Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove Di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe
Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove Di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe
Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove Di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe
JASMINE WIYANDA
FADILLAH 180340031
SKRIPSI
1
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN EKOWISATA MANGROVE
DI DESA CUT MAMPLAM KECAMATAN MUARA DUA
KOTA LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH
JASMINE WIYANDA
FADILLAH 180340031
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Skripsi
Pada Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
2
LEMBAR PENGESAHAN
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ii
PERNYATAAN DAN PELIMPAHAN HAK CIPTA
iii
ABSTRACT
iv
ABSTRAK
v
RINGKASAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................. i
LEMBARAN PENGUJI ....................................................................... ii
PERNYATAAN DAN PELIMPAHAN HAK CIPTA ....................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
RINGKASAN ........................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1.Hutan Mangrove........................................................................... 3
2.2.Jenis- Jenis Mangrove .................................................................. 4
2.3. Ekowisata .................................................................................... 4
2.4. Ekowisata Mangrove ................................................................... 6
2.5. Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove..................................... 7
3. METODE PENELITIAN ................................................................. 9
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................... 9
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 9
3.3. Metode Penelitian........................................................................ 10
3.4. Prosedur Penelitian...................................................................... 10
3.4.1. Penentuan Lokasi Penelitian ............................................. 10
3.4.2. Ketebalan Dan Identifikasi Jenis Mangrove……………. 11
3.4.3. Kerapatan Mangove .......................................................... 11
3.4.4. Obyek Biota.................................................................. ... 11
3.4.5. Pasang Surut ...................................................................... 11
3.5. Analisis Kesesuaian Lahan.......................................................... 11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 14
4.1. Ketebalan Mangrove ................................................................... 14
4.2. Jenis (Bioversitas) Mangrove ...................................................... 15
viii
4.3. Kerapatan Mangrove ................................................................... 16
4.4. Objek Biota ................................................................................. 18
4.5. Pasang Surut................................................................................ 19
4.6. Analisis Kesesuaian Lahan Mangrove Ekowisata ...................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta lokasi penelitian............................................................... 9
2. Ketebalan mangrove................................................................ 15
3. Kerapatan mangrove................................................................ 17
4. Data pasang surut air laut ........................................................ 19
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Matriks kesesuaian lahan ekowisata mangrove ............................... 12
2. Jenis dan penyebaran mangrove ..................................................... 16
3. Identifikasi biota yang ditemukan.................................................... 18
4. Status kesesuaian lahan mangrove Stasiun 1 ................................... 20
5. Status kesesuaian lahan mangrove Stasiun 2 ................................... 21
6. Status kesesuaian lahan mangrove Stasiun 3 ................................... 22
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kerapatan mangrove……………………………………………… 30
2. Kondisi pasang surut pada bulan Oktober 2022 di sekitar perairan
Desa Cut Maplam ......................................................................... 31
3. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian…………….. 38
4. Kondisi stasiun penelitian di ekosistem mangrove Desa Cut
Mamplam................................................................................... .. 39
5. Aktivitas pengambilan data kesesuaian ekowisata lahan mangrove 40
6. Spesies mangrove di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam…. 41
7. Biota yang di temukan di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam 44
xii
1. PENDAHULUAN
xiii
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk ekowisata mangrove di Desa
Cut mamplam?
2. Bagaimana menganalisis parameter kesesuaian lahan ekowisata mangrove
di Desa Cut Mamplam?
2
xiv
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata berbasis alam yang
informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk berinteraksi langsung dengan
alam, mengetahui habitat dan ekosistem yang ada dalam suatu lingkungan hidup,
memberikan manfaat ekonomi kepada lingkungan untuk pelestarian lingkungan
hidupnya, menyediakan lapangan kerja dan memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat lokal guna meningkatkan taraf hidupnya, dan menghormati serta
melestarikan kebudayaan masyarakat lokal (Subadra, 2022).
4
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan yang alami
maupun buatan serta budaya yang ada, yang bersifat informatif dan partisipatif
dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung
memberikan akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan
menikmati alam. Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk
menikmati keindahan alam dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang
pantingnya berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal
yang berkembang di kawasan tersebut. Ekowisata saat ini menjadi salah satu
pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya
sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi ekowisata adalah
suatu konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan
pemeliharaan dan konservasi alam. Salah satu bentuk ekowisata yang dapat
melestarikan lingkungan yakni dengan ekowisata mangrove. Mangrove sangat
potensial bagi pengembangan ekowisata karena kondisi mangrove yang sangat
unik serta wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sarana wisata dengan tetap
menjaga keaslian hutan serta organisme yang hidup di kawasan mangrove (Alfira,
2014).
