Machine Learning Thesis
Machine Learning Thesis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...i
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………….v
HALAMAN MOTO…………………………………………………………………………..vi
SARI…………………………………………………………………………………………..ix
GLOSARIUM……………………………………………………………………………….... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………...xiv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………... 3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………….. 4
1.5 Batasan Masalah…………………………………………………………………. 4
1.6 Metodologi Penelitian…………………………………………………………….4
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………………. 5
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………...71
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….... 71
5.2 Saran…………………………………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………... 73
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………. 77
xiii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
.Sedangkan pengertian saham sendiri menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), saham adalah
tanda penyertaan modal suatu badan usaha dalam sebuah perusahaan ataupun perseroan
terbatas. Dengan penyertaan modal, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) (BEI, n.d.). Tanda penyteraan tersebut nantinya dapat diperjualbelikan di bursa
saham seiring dengan terjadinya fluktuasi harganya untuk mendapatkan keuntungan dari
capital gain. Ataupun didapatkan dari pembagian keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan, atau yang biasa disebut dengan dividen.
Namun seiring saham sebuah perusahaan diluncurkan ke publik dan diperjualbelikan di
bursa, harga saham tersebut akan mengalami fluktuasi. Faktor internal dan eksternal dapat
mempengaruhi harga saham tersebut (Zainuddin & Hartono, 1999). Faktor internal dapat
dilihat dari kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, kinerja perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan faktor eksternal merupakan dampak dari
lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung. Yang meliputi kondisi ekonomi dimana perusahaan tersebut berada, kondisi sosial
serta politik negara tersebut. Selain itu investor harus memahami hukum permintaan serta
penawaran yang terjadi di bursa saham, memahami hal tersebut dapat membantu investor untuk
menentukan prediksi tren pergerakan harga saham (Kusumodestoni & Sarwido, 2017). Dengan
mengetahui tren pergerakan harga saham, investor dapat memanfaatkannya untuk
memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Untuk memprediksi tren pergerakan harga saham selain memperhatikan fundamental
perusahaan dan membaca grafik harga saham, dapat memanfaatkan teknologi artificial
intelligence terkhusus lagi deep learning. Deep learning sendiri merupakan turunan dari
machine learning, yang mana merupakan bagian dari cabang ilmu artificial intelligence.
Konsep dari machine learning adalah mencoba meniru bagaimana cara otak manusia bekerja,
mesin dilatih menggunakan algoritma tertentu untuk belajar dari data-data yang kompleks dan
banyak secara terus menerus dan berulang-ulang. Sehingga mesin mampu mendapatkan
informasi ataupun pola dari data-data tersebut (Karno, 2020). Informasi yang telah didapatkan
nantinya akan dimanfaatkan untuk prediksi pola dari data yang akan terjadi di masa depan pada
data saham.
Pada pemanfaatannya, data yang dapat diolah pada model deep learning sangat beragam.
Algoritma-algoritma yang diterapkan pada model deep learning juga harus disesuaikan dengan
data yang digunakan. Pada data saham sendiri memiliki tipe data time series, dimana setiap
3
data dicatatkan berdasarkan waktu dan data tersebut memilikin keterikatan dengan data yang
telah tercatat sebelumnya. Maka hasil dari prediksi akan digunakan untuk memperbaharui data
yang digunakan untuk melakukan pembelajaran (Karno, 2020). Data dengan karakteristik
tersebut dapat diolah menggunakan algoritma Recurrent Neural Network (RNN). Algoritma
RNN dirancang untuk mengolah sekuensial dengan memanfaatkan memori untuk menyimpan
data yang telah diolah sebelumnya yang memungkinkan untuk mengenali pola dari data dengan
baik (Olah, 2015). Pada penelitian ini, akan mencoba mencari model algoritama machine
learning ataupun deep learning untuk memprediksi tren pergerakan harga saham, terutama
akan berfokus pada algoritma Temporal Convolutional Network (TCN). Berdasarkan
penelitain yang dilakukan oleh (Bai et al., 2018) algoritma TCN yang memanfaatkan proses
konvolusi menunjukkan hasil yang lebih akurat daripada algoritama seperti LSTM dan GRU
dalam mengolah data sequential, serta arsitektur yang dibentuk lebih sederhana dan jelas.
Untuk data saham yang akan digunakan adalah data saham dari Netflix, Inc (NFLX), karena
selama masa pandemi Covid-19 ini Netflix merupakan salah satu layanan yang terdampak
positif. Dengan pendapatan perushaan mengalami peningkatan mencapai 24% pada akhir
kuartal tahun 2020 menurut data dari (money.kompas.com, 2021), sehingga sahamnya menarik
untuk dinalisis dan diprediksi.
b. Membangun visualisasi tren pergerakan harga saham yang diprediksi oleh algoritma
Temporal Convolutional Network (TCN) dan membandingakannya dengan harga
saham aktual yang terjadi.
c. Mengetahui apakah prediksi yang dilakukan dengan algoritma Temporal
Convolutional Network (TCN) dapat digunakan pada pengambilan keputusan
investasi saham.
b. Pengumpulan data, data yang akan digunakan merupakan data historis harga saham
terpilih. Data didapatkan dari website Yahoo Finance, rentang data yang diambil
dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pengolahan data, setelah data saham didapatkan selanjutnya data harus diolah terlebih
dahulu dengan tujuan untuk menyesuaikannya dengan algoritma yang akan
digunakan. Serta, melakukan pengecekan apakah data yang digunakan terdapat
kejanggalan dan data dibagi menjadi data training dan testing.
d. Pemodelan algoritma, membangun arsitektur algoritma machine learning yang akan
digunakan dan melakukan hyperparameter tuning.
e. Proses training dan testing, setelah model algoritma machine learning selesai
dibangun kemudian data dimasukkan pada model dan dilakukan proses training.
Model yang sudah selesai dilakukan proses training kemudian akan ditest
performanya menggunakan data testing.
f. Evaluasi model, performa testing model akan dievaluasi menggunakan metrik
pengukuran error yang terjadi. Selanjutnya akan dibandingkan serta dianalisis dengan
performa dari model algoritma lainnya.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta
saran yang ditujukan untuk penelitian yang akan dilakukan ke depannya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Tren Pasar
Tren merupakan kecenderungan pergerakan harga saham menuju ke arah tertentu pada
suatu rentang waktu (Hafizah et al., 2019). Pada perdagangan saham terdapat tiga tren yaitu,
uptrend (tren kenaikan) ketika permintaan saham tersebut lebih banyak dari penawaran maka
harga akan mengalami kenaikan. Downtrend (tren penurunan) merupakan kebalikan dari tren
kenaikan, ketika permintaan saham tersebut lebih sedikit daripada penawaran. Dan tren
sideways (konsolidasi) yaitu ketika harga sedang mencari arah tren berikutnya yang biasa
terjadi setelah tren kenaikan dan penurunan. Gambar 2.1 menunjukkan tren yang pada harga
saham dalam bentuk grafik, sebuah tren dibentuk oleh fase kenaikan dan penurunan. Tren
kenaikan terjadi ketika harga membentuk lembah dan puncak yang lebih tinggi. Tren
penurunan ketika harga membentuk lembah dan puncak yang lebih rendah. Sedangkan tren
konsolidasi membentuk harga yang cenderung datar.
