0% found this document useful (0 votes)
13 views18 pages

5079 15744 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 18

TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman p-ISSN: 2442-7004

Web: jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/TZ/ e-ISSN : 2460-609x


Vol. 08 No. 1 Juni 2022

Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan di


Indonesia: Tinjauan Ekonomi Syariah

Rukiah*1, Ulan Dari Daulay2


Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan1,2
Email: [email protected]*1 , [email protected]

Abstract
Poverty alleviation efforts are continuously being carried out by every
country in the world, especially Indonesia. Various programs and
policies have been implemented by the government as an intermediary
in overcoming this problem with various fiscal policy issues in the
form of fuel increases, taxes, external debt and APBN budget
predictions where these policies are considered bad for the community
because they are not targeted and is uneven. The purpose of this study
is to analyze the role of tax policy in alleviating poverty in Indonesia
based on an economic review of Sharia. This study uses a Content
Analysis through a qualitative approach. The conclusion of this study
is that the measures implemented by the government to alleviate
poverty have not been optimal. Islam find the solution to less poverty
trought zakat instrument. Islamic teachings lay the fundamental
foundation for people's socio-economic growth and development
through the concept of zakat, hence it is not wrong that the
government considers zakat policy as one of the efforts to alleviate the
poverty problem in Indonesia. As for the zakat policy in this matter,
one of them is productive zakat in the form of capital and education for
Small and Medium Enterprises and optimize the role of Amil Zakat
Institution for the benefit of the Ummah.
Keywords: fiscal policy, poverty, zakat

Abstrak
Upaya pengentasan kemiskinan terus dilakukan oleh setiap negara di
dunia khususnya di Indonesia. Berbagai program dan kebijakan telah
di lakukan oleh pemerintah selaku fasilitator dalam mengatasi
permasalahan ini dengan berbagai isu-isu kebijakan fiskal berupa
Kenaikan BBM, Pajak, utang luar negeri, dan prediksi anggaran APBN,
dimana kebijakan ini dianggap belum mencapai sasaran untuk
mengurangi kemiskinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis peran kebijakan fiskal dalam mengentaskan kemiskinan
di Indosesia berdasarkan tinjauan ekonomi syariah. Penelitian ini
menggunakan metode Content analysis, melalui pendekatan
kualitatif. Hasil dari studi kebijakan fiskal yang dilakukan,

73
74 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

pemerintah belum maksimal dalam mengentaskan kemiskinan. Islam


memberi solusi dalam mengahadapi permasalahan kemiskinan. Islam
melalui konsep zakat memberikan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan sosial ekonomi dan pemerataan, pemerintah dapat
mengoptimalkan perannya dalam pemanfaatan zakat untuk
mengurangi kemiskinan di Indonesia. Terutama intrumen zakat
produkstif melalui pemberdayaan usaha kecil menegah dan
pendampingan usaha dan memaksimalkan peran pengelolaan
BAZNAS untuk tujuan kemaslahatan ummat.
Kata Kunci: kebijakan fiskal; kemiskinan; zakat

PENDAHULUAN
Kemiskinan hingga saat ini masih tetap menjadi permasalahan yang
krusial yang belum dapat dituntaskan oleh negara-negara berkembang
khususnya Indonesia. Fenomena kemiskinan sendiri telah menjadi sejarah
panjang yang terjadi di masyarakat yang berdampak pada rendahnya tingkat
pendidikan anak-anak, pengangguran, ketidak merataan pembangunan,
kriminalitas, dan lainnya.
Bertumpu pada data Badan Pusat Statistik Indonesia (2020) tingkat
kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, baik dari jumlah maupun
persentase, perkecualian pada september 2013, Maret 2015, dan Maret 2020.
Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut dipicu
oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga
bahan bakar minyak dan karena adanya pandemi Covid-19 pda Maret 2020.
Gambar 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2006-Maret 2020

Sumber : BPS yang diolah dari survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 75
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