Perkembangan dalam sektor kepariwisataan pada saat ini melahirkan
konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif membantu
menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan
dengan memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu ekonomi
masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya. Berkembangnya pariwisata alam
selain bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara,
juga perlu dicermati agar jangan sampai kecenderungan kembali ke alam tersebut
justru akan menimbulkan kerusakan-kerusakan potensi dan daya tarik wisata alam
Muhammad (2012).
5
Prinsip dasar ekowisata menurut Yulianda (2007) dibagi menjadi:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap
sifat dan karakter alam dan budaya setempat
2. Alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan
Pendidikan konservasi lingkungan
3. Pendapatan langsung untuk kawasan
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan
5. Penghasilan masyarakat
6. Menjaga keharmonisan dengan alam
7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan
8. Kontribusi pendapatan bagi negara.
6
2. Hasil karya buatan manusia yang ditawarkan:
a. Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah dari masa
lalu.
b. Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu
peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri seni
kerajinan tangan dan lain-lain.
c. Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, eksebisi, karnaval,
upacara-upacara adat, ziarah-ziarah dan sebagainya.
d. Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.
Ekowisata mangrove termasuk ke dalam wisata alam, dan suatu kawasan
ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam apabila telah memenuhi krieria
(PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam):
1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem, gejala
alam serta formasi geologi yang menarik
2. Mempunyai daya tarik yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan
daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam
3. Kondisi lingkungan di sekitarya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
Kegiatan ekowisata mangrove ini dapat menjadi salah satu alternatif yang
efektif untuk menanggulangi permasalahan lingkungan di ekosistem mangrove
seperti tingkat eksploitasi yang berlebihan oleh masyarakat dengan menciptakan
alternatif ekonomi bagi masyarakat, sehingga akan menumbuhkan rasa memiliki
pada masyarakat yang dapat mendukung keberadaan ekosistem mangrove
tersebut. Jenis-jenis aktivitas ekowisata yang dapat dilakukan di ekosistem
mangrove, diantaranya berjalan menyusuri mangrove, perahu melintasi perairan di
sekitar hutan mangrove dan memancing. Kegiatan berjalan menyusuri mangrove
dapat dilakukan dengan membuat boardwalk menembus hutan mangrove,
sehingga wisatawan dapat menikmati ekosistem mangrove Yulianda (2006).
7
sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang
akan datang (Sitorus, 2004). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu
bidang lahan untuk penggunaan tertentu, contohnya lahan sangat sesuai untuk
irigasi, lahan cukup sesuai untuk pertanian tanaman tahunan atau pertanian
tanaman musiman. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Analisis kesesuaian lahan sangat
penting dilakukan, terutama dalam mengidentifikasi pola ruang untuk kebutuhan
penggunaan pada masa mendatang (Collins et al., 2001).
Kelas kesesuaian untuk ekowisata mangrove dibagi dalam 4 (empat) kelas
(Yulianda, 2007) yaitu:
Kategori S1
Kelas ini tergolong sangat sesuai (highly suitable), tidak mempunyai faktor
pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya
mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata.
Kategori S2
Daerah ini tergolong cukup sesuai (quite suitable), pada kelas kesesuaian ini
mempunyai faktor pembatas yang agak berat untuk suatu penggunaan kegiatan
tertentu secara lestari. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas
lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan input untuk
mengusahakan lahan tersebut.
Kategori S3
Sesuai bersyarat, pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang lebih
banyak untuk dipenuhi. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi untuk
melakukan kegiatan wisata, faktor pembatas tersebut harus benarbenar lebih
diperhatikan sehingga stabilitas ekosistem dapat dipertahankan.
Kategori TS
Daerah ini tergolong tidak sesuai (not suitable), yakni mempunyai faktor
pembatas berat/permanen, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan
jenis kegiatan wisata secara lestari.
8
9
3. METODE PENELITIAN
10
penggunaannya tanpa transek atau satuan luas tertentu (metode jelajah), tetapi
metode visual encounter dibatasi oleh waktu pengamatan, dimana dalam
penelitian ini, waktu pengamatan yang digunakan untuk mengamati spesies
mangrovenya adalah 120 menit (2 jam).
