Materi Akhlak Tasawuf

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Materi Akhlak Tasawuf

Posted on September 10, 2013

Pengertian
Pengertian Akhlak:
• Secara bahasa akhlak berasal dari kata ‫ اخلق – يخلق – اخالقا‬artinya perangai, kebiasaan, watak,
peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq.
Dasarnya adalah:
1. QS. Al- Qalam: 4: 2‫ عظيم‬, ‫وانك لعلى خلق‬. QS. Asy-Syu’ara: 137: 3 ‫ان هذا اال خلق االولين‬.
Hadis :‫انما بعثت التمم مكارم االخالق‬
• Menurut Istilah, akhlak adalah:

1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.

2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Pengertian Tasawuf:

• Secara bahasa tasawuf berarti:


- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
• Menurut Istilah:

1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah Swt.

2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:


Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan
horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical
antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Kajian dalam Tasawuf bersumber pada:

1. Unsur Islam:
- Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan
mensucikan diri (QS. At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS.
Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada hamba-Nya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam
bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran:
2. Hadis Nabi : tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya,
praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali
Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.

3. Unsur Non Islam:

a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.

b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.

c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.

Tujuan
Untuk taqorub kpd Allah – derajat taqwa
Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah
Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk
Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya
Berusaha selalu berakhlakul karimah
Bersikap qanaah
Mengerjakan sesuatu dengan dasar ikhlas
Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada ma’rifat terhadap Allah Ta’ala

Rangkuman AKHLAK TASAWUF ( Prof. Dr. Abuddin Nata )

Bab 1 Pengertian, Ruang Lingkup, dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

A. Pengertian Ilmu Akhlak


Akhlak berasal dari bahasa arab, akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti al-sajiyah (perangai),
ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-maru’ah (peradaban yang baik ), dan al-din (agama).
Menurut istilah Ibnu Maskawaih (Tahdzib al-Akhlak wa al-Tathhir al-‘Araq)
Khuluk itu adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.”
Ada lima ciri dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, akhlak tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa pertimbangan. Ketiga, perbuatan akhlak timbul dari diri sendiri, bukan karna paksaan.
Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan sungguh-sungguh, bukan bersandiwara. Kelima, perbuatan
akhlak adalah perbuatan ikhlas karena Allah swt.
Adapun pengertian ilmu akhlak adalah Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk.
B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak membahas perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, atas kemauan sendiri,
tidak terpaksa dan bukan sandiwara, lalu menetapkannya kedalam perbuatan baik atau buruk. Dengan
kata lain, Ilmu Akhlak membahas upaya mengenal prilaku manusia. Sehingga Ilmu Akhlak berkaitan
dengan norma penilaian terhadap prilaku seseorang.
C. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak berfungsi memandu manusia agar mampu menilai, menentukan dan menetapkan
perbuatan baik atau buruk. Sehingga orang yang mampu membedakan perbuatan baik dan buruk tersebut
terdorong untuk dapat melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Secara ringkas, Ilmu Akhlak
memberikan pedoman penerangan bagi manusia dalam berbuat atau bertindak.

Bab 2 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya

A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf


Tasawuf terbagi tiga, yaitu : Pertama, Tasawuf Falsafi dengan pendekatan akal pikiran, seperti
filsafat tentang Tuhan, manusia, dan hubungan antara keduanya. Kedua, Tasawuf Akhlaqi dengan
tahapannya yaitu : tahalli (membuang akhlak tercela), takhalli (mengisi akhlak terpuji), tajalli
(terbukanya hijab antara manusia denganTuhan). Sehingga hubungan Ilmu Akhlak dengan Tasawuf dapat
dilihat bahwa akhlak adalah salah satu pendekatan tasawuf. Ketiga, Tasawuf Amali dengan pendekatan
ibadah. Hubungannya dengan Ilmu Akhlak adalah dengan Tasawuf Amali orang dapat menjadi taqwa
sehingga akan berakhlak mulia.
B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid pada intinya berkaitan dengan keimanan. Sehingga terlihat jelas hubungan antara
Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid bahwa orang yang mantap dalam Ilmu Tauhid (keimanannya) akan
berbuat baik.
C. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Ilmu Jiwa adalah ilmu yang mengkaji tentang potensi psikologis manusia. Sehingga Ilmu Jiwa
memberikan informasi secara teoritis kepada Ilmu Akhlak, untuk membangun akhlak yang kokoh.
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk pembangunan karakter atau dengan kata lain sebagai pembinaan
akhlak. Sehingga jelas, bahwa pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan manusia berakhlak.
E. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat
Salah satu obyek Filsafat yang berhubungan dengan Ilmu Akhlak adalah tentang manusia.
Menurut Ibnu Khaldun, manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya akan terwujud jika
mampu bersosialisasi. Hal ini menunjukkan perlunya pembinaan dalam bidang akhlak. Selanjutnya, Ilmu
Filsafat membahas tentang Tuhan, alam, dan makhluknya. Sehingga akan diketahui bagaimana cara
berinteraksi dengan tuhan, alam, dan sekittarnya. Dan hal ini merupakan salah satu aspek akhlak.

