Tesis Aulya Fahma
Tesis Aulya Fahma
Tesis Aulya Fahma
TESIS
OLEH
AULYA FAHMA
NIM. 0332173048
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the evaluation of the context of the superior
class program in improving the quality of education in MTs. Muallimin UNIVA Medan, to
find out the evaluation of superior class program input in improving the quality of
education in MTs. Muallimin UNIVA Medan, to find out the evaluation of the superior
class program process in improving the quality of education in MTs. Muallimin UNIVA
Medan, and to find out the evaluation of superior class program products in improving
the quality of education in MTs. Muallimin UNIVA Medan.
This study uses a descriptive qualitative CIPP (Context, Input, Process, Product)
program evaluation model, data collection refers to the CIPP evaluation instrument table
which is made in accordance with predetermined criteria through observation, interview,
and documentation techniques. Meanwhile, to analyze the data that the authors obtained,
it was done by collecting data, reducing data, presenting data, drawing conclusions and
verifying data.
The results of this study are as follows: 1) Context evaluation, the opportunities seen
in this program are the number of students who have talent and creativity that must be
supported and facilitated in order to develop more optimally. This program was created
intended and formed to create superior students where later this superior class program
will become a madrasa icon and show that Madrasah Tsanawiyah Muallimin has
excellent students in it. 2) Evaluation of inputs, the approach taken is by screening
students. In this case, prospective students in the test are then offered, willing or not to
enter the superior class. When it is entered, then a test is carried out again for class
placement. 3) Process evaluation, program performance can be said to be good even
though it is not optimal. The relationship between implementers and students is good. The
trust of parents of students is very full of madrasas so that they entrust and fully entrust
how their children develop to madrasas. 4) Product evaluation, the results achieved from
this program are good, although not optimal as expected. The resulting output is able to
continue to their favorite school. 80% of graduates of Madrasah Tsanawiyah Muallimin
are able to continue their education to public schools or madrasas. This flagship class
program deserves to be continued on the condition that it reformulates the objectives to
be achieved when this program is formed.
i
ABSTRAK
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui evaluasi konteks pelaksanaan
program kelas unggulan dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin
UNIVA Medan, untuk mengetahui evaluasi input pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan, untuk
mengetahui evaluasi proses pelaksanaan program kelas unggulan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan, dan untuk mengetahui evaluasi
produk pelaksanaan program kelas unggulan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
MTs. Muallimin UNIVA Medan.
Penelitian ini menggunakan evaluasi program dengan CIPP model (Context, Input,
Process, Product) kualitatif deskriptif, pengumpulan data mengacu pada tabel instrumen
evaluasi CIPP yang dibuat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
melalui tekhnik observasi, wawancara, dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data
yang penulis peroleh dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Evaluasi konteks, peluang yang dilihat
dalam program ini yaitu banyaknya peserta didik yang memiliki bakat dan kreatifitas
yang harus didukung dan difasilitasi agar berkembang lebih optimal. Program ini dibuat
dimaksudkan dan dibentuk untuk menciptakan siswa yang unggul dimana nantinya
program kelas unggulan ini akan menjadi icon madrasah dan menunjukkan bahwa
Madrasah Tsanawiyah Muallimin memiliki siswa- siswi Unggul didalamnya.. 2) Evaluasi
input, pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan penyaringan terhadap siswa.
Dalam hal ini calon siswa di tes kemudian ditawarkan, bersedia atau tidak untuk masuk
ke kelas unggulan. Ketika sudah masuk, maka dilakukan tes kembali untuk penempatan
kelas.. 3) Evaluasi proses, kinerja program dapat dikatakan baik meski belum maksimal.
Hubungan antara pelaksana dengan peserta didik baik. Kepercayaan orangtua siswa
sangat penuh kepada madrasah sehingga menitipkan dan mempercayakan secara penuh
bagaimana perkembangan anaknya kepada madrasah. 4) Evaluasi produk, hasil yang
dicapai dari program ini sudah baik meskipun belum maksimal sesuai yang diharapkan.
Ouput yang dihasilkan mampu melanjutkan ke sekolah favorit mereka. 80% lulusan
Madrasah Tsanawiyah Muallimin mampu melanjutkan pendidikannya ke sekolah atau
madrasah Negeri. Program kelas unggulan ini layak untuk tetap dilanjutkan dengan
syarat merumuskan kembali tujuan yang hendak dicapai saat program ini dibentuk.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayahnya kepada kita, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul, “Evaluasi Program Kelas Unggulan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidika (Studi Evaluatif pada MTs. Muallimin UNIVA Medan). Tesis ini
diajukan sebagai bagian dari tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi di
program Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, dan para sahabatnya yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat
ini. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Aamiin ya rabbal
alamiin.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana Strata dua (S2) dengan gelar M.Pd, pada program
Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam jurusan Manajemen
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Didalam tulisan ini disajikan pokok- pokok bahasan konteks pelaksanaan
program kelas unggulan dalam meningkatkan mutu pendidikan, masukan terhadap
lembaga- lembaga pendidikan tentang pelaksanaan program kelas unggulan yang
baik dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, proses pelaksanaan
program kelas unggulan dalam meningkatkan mutu pendidikan, produk program
kelas unggulan dalam peningkatan mutu pendidikan pada MTs. Muallimin
UNIVA Medan.
Peneliti menyadari bahwa peneliti hanyalah manusia biasa yang tak akan
luput dari khilaf dan salah. Sehingga peneliti yakin, dalam karya ini masih
terdapat banyak kesalahan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti
memohon maaf yang sebesar- besarnya, dan tak lupa peneliti mengharap kritik
dan saran yang membangun dalam perbaikan tulisan ini.
iii
Selanjutnya peneliti juga menyadari bahwa dalam proses penulisan Tesis
ini, terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak
langsung memberikan kontribusinya. Maka dalam hal ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA, sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Mardianto, M. Pd, selalu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Makmur Syukri, M. Pd dan Ibu Dr. Neliwati, M. Pd selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Mesiono, M. Pd dan Bapak Dr. Yusuf Hadijaya, MA selaku
Pembimbing Tesis I dan Pembimbing Tesis II yang sudah banyak
meluangkan waktu dan pikiran serta memotivasi penulis dalam proses
penyusunan proposal Tesis ini,
5. Seluruh Dosen Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang
telah banyak memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat kepada peneliti.
6. Al Ustad Muhayan, MA selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Muallimin
beserta jajarannya yang sudah banyak membantu dalam penyelesaian
Tesis ini.
7. Kedua orangtua yang selalu mendukung saya dalam segala keadaan baik
senang maupun susah sampai saya bisa menyelesaikan program Magister
saya seperti sekarang ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini memberikan manfaat kepada banyak pihak
dan kepada pembacanya serta menjadi sumber literasi dalam mencerdaskan
bangsa. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Medan, Juli 2021
Peneliti
Aulya Fahma
NIM. 0332173048
iv
iv
iv
DAFTAR ISI
Abstrak i
Kata Pengantar iii
Daftar isi v
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 8
C. Pertanyaan Penelitian 8
D. Tujuan Penelitian 9
E. Kegunaan Penelitian 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA 11
A. Konsep Evaluasi Program 11
1. Evaluasi 11
2. Program 12
3. Evaluasi Program 14
4. Langkah- Langkah Evaluasi Program dalam Pendidikan 16
5. Tujuan Evaluasi Program 19
6. Model- Model Evaluasi Program 20
B. Program Kelas Unggulan 30
1. Pengertian Kelas Unggulan 30
2. Sejarah Singkat Program Kelas Unggulan 32
3. Konsep Dasar Kelas Unggulan 33
4. Tujuan Program Kelas Unggulan 34
5. Ciri- ciri Kelas Unggulan 35
C. Hakikat Mutu Pendidikan 38
1. Konsep Mutu 38
2. Defenisi Manajemen Mutu Pendidikan 40
3. Pilar Total Quality Manajemen (TQM) 44
4. Karakteristik Manajemen Mutu Terpadu (TQM) 45
5. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/ Madrasah 47
6. Dasar- Dasar Program Mutu Pendidikan 48
7. Prinsip- Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan 49
8. Kendala dan Implementasi Mutu dalam Dunia Pendidikan 50
9. Mengimplementasikan Total Quality 54
10. Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 54
D. Penelitian yang Relevan 56
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 58
A. Tempat dan Waktu Penelitian 58
B. Metode Penelitian 58
C. Instrumen Penelitian 59
D. Teknik Pengumpulan Data 61
v
E. Teknik Analisis Data 61
F. Keabsahan Data 64
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 66
A. Hasil Penelitian 66
1. Temuan Umum Penelitian 66
2. Temuan Khusus Penelitian 72
B. Pembahasan 86
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 95
A. Kesimpulan 95
B. Rekomendasi 96
DAFTAR PUSTAKA 97
LAMPIRAN- LAMPIRAN 102
vi
vi
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
agar kelas tersebut menjadi kelas percontohan di sekolah tersebut. Contoh bagi
peserta didik lainnya agar menjadi motivasi untuk lebih meningkatkan prestasi
mereka dan juga sebagai bahan evaluasi sejauh mana kinerja guru dalam
mengembangkan kreativitas anak.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Utomo (2012:8) yang mengatakan bahwa
penyelenggaraan kelas unggulan bertujuan diantaranya:
Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan, menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
tenaga pendidik, mengembangkan potensi yang ada di sekolah, meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi persaingan di dunia pendidikan dengan
menciptakan keunggulan kompetitif.