11
12
𝑁i
𝐼𝐾𝐿 = ∑ [ ] 𝑥 100%
𝑁𝑚𝑎𝑘𝑠
Keterangan :
IKL = Indeks Kesesuaian Lahan
Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori lahan
13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Gambar 2. Ketebalan mangrove Desa Cut Mamplam
15
Tabel 2. Jenis dan penyebaran mangrove di Desa Cut Mamplam
No. Famili Spesies S1 S2 S3
Mangrove Sejati
1. Acanthaceae Avicennia alba + + +
2. Acanthaceae Avicennia lanata + + +
3. Acanthaceae Avicennia marina - - +
4. Rhizophoraceae Bruguiera gymnorrhiza + + +
5. Rhizophoraceae Bruguiera cylindrica + + +
6. Rhizophoraceae Rhizophora mucronata + + +
7. Rhizophoraceae Rhizophora apiculata - - +
8. Sonneratiaceae Sonneratia alba + - -
9. Sonneratiaceae Sonneratia caseolaris - - +
Mangrove Non Sejati
10. Malvaceae Hibiscus tiliaceus + - +
11. Apocynaceae Calotropis gigantea + + +
12 Verbenaceae Clerodendrum inerme + + +
13. Convolvulaceae Ipomoea pes-caprae + + +
14. Passifloraceae Passiflora foetida + + -
15. Aizoaceae Sesuvium portulacastrum + - +
Jumlah yang ditemukan: 13 9 13
+ = Ditemukan; – = Tidak ditemukan
16
2 kerapatan mangrovenya 4 ind dalam 100 m2, dan di Stasiun 3 kerapatan
mangrovenya 5ind dalam 100 m2 (Gambar 3).
17
4.4.Objek Biota
Hasil pengamatan dan identifikasi di lapangan biota atau hewan yang
ditemukan di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam terdiri dari Ciconia
ciconia, Boleophthalmus boddarti, Scylla serata, Uca spp, Chthamalus malayenis
dan Anadara gronosa (Tabel 3). Selain itu, Fitriani (2022) juga menemukan
kelomang Clibanarius longitarus dan Clibanarius infraspinatus di hutan
mangrove Desa Cut Mamplam. Untuk Ciconia ciconia, Boleophthalmus boddarti
boddarti, Scylla serata, Uca spp, Clibanarius longitarsus, Clibanarius
infraspinatus, Anadara granosa dan Chthamalus malayenis ditemukan pada
semua stasiun pengamatan.
Tabel 3. Identifikasi biota yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam
Stasiun
No. Jenis Biota Spesies Nama Lokal S1 S2 S3
1. Aves Ciconia ciconia Burung bangau + + +
2. Ikan Boleophthalmus boddarti Gelodok + + +
3. Crustacea Scylla serata Kepiting bakau + + +
Uca spp. Kepiting biola + + +
Clibanarius longitarsus Kelomang + + +
Clibanarius infraspinatus Kelomang + + +
Chthamalus malayenis Teritip + + +
4. Bilvalvia Anadara granosa Kerang dara + + +
Jumlah yang ditemukan: 8 8 8
+ = Ditemukan – = Tidak ditemukan
18
4.5. Pasang Surut
Hasil analisis pasang surut air laut di tahun 2022 di Kota Lhokseumawe
memperlihatkan bahwa pasang tertingginya adalah 2.30 m dan terendahnya
mencapai 0.20 m pertahun dengan selisih antara pasang tertinggi dan surut
terendah adalah 2.10 m (Gambar 4).
19
4.6. Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove
Berdasarkan hasil penelitian 3 titik Stasiun pengamatan untuk kesesuaian
lahan ekowisata mangrove di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe dimana
untuk mengetahui kesesuaian lahan ekowisata mangrove dapat dilihat pada (Tabel
4-6).
Tabel 4. Status kesesuain lahan mangrove di Stasiun 1
Nilai
No Parameter Hasil Bobot Skor (Bobot ×
Skor)
1. Ketebalan Mangrove (m) 75.70 5 2 10
2. Kerapatan Mangrove (100 m2) 8 4 2 8
3. Jenis Mangrove 12 4 4 16
4. Pasang Surut (m) 2.10 3 2 6
5. Biota Ikan, 2 3 6
Krustasea,
Bilvalva
Total Skor × Bobot 42
Indeks Kesesuaian 55%
Kategori Cukup Sesuai (S2)
20
untuk objek biota di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe pada Stasiun 1
ditemukan hewan dari ikan, krustasea dan bilvalva.
