan dalam suatu bahan dengan cara pengeringan
jagung menggunakan alat fluidized bed dengan mempunyai satuan operasi yang berbeda dengan

120
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

dehidrasi. Dehidrasi akan menurunkan aktivitas air


yang terkandung dalam bahan dengan cara 2. Pengeringan dengan udara panas
mengeluarkan atau menghilangkan air dalam Pengeringan buatan merupakan alternatif
jumlah lebih banyak, sehingga umur simpan bahan pengeringan yang dapat dilakukan tanpa
pangan menjadi lebih panjang atau lebih lama. bergantung pada cuaca yaitu dengan
Wijdanarko (2012) menyatakan pengeringan menggunakan alat mekanis atau pengering
merupakan suatu proses penguapan air dari buatan. Pengeringan buatan menggunakan
bahan basah dengan media pengering (bisa udara tambahan panas untuk mengatasi
atau gas) melalui introduksi panas (proses kekurangankekurangan pengeringan dengan
perpindahan uap lembab dari suatu material dalam penjemuran. Menurut Sukmawaty (2016),
zat padat). Tujuan pengeringan adalah Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana memanaskan bahan, menguapkan air bahan serta
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan menggerakan udara. Beberapa keuntungan yang
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan didapat diantaranya kapasitas pengering dapat
terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak
yang di keringkan dapat mempunyai waktu memerlukan tempat yang luas, serta kondisi
penyimpan yang lebih lama. pengeringan dapat dikontrol. Salah satu kendala
yang dihadapi oleh masyarakat dalam
Macam-macam pengeringan menerapkan pengeringan buatan yaitu
1. Pengeringan dengan cara alami memerlukan investasi awal yang cukup besar.
Pengeringan alami merupakan pengeringan Pengeringan menggunakan proses fluidisasi dapat
yang dilakukan dengan bergantung pada cuaca dipertimbangkan karena mutu produk yang
yaitu dengan cara penjemuran di bawah sinar didapatkan relatif (seragam). Kontinyuitas produksi
matahari. Jika cuaca tidak memungkinkan maka terjamin, dapat dioperasikan siang dan malam
proses pengeringan akan berlangsung tidak serta dapat dilakukan pemantauan kadar air akhir
sempurna dan memerlukan waktu yang cukup bahan. (Widjanarko, 2012).
lama. Teknis penjemuran yang biasa dilakukan
oleh masyarakat yaitu dilakukan pada lantai jemur, Faktor yang mempengaruhi pengeringan
alas anyaman bambu, tikar, atau dengan cara 1 Temperatur Udara kering
digantung untuk tongkol yang masih ada Kualitas bahan atau material sangat
kelobotnya. Kelemahan dari pengeringan dengan dipengaruhi oleh pengaturan temperatur udara, hal
cara penjemuran diantaranya adalah mudah ini disebabkan karena semakin tinggi suhu udara
terkontaminasi, sukar dikontrol, memerlukan pengering di dalam ruang pengering maka
tempat yang luas, dan memerlukan waktu yang semakin banyak jumlah cairan yang diuapkan
lama (Syahrul dkk, 2016). yang terkandung pada bahan atau material
Pengeringan bertujuan untuk tersebut yang dikeringkan. Temperatur udara yang
memperpanjang umur simpan dengan cara tinggi juga dapat mengakibatkan bahan atau
mengurangi kadar air untuk mencegah tumbuhnya material menjadi rusak.
mikroorganisme pembusuk. Dalam proses
pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu,
kelembaban (humidity), dan aliran udara.
Perubahan kadar air dalam bahan pangan 2 Kecepatan Udara Pengering
disebabkan oleh perubahan energi dalam sistem. Sistem pengering produksi sangat
Untuk itu, dilakukan perhitungan terhadap neraca dipengaruhi oleh sirkulasi udara, dimana fungsi
massa dan neraca energi untuk mencapai dari udara pada sistem pengering adalah sebagai
keseimbangan. Alasan yang mendukung proses media perantara panas dan pembawa uap air
pengeringan dapat menghambat pertumbuhan keluar dari permukaan bahan atau material
mikroorganisme adalah untuk mempertahankan
mutu produk terhadap perubahan fisik dan kimiawi 3 Kelembaban udara
yang ditentukan oleh perubahan kadar air, Komponen yang paling banyak di dalam
mengurangi biaya penyimpanan, pengemasan dan udara adalah oksigen, nitrogen, dan uap air.
transportasi, untuk mempersiapkan produk kering Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi
yang akan dilakukan pada tahap berikutnya, kelembaban udara, sedangkan kandungan uap air
memperpanjang umur simpan dan memperbaiki sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara.
kegagalan produk. Produk kering dapat digunakan Udara yang kurang mengandung uap air disebut
sebagai bahan tambahan dalam pembuatan udara kering, sedangkan udara yang mengandung
produk baru. banyak uap air disebut udara lembab.