9
Dalam pembentukan sebuah tren, dapat dibagi dalam empat fase dasar sehingga terbentuk
sebuah pergerakan harga (Filbert, 2020a). Pada fase pertama adalah fase pendakian atau
pembalikan, pada fase ini biasanya dibarengi dengan berita-berita yang tidak men-support
situasi pasar. Fase kedua adalah fase kenaikan, investor mulai masuk dan mengakibatkan harga
mulai mengalami kenaikan. Selanjutnya fase ketiga adalah fase jenuh, dimana harga dianggap
sudah terlalu tinggi sehingga dianggap kurang menarik untuk dibeli. Yang terakhir adalah fase
pembalikan, harga mengalami pembalikan arah dari tren semula. Fase-fase tersebut terjadi
secara berulang pada setiap pergerakan harga dengan jangka waktu yang berbeda-beda.
Sejatinya tren pergerakan harga saham sendiri merupakan representasi dari pengambilan
keputusan oleh investor saat melakukan perdagangan saham, dalam pengambilan
keputusannya psikologi investor dipengaruhi oleh emosi “fear and greed” (R Tristia, 2019).
Yaitu dimana ketika investor mengalami emosi fear atau ketakutan maka akan cenderung
menjual asetnya karena takut harganya akan semakin jatuh sehingga menyebabkan harga yang
terdapat di pasar akan semakin jatuh. Sebaliknya ketika investor terlalu serakah atau greed
untuk membeli aset yang sedang mengalami kenaikan harga, sehingga harga aset akan semakin
mengalami kenaikan dan tidak menutup kemungkinan akan membeli di harga yang sudah
terlampau tinggi. Pengambilan keputusan oleh investor lebih bersifat subjektif, emosi dan
faktor psikologis yang dapat mendominasi dalam pengambilan keputusan, jatuhnya harga
saham seringkali terjadi karena reaksi pasar yang berlebihan (Lestari & Pranyoto, 2015).
10
Chart
Chart digunakan untuk merepresentasikan pergerakan harga saham yang membantu
investor untuk mengamati secara visual. Chart disusun dalam urutan waktu pada sumbu X
(sumbu horizontal) dan harga disusun pada sumbu Y (sumbu vertikal) (Hafizah et al., 2019).
Ada beberapa chart yang digunakan dalam merepresentasikan harga saham yaitu (Sekar,
2020):
Yang pertama adalah line chart, disusun oleh garis tunggal yang menghubungkan antar
harga yang terbentuk. Line chart sangatlah sederhana, hanya menampilkan informasi harga
penutupan saja. Karena hal tersebut, line chart cocok digunakan untuk menyimpulkan kondisi
tren harga saham sedang mengalami tren naik ataupun turun dan memudahkan menentukan
titik-titik harga yang menjadi kunci. Gambar 2.2 menunjukkan harga saham NFLX
menggunakan line chart.
Yang kedua adalah bar chart, disusun oleh batang yang disusun setiap interval waktu
yang berisikan informasi mengenai harga pembukaan (open), harga penutupan (close), harga
tertinggi (high), harga terendah (low). Jika harga penutupan lebih rendah daripada harga
pembukaan maka batang akan digambarkan dengan warna merah. Sebaliknya jika harga
penutupan lebih tinggi daripada harga pembukaan maka batang akan digambarkan dengan
warna hijau. Pada bar chart menunjukkan informasi yang lebih banyak ketimbang line chart,
bar chart dapat dimanfaatkan untuk mengetahui seberapa signifikan perubahan harga yang
terjadi, semakin panjang batang yang dibentuk maka semakin signifikan perubahan yang
terjadi. Gambar 2.3 menunjukkan harga saham NFLX menggunakan bar chart.
Yang terakhir adalah candlestick chart, memiliki bentuk seperti bar chart namun
memiliki badan yang berbentuk seperti lilin dan memiliki tampilan yang lebih nyaman untuk
digunakan. Candlestick chart merupakan chart yang paling banyak digunakan di bursa. Selain
menampilkan harga, candlestick chart juga membentuk pola-pola candle yang dapat
diidentifikasi sehingga memudahkan untuk membaca tren ataupun momentum yang terjadi.
Gambar 2.4 menunjukkan harga saham NFLX menggunakan candlestick chart.
11
Indikator
Selain menggunakan cara yang tradisional menganalisa pergerakan tren harga saham,
dapat juga menerapkan analisis teknikal modern yang menafaatkan indikator harga saham.
Indikator pada pergerakan harga saham merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu
dalam analisa teknikal, yang memanfaatkan formula statistik pada harga saham untuk
menentukan tren pergerakan (Hafizah et al., 2019). Terdapat dua jenis indikator, yang pertama
adalah trend following indicator yang bertujuan mengikuti tren pergerakan harga saham
tersebut. Trend following indicator terbentuk lebih lambat ketimbang pergerakan harga dan
terletak menempel pada chart. Dan yang kedua adalah oscillator indicator yang menunjukkan
level sebuah harga saham sudah mengalami keadaan jenuh beli (over buy) atau jenuh jual (over
bought) (Pramudya & Pramudya, 2020). Ocsillator indicator sendiri merupakan indikator yang
bergerak mendahului pergerakan harga dan terletak terpisah dengan chart (Ahmar, 2018).
2.1.3 News
Selain menganalisis secara fundamental dan tenikal, dapat juga memanfaatkan berita-
berita atau sentimen-sentimen yang beredar terkait sektor industri ataupun perusahaan yang
memiliki saham tersebut. Menganalisis berdasarkan berita-berita biasa dikatakan sebagai
analisis sentimen. Saham sangatlah sensitif terhadap berita-berita yang beredar dikarenakan
para investor dapat mengalami kepanikan atas sentimen yang terbentuk adalah negatif,
sehingga harga saham cenderung mengalami banyak penjualan, hal tersebut biasa dikenal
14
dengan Fear, Uncertainly, and Doubt (FUD). Sebaliknya jika sentimen yang dihasilkan adalah
positif, maka investor akan cenderung berminat untuk membeli.
2.2 Netflix
Netflix merupakan platform streaming berbayar asal Amerika Serikat yang menyediakan
berbagai pilihan film dan TV series. Layanan tersebut dapat dinikmati melalui berbagai
perangkat seperti smart TV, smartphone, tablet, PC, game console, dan laptop. Perusahaan
Netflix, Inc. didirikan oleh Marc Randolph dan Reed Hastings pada 1997 di Los Galtos,
California, Amerika Serikat. Pada mulanya Netflix menyediakan layanan penyewaan DVD
secara fisik yang dapat dipesan secara online. Pada tahun berikutnya, Netflix mulai
mengalihkan strategi bisnisnya menjadi sistem berlangganan untuk menikmati layanannya.
