Article+0201 10 22

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat)

https://journal.yp3a.org/index.php/sehatrakyat
DOI: 10.54259/sehatrakyat.v2i1.1197
e-ISSN 0852-1239| p-ISSN 2829-9299
Vol. 2 No. 1 (Februari 2023) 10-22
Diterima Redaksi: 07-10-2022 | Selesai Revisi: 21-11-2022 | Diterbitkan Online: 28-02-2023

Analisis Pengelolaan Obat di Puskesmas Sumaling Kecamatan


Mare Kabupaten Bone Tahun 2022
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
1,2,3
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM Universitas Hasanuddin,
Makassar Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract

The management of drugs at the Sumaling Health Center experienced problems related
to the demand for types of drugs that were not in accordance with the previous proposals,
meanwhile there were excess types of drugs and there were also shortages of drugs. This
study aims to find out information about the analysis of drug management at the Sumaling
Health Center, Mare District, Bone Regency. This study uses a qualitative
phenomenological approach that produces descriptive data from May-September 2022.
Data collection is carried out using in-depth interviews and direct observation
techniques. The informants in this study consisted of 7 people consisting of the Head of
the Health Center, the Pharmacy Room Coordinator, the Pharmacy Room Staff, the
Person in Charge of the Drug Distribution Section of the Health Office and 3 patients at
the Sumaling Health Center. The results showed that the selection of drugs made by the
Sumaling Health Center. The drug planning stage is carried out once a year. Drug
procurement is carried out monthly and quarterly to the Health Office's drug warehouse,
but when administering drugs at the Health Office sometimes the drugs are empty. Drugs
are received monthly and then sent to the Health Office and then taken by themselves, in
contrast to the quarterly Health Office which delivers them to the puskesmas.
Inconvenient storage of drugs due to poor ventilation or room temperature which causes
damage to drugs. The distribution of drugs at the Sumaling Health Center takes a long
time to deliver drugs. The destruction and withdrawal of drugs carried out by the
Sumaling Health Center is when there are expired drugs from the health service units
and then collected to the puskesmas drug building then the drug management team will
take them to the Health Office drug warehouse. To overcome the problem of drug
management at the Sumaling Health Center, it is so that the Puskesmas will pay more
attention to the applicable pharmaceutical service standards.

Keywords: Management, Medicine, Public Health Center.

Abstrak

Pengelolaan obat di Puskesmas Sumaling mengalami masalah terkait dengan permintaan


jenis obat tidak sesuai dengan usulan yang diajukan sebelumnya, sementara itu terdapat
jenis obat yang berlebih dan ada juga obat yang mengalami kekurangan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai analisis pengelolaan obat di Puskesmas

Penulis Korespondensi:
Hasniati | [email protected]
10
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

Sumaling Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan kualitatif


dengan pendekatan fenomenologi yang menghasilkan data deskriptif yang dilakukan dari
bulan Mei-September 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara
mendalam dan observasi langsung. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang
terdiri dari Kepala Puskesmas, Koordinator Ruang Farmasi, Staff Ruang Farmasi,
Penanggung Jawab Bagian Distribusi Obat Dinkes dan 3 pasien Puskesmas Sumaling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan obat yang dilakukan oleh Puskesmas
Sumaling. Tahap perencanaan obat dilakukan satu kali setahun. Pengadaan obat
dilakukan perbulan dan pertriwulan ke gudang obat Dinkes, tetapi saat melakukan
pengampraan obat di Dinkes kadang obatnya kosong. Penerimaan obat dilakukan
perbulan lalu mengampra ke Dinkes kemudian diambil sendiri, berbeda dengan halnya
pertriwulan pihak Dinkes yang mengantarkan ke puskesmas. Penyimpanan obat yang
kurang nyaman karena adanya ventilasi maupun suhu ruangan yang kurang baik yang
mengakibatkan kerusakan pada obat. Pendistribusian obat di Puskesmas Sumaling
pengantaran obat yang kadang lama. Pemusnahan dan penarikan obat yang dilakukan
oleh Puskesmas Sumaling yaitu ketika ada obat yang kadaluwarsa dari unit-unit
pelayanan kesehatan lalu dikumpulkan ke gedung obat puskesmas kemudian tim
pengelolaan obat yang akan membawa ke gudang obat Dinkes. Untuk mengatasi masalah
pada pengelolaan obat di Puskesmas Sumaling yaitu agar kiranya pihak Puskesmas lebih
memperhatikan kembali standart pelayanan kefarmasian yang berlaku.

Kata Kunci: Pengelolaan, Obat, Puskesmas.

PENDAHULUAN
PMK No. 58 Th 2014 Ttg Standar Pelayanan Kefarmasian RS menyatakan bahwa
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Salah satu program pokok yang ada di puskesmas yaitu program pengobatan.
Program pengobatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif.
Masyarakat yang akan mendapatkan pelayanan pengobatan dapat memanfaatkan
pelayanan puskesmas, oleh karena itu stok obat di puskesmas harus tersedia agar tidak
terjadi kekosongan obat-obatan (Roza & Pratiwi, 2019).
Menurut (PMK No. 58 th 2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian RS) proses
pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pemilihan, tahap perencanaan,
tahap pengadaan, tahap penerimaan, tahap penyimpanan, tahap pendistribusian, tahap
pemusnahan dan penarikan, tahap pengendalian dan tahap administrasi. Pengelolaan obat
di puskesmas perlu di analisis karena pengelolaan obat yang tepat dan benar akan
menentukan keberhasilan manajemen puskesmas, ini juga bertujuan untuk menghindari
perhitungan kebutuhan obat yang tidak sesuai dan rasional. Terwujudnya manajemen
pengelolaan obat yang baik serta ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan
memberikan kualitas yang baik pelayanan kesehatan itu sendiri. Oleh karena itu,
pengelolaan obat di kabupaten/kota sangat memegang peranan yang penting dalam
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Gurning et al., 2021) terkait banyak
ditemukan obat-obatan yang menumpuk yang sudah kadaluwarsa, bahkan tidak terpakai.
Pada tahun 2019 puskesmas Sering mengajukan perminataan obat ke Dinas Kesehatan,
obat tersebut datang di bulan Desember 2019. Puskesmas sering mengajukan permintaan