121
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

Kelembaban adalah suatu istilah yang penukar panas adalah kemampuannya untuk
berkenaan dengan kandungan air di dalam udara. memindahkan panas, yang pada umumnya
Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang disebut efektivitas. Untuk satu ukuran penukar
tinggi apabila uap air yang dikandungnya tinggi, panas tertentu, efektivitas yang tinggi
begitu juga sebaliknya. Secara matematis, menunjukkan semakin banyaknya fluks panas
kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap yang dapat dipindahkan per satuan massa fluida.
air di dalam suatu volume udara dibandingkan Sehingga upaya untuk mengembangkan suatu
dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di rancangan penukar panas yang memberikan
dalam volume yang sama (indriani, 2009 dalam efektivitas perpindahan panas tinggi senantiasa
Hendra, 2017). menjadi topik litbang di berbagai lembaga riset,
universitas ataupun industri di dunia (Siagian
4 Kadar air bahan 2016).
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya
kandungan air per satuan bobot bahan. Dalam hal Fenomena-fenomena Fluidisasi
ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar Menurut Widayati (2010),
air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering fenomenafenomena yang dapat terjadi pada
(dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet proses fluidisasi antara lain :
basis). Peristiwa – peristiwa yang terjadi selam 1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir
proses pengeringan dibagi menjadi dua proses fluida kurang dari laju minimum yang
yaitu: dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada
a. Proses perpindahan panas, yaitu proses kondisi ini partikel tetap diam.
menguapkan air dari dalam bahan atau proses 2. Fenomena minimum or incipient fluidization
perubahan bentuk cair ke gas. yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju
b. Proses perpindahan massa, yaitu proses alir minimum yang dibutuhkan untuk proses
perpindahan massa uap air dari permukaan fluidisasi. Pada kondisi ini partikelpartikel padat
bahan ke udara. mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously
Pipa Penukar Kalor fluidization terjadi ketika kecepatan dan
Penukar Kalor merupakan sebuah alat yang distribusi aliran fluida merata, densitas dan
berfungsi untuk menurunkan dan atau distribusi partikel dalam unggun sama atau
meningkatkan temperatur sebuah sistem dengan homogen sehingga ekspansi pada setiap
memanfaatkan suatu media pendingin atau partikel padatan seragam.
pemanas sehingga kalor dapat berpindah dari 4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi
temperatur yang tinggi ke temperatur yang lebih ketika gelembung-gelembung pada unggun
rendah. Ada beberapa jenis penukar kalor, seperti terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel
Shell and Tube, double pipe dan, Compact heat tidak homogen.
exchanger (Khairil Anwar, 2011). Alat penukar 5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi
kalor dapat pula berfungsi sebagai alat pembuang ketika gelembung-gelembung besar yang
panas, alat sterilisasi, pesteurisasi, pemisahan mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk
campuran, distilisasi (pemurnian, ekstraksi), pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini
pembentukan konsentrat, kristalisasi, atau juga terjadi penorakan sehingga partikel-partikel
untuk mengontrol sebuah proses fluida. padat seperti terangkat.
Selain kemampuan pipa kalor dalam 6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi
menyerap fluks panas tinggi, karakter lain dari pipa ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk
kalor adalah tidak membutuhkan daya dari luar saluran-saluran seperti tabung vertikal.
dan tidak ada bagian mekanis yang bergerak. Pipa 7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi
kalor adalah sebuah alat yang memiliki nilai saat kecepatan alir fluida melampui kecepatan
konduktivitas termal tinggi, yang digunakan untuk maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini
memindahkan kalor, dimana jumlah kalor yang sebagian partikel akan terbawa aliran fluida.
dipindahkan jauh lebih besar dari pada kenaikan Sifat dan fenomena fluidisasi tersebut
temperaturnya yang kecil antara permukaan panas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor : laju alir
dan dingin. (Okta, 2012 dan Manimaran, et al., fluida dan jenis fluida, diameter partikel dan bentuk
2012). partikel, jenis dan densitas partikel, porositas
Fungsi alat penukar panas, sebagaimana unggun, distribusi aliran, bentuk kolom, diameter
namanya, adalah untuk memindahkan panas dari kolom, dan tinggi unggun.
satu fluida ke fluida yang lainnya. Salah satu
parameter yang menentukan pemilihan suatu jenis Analisa Efisiensi Energi Pengeringan

