KONTRIBUSI ARTHROPODA KANOPI DALAM MENJAGA
STABILITAS EKOSISTEM PADA KEBUN BERBASIS SENGON
LAUT (Paraserianthes falcataria (L.) BUDIDAYA PORANG
(Amorphophallus muelleri Blumei) (Schott) DI JEMBER SEBAGAI
SUMBER BELAJAR BIOLOGI
IVONE WULANDARI BUDIHARTO
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
E-mail :
[email protected]Abstract : The development of agroforestry based of Sengon Laut with Porang crop area has
successfully to increase people economic level. This research aimed to analyze and compare diversity,
composition, structure community of canopy Arthropod at two different location (Sengon Laut of
Porang crop area and non porang crop area) which was attracted to blue and yellow colored water
pan trap, vertical variation diversity, abundance, and structure community of canopy Arthropod, to
know the relation between community of Arthropod canopy with abiotic factor at local agroforestry
and to recommend good cultivating management. Samples of canopy Arthropod was taken at two
different location by blue and yellow colored water pan trap, which was hang on bottom layer (1-1,5
m) and upper layer (8-10 m). Abiotic factors (Temperature and light intensity) were measured at each
location. Non crop vegetation was analyzed by line intercept method and tree vegetation was analyzed
by complete count method. Data of structure community comparison each location was analyzed by
important value and diversity (Index Shannon-Whienner). The degree of same level composition
between two location was analyzed by Index Bray-Curtis and variation vertical analyzed by anova.
Canopy Arthropod composition and relation with abiotic factors was analyzed by Pearson
Correlation with MINITAP program. The value abundance of canopy Arthropod in Porang crop area
was (329 individu), fewer than canopy Arthropod in non Porang crop area which was (829 individu).
The result showed that yellow water pan trap had better efficiency on upper layer at non Porang crop
area than porang crop area. Recommendation to the farmers in order to make good cultivation
management non crop vegetation is not cleaned and not used pesticide utilization.
Kata kunci: Arthropoda kanopi, faktor abiotik, stabilitas ekosistem, sengon laut, budidaya porang
Peningkatan produksi merupakan pengelolaan lahan hutan
keanekaragaman hasil pertanian tanaman keras berkayu/pohon-pohonan,
merupakan tujuan dari pembangunan perdu, jenis-jenis palm, bambu, dsb,
pertanian pangan di Indonesia khususnya ditanam bersamaan dengan tanaman
tanaman pangan, Tujuan utama pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu
peningkatan ini adalah untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu bentuk
kebutuhan produk-produk bahan pangan pengaturan spasial atau urutan temporal,
serta pendapatan taraf hidup dan dan didalamnya terdapat interaksi-
kesejahteraan petani. Agroforestri interaksi ekologi dan ekonomi diantara
merupakan salah satu contoh kegiatan berbagai komponen yang bersangkutan.
pemerintah untuk mengatasi Kegiatan sistem agroforestri ini
permasalahan dalam peningkatan dianggap sangat memberikan kontribusi
produksi hasil pertanian yang yang baik terhadap tingkat
memanfaatkan sumber daya alam, perekonomian masyarakat, sehingga
dimana dalam sistem agroforestri yang beberapa tahun belakangan ini
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
pengembangan sistem agroforestri sudah agroforestri dapat sebagai penyimpan
menjadi tren baru yang di lakukan oleh karbon dan habitat bagi hewan
pihak perhutani di lahan hutan luas khususnya Arthropoda kanopi dan
maupun oleh masyarakat yang tumbuhan dimana faktor abiotik sangat
menggunakan lahan kebun disekitar berperan penting dalam mendukung
rumah untuk penerapan sistem kelangsungan hidup dari Arthropoda
agroforestri lokal. Contoh agroforestri kanopi. Arthropoda kanopi merupakan
yang berkontribusi terhadap tingkat komponen biotik yang memiliki peran
perekonomiani masyarakat adalah penting dalam ekosistem hutan.
agroforestri budidaya Porang Arthropoda memiliki peranan dalam
(Amorphophallus muelleri Blumei) proses herbivori, predasi, polinasi dan
(Schott) di berbagai wilayah misalnya di berperan penting mendukung siklus
Kabupaten Madiun dan Jember. transformasi material dalam suatu
Agroforestri budidaya Porang ekosistem yang nantinya sangat
merupakan salah satu kegiatan berkaitan dengan produksi hasil
pemanfaatan hutan Sengon Laut pertanian.