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


11
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

obat yaitu Paracetamol Tablet sebanyak 200.000 tablet. Jumlah kunjungan pasien dari
1.300 pasien setiap minggunya turun menjadi 300 pasien dikarenakan pandemi ini.
Sementara obat yang diberikan tersebut masa exipirednya 2 tahun. Maka di tahun ini 2021
Paracetamol tersebut sudah kadaluarsa. Ditemukan juga kekurangan persediaan obat, ini
dikarenakan ada masalah dalam pengelolaan obat, dimana pengadaan obat dari dinas
kesehatan tidak sesuai dengan jumlah permintaan obat yang diusulkan puskesmas.
Berdasarkan survei awal yang di peroleh dari (Profi Dinas Kesehatan Kabupaten
Bone) tahun 2021 menunjukkan bahwa pada periode Juli – Desember terdapat 284 jenis
obat. Namun, beberapa jenis obat tersebut mengalami kekosongan sehingga permintaan
obat dari pihak puskesmas tidak terpenuhi. Kekosongan obat tersebut dapat berdampak
fatal bagi pasien yang membutuhkannya.
Permasalahan pengelolaan obat merupakan masalah yang sangat serius, kompleks
dan saling terkait antar fungsi-fungsinya. Puskesmas Sumaling merupakan salah satu
puskesmas yang berada di Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Proses wawancara awal
yang dilakukan menunjukkan bahwa pengelolaan obat di Puskesmas Sumaling
mengalami beberapa masalah terkait pengelolaan obat. Permintaan beberapa jenis obat
tidak sesuai dengan usulan yang diajukan sebelumnya. Sementara itu terdapat jenis obat
dalam jumlah berlebih, namun di sisi lain terdapat jenis obat mengalami kekurangan.
Permasalahan ini merupakan masalah yang serius karena dapat memberikan
kerugian kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga diperlukan solusi dalam proses
pelaksanaannya. Melihat masalah tersebut maka peneliti melakukan penelitian terkait
“Analisis Pengelolaan Obat Di Puskesmas Sumaling Kecamatan Mare Kabupaten Bone
Tahun 2022”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai analisis
pengelolaan obat yang meliputi tahap pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, dan pemusnahan & penarikan obat di Puskesmas
Sumaling Kecamatan Mare Kabupaten Bone.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam (indept interview). Oleh
karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai analisis
pengelolaan obat di Puskesmas Sumaling Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Maret-September tahun 2022. Informan penelitian dipilih
dengan menggunakan teknik Nonprobability Sampling yaitu Purposive Sampling.
Informan dalam penelitian ini adalah kepala UPT Puskesmas Sumaling, koordinator
ruang farmasi, staff ruang farmasi, Penanggung Jawab Distribusi Obat Dinas Kesehatan
Kabupaten Bone, dan 3 pasien Puskesmas Sumaling. Teknik analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk menjamin derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, digunakan teknik metode triangulasi yaitu triangulasi sumber. Penyajian
data yang berupa narasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan.

HASIL
Pemilihan Obat
Pemilihan obat adalah tahap awal yang dilakukan dalam suata pengelolaan obat
yang mempunyai manfaat terapi yang jauh lebih besar dibandingkan resikonya.
Pemilihan obat di puskesmas dilakukan dengan benar-benar agar yang diperlukan sesuai
dengan jumlah penduduk serta pola penyakit yang ada. Adapun hasil wawancara dengan
informan mengenai proses pemilihan obat di Puskesmas Sumaling yaitu:
“Kalau pemilihan obat itu nak yang dilakukan oleh Puskesmas Sumaling
hampir ji sama dengan pemilihan obat yang dilakukan oleh puskesmas

