2982 5822 1 SM
2982 5822 1 SM
2982 5822 1 SM
Oleh :
Ismie Dzakky Fatimah
Dosen Pembimbing :
Roekhudin, Dr., Ak., CSRS., CA
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
ABSTRACT
This study aims to analyze the application of environmental
accounting realized as CSR program of PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Tuban using Triple Bottom Line perspectives. The type of research is a
qualitative descriptive study. The data are obtained from the company’s
documents which are relevant to CSR program as well as interviews with
several employees and the communities around the company. The model of
Miles, Huberman and Saldana is used as a data analysis method using an
interactive data analysis model. The Results of research show that in overall
PT Semen Indonesia has implemented the perspective of Triple Bottom
Line in its CSR program. The company has conducted social programs for
communities around the company, the education, infrastructure, as well as
environmental sustainability-based community development programs and
improve living standard around the company. Lack of supports and
coordination with government of Tuban and societies have been found to be
the constraints of CSR program implementation. Moreover, CSR programs
tend to be directed as charity programs which hence the programs do not
have fully reciprocal relationship with communities.
PENDAHULUAN
Sustainability development merupakan solusi yang sering
dikampanyekan kepada perusahaan, agar tetap beroperasi dengan menjaga
kelestarian lingkungan dan memperhatikan aspek sosial di sekitar
perusahaan untuk kehidupan di masa datang. Tujuan sustainability
development adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka (Global Reporting Initiative, 2013). Wujud pertanggung
jawaban perusahaan atas aktivitas sustainability development nya adalah
berupa laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Laporan dihasilkan
melalui penerapan akuntansi lingkungan yang pada dasarnya menuntut
kesadaran penuh perusahaan yang telah mengambil manfaat dari lingkungan
(Ikhsan, 2008). Industri semen merupakan industri yang menyumbangkan
5% dari total emisi CO2 tahunan (Worrel., et al 2011). Beberapa tahun
terakhir muncul pemberitaan dari berbagai media mengenai perusahaan
semen, salah satunya contoh ketika PT Semen Gresik akan mendirikan
pabrik di Pati tepatnya daerah Sukolilo di tahun 2006, warga sekitar
pegunungan Kendeng yang menjadi area operasi PT Semen Gresik nantinya
menolak dengan tegas pendirian pabrik tersebut.1 Hal serupa juga terjadi di
Kabupaten Rembang, perbedaannya jika aksi penolakan warga Pati berhasil
tidak sama dengan yang di Rembang. Pada tahun 2009 PT Semen Gresik
menemukan lokasi di Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.
Meskipun sempat melakukan aksi penolakan, akan tetapi hasil Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menyatakan bahwa daerah
tersebut layak untuk didirikan pabrik semen. Isu lingkungan menjadi
permasalahan utama yang menjadi penyebab kekhawatiran penduduk sekitar
lokasi pabrik, yang meliputi hilangnya sumber mata air, polusi suara serta
polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan. Triple Bottom Line (TBL)
merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkaitan dengan
keberlanjutan yang diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1997.
1
Koran Kompas 27 Maret 2011
2
Secara garis besar, TBL merupakan perspektif yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai wujud dari tanggung
jawab ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Lingkungan
Junus dalam Ikhsan (2008) mendefinisikan akuntansi lingkungan
sebagai proses identifikasi, pengukuran, alokasi-alokasi biaya lingkungan
hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan
usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada para stockholders
perusahaan. Definisi akuntansi lingkungan menurut Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (US EPA) adalah suatu fungsi penting akuntansi lingkungan adalah
untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh
para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan (Ikhsan, 2008:15).
