Rujukan Peneltian Yag Menggunakan Fisher

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Damianus Journal of Medicine

Vol.18 No.2 November 2019: hal.67-73

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU


DENGAN ADA TIDAKNYA PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DI RUMAH SAKIT ATMA JAYA

RELATIONSHIP BETWEEN SUCCESSFUL TREATMENT OF


PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS WITH
THE AVAILABILITY OF TREATMENT SUPPORTER
IN ATMA JAYA HOSPITAL

Fariz Abdul Mujib Dailami1, Regina Satya Wiraharja2,*, Febie Chriestya3

1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat-Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya,
Jalan Pluit Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
3
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Jalan Pluit
Raya no. 2, Jakarta Utara, 14440
* Korespondensi: [email protected]

ABSTRACT
Introduction: One of the biggest health problems faced by community is pulmonary tuberculosis (TB).TB is
an respiratory tract infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. World Health Organization
(WHO) recommends TB treatment with Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) strategy, one of
which is through the help of treatment supporter (PMO or Pengawas Minum Obat) who supervises the
patient during the treatment period.
Methods: This was an analytic descriptive study with cross sectional approach.. Respondents were taken by
consecutive sampling, based on medical records at Atma Jaya Hospital. We applied inclusion criteria such
as newly diagnosed TB patient with positive sputum smear microscopy results, adult TB patient who has
finished 6 month of treatment and patients who have done sputum smear microscopy test after finishing their
TB treatment. The exclusion criteria were TB-HIV patients and Milliary TB patients. After fulfilment of those
criteria, a total of 81 respondents were selected. Data was analysed by Chi Square test (Fisher Exact test).
Results: Most of patients were 15-50 years old (70,4%) with mean age at 38.49±17.83 years old),male
(53.1%), had family as treatment supporter (91.4%) and had successful TB treatment (74.1%). TB patients
with treatment supporter had more successful treatment (66.7%) than TB patients with no treatment
supporter (7.4%), however there was no significant among the avalibility of treatment supporter and the
success of TB treatment (p=0.670).
Conclusion: Despite the insignificant result, this study gives good insight to implementation of TB DOTS
strategy in Atma Jaya Hospital. The implementation of this strategy contributes to imbalance number of
samples between patient with and without treatment supporter, leading to overestimate results on with TB
treatment supporter group.
Key Words: tuberculosis, treatment supporter (PMO), treatment success

ABSTRAK
Pendahuluan: Salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi komunitas saat ini adalah penyakit
Tuberkulosis (TB) paru.TB paru adalah penyakit infeksi pada saluran saluran pernafasan dan disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. World Health Organization WHO merekomendasikan strategi
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) untuk penanggulangan TB. Salah satunya adalah
dengan menyediakan Pengawas Menelan Obat (PMO) yang mengawasi penderita TB paru selama masa
pengobatan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Responden didapatkan dengan cara consecutive sampling dari rekam medis di Rumah Sakit Atma Jaya.
Studi ini menggunakan kriteria inklusi seperti pasien TB baru dengan sputum positif, pasien TB dewasa yang
telah menyelesaikan 6 bulan pengobatan dan pasien yang memeriksakan sputum kembali setelah
pengobatan selesai. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien TB-HIV dan pasien TB Milllier. Total

Vol.18 No.2 November 2019 67


Damianus Journal of Medicine

sampel yang didapatkan dari rekam medik sebanyak 81 responden dipilih sesuai kriteria penelitian. Data
dianalisis dengan uji Chi Square (uji Fisher Exact).
Hasil: Sebagian besar pasien berumur 15-50 tahun (70,4%) dengan umur rata-rata 38,49±17,83 tahun, laki-
laki (53,1%), memiliki keluarga sebagai PMO (91,4%) dan memiliki pengobatan yang berhasil (74,1%).
Pasien TB dengan PMO lebih banyak yang berhasil dalam pengobatannya, tetapi hasil ini tidak bermakna
bila dibandingkan dengan pasien TB yang tidak memiliki PMO (p=0,670).
Simpulan: Studi ini menunjukan implementasi strategi DOTS yang baik di Rumah Sakit Atma Jaya,
walaupun hasilnya tidak bermakna. Implementasi dari TB DOTS yang baik dapat berkontribusi pada jumlah
sampel yang tidak seimbang sehingga perkiraan keberhasilan pengobatan pasien TB dengan PMO menjadi
lebih besar.
Kata Kunci: tuberkulosis, pengawas minum obat (PMO), keberhasilan pengobatan