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


12
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

lainnya dan kalau mauki lebih jelas kita tanyakan mi ke bagian farmasi
langsung nak. Sedangkan yang terlibat dalam pemilihan obat itu ada tim
khusus yang melakukan nak supaya obat yang dibutuhkan itu sesuai ki
dengan yang dibutuhan puskesmas. Di Puskesmas Sumaling tidak ada
apotekernya, hanya ada bagian farmasi. Hal tersebut menjadi kekurangan di
bagian pengelolaan obat”
Artinya: Pemilihan obat di Puskesmas Sumaling pada umumnya hampir sama dengan
puskesmas lainnya. Sedangkan untuk yamg terlibat dalam pemilihan ada tim
khusus yang melakukan agar obat yang dibutuhkan puskesmas sesuai dengan
yang dibutuhkan.”
(AF, 52 Tahun, 24 Juni 2022)
“Pemilihan obat itu dek yang dilakukan Puskesmas Sumaling tergantung dari
kebutuhannya yang di butuhkan puskesmas toh obat-obat apa saja, meskipun
mauki beli obat kalo tidak ada di Dinkes tersedia ndag bakalan dikasiki juga
karna tidak ada yang tersedia, paling itu obat-obat yang slalu keluar kayak
obat peracetamol, ambloditin, kolesterol, gula, vitamin-vitamin karna
kadang juga tidak ada dari Dinkes dan Alhamdulillah tidak ada kendala ”
Artinya: Pemilihan obat yang dilakukan oleh Puskesmas Sumaling tergantung dari
kebutuhan yang dibutuhkan oleh Puskesmas, jika pihak puskesmas ingin
membeli obat yang dibutuhkan tetapi stok obat yang tidak tersedia maka
pihak Dinkes tidak memberikan obat tersebut, hanya ada beberapa jenis obat
yang sering keluar yaitu obat paracetamol, kolestrol, gula, dan vitamin-
vitamin.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
Pernyataan di atas di perkuat kembali oleh koordinator farmasi Puskesmas
Sumaling:
“Kalau kita dek dilihat dari penyakitnya kemudian kebutuhannya
bagaimana, yang terlibat jelas bagian farmasi dek. Faktor yang mendukung
dalam pemilihan obat dilihat saja dari jenis penyakitnya klo butuhki obat yah
kita ambil. Untuk kendalanya Alhamdulillah tidak ada kecuali klo kosongki
di Dinkes, cara mengatasinya lewat JKN tetapi terbataski.
Artinya: Pemilihan obat dilihat dari jenis penyakit dan kebutuhan puskesmas, yang
terlibat dalam pemilihan obat itu bagian farmasi. Sedangkan kendalanya itu
ketika mengalami kekosongan obat di Dinkes, cara mengatasinya melalui
JKN.
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)

Perencanaan Obat
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan jenis
dan jumlah obat. Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan untuk menentukan jenis dan
jumlah kebutuhan obat. Kebutuhan obat di Puskesmas direncanakan oleh petugas
pengelola obat dilaksanakan setiap triwulan. Adapun hasil wawancara dengan informan
mengenai proses perencanaan obat di Puskesmas Sumaling yaitu:
“Kalau perencanaan itu dek, dilakukan satu kali dalam setahun dan sebelum
perencanaan itu, kami pasti rapat terlebih dahulu dengan unit-unit yang lain,
seperti poli umum, KAI, gigi, dan imunisasi tentang perencanaan tersebut.
Dari situ mki bisa menentukan ki jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan dan
juga beberapa jenis obat yang kami perlukan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing unit”

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


13
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

Artinya: Perencanaan obat di Puskesmas Sumaling dilakukan berdasarkan hasil rapat


semua unit sehingga pngelola obat dapat menentukan jenis dan jumlah yang
dibutuhkan setiap unit.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
“Perencanaan obat dek biasanya melakukan permintaan ke Dinkes,
kemudian mereka yang proses klo ada obat yah dikasi. Sebelumnya kita rapat
dlu untuk menentukan jenis obat yang dibutuhkan setiap unit-unit yang ada
di Puskesmas dek. Faktor yang mendukung itu dek sama ji yag tadi klo tidak
ada ji penyakit yang timbul tidak mungkin diadakan itu obatnya dan untuk
kendalanya itu dek tidak ada”
Artinya: Proses perencanaan obat di Puskesmas Sumaling melakukan permintaan ke
Dinkes kemudian pihak Dinkes yang akan memproses jenis obat yang di
butuhkan puskesmas. Sebelum ke Dinkes pihak puskesmas melakukan rapat
terlebih dahulu untuk menentukan jenis obat yang dibutuhkan setiap unit-unit
pelayanan.
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)
Hal ini di perkuat oleh infoman pendukung yang mengungkap bahwa:
“Perencanaan obat itu dilakukan satu kali setahun, perencanaannya itu
tergantung dari permintaan puskesmas itu berapa jadi kami melayani sesuai
dengan permintaannya ada namanya LPLPO. Dari situ kami bisa lihat
berapa pemakaiannya yang sebelumnya yah, sisa stoknya begitu kami lihat
baru kasi ke puskesmas, kan klo puskesmas itu permintaannya ke kami
pertriwulan sekali yang rutin itu tiga bulan sekali”
(H, 49 Tahun, 4 Juli 2022)

Pengadaan Obat
Pengadaan obat di puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah obat
dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu.
Adapu hasil wawancara dengan informan mengenai pengadaan obat yang dilakukan oleh
Puskesmas Sumaling yaitu:
“Kalau di Puskesmas Sumaling itu pengadaan obatnya ada perbulan dan
pertriwulan. Kalau perbulan dibuatkan LPLPO lalu petugas/pengelola
obatnya menyetor di Dinkes (gudang farmasi) LPLPOnya lalu melakukan
pengamparaan obat. Sedangkan LPLPO triwulannya sama sja dengan
LPLPO perbulan tapi yang berbeda obat yang di ampra itu diantarkan oleh
farmasi. Kendalanya itu dek kadang mengusulkanki obat atau mengampraki
obat di Dinkes kadang obatnya kosong”
Artinya: Pengadaan obat di Puseksmas Sumaling ada perbulan dan pertriwulan. Untuk
perbulan dibuatkan LPLPO kemudian pengelola obat menyetor ke Dinkes
lalu melakukan pengampraan obat sedangkan untuk pertriwulan hampir sama
dengan yang perbulan cuman yang membedakan itu obat yang diampra
diantarkan oleh pihak kefarmasian Dinkes.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
“Untuk pengadaan obatkan sudah dijelaskan sebelumnya toh dek, dilakukan
permintaan terlebih dahulu dan ada dua tahap dek yaitu ada perbulan dan
pertriwulan, tidak sama klo di rumah sakit toh agak ribet klo di puskesmas
tidak ji”
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