122
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

Menurut Taufiq (2004), efisiensi Dimana Q3 adalah jumlah panas yang digunakan
pengeringan adalah hasil perbandingan antara untuk menguapkan air bahan, mah adalah masaa
panas yang secara teoritis dibutuhkan dengan air yang diuapkan (kg), hfg adalah panas laten
penggunaan panas yang sebenarnya dalam penguapan air (kJ/kg). Untuk menghitung debit
pengeringan. Jumlah kalor (panas) yang udara yang masuk ke dalam alat menggunakan
digunakan untuk pengeringan dapat dihitung rumus sebagai berikut :
dengan menggunakan rumus berikut :

  vA (5)
Q  Q1  Q2  Q3 (1)

Dimana Q adalah jumlah panas yang digunakan Dimana v adalah Kecepatan aliran udara masuk
2
untuk pengeringan (kJ), Q1 adalah panas sensibel (m/s), A adalah luas penampang pengering (m ).
jagung (kJ), Q2 adalah Panas sensibel air (kJ), Q3 Untuk menghitung volume udara yang masuk ke
adalah panas laten penguapan air (kJ) dalam alat menggunakan rumus sebagai berikut :

Q1 = ( – ) (2) 
V   t (6)
Dimana ∆t adalah lama pengeringan (s). Untuk
Dimana Q1 adalah jumlah panas yang digunakan
menentukan banyaknya kalor yang diberikan oleh
untuk pengeringan, mk adalah assa kering bahan
0 udara panas pada bahan yang dikeringkan
(kg), cp adalah panas jenis bahan (kJ/kg C), Tf
digunakan rumus sebagai berikut :
adalah suhu akhir jagung (K), Ti adalah suhu awal
q   uVu c pu Tm  Tk 
jagung (K).
(7)
Q2 = ( – ) (3)
3
Dimana ρu adalah massa jenis udara (kg/m ), cpu
0
Dimana Q2 adalah panas yang digunakan untuk adalah panas jenis udara (kJ/kg C) Tm adalah
0
menaikkan suhu air di dalam bahan, ma adalah suhu rata-rata udara masuk pengering ( C), Tk
0
massa air (kg), cpa adalah panas jenis air adalah suhu rata-rata udara keluar pengering ( C),
0 3
(kJ/kg C). Vu adalah volume udara (m ).

Q3 = mah. hfg (4) Efisiensi pengeringan terfluidisasi dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut :

123
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

pengulangan pengambilan data pada masing-


= x 100% (8) masing variasi temperatur udara dan massa bahan
yang digunakan.
Kecepatan Minimum Fluidisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Ardani dkk (2013), yang
Setelah dilakukan penelitian yang
dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (dengan
berkaitan dengan pengaruh variasi temperatur
notasi Umf) adalah kecepatan superfisial fluida
udara dan massa jagung pada alat fluidized bed
minimum dimana fluidisasi mulai terjadi.
dengan pipa penukar kalor terhadap waktu
Persamaan yang digunakan untuk menghitung
pengeringan jagung maka didapatkan hasil hasil
kecepatan fluidisasi minimum adalah :
yang beragam sesuai dengan variasi massa bahan
dan variasi temperatur udara masuk ke dalam
Umf 
dp  s  u g  (9) ruang pengering. Pada hasil penelitian ini, variasi
u
mf temperatur rendah dengan massa bahan yang
1,75
tinggi membutuhkan waktu pengeringan yang
paling lama dan variasi temperatur tinggi dengan
Dimana dp adalah diameter partikel (m), ρs adalah
3 massa bahan yang lebih rendah membutuhkan
masaa jenis partikel (kg/m ), ρu adalah massa
3 waktu yang relatif lebih singkat untuk
jenis udara (kg/m ), εmf adalah porositas unggun
3 mengeringkan jagung dengan kecepatan udara
(m ). Untuk mencari porositas unggun (εmf) dapat
konstan. Hal ini di sebabkan oleh kecepatan
digunakan rumus sebagai berikut :
penguapan kadar air dari suatu bahan akan
berbanding lurus dengan besarnya temperatur,
Vu  V p tetapi berbanding terbalik dengan massa bahan.
 mf  (10) Massa bahan yang tinggi tentu memiliki partikel
Vu
yang lebih banyak sehingga mengandung kadar
air yang lebih banyak pula dan menyebabkan
Dimana Vu adalah volume unggun, Vp adalah lamanya proses pengeringan.
volume partikel.