2
keahlian dan profesionalisme dalam penguasaan ilmu dan kekeluargaan dalam
mempererat persatuan dan kekeluargaan dalam mempererat persatuan dan
kesatuan bangsa. Dengan wawasan keunggulan itu diharapkan mencapai
keunggulan dalam Percaturan Internasional (Depdikbud, 1996)
Salah satu alternatif dalam rangka mengimplementasikan wawasan
keunggulan adalah melalui program kelas unggulan. Hal itu mengacu pada
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0487/U/1992, pasal 15
yaitu penerapan wawasan keunggulan melalui program percepatan, program
khusus, program kelas khusus, dan program pendidikan khusus, yang
merefleksikan pendidikan keunggulan (Bafadal, 2006:26-28)
Hal ini juga didukung oleh arah kebijakan dan strategi pendidikan islam yang
dibuat Kementerian Agama tahun 2015-2019. Salah satu arah kebijakan yang
dibuat untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan menengah adalah
meningkatkan mutu peserta didik. Adapun strategi yang dilakukan diantaranya
yaitu memfasilitasi peserta didik yang berprestasi dan menyusun peraturan untuk
menjamin layanan pendidikan madrasah yang bermutu.
Penerapan program kelas unggulan ini tentu ada kekurangan juga ada
kelebihannya. Adapun kelebihan program ini salah satunya adalah menjadikan
anak lebih giat dalam meningkatkan prestasinya dan memunculkan kelompok
kelas anak- anak pintar yang menjadi contoh dilingkungan sekolah. Adapun
kelemahannya, maka program ini memunculkan persaingan yang kuat diantara
siswa. Selain itu anak yang pintar akan semakin pintar sedangkan anak yang
bodoh akan tetap bodoh karena secara alami terseleksi oleh kelas unggulan ini.
Maka ketika anak tersebut ditempatkan dalam kelas peringkat terakhir, maka tidak
akan ada motivasi peserta didik tersebut untuk bersaing dan menjadi lebih baik.
Meskipun seharusnya tidak boleh terjadi diskriminasi bagi perkembangan
anak, program ini banyak diterapkan disekolah- sekolah terutama sekolah daerah
perkotaan. Program kelas unggulan ini akan memberikan stigma pada pemikiran
para orang tua bahwa anak yang bersekolah disekolah tersebut sudah pasti anak
yang pintar dan jika berhasil mendapatkan kelas A atau yang biasa disebut kelas
anak- anak pintar, sudah tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua
tersebut.
3
Meskipun sempat terjadi pro dan kontra di awal pelaksanaan program kelas
unggulan ini di Indonesia, tetapi akhir- akhir ini banyak sekolah yang sudah
menerapkannya guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah mereka. Tidak
dipungkiri, secara tidak langsung program ini berdampak pada peningkatan mutu
sekolah terutama dari segi mutu siswa. Hal ini juga menjadi perhatian masyarakat
dan menarik minat serta kepercayaan masyarakat sekitar terhadap sekolah tersebut
untuk mendidik anak mereka menjadi lebih baik. Beberapa penelitian juga
mendukung hal ini, seperti yang dijelaskan oleh Trisandi dan Abd Salam (2020)
dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam Mewujudkan
Kelas Unggulan di SMA Sains Al Qur‟an Wahid Hasyim Yogyakarta” bahwa:
Strategi Kepala Sekolah dalam mewujudkan kelas unggulan mempunyai dampak
yang sangat besar terhadap pengembangan minat dan bakat peserta didik
terutama pada program unggulan yang ditawarkan oleh kelas internasional seperti
sains, bahasa asing dan tahfidz. Program tersebut sebagai program unggulan kelas
internasional untuk dapat bersaing secara global terbukti dengan prestasi yang
telah diraih di tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, hal ini juga selaras dengan pendapat Amalia Ratna dan Syunu
Trihantoyo (2020) sebagai berikut:
Beberapa strategi untuk pengelolaan kelas unggulan dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yaitu membangun kerjasama dengan siswa dalam pembelajaran,
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, evaluasi proses belajar mengajar.
Dalam strategi pengelolaan kelas ada faktor yang mendukung antara lain: faktor
kurikulum, sarana, guru, siswa,keluarga.
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa, pelaksanaan program kelas ini
harus dibarengi dengan strategi yang baik dan komponen yang saling mendukung
agar pelaksanaan program ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan
berdampak positif pada peningkatan mutu sekolah.
Kelas unggulan tentu konsepnya berbeda dengan sekolah unggulan. Sekolah
unggulan merupakan sekolah yang didesain dengan manajemen yang baik
dilengkapi dengan kurikulum unggul yang membuat sekolah dapat meningkatkan
mutu lulusannya dan berdampak pada peminatan masyarakat yang meningkat pula
untuk menitipkan anak mereka di sekolah tersebut agar mendapat pendidikan
yang baik tersebut. Misalnya, kurikulum muatan lokal yang berbasis pada
keunggulan lokal didaerah tersebut. Sekolah akan dikatakan unggul oleh
4
lingkungan masyarakatnya ketika mampu menerapkan dan mendesain
keunggulan lokalnya dengan efektif dan efisien.
Sedangkan kelas unggulan, merupakan item dari sekolah unggulan tersebut.
Kelas unggulan didesain agar anak- anak yang berbakat dan memiliki kompetensi
khusus, lebih di bimbing lagi dalam bidang- bidang tertentu. Pada kelas unggulan
ini kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut tidak berbeda jauh. Hampir sama
dengan kelas reguler, namun pada kelas unggulan di adakan penekanan lebih
dalam dan pasti ada satu aspek yang di unggulkan. Misalnya dalam aspek bahasa,
eksak, atau lainnya.
Program kelas unggulan ini sangat menarik perhatian peneliti, mengingat sudah
banyak sekolah menerapkan program ini namun kurang tepat dalam
pelaksanaannya. Sehingga program kelas unggulan hanya menjadi kelas hasil
seleksi anak- anak yang pintar saja tanpa memikirkan harusnya didesain seperti
apa dan dikembangkan bagaimana.
Ada satu madrasah yang menarik perhatian peneliti terhadap program kelas
unggulan ini. Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan yang terletak di
Jl. Sisingamangaraja Km 5,5 Kota Medan ini sudah beberapa tahun ini
menerapkan program kelas unggulan ini. Program ini merupakan salah satu
strategi madrasah dalamm memajukan mutu pendidikan madrasah tersebut.
Selama pelaksanaan program ini berdampak positif pada kemajuan madrasah pada
beberapa tahun belakangan terakhir . Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
grafik jumlah siswa setiap tahunnya di madrasah tersebut.