Pelanggan membayar biaya langganan dan bebas menyewa berbagai DVD yang tersedia, dan
juga Netflix mulai memperkenalkan sistem rekomendasi bagi para pelanggannya.
Setelah bisnisnya mulai cukup berkembang, pada tahun 2002 mengambil keputusan
untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham Amerika, National Association
of Securities Dealers Automated Quotation (NASDAQ) dengan nama saham “NFLX”. Netflix
berhasil mendapatkan 4,2 juta pelanggan pada tahun 2005. Pada tahun 2007 Netflix mulai
merilis platform layanan streaming-nya yang memungkinkan pelanggan dapat langsung
menikmati layanan melalui komputer pribadinya secara langsung. Selain itu untuk melebarkan
cakupan bisnisnya, Netflix mulai membuka berbagai kerja sama dengan perusahaan-
perusahaan teknologi seperti Xbox, Apple, Playstation, Blue-ray disc player dengan tujuan agar
layanannya dapat dinikmati di berbagai perangkat yang terhubung ke internet. Pada tahun 2013
Netflix mencatatkan memiliki 31 juga orang pelanggan. Tidak hanya di Amerika Serikat saja,
layanan Netflix mulai bisa dinikmati di berbagai negara di dunia seiring berkembangnya
internet, Di Indonesia sendiri, Netflix mulai masuk pada tahun 2016 (axa.co.id, 2019).
Menurut pendirinya Hastings, kesuksesan Netflix didasarkan bahwa para pelanggan
sudah mulai tidak puas pada tayangan TV tradisional yang diakibatkan karena adanya iklan.
Netflix tidak memiliki iklan yang mengganggu, karena layanannya berbayar. Pelanggan dapat
menikmati tontonan apapun yang mereka inginkan kapanpun dan dimanapun tanpa harus
mengikuti jadwal dan terganggu iklan. Kini, layanan streaming Netflix merupakan salah satu
yang terdampak positif atas adanya pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Pandemi Covid-19
mengakibatkan masyarakat harus mengurangi aktivitasnya di luar ruangan dan banyak
melalukan aktivitas di dalam ruangan. Hal tersebut mengakibatkan lonjakan pengguna baru
15
a. Knowledge Base (Basis Pengetahuan), bagian ini berisikan data-data yang digunakan
oleh sistem untuk belajar dan menjadikannya cerdas.
b. Inference Engine (Mesin Pengambil Keputusan), bagian yang memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan ataupun kesimpulan berdasarkan basis pengetahuan yang
dimiliki oleh sistem.
16
memperoleh kecerdasan melalui tahapan latihan (training) dan pengujian (testing) (Huang et
al., 2006). Semakin sering mesin dilatih dan diuji, maka mesin akan semakin cerdas dan
kemampuan untuk mengenali informasi jaga semakin akurat. Keilmuan yang digunakan pada
pembelajaran mesin lebih mengarah ke matematika dan statistika. Seperti rumus matematika,
pembelajaran mesin digunakan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan data yang
digunakan.
Machine learning sendiri dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Supervised lLearning,
Unsupervised Learning dan Reinforcement Learning (Roihan et al., 2019). Gambar 2.6
menunjukkan pembagian kategori pada machine learning.
Cara kerja sebuah unit neuron seperti halnya jaringan syaraf manusia, neuron akan
menerima data input berupa independent variable (X 1, X2, X3, …, Xn). Kemudian data input
pada neuron terdapat weight yang berupa (W1, W2, W3, …, Wn) yang saling terhubung dengan
setiap node. Kemudian data input tadi dan weight akan dilakukan proses matematis
menggunakan sebuah fungsi aktivasi. Hasil dari proses tersebut selanjutnya akan dibandingan
dengan suatu nilai treshold (ambang), jika hasil melebih nilai treshold maka neuron akan
diaktifkan dan informasi dilanjutkan menuju neuron selanjutnya melalui weight output-nya dan
begitu seterunya. Jika tidak, neuron tersebut tidak akan aktif dan informasi tidak dapat
dilanjutkan. Neuron akan disusun pada sebuah layer (lapisan) yang berisikan banyak neuron.
Setiap layer tersebut akan saling dihubungkan dengan layer lain sebelum dan sesudahnya,
kecuali pada input layer dan output layer. Koneksi antar layer dihubungkan pada setiap neuron,
jadi sebuah neuron akan terhubung pada seluruh neuron di layer sebelum dan setelahnya. Pada
sebuah layer ,weight setiap neuron akan memiliki nilai yang sama. Struktur pada artificial
neural nerwork dapat dibedakan menurut banyaknya layer yang terdapat pada jaringan.
Gambar 2.10 Menunjukkan struktur pada artificial neural network.
Yang paling sederhana, terdapat struktur single layer neural network yang hanya
memiliki lapisan tunggal yaitu input layer dan output layer saja. Setiap neuron pada input layer
langsung terhubung dengan output layer, struktur jaringan ini hanya menerima input kemudian
diproses langsung menjadi hasil output. Kemudian terdapat struktur multiple layers neural
network, pada struktur ini terdapat input layer, output layer, dan hidden layer. Pada hidden
layer inilah layer bisa disetel seberapa banyak tergantung kompleksitas masalah yang
dihadapai. Algoritma yang menggunakan struktur seperti inilah yang dinamakan algoritma
deep learning, karena layer digunakan sangat banyak sehingga proses pembelajaran akan
semakin dalam dan kompleks.
(2.1)
Dapat diketahui bahwa yT hanya bergantung pada X = (X0, X1, X2, …, XT) Bukan pada
data input masa depan seperti XT+1. Tujuan dari sequence modelling adalah untuk mencari
jaringan yang meminimalisir beberapa perbedaan antara data output aktual dengan hasil
prediksi. Dimana target output kemudian digunakan menjadi data input untuk prediksi
selanjutnya, dan terus bergeser menuju data selanjutnya oleh langkah waktu (Bai et al., 2018)
output tensor saja yang berbeda. Karena hanya satu dimensi, maka nilai dari input_size dan
output size adalah sama dengan satu. Pada gambar 2.11 menunjukkan bagaimana proses 1
dimentional convolution yang mengubah input menjadi output.
Setiap proses konvolusi akan berlansung di setiap data pada seluruh input tensor tersebut.
Pada gambar, digunakan kernel size yaitu tiga, jadi proses akan dilakukan setiap tiga data.
Kernel memiliki bobot yang sama pada setiap proses yang berjalan. Dapat dilihat bahwa setiap
satu data pada output tensor merupakan hasil perhitungan dot dari kernel pada input tensor.
