2982 5822 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

1

PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN


(Studi Kasus Pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban)

Oleh :
Ismie Dzakky Fatimah

Dosen Pembimbing :
Roekhudin, Dr., Ak., CSRS., CA
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya

ABSTRACT
This study aims to analyze the application of environmental
accounting realized as CSR program of PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Tuban using Triple Bottom Line perspectives. The type of research is a
qualitative descriptive study. The data are obtained from the company’s
documents which are relevant to CSR program as well as interviews with
several employees and the communities around the company. The model of
Miles, Huberman and Saldana is used as a data analysis method using an
interactive data analysis model. The Results of research show that in overall
PT Semen Indonesia has implemented the perspective of Triple Bottom
Line in its CSR program. The company has conducted social programs for
communities around the company, the education, infrastructure, as well as
environmental sustainability-based community development programs and
improve living standard around the company. Lack of supports and
coordination with government of Tuban and societies have been found to be
the constraints of CSR program implementation. Moreover, CSR programs
tend to be directed as charity programs which hence the programs do not
have fully reciprocal relationship with communities.

Keywords: CSR, environmental accounting, Triple Bottom Line


1

PENDAHULUAN
Sustainability development merupakan solusi yang sering
dikampanyekan kepada perusahaan, agar tetap beroperasi dengan menjaga
kelestarian lingkungan dan memperhatikan aspek sosial di sekitar
perusahaan untuk kehidupan di masa datang. Tujuan sustainability
development adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka (Global Reporting Initiative, 2013). Wujud pertanggung
jawaban perusahaan atas aktivitas sustainability development nya adalah
berupa laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Laporan dihasilkan
melalui penerapan akuntansi lingkungan yang pada dasarnya menuntut
kesadaran penuh perusahaan yang telah mengambil manfaat dari lingkungan
(Ikhsan, 2008). Industri semen merupakan industri yang menyumbangkan
5% dari total emisi CO2 tahunan (Worrel., et al 2011). Beberapa tahun
terakhir muncul pemberitaan dari berbagai media mengenai perusahaan
semen, salah satunya contoh ketika PT Semen Gresik akan mendirikan
pabrik di Pati tepatnya daerah Sukolilo di tahun 2006, warga sekitar
pegunungan Kendeng yang menjadi area operasi PT Semen Gresik nantinya
menolak dengan tegas pendirian pabrik tersebut.1 Hal serupa juga terjadi di
Kabupaten Rembang, perbedaannya jika aksi penolakan warga Pati berhasil
tidak sama dengan yang di Rembang. Pada tahun 2009 PT Semen Gresik
menemukan lokasi di Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.
Meskipun sempat melakukan aksi penolakan, akan tetapi hasil Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menyatakan bahwa daerah
tersebut layak untuk didirikan pabrik semen. Isu lingkungan menjadi
permasalahan utama yang menjadi penyebab kekhawatiran penduduk sekitar
lokasi pabrik, yang meliputi hilangnya sumber mata air, polusi suara serta
polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan. Triple Bottom Line (TBL)
merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkaitan dengan
keberlanjutan yang diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1997.

1
Koran Kompas 27 Maret 2011
2

Secara garis besar, TBL merupakan perspektif yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai wujud dari tanggung
jawab ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Lingkungan
Junus dalam Ikhsan (2008) mendefinisikan akuntansi lingkungan
sebagai proses identifikasi, pengukuran, alokasi-alokasi biaya lingkungan
hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan
usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada para stockholders
perusahaan. Definisi akuntansi lingkungan menurut Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (US EPA) adalah suatu fungsi penting akuntansi lingkungan adalah
untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh
para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan (Ikhsan, 2008:15).

Pengungkapan Akuntansi Lingkungan


Pengungkapkan (disclosure) memiliki makna tidak menyembunyikan.
Berkaitan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang
bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Pengungkapan dibagi menjadi
dua yaitu pengungkapan wajib dan sukarela. Pengungkapan dalam akuntansi
lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela. Terdapat beberapa
alasan yang mendasari perusahaan perlu mengungkapkan akuntansi
lingkungan, yaitu berkaitan dengan internal decision making, product
differentiation dan juga enlightened self interest.