Madrasah Tsnawiyah Muallimin UNIVA Medan memiliki dua jenis kelas
didalamnya, yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Perwujudan kelas unggulan
ini selaras pada regulasi yang ada bahwa madrasah mendukung peserta didik yang
memiliki bakat dan kecerdasan khusus. Adapun pelaksanaan kelas unggulan ini
adalah sebagai wadah yang melatih bakat dan kreativitas peserta didik. Nantinya
diharapkan peserta didik kelas unggulan di Madrasah Tsnawiyah Muallimin
UNIVA Medan akan memiliki nilai lebih dibandingkan kelas reguler. Dengan
berjalannya kelas unggulan ini, adapun untuk pembelajaran tahun ajaran 2019-
2020, Madrasah Tsanawiyah Swasta Muallimin mencapai lebih kurang 1034
5
Siswa. Tentu jumlah pada saat ini adalah sebuah pencapaian yang lebih
mengingkat dari tahun sebelumnya.
Adapun konteks pelaksanaan program adalah dengan diadakannya tes pada
peserta didik untuk menentukan kelas yang akan mereka masuki sesuai daya
belajar mereka di awal pembelajaran, lalu kemudian ditawarkan kembali kepada
orang tua siswa yang bersangkutan, bersedia atau tidak jika anaknya dimasukkan
ke dalam kelas unggulan ini. Setelah bersedia, peserta didik akan dilakukan tes
penempatan kelas kembali. Adapun tes penempatan kelas ini tidak hanya berlaku
untuk peserta didik baru saja, tetapi juga berlaku sampai tingkat yang paling tinggi
yaitu kelas IX (sembilan). Awal mula berjalannya program ini, dalam menentukan
kemampuan, bakat dan daya belajar siswa, sekolah bekerja sama dengan tenaga
Psikolog khusus untuk menentukan hal tersebut. Namun belakangan, untuk
menentukan hal itu diserahkan kepada guru yang juga berkompeten dibidang itu.
Tes ini dilakukan setiap tahun saat memulai Tahun Ajaran baru lalu kemudian
hasilnya akan menentukan peserta didik akan berada di kelas yang mana.
Jika dilihat dari input pelaksanaan program ini, maka program kelas unggulan
ini di desain khusus yang membedakannya dengan kelas reguler. Salah satunya
adalah, mereka lebih ditekankan dalam hal bahasa yaitu bahasa Arab dan Inggris.
Hal ini dibuktikan dengan adanya mata pelajaran conversation dan muhadatsah
bagi anak kelas unggulan. Apakah dikelas reguler tidak ada? Tidak. Kelas reguler
hanya sekedar belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab secara teori namun tidak
mendalaminya. Tidak hanya itu, bagi anak unggulan porsi tahfidz mereka harus
tuntas 5 juz minimal. Berbeda dengan anak reguer, mereka hanya dituntut 3 juz
saja. Jika dilihat dari proses pembelajaran, maka anak kelas unggulan lebih
banyak menggunakan e- learning dan teknologi lainnya daripada anak kelas
reguler. Selain itu juga disediakan tenaga pendidik yang profesionalitas
dibidangnya pada kelas unggulan ini.
Dengan kata lain, pada program kelas unggulan yang ada di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin ini, anak- anak lebih banyak dipersiapkan kegiatan life
skill nya daripada di kelas unggulan. Misalnya, ada kurikulum tambahan seperti
al- khatt, tilawah, paper craft, memanah, dan sebagainya. Ini menjadi keunikan
6
tersendiri bagi program kelas unggulan yang ada di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin UNIVA Medan ini.
Pelaksanaan program kelas unggulan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
UNIVA Medan ini menunjukkan ke efektifannya dalam meningkatkan mutu
madrasah. Meskipun dalam pelaksanaannya banyak terdapat kekurangan dan
kelebihan. Begitupun sekolah tetap melakukan perbaikan terus menerus agar
program kelas unggulan ini dapat terlaksana lebih baik lagi.
Pelaksanaan kelas unggulan merupakan suatu program pembelajaran yang
dilakukan berdasarkan melihat bakat dan tingkat kecerdasan yang dimiliki peserta
didik untuk menghasilkan ouput sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan
yang unggul. Idealnya dengan adanya program kelas unggulan diharapkan mampu
menjadi wadah bagi peserta didik yang mempunyai prestasi akademik di atas rata-
rata untuk mengembangkan potensinya, meskipun terjadi kesenjangan prestasi
belajar antara siswa kelas unggulan dengan siswa kelas reguler. Namun itu
merupakan dinamika dari berjalannya sebuah program. Semuanya bermuara pada
pembentukan sekolah yang baik agar tujuan yang diharapkan tercapai dengan
efektif. Adapun sekolah yang baik digambarkan Glover (2005:6) sebagai berikut:
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memperbaiki diri. Sekolah yang sukses
akan memperlihatkan butir- butir: 1) Etos sekolah yang bagus, 2) pengelolaan
ruang kelas yang bagus, 3) Harapan guru yang tinggi, 4) Guru- guru sebagai
model peran yang positif, 5) umpan balik dan perlakuan yang positif terhadap
siswa, 6) Kondisi kerja yang bagus bagi para guru dan siswa, 7) tanggung jawab
yang diberikan kepada siswa, 8) kegiatan bersama antara staf dan siswa.
Hal ini juga didukung dan selaras oleh Amalia Ratna (2020:46) yang
menyebutkan bahwa:
Pelaksanaan kelas unggulan akan meningkatkan prestasi siswa jika
didukung oleh strategi dan pengelolaan yang lebih optimal. Dengan
meningkatnya prestasi siswa, maka ini akan berbanding lurus dengan
peningkatan mutu sekolah.
7
Maka adapun ciri- ciri sekolah yang baik sebgaimana pemaparan diatas, dapat
dilihat juga pada MTs. Muallimin UNIVA Medan yang mana tetap melakukan
perbaikan demi perbaikan untuk mencapai kualitas yang baik sehingga tercipta
kepuasan masyarakat pada sekolah tersebut. Salah satu item yang dapat dilihat
adalah dengan berjalannya program kelas unggulan ini di MTs. Muallimin dengan
baik dan sudah terlihat hasilnya.
Maka dengan itu, peneliti ingin mengangkat model evaluasi CIPP sebagai alat
evaluasi dalam penelitian ini. Dalam hal ini fokus evaluasi tersebut ada empat,
yaitu: 1) evaluasi konteks, dalam hal ini evaluasi ini memberikan data tentang
berbagai kebutuhan sesuai prioritasnya, agar tujuan dari program kelas unggulan
ini dapat diformulasikan; 2) evaluasi input, dalam hal ini evaluasi ini
menghasilkan data tentang masukan yang terpilih, item kekuatan dan kelemahan
dari program, strategi yang dilakukan, dan desain yang diciptakan untuk
mewujudkan tujuan program kelas unggulan; 3) evaluasi proses, dalam hal ini
menyediakan informasi bagi evaluator untuk melakukan prosedur monitoring
terpilih yang mungkin baru diimplementasi sehingga muncullah butir- butir yang
kuat yang dapat dimanfaatkan dan yang lemah dapat dihilangkan; dan 4) evaluasi
produk, dalam hal ini membuat informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa
tujuan dapat dicapai dan juga untuk merumuskan jika strategi yang berkaitan
dengan prosedur dan metode yang diterapkan guna mencapai tujuan sebaiknya
berhenti, dimodifikasi atau dilanjutkan namun tetap dilakukan perbaikan hingga
dalam bentuk seperti sekarang.
Berdasarkan pemaparan diatas, Peneliti merasa tertarik hati untuk melakukan
penelitian yang berjudul, ”Evaluasi Program Kelas Unggulan dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Evaluatif pada MTs. Muallimin
UNIVA Medan).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah: Evaluasi Program Kelas Unggulan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan. Penelitian ini menggunakan
model evaluasi CIPP yaitu evaluasi context, input, process, dan ouput.