PENDAHULUAN 8.223 penderita dinyatakan sembuh dengan


Salah satu masalah kesehatan terbesar persentase 77,26 %.4,5
yang dihadapi masyarakat saat ini adalah Rencana Strategi Kementerian Kese-
penyakit Tuberkulosis (TB) paru.1 TB paru hatan 2015-2019 pada Program Nasional Pe-
adalah penyakit menular yang menyerang ngendalian Tuberkulosis adalah prevalensi
saluran pernafasan. Penyakit ini disebabkan TB paru menjadi 245/100.000 penduduk dan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.2 keberhasilan pengobatan TB paru mencapai
Sejak tahun 1993, World Health 90% di seluruh kabupaten atau kota di
Organization (WHO) menyatakan bahwa TB Indonesia.6 Capaian prevalensi TB paru
paru merupakan penyakit kedaruratan global. tahun 2015 sebesar 263/100.00 pendudukan
WHO (2017) melaporkan, bahwa pada tahun dan 257/100.000 penduduk pada tahun 2016.
2016 terdapat 10,4 juta kasus TB paru dan Angka keberhasilan pengobatan TB paru di
1,3 juta diperkirakan meninggal Indonesia (2016) menurut provinsi mencapai
dunia.Indonesia menempati ranking kedua 85,1%. Maka capaian prevalensi TB paru
dengan beban TB paru tertinggi di Dunia. tahun 2019 telah tercapai, tetapi keberhasilan
Pada tahun 2016 Indonesia memiliki angka pengobatan masih belum tercapai.7 Dalam
notifikasi kasus TB paru sebesar 360.565 dan rangka menurunkan kejadian TB paru di
terdapat 358.608 kasus TB paru baru dan Indo-nesia, pemerintah melakukan kebijakan
kambuh. Jumlah ke-matian akibat TB paru peng-adaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
diperkirakan sebanyak 110.000 jiwa. dengan strategi Directly Observed Treatment
Keberhasilan pengobatan men-capai 331.703 Short-course (DOTS) yang telah
3
dengan persentase keberha-silan 85,%. direkomendasikan oleh WHO sejak tahun
Jumlah penderita TB paru yang 1995.3
ditemukan di provinsi DKI Jakarta pada tahun Fokus utama DOTS adalah penemuan
2017 berjumlah 36.998 penderita, dengan dan penyembuhan pasien TB paru.1 Peng-
12.880 diantaranya merupakan penderita TB obatan dilakukan secara teratur dan diawasi
paru BTA(+). 10.709 penderita TB paru langsung oleh Pengawas Menelan Obat
BTA(+) melakukan pengobatan dan sebesar (PMO), agar pengobatan tidak terputus.4
PMO merupakan bagian dari DOTS yang

