Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Abstract
This study aims to design a waste water treatment plant (WWTP) design; reference in making WWTP
in another place; and do waste water treatment so it is not harmful to the surrounding environment.
The location of the research in the Jakarta Transmart building, when this research was conducted
in March to June 2018. The method used in the implementation of this study planning was the
preparation of reports that included analysis of waste characteristics; review of literature studies
that are used to study supporting theories during conducting problem analysis and discussion so that
they can be considered into the planning of wastewater treatment institu- tions that will be carried
out; collection of primary data and secondary data as material for study of wastewater treatment
plant planning; and design, calculation of the dimensions of the wastewater treatment plant,
technical specifications. Planning criteria, among others: processing efficiency and achieving target
results in accordance with desired quality standards; land area needed; and care must be easy and
simple. The results showed that the estimated discharge of water requirements found in the
Transmart building was around 59.97 m³ / day, obtained from the calculation of the area of the
building building to meet the needs of clean water needed per square meter. Aeration tank volume
and Aeration 1 dimensions: 3.35 m long, 4.450 m wide, 2.550 m depth, 0.625 m free space height,
38.01 m³ volume. Aeration 2: 3.375 m long, 4.450 m wide, 2.550 m depth, 0.625 m free space height,
38.3 m³ volume. Total aeration body area = 76,315 m. Tub sedimentation: 3.35 m long, 2.850 m
wide, 2.350 m depth, 0.90 m free space height, 38.3 m³ volume. Volume: 13.7. Tub Equalization:
2.625 m long, 5.975 m wide, 2.60 m depth, free space height 0.575 m, volume 40 m³. In the design of
planning the installation of wastewater treatment systems for activated sludge should be added or
further processing so that the water from processing can be reused and not wasted, such as filtration
so that it can be used such as for washing vehicles, watering plants etc.
1. PENDAHULUAN
Limbah domestik yang diproduksi setiap hari menjadi salah satu pencemar sumur dangkal
(sumur penduduk), karena struktur tanah yang tidak mampu melakukan proses sisa pengaliran limbah
tersebut. IPAL terkait dengan fasilitas prasarana permukiman tidak terpisahkan dengan manusia,
hunian dan lingkungan. IPAL berfungsi untuk mengolah serta mengendalikan limbah domestik. Air
limbah domestik dialirkan melalui saluran interceptor kemudian dibuang ke sungai dalam keadaan
bersih, sehingga dengan IPAL diharapkan sungai terbebas dari pencemaran air limbah khususnya
domestik.
Limbah domestik yang masuk ke perairan terbawa oleh air selokan atau air hujan. Bahan
pencemar yang terbawa antara lain feses, urin, sampah dari dapur (plastik, kertas, lemak, minyak,
sisa-sisa makanan), pencucian tanah dan mineral lainnya. Perairan yang telah tercemar berat oleh
limbah domestik biasanya ditandai dengan jumlah bakteri yang tinggi dan adanya bau busuk, busa,
air yang keruh dan BOD5 yang tinggi (Mutiara, 1999). BOD5 adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri selama penguraian senyawa organic pada kondisi aerobik selama 5 (lima)
hari. Limbah domestik yang masuk ke perairan terbawa oleh air selokan atau air hujan. Bahan
1
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
pencemar yang terbawa antara lain feses, urin, sampah dari dapur (plastik, kertas, lemak, minyak,
sisa-sisa makanan), pencucian tanah dan mineral lainnya. Perairan yang telah tercemar berat oleh
limbah domestik biasanya ditandai dengan jumlah bakteri yang tinggi dan adanya bau busuk, busa,
air yang keruh dan BOD5 yang tinggi (Mutiara, 1999).
Di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
disebutkan bahwa daya dukung adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung peri-kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera memerinci daya dukung lingkungan menjadi
tiga yakni daya dukung lingkungan alam, daya tampung lingkungan binaan dan daya tampung
lingkungan sosial. Kedua undang-undang ini tidak memerinci lebih jauh bagaimana daya dukung itu
diukur atau dihitung (Sudharto, 2005).
