Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Film Animasi Weathering With You Karya Makoto Shinkai
Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Film Animasi Weathering With You Karya Makoto Shinkai
Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pada Film Animasi Weathering With You Karya Makoto Shinkai
Abstract
A language is a tool used by humans to interact and communicate with other people
to convey ideas and feelings. Language is verbal and non-verbal. Of the many
animated films, the animated film Weathering With You by Makoto Shinkai has an
interesting story. This animated film, released in 2019, tells the story of a person who
leaves home and decides to live in the city of Tokyo. In this study, a qualitative
descriptive method was used. The data studied are in the form of character dialogues
contained in the animated film "Weathering With You" by Makoto Shinkai which is
then written down and translated according to the context of its use. Descriptive is a
method that is carried out by describing the events that occurred. 11 data fulfill the
elements of Illocutionary Speech Acts, namely assertive 1, directive 4, commissive 3,
expressive 3. The researcher did not find any declarative speech acts. From the
discussion above, several utterances were found in the animated film Weathering
With You which include in the category of illocutionary speech acts. The researcher
classifies the speech acts in the film into one type of illocutionary speech act. There
are four types of illocutionary speech acts found by researchers in the animated film
Weathering With You by Makoto Shinkai, namely, 1) Assertive, directive,
composite, and expressive illocutionary speech acts. In this study, no declarative
speech acts were found.
Keywords: Language, Speech acts, Film.
Abstrak
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain guna menyampaikan gagasan dan perasaan. Bahasa ada yang
verbal dan non-verbal. Dari banyaknya film animasi, film animasi Weathering With
You karya Makoto Shinkai memiliki tuturan yang menarik. Film animasi ini rilis
pada tahun 2019 ini menceritakan tentang seorang yang meninggalkan rumah lalu
memutuskan tinggal di kota TokyoDalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
kualitatif. Data yang diteliti berupa dialog-dialog tokoh yang terdapat dalam Film
Animasi “Weathering With You” karya Makoto Shinkai yang kemudian di tuliskan
dan diterjemahkan sesuai dengan konteks pengguanaanya. Deskriptif adalah metode
yang dilakukan dengan cara menguraikan peristiwa yang terjadi. Terdapat 11 data
yang mememenuhi unsur dari Tindak Tutur Ilokusi yaitu asertif ada 1, direktif 4,
komosif 3, ekspresif 3. Peneliti tidak menemukan adanya tindak tutur deklaratif
(declaration).Dari pembahasan di atas ditemukan beberapa tuturan dalam film
animasi Weathering With You yang termasuk dalam kategori tindak tutur ilokusi.
Peneliti mengklasifikasi tindak tutur yang adala dalam film tersebut menjadi satu
jenis tindak turur ilokusi. Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukam peneliti dalam
film animasi Weathering With You karya Makoto Shinkai ada empat jenis yaitu,
1)Tindak tutur ilokusi asertif, direktif, komosif, ekspresif. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan adanya tindak tutur deklaratif.
Kata kunci: Bahasa, Tindak tutur, Film.
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang sangat pesat membuat dunia hiburan khususnya
dalam bentuk film semakin maju. Hal ini tentunya didukung oleh teknologi yang
semakin canggih. Film adalah sebuah media penyampaian informasi yang berfungsi
untuk sarana hiburan (entertainment), kritikan, penyampian aspirasi. Pada era
sekarang film bukan lagi menjadi sebuah hiburan yang mahal atau hanya dapat
dinikmati oleh kalangan bangsawan atau orang dengan ekonomi tingkat atas saja.
Semua manusia dari segala penjuru dunia dapat menikmati film dari berbagai tempat,
entah bioskop (seperti Empire XXI, Sinema21, Premier,) palatform digital seperti
(Netflix, Iflix, Iqiyi) yang tersebar melalui jejaring internet.