68 Vol.18 No.2 November 2019


Damianus Journal of Medicine

berperan memastikan pasien TB paru setelah pengobatan. Kriteria eksklusi


menelan seluruh obat yang diberikan agar penelitian ini adalah pasien TB dengan HIV
1
tidak terjadi resistensi obat. dan pasien TB milier. Total responden pada
Keberhasilan pengobatan sangat diten- penelitian ini sebanyak 81 pasien TB paru.
tukan oleh keteraturan pasien minum obat Penelitian ini menggunakan data sekunder
antituberkulosis (OAT). Hal ini dapat tercapai yang diperoleh dari rekam medis. Data yang
dengan bantuan pengawas menelan obat diperoleh dianalisis melalui uji Chi Square (uji
(PMO) yang mengingatkan dan memantau Fisher Exact).
penderita TB paru meminum obat secara
teratur sampai selesai pengobatan.8 Peneliti- HASIL
an Kusumawati tahun 2016 mendapatkan Total jumlah responden yang didapat-
bahwa keberhasilan pengobatan TB paru kan yaitu sebanyak 81 orang. Sebagian
9,59 kali lebih tinggi pada penderita dengan besar pasien berumur 15-50 tahun (70,4%)
PMO. Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan umur rata-rata 38,49±17,83 tahun,
adanya PMO berhubungan erat terhadap laki-laki (53,1%) dan memiliki keluarga
keberha-silan pengobatan TB paru.9 sebagai PMO (91,4%). PMO yang paling
Penelitian ini perlu dilakukan mengingat banyak adalah suami atau istri (64,2%).
jumlah temuan kasus TB paru yang semakin Distribusi responden berdasarkan status
meningkat, tetapi angka kesembuhan masih kesembuhan didapatkan responden yang
belum mencapai target. Tujuannya adalah dinyatakan sembuh seba-nyak 60 orang
untuk menilai hubungan antara kesembuhan (74,1%), dan 21 responden (25,9%)
pasien TB paru dengan ada atau tidaknya dinyatakan tidak sembuh. Sementara itu
PMO. responden yang didampingi oleh PMO
selama masa pengobatannya sebesar 74
METODE orang (91,4%), dan yang tidak didampingi
Desain penelitian yang digunakan ada- oleh PMO sebesar 7 orang (8,6%) (Tabel 1
lah studi deskriptif analitik dengan dan Tabel 2).
pendekatan cross sectional. Penelitian ini Analisis hubungan kesembuhan
dilakukan pada 12 September 2018 sampai dengan keberadaan PMO menunjukkan
21 Oktober 2018 di Rumah Sakit Atma Jaya sebagian be-sar responden dengan PMO
(RSA). Sampel pada penelitian ini adalah dinyatakan sem-buh, yaitu sebesar 66,7%
semua pasien yang memenuhi kriteria (54 responden), dan responden dengan PMO
pemilihan sampel. Kriteria inklusi responden yang tidak sembuh sebesar 24,7% (20
ialah pasien baru TB paru dengan BTA (+), responden). Sementara itu responden yang
pasien TB paru dewasa yang telah selesai sembuh tanpa PMO sebesar 7,4% (6
pengobatan 6 bulan, dan pasien TB yang responden) dan responden yang tidak
telah melakukan pemeriksaan dahak ulang sembuh tanpa PMO sebesar 1,2% (1 res-

68 Vol.18 No.2 November 2019


Hubungan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dengan
Ada Tidaknya Pengawas Menelan Obat (PMO) di Rumah Sakit Atma Jaya

ponden). Berdasarkan analisis data dengan tidak terdapat hubungan yang bermakna
menggunakan uji Fisher’s exact didapatkan antara keberadaan PMO dengan status
p=0,670, maka hasil ini menunjukkan bahwa kesembuhan pasien TB (Tabel 2).

Tabel 1. Keberadaan PMO, karakteristik PMO dan Status Kesembuhan


Karakteristik n (%)
Keberadaan PMO
Ada 74 (91,4%)
Tidak 7 (8,6%)
Total 81 (100%)
Karakteristik PMO
Tanpa PMO 7(8.6%)
Istri/Suami 52(64,2%)
Ibu/Ayah 17(21%)
Anak 5(6,2%)
Total 81 (100%)
Status
Kesembuhan
Sembuh 60 (74,1%)
Tidak Sembuh 21 (25,9%)
Total 81 (100%)

Tabel 2. Hubungan Kesembuhan dengan Keberadaan PMO


Kesembuhan Pasien TB paru
Sembuh Tidak n (%) P Value
Keberadaan PMO
n (%) n (%)
Ada 54 (66,7%) 20 (24,7%) 74 (91,4%)
Tidak 6 (7,4%) 1 (1,2%) 7 (8,6%) 0,670
Total 60 (74,1%) 21 (25,9%) 81 (100%)