(Paraserianthes falcataria L.) yang pada Peranan Arthropoda kanopi
bagian dasar hutannya dimanfaatkan dalam kehidupan manusia dapat
untuk budidaya tanaman Porang dengan mempengaruhi hasil dan kualitas hasil
melibatkan masyarakat lokal. pertanian. Arthropoda hama yang
Pemilihan jenis tanaman porang merupakan jenis Arthropoda yang secara
disebabkan oleh adanya kandungan rutin atau kadang-kadang menyebabkan
glukomanan yang memiliki potensi yang kerusakan sehingga dapat mengurangi
besar sebagai komoditi ekspor penting hasil atau kualitas hasil pertanian. Selain
dari Jawa Timur serta pemasok bahan itu ada juga jenis Arthropoda kanopi
baku industri lokal. Zat glukomanan penyerbuk yang dapat membantu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan manusia dalam penyerbukan tanaman.
perekat, mie, konyaku-jelly, perekat Manfaat jasa layanan ekonomi yang
tablet, pembungkus kapsul, penguat dapat diberikan oleh lahan agroforestri
kertas, bahan peledak, kosmetik dan adalah dapat meningkatkan
pembersih. Pemilihan tanaman berkayu perekonomian masyarakat dengan pesat
Sengon Laut (Paraserianthes falcataria) melalui sistem pertanian berkelanjutan.
dalam agroforestri ini dikarenakan Jember merupakan salah satu
tanaman Sengon Laut memiliki manfaat wilayah yang memiliki lahan
yang banyak bagi masyarakat agroforestri budidaya Porang yang besar.
diantaranya yaitu dapat digunakan Luas lahan agroforestri budidaya Porang
sebagai bahan perumahan dan pohon di Jember 121,3 Ha. Penelitian yang
Sengon Laut memiliki daun yang sangat dilakukan oleh Harjoko et al., (2011) di
baik bagi kesuburan tanah. daerah Jember mendapatkan hasil bahwa
Ekosistem lahan agroforesti terdapat jenis Porang yang mempunyai
budidaya Porang memberikan manfaat sifat unggul dan menghasilkan kadar
nyata bagi masyarakat yaitu dapat glukomanan serta kandungan pati tinggi
memberikan jasa layanan ekonomi dan sehingga sesuai untuk dibudidayakan
ekologi. Jasa ekonomi yang dimaksud berdasarkan karakter morfologi dan
adalah hasil pertanian yang didapatkan molekuler serta mendapatkan variabel
dapat meningkatkan perekonomian agronomis yang paling berpengaruh
masyrakat sekitar dan jasa layanan terhadap pembentukan pati dan
ekologi dalam hal ini adalah lahan glukomanan
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
Permasalahan yang sering terjadi Arthropoda kanopi pada dua lokasi
pada pengelolaan lahan kebun adalah berbeda (lahan kebun Sengon Laut
pengelolaan lahan secara intensif yang budidaya Porang dan non Porang) yang
dilakukan oleh petani dengan jangka tertarik pada perangkap bejana berwarna
panjang dalam upaya untuk biru dan kuning, mengetahui variasi
meningkatkan hasil produksi pertanian. vertikal diversitas, kelimpahan dan
Pengelolaan secara intensif yang struktur komunitas Arthropoda kanopi,
dimaksud disini adalah pengelolaan untuk mengetahui hubungan komunitas
lahan yang sering dilakukan oleh para Arthropoda kanopi dengan faktor abiotik
petani yaitu kegiatan pengelolaan yang dan untuk memberikan rekomendasi
menggunakan bahan murah, efektif, dan tentang pengelolaan lahan kebun.