Tingginya tingkat pencemaran domestik memberikan dampak signifikan terhadap kualitas
kesehatan masyarakat yang tinggal disepanjang saluran pembuangan. Ancaman serius ini merupakan
tanggung jawab bersama, yaitu peran aktif pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu pengolahan
air kotor perlu ditangani secara baik dan berkelanjutan, sehingga air buangan yang masuk ke badan
air aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Jadi dalam hal ini kita
memerlukan IPAL untuk menangani masalah mengenai air limbah untuk memproses dan mengolah
air limbah menjadi air baku yang sesuai dengan parameter air baku yang telah ditetapkan dan tidak
mencemari lingkungan hidup disekitarnya.
Selain itu dibuatnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) juga sebagai salah satu syarat
yang harus ada dalam setiap pembangunan suatu gedung atau bangunan, sebagai salah satu dari
syarat AMDAL dan ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan). AMDAL menurut Undang-undang
No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan kebutuhan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitain sebagai
berikut: a) menentukan dan menganalisa jenis air limbah yang akan diolah; b) menentukan kapasitas
Instalasi Pengolahan Air Limbah agar hasil pengolahan sesuai dengn baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Adapun batasan batasan masalah terbatas pada: 1) aspek yang
berhubungan dengan air limbah; 2) besaran kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah; dan 3) desain
IPAL. Tujuan dari penulisan ini adalah: (a) membuat desain perencanaan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL); (b) sebagai acuan dalam pembuatan IPAL ditempat lain; dan (c) melakukan
pengolahan air limbah agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
1.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki karena
tidak memiliki nilai ekonomis. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif bagi lingkungan terutama
kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung jenis dan karakteristik limbah (Sulaeman, 2009). Karakteristik
limbah meliputi: a) Berukuran mikro, b) Dinamis, c) Berdampak luas (penyebarannya), e)
Berdampak jangka panjang (antar generasi).
2
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
AIR LIMBAH
menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya. Dalam pengolahan air
limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi dan mendekomposisi bahan-bahan organik
dalam air limbah dengan menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim
dalam mikroorganisme.
Pada waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi sehingga mikroorganisme baru
dapat bertumbuh Proses pengolahan secara biologi yang paling sering digunakan adalah proses
pengolahan dengan menggunakan metode lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah
proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4, dan sel biomassa baru. Proses ini
menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik.
Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan (sendimentasi tank).
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Dengan menerapkan
sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung senyawa organik beracun dan bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk
kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat
mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan industri dan
kebutuhan masyarakat akan air.
Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air
limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut. Air tersebut dapat dipergunakan
kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya. Air daur ulang tersebut dapat
dimanfaatkan dengan aman untuk kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boilerlaundry, toilet
flusher, penyiraman tanaman, general cleaning, fish pond carwash dan kebutuhan air yang lainnya.
Dalam hal ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah yang paling banyak
dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode lumpur aktif dapat dipergunakan
untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil,
bahan kimia dan obat-obatan.
Teknik pengolahan air limbah banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air limbah adalah
proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini termasuk pengolahan biologi,
karena menggunakan bantuan mikroorganisma pada proses pengolahannya. Proses lumpur aktif
merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa
mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak
dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga
dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba yang tetap
adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu.
Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat mengatasi permasalahan
persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatanindustri dan kebutuhan masyarakat akan
air. Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya.
Air daur ulang yang kami kerjakan dapat dimanfaatkan dengan aman untuk kebutuhan konsumsi air
seperti cooling tower, boiler laundry, toilet flusher, penyiraman tanaman, general cleaning, fish pond
car wash dan kebutuhan air yang lainnya.
1.4 Gambaran umum Proses IPAL
a. Pengolahan Primer
Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik untuk menyisihkan benda-benda
terapung atau padatan tersuspensi terendapkan (seltleable solids). Pengolahan primer ini berupa
penyaringan kasar, dan pengendapan primer untuk memisahkan bahan inert seperti butiran pasir
(tanah). Saringan kasar digunakan untuk melewatkan benda berukuran relatif besar. Karena butiran
pasir (tanah) merupakan bahan non-biodegradable dan dapat terakumulasi di dasar instalasi
pengolahan limbah cair, maka bahan tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah.
Pemisahan butiran pasir (tanah) dapat dilakukan dengan bak pengendapan primer. Pengendapan
primer ini umumnya dirancang untuk waktu tinggal sekitar 2 jam.