Bab 3 Induk Akhlak Islami

Akhlak secara garis besar terbagi dua, yaitu akhlaqul karimah ( baik) dan akhlaqul mazumah
(buruk). Akhlak terswebut berinduk pada tiga perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah
(perwira), dan iffah (men jaga diri dari dosa dan maksiat). Ketiga hal ini berinduk pada sikap adil, yaitu
sikap pertengahan atau seimbang dalam menggunakan potensi rohaniah, yaitu : ‘aql (pikiran) yang
berpusat dikepala, ghadab (amarah) yang berpusat didada, dan syahwat (dorongan seksual) yang berpusat
diperut.

Dengan demikian inti akhlak bermuara pada sikap adil dalam mempergunakan aspek rohaniah,
yang selanjutnya berkembanglah teori pertengahan, yaitu sikap seimbang sebagai pangkal dari kebajikan.
Dalam Islam, teori pertengahan ini sejalan dengan al-Qur’an, bahkan al-Qur’an dalam menerangkan sikap
adil jauh lebih lengkap, mendetail, dan komprehensif.

Bab 4 Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Akhlak

A. Ilmu Akhlak diluar Agama Islam


1. Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa
yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Dasar yang digunakan para
pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran
tentang manusia.
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukan para filosof Yunani itu secara redaksional
berbeda-beda, tetapi subtansi dan tujuannya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar
menjadi nasionalis yang baik dan merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah air. Ajaran
akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani bersifat rasionalistik. Baik dan buruk di dasarkan pada
akal dan pikiran. Sehingga Akhlak pada Bangsa Yunani bersifat anthropocentris (memusat pada
manusia).
2. Akhlak pada Agama Nasrani
Akhir abad ketiga masehi tersebarlah agama Nasrani di Eropa yang mengajarkan pokok-pokok ajaran
Taurat dan Injil. Dalam Nasrani, tuhan adalah sumber Akhlak. Tuhan yang menentukan pokok ajaran
dalam kehidupan. Dengan demikian, ajaran ini bersifat teocentris (memusat pada Tuhan) dan sufistik
(bercorak batin).
3. Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)
Masa ini, Eropa dikuasai oleh gereja. Gereja memerangi dan menentang penyiaran ilmu dan budaya
kuno. Menurut gereja, kenyataan “hakikat” telah ada pada wahyu yang tentu benar. Namun, sebagian dari
kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran yunani untuk memperkuat kekuasannya. Dengan
demikian, pada masa ini ajaran akhlak memadukan ajaran Yunani dan Nasrani.
4. Akhlak pada Bangsa Arab
Arab zaman Jahiliyah tidak mempunyai paham tertentu tentang akhlak, karena tidak berkembangnya
kegiatan ilmiah. Pada masa itu arab hanya memiliki ahli hikmah dan penyair yang mengajak agar berbuat
baik dan meninggalkan perbuatan buruk.
B. Akhlak pada Agama Islam
Akhlak menemukan bentuk sempurna dalam Islam, dengan titik pangkal pada Tuhan dan akal
manusia. Islam mengajak manusia untuk beriman, percaya, dan taat pada Tuhan, juga membimbing
manusia mencapai kebahagiaan. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam al-
Qur’an terdapat kandungan ayat-ayat untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan. Selanjutnya
perhatian Islam terhadap akhlak terlihat dari kepribadian Rasulullah. Namun demikian, Islam juga toleran
terhadap akal dan pikiran sehat. Sehingga Akhlak Islam memiliki dua corak, yaituu : Pertama, bercorak
normatif, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah, bersifat universal, absolut, dan mutlak. Kedua,
bercorak rasional dan kultural, bersumber pada logika dan adat, bersifat relatif, nisbi dan berevolusi.
C. Akhlak pada Zaman Baruu
Akhir abad lima belas, Eropa bangkit dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satunya dalam bidang akhlak. Yang selama ini sudah ada, mereka kritik dan perbaharui, serta patokan
utama adalah logika. Sama halnya dengan akhlak pada masa Yunani, pada masa ini banyak terdapat
pemikir-pemikir dalam bidang akhlak. Menurut mereka akhlak itu bersumberkan manusia dan tidak ada
hubungannya dengan wahyu. Dengan kata lain, akhlak pada masa ini bersifat sekuler.