Jika diperhatikan pada grafik di atas maka terlihat jumlah penduduk


miskin di Indonesia pada Maret 2020 mencapai 26,42 juta orang. Dibandingkan
September 2019, jumlah penduduk miskin meningkat 1,63 juta orang. Sementara
jika dibandingkan dengan Maret 2019, jumlah penduduk miskin meningkat
sebanyak 1,28 juta orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2020 tercatat
sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan
meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019.
Meskipun secara umum pada grafik tersebut di atas terjadi penurunan
kemiskinan namun Kesenjangan distribusi pendapatan, kesejahteraan, dan
kemiskinan sekali lagi menarik perhatian banyak pihak, seperti perencana
pembangunan, peneliti sosial, politisi, dan warga negara secara meluas.
Fenomena-fenomena kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang terjadi tidak paralel secara langsung dengan adanya perluasan
pekerjaan serra penurunan angka kemiskinan. Jadi, kebijakan ekonomi haruslah
didesain kembali lebih kepada pro pertumbuhan, pro kesetaraan, pro lowongan
kerja, dan pro kemiskinan
Berbagai program-program strategi, hingga kebijakan telah dianalisis,
direncanakan, hingga kemudian oleh pemerintah dengan upaya menentaskan
kemiskinan dengan kebijakan fiskal. Lisna et al (2013) menyebutkan pada
penelitiannya bahwa dampak paling besar dalam menurunkan kemiskinan
bersumber dari peningkatan kapasitas fiskal dari pajak daerah dan bagi hasil
pajak teruma dari rumah tangga pertanian yang mendominasi jumlah penduduk
miskin di Indonesia. Selanjutnya jika dikaitkan dengan anggaran APBN Fitri dan
Kalauge dalam Ridlo & Muthohar (2020) menyatakan pada penelitiannya bahwa
Anggaran APBN dapat membantu mengentaskan kemiskinan melalui sektor
kesehatan. Dimana anggaran pendidikan dan kesehatan tahun 2017 Indonesia
masih sanggup menganggarkan 20% dan 5% masing-masing untuk pendidikan
dan kesehatan dari keseluruhan APBN (http://www.kemenkeu.go.id, 2017). Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Lubis (2020) menyatakan bahwa “These amouse
will also impact on the ability of the region to optimize it, given thas fiscal plicy has also
entered into regional autonomy” atau “besarnya anggaran ini juga akan berimbas
pada kemampuan daerah untuk mengoptimalkannya, mengingat kebijakan
fiskal juga sudah masuk pada otonomi Daerah”
Kemudian pemerintah dengan menjabatnya Presiden Joko Widodo (2017)
menyebutkan program Nawacita sebagai program dalam penentasan
76 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

kemiskinan diantaranya : 1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan


memperkuat daerah-daerah dalam kerangka negara kesatuan. 2. Melalui
program Indonesia pintar dengan wajib belajar 12 tahun bebasa pungutan dan
program Indonesia sehat dengan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Namun faktanya kebijakan serta program yang dilakukan pemerintah
nyaranya belum merata dan belum dirasakan dampaknya secara optimal oleh
masyarakat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawoto (2008)
bahwa “program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak
dilaksankan di berbagai negara. Stategi pembangunan yang dikembangkan
bangsa Indonesia selama ini adalah bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi
yang tinggi yang tidak diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan pada
semua golongan masyarakat sehingga terjadi trade off antara pertumbuhan dan
pemerataan”. Kemudian Kementrian Keuangan RI ditjen Anggaran kebijakan
fiskal 2008 juga menyebutkan fokus sasaran dalam menanggulangi kemiskinan
adalah meningkatkan pendapatan secara merata dan memberikan akses yang
lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, air
bersih, dan kebutuhan dasar lainnya” dimana APBN dan Pajak belum mampu
mengenaskan kemiskinan yang terjadi di Indonesia saat ini.
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke 4
dan 80 % merupakan penduduk bergama islam tentu merupakan potensi yang
besar untuk pembangunan. Islam memiiliki konsep dalam mengatur dan
mengentaskan kemiskinan. Melalui pemberdayaan intumen ziswaf (zakat, infaq,
sadaqoh, waqaf. Potensi yang paling besar saat ini adalah potensi zakat dan
waqaf.
Perintah zakat termaktum di dalam rukun islam kelima, hal ini
diwajibkan bagi seseorang yang mampu. Sedangkan secara yuridis formal zakat
diatur dalam UU Nomor 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan tujuan
membantu golongan fakir dan miskin, untuk mendorong terlaksananya undang-
undang ini pemerintah memfasilitasinya melalui BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional) dan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang memiliki tugas untuk
mengelola zakat, infaq, dan sedekah.
Diperlukan pengelolaan zakat yang amanah, transparan, profesional, dan
juga adil.Islam menyadari pentingnya pemerataan guna menciptakan keadilan
kepada seluruh masyarakat dengan menggunakan istrumen zakat. Peryataan ini
didukung oleh Dzikrulloh & Permata (2018) bahwa zakat memiliki potensii
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 77
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument pemerataan


pendapatan di Indonesia. Safitri (2017) berpendapat bahwa apabila penerapan
zakat tepat dan benar serta menyeluruh tentu akan memiliki peran yang esensial
dalam tarbiyah ruhiyah, yang kemudian akan merealisasikan keadilan sosial dan
melahirkan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan pesat. Potensi zakat dan
waqaf yang sangat besar sebenarnya bisa dimaksimalkan fungsinya dalam
pembangunan, dengan peran lembaga-lembaga zakat untuk memetakan
permasalahan kemiskinan di Indonesia, dan melakukan manajemen zakat
dengan baik.
Namun, tidak dapat dipungkiri persoalan dualisme antara zakat dan
pajak tidak dapat dipersatukan karena para ulama fiqih berpendapat bahwa
zakat merupakan kewajiban spiritual seorang muslim kepada tuhannya, berbeda
dengan pajak yang merupakan kewajiban masyarakat kepada negara, akan
tetapi dengan adanya zakat diharapkan pemerintah dan lembaga–lembaga amil
zakat dapat mengupayakan agar sistem fiskal Indonesia sedikit banyaknya tidak
mengandalkan utang dan dapat mengoptimalkan zakat untuk pembangunan
(Gampito, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas penelitii bermaksud untuk membahas
mengenai peran kebijakan fiskal dalam menentaskan kemiskinan di Indonesia
berdasarkan perspektif ekonomi syariah.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif melalui
pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan desain library studies (studi
pustaka) yang bersumber dari buku, jurnal, artikel, dan majalah dimana penulis
melakukan penelusuran terhdap literature kemudian melakukan penelaahan
mengenai peran kebijakan fiskal dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia
berdasarkan perspektif ekonomi syarih yang berkaitan dengan zakat dalam
upaya menentaskan kemiskinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kebijakan Fiskal di Indonesia dalam menentaskan Kemiskinan
Pertumbuhan indonesia dari generasi ke generasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang yang berbeda. Jika dilihat dari segi infrastruktur
pembangunan tentu sudah jauh berbeda seiring dengan perkembangan zaman
78 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