Proses berlangsung sama dengan kernel akan mulai bergerak ke arah data selanjutnya setiap
satu data. Namun untuk dapat memperoleh panjang data yang sama pada input dan ouput tensor
perlu ditambahkan padding bernilai nol di awal dan akhir data.
(2.2)
Dimana:
P = Jumlah padding
k = Ukuran kernel
Dapat dilihat pada gambar 2.12 a dan b, perbedaan jika menggunakan proses causal
convolutions dan tidak. Pada gambar c dicontohkan terdapat empat data dan digunakan ukuran
kernel tiga, jadi jumlah padding yang harus ditambahkan adalah ukuran kernel - 1 yaitu 2.
Proses konvolusi pada data pertama yaitu menggunakan dua data sebelumnya yaitu padding,
tersebut untuk mendapatkan hasil output dari data pertama, dan berlaku hal yang sama pada
data selanjutnya sehingga data output tensor memiliki panjang yang sama dengan data input.
(2.3)
Dimana d adalah nilai dari dilatasi, k adalah nilai dari kernel dan Xs-dxi menunjukkan
langkah yang diambil ke belakang.Untuk menghitung berapa banyak layer yang dibutunhkan,
dan mengitung receptive field dapat menggunakan rumus:
(2.4)
(2.5)
Dimana:
n = Jumlah layer
ɭ = Panjang data
k = Ukuran kernel
r= Rentang data yang dilalui proses dilatasi
Pada gambar 2.13 dapat dilihat contoh penggunaan dilated convolution dengan panjang
data adalah 4, ukuran kernel adalah 3, nilai dilatasi adalah 2, dan rentang data yang dilalui
adalah 5. Jika tidak mengalami proses dilatasi, rentang data yang dilalui sama dengan ukuran
kernel yaitu 3, sedangkan jika mengalami proses dilatasi rentang data melebar menjadi 5.
Namun jika nilai dilatasi tetap, akan dibutuhkan data yang sangat panjang pada layer
berikutnya. Untuk itu pada layer berikutnya, nilai dilatasi akan mengalami peningkatan secara
eksponensial ditunjukkan pada gambar 2.14, dilation base konstan yang direpresentasikan
25
dengan ᖯ dan perhitungannya ditunjukkan pada rumus. Pada gambar 2.14 digunakan panjang
data adalah 10, ukuran kernel adalah 3, dilation base adalah 2, dan banyaknya layer adalah 3.
Pada penerapannya nilai dari kernel harus lebih besar dari dilatation base. Dan juga berimbas
jumlah padding akan mengalami peningkatan untuk setiap layer sehingga dibutuhkan rumus
baru yaitu:
(2.6)
(2.7)
Pada gambar 2.15 digunakan ukuran kernel adalah 3 dan nilai dilatasi adalah 2. Dapat
dilihat perubahan sesudah ditambahkan residual connection, hasil output dari kedua layer
tersebut nantinya akan ditambahkan ke input dari residual block untuk menghasilkan input
pada block selanjutnya. Karena proses konvolusi pada layer pertama dari residual block
pertama dan proses konvolusi pada layer kedua dari residual block terakhir mungkin memiliki
panjang data input yang berbeda, maka panjang dari residual block harus disesuaikan dengan
proses konvolusi 1x1. Menambahkan residual block ke arsitektur TCN menjadikan lebih
banyak rentang data yang dilalui dari pada model biasa. Perubahan tersebut mengharuskan
dilakukan perhitungan kembali berapa layer yang dibutuhkan untuk dapat mencakup nilai
seluruh data. Jadi rentang data dengan dilatation base ᖯ, kernel size k dengan k ≥ ᖯ, dan jumlah
residual block n dapat dirumuskan sebagai berikut:
(2.8)
(2.9)
(2.10)
Dimana:
Y’ = Nilai prediksi
Y = Nilai aktual
N = Jumlah data
(2.11)
(2.12)
#
######
Mengkombinasikan algoritma LSTM
Kombinasi dengan CNN, kemudian membandingkan
Long Short hasil dengan dengan algoritma LSTM dan
(Kim & Term Memory CNN normal. Mengenkstak fitur serta
Kim, (LSTM) Indeks gambar grafik pada data saham. Hasil yang
3 201 dengan Saham didapatkan model kombinasi dapat
9)
Convolutional S&P 500 mengunguli performa model normal. Selain
Neural itu, didapatkan informasi bahwa candlestick
Network chart merupakan chart yang paling efektif
(CNN) untuk prediksi harga saham, dan dapat
meminimalisir kesalahan prediksi yang
terjadi. Dengan nilai RMSE 0.098.
(Bai et Temporal
4 al., 2018) Convolutional - Memperkenalkan kosen dari algoritma
Network Temporal Convolutional Network (TCN).
(TCN)
Memperkenalkan algoritma TCN dengan
modifikasi Multi Channel (M-GTCN).
Algoritma tersebut kemudian dibandingkan
Temporal Makey- dengan LSTM, GRU, dan TCN.
(Liu et al., Convolutional Glass Disimpulkan bahwa memang TCN memiliki
5 2019) Network data, performa yang baik daripada LSTM dan
(TCN) OM2.5 GRU pada kasus single factor. Namun pada
data kasus multi factor hasil dari TCN sangat
buruk. M-GTCN dapat mengungguli
algoritma lainnya, namun arsitekturnya lebih
kompleks.
Menggunakan algoritma TCN untuk
( Temporal mengolah kasus dengan tipe data
Wan
et al., Convolutional Beijing multivariate (M-TCN). Hasil yang
6 2019) Network PM2.5 didapatkan, algoritma M-TCN memiliki
(TCN) dengan kemampuan generalisasi yang rendah, hasil
kasus prediksi sangat bervariasi pada dataset yang
multivariate berbeda.
Kombinasi Mengkombinasikan algoritma TCN dengan
Temporal representative learning yang disebut
(Wang et Convolutional Indeks Stock2Vec. Hal tersebut dilakukan untuk
7 al., 2020) Network saham mengetahui hubungan di antara saham satu
(TCN) dan S&P 500 dengan yang lain. Hasil yang didapatkan
Representative cukup baik dengan nilai RMSE 2.22.
Learning
Dari penelitian-penelitian terkait yang telah disebutkan, memprediksi tren pergerakan
harga saham banyak dikembangkan menggunakan algoritma Long Short Term Memory
(LSTM). Namun, pada algoritma LSTM sendiri atapun algoritma perkembangan dari LSTM
masih banyak terjadi masalah pada vanising gradient. Untuk itu pada penelitian yang dilakukan
oleh (Bai et al., 2018) mulai memperkenalkan algoritma baru yang dengan menggunakan
konsep konvolusi pada pengolahan data time series yaitu Temporal Convolutional Network
(TCN). TCN sendiri mempunyai beberapa kelebihan dibandingakn LSTM, yaitu menggunakan
proses backpropagation untuk meminimalisir terjadinya vanisihing gradient dan mampu
memproses data secara pararel sehingga data yang panjang dapat dieksekusi dengan cepat.