Pengolahan primer hanya dapat mengurangi kandungan bahan yang mengambang atau
bahan yang dapat terendapkan oleh gaya gravitasi. Sebagian polutan limbah cair industri pangan
terdapat dalam bentuk tersuspensi dan terlarut yang relatif tidak terpengaruh oleh pengolahan primer
tersebut. Untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan polutan tersuspensi atau terlarut
diperlukan pengolahan sekunder dengan proses biologis (aerobik maupun anaerobik).
b. Pengolahan Sekunder
Pengolahan sekunder (secara biologis) pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas
mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan organik
biodegradable dan mengkonversi polutan organik tersebut menjadi karbondioksida, air dan energi
untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Oleh karena itu, sistem pengolahan limbah cair secara
biologis harus mampu memberikan kondisi yang optimum bagi mikroorganisme, sehingga
mikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik biodegradable secara optimum.
Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan agar mikroorganisme tetap aktif dan
produktif, mikroorganisme tersebut harus dipasok dengan oksigen yang cukup, cukup waktu untuk
kontak dengan polutan organik, temperatur dan komposisi medium yang sesuai. Perbandingan BOD5
: N : P juga harus seimbang. BOD5 : N : P juga = 100 : 5 : I dianggap optimum untuk proses
pengolahan limbah cair secara aerobik. Sistem pengolahan limbah cair yang dapat diterapkan untuk
pengolahan sekunder limbah cair industri pangan skala antara lain adalah sistem lumpur aktif
(activated sludge), trickling filter, Biodisc atau Rotating Biological Contactor (RBC), dan Kolam
Oksidasi.
Mikroorganisme anaerobik telah dapat juga diterapkan untuk pengolahan limbah cair dengan
kandungan padatan organik tersuspensi tinggi. Pengolahan limbah cair dengan sistem ini memiliki
berbagai keuntungan seperti rendahnya produksi lumpur (Sludge), rendahnya konsumsi energi, dan
dihasilkannya gas metana (gas bio) sebagai produk samping yang bermanfaat. Sistem anaerobik
untuk pengolahan limbah cair industri pangan skala kecil, antara lain sistem septik dan UASB (Up-
flow Anaerobic Sludge Blanket).
Pengolahan limbah secara sekunder dapat mengurangi BOD dan TSS secara signifikan,
tetapi efluen masih mengandung amonium atau nitrat, dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua bahan
ini merupakan unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik. Jika unsur nutrien ini dibuang ke perairan
(sungai atau danau), akan menyebabkan pertumbuhan biota air dan pertumbuhan yang berlebih dapat
mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air tersebut. Oleh karena itu, unsur hara tersebut
perlu dieliminasi dari efluen.
Nitrogen dalam efluen instalasi pengolahan sekunder kebanyakan dalam bentuk senyawa
amonia atau ammonium, tergantung pada nilai pH. Senyawa amonia ini bersifat toksik jika
konsentrasinva cukup tinggi. Permasalahan lain yang berkaitan dengan amonia adalah penggunaan
oksigen terlarut selama proses konversi dari amonia menjadi nitrat oleh mikroorganisme (nitfifikasi).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas efluen dibutuhkan pengolahan tambahan atau
5
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
pengolahan tersier (advanced waste waten treatment) untuk mengurangi atau menghilangkan
konsentrasi BOD, TSS dan nutrien (N, P).
c. Proses Tersier
Proses pengolahan tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah filtrasi pasir, eliminasi
nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi), dan eliminasi fosfor (secara kimia maupun biologis
Kriteria Perencanaan
Pemilihan proses pengolahan air limbah domestik yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria
diantaranya:
1) Efisiensi pengolahan dan pencapaian target hasil sesuai dengan baku mutu yang di inginkan
2) Luasan lahan yang diperlukan
3) Perawatan harus mudah dilakukan dan sederhan
Hypermarket ini sebagai kegiatan utama yang ada di dalam gedung Trans Mart, dalam
hypermarket ini kegiatan yang dilakukan lebih komplek, diantaranya ada area office, area
penjualan food & beverage, area penjualan daging dan ikan, area penjualan bakery, area
penjualan elektronik dan hand phone, area penjualan barang grocery dan sebagainya.