dan teknologi. Namun, kemiskinan masih saja menjadi problematika yang


memprihatinkan bagi Indonesia.
Menurut Kuncoro dalam Ismail et al (2018) bahwa terjadinya kemiskinan
disebabkan karena tiga hal , yaitu : ketidaksamaan pola kepemilikan sumber
daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, perbedaan kualitas
sumber daya manusia, produktivitas yang rendah, upah (wages) rendah serta
perbedaan akses dan modal menunjukkan menunjukkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang renadah .Dimana, ketiga penyebab kemiskinan tersebut
bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty)
Rendahnya tingkat produktivitas diakibatkan karena adanya
keterbelakangan,ketertinggalan, dan ketidaksempurnaan pasar sehingga
berdampak pada rendahnya pendapatan yang akan berimplikasi pada
rendahnya hubungan dan investasi . berdasarkan logika berpikir yang
dikemukakan Nurkse dikutip pada Kuncoro, bahwa negara miskin itu miskin
karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor)
Setidaknya Fathurrahman (2012) menyebutkan ada 3 issue yang dibahas
dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kebijakan fiskal yang kemudian di
kembangkan, yaitu :
1. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
Yang menjadi tonggak permasalahan disini adalah tidak terjadinya
prinsip keadilan yang didukung oleh data Kementrian Enerdi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) bahwa subsidi BBM tahun 2010 sebesar 181 % terhadap
subsidi BBM tahun 2009. Volume BBM bersubsidi tahun 2010 mencapai 38,2
juta kiloliter (kl) hal tersebut tentu melampaui kuota APBN yang sebesar 36,5
juta kl. Selanjutnya premium merupakan jenis BBM terbanyak, yaitu sekitar
60% atau 23,11 kl. Kemudian pada tahun 2009 realisasi BBM disubsidi sebesar
37,7 kl. Penggunaan terbesar pada subsidi itu adalah transportasi darat , yakni
89 % atau 32,48 juta kl. Konsumsi premium pada sektor transportasi darat
didominasi mobil pribadi, yakni 53 % atau 13,3 juta kl. Buana (2013)
dominannya konsumsi premium pada sektor menyebutkan transportasi darat
oleh kendaraan pribadi dinilai banyak pihak, termasuk pemerintah,
merupakan kenyataan yang tidak mencerminkan keadilan. Padahal
kenyataanya yang membeli BBM bukan hanya dari kalangan kelas atas
namun dari berbagai golongan masyarakat. berdasarkan keadaan ini maka
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 79
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

penyebab ketimpangan ekonomi menjadi buruk yang menyebabkan


ketidakadilan bagi masyarakat.
Hia (2019) menyebutkan dampak kenaikan BBM terhadap kemiskinan
sangat tergantung terhadap kenaikan harga BBM terhdap inflasi . inflasi akan
mendorong peningkatan garis kemiskinan. Jika inflasi yang ditimbulkan oleh
kenaikan BBM khususnya inflasi bahan makanan cukup tinggi maka dampak
kenaikan BBM terhdap kemiskinan juga tinggi.
2. Utang Luar Negeri
Asumsi mengenai semakin besar utang maka akan semakin besar
bunga tentunya akan berdampak dengan menumpuknya bunga sehingga
utang semakin banyak dan tentu akan meningkatkan beban rakyat dimana
pemerintah akan menarik pajak lebih besar untuk menutupi utang. Badan
Pusat Statistik Indonesia (2017) menyebutkan utang merupakan kebijakan
fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN
mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo (debt
refinancing). Dengan kenaikan pajak tentu meningkatkan harga-harga barang
produksi. Kementrian keuangan mencatat total Utang Luar Negeri (ULN)
Indonesia pada akhir triwulan IV 2020 tercatat sebesar 417,5 miliar dolar AS,
terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 209,2
miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 208,3
miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia pada akhir
triwulan IV 2020 tumbuh sebesar 3,5% (yoy), menurun dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Adapun yang
menjadi penyebab dari perlambatan ULN dikarenakan adanya perlambatan
pertumbuhan ULN swasta yang terjadi.
Jika ditelaah , Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi sebelum terjadinya krisis moneter 1998 dimana saat itu
pemerintah memprioritaskan pembangunan ekonomi secara nasional.
Tercatat sejak akhir tahun 1970-an pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu
positif, namun tingkat pendapatan perkapita rendah yang menyebabkan tidak
tercapainya target sehingga dibutuhkan modal asing.
Berdasarkan data BPS menyebutkan bahwa selama kurun waktu 1984-
1998 pinjaman luar negeri pemerintah rata-rat menyumbangkan 19,25 % pada
sektor penerimaan APBN. Bahkan pada tahun anggaran 199/1998, dari total
realisasi penerimaan APBN RI yang sebesar Rp. 215.130 milyar (28,97%)nya
80 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