8
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam hal ini yaitu:
1. Bagaimana evaluasi context (konteks) pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan?
2. Bagaimana evaluasi input (masukan) pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan?
3. Bagaimana evaluasi process (proses) pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan?
4. Bagaimana evaluasi product (produk) pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam hal ini yaitu untuk mengetahui:
1. Evaluasi context (konteks) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
2. Evaluasi input (masukan) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
3. Evaluasi process (proses) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
4. Evaluasi product (produk) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna mencakup sisi teoritis dan sisi praktis,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi
pembaca khusus nya bagi orang- orang yang menekuni bidang Manajemen
Pendidikan Islam dalam cakupan yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan konsep pemahaman mengenai pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para guru MTs. Muallimin UNIVA Medan.
9
1. Sebagai bahan kajian, refleksi dan evaluasi dalam usaha peningkatan
mutu proses pembelajaran di kelas unggulan MTs. Muallimin UNIVA
Medan.
2. Mendorong guru untuk membiasakan bersikap reflektif terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan dan melakukan perbaikan
berkesinambungan.
3. Membantu guru untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang
menjadikan kendala dalam optimalisasi pembelajaran sebagai layanan
yang unggul.
b. Bagi MTs. Muallimin UNIVA Medan sebagai pengelola kelas unggulan.
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan untuk meningkatkan mutu dan pengembangan program
kelas unggulan.
2. Memberikan gambaran pelaksanaan kelas unggulan sebagai bahan
evaluasi dan intropeksi.
3. Memberi gambaran tentang dampak dari adanya kelas unggulan bagi
siswa.
c. Bagi pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah).
Sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakkan menyangkut
keberadaan program kelas unggulan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
d. Masyarakat
Memberi gambaran tentang keberadaan kelas unggulan di MTs. Muallimin
UNIVA Medan.
e. Orang tua/wali murid
Sebagai bahan masukan atau tambahan wawasan tentang penyelenggaraan
kelas unggulan.
f. Bagi peneliti
Untuk mendapatkan pengalaman baru dan mendapat wawasan baru
terhadap penelitian kualitatif dan pendalaman pengetahuan terhadap
penyelenggaraan kelas unggulan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
11
12
evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau
standar objektif yang dievaluasi. Evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang
sistematis tentang kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
kegiatan menentukan penilaian dari suatu hal yang sudah dijalankan untuk
memastikan apa yang kurang dan apa yang seharusnya diperbaiki bahkan
dilengkapi dari suatu hal tersebut. Evaluasi sangat penting dilakukan guna melihat
sejauh mana ketercapaian dari sesuatu yang direncanakan dan sudah dijalankan.
Tanpa evaluasi, bukan hal yang mustahil jika suatu program hanya berjalan di
tempat atau akan mengalami kemunduran. Karena tanpa evaluasi, kita tidak akan
tahu sesuatu yang sudah kita konsep itu berhasil atau tidak.
2. Program
Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus
dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan sebagai
“rencana”. Misalnya ketika Budi ditanya oleh guru BK nya, apa programnya
sesudah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti maka arti
“program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang
akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang
tua dalam membina usaha, melakukan investasi, atau mungkin juga belum
menentukan program apapun. Selain itu, ada juga anak yang sangat tergantung
pada orang tua sehingga memberi jawaban bahwa program masa depan menunggu
keputusan orang tuanya.
Maka dalam hal ini sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang
dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang
berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan.Oleh karena itu sebuah
program dapat berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama. Maka dalam hal
ini, program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan
bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pengertian program yang
dikemukakan diatas adalah pengertian secara umum. (Suharsimi Arikunto,
2010:04).
13
Sedangkan pengertian program secara khusus dapat kita lihat dari gambaran
ilustrasi sebagai berikut: Dalam kehidupan sehari- hari, banyak terdapat contoh
program yang berlangsung hanya dalam waktu singkat, misalnya program
Wisudawan Tahfiz terbaik. Kegiatan- kegiatan dalam program ini dapat
diklasifikasikan sebagai program karena mengandung beberapa komponen
kegiatan. Misalnya, pencarian dana, penunjukan kepanitiaan, perizinan, dan lain-
lain. Program dan kegiatan peringatan hari besar ini juga melalui suatu proses
yang panjang, tetapi pelaksanaannya hanya sebentar, mungkin sehari, atau tidak
lebih dari seminggu. Maka dalam hal ini program adalah suatu kegiatan yang
tersusun dan terjadwal dengan baik, dibutuhkan perencaaan dan pengorganisasian
yang matang dan nantinya di evaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut sudah berhasil terlaksana.
Rusydi Ananda dan Tien Rafida (2017:5) mengartikan bahwa program
adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan
rangkaian yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Program dalam hal
ini berupa aktivitas atau rangkaian yang direncanakan.
Senada dengan Sukiman (2012:3), mengemukakan bahwa ada beberapa
pengertian tentang program itu sendiri. Program adalah rencana. Program adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Program dalam hal
ini dapat diartikan sebagai rencana. Apabila suatu program dikaitkan dengan
evaluasi program maka suatu program tersebut didefenisikan sebagai suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam suatu proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Program adalah
suatu hal yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu, dilakukan
berkesinambungan dan menuntut penilaian diakhir pelaksanaannya. Program juga
harus dijadwalkan dengan baik apakah program tersebut dalam waktu pendek,
atau program untuk jangka waktu yang panjang. Program tidak bisa asal buat atau
asal jadi. Program sendiri menuntut keseriusan dan perhatian yang tinggi agar apa
yang direncanakan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
14
3. Evaluasi Program
Briekerhoff et-al (1983:2) mendefenisikan evaluasi program adalah suatu
proses menemukan sejauhmana tujuan dan sasaran program atau proyek telah
terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, membandingkan
kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui adanya kesenjangan,
penilaian harga dan kualitas dan penyelidikan sistematis tentang nilai atau kualitas
suatu objek.
Evaluasi program menurut Tyler adalah proses untuk mengetahui apakah
tujuan sudah dapat terealisasikan (Arikunto dan Jabar, 2009:5). Menurut Arikunto
(2005:291) evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Dilihat dari tujuannya, yaitu bahwa pelaksana ingin mengetahui kondisi
sesuatu, maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk dari
penelitian, yaitu penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam pembicaraan evaluasi
program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah sebagaimana melaksanakan
penelitian. Perbedaan yang mencolok antara penelitian dan evaluasi program
adalah sebagai berikut:
a. Dalam kegiatan penelitian, peneliti ingin mengetahui gambaran tentang seuatu
kemudian hasilnya dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program,
pelaksana ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai
hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan
kriteria atau standar tertentu.
b. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh rumusan masalah karena
ingin mengetahui jawaban dari penelitannya, sedangkan dalam evaluasi
program pelaksana ingin mengetahui tingkat ketercapaian tujuan program, dan
apabila tujuan belum tercapai sebagaimana ditentukan, pelaksana ingin
mengetahui dimana letak kekurangan itu dan apa sebabnya.
Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu
yang berharga dan bernilai dari suatu objek. Pendapat lain (Denzin and Lincoln,
2000:83) mengatakan bahwa evaluasi program berorientasi sekitar perhatian dari
penentu kebijakan dari penyandang dana secara karakteristik memasukkan
15
pertanyaan penyebab tentang program mana yang telah mencapai tujuan yang
diinginkan.
Keputusan-keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator-indikator
penilaian kinerja atau assessment performance pada setiap tahapan evaluasi dalam
tiga kategori yaitu rendah, moderat, dan tinggi. Berangkat dari pengertian di atas
maka evaluasi program merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi
mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi harus
membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa yang seharusnya
dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Dalam konteks pelaksanaan
program, kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan pelaksanaan dan hal
yang dinilai adalah hasil atau prosesnya itu sendiri dalam rangka pengambilan
keputusan. Evaluasi dapat digunakan untuk memeriksa tingkat keberhasilan
program berkaitan dengan lingkungan program dengan suatu ”judgement” apakah
program diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima, atau ditolak.
Dengan demikia, sebagaimana dijelaskan diatas, evaluasi program merupakan
penelitian evaluatif. Pada umumnya penelitian evaluatif dimaksudkan untuk
mengetahui akhir dari sebuah program kebijakan, yaitu mengetahui hasil akhir
dari adanya kebijakan, dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan
yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan
selanjutnya. Mengingat betapa pentingnya sebuah rekomendasi kebijakan, maka
untuk penelitian evaluatif dituntut adanya persyaratan khusus yang harus diikuti
oleh penelitinya.