Corporate Social Responsibility (CSR)


CSR sering dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan
kepada seluruh stakeholders (Kartini, 2009). The Commission for European
Communities (1993) mendefinisikan CSR yang disampaikan dalam
3

dokumen The Green Paper, sebagai sebuah konsep di mana perusahaan


memutuskan untuk secara sukarela berkontribusi pada masyarakat yang
lebih baik dan lingkungan yang bersih. Global Reporting Initiative/GRI
(2002) mengembangkan suatu kerangka yang dapat membedakan kinerja
ekonomi, sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Bagi GRI, dimensi
sosial dari sustainability menyebabkan diperlukannya pelaksanaan CSR
meliputi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas organisasi
terhadap masyarakat, termasuk karyawan, konsumen, komunitas lokal,
rantai pasokan serta rekan bisnis. Aktivitas CSR dalam hal ini mencakup
empat konteks, yaitu : the workplace, human rights, supplier, products and
services. Terdapat 3 alasan utama perusahaan melakukan CSR yaitu alasan
sosial di mana perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitar
perusahaan, alasan ekonomi yaitu CSR untuk menarik simpati masyarakat
dengan membangun citra positif bagi perusahaan yang tujuan akhirnya tetap
pada peningkatan profitabilitas perusahaan serta alasan hukum di mana
perusahaan melakukan program CSR karena ada peraturan dari pemerintah.

Perspektif Triple Bottom Line


Sesuai dengan teori stakeholder, implementasi dari konsep Triple
Bottom Line adalah melalui program CSR di mana perusahaan harus lebih
mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terkena
pengaruh atau dampak dari aktivitas perusahaan) daripada kepentingan
shareholder (pemegang saham). Secara detail tiga pilar TBL yaitu people,
di sini perusahaan dituntut untuk memiliki kepedulian terhadap manusia.
Pilar yang kedua dari TBL adalah planet. Dalam pilar ini perusahaan harus
turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan
keberagaman hayati. Profit sebagai pilar TBL yang ketiga merupakan
dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan perusahaan.

Guidelines Triple Bottom Line


Pedoman penerapan program CSR berdasarkan perspektif Triple
Bottom Line yang dijadikan acuan secara global adalah pedoman yang
4

berasal dari Global Reporting Ititiative (GRI) yang berasal dari . Pedoman
tersebut berisi indikator-indikator yang menjadi aspek dari penerapan
people, planet dan profit.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif didasarkan atas anggapan bahwa peneliti dapat memaparkan dan
menjawab pertanyaan yang ada di rumusan masalah mengenai penerapan
akuntansi lingkungan berupa program CSR di PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Tuban. Fokus dari penelitian ini terletak pada penerapan
akuntansi lingkungan yang ada di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban
yang berupa wujud program CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial
lingkungan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Selain itu peneliti juga
menganalisis apakah program CSR yang dilakukan oleh perusahaan sudah
sesuai dengan konsep Triple Bottom Line. Lokasi perusahaan berada di Desa
Sumberarum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Jenis data yang
digunakan adalah foto, data statistik dan sumber tertulis. Data yang
digunakan adalah data primer perusahaan yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan pihak dari perusahaan
yaitu pada Departemen Keuangan PT Semen Indonesia dan Biro Bina
Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban. Selain itu juga akan
melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk Tuban. Selain data primer, data sekunder yang
digunakan adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keberlanjutan
perusahaan tahun 2012-2014. Peneliti menganalisis data dengan
menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana dengan bentuk analisis
data interaktif Tahapan pada model ini adalah pengumpulan data,
kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penerapan Akuntansi Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Tuban
Program CSR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban dilaksanakan
oleh Biro Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program CSR
yang diusung dikenal dengan nama Semen Indonesia BERSINERGI
(Bersama Semen Indonesia Cerdaskan Negeri) yang terdiri dari SI Peduli,
SI Cerdas, SI Lestari dan SI Prima. Dana yang dikeluarkan untuk program
CSR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban dari tahun ke tahun
meningkat kecuali untuk tahun 2014. Hal ini dikarenakan terdapat project
baru yaitu pembangunan pabrik semen gresik di Rembang, Jawa Tengah.
Sehingga terdapat dana yang dialokasikan untuk pra-project CSR
Kabupaten Rembang.
Gambar 4.1
Data Penyaluran Dana CSR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban

Sumber : Laporan Keberlanjutan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2014

Semen Indonesia Peduli (SI Peduli)


SI Peduli adalah program pengembangan masyarakat berbasis empati
sosial perusahaan terhadap berbagai kondisi ketahanan masyarakat. Sesuai
degan kebijakan pemerintah, SI Peduli difokuskan pada program kemitraan
dan bina lingkungan. Implementasi program kemitraan dengan memberikan
6

bantuan pinjaman modal usaha dan ditujukan untuk pemberdayaan pelaku


usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK). Sedangkan Bina
Lingkungan meliputi bantuan peningkatan kualitas hidup masyarakat
melalui pembangunan sarana-prasarana publik dan infrastruktur serta
bantuan sosial kepada korban bencana alam. Sehingga pendekatan yang
dilakukan adalah dengan berbagai program atau kegiatan pelayanan,
pembinaan hubungan dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran dari
pelaksanaan program adalah pengembangan lingkungan sosial dan ekonomi,
yang diharapkan meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) serta Millenium Development Goals (MDGs).
1. Program Kemitraan
Jumlah mitra binaan untuk area Tuban selalu mengalami kenaikan. Di
tahun 2013 jumlah mitra binaan meningkat menjadi 2520, meningkat 9,17%
dibanding jumlah mitra binaan tahun 2012 sebanyak 2289 mitra binaan.
Selain memberikan bantuan modal usaha, tujuan lain dari program
kemitraan adalah untuk memberikan pendampingan guna memperkuat
kapasitas dan kemampuan daya saing para mitra binaan. Tidak hanya itu,
untuk memperkenalkan produk unggulan dari para mitra binaan, pada tahun
2013 perusahaan membuat sebuah acara bernama Gelaran Semen Indonesia
Expo 2013. Untuk menumbuhkan semangat wirausaha masyarakat Tuban,
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban juga terus melanjutkan program
Wirausaha Muda Kokoh (WMK) yang telah ada sejak tahun 2011 dengan
sasaran generasi muda sekitar area pabrik semen Tuban dan Gresik. Melalui
program ini, perusahaan ingin melahirkan pemuda yang berdaya saing
tinggi dalam berwirausaha dan mengubah paradigma pemuda untuk tidak
menjadi karyawan tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.
2. Bina Lingkungan
Sejalan dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
09/MBU/07/2015 yang menjadi landasan pelaksanaan program kemitraan
dan bina lingkungan, maka pelaksanaan bina lingkungan meliputi bidang
7

bencana alam, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, keagamaan, seni


budaya dan olahraga.

Semen Indonesia Cerdas (SI Cerdas)