dibiayai oleh pinjaman luar negeri, dan untuk pertama kalinya dalam kurun
waktu 15 tahun terakhir jumlah utang luar negeri untuk bantuan program
melebihi bantuan proyek. Adapun pinjaman luar negeri pemerintah yang
sedemikian digunakan untuk menutupi defisit anggaran yang besar, hal
tersebut terjadi karena krisis ekonomi indonesia yang menyebabkan
pengeluaran total pemerintah meningkat 68,47 % dari anggaran tahun
sebelumnya.
Berdasarkan data di atas sesuai dengan hasil penelitian Atmadja (2000)
menyebutkan bahwa “perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari
tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan, yang mengakibatkan
konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang. Bertambahnya utang
luar negeri pemerintah, maka akan semakin memberatkan posisi APBN RI,
karena utang tersebut harus dibayar beserta bunganya” hal ini kemudian
akan terus meningkatkan kemiskinan di Indonesia.
Adapun dampak yang ditimbulkan akibat menumpuknya utang luar
negeri ini adalah permasalahan ekonomi debitur. Selain itu beban ekonomi
rakyat semakin meningkat karena harus berperan sebagai pembayar utang
negara dan juga berperan sebagai penopang perekonomian keluarga. Bukan
hanya itu, debitur akan terus-menerus tertarik akan utang luar negeri yang
berdampak pada psikologis politis. Sesuai dengan pendapat George (1992)
yang menyatakan bahwa utang luar negeri secara pragmatis justu menjadi
boomerang bagi negera pemenerima (debitur)
3. Prediksi Besarnya Anggaran
Pemerintah pada kabinet Indonesia bersatu jilid II, tahun anggaran
2013 telah merencanakan beberapa strategi pengentasan kemiskinan di
Indonesia untuk anggaran 2013 dalam dokumen Anggaran dan Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013. Adapun strategi-strategi yang
dilakukan ole pemerintah merupakan program dan kegiatan lanjutan pada
APBN tahun 2011 anggaran 2012. Hal ini terlihat jelas pada program dan
kegiatan yang tercantum dalam APBN tahun 2013.
Untuk tahun 2013 pemerintah mencenangkan “Masterplan pencepatan
dan perluasan pengurangan kemiskinan di Indonesia” (MP3 KI) Program ini
merupakan program percepatan dan perluasan pengentasan kemiskinan yang
dilakukan oleh pemerintah , sehingga angka kemiskinan dapat terwujud
antara lain dengan : 1) Tujuan akselerasi pengurangan kemiskinan; 2) Sasaran:
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 81
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

pengurangan angka kemiskinan 3-4 % sampai dengan RPJP tahun 2025,


dimana sasaran adalah kelompok sasaran keluarga miskin yang berjumlah
16,5 atau sejumlah 37,2 juta pada tahun 2004, menjadi 11,37 % atau 28,07 juta
orang pada tahun 2013. Khususnya pada kelompok pertanian dan perikanan
di daerah.
Untuk anggaran pendidikan dan kesehatan tahun 2017 Indonesia
masih sanggup menganggarkan 20% dan 5% masing-masing untuk
pendidikan dan kesehatan dari keseluruhan APBN
(http://www.kemenkeu.go.id, 2021). Besarnya anggaran ini juga akan
berimbas pada kemampuan daerah untuk mengoptimalkannya, mengingat
kebijakan fiskal juga sudah masuk pada otonomi Daerah .
Di tahun 2021 sendiri Presiden Joko widodo pada pidatonya atas
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Nota
Keuangan pada rapat paripurna DPR RI tanggal 14 Agustus 2021
menyebutkan “Pemerintah akan mengusung tema kebijakan fiscal tahun 2021,
percepatan pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi” . Dimana ada
empat langkah strategis yang akan digunakan yaitu : 1) Mempercepat
pemulihan ekonomi nasional akibat pandemic covid-19; 2) Mendorong
reformasi structural untuk meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya
saing ekonomi; 3) Mempercepat transformasi ekonomi menuju era digital; 4)
Pemanfaatan dan antisipasi perubahan demografi.
Adapun target pendapatan Negara RAPBN tahun anggaran 2021 sebesar
Rp.1.776,4 triliun. Angka tersebut terdiri dari pendapatan pajak dalam negeri Rp
1.446,9 Triliun (Penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.481,9 triliun dan
penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 293,5 triliun, dan hibab Rp
902,8 miliar.
Belanja Negara pada RAPBN Tahun Anggaran 2021 diproyeksikan
mencapai Rp 2.747,5 triliun (tumbuh 0,3% dari APBN Perpres No.72 Tahun 2020)
atau 15,6 % terhadap PDB, terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp
1.951,3 triliun (menurun 1,2 % dari APBN Perpres No.72 tahun 2020), dan
transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 796,3 triliun (tumbuh 4,2 % dari
APBN Perpres No72 tahun 2020). Menurut (Kemenkeu.go.id, 29 September 2021)
bahwa pada tahun 2021 belanja negara mencakup stimulus Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) sebesar Rp. 356,6 triliun (turun dari Rp.695,2 triliun pada tahun
2020), dan fokus pada menjaga momentum pemulihan ekonomi di Indonesia.
82 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