DISKUSI dapat menyebabkan daya tahan tubuh


7,10
Pada penelitian ini kelompok usia menurun.
terbanyak ditemukan pada usia 15-50 tahun Saat berada dalam lingkungan kerja
dengan proporsi 70,4% dan usia ≥ 51 tahun yang
sebesar 29,6%. Hasil tersebut relevan padat dan banyak berhubungan dengan
dengan data Pedoman TB Nasional tahun orang
2014 yang menyatakan bahwa 75% pasien lain juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
TB paru merupakan kelompok usia produktif penularan agen penyebab TB paru. Saat
secara ekonomi (15-50 tahun).1 Pada usia seseorang yang sudah dewasa mengalami
tersebut, sebagian besar orang TB paru, maka ia akan kehilangan rata-rata
menghabiskan waktu dan tenaga mereka waktu kerja antara tiga sampai empat bulan.
untuk bekerja. Hal ini secara tidak langsung Hal ini akan berakibat pada hilangnya

Vol.18 No.2 November 2019 69


Hubungan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dengan
Ada Tidaknya Pengawas Menelan Obat (PMO) di Rumah Sakit Atma Jaya

pendapatan sekitar 20-30%. Selain itu, TB untuk minum obat se-cara teratur dan sesuai.
paru juga dapat mengakibatkan adanya Pentingnya pendam-pingan dan dukungan
11,12
stigma sosial di masyarakat. yang diberikan PMO kepada penderita TB
Berdasarkan jenis kelamin, responden paru dimaksudkan untuk mencapai hasil
laki-laki mendominasi dengan proporsi 53,1% pengobatan yang optimal.16,17
dari total keseluruhan responden. Hasil ter- Pada penelitian ini, tidak terdapat hu-
sebut didukung oleh data Riskesdas tahun bungan bermakna antara keberadaan PMO
2016 yang menyatakan jumlah kasus TB dengan status kesembuhan pasien TB paru.
paru pada laki-laki 1,4 kali lebih tinggi Hasil tersebut cukup relevan dengan peneli-
7
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini tian Ramadhani, et al. (2012) di RSUP Dr.
disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas Kariadi Semarang, yang menyatakan bahwa
yang tinggi sehingga kemungkinan terpapar tidak terdapat hubungan bermakna antara
lebih besar. Selain itu kebiasaan menghisap keberadaan PMO terhadap terjadinya kon-
rokok tem-bakau dan mengonsumsi minuman versi BTA dengan nilai p=0,699. Persamaan
yang me-ngandung alkohol juga dapat hasil tersebut dikarenakan lokasi penelitian
menyebabkan penurunan sistem imun yang yang telah menerapkan strategi DOTS untuk
mempermudah terjadinya proses infeksi oleh pengobatan pasien TB paru, sehingga
11,13
agen penyebab TB paru. hampir semua responden memiliki PMO
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebesar (88,5%) serta penggunaan uji
sebagian besar responden (74,1%) dinya- Fisher’s exact untuk menganalisis data yang
takan sembuh sementara 25,9% dinyatakan didapatkan.16
tidak sembuh. Hasil penelitian ini cukup rele- Hasil penelitian ini berbeda dengan
van dengan data Dinas Kesehatan Provinsi studi yang telah dilakukan oleh Kusumawati
DKI Jakarta yaitu 77,26% penderita TB paru (2016) di Rumah Sakit PKU Muhammadiya,
dinyatakan sembuh. Namun demikian, pro- Yogya-karta dan Fauziyah (2014) di
porsi tersebut masih lebih rendah diban- Puskesmas Cia-wi, Tasikmalaya. Kedua
dingkan dengan angka kesembuhan yang peneliti tersebut men-dapatkan bahwa PMO
ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 85%.7,14 memiliki hubungan ter-hadap keberhasilan
Sebanyak 74 pasien (91,4%) didampingi oleh pengobatan. Perbedaan hasil ini disebabkan
PMO selama masa pengobatan, sementara 7 karena adanya per-bedaan presentase hasil
pasien (8,6%) lainnya tidak didampingi PMO. dan kondisi tempat antara kedua penelitian
Hasil ini sesuai dengan prinsip pengobatan tersebut dangan pe-nelitian yang dilakukan.
TB paru dengan strategi DOTS yang Pada penelitian oleh Kusumawati, 65,2%
mewajibkan pasien untuk diawasi secara responden didampingi oleh PMO dan 34,8%
langsung oleh PMO sampai selesai responden tidak didam-pingi oleh PMO. Hasil
pengobatan.15 Peran PMO sangat penting yang tidak jauh berbeda juga dapat dilihat
dalam mengawasi dan mengingatkan pasien pada penelitian Fauziyah yang menunjukkan