14
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dari instalasi farmasi
kabupaten/kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar
obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan
puskesmas. Adapun hasil wawancara dengan informan mengenai penerimaan obat di
Puskesmas Sumaling sebagai berikut:
“Kalau penerimaan obat itu dek, klo misalnya perbulannya itukan kita yang
mengampra kita yang pergi ambil obat di Dinkes, klo kumpul mi laporan
LPLPO berarti bisami juga mengampra obat kecuali yang tiga bulannya klo
kumpul ki laporan tiga bulan terus kembali mki ke puskesmas tinggal
menunggu mki kapan bisa di antarkan sama Dinkes”
Artinya: Penerimaan obat di puskesmas yaitu untuk satu bulan ketika mengumpulkan
laporan LPLPO kita bisa mengampra obat sedangkan untuk tiga bulannya kita
menunggu dari pihak Dinkes untuk mengantarkan obat ke puskesmas.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
“Untuk penerimaan obat di Puskesmas Sumaling itu ada dua, dimana ada
perbulan ada juga pertriwulan dek. Seperti yang dijelaskan oleh adek lia dek
bgtu mi penerimaan obat yang dilakukan. Setelah adami obat dari Dinkes
kita mengecek kembali obat yang dating apakah sesuai dengan permintaan
yg diajukan ataukh ada obat yg rusak. Untuk kendalanya itu dek
Alhamdulillah tidak ada ji dek”
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)

Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat adalah salah satu kegiatan pengaturan terhadap obat yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang telah di tetapkan. Adapun hasil
wawancara dengan informan mengenai penerimaan obat di Puskesmas Sumaling sebagai
berikut:
“Untuk penyimpanan obat itu dek, mungkin masih kurang dari segi
kenyamanannya toh kan klo di ruangan itu ada ac tapi rusakki sampai
sekarang tpi ada ji kipas, klo di gudang obat tidak ada memang ac nya di situ
terus ventilasinya masih bisa diperbaiki. Kendalanya itu dek pada gudang
obat di PKM masih belum baik karena ac belum terpenuhi, sehingga ada
beberapa obat yang rusak”
Artinya: Penyimpanan obat di puskesmas masih kurang nyaman karena adanya ac yang
rusak dan ventilasi ruangan yang belum bagus. Kendalanya itu di gudang obat
PKM masih belum baik karena ac belum terpenuhi.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
Hal ini diperjelas oleh informan S sebagai koordinator farmasi di UPT Puskesmas
Sumaling yang terbaru menyatakan bahwa:
“Penyimpanan obat di Puskesmas Sumaling bisa dikatakan kurang nyaman
ki memang dek karena tidak ada ac hanya ada kipas yang di pake. Sedangkan
ventilasinya juga tidak bagus ki makanya kadamg obat yang ada di gudang
cepat ki rusak”
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)

Pendistribusian Obat
Pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk menyalurkan obat dari GFK dan
ataupun dari puskesmas ke unit-unit pelayanan kesehatan sehingga sehingga setiap saat

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


15
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang dibutuhkan secara ekonomis dan efektif. Adapun
hasil wawancara dari informan terkait dengan pendistribusian obat yaitu:
“Pendistribusiannya misalnya datang obat dari Dinkes klo adami di
puskesmas kami itu distribusikan ke unit-unit dek, klo di puskesmas biasanya
dibagi-bagi ke poli gigi, KIA, bersalin, tindakan klo di puskesdes Desa Cege
saja di Sumaling. Kadang obat yg diminta tidak sesuai ki krna kosongki
stoknya di sana, nh distu kami melakukan pembelian uang dari uang khas
atau dana JKN supaya terpenuhi ki itu obat yang dibutuhkan setiap unit
pelayanan. Untuk kendala pada pendistibusian itu ke PKM yang tiga
bulannya kadang menungguki diantarkan tergantung pengumpulan
LPLPOnya cepat atau tidak dek”
Artinya: Pendistibusian obat di puskesmas ketika obat sudah ada dari Dinkes pihak
puskesmas distribusikan ke unit-unit pelayanan. Untuk di puskesmas
biasanya dibagikan ke poli gigi, KIA, bersalin. Kadang obat yang diminta
tidak sesuai dengan permintaan karena adanya kekosongan obat di gudang
obat Dinkes. Sedangkan untuk kendala yang dialami itu pengantaran obat
yang kadang tidak cepat jadi harus menunggu.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
“Untuk pendistribusian obat itu ke pasien dek, ada resep sudah di kerjakan
kemudian di berikan ke pasien. Faktor yang mendukung itu dek yah ada
pasien dikelola kemudian diterima oleh pasien lalu di jelaskan. Untuk
kendalanya tidak ada karena hampir tidak pernah ji ada kesalahan bilang
salah nama maupun salah obat.
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)
Hal ini di perkuat oleh infoman pendukung yang mengungkap bahwa:
“Pertama kali sya berobat di sini dek 10 bulan yang lalu, tapi 3 kali ma dari
berobat. Setiap sudah diperiksa dikasikan ki obat dek, klo mauki amblki
obatnya pergi ki mengantri dibagian loket pengambilan obat sampai disebut
namata. Alhamdulillah dek ada terus ji obat di kasikan ka sesuai dengan
kebutuhan ku toh”
(H, 27 Tahun, 11 Juli 2022)
“Saya berobat disino nak sudah lama mi, sudah 3 bulan mi kayaknya di sini
saya berobat. Alhamdulillah nak dikasiki, klo eloki mala fabbura langsung
ke farmasi ki. Obat yang ku mau i slalu ada nak”
(N, 41 Tahun, 11 Juli 2022)
“lokkaka mabbura maittani nak, sudah berkali-kali ke sinika berobat, klo
furakka mapparessa nak diareng tuttuka fabbura. Lokkaki mengantri diolona
farmasi lettu di teppu asetta di arengi fabbura nak. Ada terus obat dikasi ki
nak klo lokkaka mapparessa”
(AR, 45 Tahun, 11 Juli 2022)
“Puskesmas memasukkan LPLPO di sini kami siapkan, setelah itu kami
antarkan ke puskesmas Jadi, bukan mereka yang datangi tapi kami antar ke
puskesmas. Pada saat penyerahan obat di puskesmas itu masing-masing
kroscek sesuai ndag yang dikasi ada namanya SBBK ( surat bukti barang
keluar) yang itu mi dicek, apakh sesuai dengan permintaan mereka dengan
apa yang kami kasi juga karena pada saat kami kasi, kami juga lihat di sini
stok yang tersedia di sini. Klo untuk hambatannya itu tidak ada, cuman klo
dari mereka itu tidak sesuai permintaanya mereka, perencanaannya mereka
tidak sesuai dengan apa yang di minta kami kasi karena mungkin stok kami
disini kosong atau kurang, kami juga melihat pemakaian mereka. Untuk