Animasi adalah sebuah gambar bergerak. Animasi pertama kali dibuat pada
tahun 1756 oleh Fady Saeed dari Mesir. Alat animasi sederhana ditemukan antara
abad ke-17 dan ke-19 sebelum munculnya proyektor film. . Sejarah film animasi
dimulai pada tahun 1890 ketika Charles-Émile Reynaud, penemu Praxinoscope,
memamerkan film animasi pertamanya dengan rotasi 500 gambar di Musée Grévin di
Paris, Prancis. Animasi memiliki beberapa jenis yaitu animasi 2 dimensi (2D), 3
dimensi (3D) dan kini juga telah ada 4 dimensi (4D). Adanya sebuah dialog dalam
sebuah film membuatnya menjadi menarik untuk di saksikan. Dialog adalah sebuah
kegiatan berbahasa yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur secara sistematis.
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain guna menyampaikan gagasan dan perasaan. Terdapat dua jenis
bahasa, yaitu verbal dan non-verbal. Knapp & Hall (2002) mengatakan komunikasi
verbal dan nonverbal merupakan komunikasi secara umum. Darn (2001)
mengungkapkan bahwa ada beberapa unsur utama pembangun komunikasi non-
verbal seperti kontak mata, ekspresi (mimik), gestur, bahasa tubuh, kedekatan, unsur
vokal dan humor. Dapat disimpulkan bahwa bahasa verbal adalah bahasa yang
diungkapkan atau disampaikan melalui aspek kebahasaan dan bahasa non-verbal
adalah bahasa yang disampaikan melalui aspek non-linguistik. Aspek linguistik
seperti bunyi, kata, kalimat, dan makna kemudian aspek non-linguistik seperti gerak
mata, bahasa tubuh, dan lain-lain sama pentingnya saat mencoba memahami suatu
bahasa. Maka, jika bahasa itu diucapkan dalam bentuk verbal dan nonverbal
(combine) itu akan jauh lebih menarik dan mudah dipahami.
Dari banyaknya film animasi, film animasi Weathering With You karya
Makoto Shinkai memiliki tuturan yang menarik. Film animasi ini rilis pada tahun
2019 ini menceritakan tentang seorang bernama Hodaka yang meninggalkan rumah
lalu memutuskan tinggal di kota Tokyo. Dalam perjalananya dia bertemu dengan
Keisuke, Natsumi, Hina yang seorang gadis hujan, dan Nagi. Bahasa menjadi salah
satu unsur pembangun dari karya sastra yang berupa film ini. Untuk melihat
bagaimana bahasa dalam Weathering With You ditulis, penulis menggunakan
pragmatik sebagai pisau bedah, karena tuturan dalam film ini terlepas dari konteks
yang melingkupinya. Pragmatik adalah kajian linguistik yang mengkaji makna yang
diperoleh dari hubungan antara teks dan konteks (language and language context).
Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dalam hubungannya dengan situasi
tutur (Leech 2011). Dardjawidjojo (2005) mengatakan bahwa pragmatik adalah
disiplin ilmu yang mengkaji makna dan dikaitkan dengan konteks. Levnison (2021)
bahwa pragmatik ialah studi yang mengkaji hubungan bahasa dengan konteksnya
yang merupakan dasar penentuan dari pemahamannya.