Bab 5 Etika, Moral dan Susila

A. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos berarti watak, kesusilaan, atau adat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika berhubungan dengan
empat hal, yaitu : Membahas perbuatan manusia, bersumber pada akal, berfungsi sebagai penilai
perbuatan, dan bersifat relatif dan nisbi.
B. Moral
Moral berasal dari bahasa latin, mos, mores yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik – buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Moral dari segi
istilah merupa kan istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah; baik, buruk. Pada dasarnya
moral berkonsep sama dengan etika, hanya saja moral menggunakan tolak ukurnya pada norma-norma
yang berlaku dimasyarakat atau adat istiadat.
C. Susila
Susila berasal dari bahasa Sansekerta, su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar,
peraturan hidup, prinsip dan norma. Susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dengan
demikian, susila mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan diri
dengan norma yang berlaku.
D. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak
Dari fungsi dan perannya, etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau
nilai perbuatan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Perbedannya terletak pada tolak ukur yang
digunakan. Jika etika menggunakan rasio akal, maka moral dan susila menggunakan adat kebiasaan.
Sedangkan, Islam bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.

Bab 6 Baik dan Buruk

A. Pengertian Baik dan Buruk


Kebaikan adalah sesuatu yang berhubungan dengan luhur, bermartabat, menyenangkan dan
disukai manusia. Sementara buruk diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seharusnya, tak
sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tidak dapat diterima, tercela, lawan dari
bik dan bertentangan dengan norma. Pada dasarnya baik dan buruk sangat relatif, tergantung pada yang
menilai. Sehingg baik dan buruk bersifat subyektif.
B. Penentuan Baik dan Buruk
1. Baik dan Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)
Aliran ini menerangkan bahwa baik adalah tunduk pada adat, dan buruk menentang adat.
2. Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Menurut paham ini, kebaikan mendatangkan kenikmatan, kelezatan, dan kepuasan biologis, dan
sebaliknya.
3. Baik dan Buruk Menurut Aliran Intuisisme (Humanisme)
Menurut paham ini, kebaikan sesuai dengan hati nuraninya.
4. Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitiarisme
Menurut paham ini, bahwa yang baik adalah yang berguna.
5. Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini, kekuatan dan kekuasaanlah yang dianggap baik.
6. Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme
Paham ini mengajarkan, bahwa kebaikan adalah sesuatu yang sesuai dengan risalah Tuhan.
7. Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi
Menurut paham ini kebaikan adalah kelezatan dan kenikmatan yang berevolusi, atau cocok dan
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berlaku
C. Sifat dari Baik dan Buruk
Baik dan Buruk bersifat berubah, relative, nisbi dan tidak universal. Namun ada tolak ukur yang
digunakan secara universal, yaitu aliran intuisisme. Tetapi, tetap saja tidak semutlak wahyu yang dari
Tuhan.
D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Dalam Islam, baik dan buruk berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam Islam terdapat istilah-
istilah yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk. Misalnya, al-hasanah (sesuatu yang disukai
dan dipandang baik) lawannya al-sayyiah. Lalu at-thayyibah (kelezatan pada indra dan jiwa) lawannya
adalah al-qabihah. Dan lain sebagainya. Dari varisai baik dan buruk tersebut menunjukkan bahwa Islam
lebih lengkap dan komprehensif dalam menjelaskan baik dan buruk.