Namun pemrosesan data menggunakan TCN memerlukan penyimpanan yang lebih besar saat
melakukan proses evaluasi. Algoritma TCN Mampu memberikan hasil yang baik dan mampu
mengungguli algoritma yang umum dipakai, ditunjukkan pada penelitian (Bai et al., 2018)
yaitu LSTM, RNN, dan Gated Recurrent Unit (GRU).
Untuk itu pada penelitian ini dipilih menggunakan algoritma TCN karena berdasarkan
penelitian terkini yang menunjukkan bahwa TCN memberikan hasil yang lebih baik walaupun
menggunakan pendekatan yang berbeda. Hasil yang didapatkan TCN sangat dipengaruhi oleh
panjang data yang diolah, sedangkan LSTM dan GRU dengan ukuran panjang data yang sama
hasilnya berubah-ubah. Keakuratan LSTM dapat turun hingga 20% untuk data di bawah 50,
sedangkan GRU turun hingga 20% untuk data di bawah 200. Dengan hasil tersebut dapat
menunjukkan bahwa TCN mampu mengolah data yang panjang dan mempertahankan riwayat
data yang lebih jauh (Bai et al., 2018). Algoritma TCN juga dapat dilakukan modifikasi untuk
berbagai kebutuhan sesuai masalah yang dihadapi, seperti mengkombinasikan dengan basis
pengetahuan untuk mengetahui korelasi dari antar data seperti pada penelitian (Wang et al.,
2020). Penelitan ini akan mencoba membandingkan performa dari algoritma TCN dengan
algoritma LSTM sebagai algoritma yang cukup banyak digunakan untuk memprediksi harga
saham, algoritma Linear Regression dan Decision Tree Regression yang jarang digunakan
untuk memprediksi harga saham. Serta pemodelan algoritma TCN menggunakan library yang
cukup baru dikembangkan yaitu Darts.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
memasukkan ticker dari saham yang diinginkan kemudian sumber data tersebut dan
rentang data yang diinginkan dengan menyetel tanggal awal dan akhir.
d. Langkah selanjutnya adalah preprocessing data saham yang telah didapatkan. Proses
pertama yang dilakukan dalam preprocessing adalah Exploratory Data Analysis
(EDA). Yaitu melakukan proses investigasi untuk memahami kondisi data yang
digunakan dan menyiapkan data agar mampu diolah oleh model algoritma. Beberapa
proses yang dilakukan adalah: mengecek dimensi dan jumlah data, mengecek tipe
data, dan mengecek apakah terdapat data yang kosong.
e. Setelah dilakukan proses EDA, selanjutnya data akan divisualisasikan menggunakan
line chart untuk melihat bagaimana pergerakan harga yang terjadi.
f. Mengambil kolom harga penutupan (close) saja untuk digunakan pada penelitian.
g. Scaling data dilakukan pada data dengan rentang nilai 0 hingga 1, agar saat
melakukan prediksi model algoritma tidak mengalami bias karena rentang harga
aktual bisa sangat jauh.
h. Proses terakhir pada tahap preprocessing adalah melakukan peemisahan data menjadi
data traning dan data testing. Data training digunakan sebagai data untuk melakukan
pembelajaran pada model algoritma. Dan data testing digunakan untuk menguji
model yang telah dilatih.
i. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemodelan pada algoritma yang digunakan.
j. Proses traning dilakukan untuk melakukan pembelajaran pada pada model algoritma.
k. Selanjutnya model akan dilakukan proses testing untuk mengetahui hasil prediksi
yang dilakukan.
l. Hasil prediksi akan divisualisasikan untuk mengetahui bagaimana perbandingannya
dengan harga aktual.
m. Hasil prediksi dengan harga aktual akan dihitung nilai errornya untuk mendapatkan
kesimpulan apakah model menghasilkan prediksi yang baik atau buruk.
n. Hasil perhitungan nilai error yang didapatkan kemudian akan dikomparasikan
dengan dengan nilai error dari algoritma lain. Algoritma manakah yang mendapatkan
hasil yang paling baik dan paling buruk. Dan akan dievaluasi hal apakah yang
menyebabkan model algoritma mendapatkan hasil prediksi seperti itu.
o. Setelah didapatkan hasil prediksi dan perhitungan error antar algoritma, maka akan
menghasilkan kesimpulan mengenai penelitian yang dihadapi.
35
f. Proses training pada model Linear Regression dan Decission Tree Regression.
g. Membuat variabel baru untuk digunakan prediksi dengan nama x_future, dengan
mengambil data sepanjang future_days pada akhir data close.
h. Prose prediksi pada model Linear Regression dan Decission Tree Regression.
3.3 Evaluasi
Proses evaluasi akan dilakukan setelah proses prediksi menggunakan model algoritma
sudah didapatkan hasilnya, serta sudah diketahui bagaimana visualisasi dari hasil prediksi
tersebut. Evaluasi yang dilakukan yaitu mengamati bagaimana hasil prediksi yang dihasilkan
oleh model algoritma menggunakan matrik perhitungan error dengan menggunakan matrik
Mean Absolute Error (MAE), Mean Squared Error (MAE), Root Mean Squared Error
(RMSE), apakah prediksi harga dan tren yang terbentuk dapat mengikuti harga aktualnya atau
tidak. Akan dianalisa kenapa hal tersebut dapat terjadi.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi
Semua tahapan perancangan penelitian yang telah dijabarkan dalam bentuk flowchart
pada gambar 3.1, diimplementasikan pada kode program menggunakan bahasa pemrograman
Python 3.7. Proses pada kode program akan dijabarkan pada bab ini.
1. # Import libraries
2. import math
3. import numpy as np
4. import pandas as pd
5. from darts import TimeSeries
6. from darts.models import TCNModel, RNNModel
7. from darts.dataprocessin.transormers import Scaler
8. from farts.utils.timeseries_generation
9. import datetime_attribute_
10. from darts.metrics import mape, r2_score
11. from darts.utils.missing_values import fill_missing_values
Membangun Model
Gambar 4.9 mendefinisikan fungsi untuk membangun model TCN, beberapa
hyperparameter yang tersedia dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Model dari
algoritma TCN didefinisikan pada baris kode ke 2 dengan nama variabel tcn_model dengan
memanfaatkan fungsi TCNModel. Panjang data yang akan dilakukan training adalah 1553 dan
dengan panjang output = 60. Pada penelitian ini hyperparameter disetel menjadi: n_epoch =
20, droupout = 0.1, dilatation_base = 2, weight_norm = true, kernel_size = 5, num_filter = 3.