21
surut terendahnya adalah 2.10 m, kemudian objek biota di Desa Cut Mamplam
Kota Lhokseumawe pada Stasiun 2 menemukan hewan dari golongan ikan,
krustasea dan bilvalva sehingga mendapatkan Skor 2. Menurut Agussalim &
Hartoni (2014) selain tipe dan jenis mangrove yang menjadi objek daya tarik
wisata mangrove, fauna yang hidup dan memiliki habitat pada kawasan mangrove
juga berpeluang untuk dijadikan sebagai objek daya tarik ekowisata mangrove
lainnya.
22
pembelajaran kepada wisatawan, serta dapat menjalin hubungan kerja yang
berkelanjutan dengan pihak-pihak yang terlibat.
Untuk parameter ketebalan mangrove yang diukur pada Stasiun 3 memiliki
ketebalan mangrove 216.75 m, kemudian untuk kerapatan mangrovenya
ditemukan 5 100 ind dalam m2 (Putri, 2022). Menurut Susi et al., (2018)
berbedanya kerapatan mangrove sangat dipengaruhi oleh pola adaptasi serta
keterlibatan manusia pada ekosistem mangrove. Selanjutnya, untuk jenis
mangrove pada Stasiun 3 ditemukan 13 spesies. Sadik et al., (2017) menyatakan
bahwa keberagaman jenis mangrove merupakan daya tarik bagi pengunjung untuk
melakukan wisata dan kegiatan edukasi yang berhubungan dengan ekosistem
mangrove. Selanjutnya Susi et al., (2018) menyatakan bahwa keanekaragaman
jenis mangrove yang ada di suatu kawasan sangat penting dalam menunjang
aktifitas pengelolaan suatu kawasan wisata dan menambah daya tarik pengunjung.
Selain itu, untuk parameter pasang surut yang terukur oleh Pangkalan TNI
Angkatan Laut Kota Lhokseumawe di sekitaran Desa Cut Mamplam Kota
Lhokseumawe menemukan bahwa selisih antara pasang tertinggi dan surut
terendahnya adalah 2.20 m. Pariwono (2007) menyatakan bahwa pasang surut
merupakan proses naik dan turunya air laut yang disebabkan oleh gaya tarik
benda-benda angkasa. Selanjutnya, untuk objek biota yang ditemukan di
ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe pada Stasiun 3
menemukan hewan dari golongan ikan, krusrasea dan bivalva sehingga
mendapatkan Skor 2. Menurut Sitepu et al., (2018) keberadaan biota akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dalam menikmati kegiatan wisata.
23
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Ketebalan mangrove di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam Kota
Lhokseumawe berkisar antara 75.70 – 216.75 m dengan jenis mangrove yang
ditemukan terdiri dari 3 famili, 4 genus dan 7 spesies untuk mangrove sejatinya,
sedangkan untuk mangrove ikutannya terdiri dari 6 famili, 6 genus dan 6 spesies.
Selanjutnya untuk kerapatan mangrove di Desa Cut Mamplam berkisar antara 4-8
ind dalam 100 m2 dengan fauna yang berasosisasinya adalah Ciconia ciconia,
Boleophthalmus boddarti, Scylla serata, Uca spp., Clibanarius longitarsus,
Clibanarius infraspitasus, Chthamalus malayenis, dan Anadara granosa. Selain
itu, tinggi pasang surut perairan laut di sekitar hutan mangrove Desa Cut
Mamplam berkisar antara 0.30 – 2.30 m dengan selisih antara pasang tertinggi dan
surut terendahnya sekitar 2.10 m. Selanjutnya analisis kesesuaian lahan ekowisata
mangrove di Desa Cut Mamplam Kota Lhokseumawe berdasarkan aspek
ekologinya pada Stasiun 1 mendapatkan nilai 55%, Stasiun 2 61% dan untuk
Stasiun 3 mendapatkan nilai 67% sehingga kategorinya tergolong cukup sesuai
(S2) untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata mangrove.