efisien untuk memberikan keuntungan Penelitian ini menggunakan rancangan
ekonomis dalam rangka pengendalian blok dan pemilihan tegakan sebagai titik
hama untuk memelihara dan merawat sampel ditentukan di lokasi penelitian
lahan mereka sehingga diperoleh hasil secara (Purposive). Pencuplikan
yang baik. Pengelolaan tersebut Arthropoda di dua lokasi menggunakan
diantaranya yaitu pengendalian hama perangkap bejana kuning dan biru
menggunakan pestisida kimia dan digantungkan pada ketinggian kanopi
penyiangan tumbuhan liar (vegetasi non bawah (1 – 1,5 m) dan ketinggian kanopi
crop) di sekitar lahan kebun berbasis atas (8 – 10m). Pengukuran faktor
Sengon laut dengan tanaman budidaya lingkungan (suhu dan cahaya) dilakukan
Porang yang sering dibersihkan. disetiap lokasi. Analisis vegetasi non
Keadaan ini dapat menyebabkan crop dilakukan dengan menggunakan
stabilitas ekosistem lahan agroforestri metode line intercept dan vegetasi pohon
menjadi terganggu seperti terjadinya menggunakan metode perhitungan
kontaminasi lingkungan, resitensi hama, lengkap. Analisis data perbandingan
dan keberadaan musuh alami, Akibatnya struktur komunitas antar lokasi
terjadi perubahan kelimpahan, diversitas didapatkan dari nilai penting dan
dan struktur komunitas Arthropoda baik diversitas (indeks Shannon-Wiener).
kanopi maupun Arthropoda tanah serta Kesamaan komposisi dua lokasi
tumbuhan menjadi kurang berdaya guna. dianalisis menggunakan (indeks
kesamaan Bray-Curtis) dan pola variasi
METODE vertikal dianalisis dengan Anova.
Penelitian ini bertujuan untuk Komposisi Arthropoda kanopi dan
menganalisis dan membandingkan korelasinya dengan faktor lingkungan
diversitas, komposisi, struktur komunitas dianalisis dengan pearson correlation.
AA
B B
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
Gambar 1. Denah Lokasi Penelitian di Jember penelitian lahan Porang (A) dan non Porang
(B).
Porang 7 Non Porang
500 M2 250 M2
Gambar 2. Skema Denah Penelitian
HASIL Porang dan non budidaya Porang dengan
Arthropoda kanopi yang dikoleksi indeks Bray Curtis sebesar 0.60%
pada lokasi lahan Porang memiliki Struktur komunitas pada lahan Porang
kelimpahan yang lebih rendah (329 didominasi oleh spesies Simulium sp.
individu) sedangkan pada lokasi lahan dengan nilai INP 22.42% sedangkan
non Porang Arthropoda kanopi yang pada lahan non Porang didominasi oleh
dikoleksi memiliki kelimpahan lebih spesies Oxyopes sp. dengan nilai INP
tinggi (829 individu). Perolehan hasil 20.75%. Jumlah dan jenis vegetasi non
individu Arthropoda kanopi tertinggi crop serta diameter pohon pada lahan
didapatkan lebih banyak pada bejana non budidaya Porang memiliki nilai
berwarna kuning dan pada ketinggian lebih besar dibandingkan dengan lahan
bagian kanopi atas pada lahan non budidaya Porang. Analisis faktor
budidaya Porang dibandingkan dengan lingkungan suhu udara dan intensitas
lahan budidaya Porang. Nilai indeks cahaya terhadap kelimpahan Arthropoda
keanekaragaman Arthropoda kanopi kanopi didapatkan korelasi yang positif
diperoleh pada lahan non Porang lebih dan berdampak secara signifikan dengan
besar (2.56) dibandingkan dengan lahan korelasi P-value < 0.05. Rekomendasi
Porang (2.05). Kelimpahan Arthropoda kepada petani untuk pengelolaan lahan
kanopi antar dua lokasi, warna dan secara baik adalah vegetasi non crop di
ketinggian berbeda nyata dengan area tanaman budidaya tidak dibersihkan
P<0.05. Kesamaan antara dua komposisi dan tidak melakukan penyemprotan
Arthropoda kanopi pada lahan budidaya pestisida.