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


16
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

mengtasi hal tersebut biasanya mereka cover dari dana JKN nya. Karena
kamikan disini cuman satu kali pengadaan jadi klo misalnya tahun itu sudah
beli kami tidak bisa beli kembali.
(H, 49 Tahun, 4 Juli 2022)

Pemusnahan dan Penarikan Obat


Pemusnahan dan penarikan obat adalah kegiatan yang dilakukan pihak puskesmas
jika ada obat yang rusak atau kadaluwarsa. Adapun hasil wawancara dengan informan
terkait dengan pemusnahan dan penarikan obat yaitu:
“Klo pemusnahan dan penarikannya, misalnya itu obat ekspayer di
puskesmas di bawa ke Dinkes bi buatkan berita acara bersamaan dengan
laporan LPLPOnya. Kemudian klo ada unit-unit atau di apotik ekspayer toh
dikembalikan dulu ke gudang obatnya di puskesmas di tulis dikardus stoknya
baru digudang puskesmas nanti dibawa ke gudang Dinkes”
Artinya: Pemusnahan dan penarikan obat yang di lakukan puskesmas ketika ada obat
yang kadaluwarsa di kembalikan ke gudang obat Dinkes kemudian dibuatkan
berita acara bersamaan dengan lapporan LPLPO.
(NA, 27 Tahun, 27 Juni 2022)
Hal ini diperjelas kembali oleh informan S selaku koordinator farmasi di PKM
Sumaling yaitu:
“Pemusnahan obat itu dek klo ekspayer kita kumpulkan baru kemblikan ke
Dinkes tidak sama klo di rumah sakit toh mereka yang musnahkan sendiri
biasanya klo kita tidak ji. Faktor yang mendukung itu dek kita kumpulkan
semua jenis obat yang sudah ekspayer dari unit-unit kemudian kita serahkan
ke Dinkes. Untuk kendalanya Alhamdulillah tidak ada.”
(S, 31 Tahun, 6 Juli 2022)

PEMBAHASAN
Pemilihan Obat
Pemilihan obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
diketahui bahwa dalam pemilihan obat yang dilakukan berdasarkan dengan jenis obat
yang dibutuhkan oleh setiap unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas
Sumaling dan berdasarkan jenis penyakit yang ada. Ketika stok obat yang dibutuhkan
tidak tersedia atau megalami kekosongan di bagian kefarmasian Dinas Kesehatan maka
pihak puskesmas akan menggunakan dana JKN untuk keperluan obat yang dibutuhkan.
Pemilihan obat di Puskesmas Sumaling tidak sesuai dengan standart pelayanan
kefarmasian di puskesmas karena pemilihan obat di Puskesmas Sumaling dilakukan
berdasarkan dengan pola penyakit maupun jenis obat yang dibutuhkan sedangkan untuk
standart pelayanan kefarmasian di puskesmas harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS) (Kemenkes RI, 2019).
Hal ini sejalan dengan dilakukan oleh (Renaldi & Nanda, 2017) bahwa pemilihan
obat di Puskesmas rawat inap Simpang Tiga Pekanbaru diketahui tahap pemilihan obat
menentukan jenis obat yang dibutuhkan berdasarkan obat yang paling banyak dipakai,
pola penyakit, penyakit terbanyak, berdasarkan pemakaian obat perbulan, dan data
lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Perencanaan Obat
Perencanaan obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yaitu perencanaan obat ke puskesmas di lakukan satu kali setahun. Hal yang
pertama dilakukan oleh pihak Puskesmas Sumaling dalam menentukan jenis obat yang