5.2. Saran
Keberhasilan pengembangan ekowisata mangrove di Desa Cut Mamplam
Kota Lhokseumawe sangat terkait dengan keberadaan ekosistem mangrove dan
bentang alamnya. Oleh karena itu, dalam pengambilan kebijaksanaan untuk
pengelolaan kawasan ekowisata mangrove Desa Cut Mamplam harus
memperhatikan keutuhan dan keaslian lingkunganya. Selain itu, dalam
pengembangan ekowisata mangrove di Desa Cut Mamplam perlu juga
meningkatkan peran serta masyarakat baik secara aktif maupun pasif, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengelolaan hingga evaluasinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, S., Subur, P., Darmawaty., Nebuchadnezzar, A., & Tahir. 2019.
Kajian Kesesuaian Daya Dukung dan Aktivitas Ekowisata di Kawasan
Mangrove Desa Tuada Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmera Barat. Jurnal
Enggano. 4(2): 222-242.
Agussalim, A., & Hartoni. 2014. Potensi Kesesuaian Mangrove sebagai Daerah
Ekowisata di Pesisir Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin. Maspari
Journal. 6(2): 148–156.
Budiarti, W.A., Wijaya., N, & Bintoro, S.R. 2019. Kesesuaian Lahan Untuk
Ekowista Mangrove Kabupaten Situbondo. Dalam: Prosiding Seminar
Nasional Kelautan XIV. 11 Juli 2019. Surabaya, Indonesia.
Collins, M.G., Steiner F.R, & Rushman, M.J. 2001. Land-use suitability analysis
in the united states: historical development and promising technological
achievements. Jurnal Environmental Management. 28: 611-621.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shells). Jakarta: PT.
Sarana Graha.
Dwijayati, K.A., Supraptro, D., & Rudiyanti. 2016. Identifikasi potensi dan
Starategi Pengembangan Ekowisata Pada Kawasan Konservasi Hutan
Mangrove Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Management of
Aquantic Resources. 5(4): 328-336.
Fitriani. 2022. Komunitas Kelomang (Hermit Crabs) di ekosistem mangrove di
Desa Cut Mamplam Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Fakultas
Pertanian Universitas Malikussaleh [skripsi]. Aceh Utara, Indonesia.
Japa, L & D. Santoso. 2019. Analisis Komunitas Mangrove Di Kecamatan
Sekotong Lombok Barat NTB. Bologi Tropis. 19(1): 25 – 33.
25
Johan, Y., Yulianda, F., Siregar, V.P., & Karlina, I. 2011. Pengembangan Wisata
Bahari dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Berbasis
Kesesuaian Dan Daya Dukung. Dalam: Seminar Nasional Pengembangan
Pulau-Pulau Kecil dari Aspek Perikanan Kelautan dan Pertanian. 25 Juni
2011. Bogor, Indonesia. 119–129.
Kusmana, C., Istomo, & Wibowo, C. 2008. Manual Silvikultur Mangrove di
Indonesia. Jakarta: Koica.
Kusmana, C., Sabiham, S., Abe, K., & Watanabe. 2002. Pengelolaan Ekosistem
Mangrove Secara Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Dalam: Lokal
Karya Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. 6-7 Agustus 2002.
Jakarta, Indonesia.
Kusmana, C., Setiawan, Lestari, D.F., Meidilaga, Ardha, M.J., Wulandari. R.R.,
Permana, R.A., & Yahdi, D.I.P. 2013. Ensiklopedia Fauna Mangrove di
Kawasan Hutan Angke Kapuk. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Kusmana, C., Wilarso., S, Hilwan, P., Pamoengkas, C., Wibowo, T., Tiryana, A.,
Triswanto, Yunasfi, & Hamzah. 2005. Teknik Rehabilitasi mangrove.
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Murniati, D.C., Nugroho, D.A., & Kartika, W.D. 2022. Krustasea (Dekapoda)
Pada Ekosisteam Mangrove dan Estuari di Pulau Jawa. Jakarta: BRIN.
Noor, Y.R., Khazali, M., & Suryadiputra I.N.N. 2006. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Bogor: Wetlands Internasional Indonesia
Programme.
Odum, H.T. 1983. Sytems Ecology: An Introduction. New York: John Wiley and
Sons.
Pariwono, J.I. 2007. Pasang surut dan salinitas: dua parameter oseanografi yang
efektif namun masih terabaikan dalam program penyusunan kebijakan
kelautan Indonesia. Dalam: Prosiding Komferensi Sains Kelautan dan
Perikanan Indonesia. 17 – 18 Juli 2007. Bogor, Indonesia.