METODE PENELITIAN
Skema alat penelitian ditunjukan pada
gambar 1.
Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan
beberapa persiapan yaitu mempersiapkan bahan
penelitian yaitu jagung yang telah dipipil dan
diayak. Setelah biji jagung diayak, kemudian
dilakukan penimbangan sesuai kebutuhan dan
diukur kadar air biji jagung. Kadar air biji jagung
yang digunakan pada penelitian ini adalah 20% Gambar 2. Hubungan waktu pengeringan dengan
dengan toleransi 0,5%. Apabila kadar air belum kadar air pada massa 0,2 kg dan temperatur udara
o o o
sesuai, dilakukan perlakuan seperti perendaman 55 C, 60 C, dan 65 C
apabila kadar air belum mencukupi atau Pada gambar 2, hubungan waktu pengeringan
penjemuran apabila kadar air melebihi standar dengan kadar air menunjukkan trend grafik yang
yang digunakan untuk penelitian. Setelah biji sama pada massa 0,4 kg dan 0,6 kg. temperatur
jagung sudah siap dan sesuai standar penelitian, udara berpengaruh pada pengeringan jagung.
dilakukan proses pengeringan pada alat fluidized Pengeringan jagung pada massa yang sama dan
bed dengan dinyalakan blower dan diatur kecepatan udara yang sama dengan
kecepatan udara yang masuk ke ruang pengering menggunakan temperatur udara yang bervariasi
dengan kecepatan udara konstan yaitu 7 m/s. akan mendapatkan waktu pengeringan yang
Langkah selanjutnya dinyalakan pemanas dengan berbeda. Waktu pengeringan yang cepat didapat
0 0
temperatur yang divariasikan yaitu 55 C, 60 C dan pada temperatur udara yang tinggi, sebaliknya
0 0
65 C dengan toleransi 1 C dan ditunggu kurang waktu pengeringan yang lama didapatkan pada
lebih 5 menit sampai temperatur benar-benar temperatur udara yang rendah. Pada penelitian ini
konstan. Kemudian dimasukkan biji jagung dengan digunakan variasi temperatur udara 55°C, 60°C
variasi massa seberat 0,2 kg, 0,4 kg, dan 0,6 kg. dan 65°C mendapatkan hasil bahwa pada
Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan 2 kali temperatur udara 65°C menghasilkan waktu
pengeringan yang paling cepat dibandingkan