Tabel 1. Realisasi dan Pagu Anggaran PEN 2020 per 19 Agustus 2020
(Triliun Rupiah)
Pagu Realisasi
Sektor % Perincian Program
2020 19-08-20
Kesehatan 87,55 7,36 8,41% Insentif kesehatan pusat dan daerah, santunan
kematian tenaga medis, gugus tugas covid-19,
insentif bea masuk & PPN kesehatan
Perlindung 203,91 93,18 45,70% PKH, kartu sembako jabodetabek, bantuan
an Sosial tunai non jabodetabek, kartu Pra-kerja, diskon
listrik, BLT Dana Desa
Sektoral 123,47 44,63 11,69% Padat karya, dana intensif Daerah (DID)
Kementeri pemulihan ekonomi, Dana Alokasi Khusus
an/ (DAK) fisik, bantuan produktif bagi 1 juta
Lembaga usaha makro
dan Pemda
Dukungan 123,47 44,63 36,15% Penempatan dana, pembiayaan investasi LPDB,
UMKM PPh final UMKM DTP, subsidi bugan UMKM
Intensif 120,61 17,23 14,29% PP 21 ditanggung pemerintah (DPT),
Usaha pembebasan PPh 22 impor, Pengurangan
Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan
PPN, penurunan tariff PPh badan
Pembiayaa 53,57 0,00 0,00% Tengah pematangan program PMN untuk
n Koperasi BUMN, penjaminan kredit koperasi, pemberian
pinjaman kepada beberapa BUMN
Total 695,16 174,79
Sumber : Kementrian Keuangan dan Kontan, data diolah

Berdasarkan table di atas diketahui bahwa sector perlindungan sosial


(45,70%) paling tinggi kemudian diikuti oleh UMKM (36,15%), insentif usaha
(14,29%), KL dan Pemda (11,69%), kesehatan (8,41%), dan pembiayaan koperasi
(0%). Disamping, berbagai isu-isu yang berkaitan dengan fenomena kebijakan
fiskal di atas. Ada beberapa upaya pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan
dalam penanggulangan kemiskinan, yaitu diantaranya (Fathurrahman, 2012): 1)
Menaikkan anggaran yang bertujuan sebagai pemanfaatan berbagai program
yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsunh yang berbasis
komunitas dan kegiatan padat karya dalam penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran; 2) Mendorong APBD Provinsi, Kabupaten, dan Kota pada tahun-
tahun selanjutnya untuk untuk meningkatkan anggran bagi penanggulangan
kemiskinan dan perluasan lapangan kerja; 3) Tetap mempertahankan program
lama seperti, raskin, LHB, BOS, dan sebgainya; 4) Akselerasi pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas harga, khususnya beras.
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 83
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

Peran zakat dalam Menentaskan Kemiskinan


Islam merupakan agama yang pro akan keadilan dan kesejahteraan sesuai
dengan prinsip syariah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pembahasan mengenai zakat dalam menentaskan kemiskinan cukup banyak
dibahas di dalam Al-Qur’an, diantaranya pada QS.At-Taubah (9:111) yaitu
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka”.
Namun,pada hakikatnya kebijakan fiskal yang diterapkan di Indonesia
salah satunya bersumber dari pembayaran pajak, bukan dari pembayaran zakat.
Adapun sumber-sumber lain penerimaan pemerintah dalam mendapatkan uang
selain pajak digolongkan menjadi beberapa diantaranya : retribusi, keuntungan
dari perusahaan-perusahaan Negara, denda-denda dan hasil penyitaan negara,
sumbayang masyarakat, pencetakan uang kertas, pinjaman, hibab.
Berkaca dari masa Umar bin Al-Khathab bahwa belanja negara terdiri
dari pendistribusian zakat kepada delapan ashnaf jika pendapatannya surplus,
kepada fakir miskin untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan
muslim atau tidak, membayar dana pensiun atau para pekerja, kebutuhan
militer, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya. Berdasarkan
kebijakan yang dilakukan pada masa tersebut maka zakat bertujuan sebagai
sosio ekonomi dalam mencapai keadilan dan kemakmuran. Rahman (2019)
menyatakan tujuan dimensi ekonomi dari zakat untuk mencapai efek
menguntungkan pada beberapa dimensi seperti konsumsi agregat, tabungan dan
investasi, penawaran agregat tenaga kerja dan modal, pententasan kemiskinan
dan pertumbuhan ekonomi.
Mayoritas penduduk di Indonesia beragama islam yang dapat ditemukan
di berbagai daerah kota maupun desa yang menjadi agama nomor satu, adapun
jumlah umat muslim di indonesia berdasarkan data BPS tahun 2010 (belum
update) tercatat sebanyak 207,2 juta jiwa (87,18 persen). Artinya, zakat sebagai
pengentas kemiskinan dapat digunakan sebagaii kebijakan di Indonesia. Sesuai
dengan pendapat Atabik (2016) bahwa kemiskinan dapat diatasi dengan
mewujudkan tatanan ekonomi yang memungkinakan lahirnya sistem distribusi
yang adil, mendorong lahirnya kepedulian dari orang yang berpunya (aghniya’)
terhadap kaum fakir, miskin,dhu’afa’ dan mustadh’afin. Salah satu bentuk
kepedulian dai aghniya’ adalah kesediaannya untuk membayar zakat dan
mengeluarkan shadaqah. Kuncoro (2017) menyebutkan bahwa zakat memiliki
84 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