Evaluasi program dilakukan dengan cara sistematis menggunakan metode
penelitian untuk mempelajari, menilai, dan membantu meningkatkan program-
program pendidikan dalam semua aspek penting terkait dengan pendidikan
termasuk dalam diagnosis masalah pendidikan yang ditangani oleh seorang
evaluator. Kegiatan konseptualisasi dan desain evaluasi, pelaksanaan dan
administrasi evaluasi, hasil evaluasi dan efisiensi evaluasi yang menghasilkan
suatu rekomendasi. Evaluasi program dilakukan untuk kepentingan dalam
menentukan suatu keputusan atau kebijakan (rekomendasi) untuk program.
Evaluasi terhadap suatu program dilakukan dengan menggunakan metoda-metoda
tertentu untuk menjamin evaluasi yang dilakukan menghasilkan data yang handal
16
dan dapat dipercaya sehingga kebijakan yang ditetapkan atas dasar evaluasi
tersebut menjadi suatu keputusan yang tepat, benar dan akurat serta bermanfaat
bagi program.
Evaluasi program adalah suatu kegiatan atau upaya untuk memperoleh
informasi mengenai suatu program yang dilaksanakan untuk menilai sejauh mana
kegiatan tersebut telah terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
kemudian untuk mengetahui keputusan apa yang dapat di ambil terkait dengan
penilaian yang telah dilakukan. Evaluasi program dilaksanakan dengan
menggunakan metode penelitian yang sistematis yang dikatakan sebagai metoda
penelitian evaluasi ( Ambyar, 2019 :21-22).
4. Langkah- Langkah Evaluasi Program dalam Pendidikan
Berikut dikemukakan 5 langkah yang dapat membantu dalam meringankan
evaluator dalam melaksanakan evaluasi program pendidikan, idealnya sebuah
sekolah harus memiliki rencana dalam mengevaluasi program yang dapat
diterapkan tidak hanya program yang besar, program sederhana bahkan program
yang kecil sekalipun harus memiliki rencana (langkah) dalam melakukan evaluasi
adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Program. Langkah pertama adalah mendefinisikan istilah
atau program itu sendiri. Program didefinisikan sebagai usaha-usaha yang
maksimal yang dilakukan berdasarkan seperangkat sumber daya dengan
melakukan serangkaian kegiatan yang ditentukan. Sebuah strategi dilakukan
mengacu dan ditentukan dari definisi program dan mengacu pada aktivitas
terencana yang bertujuan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah.
Strategi yang dilakukan harus berdasarkan bukti dan fakta mengenai konsep
dan definisi program itu sendiri.
b. Mendapatkan Data dari Tim yang Akurat. Dalam memperoleh data,
lakukan langkah mengumpulkan data hanya dari orang-orang yang tepat.
Kumpulkan Tim data sekolah atau organisasi yang bertanggung jawab untuk
mengelola pengumpulan dan analisis data. Bentuklah tim yang solid dengan
anggota yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk menangani data.
Tim adalah orang-orang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk
masalah akademik dan sosial akademik program, praktek dan strategi di
17
tersebut. Model evaluasi ini pada akhirnya hanya akan berfokus pada hasil yang
sebenarnya, bukan hasil yang direncanakan.
c. Model Formatif- Sumatif ( Formative- Summative Evaluation Model)
Model ini dikemukakan oleh Scriven. Model evaluasi ini dilaksanakan ketika
program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai
(evaluasi sumatif). Adapun evaluasi formatif menurut Tien Rafida (2017: 58)
didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam meningkatkan kualitas produk atau
program yang dirancang. Evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan apa yang
harus ditingkatkan atau direvisi agar produk atau program tersebut lebih
sistematis, efektif dan efisien.
Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk
memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan
program. Misalnya selama pengembangan program paket kurikulum, evaluasi
formatif akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, melakukan pilot tes
terhadap sejumlah siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan
dengan guru di beberapa sekolah dan lain sebagainya.
Adapun evaluasi sumatif, dilakukan pada akhir program untuk memberi
informasi kepada pengguna/konsumen yang potensial tentang manfaat atau
kegunaan program. Misalnya, sesudah paket kurikulum dikembangkan, evaluasi
sumatif mungkin dilaksanakan untuk menentukan efektifitas paket tersebut pada
tingkat nasional atas sampel sekolah khusus, guru dan siswa pada tingkat
perkembangan tertentu. Penemuan hasil pada evaluasi sumatif ini akan diberikan
kepada konsumen/ pengguna.
Objek atau subjek dan pemakaian evaluasi antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif berbeda. Pada evaluasi formatif, audiensinya adalah personalia
program, dalam contoh di atas, adalah mereka yang bertanggung jawab atas
pengembangan kurikulum. Pada evaluasi sumatif, audiensinya termasuk
konsumen yang potensial seperti siswa, guru, dan lain-lain yang terlibat dalam
program. Evaluasi formatif harus mengarah kepada keputusan tentang
perkembangan program tersebut termasuk perbaikan atau revisi. Sedangkan
22
label yang bersifat positif dan ada pula yang negatif. Label yang positif peserta
didik merasa lebih percaya diri, berharga terhadap kemampuannya. Sedangakan
yang berlabel negatif peserta didik lebih terbebani terhadap tuntutan yang
mengaharuskan mereka lebih pandai dari kelas lain.
Banyak sekolah sekarang merancang kelas menjadi kelas favorit atau kelas
unggulan disebabkan kerena sekolah menginginkan menjadi sekoah bertaraf
internasional sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 memberikan dasar hukum yang kuat bahwa
“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan bertaraf internasional” (Azizah and Nasrudin, 2013).
Sehingga dalam menghadapi tantangan globalisasi memungkinkan sebuah
Lembaga pendidikan mesti memiliki kualifikasi tertentu yang bertaraf
internasional (Zada, 2009).
C. Hakikat Mutu Pendidikan
1. Konsep Mutu
Mutu dalam bahasa inggris dikenal dengan “quality”, dan dalam bahasa
arab “juudah”. Secara esensial istilah mutu menurut Aan Komariah (2008:9)
menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan
atau dikenakan kepada barang atau kinerjanya. Secara umum, Menurut Jeromes
(2005:75) mutu diartikan sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran
yang dihasilkan. Definisi tentang mutu sangat beragam dengan sudut pandang
yang berbeda namun memiliki hakekat yang sama. Diantaranya seperti
dikemukakan oleh Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2003:4)
mendefinisikan mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Secara relatif, pemahaman terhadap mutu tidak hanya sebuah atribut
produk atau layanan, namun, lebih sebagai sesuatu yang dianggap berasal dari
mutu. Mutu dapat di nilai terus kelanjutannya. Menurut Erdward (2006:73)
Definisi mutu secara relatif mengarah dua aspek yaitu tindakan spesifikasi dan
mencari pelanggan yang membutuhkan.
38
mengandung makna every process, every job, dan every person. Pengertian TQM
dapat dibedakan menjadi dua aspek. Aspek pertama, TQM didefenisikan sebagai
sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan
daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua, menyangkut cara
mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri dari:
a)Fokus pada pelanggan, b) berorientasi pada kualitas, c) menggunakan
pendekatan ilmiah, d) memiliki komitmen jangka panjang, e) kerja sama tim, f)
menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, g) pendidikan dan pelatihan,
h) menerapkan kebebasan yang terkendali, i) memiliki kesatuan tujuan, j)
melibatkan dan memberdayakan karyawan (Eti Rochaety, 2010:97).
TQM menurut Veithzal Rivai (2012:480) adalah suatu sistem dalam
manajemen usaha yang ditunjukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas
dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkan. Sistem ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara
analisis dan diagnosis dan solusi suatu masalah (inefisiensi, produktivitas rendah
dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) dilingkungan kerja seluruh jajaran SDM
perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam
etos kerja dan budaya produksi kompetitif.