Keberhasilan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam menjadi
perusahaan semen terkemuka di tingkat regional bahkan global, tak bisa
dilepaskan dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
menciptakan SDM yang kompetitif dan profesional serta memiliki integritas
yang tinggi, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban juga mengadakan
berbagai kegiatan untuk pegawainya, diantaranya adalah :
1. Pendidikan dan Pengembangan Kompetensi
Program yang dilaksanakan antara lain Program Pengembangan
Kepemimpinan (Leadership Development Program) yang ditujukan kepada
para pemimpin di setiap lini dan tingkatan. Selain itu terdapat pula program
Talent Management yang ditujukan untuk menyediakan personel pegawai
terbaik. Program lain adalah Training Need Analysis (TNA) yang ditujukan
kepada karyawan dalam pelatihan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
2. Pengembangan Karir Pegawai
Perusahaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pegawai
untuk mengembangkan karir. Penentuan karir seorang pegawai didasarkan
penilaian kinerja berbasis Balanced Scorecard, dengan menggunakan modul
Employee Performance Management System (eMPS) sehingga data
penilaian kinerja dan kompetensi karyawan dapat dikelola secara
terintegrasi.
3. Penerimaan Pegawai Baru
Di tahun 2014, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban merekrut 31
pegawai baru yang terdiri dari pegawai pria dengan umur rata-rata 25-66
tahun. Para pegawai baru tersebut menggantikan pegawai yang
meninggalkan perusahaan yang berjumlah 127 orang atau 7,15% dari
jumlah pegawai tetap.
8

4. Imbal Jasa Pekerjaan


Besaran total imbal jasa pekerjaan yang diterima pegawai bisa berbeda
berdasarkan status kepegawaiannya. Selain itu perusahaan juga mendukung
hak pekerja untuk berserikat dan bersama serikat pekerja, perusahaan
menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang melindungi seluruh
pekerja.
5. Pelatihan untuk Pegawai Pensiun
Sesuai peraturan perusahaan dan PKB, PT Semen Indonesia dan entitas
anak usaha menetapkan usia pensiun normal bagi pegawai adalah 55 tahun.
Selanjutnya perusahaan dan entitas anak usaha memberikan pembekalan
atau pra-kondisi sebagai persiapan bagi pegawai yang dilaksanakan sejak 3
tahun sebelum memasuki usia pensiun. Pembekalan meliputi persiapan
psikologi, pengetahuan pengelolaan keuangan, sosialisasi hak pensiun dan
pelatihan wirausaha dengan harapan dapat memicu semangat usaha mandiri
setelah pensiun. Pemberian dana pensiun dilakukan bekerjasama dengan
pihak BPJS Ketenagakerjaan di mana para pegawai akan mendapatkan hak
berupa asuransi manfaat pasti, tabungan TKHT, JHT dan BPJS
Ketenagakerjaan.
6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban terus mengupayakan K3
sebagai budaya dalam perusahaan. Penerapan K3 tidak hanya berlaku untuk
pegawai namun juga kepada para tamu yang datang berkunjung, baik ke
lingkungan pabrik maupun tambang. Ttahun 2014 tidak terdapat peristiwa
kecelakaan kerja yang bersifat fatal. Pencapaian ini membuahkan
penghargaan Zero Accident Award dari Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi karena berhasil mencegah kecelakaan kerja lebih dari lima juta
jam kerja.

Semen Indonesia Prima (SI Prima)


Fokus dari pilar SI Prima terletak pada pelanggan dan prasarana umum.
Dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, secara
9

berkala dilakukan survei untuk mengetahui indeks kepuasan pelanggan.


Hasil survei tersebut kemudian akan menjadi bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan. Perusahaan
juga memiliki mekanisme untuk menangani keluhan pelanggan, baik
distributor maupun pengguna akhir. Setiap keluhan yang disampaikan akan
diproses oleh pusat layanan dan akan ditindaklanjuti melalui observasi atas
keluhan, klarifikasi serta penyelesaiannya. Berkaitan dengan prasarana
umum, perusahaan membantu pembangunan infrastruktur di wilayah Tuban.