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


17
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

dibutuhkan maupun berdasarkan penyakit dengan melakukan rapat terlebih dahulu


bersama dengan staf bagian unit-unit pelayanan kesehatan dan membuat daftar obat yang
akan diserahkan ke Dinas Kesehatan agar dapat mempermudah bagian kefarmasian dalam
memilih obat yang dibutukan oleh pihak puskesmas dan mengecek apakah stok obat yang
dibutuhkan tersedia atau tidak.
Perencanaan obat di Puskesmas Sumaling sudah sesuai dengan standart pelayanan
kefarmasian di puskesmas karena dalam perencanaan obat di suatu puskesmas dilakukan
setiap periode atau satu kali setahun yang dilaksanakan oleh pengelola ruang farmasi.
Dalam perencanaan obat harus dilakukan dengan baik dan benar agar tidak terjadi
kekosongan maupun kelebihan stok obat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aripa et al., 2019) bahwa
perencanaan obat dilakukannya satu kali dalam setahun, dan sebelum perencanaan itu,
kami pasti rapat terlebih dulu dengan unit-unit yang lain. Dari situ mi kita bisa
menentukan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan dan juga berapa jenis obat yang kami
perlukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit, lalu kami dibuatkan daftar obat
dan bahan habis pakai sesuai kebutuhan untuk satu tahun termasuk stok untuk persediaan
di apotik. Perencanaan obat di Puskesmas Barombong dilakukan berdasarkan hasil rapat
semua unit-unit pelayanan, sehingga pengelola obat dapat menentukan jenis dan jumlah
yang dibutuhkan setiap unit. Perencanaan obat di libatkan semua unit untuk menganalisa
datadata tentang pemakaian rata-rata perbulan, sisa stok dan jumlah kunjungan pasien.
Dan pada umumya perencanaan obat itu di tentukan oleh semua unit di Puskesmas.

Pengadaan Obat
Pengadaan obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yaitu pengadaan obat di lakukan perbulan dan pertriwulan. Pengadaan ini
dibuatkan LPLPO sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya dan
dilakukan pengadaan obat sesuai dengan pola penyakit maupun obat-obat yang telah
mengalami kekosongan di setiap unit-unit pelayanan kesehatan kemudian diajukan ke
gudang farmasi Dinkes.
Pengadaan obat di Puskesmas Sumaling tidak sesuai dengan standart pelayanan
kefarmasian di puskesmas di mana pengadaan obat dilakukan dengan permintaan obat
dan pengadaan mandiri. Untuk permintaan obat di puskesmas diajukan oleh kepala
puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota dengan menggunakan LPLPO. Sedangkan
pengadaan mandiri harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI,
2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Mailoor et al., 2019) bahwa pengadaan obat di
Puskesmas Danowudu dilakukan oleh kepala gudang obat di puskesmas. Prosedur
pengadaan obat yang ada di Puskesmas Danowudu dilakukan dengan menyusun
perencanaan Kebutuhan obat melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dengan memperhatikan jumlah resep yang ada, jumlah kebutuhan obat pada
bulan sebelumnya, serta jumlah penyakit terbanyak kemudian diajukan ke gudang
farmasi Dinas Kesehatan Kota Bitung. Kepala gudang dan pegawai apotek mengatakan,
jika obat yang diminta tersedia di Dinas Kesehatan sudah pasti Dinas Kesehatan akan
memberikan kepada Puskesmas.
Penelitian yang sama dilakukan oleh (Aripa et al., 2019) pengadaan/permintaan
kebutuhan obat diPuskesmas Barombong diajukan oleh penang gungjawab obat dengan
memasukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang sudah
disetujui oleh kepala Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Gudang
Farmasi Kota (GFK). Sedangkan obat yang diterima di Puskesmas pada umunya baik,

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


18
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

meskipun obat yang di minta ke Gudang Farmasi kabupaten dikirim tidak sesuai dengan
apa yang di butuhkan di Puskesmas.

Penerimaan Obat
Penerimaan obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yaitu penerimaan obat di Puskesmas Sumaling ada perbulan tetapi kita yang
ambil sendiri. Sedangkan untuk pertriwulannya biasanya diantarkan oleh pihak Dinkes
berdasarkan dengan permintaan Puskesmas Sumaling dengan melihat jenis stok obat yang
mengalami kekosongan maupun berdasarkan jenis penyakit. Setelah obat datang dari
Dinkes pihak puskesmas melakukan pengecekan kembali agar obat yang datang sesuai
dengan permintaan jika ada obat yang tidak sesuai atau rusak maka dilakukan
pengembalian obat ke gudang obat.
Penerimaan obat di Puskesmas Sumaling tidak sesuai dengan standart pelayanan
kefarmasian karena dalam penerimaan obat di puskesmas harus memeriksa secara detail
dengan memperhatikan kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada dokumen
penerimaan. Jika penerimaan obat di lakukan puskesmas tidak teliti maka akan terjadi
kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan (Kemenkes RI, 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuka oleh (Bakri et al., 2021) bahwa
penerimaan obat yang dilakukan oleh Puskesmas Hebeybhulu setiap bulannya dengan
cara dibawa langsung oleh petugas gudang obat dinas kesehatan atau diambil sendiri oleh
petugas puskesmas di gudang obat Dinas Kesehatan Kota Jayapura. Penerimaan obat
disesuaikan dengan LPLPO yang telah dimasukan sebelumnya, kegiatan penerimaan obat
ini juga dilakukan dengan mengecek kembali apakah obat-obat yang dikirimkan oleh
gudang obat dinas kesehatan kota jayapura telah sesuai dengan permintaan obat
puskesmas dalam format LPLPO. Apabila terdapat obat yang tidak sesuai atau rusak,
maka petugas gudang obat langsung memberitahu Dinas Kesehatan Kota Jayapura dan
obat tersebut segera dikembalikan setelah pengecekan obat di Puskesmas.
Penelitian yang dilakukan oleh (Mailoor et al., 2019) bahwa proses Penerimaan
obat di Puskesmas Danowudu dilakukan oleh kepala gudang obat yang bertanggung
jawab di Puskesmas. Penerimaan obat disesuaikan dengan LPLPO yang berfungsi dalam
penerimaan obat di puskesmas, kepala gudang melakukan pengecekan kembali
berdasarkan lembar pemakaian dan lembar permintaan obat di puskesmas. Apabila
terdapat obat yang tidak sesuai atau rusak kepala gudang langsung memberitahukan
kepada dinas kesehatan kota bitung dan obat tersebut segera dikembalikan.

Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yaitu penyimpanan obat di Puskesmas Sumaling dinyatakan tidak sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan sehingga ada obat yang rusak karena adanya suhu
maupun cahaya yang kurang mendukung. Hal ini dikarenakan tidak ada ac di ruangan
farmasi hanya ada kipas sehingga petugas kurang nyaman dan ventilasi di gudang obat
kurang baik dan sampai sekarang belum diperbaiki.
Penyimpanan obat yang dilakukan oleh Puskesmas Sumaling tidak sesuai dengan
standart pelayanan kefarmasian di puskesmas karena untuk penyimpanan obat harus
memiliki suhu maupun pencahayaan ruangan yang dapat menjamin kestabilan obat agar
tidak mengalami kerusakan obat maupun mengalami kadaluarsa.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Hidayati, 2020) bahwa Gudang Farmasi yang ada
di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakata merupakan tempat penyimpanan obat-obatan
agar obat tidak rusak dan mengalami kadaluarsa. Banyaknya obat yang rusak dan
kadaluarsa disebabkan oleh proses penyimpanan yang tidak baik sehingga perlu

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


19
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

dilakukannya analisis mengenai hal tersebut. Kemudian Penelitian mengenai kesesuaian


penyimpanan dan efisiensi penyimpanan obat belum pernah dilakukan sebelumnya di
Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta.
Penelitian yang sama dilakukan oleh (Rawia Asnawi, Febi K. Kolibu, 2019) bahwa
gudang penyimpanan obat di Puskesmas Wolaang tidak memiliki fentilasi dan jendela,
ruangan yang digunakan hanya berukuran 2x2 pencahayaan di gudang hanya
menggunakan lampu karena cahaya matahari tidak dapat masuk ke gudang.

Pendistribusian Obat
Pendistribusian obat di Puskesmas Sumaling berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan yaitu Puskesmas Sumaling memberikan LPLPO ke pihak Dinkes kemudian
memeriksa jenis obat yang diminta oleh Puskesmas Sumaling apakah obat tersebut
tersedia di gudang obat Dinkes. Setelah itu Dinkes mengantarkan ke puskesmas sesuai
dengan permintaan mereka. Kemudian puskesmas mendistribusikan ke unit-unit
pelayanan kesehatan. Kadang obat yang diminta oleh puskesmas tidak tersedia di gudang
obat atau stok obat habis. Maka pihak puskesmas memakai uang khas atau dana JKN
untuk melakukan pembelian obat agat obat pasien terpenuhi.
Pendistribusian obat di Puskesmas Sumaling sudah sesuai dengan standart
pelayanan kefarmasian di puskesmas di mana ketika obat sudah ada dari gudang obat
Dinkes maka pihak puskesmas yang akan memberikan ke unit-unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan jenis obat, sisa stok, pola penyakit dan jumlah kunjungan di masing-masing
jaringan pelayanan (Kemenkes RI, 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aripa et al., 2019) yaitu
Puskesmas Barombong pendistribusian obat yang di ajukan ke Gudang farmasi
Kabupaten, diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Tetapi agar bisa
terpenuhi semua permintaan obat semua unit, maka pihak Puskesmas akan mengeluarkan
uang khas untuk melengkapi semua obat yang tidak kirimkan oleh Gudang Farmasi.
Pengelola obat mendistribusikan ke unit-unit lain dan harus dicatat dalam kartu stok obat
untuk mengetahui berapa jumlah obat yang masuk, obat yang keluar dan sisa obat yang
ada.
Penelitian yang sama di lakukan oleh (Pande, 2018) pendistribusian obat di
puskesmas buranga didistribusikan setelah penanggung jawab obat menerima obat di
gudang farmasi kota (GFK) dan mengecek permintaan obat sesuai dengan LPLPO
(laporan pemakaian dan lembar permintaan obat) dan kemudian didistribusikan langsung
ke apotik dan subsub unit pelayanan kemudian disalurkan ke pasien dalam pelayanan
setiap harinya.

Pemusnahan dan Penarikan Obat


Menurut standard pelayanan kefarmasian di puskesmas bahwa sediaan farmasi
kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan BMHP yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sediaan Farmasi dan BMHP yang kadaluarsa, rusak atau ditarik dari peredaran
dikembalikan ke lnstalasi Farmasi Pemerintah dengan disertai Berita Acara
Pengembalian.
Pemusnahan dan penarikan obat yang dilakukan oleh Puskesmas Sumaling sudah
sesuai dengan standart pelayanan kefarmasian dimana obat yang sudah rusak atau
kadaluarsa di unit-unit pelayanan kesehatan di kumpulkan di gudang obat puskesmas
kemudian tim pengelolaan obat yang akan mengembalikan ke gudang obat Dinkes yang
disertakan dengan berita acara pengembalian.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