Manajemen Mutu terpadu (MMT) dapat memberikan fokus pada
pendidikan masyarakat, serta membentuk infrastruktur yang fleksibel yang dapat
memberikan respon yang cepat terhadap perubahan tuntutan masyarakat dan dapat
membantu pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasan dana dan waktu.
Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan mengadopsi
dedikasi bersama terhadap mutu dewan sekolah, tenaga administrasi, staf, siswa,
guru dan komunitas Dengan adanya penerapan Manajemen Mutu Terpadu sekolah
mengembangkan fokus mutu terpadu dapat membantu sekolah menyesuaikan diri
dengan perubahan dengan cara yang positif dan konstruktif pada standar proses
dan tenaga pendidik dan kependidikan .
Aplikasi manajemen mutu terpadu sangat bermanfaat terhadap terhadap
dunia pendidikan masa depan, penerapan mutu terpadu secara benar akan
menjamin bahwa pemimpin -pemimpin lembaga pendidikan dapat mengendalikan
42
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(QS.Ar-Ra‟du : 11).
3. Pilar Total Quality Management (TQM)
Bill Creech, seorang mantan jenderal berbintang empat berhasil
menerapkan berbagai prinsip TQM pada United States Air Force semasa perang
Teluk. Prinsip yang digunakannya dikenal dengan istilah lima pilar TQM yang
terdiri atas produk, proses, organisasi, pemimpin, dan komitmen.
Menurut Creech, produk atau jasa merupakan titik pusat bagi tujuan dan
prestasi sebuah organisasi. Kualitas sebuah produk atau jasa tidak mungkin ada
tanpa kualitas didalam proses. Kualitas dalam proses tidak mungkin terjadi tanpa
adanya organisasi yang tepat. Organisasi akan menentukan kesehatan dan vitalitas
keseluruhan sistem manajemen karena itu ditempatkan ditengah-tengah kelima
pilar TQM. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa kepemimpinan yang
memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung
bagi pilar-pilar lain. Setiap pilar tersebut tergantung pada empat pilar yang lain
dan apabila ada salah satu pilar yang lemah, semuanya akan turut lemah. Kelima
pilar TQM digambarkan sebagai berikut.
44
Produk
Komitmen
pada konsumen, bukan pada pemasok, (2) konsumen adalah seorang yang
memperoleh produk atau layanan, seperti mereka yang secara internal dan
eksternal terkait dengan organisasi dan bukannya pembeli” atau “pembayar”, (3)
mutu harus mencakupi persyaratan kebutuhan dan standar. (4) mutu dicapai
dengan mencegah kerja yang tidak memenuhi standar, bukannya dengan
melacak kegagalan, melainkan dengan peningkatan layanan dan produk yang
terus-menerus, (5) peningkatan mutu dikendalikan oleh manajemen tingkat senior,
tetapi semua yang terlibat di dalam organisasi harus ikut bertanggung jawab, mutu
harus dibangun dalamsetiap proses, (6) mutu diukur melalui proses statistik,
anggaran mutu adalah anggaran biaya yang tidak disesuaikan dengan tuntutan
persyaratan sehingga terjadi “kesenjangan” antara penyerahan barang, (7) alat
yang paling ampuh untuk menjamin terjadinya mutu adalah kerja sama (tim) yang
efektif, dan (8) pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang fundamental
terhadap organisasi yang bermutu.
Peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara
terus-menerus dan berkesinambungan untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat. Dalam menajemen peningkatan mutu terkandung upaya : (1)
mengendalikan proses yang berlangsung di lembaga pendidikan, baik kurikuler
maupun administrasi, (2) melibatkan proses diagnosis dan proses tindakan untuk
menindaklanjuti diagnosis, (3) peningkatan mutu harus didasarkan atas data dan
fakta, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus
dilasanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan, (5) peningkatan mutu
harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di lembaga
pendidikan, dan (6) peningkatan mutu memiliki tujuan yang menyatakan bahwa
sekolah atau madrasah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik,
orangtua, dan masyarakat.
6. Dasar-dasar Program Mutu Pendidikan
Sistem pendidikan nasional sudah mengatur segala proses pendidikan yang
mencakup segala aspek. Salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan
nasional. Hal ini juga dijelaskan dalam PP no. 19/2005 tentang standar nasional
48
pendidikan yang menjelaskan dalam pasal 91 yang dikutip oleh Aan Komariah
(2010:53) bahwa:
- Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjamin mutu pendidikan.
- Penjamin mutu pendidikan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan.
- Penjamin mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjamin
mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
Adanya pengelolaan mutu pendidikan nasional, dan kebijakan otonomi
pendidikan daerah pemerintah seharusnya lebih maksimal lagi dalam
meningkatkan mutu. Ada beberapa elemen dasar dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia yang dikutip oleh Rifa‟i (2011: 156-157) :
1. Insan pendidikan patut mendapatkan pengahargaan
Tentunya lebih baik jika pendidikan diberikan penghargaan ekstrinsik
(gaji, tunjangan,bonus, dan komisi) maupun penghargaan intrinsic (pujian,
tantangan, pengakuan, tanggungjawab, kesempatan dan pengembangan karir).
2. Meningkatkan profesionalisme guru dan pendidik
Konsep guru profesionalisme” ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan
tentang wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran,
penelitian pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan
pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/sekolah, serta teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Sebisa mungkin kurangi dan berantas korupsi
Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung
nilai-nilai kejujuran justru mempertontonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
4. Berikan saran dan prasarana yang layak
Sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan
pendidikan dengan serba lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabotan
lengkap, peralatan/laboratorium/media, insfrastruktur, sarana olahraga, dan buku
dengan rasio 1:2.
7. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan
49
manusia sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Secara garis besar ada dua faktor utama yang
menyebabkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia masih belum atau kurang
berhasil yaitu:
1. Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana
semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku
(materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,
pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis
lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran)
yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-
output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak
berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya
terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
2. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur
oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
Sebelum membahas lebih jauh, ada beberapa masalah mutu pendidikan
yang diutarakan oleh Deming yang dikutip oleh Masrokan (2011: 103) yang
secara garis besar dikelompokkan menjadi dua hal yaitu:
1. Kendala mutu pendidikan secara umum
a. Desain kurikulum yang lemah,
b. Bangunan yang tidak memenuhi syarat,
c. Lingkungan kerja yang buruk,
d. Sistem dan prosedur yang tidak sesuai,
e. Jadwal kerja yang serampangan,
f. Sumber daya yang kurang, dan
g. Pengembangan staf yang tidak memadai.
2. Kendala mutu pendidikan secara khusus
a. Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati,
51
b. Anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.
c. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota,
d. Kurangnya motivasi,
e. Kegagalan komunikasi, dan
f. Kurangnya sarana dan prasarana yang memenuhi.
Selain hal-hal di atas beberapa faktor lain yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata yaitu:
a. kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berori- entasi pada
keluaran atau hasil pendidikan terlalu memusatkan pada masukan dan
kurang memperhatikan proses pendidikan.
b. penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini
menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi dan
seringkali kebijakan pusat terlalu umum dan kurang menyentuh atau
kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah setempat. Di samping itu
segala sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan penyelenggara sekolah
kehilangan kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut
menyebabkan usaha dan daya untuk mengembangkan atau meningkatkan
mutu layanan dan keluaran pendidikan menjadi kurang termotivasi.
c. peran serta masyarakat terutama orangtua siswa dalam penyeleng- garaan
pendidikan selama ini hanya terbatas pada dukungan dana. Padahal
peranserta mereka sangat penting di dalam proses pendidikan antara lain
pengambilan keputusan, pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu adanya manajemen yang tepat
untuk menangani hal-hal tersebut. Berikut ini akan dibahas beberapa alternatif
penanganan masalah pendidikan seperti yang telah dibahas diatas. Deming (1986)
menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi
memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming
mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang
pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut yang dikutip oleh (Kristianty
(2016) adalah:
52
a. Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa. Sekolah
memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa
menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar
memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki
kemauan belajar seumur hidup.
b. Adopsi Filosofi Baru. Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang
berkualitas. Dengan kata lain, mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif
dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa dapat berkomentar.
c. Hentikan Ketergantungan pada inspeksi masal. Dalam bidang pendidikan,
evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum ataupun
ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar
berlangsung. Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu
diperhatikan teori- teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total
Quality Management dan lainnya, seperti teori sifat, teori lingkungan, teori
perilaku, teori humanistik, dan teori kontigensi.
d. Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukan
pimpinan kependidikan, beberapa prosedur “Fit and proper test” bisa
dilakukan dalam pengambilan keputusan :
e. Melakukan “hearing” didepan tim, yaitu menyampaikan program, visi dan
misi apabila terpilih menjadi pimpinan nantinya.
f. Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah didesain sedemikian
rupa. Adapun pertanyaan yang diajukan dapat menyangkut integritas,
moralitas, profesionalisme, intelektualitas, keahlian.
g. Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon Kepala Sekolah
sebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang dipercayakan
kepadanya. Kebohongan atas kekayaan ini dapat mengakibatkan
pemecatan (impeachmant).
h. Harus memahami sistem manajemen yang efektif dan efisien terhadap
lembaga yang akan dipimpinnya. Termasuk dalam rekruitment karyawan,
kesejahteraan, peningkatan kualitas hasil dan kinerja.
i. Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah bercerai.