Semen Indonesia Lestari (SI Lestari)


Proses produksi dalam industri semen, memanfaatkan kekayaan
Sumber Daya Alam (SDA) sebagai material maupun sumber energi yang
digunakan. Kondisi ini menuntut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk harus
benar-benar mengelola SDA sehingga senantiasa terjaga kelestariannya. PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk mengacu pada pedoman panduan dokumen
penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk
kegiatan terpadu industri semen dan penambangan dari Kementrian
Lingkungan Hidup. Peraturan tersebut merujuk pada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Sedangkan dalam pengelolaan limbah, perusahaan berpedoman pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Di samping itu perusahaan juga mendukung penurunan emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020. Inisiatif ini merujuk
pada Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi GRK dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional serta sosialisasi
hasil COP-19 UNFCCCyang diselenggarakan di Warsawa-Polandia.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 12/M-IND/PER/1/2012 tentang
Peta Panduan Pengurangan Emisi CO2 Industri Semen di Indonesia, yang
diatur dalam pasal 4 ; Penurunan Emisi CO2 spesifik dari baseline 2009
10

adalah : secara sukarela 2% untuk kurun waktu 2011-2015 dan wajib


sebesar 3% untuk kurun waktu 2016-2020. Pada tahun 2014, perusahaan
berhasil menurunkan emisi gas CO2 sebesar 6,56%, yang artinya perusahaan
telah melampaui target penurunan emisi gas CO2 yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Gambar 4.2
Biaya Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Sumber : Laporan Keberlanjutan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2014


Secara berkesinambungan, perusahaan terus berupaya untuk menjadi
perusahaan semen yang ramah lingkungan. Upaya yang dilakukan meliputi
beberapa aspek meliputi :
1. Kebutuhan material
Secara umum, material yang digunakan dalam produksi semen terdiri
dari bahan baku dan bahan pendukung yang tidak bisa diperbaharui serta
bahan pendukung yang berasal dari proses daur ulang, termasuk daur ulang
limbah mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Material yang
didaur ulang yang masuk dalam kategori B3 antara lain yaitu spent earth,
filter aid, dust EAF, resin, dust aluminium, paper sludge, dan steel slag.
Material tersebut didatangkan dari pihak lain melalui pengangkutan dari
pihak ketiga yang memiliki izin pengumpulan dan pengangkutan dari
11

Kementrian Lingkungan Hidup. Pemanfaatan kembali limbah B3 dilakukan


dengan metode co-processing melalui pembakreflekaran pada suhu
(1.400°C). Melalui metode ini kandungan logam berat dalam limbah B3
akan terdekomposisi menjadi senyawa oksida yang dapat meningkatkan
kualitas semen namun tidak berbahaya bagi lingkungan.
2. Kebutuhan energi
Energi memegang peranan penting dalam proses produksi semen.
Untuk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban, bahan bakar alternatif
yang digunakan berasal dari sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa
(cocopeat) dan limbah tembakau. Secara bertahap dapat ditingkatkan 3%
dari kebutuhan bahan bakar batu bara yang mencapai rata-rata 2.000 ton per
hari. Pemakaian biomassa ini sekaligus bertujuan untuk mengurangi emisi
CO2 hingga 15.034 ton eqCO2 per tahun. Selain empat bahan bakar
alternatif di atas, bahan bakar alternatif lain yaitu sampah perkotaan. PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban juga bekerja sama dengan
Pemerintah Kabupaten Tuban dalam pemanfaatan sampah perkotaan
sebagai bahan bakar alternatif yaitu Refuse Derived Fuel (RDF). Volume
sampah di Tuban tercatat sebesar 250 m3 atau 83 ton per hari. Dalam
merealisasikannya, perusahaan menggandeng Japan Fero Engineering
(JFE) dan New Energy Foundation (NEF) sebagai mitra kerja. Perusahaan
juga memanfaatkan gas buang yang berasal dari pembakaran pada proses
produksi semen untuk sumber pembangkitan tenaga listrik. Pengembangan
proyek ini dilakukan dengan mitra kerja JFE Engineering Jepang.
Bentuknya adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
berbasis waste heat recovery power generator (WHRPG) dengan kapasitas
terpasang 30,6 MegaWatt. Nantinya keberadaan pembangkit listrik ini dapat
mengurangi konsumsi listrik yang bersumber dari PT PLN (Persero) sebesar
152 juta KWh per tahun dan menghemat biaya listrik hingga Rp120 miliar
per tahun.
12