berasal dari Global Reporting Ititiative (GRI) yang berasal dari . Pedoman
tersebut berisi indikator-indikator yang menjadi aspek dari penerapan
people, planet dan profit.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif didasarkan atas anggapan bahwa peneliti dapat memaparkan dan
menjawab pertanyaan yang ada di rumusan masalah mengenai penerapan
akuntansi lingkungan berupa program CSR di PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Tuban. Fokus dari penelitian ini terletak pada penerapan
akuntansi lingkungan yang ada di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban
yang berupa wujud program CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial
lingkungan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Selain itu peneliti juga
menganalisis apakah program CSR yang dilakukan oleh perusahaan sudah
sesuai dengan konsep Triple Bottom Line. Lokasi perusahaan berada di Desa
Sumberarum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Jenis data yang
digunakan adalah foto, data statistik dan sumber tertulis. Data yang
digunakan adalah data primer perusahaan yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan pihak dari perusahaan
yaitu pada Departemen Keuangan PT Semen Indonesia dan Biro Bina
Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tuban. Selain itu juga akan
melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk Tuban. Selain data primer, data sekunder yang
digunakan adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keberlanjutan
perusahaan tahun 2012-2014. Peneliti menganalisis data dengan
menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana dengan bentuk analisis
data interaktif Tahapan pada model ini adalah pengumpulan data,
kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
5
3. Pemakaian air
Seluruh entitas anak usaha PT Semen Indonesia tak terkecuali pabrik
Tuban telah menggunakan proses kering sehingga tidak membutuhkan air
dalam proses produksi semen. Perusahaan menetapkan prosedur ketat dalam
pemanfaatan air untuk pendingin mesin produksi dan mendaur ulang
kembali melalui mekanisme sirkulasi tertutup. Air dengan temperatur tinggi
dari proses pendinginan mesin produksi, dialirkan ke kolam penampungan
untuk menurunkan temperatur. Selanjutnya, air dari kolam penampungan
digunakan kembali untuk proses pendinginan mesin produksi.
4. Menjaga keanekaragaman hayati
Perusahaan melakukan identifikasi atas spesies flora dan fauna di
wilayah penambangan dan sekitranya. Pemantauan dilakukan dengan
memperhatikan status setiap spesies berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Kegiatan penambangan akan berdampak langsung terhadap
lingkungan karena mengubah bentang alam dan kondisi habitat beserta
keanekaragaman hayati di dalamnya.
5. Pengendalian emisi
Pabrik Tuban telah dilengkapi dengan alat khusus pengendali debu
seperti electrostatic precipirator (EP), cyclone, conditioning tower, bag
house filter dan peralatan lainnya. Selain itu PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk Tuban juga mengembangkan green belt seluas 50 x 4.000 meter persegi
yang ditanami pepohonan mengitari tambang kapur, tambang tanah liat dan
pabrik. Area green belt berfungsi sebagai filter alami untuk menangkap
debu yang berasal dari kegiatan penambangan kapur maupun debu dari
pabrik yang lolos dari alat penangkap debu. Keberadaan green belt juga
mampu menciptakan oksigen bagi kawasan pabrik dan perkampungan
sekitar area tambang dan pabrik. Area green belt pabrik Tuban melingkar di
lima desa di Kecamatan Kerek dan Merakurak, mulai dari Desa Karanglo,
Pongpongan, Temandang, Mliwang hingga Desa Sumberarum.
13
6. Pengelolaan limbah
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan entitas anak usaha melakukan
pengelolaan limbah yang berorientasi pada nihil limbah (zero waste).
Perusahaan terus melakukan inovasi untuk mengelola limbah padatan.
Perusahaan juga menyertakan material hasil daur ulang limbah B3 sebagai
bahan pendukung proses produksi. Untuk pengelolaan limbah cair, seluruh
olahan air limbah produksi dialirkan ke kolam penampungan dan kemudian
digunakan kembali untuk proses pendinginan. Tidak ada olahan air limbah
yang dibuang ke badan air, sehingga tidak akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati di dalam badan air. Inovasi perusahaan tidak hanya
mengolah limbah yang dihasilkan, namun juga berupaya mengurangi limbah
yang dihasilkan dari penggunaan kemasan zak. Meski belum memiliki
kebijakan menarik kemasan bekas pakai, namun PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Tuban sudah memanfaatkan kertas kemasan yang tak terpakai
atau rusak, untuk bahan alternatif dalam proses pembakaran di klin.
DAFTAR PUSTAKA
____________. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015
tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
Badan Usaha Milik Negara.
Alhaddi, Hanan. 2015. Triple Bottom Line and Sustainability : A Literature
Review. Business and Management Studies. Volume 1 Nomor 2.
Edi, Wasito. ([email protected]). 20 April 2016. Data
Penyaluran Dana CSR SMI (Group) Tuban. E-mail kepada
Ismie Dzakky Fatimah ([email protected]).
Efferin, dkk. 2008. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Jakarta:
Graha Ilmu.
Indriantoro, dkk. 2002. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Worrel, E., Galitsky, C., Price, L., 2008. Energy Efficiency Improvement
Opportunities For The Cement Industry. Berkeley National
Laboratory Paper.
www.globalreporting.org diakses pada 22 November 2015
www.semenindonesia.com diakses pada 2 November 2015