153-Article Text-1025-1-10-20210705
153-Article Text-1025-1-10-20210705
153-Article Text-1025-1-10-20210705
Abstract
Research on muhkam and mutasyabih verses in the Qur‘an has been widely
carried out. However, no research looks at the theological aspects
historically on the implications of understanding the two forms of the
verse. The muhkam verse which is qath‘i dalalah implies the birth of the
basic aqidah. While the mutasyabih verse which is zhanni dalalah has
implications for the birth of a branch aqidah. Based on the different
understandings and interpretations of the two, the historical facts of
Muslims have given birth to various opinions and schools of thought.
Inevitably also cause a crisis because of cross opinion. The verse
mutasyabih is misinterpreted with a narrow understanding and one
interpretation. While the muhkam verse is the basis for its legitimacy.
There needs to be a broad perspective in dealing with this problem.
Muslims who are plural and have different intellectual capacities must be
able to cultivate an attitude of tolerance for different views. The
paradigm of fanatical thinking must be abandoned over branch issues.
Unity must be prioritized as a starting point in building the people in
pluralism. This article will examine these issues. This research is library
research by looking at the historical facts that exist and using clear
literature. The method used in this research is descriptive-analytical and
comparative so that it can reveal the mistakes that occur among the
people and see the actual comparison. The goal is to create a sense of
tolerance for differences and uphold the values of equality and unity
among the people.
Keywords: muhkam; mutasyabih; basic aqidah; branch aqidah; tolerance
Abstrak
Penelitian atas ayat muhkam dan mutasyabih dalam al-Qur‘an telah banyak
dilakukan. Akan tetapi belum ada penelitian yang melihat dari aspek
teologis secara historis akan implikasi dari pemahaman kedua bentuk ayat
tersebut. Dari ayat muhkam yang bersifat qath‘i dalalah berimplikasi
lahirnya aqidah pokok. Sedangkan ayat mutasyabih yang bersifat zhanni
dalalah berimplikasi lahirnya aqidah cabang. Atas pemahaman dan
interpretasi yang berbeda terhadap keduanya, pada fakta historis umat
Islam telah melahirkan berbagai pendapat dan madzhab. Tidak pelak
pula menimbulkan krisis karena silang pendapat. Ayat mutasyabih
disalahartikan dengan pemahaman yang sempit dan satu tafsir.
Sedangkan ayat muhkam menjadi landasan legitimasinya. Perlu adanya
perspektif yang luas dalam menghadapi problem tersebut. Umat Islam
yang majemuk dan memiliki kapasitas intelektual yang berbeda haruslah
dapat menumbuhkan sikap toleransi atas perbedaan pandang. Paradigma
berpikir fanatis harus ditinggalkan atas persoalan cabang. Persatuan harus
diutamakan sebagai titik tolak dalam membangun umat di tengah
kemajemukan. Artikel ini akan mengkaji permasalahan tersebut.
Penelitian ini adalah studi kepustakan (library research) dengan melihat
fakta-fakta historis yang ada dan menggunakan literatur-literatur yang
jelas. Metode yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif-analitis dan
komparatif, sehingga dapat mengungkapkan dengan sebenarnya
kekeliruan yang terjadi di tengah umat dan melihat perbandingan yang
sebenarnya. Tujuannya adalah menimbulkan rasa toleransi atas
perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan dan persatuan di
tengah umat.
Kata Kunci: muhkam; mutasyabih; aqidah pokok; aqidah cabang;
toleransi
Pendahuluan
Al-Qur‘an adalah kitab Allah Swt. yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan sebagai petunjuk
kepada seluruh umat manusia.1 Karena diturunkan untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia, maka manusia
seharusnya beriman kepadanya. Dengan beriman kepada al-Qur‘an
akan dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik di
dunia maupun di akhirat. Al-Qur‘an yang secara harfiah berarti
bacaan yang sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang
paling tepat, karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia
1 QS. Al-Baqarah [2]: 185; Abū al-Wafā‘ Ahmad Abū al-Wafā‘, Al-Mukthār
min ‘Ulūm al-Qur’ān al-Karim (Kairo: al-Maktab al-Mashry al-Hadīts, 1992), 11.
mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur‘an al-Karim.2 Al-Qur‘an berisikan petunjuk,
kesenangan dan keindahan bagi orang beriman al-Qur‘an melebihi
segalanya.3 Susunan redaksi al-Qur‘an yang sistematis, seakan ingin
menceritakan kepada pembacanya apa yang terkandung di
dalamnya. Membaca al-Qur‘an menjadi ibadah dan
mengamalkannya menjadi tugas setiap manusia. Al-Qur‘an
mengandung prinsip-prinsip aqidah, syariat, dan muamalah yang
mengatur kehidupan manusia hingga pemberitaan kehidupan
setelah kematian.