3. Pemakaian air
Seluruh entitas anak usaha PT Semen Indonesia tak terkecuali pabrik
Tuban telah menggunakan proses kering sehingga tidak membutuhkan air
dalam proses produksi semen. Perusahaan menetapkan prosedur ketat dalam
pemanfaatan air untuk pendingin mesin produksi dan mendaur ulang
kembali melalui mekanisme sirkulasi tertutup. Air dengan temperatur tinggi
dari proses pendinginan mesin produksi, dialirkan ke kolam penampungan
untuk menurunkan temperatur. Selanjutnya, air dari kolam penampungan
digunakan kembali untuk proses pendinginan mesin produksi.
4. Menjaga keanekaragaman hayati
Perusahaan melakukan identifikasi atas spesies flora dan fauna di
wilayah penambangan dan sekitranya. Pemantauan dilakukan dengan
memperhatikan status setiap spesies berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Kegiatan penambangan akan berdampak langsung terhadap
lingkungan karena mengubah bentang alam dan kondisi habitat beserta
keanekaragaman hayati di dalamnya.
5. Pengendalian emisi
Pabrik Tuban telah dilengkapi dengan alat khusus pengendali debu
seperti electrostatic precipirator (EP), cyclone, conditioning tower, bag
house filter dan peralatan lainnya. Selain itu PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk Tuban juga mengembangkan green belt seluas 50 x 4.000 meter persegi
yang ditanami pepohonan mengitari tambang kapur, tambang tanah liat dan
pabrik. Area green belt berfungsi sebagai filter alami untuk menangkap
debu yang berasal dari kegiatan penambangan kapur maupun debu dari
pabrik yang lolos dari alat penangkap debu. Keberadaan green belt juga
mampu menciptakan oksigen bagi kawasan pabrik dan perkampungan
sekitar area tambang dan pabrik. Area green belt pabrik Tuban melingkar di
lima desa di Kecamatan Kerek dan Merakurak, mulai dari Desa Karanglo,
Pongpongan, Temandang, Mliwang hingga Desa Sumberarum.
13

6. Pengelolaan limbah
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan entitas anak usaha melakukan
pengelolaan limbah yang berorientasi pada nihil limbah (zero waste).
Perusahaan terus melakukan inovasi untuk mengelola limbah padatan.
Perusahaan juga menyertakan material hasil daur ulang limbah B3 sebagai
bahan pendukung proses produksi. Untuk pengelolaan limbah cair, seluruh
olahan air limbah produksi dialirkan ke kolam penampungan dan kemudian
digunakan kembali untuk proses pendinginan. Tidak ada olahan air limbah
yang dibuang ke badan air, sehingga tidak akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati di dalam badan air. Inovasi perusahaan tidak hanya
mengolah limbah yang dihasilkan, namun juga berupaya mengurangi limbah
yang dihasilkan dari penggunaan kemasan zak. Meski belum memiliki
kebijakan menarik kemasan bekas pakai, namun PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Tuban sudah memanfaatkan kertas kemasan yang tak terpakai
atau rusak, untuk bahan alternatif dalam proses pembakaran di klin.

Penerapan Akuntansi Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk


Tuban dalam Perspektif Triple Bottom Line
Perspektif Triple Bottom Line terdiri dari 3 aspek yaitu people, planet
dan profit. Studi kasus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban, penulis
akan mengevaluasi program CSR berdasarkan perspektif tersebut.

Aspek sosial (People)


Aspek sosial yang akan dijadikan indikator penilaian adalah masalah
ketenagakerjaan, lingkungan kerja, kemitraan, pendidikan dan pelatihan,
seni, budaya dan olahraga, keagamaan dan kesehatan. Evaluasi untuk aspek
sosial ini adalah perusahaan sudah menerapkan programnya dengan baik
dan sesuai dengan panduan GRI. Kelemahannya adalah kurangnya
koordinasi dengan Dinas Perekonomian maupun Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Tuban terutama terkait bidang pelatihan
kewirausahaan serta pemasaran produk dari para mitra binaan perusahaan.
14