Dalam pragmatik terdapat kajian yang disebut dengan tindak tutur. Tindak
tutur adalah sebuah kegiatan pengujaran atau pengungkapan kata agar maksud dan
tujuan penutur dapat dipahami oleh lawan tutur. Leoni, (2010) mengatakan bahwa
peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Maka dapat disimpulkan bahwa,
peristiwa tutur terjadi di tempat dan waktu tertentu, serta dapat diamati. Tindak tutur
adalah cara yang digunakan orang untuk mengkomunikasikan perasaan dan
pikirannya. Mereka bersifat individual, dan bergantung pada cara seseorang berbicara
dalam situasi tertentu. Austin, (1962) membagi tindak tutur menjadi tiga jenis: Lokusi
(The act of saying something), Ilokusi (The act of doing something), dan Perlokusi
(The act of affection someone). Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur dalam bentuk
kalimat yang memiliki makna dan dapat dipahami mengacu pada makna harfiah dan
linguistik. Searle (1969) menyebutkan lokusi merupakan tindak bahasa preposisi.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berkaitan dengan kalimat performative
sehingga ada kemungkinan akan mendapatkan makna berbeda bila di dengarkan oleh
orang yang berbeda. Tindak tutur perlokusi adalah hal-hal yang terjadi sebagai akibat
dari kata-kata yang kita ucapkan. Ini sesuai dengan Austin, (1962) ia mengatakan
bahwa Tindak tutur perlokusi adalah hasil dari tuturan yang kita ujarkan.
Alasan dipilihnya kajian pragmatik sebagai landasan teori penelitian ini
adalah karena, setelah membaca dan memahami pragmatik secara menyeluruh terkait
dengan tema kajian, peneliti berkeyakinan bahwa pragmatik mengeksplorasi
bagaimana manusia memanfaatkan bahasa untuk berkomunikasi dan memahami satu
sama lain. Selain itu, peneliti telah memilih untuk menggunakan teori tindak tutur
sebagai instrumen penelitian dalam penelitian ini karena adanya dialog yang
mengandung tindak tutur ilokusi yang signifikan antara karakter dalam film animasi
Weathering With You, karena bahasa berfungsi sebagai sarana interaksi dan interaksi.
komunikasi. Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi dalam film animasi Weathering
With You karya Makoto Shinkai. Data berupa dialog dalam film dikumpulkan dan
diklasifikasikan berdasarkan tindak tutur ilokusi. Menganalisis tindak tutur dalam
dialog film Weathering With You karya Makoto Shinkai akan meningkatkan
kreativitas dan inovasi guru dan siswa sehingga mampu mempelajari naskah drama
secara efektif. Penelitian ini didasarkan pada teori Searle (1969). Dengan demikian,
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apa saja macam-macam dan
fungsi tindak ilokusi dalam dialog film Ada Cinta di SMA karya Patrick Effendy?; 2)
Apa implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA?
KAJIAN LITERATUR
A. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang bahasa dari sudut pandang fungsional, yang
berarti bahwa pragmatik berupaya menjelaskan berbagai aspek struktur linguistik
dengan mengacu pada tekanan dan penyebab non-linguistik. (Levinson, 1983:7).
Pragmatik, dalam kata lain, merupakan bidang penelitian dalam linguistik yang
memfokuskan pada penggunaan bahasa oleh individu pembicara yang maknanya
tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. (Lutfiyani, Purwanto, & Anwar, 2021:271).
Pragmatik memperhatikan bagaimana bahasa digunakan untuk mencapai
tujuan komunikatif, memengaruhi perilaku sosial, dan berhubungan dengan konteks
sosial dan budaya. Dalam konteks ini, pragmatik tidak hanya mempelajari struktur
linguistik, tetapi juga memerhatikan tekanan dan penyebab non-linguistik yang
memengaruhi penggunaan bahasa.
Pendekatan pragmatis melihat bahasa sebagai alat komunikasi yang
digunakan individu dalam interaksi sosial. Bahasa dalam pragmatik tidak dipahami
hanya sebagai sistem formal yang terdiri dari aturan-aturan gramatikal dan kosa kata,
tetapi sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikatif. Pragmatik
menekankan bahwa makna dalam bahasa tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, dan
pemahaman pesan bergantung pada faktor-faktor seperti latar belakang penutur,
tujuan komunikasi, pengetahuan bersama, dan konteks situasional.
Pragmatik juga mempelajari aspek-aspek lain dalam penggunaan bahasa,
seperti implikatur, kesantunan berbahasa, tindak tutur, referensi, dan makna terkait.