Bab 7 Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Hati Nurani

A. Kebebasan
Kebebasan yakni kehendak merdeka dalam memilih perbuatan antara berbuatan dan tidak.
Kebebasan terbagi tiga, yaitu : Kebebasan Jasmani, untuk bebas mempergunakan anggota tubuh.
Kebebasan Kehendak (rohani), untuk bebas menghendaki sesuatu. Dan Kebebasan Moral, untuk bebas
berbuat jika ada kemungkinan untuk bertindak.
B. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah konsekuensi logis yang harus dijalani atau dihadapi karena adanya
kebebasan atau tindakan yang diambil.

C. Hati Nurani
Hati Nurani (intuisi) adalah tempat dimana manusia memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati
nurani cenderung pada kebaikan.
D. Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani dengan Akhlak
Perbuatan akhlak dilakukan atas dasar kemauan sendiri, hal ini terjadi apabila terdapat kebebasan
dalam kehendak. Selanjutnya perbuatan tersebut menghasilkan perbuatan yang dapat dipertanggung
jawabkan dengan hati nurani. Sehingga perbuatan tersebut menggambarkan bahwa perbuatan akhlak
harus dilakukan atas dasar keikhlasan dan sesuai dengan hati nurani. Disinilah letak hubungan antara
Kebebbasan, Tanggung Jawab, dan Hati Nurani dengan Akhlak.

Bab 8 Hak, Kewajiban, dan Keadilan

A. Hak
1. Pengertian dan Macam-macam Hak
Hak adalah wewenang atau kekuasaan, untuk mengerjakan, memiliki, meninggalkan,
mempergunakan atau menuntut sesuatu.
2. Macam-macam dan Sumber Hak
Hak secara garis besar terbagi tujuh, yaitu : hak hidup, hak mendapatkan perlakuan hukum, hak
memiliki keturunan, hak milik, hak nama baik, hak kebebasan berpikir dan mendapatkan kebenaran. Hak-
hak teresebut mutlak bersumber pada Tuhan.
B. Kewajiban
Hak menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban menghormati terlaksananya hak-hak orang lain.
C. Keadilan
Dengan adanya hak dan kewajiban, maka timbullah keadilan, yaitu pengakuan dan perlakuan
terhadap hak (yang sah).
D. Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan dengan Akhlak
Hak merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan sebagai hak. Akhlak tersebut
kemudian menjadi karakter, sehingga menimbulkan kewajiban untuk melakukannya. Sedangkan keadilan
merupakan induk akhlak. Disinilah letak hubungan antara Hak, Kewajiban, dan Keadilan dengan Akhlak.

Bab 9 Akhlak Islami

A. Pengertian Akhlak Islami


Akhlak Islami adalah perbuatan akhlak yang didasarkan pada ajaran Islam, berdasarkan al-Qur’an
dan as-Sunnah dan menggunakan tolak ukur ketentuan Allah.
B. Ruang Lingkup Akhlak Islami
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat berupa tidak menyekutukan-Nya, takwa, ikhlas dan ridla, bersyukur,
beribadah dan lain sebagainya.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Pada dasarnya akhlak terhadap sesama manusia adalah berbuat, bersikap, dan berbicara dengan baik
antar sesama manusia.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Dalam Islam, manusia berkewajiban berakhlak terhadap alam, dengan cara menjaga kelestariannya.

Bab 10 Pembentukan Akhlak

A. Arti Pembentukan Akhlak


Pembentukan akhlak adalah usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk manusia dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik secara konsisten.
B. Metode Pembinaan Akhlak
Ada beberapa metode dalam membina akhlak, yaitu : Pertama, dengan menggunakan sarana
peribadatan. Kedua, pembinaan yang dilakukan sejak kecil secara kontinyu. Ketiga, adalah melalui
keteladanan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Ada tiga hal yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu : aliran nativisme, menyatakan
faktor yang apaling berpengaruh adalah bawaan dari dalam. Lalu aliran empirisme, menyatakan bahwa
lingkungan social yang paling berpengaruh. Dan ketiga aliran konvergensi, yang merupakan campuran
antara nativisme dan empirisme.
D. Manfaat Akhlak yang Mulia
1. Memperkuat dan Menyempurnakan Agama
2. Mempermudah Perhitungan Amal di Akhirat
3. Menghilangkan Kesulitan
4. Selamat Hidup di Dunia dan Akhirat