Aspek Lingkungan (Planet)


Aspek lingkungan dijadikan indikator penilaian adalah kelestarian
lingkungan, penghematan energi, pengendalian emisi, sarana air bersih,
penghijauan, reklamasi lahan, polusi dan limbah dan transportasi. Evaluasi
dari aspek lingkungan adalah meskipun perusahaan sudah melaksanakan
dengan baik berdasarkan panduan dari GRI, akan tetapi perusahaan masih
belum meminimalisasi debu yang diakibatkan dari kegiatan produksi
perusahaan. Perusahaan hanya mengakomodasi dampak dari debu yang
dihasilkan dengan pengobatan gratis saja. Seharusnya perusahaan memiliki
cara lain agar masyarakat sekitar perusahaan tidak terganggu dengan debu
yang berterbangan. Masalah transportasi sebaiknya diperlukan koordinasi
lebih lanjut dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Tuban agar
tidak menjadi kesalahpahaman. Hal ini dikarenakan perusahaan telah
memiliki jalan khusus untuk distribusi maupun pengangkutan bahan baku.

Aspek Ekonomi (Profit)


Aspek ekonomi (profit) merupakan aspek di mana tidak hanya
perusahaan saja yang mendapat keuntungan tetapi juga masyarakat sekitar.
Beberapa hal yang akan dijadikan indikator penilaian adalah masalah
kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit mikro kecil dan menengah
(UMKM), pembukaan lapangan pekerjaan, infrastruktur ekonomi dan
dampak ekonomi dari adanya pabrik semen tersebut. Evaluasi untuk aspek
ekonomi yaitu perusahaan telah memperhatikan aspek ekonomi bukan untuk
kepentingan perusahaan saja, namun untuk juga masyarakatnya. Terbukti
dari peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar serta pemberian pelatihan
wirausaha dan bantuan modal. Akan tetapi kekurangan ini terletak pada
minat masyarakat yang kurang dalam berwirausaha. Terutama para ibu
rumah tangga yang tidak ingin melanjutkan apa yang telah didapat selama
pelatihan. Sebaiknya perusahaan juga memotivasi masyarakat agar mau
berwirausaha tanpa mengandalkan menjadi seorang karyawan.
15

DAFTAR PUSTAKA
____________. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015
tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
Badan Usaha Milik Negara.
Alhaddi, Hanan. 2015. Triple Bottom Line and Sustainability : A Literature
Review. Business and Management Studies. Volume 1 Nomor 2.
Edi, Wasito. ([email protected]). 20 April 2016. Data
Penyaluran Dana CSR SMI (Group) Tuban. E-mail kepada
Ismie Dzakky Fatimah ([email protected]).
Efferin, dkk. 2008. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Jakarta:
Graha Ilmu.
Indriantoro, dkk. 2002. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Indriawati, Ella Nur. 2015. Implementasi Program Kemitraan Dan Bina


Lingkungan (PKBL) Dalam Pembinaan Pengrajin Batik (Studi
Kasus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban Dan Pengrajin
Batik Tulis Gedog Di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.
Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.

Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep


Sustainability
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis
dan Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2013. Laporan Keberlanjutan PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2012. Gresik.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2013. Laporan Keuangan PT Semen


Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2012. Gresik.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2014. Laporan Keberlanjutan PT


Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2013. Gresik.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2014. Laporan Keuangan PT Semen


Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2013. Gresik.
16

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2014. Laporan Pengembangan


Masyarakat PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2013.
Gresik.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2015. Laporan Keberlanjutan PT


Semen Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2014. Gresik.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 2015. Laporan Keuangan PT Semen


Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2014. Gresik.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Worrel, E., Galitsky, C., Price, L., 2008. Energy Efficiency Improvement
Opportunities For The Cement Industry. Berkeley National
Laboratory Paper.
www.globalreporting.org diakses pada 22 November 2015
www.semenindonesia.com diakses pada 2 November 2015

You might also like