fungsi yang sangat strategis dalam konteks sistem ekonomi, yaitu sebagai salah
satu instrument distribusi kekayaan. Oleh karena, diharapkan sumber dari
kekayaan zakat yang telah diolah ini dapat didistribusikan kepada masyarakat
miskin yang membutuhkan dana dan bantuan dari golongan yang memiliki
dana lebih demi menciptakan keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
Jika mengarah kepada perbandingan masyarakat muslim desa dan kota
memiliki perbedaan dalam menjalankan kegiatan ekonominya, dimana
masyarakat muslim perkotaan kebanyakan adalah pegawai dan pengusaha.
Berbeda dengan masyarakat muslim di desa yang menjalan kan aktivitas
ekonominya dengan bertani, buruh pabrik. Hal tersebut tentu akan mendapat
kesenjangan sosial dan problema. Sehingga, masyarakat desa akan cenderung
melakukan urbanisasi desa ke kota berharap mengubah nasib demi kesuksesan
material yang menyebabkan penduduk perkotaan semakin meningkat.
Berdasarkan hal tersebut tentu diperlukan kebijakan yang berlandaskan syariat
semagai tonggak dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi.
Peran zakat dalam menentaskan kemiskinan berdasarkan penelitian Safitri (2017)
bahwa : 1) Pesan zakat dalam Al-Qur’an memiliki korelasi yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, karena sifatnya sebagai alat distribusi pendapatan yang
mampu meningkatkan fungsi konsumsi dan produksi secara berimbang, tanpa
membebani pihak muzakki sebab proporsi yang ditetapkan, disesuaikan dengan
kebutuhan mustahiq; 2) Potensi zakat di Indonesia secara makro dapat
dioptimalkan melalui peran pemerintah sebagai regulator dan supervisor dalam
pengelolaan zakat di Indonesia. Namun secara mikro tetap harus membangun
kesadaran berzakat dari diri sendiri, keluarga hingga melalui tokoh masyarakat,
karena potensi zakat yang dimiliki sangatlah besar mengingat mayoritas
penduduk Indonesia adalah muslim, oleh karenanya dalam mengentaskan
kemiskinan ini zakat dapat dijadikan sebagai instrument dalam menghadapi
permasalahan ini; 3) Konsep zakat seperti yang dipaparkan diatas memiliki
peluang sebagai sumber pendapatan negara yang dialokasikan secara khusus
untuk pengentasan kemiskinan, artinya sumber pendapatan negara yang
bersumber dari zakat harus diberikan kepada para mustahiq baik bersifat
konsumtif maupun produktif tergantung kemampuan mustahiq.
Selanjutnya, Al-Qardhawi (2005, p. 30) menjelasakan peran zakat
sebagai penentas kemiskinan merupakan suatu keniscayaan, terlebih banyaknya
strategi di dalamnya mengalami kendala. Namun, peran zakat bukan hanya
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 85
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

dalam mengentaskan kemiskinan tetapi bertujuan sebagai pertolongan kepada


sesama masyarakat muslim dan lainnya juga menyatukan hati agar tetap
berpegang teguh terhadap islam.
Di Indonesia sendiri peran zakat pada kenyataanya hanya sebagai rasa
empati yang dilakukan seseorang pada waktu-waktu tertentu semisalnya pada
saat tiba waktunya pembayaran zakat fitrah dan mall menjelang hari raya idul
fitri yang hanya meringankan sedikit dan waktu sementara saja beban
kemiskinan masyarakat berkurang.
Negara indonesia dianggap perlu mempertimbangkan serta ikut campur
tangan mengenai zakat sebagai bagian dari program kebijakan pemerintah
dalam menentaskan kemiskinan dengan beberapa alasan yang dikemukakan
oleh Priyono (2017)yaitu : 1) Zakat bukanlah bentuk charity biasa atau bentuk
kedermawanan sebagaimana infak, waqab, dan hibah. Hukum zakat wajib
dengan satu-satunya lembaga yang mempunyai otoritas untuk melakukan
pemaksaan seperti ini adalah negara lewat perangkat pemerintah; 2) Potensi
zakat yang dikumpulkan dari masyarakat sangat besar. Menurut sebuah sumber,
potensi zakat di Indonesia mencapao hampir 20 Triliun per tahun. Berdasarkan
hasil penelitian Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah dan Food Foundation
tahun 2005 mengungkapkan jumlah potensi filantori (kedermawanan) umat
islam Indonesia mencapai Rp 19,3 Triliun. Diantara potensi tersebut 5,1 triliun
bentuk barang dan 14,2 triliun berbetuk uang. Salah satu yang menarik dari
penelitian tersebut adalah 61 % zakat fitrah dan 93 % zakat maal diberikan
langsung kepada penerima, dengan peneria zaka fitrah dan maal terbesar 70%
adalah masjid-masjid. Sedangkan Badan Amil Zakat pemerintah hanya
mendapatkan 5 % zakat fitrah dan 3% zakat maal, serta Lembaga Amil Zakat
(LAZ) swasta hanya 4% zakat maal. Sehingga, potensi yang sangat besar tersebut
akan dapat dicapai dan disalurkan kalau pelaksanaannya dilakukan oleh negara
melalui departemen teknis pelaksana; 3) Zakat mempunya potensi untuk turut
membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional; 4) Agar penyaluran dana
tepat, efesien, dan efektif karena pada hakikatnya tuuan zakat itu sendiri adalah
yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat; 5) Memberikan kontrol
kepada pengelola zakat. Dengan masuknya dana zakat ke dalam
perbendaharaan negara diharapkan akan menyadarkan mereka bahwa diantara
uang yang dikorupsi itu terdapat dan zakat yang tidak sepantasnya
dikorupsikan.
86 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