Pembicaraan mengenai al-Qur‘an dan seluk beluknya telah
mengalami perkembangan yang signifikan.4 Sejak dimulainya
penafsiran oleh Nabi Muhammad Saw. sendiri sebagai pembawa
risalah ketuhanan hingga masa kekinian. Pembahasan mengenai al-
Qur‘an selalu menjadi topik yang hangat dan selalu
diperbincangkan. Di antara topik yang dibahas dalam al-Qur‘an
hingga isu-isu krusialnya sampai sekarang mengenai muhkam dan
mutasyabih dalam al-Qur‘an.5 Kedua isu ini menjadi sentral sejak
masa ulama terdahulu hingga kekinian yang menghasilkan
pemahaman yang beragam dalam memahami ayat al-Qur‘an.6
Revelation to Compilation (A Comparative Study with the Old and New Testaments)
(Riyadh: Turath Publishing, 2020), 1.
4 Di antara pembicaraan mengenai al-Quran yang intensif dilakukan oleh
Fazlur Rahman dalam karyanya. Lihat Fazlur Rahman, Major Themes of the Qur’an,
Second Edition (Chicago and London: University of Chicago Press, 2009).
5 Mūsā Ibrāhīm al-Ibrāhīm, Buhūts Manhajiyyat fī ‘Ulūm al-Qur’ān al-Karim
Palliative Care,‖ Palliative & Supportive Care 14, no. 6 (Desember 2016): 636,
https://doi.org/10.1017/S1478951516000080.
atau lebih perkara. Maka hakim adalah orang yang mencegah yang
zalim, memisahkan dua pihak yang sedang bertikai, memisahkan
antara yang hak dan yang batil, dan antara yang jujur dan dusta.
Adapun kata muhkam diambil dari kata ihkam al-kalam berarti
itqanuhu yaitu mengokohkannya dengan memisahkan berita yang
benar dari yang salah, dan memisahkan yang lurus dari yang sesat.12
Dengan begitu muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan.13 Jadi
muhkam berarti suatu perkataan yang kokoh, rapi, indah dan
benar.14 Dengan pengertian seperti itulah Allah Swt. mensifati al-
Qur‘an bahwa seluruh ayatnya adalah muhkamat sebagaimana
firman-Nya berikut ini:
َ َ ْ ُ ْ ْ َ ُ ُ ُ ْ َ ُْ ٌ
ٰنٰح ِك ْيمٰٰخ ِت ْيدٰ نٰلد
ٰ جٰ ِم
ٰ جٰايخهٰٰذمٰٰف ِصل ٰ الۤرٰٰٰ ِكت
ٰ بٰاح ِكم
َْ ْ ُ َ ْ
ٰ ٰٰٰبٰالح ِك ْي ِٰم
ٰ ِ جٰال ِكت ٰ الۤرٰٰ ِحل
ٰ كٰاي
2017), 190.
15 Chirzin, Al-Qurʼan dan Ulumul Qurʼan, 70.
َْْ ُ ُ َ ْ ْ ُ َ ُ ُ
ٰ ِ رٰ ِال ٰٓاٰاولياٰالال َب
اب ُٰ دٰ َربِناٰٰ َو َماٰ َيذك ِٰ نٰ ِعن ٰ نٰا َمجاٰ ِةهٰٰكلٰٰ ِم ٰ َيل ْيل ْي
Mutasyabih,‖ ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 16, no. 1 (10 September 2015):
82, https://doi.org/10.18860/ua.v16i1.2930.
Ulumul Qur‘an,‖ MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir 4, no. 2 (24
Desember 2019): 196, https://doi.org/10.24090/maghza.v4i2.3434.
ٌ ََ ُٰ َ ُ ْ ُ
ٰاّللٰاحد
ٰ ٰلٰو ٰي
ٰك
26 Usman, 220.
28 Ilyas, 196.
29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keseharian al-
Qur’an, vol. 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 127.
33 Yanti, 251.
34 Ta’wil secara bahasa berasal dari kata awala yang berarti kembali ke asal.
Belakangan oleh para ulama ta’wil diartikan sebagai memalingkan makna.
Menurut ulama muta’akhirin, ta’wil adalah memalingkan makna lafal yang kuat
(rājih) kepada makna yang lemah (marjūh) karena ada dalil yang menyertainya.
Dengan begitu setidaknya ta’wil berarti mencari makna lain dari makna harfiah
dari suatu kata dan dapat juga berarti menafsirkan. Lihat al-Qathān, Mabāhits fī
‘Ulūm al-Qu’rān, 219.
35 al-Qathān, 218.
41 Abdul Aziz Dahlan, Teologi dan Akidah dalam Islam (Padang: IAIN-IB
Press, 2001), 129.
42 Dahlan, 130.
43 Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2014),
43.
50 Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan: Ilmu Kalam
Tematik, Klasik, dan Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2016), 108.
51 Nasution, Teologi Islam, 136.
52 Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan: Ilmu Kalam
2003), 88.
59 Zar, 27–28.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas mengenai muhkam dan mutasyabih
dalam al-Qur‘an memberikan pelajaran bahwa ayat-ayat dalam al-
Qur‘an membuka dirinya untuk diinterpretasi oleh manusia selain
daripada mereka mengimaninya sebagai konsekuensi teologis dan
keniscayaan dalam Islam. Muhkam dan mutasyabih memberikan
pemahaman kepada umat Islam untuk beragam dalam memahami
sesuatu akan tetapi harus berada dalam koridor Islam itu sendiri.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Hafidz. Diskursus Islam politik dan Spiritual. Jakarta:
WADI Press, 2002.