Bab 11 Arti, Asal-Usul dan Manfaat Tasawuf dalam Islam

A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri dari
pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak mulia dan dekat dengan Allah swt.
B. Sumber Tasawuf
Dikalangan para orientalis Barat terdapat pendapat yang menyatakan bahwa yang menjadi
sumber tasawuf ada lima, yaitu : unsur Islam, Masehi (Nasrani), Yunani, Hindu/Budha dan Persia. Hal ini
secara akademik bias saja diterima, namun secara akidah perlu kehati-hatian. Karena sebenarnya, tasawuf
itu bersumber dari ajaran Islam yang dipraktekkan oleh Nabi dan para sahabat. Hal ini dapat dilihat dari
asas-asasya yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah.

Bab 12 Maqamat dan Hal

A. Maqamat
Maqamat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat atau pangkal mulia. Istilah ini digunakan
untuk arti jalan panjang yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah swt. Menurut
Muhammad al-Kalabazy (al-Ta’aruff li Mazhab ahl al-Tasawuf) bahwa jumlah maqamat ada sepuluh.
Menurut Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi (al-Luma’) menyebutkan bahwa maqamat ada tujuh. Sedangkan
menurut al-Ghazali (Ihya Ulum al-Din) menerangkan bahwa ada delapan maqamat. Namun ada yang
mereka sepakati bersama, yaitu :
1. Al-Taubah
Taubat adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan dengan janji tidak akan
mengulaginya.
2. Al-Zuhud
Zuhud artinya keadaan meninggalkan hal-hal duniawi.
3. Al-Wara’
Wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang didalamnya terdapat keragu-raguan (syubhat).
4. Fakir
Fakir yaitu tidak meminta lebih dari apa yang ada dalam diri kita.
5. Sabar
Sabar yaitu tabah dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta kuat dalam
menghadapi cobaan.
6. Tawakkal
Tawakkal adalah menyerahkan diri kepada qada dan keputusan Allah.
7. Kerelaan
Rela berarti tidak berusaha, tidak menentang ketentuan Allah.
B. Hal
Hal merupakan perasan mental, seperti senang, sedih, takut dan sebagainya. Berbeda dengan
maqam, hal didapat sebagai anugrah dan rahmat dari tuhan. Selain itu, hal juga bersifat sementara, dating
dan pergi dari diri seorang sufi.

Bab 13 Mahabbah

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Mahabbah


Mahabbah berasal dari bahasa arab ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang artinya adalah cinta yang
mendalam. Dalam tasawuf, mahabbah diartikan sebagai kecintaan yang mendalam kepada Tuhan secara
ruhiah, dengan sepenuh hati, sehingga sifat-sifat yang ada pada Tuhan masuk kedalam jiwa yang
mencinta. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang tidak terkira. Sedangkan dari
kedudukannya, mahabbah lebih tinggi dibandingkan ma’rifah.
B. Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Ada tiga alat yang dapat berhubungan dengan Tuhan. Pertama, al-qalb (hati) untuk mengetahui
sifat-sifat Tuhan. Kedua, ar-ruh ( roh) untuk mencintai Tuhan. Dan Ketiga adalah sir yaitu alat untuk
dapat melihat tuhan. Dengan demikian, alat untuk mahabbah adalah roh, yaitu roh yang bersih dan suci
dari dosa.
C. Tokoh yang Mengembangkan Mahabbah
Rabi’ah al-Adawiyah (713-801 H) adalah sufi wanita yang memperkenalkan ajaran mahabbah,
beliau berasal dari Bashrah, Irak.