7
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
dibandingkan dengan sifat air limbah yang berasal dari buangan yang dihasilkan dari kegiatan
komersial.
Sistem pengolahan limbah secara aerob biologis adalah system pengembak biakan
mikroorganisme (Activated Sludge) berproduksi dan menghasilkan bio massa, dengan proses sebagai
berikut:
a. Oksidasi biologis dari bahan organik yang dinyatakan dalam BOD5 sebagai bahan makanan
untuk bakteri bio massa (penjernih).
b. Proses nitrifikasi dimana amoniak mulanya di oksidasi menjadi nitrit lalu berubah menjadi
nitrat.
c. Pengendapan Activated Sludge secara terus menerus menjadi yang komplek dan tidak
berbahaya.
d. Pengendapan dan penangkapan Activated Sludge (padatan tersuspensi) yang terdispersi di
daerah sendimen, dimana terjadi pemisahan lumpur (Activated Sludge) dikembalikan ke
aerasi untuk menjaga konsentrasi mikroorganisme dan lumpur yang berlebihan akan di
keluarkan dari proses untuk di buang.
DEEP WEL WTP
EQUALIZING TANK
AERATION TANK 1
AERATION TANK 2
SEDIMENTATION
TANK
SLUDGE TANK
CHLORINATION
8
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
Aliran Air
Aliran lumpur
Gambar 4 Tahapan-tahapan perencanaan pengolahan
a. Spesifikasi teknis
Tahap Equalisasi
Bak equalizing berfungsi sebagai penampung dalam proses awal agar kualitas air rata dan
teratur, dalam bak aliran atau flow dari air limbah yang akan masuk ke dalam tanki aerasi diatur
agar, aliran air limbah yang masuk kedalam tanki aerasi tidak terjadi over debit, selain itu juga tanki
equalizing juga bertujuan untuk menghomogenkan air limbah agar proses penguraian limbah yang
terjadi dalam aerasi tidak terlalu berat.
Menentukan kapasitas bak equalizing
Waktu tinggal : 4-8 jam
Capasitas : 50m³/hari
8
Ditetapkan waktu tinggal 8 jam, jadi volume bak yang di perlukan = hari X 50 m3 / hari = 16,7
24
m3. Asumsi debit puncak 2 kali dari debit normal jadi 16,7 x 2 = 33,4 m³.
Check Desain Bak Equalisasi
- Panjang : 2.625
- Lebar : 5.975
- Kedalaman : 2.60
- Tinggi ruang bebas : 0.575
- Volume : 40 M³
Jadi bak equalisasi memenuhi volume bak yang diperlukan.
Aeration
Didalam bak ini dilengkapi dengan air sel diffuser yang berfungsi untuk melarutkan udara
yang disuplay dari blower kedalam air untuk mengaktifkan bakteri aerob. Bak ini berfungsi sebagai
jantung dari proses pengolahan air limbah.
Luas bak biologi aerob
Waktu tinggal : 20-30 jam
Capasitas : 50m³/hari
Volume bak : Volume trik loading untuk extended aeration 0.1 – 0.3 kg BOD/ m³ .d ( 0.2 )
Jadi untuk volume bak aeration sebesar
300 mg/l =….. kg/l
300 𝑚𝑔 1000𝑙 𝑘𝑔
𝑥 𝑥
𝑙 1 𝑚³ 1000 𝑚𝑔
= 0.3 kg/ m³
0.3𝑘𝑔/𝑚³
Jadi 0.2𝑘𝑔 =1.5 d
.d
𝑚3
9
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
11
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018
ISSN 2581-2319
Bak Equalisasi
- Panjang : 2.625
- Lebar : 5.975
- Kedalaman : 2.60
- Tinggi ruang bebas : 0.575
- Volume : 40 M³
Dalam design perencanaan instalasi pengolahan air limbah system lumpur aktif sebaiknya
perlu dilakukan penambahan atau pengolahan lanjutan agar air dari hasil pengolahan bisa
dimanfaatkan kembali dan tidak terbuang dengan percuma, seperti dilakukan filtrasi agar bisa
dimanfaatkan seperti untuk kebutuhan mencuci kendaraan, menyiram tanaman dan lain sebagainya.
5. DAFTAR PUSTAKA
12
Jurnal TechLINK Vol. 2 No.2, Oktober 2018