Jumlah epoch yang digunakan sebanyak 20 mengacu pada penelitian , kemudian nilai dropout
digunakan 0.1 karena merupakan nilai paling umum digunakan, dilatation_base menggunakan
nilai standar yaitu 2 agar pola yang diketahui tidak terlalu lebar. Dan kemudian dengan besar
layer adalah 5 karena hari bursa buka selama 5 hari dalam seminggu sehingga ingin dilakukan
proses konvolusi pada setiap minggunya, dan digunakan konfigurasi 3 layer.
Proses Training
Gambar 4.10 mendefinisikan fungsi untuk melakukan proses training pada data.
Proses Backtesting
Gambar 4.11 mendefinisikan fungsi untuk mengevaluasi kinerja model TCN yang telah
dibentuk sebelumnya pada baris kode ke 2 dengan nama variabel backtest dan dengan
memanfaatkan fungsi historical_forecast. Beberapa hyperparameter digunakan pada fungsi
ini, forecast_horizon adalah berapa lama hari yang akan diprediksi. Dengan rentang 60 hari
dan tidak dilakukan training ulang.
1. # Import libraries
2. import math
3. import numpy as np
4. import pandas as pd
5. import pandas_datareader as web
6. from sklearn import mertics
7. from sklearn.preprocessing import MinMaxScaler
8. from keras.models import Sequential
9. from keraas.layers import Dense, LSTM
10. import matplotlib.pyplot as plt
11. plt.style.use(‘fivethirtyeight’)
Fungsi Scaling
Gambar 4.19 mendefinisikan fungsi scaling yang disimpan di variabel scaler, yang
memanfaatkan library sklearn.preprocessing. Data kemudian akan di-scaling menjadi dalam
rentang antara 0 hingga 1 pada baris kode ke 3 dan dikenakakan fungsi fit_transform pada
49
dataset yang akan di-scaling pada baris kode ke 4. gambar 4.20 menunjukkan data setelah
dikenakan fungsi scaling.
Proses Prediksi
Gambar 4.26 mendefinisikan fungsi untuk melakukan reshape pada data. Input dari
model LSTM mengaruskan untuk array 3 dimensi berupa (number of samples, number of time
steps, number of features). Data yang dimiliki masih berbentuk 2 dimensi, jadi harus dilakukan
reshaping kemudian data akan dilakukan prediksi. Setelah hasil prediksi didapatkan akan
diterapkan fungsi inverse untuk membalikkan harga seperti semula. Hasil prediksi ditunjukkan
pada gambar 4.27.
1. # Import libraries
2. import math
3. import numpy as np
4. import pandas as pd
5. import pandas_datareader as web
6. from sklearn import metrics
7. from sklearn.tree import DecisionTreeRegressor
8. from sklearn.linear_model import LinearRegression
9. from sklearn.model_selection import train_test_split
10. import matplotlib.pyplot as plt
11. plt.style.use(‘fivethirtyeight’)
data divisualisasikan dilakukan untuk mengetahui bagaimana data ditampilkan pada line chart
dengan menggunakan kolom harga close seperti pada gambar 4.33.
Proses Training
Gambar 4.39 mendefinisikan fungsi untuk memanggil kedua model yang memanfaatkan
library dari sklearn.linar_model pada baris kode ke 3 dan sklearn_tree pada baris kode ke 6.
Pada parameter yang tersedia, tinggal memasukkan data x_train dan y_train, dan proses
training model akan dilakukan.
Proses Prediksi
Gambar 4.41 mendefinisikan fungsi untuk melakukan proses prediksi pada kedua model
memanfaatkan library dari sklearn.linar_model pada baris kode ke 2 dan sklearn_tree pada
baris kode ke 6. Pada parameter yang tersedia, tinggal memasukkan data x_test dan y_test, dan
proses prediksi model akan dilakukan. Hasil dari prediksi kedua model ditunjukkan pada
gambar 4.42, array yang bagian atas merupakan hasil prediksi model Decision Tree Regression
dan yang bawah merupakan hasil prediksi model Linear Regression.
4.2 Visualisasi
Berikut adalah hasil visualisasi dari hasil prediksi yang telah dilakukan sebelumnya pada
masing-masing algoritma.
Berikut adalah visualisasi dari prediksi yang dilakukan menggunakan algoritma TCN
selama 60 hari. Gambar 4.44 dan 4.45 menujukkan hasil visulalisasi. Dapat dilihat pada
visualisasi yang dihasilkan oleh hasil prediksi model TCN menunjukkan tren yang terjadi
mampu mengikuti tren aktualnya. Selisih harga antara harga aktual dengan harga prediksi
cukup kecil.
Berikut adalah visualisasi dari prediksi yang dilakukan menggunakan algoritma LSTM
selama 60 hari. Gambar 4.47 dan 4.48 menujukkan hasil visulalisasi. Dapat dilihat pada
visualisasi yang dihasilkan oleh hasil prediksi model LSTM menunjukkan tren yang terjadi
mampu mengikuti tren aktualnya. Selisih harga antara harga aktual dengan harga prediksi tidak
terlalu jauh.
Berikut adalah visualisasi dari prediksi yang dilakukan menggunakan algoritma Linear
Linear Regression selama 60 hari. Gambar 4.50 dan 4.51 menunjukkan hasil visulalisasi. Dapat
dilihat pada visualisasi yang dihasilkan oleh hasil prediksi model Linear Regression
menunjukkan tren yang terjadi tidak mampu mengikuti tren aktualnya. Selisih harga antara
harga actual dengan harga prediksi terlalu jauh. Hal ini dapat dikategorikan sebagai
underfitting, karena model tidak dapat menangkap pola yang terjadi dengan baik sehingga hasil
prediksi mendapatkan akurasi yang rendah. Tren yang diprediksi juga berkebalikan dengan
tren aktualnya, tren yang diprediksi mengalami kenaikan harga sedangkan tren aktualnya
cenderung mengalami penurunan harga.
66
Gambar 4.52 Fungsi untuk menampilkan visualisasi model Decision Tree Regression
Gambar 4.53 Visualisasi prediksi model Decision Tree Regression secara keseluruhan
68
Gambar 4.54 Visualisasi prediksi model Decision Tree Regression secara mendetail
Berikut adalah visualisasi dari prediksi yang dilakukan menggunakan algoritma Decision
Tree Regression selama 60 hari. Gambar 4.53 dan 4.54 menujukkan hasil visulalisasi. Dapat
dilihat pada visualisasi yang dihasilkan oleh hasil prediksi model Decision Tree Regression
menunjukkan tren yang terjadi mampu mengikuti tren aktualnya. Selisih harga antara harga
aktual dengan harga prediksi sangat dekat, namun pada beberapa titik harga prediksi
mengalami lonjakan yang tajam. Hal ini dapat dikategorikan sebagai overfitting, karena model
terlalu fokus pada data training sehingga jika memprediksi data lain akan mendapatkan akurasi
yang rendah. Tren yang diprediksi terlalu mirip dengan tren aktualnya.