124
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

pengeringan pada temperatur 55°C dan 60°C. pernyataan Suherman dkk (2012), yang
Sedangkan waktu pengeringan yang paling lama menyatakan bahwa semakin banyak berat umpan
didapatkan pada temperatur udara 55°C. Maka maka penurunan kandungan uap air di padatan
dari itu dapat dikatakan bahwa dengan adanya akan semakin landai. Hal ini disebabkan dengan
kenaikan temperatur maka laju pengeringan semakin banyak bahan yang akan dikeringkan,
semakin cepat dan waktu pengeringan yang maka kebutuhan energi panas untuk
dibutuhkan semakin singkat Hal ini sesuai dengan mengeringkan akan semakin besar. Sementara itu,
pernyataan Hendra dkk, (2017) yang meneliti udara pengering yang diberikan hampir sama,
tentang pengeringan terfluidisasi dengan bahan maka penurunan suhu di unggun akan semakin
gabah yaitu semakin tinggi temperatur udara tinggi. Sehingga untuk massa bahan yang semakin
pengering semakin cepat pula proses tinggi maka penurunan suhu udara pengering akan
pengeringan. lebih besar. Akibatnya laju pengeringan semakin
Syahrul dkk, (2016) yang juga menyatakan rendah dan penurunan kandungan uap air di
bahwa dengan adanya kenaikan temperatur maka padatan akan semakin landai.
laju pengeringan semakin cepat dan waktu yang
dibutuhkan untuk pengeringan lebih cepat. KESIMPULAN
1. Variasi temperatur udara dan massa bahan
akan mempengaruhi cepat dan lambatnya
proses pengeringan jagung. Semakin tinggi
temperatur udara yang digunakan waktu
pengeringan semakin cepat. Sebaliknya terjadi
pada massa bahan yang tinggi akan membuat
proses pengeringan semakin lama.
2. Pada temperatur 65°C dan massa 0,2 kg
menghasilkan waktu pengeringan paling cepat.
Sedangkan pada temperatur 55°C dan massa
bahan 0,6 kg menjadi variasi yang
membutuhkan waktu pengeringan paling lama,
Gambar 3. Hubungan waktu pengeringan dengan dengan kecepatan udara konstan 7 m/s.
o
kadar air pada temperatur udara 55 C dan massa Pengeringan dengan temperatur 65°C dan
0,2 kg, 0,4 kg dan 0,6 kg. massa bahan 0,2 kg membutuhkan waktu 12
menit 50 detik untuk mencapai kadar air 14 %.
Pada gambar 3. grafik hubungan waktu Pengeringan dengan temperatur 55°C dan
pengeringan dengan kadar air, menghasilkan trend massa bahan 0,6 kg membutuhkan waktu
o o
grafik yang sama pada temperatur 60 C dan 65 C selama 38 menit untuk mencapai kadar air 14
menunjukkan hasil bahwa, pengeringan jagung %.
pada temperatur yang sama dengan massa bahan 3. Efisiensi pengeringan tertinggi terjadi pada
yang berbeda-beda, waktu yang dibutuhkan untuk variasi temperatur 65°C dengan massa bahan
pengeringan juga berbeda. Semakin berat massa 0,4 kg yaitu sebesar 21,12 %. Dan yang
bahan yang dikeringkan waktu yang dibutuhkan terendah pada temperatur 55°C dengan
semakin lama. Pada hasil penelitian ini, massa massa bahan 0,6 kg yaitu 8,25 %.
bahan 0,2 kg memerlukan waktu paling cepat
dibandingkan dengan massa bahan 0,4 kg dan 0,6 UCAPAN TERIMAKASIH
kg. Sedangkan waktu pengeringan paling lama Penulis pada kesempatan ini mengucakan
didapatkan pada massa bahan 0,6 kg. Hal ini terimakasih kepada semua pihak yang membantu
disebakan karena semakin berat bahan yang baik berupa materi maupun pikiran sehingga
dikeringkan maka kandungan kadar air pada penelitian dan paper ini dapat terselesaikan. Yang
tumpukan bahan semakin tinggi dan membuat ke dua penulis mengapresiasi Jurusan Teknik
partikel bahan di dalam ruang pengering lebih Mesin atas fasilitas yang dipergunakan dalam
rapat dan tidak terfluidisasi dengan baik. Keadaan penelitian ini.
ini menyebabkan perpindahan kadar air dari dalam
bahan ke lingkungan menjadi lambat. Sedangkan DAFTAR SIMBOL
pada massa bahan yang ringan, bahan di dalam 2
A : Luas penampang ruang pengering (m )
ruang pengering lebih mudah terfluidisasi dengan o
cp : Panas jenis bahan (kJ/kg C)
baik. Pada keadaan ini, perpindahan kadar air dari o
cpa : Panas jenis air (kJ/kg C)
bahan ke lingkungan lebih cepat dan waktu o
cpu : Panas jenis udara (kJ/kg C)
pengeringan lebih singkat. Hal ini sesuai dengan d : Diameter pengering (m)