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
80
70
60
50
Individu
40
30
20 Lahan Porang
10 Lahan Non Porang
0
Spesies
Gambar 3. Rata- rata kelimpahan Arthropoda Kanopi pada Kebun Berbasis Sengon
Laut (Paraserianthes falcataria) dengan Tanaman Budidaya Porang dan
Non Budidaya Porang.
Gambar 4. Rata-rata Kelimpahan Arthropoda kanopi pada Kebun Berbasis Sengon Laut
(Paraserianthes falcataria) di Bejana Berwarna Kuning dan Biru pada Lahan
Budidaya Porang (A) dan Non Budidaya Porang (B).
Gambar 5 Rata-rata Kelimpahan Arthropoda Kanopi pada Kebun Berbasis Sengon Laut
(Paraserianthes falcataria) di Kanopi Atas dan Kanopi Bawah pada Lahan
Budidaya Porang (A) dan Non Budidaya Porang (B).
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
Gambar 6. Dendogram Pohon Kesamaan Komposisi Arthropoda Kanopi Sengon Laut antar
Lokasi pada Masing-masing Bejana.
Tabel 6. Rangkuman nilai F diikuti dengan tingkat signifikansi analisis varians (Anova)
GLM multivariate kelimpahan dan diversitas Arthropoda kanopi (N= 95).
Spesies Lokasi Ketinggian Warna Interaksi Interaksi Interak
(a) (b) (c) (axb) (axc) si (bxc)
Oxyopes sp 55.79 32.63 32.63 1.74 15.64 0.19
Simullium sp 14.57 17.56 22.55 1.47 3.82 0.42
Formica sp 59.83 37.29 56.80 1.49 8.12 1.49
Dorylus laevigatus 49.91 8.20 35.04 0.33 13.16 2.95
Selenopsis sp 63.96 9.33 17.78 0.02 0.53 39.10
Keanekeragaman 211.73 414.83* 516.43* 44.21 0.17 0.53
Spesies
Kelimpahan 389.81* 201.39 289.71 17.15 120.31 0.17
PEMBAHASAN
Perbedaan kelimpahan populasi penyemprotan dengan menggunakan
Arthropoda kanopi Sengon Laut pestisida dan penyiangan vegetasi non
berhubungan dengan kemampuan crop sebagai parameter ekosistem binaan
berkembang biak Arthropoda, sifat disekitar lahan menyebabkan
mempertahankan diri dan daur hidup ketidakstabilan ekosistem menjadi
Arthropoda. Kelimpahan Arthropoda terganggu dan mempengaruhi
juga dipengaruhi oleh hadirnya predator, kelimpahan Arthropoda kanopi
patogen, parasit dan sebagainya. Faktor (Maswar, 2008).
abiotik lingkungan seperti kelembaban Pada lahan non budidaya Porang
udara, curah hujan, penyinaran, dan memiliki jumlah vegetasi non crop yang
kecepatan angin yang ada di lahan dan ukuran pohon yang lebih
budidaya Porang dan lahan non budidaya beranekaragam dibandingkan pada lahan
Porang yang dapat menyebabkan naik Porang yang memiliki jenis vegetasi non
turunnya kelimpahan populasi di setiap crop lebih sedikit. Keanekaragaman
tempat. Ekosistem setempat yang telah spesies vegetasi non crop pada lahan non
banyak mengalami tekanan-tekanan budidaya Porang yang lebih banyak
secara fisik seperti pengelolaan lahan dibandingkan pada lahan Porang
yang tidak tepat guna yaitu memberikan kontribusi yang besar
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
terhadap jumlah kelimpahan dari Buchholz et al., 2010). Menurut taktik
Arthropoda kanopi Sengon Laut. pengendalian hama secara terpadu salah
Semakin tinggi keanekaragaman dari satu cara mengendalikan organisme
vegetasi non crop maka semakin pengganggu tanaman adalah secara
beranekaragam juga spesies dan peran mekanik dengan menggunakan alat
dari Arthropoda kanopi. Interaksi antara perangkap (Oka, 1995). Salah satu jenis
tumbuhan berkayu, semak, vegetasi non perangkap yang efektif dan sering
crop dengan Arthropoda kanopi sangat digunakan dalam penelitian adalah jenis
berkaitan erat dan sebagian besar perangkap warna yaitu warna kuning dan
Arthropoda makan tumbuh-tumbuhan, biru. Jenis perangkap warna kuning ini
akan tetapi hanya sebagian kecil yang didasari sifat serangga yang menyukai
dianggap hama (Nurindah, 2002). warna kuning mencolok dan warna
Interaksi antara tanaman dan kuning mirip warna kelopak bunga yang
Arthropoda kanopi terjadi secara sedang mekar sempurna. Perangkap
komplek dan berlangsung sangat lama kuning dan biru efektif untuk memikat
dan terus-menerus. Tanaman hama golongan thrips, aphid, kutu, dan
mengembangkan sistem pertahanan diri tungau serta dijadikan indikator populasi
terhadap serangan Arthropoda kanopi hama di sekitarnya (Chu et al., 2003).