4.3 Evaluasi
Setelah melakukan prediksi dengan model yang telah dibangun dan memvisualisasikan
hasilnya, selanjutnya adalah melakukan perhitungan menggunakan matrik error yang terjadi
antara hasil prediksi dengna harga aktual. Gambar 4.55 mendefinisikan fungsi untuk
menghitung matrik.
69
Berdasarkan hasil prediksi yang sudah didapatkan, dan nilai matrik error yang terdapat
pada tabel 4.1, implementasi dari model Temporal Convolutional Network (TCN) memiliki
performa yang dapat mengungguli algoritma-algoritma pembanding lainnya. Dengan nilai
RMSE 9.890 yang merupakan nilai paling rendah. Kemudian performa dari TCN dapat diikuti
oleh algoritma yang cukup populer digunakan pada yaitu Long Short Term Memory (LSTM)
yang memiliki selisih nilai RMSE sangat kecil yaitu 10.843 dengan nilai RMSE TCN.
Sedangkan untuk algoritama yang tidak dikhususkan untuk mengolah data time series hasil
yang didapatkan sangat buruk. Namun, untuk algoritma Linear Regression sendiri
mendapatkan nilai RMSE yang cukup rendah yaitu 11.906, sedangkan algoritma Decision Tree
Regression mendapatkan nilai RMSE yang paling buruk yaitu 36.679. Proses dilatasi yang
dilakukan oleh algoritma TCN dapat mengenali data yang jauh di masa lalu, sehingga model
dapat mengenali pola dari data lebih baik dan tidak tergantung dengan data jangka pendek saja.
Walaupun hasil yang didapatkan TCN pada penelitian ini tidak terlalu signifikan dibandingkan
dengan LSTM.
Sedangkan jika performa model algoritma dilihat dari sisi visualisai, prediksi yang
dihasilkan algoritma TCN dan LSTM mampu memberikan prediksi tren yang dapat mengikuti
tren aktualnya dan memiliki selisih harga yang tidak terlalu besat. Untuk algoritma Linear
Regression, hasil prediksi tren yang didapatkan berkebalikan dengan tren aktualnya sehingga
dapat dikatakan model tersebut mengalami underfitting karena tidak dapat mengenali pola-pola
dengan baik. Sedangkan pada algoritma Decision Tree Regression, hasil prediksi tren yang
didapatkan terlalu mirip dengan tren aktualnya atau biasa disebut prediksinya mengalami
overfitting. Model tersebut terlalu terpaku pada data yang digunakan untuk proses training
sehingga model tidak dapat memprediksi dengan baik pada data baru yang diberikan.
71
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Algoritma Temporal Convolutional Network (TCN) dapat diterapkan untuk proses
prediksi tren pergerakan harga saham dan algoritma Long Short Term Memory (LSTM)
juga dapat mengikuti performa dari algoritma TCN.
b. Algoritma TCN dapat dibangun menggunakan library Darts yang khusus
dikembangkan untuk mengolah data time series dan terdapat modul algoritma TCN,
kemudian dilakukan proses hyperparameter tuning disesuaikan dengan data yang
diolah.
c. Baik TCN maupun LSTM memiliki nilai error yang cukup kecil, yaitu dengan nilai
RMSE TCN adalah 9.890 dan RMSE LSTM adalah 10.843. Sedangkan untuk algoritma
Linear Regression dan Decision Tree Regression memiliki nilai error yang cukup besar
yaitu 11.906 dan 36.679, walaupun nilai RMSE Linear Regression dapat dikatakan
mendekati nilai dari TCN dan LSTM. Nilai RMSE. Sehingga algoritma yang tidak
dikembangkan untuk mengolah data time series tidak cocok diterapkan untuk prediksi
tren pergerakan harga saham.
d. Visualisasi yang dihasilkan oleh algoritma TCN dan LSTM mampu mengikuti tren
harga saham yang terjadi, dengan selisih harga yang cukup kecil.
e. Algoritma TCN dan LSTM dapat dimanfaatkan untuk membantu investor dalam
memprediksi tren pergerakan harga saham pada bursa saham, namun tidak serta merta
digunakan begitu saja. Harus digunakan oleh profesional dan memiliki penetahuan
tentang dunia investasi saham dengan baik serta siap menerima resiko yang akan
ditanggung.
5.2 Saran
Setalah didapatkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, penelitian ini amsih
terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki kedepannya untuk dapat memberikan hasil
yang lebih optimal dan bermanfaat. Berikut adalah saran yang dapat dipertimbangkan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya:
72
a. Data saham yang digunakan tidak hanya satu emiten saja, diharapkan model algoritma
dapat diterapkan diberbagai emiten saham atau saham-saham dalam suatu indeks dan
sektor saham tertentu.
b. Melakukan eksplorasi yang lebih mendalam pada algoritma yang digunakan, mencoba
menggunakan berbagai kemungkinan konfigurasi pada algoritma tersebut untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
c. Diharapkan model algoritma yang sudah dibangun dapat diintegrasikan pada platform
jual beli saham yang digunakan oleh investor.
73
DAFTAR PUSTAKA
Agusta Nanda, R., Rizal, S., & Yuswaliani, S. (2016). Analisis Fundamental dan Analisis
Teknikal. https://www.academia.edu/32854302/Analisis_fundamental
Ahmar, A. S. (2018). Sutte indicator: An Approach to Predict the Direction of Stock Market
Movements. Songklanakarin Journal of Science and Technology, 40(5), 1228-1231.
https://doi.org/10.14456/sjst-psu.2018.150
axa.co.id. (2019). Awal Mula Sejarah Platform Streaming Netflix yang Perlu Kamu Ketahui!
https://portal.axa.co.id/direct/Tips/Detail/awal-mula-sejarah-netflix-yang-perlu-kamu-
ketahui
Bai, S., Kolter, J. Z., & Koltun, V. (2018). An Empirical Evaluation of Generic Convolutional
and Recurrent Networks for Sequence Modeling. http://arxiv.org/abs/1803.01271
BEI. (n.d.). Bursa Efek Indonesia. https://www.idx.co.id/produk/saham/
CNBC Indonesia. (2021, June 29). Jumlah Investor Pasar Modal RI.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210629153854-17-256818/naik-56-jumlah-
investor-pasar-modal-ri-mencapai-388-juta
Dicoding. (2020). Apa Itu Kecerdasan Buatan? Berikut Pengertian dan Contohnya.
https://www.dicoding.com/blog/kecerdasan-buatan-adalah/
Filbert, R. (2020a). Investasi Saham Ala Swing Trader Dunia (H. Yulianto, Ed.; Cetakan
Keempat belas). Elex Media Komputindo.