Optimalisasi fungsi Zakat Produktif untuk Pergerakan Ekonomi dan


Pengentasan Kemiskinan.
Kemiskinan pada kenyataanya dapat ditanggulangi dengan berbagai suatu
strategi, program, maupun instrument dalam mengatasi permasalahan
kemiskinan. Islam, sendiri telah melakukan upaya dengan mengelola harta
masyarakat yang mampu menjadi zakat kemudian diperdayakan sebagai modal
usaha maupun pelatihan bagi masyarakat miskin secara optimal dengan
mengahasilkan nilai tambah atas zakat produktif tersebut. Sesuai dengan
pendapat Wulansari & Setiawan (2013) bahwa produktivitas adalah mereka yang
menerima bantuan modal produktif tersebut harus mampu menghasilkan suatu
yang memiliki nilai tambah.
Awal mula adanya suatu praktek zakat produktif sudah pernah
diterapkan oleh sang revolusiner pada bidang hukum islam yaitu Umar Ibn
Khattab yang sering sekali menyerahkan zakat pada fakir dan miskin yang
bertujuan untuk dipergunakan secara produktif. Beliau bukan hanya
memberikan sekarung beras untuk dimakan, namun juga sejumlah uang, unta
dan semacamnya yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan diri
beserta keluarganya dalam jenjang waktu yang lama (Al-Qardhawi,566)
Pemerintah selaku pemimpin suatu negara seyogyanya harus eksis dalam
pengelolaan zakat produktif ini untuk memperoleh manfaat yang pada dasarnya
dapat menyentuh kepada berbagai pihak masyarakat baik itu fakir, miskin, dan
juga mustahiq. Sesuai dengan pendapat Pratama (2015) menyebutkan bahwa
agar program zakat produktif dapat berjalan dengan efektif dan terjadi
peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin secara signifikan, diperlukan
upaya dari seluruh umat muslim, baik pemerintah, badan zakat, dalam
mengembangkan zakat sesuai dengan potensinya.
Dzikrulloh & Permata (2018) Pengoptimalan peran zakat sebagai modal
sosial dalam menentaskan kemiskinan, lembaga amil zakat perlu melakukan
langkah strategis, yaitu penerapan good corporat govermence pada lembaga amil
zakat, menerapkan digitalisasi pada sistem pengelolaan lembaga amil serta
kolaborasi dan kerjasama dengan lembaga lain yang sesuai dengan tujuan dan
visi-misi lembaga amil zakat.
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana
zakat sebagai modal usaha untuk pemberdayaan ekonomi penerimaannya, dan
supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupan secara
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 87
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan


pengahsilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta dapat
menyisihkan penghasilan untuk menabung (Haidir, 2019).
Perolehan modal yang bersumber dari kegiatan tolong-menolong antara
masyarakat yang bersumber dari zakat diharapkan dapat mengeluarkan
masyarakat dari lingkaran kemiskinan. Lembaga-lembaga keuangan yang ada di
Indonesia sebagai lembaga intermedasi yang menyalurkan dana dari masyarakat
yang surplus dan kepada masyarakat yang difisit dana tidak menjalankan
fungsinya dengan baik dikarenakan banyaknya masyarakat yang unbankable
disebabkan tidak adanya aset atau agunan sebagai dasar pinjaman kredit, serta
minimnya skill kewirausahaan juga mengakibatkan susahnya masyarakat miskin
dalam memperoleh kesejahteraan (Pratama, 2015).

PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian pembahasan di atas tentu banyak fenomena-
fenomena maupun isu-isu terkait dengan kebijakan fiskal di Indonesia, dimana
pada konsep nya pemerintah sudah merencanakan,menganalisis,
mengembangkan, dan menerapkan kebijakan-kebijakan dan program yang
bertujuan meningkatkan pertumbuhan dan mengentaskan kemiskinan , namun
fakta yang diperoleh di lapangan justru kebijakan dan program tersebut belum
mampu dalam mengatasi permasalahan ini karena dianggap kebijakan ini tidak
tepat sasaran dan tidak merata.
Pemerintah sebaiknya melirik kebijakan islam dengan penerapan
program zakat sebagai bagian dari kebijakan di Indonesia dalam menentaskan
kemiskinan. Sebagai agama yang paling banyak di anut di Indonesia Islam
memandang kemiskinan suatu permasalah yang kompleks. Adapun kebijakan
zakat dalam permasalahan ini, salah satunya adalah zakat produktif berupa
modal maupun pelatihan kepada masyarakat miskin demi mengoptimalkan
dana zakat sesuai dengan visi dan misis lembaga amil zakat dengan tujuan
penentasan kemiskinan
88 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

