Rujukan Peneltian Yag Menggunakan Fisher
Rujukan Peneltian Yag Menggunakan Fisher
Rujukan Peneltian Yag Menggunakan Fisher
ARTIKEL PENELITIAN
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat-Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya,
Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
3
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit
Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
* Korespondensi: [email protected]
ABSTRACT
Introduction: One of the biggest health problems faced by community is pulmonary tuberculosis (TB).TB is
an respiratory tract infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. World Health Organization
(WHO) recommends TB treatment with Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) strategy, one of
which is through the help of treatment supporter (PMO or Pengawas Minum Obat) who supervises the
patient during the treatment period.
Methods: This was an analytic descriptive study with cross sectional approach.. Respondents were taken by
consecutive sampling, based on medical records at Atma Jaya Hospital. We applied inclusion criteria such
as newly diagnosed TB patient with positive sputum smear microscopy results, adult TB patient who has
finished 6 month of treatment and patients who have done sputum smear microscopy test after finishing their
TB treatment. The exclusion criteria were TB-HIV patients and Milliary TB patients. After fulfilment of those
criteria, a total of 81 respondents were selected. Data was analysed by Chi Square test (Fisher Exact test).
Results: Most of patients were 15-50 years old (70,4%) with mean age at 38.49±17.83 years old),male
(53.1%), had family as treatment supporter (91.4%) and had successful TB treatment (74.1%). TB patients
with treatment supporter had more successful treatment (66.7%) than TB patients with no treatment
supporter (7.4%), however there was no significant among the avalibility of treatment supporter and the
success of TB treatment (p=0.670).
Conclusion: Despite the insignificant result, this study gives good insight to implementation of TB DOTS
strategy in Atma Jaya Hospital. The implementation of this strategy contributes to imbalance number of
samples between patient with and without treatment supporter, leading to overestimate results on with TB
treatment supporter group.
Key Words: tuberculosis, treatment supporter (PMO), treatment success
ABSTRAK
Pendahuluan: Salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi komunitas saat ini adalah penyakit
Tuberkulosis (TB) paru.TB paru adalah penyakit infeksi pada saluran saluran pernafasan dan disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. World Health Organization WHO merekomendasikan strategi
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) untuk penanggulangan TB. Salah satunya adalah
dengan menyediakan Pengawas Menelan Obat (PMO) yang mengawasi penderita TB paru selama masa
pengobatan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Responden didapatkan dengan cara consecutive sampling dari rekam medis di Rumah Sakit Atma Jaya.
Studi ini menggunakan kriteria inklusi seperti pasien TB baru dengan sputum positif, pasien TB dewasa yang
telah menyelesaikan 6 bulan pengobatan dan pasien yang memeriksakan sputum kembali setelah
pengobatan selesai. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien TB-HIV dan pasien TB Milllier. Total
sampel yang didapatkan dari rekam medik sebanyak 81 responden dipilih sesuai kriteria penelitian. Data
dianalisis dengan uji Chi Square (uji Fisher Exact).
Hasil: Sebagian besar pasien berumur 15-50 tahun (70,4%) dengan umur rata-rata 38,49±17,83 tahun, laki-
laki (53,1%), memiliki keluarga sebagai PMO (91,4%) dan memiliki pengobatan yang berhasil (74,1%).
Pasien TB dengan PMO lebih banyak yang berhasil dalam pengobatannya, tetapi hasil ini tidak bermakna
bila dibandingkan dengan pasien TB yang tidak memiliki PMO (p=0,670).
Simpulan: Studi ini menunjukan implementasi strategi DOTS yang baik di Rumah Sakit Atma Jaya,
walaupun hasilnya tidak bermakna. Implementasi dari TB DOTS yang baik dapat berkontribusi pada jumlah
sampel yang tidak seimbang sehingga perkiraan keberhasilan pengobatan pasien TB dengan PMO menjadi
lebih besar.