Bab 14 Ma’rifah

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma’rifah


Ma’rifah berasal dari bahasa arab arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau
pengalaman. Dalam arti sufistik, ma’rifah adalah pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari.
Tujuan ma’rifah adalah untuk mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Ma’rifah bisa berkedudukan sebagai
maqam ataupun ahwal.
B. Alat Untuk Mencapai Ma’rifah
Sebagaimana diuraikan pada bab dan pembahasan sebelumnya, bahwa alat untuk mencapai
ma’rifah adalah qalb (hati).
C. Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifah
Tokoh pertama yang mengenalkan ma’rifah adalah al-Ghazali ( Abu Muhammad al-Ghazali)
lahir tahun 1059 M di Tus, Khurasan. Ia meninggal pada tahun 1111 M. Selanjutnya adalah Zun al-Misri
yang berasal dari Naubah, negeri yang terletak di Sudan dan Mesir. Ia wafat pada tahun 860 M.
D. Ma’rifah dalam Pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadis
Ma’rifah berhubungan dengan nur (cahaya Tuhan). Di dalam al-Qur’an ada sekitar 43 kali kata
nur. Misalnya dalam Qur’an Surat al-Nur ayat 40 dan al-zumar ayat 22. Kemudian, ada hadis yang artinya
“Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku,
maka Aku ciptakanlah makhluk. Oleh karena itu Aku memperkenalkan diri-Ku kepada mereka. Maka
mereka itu mengenal Aku (Hadis Qudsi). Hal ini menunjukkan bahwa ma’rifah tidak bertentangan dengan
al-Qur’an.

Bab 15 Al-Fana Al-Baqa dan Ittihad

A. Pengertian, tujuan dan Kedudukan al-Fana, al-Baqa dan al-Ittihad


Al-Fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat Tuhan, atau hilangnya sifat-sifat
tercela. Al-Baqa merupakan ahsil dari al-Fana, al-Baqa berarti kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat
Tuhan dalam diri manusia. Tujuan fana dan baqa adlah untuk mencapai persatuan rohaniah antara
manusia dengan Tuhan, adapun kedudukannya sebagai hal. Adapun Ittihad adalah penyatuan antara diri
manusia dengan Tuhan, yang merupakan tujuan fana dan baqa.
B. Tokoh yang Mengembangkan Fana dan Baqa
Tokoh dalam hal ini adalah Abu Yazid al-Bustami (w. 874), nama kecilnya adalah Tahifur.
C. Fana. Baqa dan Ittihad dalam Pandangan Al-Qur’an
Fana, Baqa dan Ittihad sejalan dengan liqa al-rabbi dalam Islam.

Bab 16 Al-Hulul
A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Hulul
Hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia, atau ketuhanan (lahut) menjelma
kedalam diri insan (nasut). Artinya tujuan Hulul adalah untuk penyatuan diri dengan Tuhan, atau istilah
lain bagi Ittihad.
B. Tokoh yang Mengembangkan Paham Al-Hulul
Tokoh dalam paham ini adalah al-Hallaj (Husein Bin Manshur al-Hallaj), ia lahir tahun 244 H
(858 M) di Baidha, Persia. Ia pernah keluar masuk penjara, dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 309 H
(921 H) karena dianggap menyesatkan.

Bab 17 Wahdat Al-Wujud

A. Pengertian, dan Tujuan Wahdat Al-Wujud


Wahdat al-wujud terdiri dari dua kata, wahdat ( sendiri, tunggal atau kkesatuan ) dan al-wujud ( ada ).
Menurut ahli filasafat dan para sufistik wahdat al-wujud sebagai suatu kesatuan antara materi dan roh,
substansi ( hakikat ) dan forma ( bentuk ), antara yang lahiriah dan batiniah, antara alam dan Allah,
karena alam hakikatnya qadim dan berasal dari Allah. Dalam wahdat al-wujud yang terpenting adalah
aspek batin, karena hakikatnya lahiriah adalah bayangannya. Sehingga paham ini menganggap alam
semesta adalah copian dari Allah, sehingga yang ada hanya wujud Allah.

B. Tokoh yang Membawa Paham Wahdat Al-Wujud


Paham ini dibawa oleh Muhyiddin ibn arabi, lahir di Murcia, Spanyol. Ia masuk aliran sufi setelah
pindah ke Tunis, Tahun 1202 hijrah ke Mekkah, dan meninggal di Damaskus tahun 1240. Buku yang
dikarangnya mencapai lebih dari 200 buku.