20
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sukam, 2021) bahwa
Puskesmas Aek Korsik Kabupaten Labuhan Batu Utara obat yang telah kadaluarsa
ataupun rusak dikirim kembali ke Dinas Kesehatan, begitupun jika permintaan obat yang
tidak sesuai misalnya kami menerima obat yang rusak, maka akan kami kembalikan ke
Dinas Kesehatan.
Penelitian yang sama telah dilakukan oleh (Mailoor et al., 2019) bahwa Puskesmas
tidak dapat melakukan pemusnahan obat dengan sendirinya melainkan Dinas Kesehatan
Kota Bitung, dikarenakan pemusnahan dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam hal ini
yang bertanggung jawab penuh dalam melakukan pemusnahan, karena jika ingin
melakukan pemusnahan di puskesmas itu harus sesuai dengan prosedur dari Dinas
Kesehatan Provinsi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan obat yang dilakukan oleh
Puskesmas Sumaling adanya kekosongan jenis obat yang dibutuhkan. Tahap perencanaan
obat dilakukan satu kali setahun. Tahap pengadaan obat dilakukan perbulan dan
pertriwulan ke gudang obat Dinkes, tetapi saat melakukan pengampraan obat di Dinkes
kadang obatnya kosong. Tahap penerimaan obat dilakukan perbulan lalu mengampra ke
Dinkes kemudian diambil sendiri, berbeda dengan halnya pertriwulan pihak Dinkes yang
mengantarkan ke puskesmas. Tahap penyimpanan obat yang kurang nyaman karena
adanya ventilasi maupun suhu ruangan yang kurang baik yang mengakibatkan kerusakan
pada obat. Tahap pendistribusian obat di Puskesmas Sumaling pengantaran obat yang
kadang lama. Tahap pemusnahan dan penarikan obat yang dilakukan oleh Puskesmas
Sumaling yaitu ketika ada obat yang rusak atau kadaluwarsa dari unit-unit pelayanan
kesehatan lalu dikumpulkan ke gedung obat puskesmas kemudian tim pengelolaan obat
yang akan membawa ke gudang obat Dinkes. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat
yang sesuai dengan standart pelayanan kefarmasian yaitu perencanaan obat,
pendistribusian obat dan pemusnahan dan penarikan obat. Sedangkan yang tidak sesuai
dengan standart pelayanan kefarmasian yaitu pemilihan obat, pengadaan obat,
penerimaan obat, dan penyimpanan obat di puskesmas. Untuk mengatasi masalah pada
pengelolaan obat di Puskesmas Sumaling yaitu agar kiranya pihak Puskesmas lebih
memperhatikan kembali standart pelayanan kefarmasian yang berlaku.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penelitian dan penyusunan jurnal ini sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aripa, L., Sudarman, S., & Alimin, B. (2019). Pelaksanaan Pengelolaan Obat di
Puskesmas Brombong Kota Makassar. JURNAL Promotif Preventif, 1(2), 18–29.
Bakri, N. F., Mebri, C. V. B. N., Dewi, K., Farmasi, P. S., Mipa, F., Cenderawasih, U.,
Farmasi, P. S., Mipa, F., Cenderawasih, U., Farmasi, P. S., Mipa, F., &
Cenderawasih, U. (2021). Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas Hebeybhulu
Yoka Di Kota Jayapura Drug Management at Hebeybhulu Yoka Health Center In
Jayapura City. J Agromedicine Unila, 8.
Gurning, F. P., Siregar, S. F., Siregar, U. R., Rusmayanti, R., & Nurhasanah, F. (2021).
Analisis Manajemen Pengelolaan Obat Pada Masa Pandemi Di Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(5), 688–

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


21
Hasniati1, Muh. Yusri Abadi2, Suci Rahmadani3
SEHATRAKYAT (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 1 (2023) 10 – 22

695. https://doi.org/10.14710/JKM.V9I5.30742
HIDAYATI, A. N. (2020). Efisiensi Penyimpanan Obat Di Puskesmas Mlati II Sleman
Yogyakarta. Skripsi, 1–56. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/30274
Kemenkes RI. (2019). Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mailoor, R. J., Maramis, F. R. R., & Mandagi, C. K. F. (2019). Analisis Pengelolaan Obat
Di Puskesmas Danowudu Kota Bitung. Kesmas : National Public Health Journal,
6(3).
Pande, A. Y. (2018). Sistem Pengelolaan Obat di Puskesmas Maukaro Kabupaten Ende
Tahun 2017. Repository Poltekes Kupang.
PMK No. 58 th 2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian RS.pdf - Google Drive. (n.d.).
Retrieved May 27, 2022, from
https://drive.google.com/file/d/0ByNQ2JczNJyOLU84WFNycTNTSms/view?res
ourcekey=0-q0VIGH2A5kUhLpbArAEYNg
PROFIL | Selamat Datang di Website Resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Bone. (n.d.).
Retrieved May 27, 2022, from https://dinkes.bone.go.id/index.php/category/profil/
Rawia Asnawi, Febi K. Kolibu, F. R. R. M. (2019). Analisis Manajemen Pengelolaan
Obat Di Puskesmas Wolaang. Kesmas, 8(6).
Renaldi, R., & Nanda, D. (2017). “Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas
Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 2017.” Menara Ilmu, XI(78), 101–107.
Roza, S., & Pratiwi, E. (2019). Gambaran Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas
Rawat Jalan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018. Jurnal Penelitian Farmasi
Indonesia, 8(2). https://doi.org/10.51887/jpfi.v8i2.771
Sukam, T. M. (2021). Analisis Manajemen Pengelolaan Obat Pada Masa Pandemi
Covid19 Di Puskesmas Aek Korsik Kabupaten Labuhan Batu Utara. 3(March), 6.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


22

You might also like