Masalah anak bagaimana. Mengapa sampai terjadi perceraian. Kemudian
53
harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik (Dakir,
2004: 84).
Oleh karena itu, kurikulum yang ada sekarang sangatlah berpengaruh terhadap
tujuan pendidikan, untuk menyiapkan peserta didik meraih masa depan yang lebih
baik. Dalam pengembangan kurikulum banyak hal yng harus diperhatikan dan
dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan.
b. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Sumber daya Manusia adalah salah satu faktor yang mendukung terwujudnya
pendidikan yang bermutu. Berkenaan dengan pemberdayaan sumber daya
manusia, dapat disimpulkan bahwa inti dari pemberdayaan itu sendiri meliputi
tiga hal yaitu pengembangan, memperkuat potensi/daya, terciptanya kemandirian
(Ambar teguh, 2004:79).
c. Peningkatan Prestasi Siswa
Muhammad Ilyasin dan Nanik Nurhayati (2012: 293) menjelaskan bahwa
pendidikan yang berkualitas berdasarkan konsep relatif tentang kualitas, maka
para siswa diharapkan menjadi pembelajar sepanjang hayat, komunikator yang
baik dalam bahasa nasional dan internasional, punya keterampilan teknologi untuk
lapangan kerja dan kehidupan sehari- hari, siap secara kognitif untuk pekerjaan
yang kompleks, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, dan menjadi
warga negara yang bertanggung jawab secara sosial, politik dan budaya. Intinya
para siswa menjadi manusia dewsa yang bertanggungjawab akan hidupnya.
d. Membangun Citra Sekolah
Membangun citra sekolah merupakan suatu strategi yang sangat ampuh untuk
menarik simpati masyarakat agar menyekolahkan anaknya ke sekolah yang
dipimpin. Nanang Fattah (2013: 208) menjelaskan bahwa hubungan sekolah
dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan
masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang
kebutuhan dari praktik pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama para
anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian- penelitian yang relevan dalam hal ini adalah sebagai
berikut:
55
B. Metode Penelitian
58
59
Pendekatan ini dimulai dari sikap diam, ditunjukkan untuk menelaah apa
yang sedang dipelajari kemudian ikut berpartisipasi dengan berinteraksi secara
langsung dengan subyek yang diteliti. Obyek, orang-orang, situasi dan peristiwa-
peristiwa tidak dengan sendirinya mempunyai arti dan arti diberi untuknya. Untuk
dapat memahami perilaku, peneliti harus mengerti defenisi-defenisi itu dibuat
(Salim Syahrum, 2011:88-89).
Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan
dalam melakukan evaluasi program. Penelitian Kualitatif merupakan suatu
eksplorasi dari permasalahan penelitian yang memiliki sekop yang kecil yang
kemudian berkembang pada saat penelitian dilakukan. Kecenderungan penelitian
kualitatif dalam telaah teori adalah memainkan peran yang tidak terlalu kuat
(minor) dalam menyatakan permasalahan yang akan diteliti Membenarkan bahwa
penelitian penting untuk diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
memungkinkan peneliti mendapatkan data berupa kata-kata (narasi) dalam
kalimat yang panjang dari berbagai informan. Hasil berupa fenomena dan
kenyataan yang menggambarkan individu dan mengidentifikasi tema, gambar
yang muncul.
Berdasarkan data yang terkumpul tersebut peneliti membuat, interpretasi
makna data temuan yang berhubungan dengan penelitian yang ada dengan
berusaha menarik makna dari data yang telah diperoleh. Instrument utama dalam
penelitian evaluasi kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti Evaluasi kualitatif
adalah mereka yang ahli dan pakar untuk membaca setiap gejala yang muncul
dalam lapangan penelitian kualitatif ( Ambiyar dan Muharika, 2019: 100)
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menentukan data dengan tepat
dalam rancangan yang disusun sebelum melakukan penelitian, karena dalam
penelitian kualitatif tidak menekankan pada bentuk hubungan antar variabel,
tetapi pada makna yang terkandung dalam masalah penelitian pada konteks
tertentu.
Menurut Lofland dalam Moleong (2011) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lainnya. Jika dalam penelitian kuantitatif yang menjadi titik
60
4. Produk (Product)
Evaluasi produk mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama
pelaksanaan program dan pada akhir program. Evaluasi ini berkaitan dengan
pengaruh utama, pengaruh sampingan, biaya, dan keunggulan program. Evaluasi
produk melibatkan upaya penetapan kriteria, melakukan pengukuran,
membandingkan ukuran keberhasilan dengan standar absolut atau relatif, dan
melakukan interpretasi rasional tentang hasil dan pengaruh dengan menggunakan
data tentang konteks, input dan proses.
Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam model ini menurut Chelimsky
(1989) adalah sebagai berikut:
- Menetapkan keputusan yang akan diambil. Dalam hal ini peneliti harus
paham tujuan apa yang akan dicapai.
- Menetapkan jenis data yang diperlukan. Peneliti harus tahu dengan jelas
data apa yang diperlukan.
- Pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data- data yang
diperlukan.
- Menetapkan kriteria mengenai kualitas,
- Menganalisis dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria,
- Memberikan informasi kepada pihak penanggungjawab program atau
pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan.
Selama dilapangan, model yang peneliti gunakan yaitu Model Miles and
Huberman.Model ini terdiri dari: a) Reduksi data, b) Penyajian data, c)
kesimpulan. Langkah-langkah dalam analisis ditunjukkan pada gambar berikut:
Data
Collection Data Display
Data reduction
Conclusions:
drawing/verifyi
F. Keabsahan Data
Moleong (2011) menyatakan bahwa untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan atas empat kriteria yaitu; (1) Credibility/derajat
kepercayaan; (2) Transferability/keteralihan; (3) Dependability/kebergantungan
dan; (4) Confirmability/kepastian, berikut uraiannya:
a. Credibility atau Derajat Kepercayaan
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat
kepercayaan yaitu; (a) memperpanjang waktu penelitian; (b), observasi detail
yang terus menerus; (c) triangulasi atau pengecekan data dengan berbagai sumber
sebagai pembanding terhadap data tersebut; (d) mengekspos hasil sementara atau
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitis dengan rekan sejawat; (e)
kajian kasus negatif dengan mengumpulkan kasus yang tidak sesuai dengan pola
yang ada sebagai pembanding; (f) membandingkan dengan hasil penelitian lain
dan; (g) pengecekan data, penafsiran dan kesimpulan dengan sesama anggota
penelitian.
b. Transferability atau Keteralihan
Transferability atau keteralihan yaitu dapat tidaknya hasil penelitian ini
ditransfer atau dialihkan atau tepatnya diterapkan pada situasi yang lain.
c. Dependability atau Kebergantungan
Dependability atau kebergantungan yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan
konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
d. Confirmability atau Kepastian
Confirmability atau kepastian yaitu dapat tidaknya hasil penelitian dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan
hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Temuan Umum Penelitian
a. Sejarah MTs. Muallimin
Madrasah muallimin berdiri sejak tahun 1958 dan masih bertahan sampai
sekarang. Saat ini usia Madrasah Muallimin adalah 63 tahun. Madrasah
Muallimin merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang dapat menjadi
bukti dari dinamika perkembangan madrasah di Indonesia pascakemerdekaan.