Vol.18 No.2 November 2019 71


Damianus Journal of Medicine

responden dengan PMO sebesar 77,32% strate-gi DOTS dalam layanan


dan responden tanpa PMO sebesar 22,68% Tuberkulosisnya, se-hingga jumlah pasien
dengan kondisi tempat pene-litian yang yang tidak memiliki PMO sangat sedikit. Hal
dilakukan di puskesmas. Sedang-kan pada ini mengakibatkan perbandingan sampel
penelitian ini, responden yang me-miliki PMO yang tidak seimbang sehingga hasil dapat
sebesar 91,4% dengan persentase menjadi tidak bermakna.
kesembuhan 66,7% dan 24,7% tidak sembuh
sedangkan responden yang tidak memiliki SIMPULAN
PMO sebesar 8,6% dengan persentase Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
kesembuhan 7,4% dan yang tidak sembuh dapat disimpulkan bahwa kelompok usia
1,2%. Bila dilihat dari distribusi data respon- terbanyak ditemukan pada kelompok usia 15-
den yang tidak memiliki PMO sebagian besar 50 dengan 57 responden (70,4%) dengan
(7,4%) dinyatakan sembuh dan hanya (1,2%) dominasi terjadi pada kelompok laki-laki
dinyatakan tidak sembuh. Dengan demikian, (53%). Sebagian besar pasien TB paru
maka kesembuhan pasien TB paru di RSA dinyatakan sembuh dengan proporsi sebesar
tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya PMO. 74,1% (60 responden) dan 91,4% (74
Ramadhani, et al. (2012) menyatakan responden) didampingi PMO. Selain itu,
bahwa terdapat 2 faktor yang memengaruhi penelitian ini juga juga menyimpulkan bahwa
keberhasilan pengobatan TB paru yaitu kepa- tidak terdapat hubungan yang signifikan
tuhan minum obat dan kepatuhan kontrol.16 antara kesembuhan pasien TB paru dengan
Sementara itu, menurut Kurniawan, et al. keberadaan PMO.
(2015) keberhasilan pengobatan dipengaruhi Secara praktis hasil penelitian ini
oleh tingkat kepatuhan berobat.17 Menurut menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi
Saharieng, et al. (2013) kesembuhan pasien DOTS di RSA cukup baik, terlihat dari jumlah
TB paru dipengaruhi oleh kepatuhan berobat pasien yang memiliki PMO dan berhasil
19
dan kinerja PMO. dalam pengobatannya. Sebaliknya hasil yang
Faktor yang paling utama di antara tidak bermakna pada studi ini belum dapat
beberapa faktor yang memengaruhi keber- digeneralisasikan kepada populasi yang lebih
hasilan pengobatan adalah kesadaran besar ataupun untuk mengambil keputusan
masya-rakat untuk melakukan pengobatan untuk mencoba strategi DOTS tanpa PMO
secara teratur dan disiplin selain monitoring karena adanya ketidakseimbangan sampel
dan eva-luasi dari petugas kesehatan. pada kelompok pasien tuberkulosis tanpa
Faktor-faktor ini jugalah yang memengaruhi PMO. Penelitian lebih lanjut dengan
status kesembuh-an pasien TB paru, selain mengam-bil beberapa rumah sakit dengan
dengan keberadaan PMO.14 dan tanpa strategi DOT sangat dianjurkan
Studi ini dilakukan di Rumah Sakit untuk me-ngonfirmasi hasil ini.
Atma Jaya yang telah mengimplementasikan