Implikatur adalah pemahaman yang dihasilkan dari ungkapan yang melebihi arti
literal kata-kata yang digunakan. Kesantunan berbahasa melibatkan norma-norma
sosial yang mengatur cara berbicara yang sopan dan sesuai dengan konteks. Tindak
tutur merujuk pada tindakan yang dilakukan melalui ucapan, seperti permintaan, janji,
atau permohonan. Referensi berkaitan dengan cara kita menggunakan bahasa untuk
merujuk pada objek, orang, atau konsep tertentu. Makna terkait mencakup bagaimana
makna suatu ungkapan dipengaruhi oleh konteks dan hubungannya dengan unsur
bahasa lain dalam wacana.
Dalam keseluruhan, pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan
secara efektif dalam interaksi sosial. Pragmatik membantu menjelaskan mengapa
orang menggunakan bahasa dengan cara tertentu, bagaimana makna dibangun dalam
konteks komunikasi, dan bagaimana unsur-unsur non-linguistik memengaruhi
pemahaman pesan. Dengan memahami pragmatik, kita dapat memahami lebih baik
bagaimana bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi secara
efektif dalam komunikasi manusia.
B. Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur ilokusi adalah konsep yang diperkenalkan dalam bidang
pragmatik oleh ahli linguistik J.L. Austin pada tahun 1962 dan dikembangkan lebih
lanjut oleh ahli pragmatik Searle pada tahun 1969. Tindak tutur ilokusi merujuk pada
tujuan atau maksud yang terkandung dalam suatu pernyataan atau tuturan.
Menurut Austin, ketika seseorang berbicara, mereka tidak hanya
menyampaikan informasi secara literal, tetapi juga melakukan suatu tindakan.
Misalnya, ketika seseorang mengucapkan "Saya janji akan datang besok," mereka
tidak hanya memberikan informasi tentang niat mereka, tetapi juga melakukan
tindakan perjanjian.
Searle kemudian mengembangkan konsep tersebut dan mengidentifikasi
beberapa jenis tindak tutur ilokusi, antara lain:
1. Pernyataan (assertive): Melakukan tindakan menyatakan fakta atau kebenaran
tentang sesuatu. Contoh: "Saya pikir ini adalah ide yang baik."
2. Perintah (directive): Melakukan tindakan memerintah atau mengajukan permintaan
kepada pendengar. Contoh: "Tolong tutup pintu."
3. Ajakan (commissive): Melakukan tindakan berkomitmen untuk melakukan sesuatu
di masa depan. Contoh: "Saya akan membantu Anda mengerjakan proyek itu."
4. Larangan (prohibitive): Melakukan tindakan melarang atau menghentikan
seseorang melakukan sesuatu. Contoh: "Jangan sentuh itu!"
5. Pertanyaan (question): Melakukan tindakan mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi atau jawaban dari pendengar. Contoh: "Kamu sudah makan?"
Dalam tindak tutur ilokusi, penting untuk memahami bahwa maksud atau
tujuan sebenarnya tidak selalu sejalan dengan makna literal kata-kata yang
digunakan. Konteks, ekspresi wajah, intonasi, dan faktor lainnya juga berperan
penting dalam memahami tindak tutur ilokusi.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Frandika dan
Indawati pada tahun 2020. Penelitian mereka berfokus pada dua hal: mengidentifikasi
bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi dalam film pendek “Tilik (2018)” (meliputi
deklaratif, imperatif, dan interogatif) dan mengidentifikasi jenis tindak tutur ilokusi
yang ditemukan (meliputi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif). Kedua
penelitian tersebut menggunakan teori tindak lanjut dan studi pragmatis, namun
penelitian ini lebih menekankan pada jenis dan fungsi.