Bab 18 Insan Kamil

A. Pengertian Insan Kamil


Insan Kamil berasal dari bahasa arab, yaitu insan = manusia, dan kamil = sempurna. Dari segi
tasawuf insan kamil lebih ditujukan kepada manusia yang sempurna dari segi intelektual, rohaniah,
intuisi, kata hati, akal sehat, fitrah, dan yang lainnya yang bersifat batiniah.
B. Ciri-ciri Insan Kamil
1. Berfungsi akal sehatnya secara optimal;
2. Berfungsi intuisinya;
3. Mampu menciptakan budaya;
4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat Ketuhanan ( sifat baik )
5. Berakhlak Mulia
6. Berjiwa seimbang ( adil )

Bab 19 Tarikat

A. Pengertian dan Tujuan Tarikat


Tarikat berasal dari bahasa arab, thariqat yaitu jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Tarikat
secara tasawuf berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat tercela
dan mengisinya dengan sifat terpuji dan memperbanyak zikir dengan ikhlas agar dapat bertemu dan
bersatu dengan Tuhan. Tarikat dilakukan sesuai ajaran yang dicontohkan Rasulullah, para sahabat, tabi’in
dan tabi’ut tabi’in. Tarikat bertujuan untuk dapat dekat dan dan bertemu dengan Allah, artinya tarikat
sejalan dengan tasawuf. Dalam perkembangannya tarikat menjadi kelompok-kelompok. Sehingga tarikat
adalah tasawuf yang melembaga.
B. Tarikat yang Berkembang di Indonesia
Ada tujuh aliran tarikat yang berkembang di Indonesia, yaitu :
1. Tarikat Qadiriyah, didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166), cirri tarikat ini adalah bacaan
manaqib, yaitu riwayat hidup dan pengalamn sufi Abdul Qadir Jaelani. Tarikat ini tersebar di Tiongkok
sampai ke Jawa.
2. Tarikat Rifa’iyah, didirikan oleh Syaikh Rifa’i ( Ahmad bin Ali bin Abbas). Tersebar di Aceh, Jawa,
Sumatera Barat, dan Sulawesi. Ciri khasnya adalah tabuhan rabbana dalam wirid yang diikuti dengan
tarian dan debus, yang diiringi zikir-zikir tertentu.
3. Tarikat Naqsyabandi, didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin al-Bukhari (727-791 H), ia bergelar
Naqsyabandi. Tarikat ini banyak tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
4. Tarikat Samaniyah, oleh Syaikh Saman. Tarikat ini banyak tersebar di Palembang, dan Jakarta. Ciri
tarikat ini adalahberzikir dengan suara keras dan melengking.
5. Tarikat Khalwatiyah, didirikan oleh Zahiruddin. Tarikat ini banyak pengikutnya di Indonesia, karena
suluk dari tarikat ini sangat sederhana.
6. Tarikat al-Haddad, didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad, ia merupakan
wali qutub dan Arifin dalam ilmu tasawuf.
7. Tarikat Khalidiyah, dibangun oleh Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Khalidi. Tarikat ini berisi tentangadab dan
zikir, tawassul, adab suluk, tentang saik dan maqamnya, tentang ribath dan bebrapa fatwa pendek.
Bab 20 Problematika Masyarakat Modern dan Perlunya Akhlak Tasawuf

A. Pengertian Masyarakat Modern


Deliar Noer menyebutkan ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :
1. Bersifat rasional;
2. Erpikir untuk masa depan yang lebih jauh;
3. Menghargai waktu;
4. Bersikap terbuka;
5. Beroikir ibyektif.
Lalu, Alfin Toffler membagi masyarakat menjadi tiga, yaitu masyarakat pertanian, masyarakat
industri, dan masyarakat informasi. Dan yang ketiga itulah yang sering dikatakan masyarakat modern,
yaitu penggunaan teknologi elektronika yang canggih, mengukur kekayaan dengan kepemilikan
informasi, dan pengalihan agen-agen sosialisasi dari manusia menjadi mesin computer.
B. Problematika Masyarakat Modern
Dengan pertumbuhan teknologi, maka tentu menciptakan nilai-nilai baru dalam tatanan masyarakat,
salah satunya adalah nilai negatif. Nilai-nilai negative tersebtu menyebabkan problematika dalam
masyarakat, sebagai berikut :
1. Disintegrasi Ilmu Pengetahuan
2. Kepribadian yang Terpecah ( Split Personality )
3. Penyalahgunaan Iptek
4. Pendangkalan Iman
5. Pola Hubungan Materialistik
6. Menghalalkan Segala Cara
7. Stres dan Frustasi
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Karena masalah-masalah yang timbul tersebut adalah masalah-masalah batiniah, maka perlu sesuatu
yang mengobati secara batin pula, yaitu mengembang kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf.

You might also like