72 Vol.18 No.2 November 2019


Hubungan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dengan
Ada Tidaknya Pengawas Menelan Obat (PMO) di Rumah Sakit Atma Jaya

DAFTAR PUSTAKA 12. Mahfuzhah I. Gambaran faktor risiko pende-


1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. rita TB paru berdasarkan status gizi dan pen-
Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. didikan di RSUD Dokter Soedarso. Jurnal
Jakarta: 2014. Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjung-
2. Dorland W. Dorland's illustrated medical pura. Jayapura: 2014;1(1).
dictionary. Philadelphia PA. Saunders: 2007. 13. Dhewi GI, Armiyati Y, & Supriyono M. 2012.
3. World Health Organization. Global Tuber- Hubungan antara pengetahuan, sikap pasien
culosis Report. Switzerland:2017. dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. minum obat pada pasien TB paru di BKPM
Profil kesehatan Indonesia.Jakarta: 2016. Pati. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kebidanan Desember 2012 1(2). Dinas
Profil kesehatan provinsi DKI Jakarta Kesehatan Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi
Jakarta: 2017. DKI Jakarta Tahun 2017.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 14. Kementrian Kesehatan RI. Strategi nasional
Rencana strategi kementrian kesehatan pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
tahun 2015-2019. Jakarta 2015. Jakarta. 2011.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 15. Ramadhani A, Kholis FN. Pengaruh
Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: 2016. pelaksanaan pengawas menelan obat (PMO)
8. Fauziyah K. Pengaruh pengawas menelan terhadap konversi BTA (+) pada pasien
obat (PMO) dan tanpa pengawas menelan tuberkulosis paru di RSDK Tahun 2009/2010.
obat (PMO) terhadap kesembuhan TB paru Karya Tulis Ilmiah Sarjana Kedokteran.
dewasa di puskesmas dengan tempat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
perawatan (DTP) Ciawi–Tasikmalaya Semarang. 2012.
Periode 2014 (Doctoral dissertation, UII, 16. Kurniawan N, Rahmalia HD, Indriati G.
Yogyakarta). Faktor-faktor yang mempengaruhi
9. Puri NA. Hubungan kinerja pengawas minum keberhasilan pengobatan tuberkulosis paru.
obat (PMO) dengan kesembuhan pasien TB Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
paru kasus baru strategi DOTS. Doctoral Keperawatan Universitas Riau.
dissertation. Universitas Sebelas Maret. 2015;2(1):729-41.
Surakarta: 2010. 17. Kusumawati F. Hubungan antara keberhasil-
10. Rukmini R. Faktor-faktor yang berpengaruh an pengobatan tuberkulosis paru yang dipan-
terhadap kejadian TB paru dewasa di tau oleh Pengawas Minum Obat (PMO)
Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan dengan yang tidak di RS PKU Muham-
Dasar Tahun 2010). Buletin Penelitian madiyah Yogyakarta Tahun 2012-2013.
Sistem Kesehatan. 2011;14 (4 Okt). Doctoral Dissertation. UII. Yogyakarta. 2016.
11. Dotulong J, Sapulete MR, Kandou GD. 18. Saharieng RA, Kepel BJ, Ratag BT. Faktor-
Hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin faktor yang berhubungan dengan status
dan kepadatan hunian dengan kejadian kesembuhan pasien tuberkulosis paru di
penyakit TB Paru di Desa Wori Kecamatan wilayah kerja Puskesmas Tamako, Pus-
Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas dan kesmas Manganitu dan Puskesmas Tahuna
Tropik. 2015;3(2).

Vol.18 No.2 November 2019 73


Damianus Journal of Medicine

Timur di Kabupaten Kepulauan Sangihe.


2013.

74 Vol.18 No.2 November 2019

You might also like