Penelitian relevan lainnya dengan penelitian ini adalah karya Widyaningsih
dengan judul “Analisi Tindak Tutur Ilokusi Dalam Film Ada Cinta Di SMA Sutradara
Patrick Effendy” (2021). Penelitian ini mendeskripsikan 5 jenis tindak tutur ilokusi
yaitu representative, directive, commissioned, expressive dan deklaratif dengan 15
tanggal, yang kemudian diterapkan pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
juga di SMA kelas XI. dapatkan selama semester dari kurikulum
2013. Persamaannya dengan penelitian ini adalah terdapat pada teori dan kajian yang
digunakan. Kemudian perbedaannya dengan penelitian ini adalah adanya
implementasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA kelas XI
semester genap kurikulum 2013 dan juga dan juga penelitian ini hanya focus terhadap
jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi.
Penelitian lain yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah “Tindak
Tutur Ilokusi Dalam Dialog Film Animasi Sallahuddin Al-Ayubi” yang ditulis oleh
Primadani pada tahun 2021. Penelitian ini memaparkan ada 4 jenis tindak tutur
ilokusi yang terdiri dari ilokusi direktif ditandai dengan kalimat “lawan aku wahai
pengecut!” , asertif ditandai dengan kalimat “kau tak akan bisa menyentukhku
selamanya”, komisif ditandai dengan kalimat “pulanglah sebelum aku laporkan kamu
pada ayahmu”, dan ekspresif ditandai dengan kalimat “engkau membuat malu
keluaraga”. Persamaannya dengan penelitian ini adalah terdapat pada teori dan kajian
yang digunakan. Perbedaannya ada pada judul film animasi yang dibahas.
Pada tahun 2022, Putri dan Rosalina melakukan penelitian berjudul “Analisis
Tindak Tutur Ilokusi dalam Dialog Film Animasi Nussa Episode Nussa: Belajar
Menjual”. Kajian ini menggali berbagai tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam
dialog film tersebut, yaitu tindak tutur asertif, direktif, dan ekspresif. Sementara
penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya dalam hal teori dan
metodologi yang digunakan, perbedaannya adalah tidak mengeksplorasi fungsi dari
tindak tutur tersebut.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada banyak hal yang
dapat dibahas menegnai sebuah tindak turur ilokusi dalam sebuah percakapan atau
dialog pada sebuah karya seni berupa film baik film live action (yang diperankan oleh
manusia) ataupun animasi atau gambar bergerak. Dri beberapa penelitian diatas
banyak yang memiliki kesamaan dalam dasar teori dan metodologi dan perbedaan
dari beberapa penelitian ini adalah perbedaan animasi yang dibahas, perbedaan focus
kajian, dan perbedaan mengenai output atau keluaran pada implementasinya dalam
dunia pendidikan sekolah.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis dan pendekatan dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
kualitatif. Hal ini dikarenakan sesuai dengan data yang diteliti berupa dialog-dialog
tokoh yang terdapat dalam Film Animasi “Weathering With You” karya Makoto
Shinkai yang kemudian di tuliskan dan diterjemahkan sesuai dengan konteks
pengguanaanya. Deskriptik adalah metode yang dilakukan dengan cara menguraikan
peristiwa yang terjadi. Sujana, Ibrahim (1989: 65) menjelaskan bahwa deskriptif
kualitatif berupaya untuk menguraikan, mengumpulkan, peristiwa, gejala, atau
kejadian yang terjadi sekarang.
B. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi tentang penelitian terkait disebut sumber data. Hal ini sesuai dengan Ratna
2012: 47) Sumber data terkait dengan subjek penelitian darimana data diperoleh.
Sumber data penelitian ini adalah tuturan atau dialog dalan film animasi Weathering
With You karya Makoto Shinkai.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah simak. Menyimak
pengguanaan bahasa dalam bentuk lisan dan tulisan. Di dalam penelitian ini
digunakan tiga tahapan teknik oleh penulis yaitu 1) teknik sadap dilakukan dengan
melakukan penulisan terhadap data yang ada pada film; 2) teknik catat dilakukan
dengan mengumpulkan, mencatat, dan menghimpun data; 3) teknik pilih dilakukan
dengan memilih data yang telah di dapatkan, kriteria pemilihannya disesuaikan
dengan teori yang di gunakan penulis.