Filbert, R. (2020b). Investasi Saham Ala Swing Trader Dunia (H. Yulianto, Ed.; 14th ed.). Elex
Media Komputindo.
Hafizah, N., Noviani, E., & Perdana INTISARI, H. (2019). Analisis Teknikal Saham Lq-45
Menggunakan Indikator Bollinger Bands. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya
(Bimaster) (Vol. 08, Issue 4).
Ika Ramadhani, P. (2020, July 2). S&P 500 dan Nasdaq Menguat Didorong Perkembangan
Positif Vaksin Corona. https://www.liputan6.com/saham/read/4294060/sampp-500-dan-
nasdaq-menguat-didorong-perkembangan-positif-vaksin-corona
investasi.kontan.co.id. (2021, March). Sampai Maret 2021, BEI Catat Kenaikan Jumlah
Investor Sebesar 27%. https://investasi.kontan.co.id/news/sampai-maret-2021-bei-catat-
kenaikan-jumlah-investor-sebesar-27
Jati Lantang M, N. (2020). Perbandingan Antara SVM dan CNN Untuk Mendeteksi Objek
Kapal Pada Citra Satelit.
74
Karno, A. S. B. (2020). Prediksi Data Time Series Saham Bank BRI Dengan Mesin Belajar
LSTM (Long ShortTerm Memory). Journal of Informatic and Information Security, 1(1).
https://doi.org/10.31599/jiforty.v1i1.133
Kim, T., & Kim, H. Y. (2019). Forecasting stock prices with a feature fusion LSTM-CNN
model using different representations of the same data. PLoS ONE, 14(2).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0212320
Kusumodestoni, R. H., & Sarwido, S. (2017). Komparasi Model Support Vector Machines
(SVM) dan Neural Network Untuk Mengetahui Tingkat Akurasi Prediksi Tertinggi Harga
Saham. Jurnal Informatika Upgris, 3(1). https://doi.org/10.26877/jiu.v3i1.1536
Lässig, F. (2020, October 28). Temporal Convolutional Networks and Forecasting.
https://medium.com/unit8-machine-learning-publication/temporal-convolutional-
networks-and-forecasting-5ce1b6e97ce4
Lestari, W. R., & Pranyoto, D. E. (2015). Faktor Psikologi yang Membentuk Perilaku
Keuangan (Behavioral Finance) Investor dalam Transaksi Saham pada Pasar Modal di
Lampung Psychological Factors Shaping the Behavior of Finance (Behavioral Finance)
Investor Shares in the Capital Market Transactions in Lampung. Winda Rika Lestari dan
Edi Pranyotol (Vol. 5, Issue 1).
Liu, Y., Dong, H., Xingmei, W., & Han, S. (2019). Time Series Prediction Based on Temporal
Convolutional Network. 2019 IEEE/ACIS 18th International Conference on Computer
and Information Science (ICIS), 300-305.
Mehtab, S., Sen, J., & Dutta, A. (n.d.). Stock Price Prediction Using Machine Learning and
LSTM-Based Deep Learning Models End-to-End Connectivity Management in
Heterogeneous Wireless Networks View project Forecasting of Tourist Inflow for
Infrastructure and Logistics Planning View project Sidra Mehtab NSHM Knowledge
Campus Stock Price Prediction Using Machine Learning and LSTM-Based Deep
Learning Models. https://www.researchgate.net/publication/344324240
money.kompas.com. (2021). Jumlah Pelanggan Melonjak di Tengah Pandemi, Netflix Raup
Pendapatan Mencapai Rp 350 Triliun pada akhir tahun 2020 ini.
https://money.kompas.com/read/2021/01/20/165327826/jumlah-pelanggan-melonjak-di-
tengah-pandemi-netflix-raup-pendapatan-rp-350
Nurhikmat, T. (2018). Implementasi Deep Learning Untuk Image Classification Menggunakan
Algoritma Convolutional Neural Network (CNN) pada Citra Wayang Golek.
75
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7843/TUGAS%20AKHIR_TRIAN
O%20NURHIKMAT_14611209_STATISTIKA_UII.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Olah, C. (2015, August 27). Github Repository Understanding LSTM Networks.
https://colah.github.io/posts/2015-08-Understanding-LSTMs/
Pham, D. T., & Pham, P. T. N. (1999). Artificial Intelligence in Engineering. International
Journal of Machine Tools and Manufacture, 39(6). https://doi.org/10.1016/S0890-
6955(98)00076-5
Pramudya, R., & Pramudya, R. (2020). Technical Analysis to Determine Buying and Selling
Signal in Stock Trade. International Journal of Finance & Banking Studies (2147-4486),
9(1), 58-67. https://doi.org/10.20525/ijfbs.v9i1.666
R Tristia, R. (2019, October 30). Psikologi Trading dan Pengendalian Emosi untuk Trader.
https://id.catinstitute.org/market-story/read/psikologi-trading
Rich, E., Knight, K., & B Nair, S. (2019). Artificial Intelligence (3rd ed.). The McGrow Hill.
Roziq, M. (2021). Mengenal Apa itu AI (Artificial Intelligence)? Berikut Tipe, Bentuk dan
Penerapannya dalam Kehidupan. https://caraguna.com/apa-itu-ai-artificial-intelligence-
berikut-tipe-bentuk-dan-penerapannya-dalam-kehidupan/
Sekar. (2020, July 31). Mengenal Jenis-Jenis Chart Saham Demi Keuntungan.
https://ajaib.co.id/mengenal-jenis-jenis-chart-saham/
tradingview.com. (2021). Netflix,Inc. (NFLX) Stock.
https://id.tradingview.com/chart/?symbol=FX_IDC:USDIDR&source=unauth_header&f
eature=launch_chart
Tri Retno, I. (2021, March 4). Mengenal tentang Tren Sideways atau Konsolidasi.
https://www.finansialku.com/sideways/
Wan, R., Mei, S., Wang, J., Liu, M., & Yang, F. (2019). Multivariate Temporal Convolutional
Network: A Deep Neural Networks Approach for Multivariate Time Series Forecasting.
Electronics (Switzerland), 8(8). https://doi.org/10.3390/electronics8080876
Wang, X., Wang, Y., Weng, B., & Vinel, A. (2020). Stock2Vec: A Hybrid Deep Learning
Framework for Stock Market Prediction with Representation Learning and Temporal
Convolutional Network. http://arxiv.org/abs/2010.01197
Wayan, D. (2018, February 6). Memahami Kecerdasan Buatan berupa Deep Learning dan
Machine Learning. https://warstek.com/deepmachinelearning/
76
Zainuddin, Z., & Hartono, J. (1999). Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. 2(1), 66-90.
Zayini Anwar, M., & Habibi, S. (n.d.). Analisis Prediksi Performasi Arah Pergerakan Saham
Apple (APPL) Menggukan Metode Recurrent Neural Networks/Long Short Term Memory
Networks (RNN/LSTM).
LAMPIRAN