sementara Arthropoda berupaya untuk Leksono 3 (2005), penelitian
mengembangkan sistem adaptasi untuk tentang preferensi warna disebutkan
dapat mengatasi sistem pertahanan bahwa beberapa kelompok herbivor dan
tanaman (Samsudin, 2008). Tumbuhan predator memiliki kesamaan dalam
liar yang dapat menyediakan habitat bagi pemilihan warna yaitu warna kuning.
musuh alami yang dikenal juga sebagai Secara umum, respon positif terhadap
refugia. Tumbuhan refugia adalah preferensi warna kuning menunjukkan
beberapa jenis tumbuhan di sekitar bahwa warna tersebut berhubungan
pertanaman yang dapat menyediakan dengan serangga yang memanfaatkan
tempat perlindungan, sumber pakan atau atau berhabitat pada daun-daunan.
sumberdaya yang lain. Karena preferensi warna menujukkan
Spesies Arthropoda kanopi adanya ketertarikan terhadap aktivitas
memiliki preverensi tersendiri dalam serangga yang akan dilakukan di sekitar
menanggapi biasan panjang gelombang warna tersebut, seperti adanya serangga
warna yang dipantulkan dari bejana herbivor, schavenger ataupun serangga
berwarna kuning dan bejana berwarna predator yang memanfaatkan dedaunan
biru, sehingga diperoleh Arthropoda secara tidak langsung sebagai habitat
kanopi yang hanya ditemukan pada mencari mangsa di sekitar daun tersebut
bejana berwana kuning dan hanya (Kirk, 1984 dalam Leksono 3 et al.,
didapatkan pada bejana berwarna. 2005).
Menurut Jumar (2000), Arthropoda Lokasi lahan non budidaya Porang
memiliki preferensi terhadap warna dan diperoleh angka keanekaragaman yang
bau, famili-famili pada ordo Arachnida lebih besar dibandingkan dengan lahan
(laba-laba), Diptera dan beberapa famili budidaya Porang. Leksono (2007),
dari ordo Coleoptera memiliki kesukaan keanekaragaman spesies merupakan
terhadap warna yang kontras, sehingga jumlah total proporsi suatu spesies relatif
dimungkinkan mangsa yang didapatkan terhadap jumlah total individu yang ada,
lebih banyak karena tertarik terhadap sehingga semakin seimbang proporsi
warna yang kontras tersebut (Faasch jumlah spesies yang menunjukkan
(1968) dan Gebert (1991) dalam keanekaragaman yang semakin tinggi.
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
Keanekaragaman Arthropoda kanopi mengejar mangsanya di atas daun-daun
antar dua lokasi, warna dan ketinggian dengan kecepatan yang tinggi. Sifat yang
didapatkan hasil perhitungan indeks aktif tersebut menyebabkan hewan ini
Shannon-Wiener berkisar sebesar 2.05- mampu bertahan hidup dan
2.56 berturut-turut untuk lahan budidaya berkembangbiak sehingga keberadaanya
Porang dan non budidaya Porang, mampu mendominasi suatu komunitas,
sehingga kestabilan lingkungan pada selain itu hewan ini mampu
kedua komunitas tersebut memiliki menghasilkan telur dalam jumlah banyak
kestabilan sedang. Barbour et al,. (1987), yang diletakkan di dedaunan.