Pada kutipan nomor 1, dapat dikatakan sebagai tindak tutur ilokusi direktif
dengan kategori meminta. Hal ini dikarenakan maksud dari tururan ini adalah
meminta Hodaka untuk pulang kerumahnya dan pergi dari Tokyo. Keisuke yang
mengatakan hal ini kepada Hodaka adalah juga meminta agar Hodaka tidak kembali
ke Kantor dikarenakan rasa takut Keisuke bahwa kembalinya Hodaka ke kantor akan
merusaknama baiknya sehingga dia tidak dapat mendapatkan hak asuh anak atas
putrinya.
4. “Jangan khawatir anak muda, dunia memang sudah gila sejak awal.”
(01:43:22).
Pada kutipan nomor 1, terdapat kata “Jika butuh bantuan….” Kata “jika”
dapat difungsikan sebagai kata untuk menjelaskan mengenai apa yang belum terjadi.
Konteks dari tuturan tersebut adalah ketika Hodaka bertemu dengan Keisuke
kemudian mengalami beberapa kejadian, Keisuke menawarkan bantuan jika hodaka
membutuhkannya sebelum mereka berpisah. Maka dapat disimpulkan bahwa kutipan
tersebut termasuk kedalam jenis tindak tutur ilokusi komosif.
2. “Jika tuhan itu memang ada, aku mohon kepadamu. Ini sudah lebih
dari cukup. Kami baik-baik saja. Kami akan melakukan sesuatu. Jadi,
jangan memberi kami apapun lagi dan jangan ambil apapun lagi dari
kami. “Tuhan, aku mohon, izinkan kami tetap seperti ini
selamanya” (01:10:57)
3. Hina-san, mari kita berjanji kita akan selalu bersama. Aku akan
bekerja keras, aku akan mencari nafkah” (01:13:15)
Kalimat ke 3, terdapat kata “Janji”, maka kalimat pada kutipan ini termasuk
kedalam ungkapan janji. Pada kutipan kalimat ini jika dilihat dari kalimat “Hina-san,
mari kita berjanji kita akan selalu bersama” adalah sebuah ajakan Hodaka pada Hina
untuk mengajaknya mengucapkan janji. Tapi disusul dengan kalimat berikutnya yaitu
“Aku akan bekerja keras, aku akan mencari nafkah” maka kutipan tersebut
makananya juga menjadi ungkapan janji dari seorang Hodaka kepada Hina.
Kalimat dalam kutipan nomor 1, 2, dan 3 dapat digolongkan sebagai tuturan
ilokusi jenis komosif, dikarenakan dalam kuripan tersebut memiliki makna sebagai
kalimat satu adalah kalimat yang memberikan penawaran “Jika butuh bantuan
hubungi aku”. Kalimat kedua adalah kalimat yang berupa merapal atau membaca doa
kepada tuhan “Jika tuhan itu memang ada, aku mohon kepadamu”, “tuhan aku
mohon, izinkan kami tetap seperti ini selamanya”. Dan kalimat yang ketiga adalah
sebuah kalimat yang berupa perjanjian atau berjanji “mari kita berjanji kita akan
selalu bersama”. Dari ketiga kutipan kalimat tersebut terjadi keterikatan antara
sipenutur dengan lawan tururnya dengan kejadian yang akan datang.
d) Tindak tutur ilokusi ekspresif
Tindak tutur ilokusi ekspresif mengacu pada tindak tutur yang berfungsi untuk
mengekspresikan atau menunjukkan sikap emosional atau psikologis pembicara
terhadap suatu situasi. Ini mungkin termasuk memuji, berterima kasih, meminta maaf.
1. “Rambutmu dibuat ikal? Cocok sekali. Terlihat imut” (12:23)
diucapkan oleh Nagi.