DAFTAR PUSTKA

Atabik, A. (2016). Peranan Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan. ZISWAF:


Jurnal Zakat Dan Wakaf, 2(2), 339–361.
https://doi.org/10.21043/ziswaf.v2i2.1556

Atmadja, A. S. (2000). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan


Dan Dampaknya. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 83–94.
https://doi.org/10.9744/jak.2.1.pp

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2017). Perkembangan Utang Indonesia. BPS RI.

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2020). STATISTIK Profil Kemiskinan Di Indonesia.


BPS RI.

Dzikrulloh, D., & Permata, A. R. E. (2018). Optimalisasi Zakat Sebagai Instrumen


Modal Sosial Guna Mengatasi Masalah Kemiskinan Di Indonesia. Dinar:
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 5(1), 46–58.
https://doi.org/10.21107/dinar.v5i1.5127

Fathurrahman, A. (2012). Kebijakan Fiskal Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi


Islam: Studi Kasus Dalam Mengentaskan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi &
Studi Pembangunan, 13(1), 72–82.
https://journal.umy.ac.id/index.php/esp/article/view/1265

Gampito. (2017). Pemikiran Kebijakan Fiskal Ekonomi Islam. JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 9(1), 32–46. https://doi.org/10.31958/juris.v9i1.736

Haidir, S. (2019). Revitalisasi Pendistribusian Zakat Produktif Sebagai Upaya


Pengentasan Kemiskinan di Era Modern. Muqtasid, 10(1), 57–68.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1628973&va
l=13014&title=Revitalisasi%20Pendistribusian%20Zakat%20Produktif%20
Sebagai%20Upaya%20Pengentasan%20Kemiskinan%20di%20Era%20Mo
dern

Hia, E. M. (2019). Pengaruh kemiskinan terhadap migrasi keluar risen tingkat


kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 [Penelitian,
Universitas Katolik Parahyangan].
https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/repository.unpar.ac.id/ha
ndle/123456789/7850

Ismail, S., Sudiarti, S., & Ridwan, M. (2018). Peranan Dompet Dhuafa Waspada
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pengembangan Usaha
Mikro Kecil (UMK) di Kota Medan. KITABAH: Jurnal Akuntansi Dan
Peran Kebijakan Fiskal dalam Mengatasi Kemiskinan … Rukiah Lubis et.al │ 89
DOI: http://dx.doi.org/10.24952/tazkir.v8i1.5079

Keuangan Syariah, 2(0), Article 0.


http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/JAKS/article/view/4151

Kuncoro, A. T. (2017). Zakat: Katup Pengaman Keseimbangan Ekonomi Umat.


Ulul Albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam, 1(1), 73–87.
https://doi.org/10.30659/jua.v1i1.2213

Lisna, V., Sinaga, B. M., Firdaus, M., & Sutomo, S. (2013). Dampak Kapasitas
Fiskal terhadap Penurunan Kemiskinan: Suatu Analisis Simulasi
Kebijakan. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 14(1), 1–26.
https://doi.org/10.21002/jepi.v14i1.433

Lubis, R. (2020). Analysis Relationship of Economic Growth, Fiscal Policies and


Demographic to Islamic Human Development Index in Indonesia
(Granger Causality Approach). FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman, 6(1), 31–46. https://doi.org/10.24952/fitrah.v6i1.2490

Pratama, Y. C. (2015). Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi


Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional). The
Journal of Tauhidinomics, 1(1), 93–104.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artike
l_343736898569.pdf

Prawoto, N. (2008). Memahami Kemiskinan Dan Strategi Penanggulangannya.


Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 9(1), 56–68.
https://journal.umy.ac.id/index.php/esp/article/view/1530

Priyono, S. (2017). Zakat sebagai Kebijakan Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.


Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, 1(02), Article 02.
https://doi.org/10.30868/am.v1i02.145

Rahman, M. R. (2019). Peran Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di


Indonesia. Hukum Islam, 19(2), 130–148.
https://doi.org/10.24014/jhi.v19i2.8060

Ridlo, M., & Muthohar, A. M. (2020). Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah Dan
APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Dan Malaysia.
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, 17(2), Article 2.
https://doi.org/10.34001/jdeb.v17i2.1101

Safitri, J. (2017). Implementasi Konsep Zakat Dalam Al-Al-qur’an Sebagai Upaya


Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia. AT-TASYRI’: Jurnal Ilmiah Prodi
Muamalah, 9(1), 1–15. https://doi.org/10.47498/tasyri.v9i1.32
90 │ TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman
Vol. 08 No. 1 Juni 2022

Wulansari, S. D., & Setiawan, A. H. (2013). Analisis Peranan Zakat Produktif


Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) ( Studi Kasus
Rumah Zakat Kota Semarang ) [Undergraduate, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis]. http://eprints.undip.ac.id/42197/

You might also like