indeks keanekaragaman Shannon- Heterogentas ruang dapat menyebabkan
Wiener dapat digunakan sebagai salah perbedaan tingkat keanekaragaman
satu indeks untuk mengukur spesies pada suatu habitat. Arthropoda
heterogenitas suatu komunitas yang yang hidup di lahan Porang menempati
dapat menentukan kestabilan lingkungan habitat yang homogen dan dikendalikan
komunitas tersebut. ). oleh manusia, sehingga
Komposisi jenis kelompok keanekaragamannya cenderung berbeda-
predator lebih tinggi didapatkan pada beda antara satu tempat dengan tempat
lahan Porang dan Non Porang yang lain dalam satu ekosistem.
dibandingkan dengan Arthropoda kanopi
jenis lain. Predator yang dominan adalah KESIMPULAN
ordo Arachnida, Hymenoptera, Secara umum hasil penelitian yang
Coleoptera dan Diptera. Keberadaan diperoleh adalah kelimpahan dan
predator dalam agroekosistem akan komposisi dari Arthropoda kanopi pada
sangat membantu peningkatan stabilitas lahan non Porang memiliki nilai yang
dalam komunitas arthropoda melalui lebih tinggi dibandingkan pada lahan
proses predasi yang dilakukannya. Porang, hal ini dapat disebabkan karena
Predator memainkan peran menonjol adanya vegetasi non crop dan jenos
dalam aliran energi melalui komunitas, pohon yang berlimpah pada lahan non
merupakan pengatur populasi Porang serta faktor abiotik yang
mangsanya, mendorong populasi mangsa mendukung dan secara keseluruhan nilai
untuk memiliki kemampuan bertahan diversitas tertinggi diperoleh pada lahan
hidup dan mewariskan pada non Porang yaitu 2.56, sehingga dapat
keturunannya serta merupakan agen dikatakan keanekaragamannya dalam
dalam proses ekologi mangsanya. kategori sedang. Hasil penelitian ini
Keberadaan predator yang cukup dapat memberikan gambaran bahwa
tinggi mungkin juga erat kaitannya pentingnya keberadaan non crop di area
dengan tingginya populasi detrivora tanaman budidaya yang saling berkaitan
yang dapat berfungsi sebagai sumber dengan habitat dari Arthropoda kanopi.
pakan/mangsa alternatif predator Selama ini masih banyak masyarakat
(Mahrub, 1997). Hal itu sesuai dengan atau petani menganggap bahwa vegetasi
sifat predator yang pada umumnya non crop yang ada di sekitar area
polifag sehingga mampu bertahan hidup tanaman budidaya merupakan sumber
tidak hanya tergantung memangsa dari hama dan penyakit tanaman, dari hasil
golongan herbivora saja (Gatot, 2007). penelitian ini terungkap bahwa vegetasi
Oxyopes sp. termasuk dalam ordo non crop digunakan sebagai habitat,
Arachnida, hewan Arthropoda kanopi tempat berlingdung, dan reservoir
ini bersifat predator dan bergerak aktif Arthropoda kanopi.
tanpa membuat sarang serta dapat
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
DAFTAR RUJUKAN Altitude Field. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas
Altieri MA, Nicholls CI. 2004. Pertanian Universitas Brawijaya.
Biodiversity and Pest management Leksono1 , A. S., N. Nakagoshi, and Y.
in Agroecosystem. Second Edition. Isagi. 2005. The Effects of Forest
New York: Food Product Press. Disturbances on Flying Insect
Angulo-Sandoval, P. & Aide, T.M. Assemblages in Trawas, East Java.
(2000) Effect of plant density and Tropics Vol. 14.
light availability on leaf damage in
Manilkara bidentata (Sapotaceae). Noble,E.R. dan Noble G.A. 1989.
Journal of Tropical Ecology, 16, Parasitilogi, Biologi Parasit Hewan
447–464. Edisi Ke Lima. Yogyakarta: Gadjah
Barbour, M.G., J.H. Burk, and W.D. Mada University Press.
Pitts. 1987. Terrestrial Plant
Nurindah, D.A. Sunarto, IG.A.A.