Dalam kutipan nomor 3 terdapat kata “Maaf, aku” yang diucapkan penutur
kepada lawan tutur yang merupakan kalimat yang dapat dikategorikan sebagai tindak
tutur ekspresif karena mengekspresikan perasaan bersalahnya terhadap lawan tutur.
Kutipan tersebut termasuk dalam kategori meminta maaf karena pada konteksnya,
Hodaka meminta maaf dengan kondisi terkejut dan sedikit panik kepada Natsumi
karena tidak sengaja membangunkan Natsumi yang sedang tertidur di sofa kantor.
Kalimat dalam kutipan nomor 1, 2, dan 3 dapat dikategorikan sebagai tindak
tutur ilokusi ekspresif karena dalam dialog tersebut sipenutur mengekspresikan
perasaanya dalam bentuk pujian, terimakasih, dan meminta maaf terhadap lawan
tuturnya.
Dalam penelitian terhadap tidak tutur ilokusi pada Film Animasi Weathering
With You karya Makoto Shinkai, peneliti tidak menemukan adanya tindak tutur
deklaratif (declaration). Tindak tutur deklarasi adalah ketika seorang penutur
bermaksud untuk menciptakan sesuatu yang baru, seperti status atau kondisi.
Simpulan
Dari pembahasan di atas ditemukan beberapa tuturan dalam film animasi
Weathering With You yang termasuk dalam kategori tindak tutur ilokusi. Peneliti
mengklasifikasi tindak tutur yang adala dalam film tersebut menjadi satu jenis tindak
turur ilokusi. Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukam peneliti dalam film animasi
Weathering With You karya Makoto Shinkai ada empat jenis yaitu, 1)Tindak tutur
ilokusi asertif, direktif, komosif, ekspresif. Dalam penelitian ini tidak ditemukan
adanya tindak tutur deklaratif.
Hasil penelitian ini, dapat digunakan pendidik sebagai bahan pembelajaran
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas XI, yakni menulis naskah drama,
khususnya pada makna tuturan dalam dialog film animasi Weathering With You yang
dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
mampu memahami jenis dan fungsi tuturan ilokusi dalam dialog film animasi
Weathering With You secara cermat. Penulis berharap peserta didik mengetahui cara
bertindak tutur dengan baik. Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi
penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menambah wawasan khususnya
mengenai analisis tindak tutur ilokusi pada film. Jadi, hasil dari penelitian jenis dan
fungsi tindak tutur ilokusi dalam dialog film animasi Weathering With You dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai alternatif
bahan ajar di SMA.
Daftar Pustaka
Austin, J. L. (1962). How do to Things with Words. Oxford: The Clarendon Press.
Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Darn, Steve. 2001. Aspect of Non Verbal Communication. Izmir University of
Economics School of Foreign Languages.
Frandika, E., & Idawati. (2020). Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Pendek “ Tilik (
2018).” Pena Literasi, 3(2), 62–69.
Knapp, M. L., & Hall, J. A (2002). Non Verbal Comunication in Human Interaction.
Crawfordville, IN: Thomson Learning.
Leech, Geoffery. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Oka.
1993. Jakarya: Universitas Indonesia (UI-Press).
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Primadani. (2021) “Tindak Tutur Ilokusi Dalam Dialog Film Animasi Sallahuddin
Al-Ayubi”. Diwan: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 17(1), 1-13.
Putri, Rosalina. (2022). Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Dialog Film Animasi
Nussa Episode Nussa: Belajar Menjual. Bahtera Indonesia, 7(2), 338-347.
Sujana, Nana. & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Widyaningsih (2021) “Analisi Tindak Tutur Ilokusi Dalam Film Ada Cinta Di SMA
Sutradara Patrick Effendy”. Tabasa: Jurnal Bahasa Sastra Indonesia dan
Pengajarannya 2(2), 131-156.