125
Syahrul and Mardani: Pengaruh variasi temperatur udara
dan massa jagung pada alat fluidized bed dengan pipa
penukar kalor terhadap waktu pengeringan jagung

dp : Diameter partikel (m) bed, Fakultas Teknik Universitas Mataram:


hfg : Panas laten penguapan (kJ/kg) Tugas Akkhir.
hp : Tinggi partikel (m) Siagian, S. 2016, Analisa Efektivitas Alat Penukar
hu : Tinggi unggun (m) Kalor Jenis Shell And Tube Hasil
q :Jumlah kalor yang diberikan pada Perencanaan Mahasiswa Skala
bahan (kJ) Laboratorium, Fakultas Teknik, UPN
Q :Jumlah kalor yang digunakan untuk ”Veteran” Jakarta, Jakarta Selatan,
pengeringan (kJ) Indonesia, BINA TEKNIKA, Vol 12 No. 2,
Q1 : Panas sensibel jagung (kJ) Edisi Desember 2016, p. 211‐216
Q2 : Panas sensibel air (kJ) Suherman, Trisnaningtyas, R., 2016, Analisis
Q3 : Panas laten penguapan air (kJ) Energi dan Eksergi pada Pengeringan
Ti : Suhu awal jagung (oC) Tepung Tapioka Menggunakan Pengering
o
Tk : Suhu udara keluar pengering ( C) Kontinu Unggun Fluidisasi Getar, Reaktor,
o
Tm : Suhu udara masuk pengering ( C) Vol 16, No. 1, p. 24-31.
o
Tp : Suhu akhir jagung ( C) Sukmawaty, Suryadi, Putra, G.M.D. 2017, Scale
v : Kecepatan aliran udara (m/s) up dan Uji Teknis Alat Pengering Tipe
3
V : Volume udara (m ) Fluidized bed, Fakultas Teknologi Pangan
3
Vp : Volume partikel (m ) dan Agroindustri Universitas Mataram,
3
Vu : Volume unggun (m ) NTB, Vol.5, No. 2, p. 453.
3
mf : Porositas unggun (m ) Syahrul, S., Fitra, W., Suartika, I.M., dan
3
g : Massa jenis udara (kg/m ) Sukmawaty, Temperatur Udara Pengering
3
s : Massa jenis partikel (kg/m ) dan Massa Biji Jagung Pada Alat Pengering
 Terfluidisasi, Jurnal Mekanikal , Vol . 7 No.
 : Debit udara
3
(m /s) 1: Januari 2016: 673 - 678.
∆t : Lama pengeringan (s) Tanggasari, Devi., 2014, Sifat Teknik dan Karakteri
ɳ : Efisiensi pengeringan (%) stik Pengeringan Biji Jagung (Zea Mays L.)
Umf : Fluidisasi minimum (m/s) Pada Alat Pengering Fluidized beds ,
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram, NTB.
DAFTAR PUSTAKA Zainuddin, Jufrizal, Eswanto, 2015, Disain dan
Djaeni, M., and Asiah, N., 2014, Tinjauan Efisiensi Analisa Perpindahan Panas Alat Penukar
Panas pada Pengeringan Padi dengan Kalor Shell dan Helical Coil Multi Tube
Menggunakan Pengering Fluidisasi Sebagai Pemanas Udara Pengering Gabah
Berbahan Bakar Sekam, Prosiding Seminar Dengan Memanfaatkan Thermal Gas Buang
Nasional Teknik Kimia Kejuangan, UPN Mesin Diesel, Prosiding Seminar Nasional
Veteran Yogyakarta, 5 Maret 2014. Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan
Fathurrahman, 2017, Analisa Termodinmika Pada (PIMIMD), Insititut Tegnologi Padang (ITP),
Alat Pengering Fluidized bed Terhadap Laju Padang, 29-30 Juli 2015.
Pengeringan Jagung, Fakultas Teknik
Universitas Mataram : Tugas Akhir.
Hendra, Syahrul, Mirmanto, Sukmawaty, 2017,
Analisa Termodinamika Pada Alat
Pengering Gabah Terfluidisasi, Fakultas
Teknik Universitas Mataram: Seminar
Nasional.
Muarif. 2013. Rancang Bangun Alat Pengering.
Jurnal Politeknik Negri Sriwijaya,
Palembang.
Mulyono, D., and Runanda, J.C., 2013,
Pengeringan Gabah Menggunakan Zeolit 3A
pada Alat Unggun Terfluidisasi, Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, vol. 2, No. 2,
p. 40-45.
Romdhani, R. 2016, Pengaruh Variasi Kecepatan
Udara dan Massa Bahan Terhadap Waktu
Pengeringan Jagung pada Alat Fluidized

126

You might also like