Ecology. Chapter 9: Method of
Indrayani, M. Rizal, Sri-Hadiyani,
sampling the plant community.
Subiyakto, dan Sujak. 2002.
Menlo Park, Benjamin/Cummings
Optimalisasi pemanfaatan musuh
Publishing Co. CA.
alami dalam pengendalian hama
Basset Y. 2001. Invertebrates in the
utama kapas. Laporan Hasil
canopy of tropical rain forests.
Penelitian, Bagpro Penelitian PHT
Plant Ecology.
ADB 2 Malang. 13p.
Basset Y., Hammond, P.M., Barrios, H.,
Holloway, J.D. and Miller, S. E Scholwalter, T.D., Yanli Zhang, and
(2003). Vertical and stratification Robert A. Progar. 2005. Canopy
of arthropod assemblages. Arthropod Response To Density and
Arthropods of tropical forest. Distribution of Green Trees
Cambridge University Press. Retained after Partial Harvest.
Cambridge. Ecological Applicants, 15(5). Pp
Basset, Y., Hammond, P.M., Barrios, H., 1594-1603.
Holloway, J.D. & Miller, S.E.
(2003) Vertical stratification of Speight, M. R. and Wylie, F.R. (2001).
arthropod assemblages. Arthropods Insect Pest in Tropical Forestry.
of Tropical Forests–Spatio- Wallingford : CABI.
temporal Dynamics and Resource
Use in the Canopy (ed. by Y. Syafei, E.S. 1990. Pengantar Ekologi
Basset, V. Novotny, S.E. Miller Hewan. Bandung: Jurusan Biologi
and R.L. Kitching), pp. 17–28. FMIPA ITB.
Cambridge University Press, Syamsuri, I. 1993. Pengetahuan
Cambridge, U.K. Lingkungan. Malang: IKIP Malang.
Borror,D.J., Triplehorn,C.A., dan
Johnson, N.F. 1992. An Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif
Introduction to the study of Insect. Metode Analisis Populasi dan
Sounders College Publising, New Komunitas. Surabaya: Usaha
York. Nasional.
Gatot Mudjiono, Hagus Tarno, Slamet
Rahardi Prihadianto. 2007. The Suhardi, S. Astuti, Minarnigsih, S.
Biodiversity Of Arthropods In Sambas. H.D Dwijono, dan A.
Orchid Plantation With Different Widodo. 2002. Hutan dan Kebun
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012
sebagai sumber Pangan Nasional. Composition and Potential Aphid
Kanisius. Yogyakarta. Hal : 25-124. Vectors of Plum Pox Virus in
Pennsylvania Peach Orchards.
Tonucci, R. G., Nair, P. K. R., Nair, V. The Horticulture and Food
D., Garcia, R., and Bernardino, F. Research Institute of New Zealand
S. 2011. Soil carbon storage in Limited, Old Mill Road, RD3
silvopasture and related land-use. Motueka 7198, New Zealand 2008.
Takimoto, A., Nair, V. D., and Nair, P.
K. R. 2009. Soil carbon Wallis,D.R., and Shaw. P.W. 2008.,
sequestration potential of Evaluation Of Coloured Sticky
agroforestry practices in the West Traps For Monitoring Beneficial
African Sahel. Journal of Insect in Apple Orchards. The
Environmental Quality Horticulture and Food Research
Agroforestry Systems 76: 11–25. Institute of New Zealand Limited,
Takimoto, A., Nair, P. K. R., and Old Mill Road, RD3 Motueka 7198,
Alavalapati, J. R. R. 2008. New Zealand 2008.
Socioeconomic potential of carbon
sequestration through agroforestry Winchester, N.N., 1997. Canopy
in the West African Sahel. arthropods of coastal Sitka spruce
Mitigation and Adaptation of trees on Vancouver Island, British
Strategies for Global Change 13: Columbia, Canada. Pp. 151-168 In
745–761. N.E. Stork, J.A. Adis, and R.K.
Wallis, C. M. S. J. Fleischer, D. Luster, Didham, (Eds.), Canopy Arthropods
F. e. Gildo 2005. Aphid , Chapman and Hall, London.
(Hemiptera: Aphididae) Species
BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012