Kata Kunci: tuberkulosis, pengawas minum obat (PMO), keberhasilan pengobatan
ponden). Berdasarkan analisis data dengan tidak terdapat hubungan yang bermakna
menggunakan uji Fisher’s exact didapatkan antara keberadaan PMO dengan status
p=0,670, maka hasil ini menunjukkan bahwa kesembuhan pasien TB (Tabel 2).
pendapatan sekitar 20-30%. Selain itu, TB untuk minum obat se-cara teratur dan sesuai.
paru juga dapat mengakibatkan adanya Pentingnya pendam-pingan dan dukungan
11,12
stigma sosial di masyarakat. yang diberikan PMO kepada penderita TB
Berdasarkan jenis kelamin, responden paru dimaksudkan untuk mencapai hasil
laki-laki mendominasi dengan proporsi 53,1% pengobatan yang optimal.16,17
dari total keseluruhan responden. Hasil ter- Pada penelitian ini, tidak terdapat hu-
sebut didukung oleh data Riskesdas tahun bungan bermakna antara keberadaan PMO
2016 yang menyatakan jumlah kasus TB dengan status kesembuhan pasien TB paru.
paru pada laki-laki 1,4 kali lebih tinggi Hasil tersebut cukup relevan dengan peneli-
7
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini tian Ramadhani, et al. (2012) di RSUP Dr.
disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas Kariadi Semarang, yang menyatakan bahwa
yang tinggi sehingga kemungkinan terpapar tidak terdapat hubungan bermakna antara
lebih besar. Selain itu kebiasaan menghisap keberadaan PMO terhadap terjadinya kon-
rokok tem-bakau dan mengonsumsi minuman versi BTA dengan nilai p=0,699. Persamaan
yang me-ngandung alkohol juga dapat hasil tersebut dikarenakan lokasi penelitian
menyebabkan penurunan sistem imun yang yang telah menerapkan strategi DOTS untuk
mempermudah terjadinya proses infeksi oleh pengobatan pasien TB paru, sehingga
11,13
agen penyebab TB paru. hampir semua responden memiliki PMO
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebesar (88,5%) serta penggunaan uji
sebagian besar responden (74,1%) dinya- Fisher’s exact untuk menganalisis data yang
takan sembuh sementara 25,9% dinyatakan didapatkan.16
tidak sembuh. Hasil penelitian ini cukup rele- Hasil penelitian ini berbeda dengan
van dengan data Dinas Kesehatan Provinsi studi yang telah dilakukan oleh Kusumawati
DKI Jakarta yaitu 77,26% penderita TB paru (2016) di Rumah Sakit PKU Muhammadiya,
dinyatakan sembuh. Namun demikian, pro- Yogya-karta dan Fauziyah (2014) di
porsi tersebut masih lebih rendah diban- Puskesmas Cia-wi, Tasikmalaya. Kedua
dingkan dengan angka kesembuhan yang peneliti tersebut men-dapatkan bahwa PMO
ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 85%.7,14 memiliki hubungan ter-hadap keberhasilan
Sebanyak 74 pasien (91,4%) didampingi oleh pengobatan. Perbedaan hasil ini disebabkan
PMO selama masa pengobatan, sementara 7 karena adanya per-bedaan presentase hasil
pasien (8,6%) lainnya tidak didampingi PMO. dan kondisi tempat antara kedua penelitian
Hasil ini sesuai dengan prinsip pengobatan tersebut dangan pe-nelitian yang dilakukan.
TB paru dengan strategi DOTS yang Pada penelitian oleh Kusumawati, 65,2%
mewajibkan pasien untuk diawasi secara responden didampingi oleh PMO dan 34,8%
langsung oleh PMO sampai selesai responden tidak didam-pingi oleh PMO. Hasil
pengobatan.15 Peran PMO sangat penting yang tidak jauh berbeda juga dapat dilihat
dalam mengawasi dan mengingatkan pasien pada penelitian Fauziyah yang menunjukkan