26
Purnobasuki, H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan
Karbon. Buletin PSL Universitas Surabaya. 28: 3–5.
Putri, A.A. 2022. Analisis Vegetasi Mangrove di Kawasan Pesisir Desa Cut
Mamplam Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh.
Fakultas Pertanian Universitas Malikusaleh [skripsi]. Aceh Utara,
Indonesia.
27
Subadra, I.N. 2022. Ekowisata Sebagai Wahana Pelestarian Alam. Diakses pada
https://subadra.wordpress.com/2007/03/10/ekowisata-wahana-pelestarian-
alam/. Tanggal 25 November 2022.
Susi, S., Adi, W., & Sari, S.P. 2018. Potensi Kesesuaian Mangrove Sebagai
Daerah Ekowista di Dusun Tanjung Tedung Sungai Selan Bangka Tengah.
Sumberdaya Perairan. 12(1): 64-73.
Talib, M.F. 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove serta
Makrozoobenthos yang Berkoeksistensi, di Desa Tanah Merah dan Oebelo
Kecil Kabupaten Kupang. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB [skripsi]. Bogor, Indonesia.
Thahiry, M.Z. 2017. Studi Kesesuaian Lahan Pengembangan Ekowisata Kawasan
Suaka Marga Satwa Mangrove Mampie Desa Galeso Kabupaten Polewali
Mandar [Skripsi]. Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Alaudin Makassar. Makassar, Indonesia.
Yayasan Ikamat – Pertamina EP Asset Tambun Field. 2016 Jenis Burung Desa
Pantai Mekar dan Pantai Harapan Jaya Kecamatan Muara Gembong
Kabupaten Bekasi. Semarang: Yayasan IKAMaT.
Yulius, Rahmania, R., Kadarwati, U.R., Ramdhan, M., Khairunnisa, T., Saepuloh,
D., Subandriyo, J., & Tussadiah, A. 2018. Buku Panduan Kriteria
Penetapan Zona Ekowisata Bahari. Bogor: IPB Press..
Zakaria, R.M., Sofawi, A.B., Joharee, N.A., & Pauzi, A.Z. 2018. Standa structure
and biomass estimation in the Klang Islands Mangrove Forest, Peninsular
Malaysia. Environmental Earth Sciences. 77(486). DOI. 10.1007/s12665-
018-7636-7.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Kerapatan mangrove di Desa Cut Mamplam (Putri, 2002)
Stasiun 1
No. Nama Ilmiah Jumlah Individu
1. Bruguiera gymnorrhiza 4
2. Avicennia alba 74
3. Avicennia lanata 17
4. Rhizophora mucronata 2
5. Sonneratia alba 4
Jumlah 101
Standar deviasi 30.66
Rata-rata 8
Stasiun 2
No. Nama Ilmiah Jumlah Individu
1. Avicennia alba 41
2. Avicennia lanata 9
Jumlah 50
Standar deviasi 22.63
Rata-rata 4
Stasiun 3
No. Nama Ilmiah Jumlah Individu
1. Bruguiera gymnorrhiza 5
2. Avicennia alba 46
3. Rhizophora Mucronata 5
4. Sonneratia alba 6
Jumlah 62
Standar deviasi 20.34
Rata-rata 5
30
Lampiran 2. Kondisi pasang surut pada bulan Oktokber di sekitaran perairan Desa
Cut Mamplam Kota Lhokseumawe TNI angkatan laut (2022)
Bulan Januari
31
Bulan Febuari
Bulan Maret
32
Bulan April
Bulan Mei
33
Bulan Juni
Bulan Juli
34
Bulan Agustus
Bulan September
35
Bulan Oktober
Bulan November
36
Bulan Desember
37
Lampiran 3. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
38
Lampiran 4. Kondisi Stasiun Penelitian ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
39
Lampiran 5. Aktivitas pengambilan data kesesuaian ekowisata lahan mangrove
Identifikasi Biota
40
Lampiran 6. Spesies mangrove di ekosistem mangrove di Desa Cut Mamplam
Mangrove Sejati
41
Mangrove Sejati
Sonneratia alba
42
Mangrove Non Sejati
43
Lampiran 7. Biota ditemukan di ekosistem mangrove Desa Cut Mamplam
44
RIWAYAT HIDUP
45