Muallimin didirikan dalam lingkungan pendidikan, dan oleh Ulama-Ulama Al
Jam‟iyatul Washliyah bahkan yang menjadi guru-guru di Madrasah Muallimin
salah satunya ialah H. M. Arsyad Thalib Lubis (Ihyaur Rahmi, 2019:486).
Pada tahun 1975 pemerintah mengeluarkan SKB Tiga Menteri yag mengatur
bahwa pelajaran umum pada madrasah lebih dominan, yaitu 70% mata pelajaran
umum dan 30% mata pelajaran agama. Namun, Madrasah Muallimin tidak
mengurangi pelajaran agama, tetapi menambah pelajaran umum sesuai dengan
pelajaran yang dituntut oleh SKB Tiga Menteri, dan tetap melaksanakan
kurikulum Al Washliyah yang menggunakan kitab kuning sebagai sumber belajar.
Untuk menyahuti tuntutan perkembangan kurikulum dan kompetensi lulusan,
MTs. Muallimin melakukan :
- Modifikasi kurikulum pelajaran agama.
- Menyeimbangkan pembelajaran teoritik dengan praktik.
- Konsentrasi terhadap kemampuan berbahasa (Arab dan Inggris).
- Menempatkan tenaga edukatif yang berpengalaman dan sesuai dengan
keahliannya.
b. Visi dan Misi MTs. Muallimin
Visi adalah cita- cita madrasah, tujuan madrasah jangka panjang, bisa lima
tahun atau seuluh tahun kedepan. Adapun misi adalah program untuk
mewujudkan visi tersebut. Dalam hal ini madrasah menyusun misi yang berisi
sejumlah program dan kegiatan jangka pendek dan menengah (Jejen Musfah,
2015: 254).
66
67
Tabel 4.1
Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs. Muallimin UNIVA Medan
No Nama Pendikan Terakhir Jabatan
1 M. Syukur Abrazain, BA S.1 Penasihat
2 Kamilin, S.Pd, M.Pd S.2 Pendidik
3 Dra. Nurhidayah S.1 Pendidik
4 Drs. Kasran, MA S.2 Pendidik
5 Drs. H. Ali S.1 Pendidik
6 Roslila, S.Pd.I S.1 Tenaga Kependidikan
7 Drs. Afrizal, M.S S.1 Pendidik
8 Supriyadi, S.HI S.1 Tenaga Kependidikan
9 Muhayan, MA S.2 Kepala Sekolah
10 Marwan Ingah, Lc S.1 Pendidik
11 Khairuna, S.Pd.I S.1 Pendidik
12 Elvi Zahara Harahap, S.Pd S.1 Pendidik
13 Drs. Abd Aziz S.1 Pendidik
14 Halimatussakdiyah, S.Pd.I S.1 Tenaga Kependidikan
15 Drs. Muhyiddin Masykur S.1 Pendidik
16 Rosdani Hasibuan, S.Pd S.1 Pendidik
17 Nelmi Hartati Siregar, S.S S.1 Pendidik
18 Nola Afni Oktavia, S.Pd S.1 Pendidik
19 Ulfa Aini, S.Pd.I S.1 Pendidik
20 Drs. Asbat, S.Pd.I S.1 Pendidik
21 Irham Azmi, S.Pd.I S.1 Tenaga Kependidikan
22 Harun AL Rasyid, Lc S.1 Pendidik
23 Irwan, S.Pd.I S.1 Pendidik
24 Sibawaihi, Lc, M.TH S.2 Tenaga Kependidikan
25 Drs. Saldan S.2 Pendidik
26 Hj. Dra. Nudiya Yultisa, S.S, MS S.2 Pendidik
27 Selly Irwardhani, M.Pd S.2 Pendidik
28 Kartini, S.Pd S.1 Pendidik
29 Nugrah Pratama, S.Pd.I S.1 Pendidik
30 Dewi Puspita Sari, S.Psi S.1 Pendidik
31 Nada Mardiana, S.Pd S.1 Pendidik
32 Fathur Rahman Anshari, M.Pd S.2 Tenaga Kependidikan
33 Lukman Angga Harahap S.1 Pendidik
34 Fitri Anisah Sitorus, M.Pd S.2 Pendidik
35 Fadhila Hayani, S.Pd.I S.1 Pendidik
36 Nidaul Husna Khairi, S.Pd S.1 Pendidik
37 Mahmud Aziz Harahap, S.HI S.1 Pendidik
38 Rahmat Ibrahim Harahap, SH S.1 Pendidik
39 Ade Khairunnisa Siregar, M.Pd S.2 Pendidik
40 Zakiyatul Husna, S.Pd S.1 Tenaga Kependidikan
41 Muhammad Syarif Hrp, M.Pd S.2 Pendidik
42 Nurhamidah Siregar, S.Pd S.1 Pendidik
43 Zakaria, M.Pd S.2 Pendidik
44 Adrian S.1 Pendidik
45 Ihyaur Rahmi, M.Pd S.2 Tenaga Kependidikan
46 Khoirun Nisa Pulungan, S.Pd S.1 Tenaga Kependidikan
47 Sulastri, S.Pd S.1 Tenaga Kependidikan
48 Putri Gianti, S.Pd S.1 Tenaga Kependidikan
49 Aulya Fahma, S.Pd S.1 Pendidik
50 Rizki Amalia Nasution, S.Si S.1 Pendidik
51 Anwar Syukri Harahap, S.Si S.1 Pendidik
52 Bagus Prayugo, S.Sos S.2 Pendidik
70
Sarana dan prasarana sebagai faktor yang sangat penting dalam lembaga
pendidikan di madrasah, apakah sudah memadai atau perlu ditambah dan
perbaikan. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik dan lengkap
akan menarik perhatian dari masyarakat ataupun orang tua anak didik untuk
menyekolahkan anak-anak mereka kemadrasah tersebut.
71
Tabel 4.3
Jumlah Peserta Didik MTs. Muallimin UNIVA Medan
Tahun Ajaran 2020-2021
Maka dalam hal ini adapun jumlah siswa untuk kelas unggulan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Peserta Didik Kelas Unggulan MTs. Muallimin UNIVA Medan
Tahun Ajaran 2020-2021
No Kelas Jumlah
1 Kelas VII 142
2 Kelas VIII 168
3 Kelas IX 154
Jumlah 464 orang
72
Hal ini juga dijelaskan kembali melalui wawancara yang dilakukan oleh Wakil
Kepala Madrasah bagian Kurikulum, Bapak Irwan, S. Pd. Dimana beliau
mengatakan bahwa:
“ Menurut saya mengapa dibuat program kelas unggulan pada saat itu adalah ingin
meningkatkan keilmuan di madrasah, bagaimana keilmuan umum dan agama dapat di
satu padankan. Pada saat itu madrasah masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat.
Sehingga muncullah gagasan membuat kelas unggulan ini pada saat itu menjadi
terobosan untuk menarik minat orang tua bahwa kualitas lulusan madrasah mampu
bersaing dengan sekolah- sekolah umum lainnya. Siswa yang lulus dapat dengan
senang hati masuk ke sekolah favorit mereka. Dengan memperhatikan kebutuhan
seperti perlunya pendalaman ilmu agama, peningkatan kemampuan ilmu umum,
penguasaan teknologi pada saat itu, jadi kita mau menyesuaikan bakat anak dengan
perkembangan zaman. Sehingga ketika mereka menjadi ilmuwan, tidak hanya cakap
dalam bidangnya saja namun juga ahli dalam bidang agamanya. Dengan ini
diharapkan madrasah tidak lagi dipandang sebelah mata kualitasnya oleh masyarakat”
.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Wakil Kepala Madrasah
bidang Kesiswaan, Bapak Irham Azmi S. Pd, juga mendukung pernyataan yang
sama. Dimana beliau mengatakan bahwa:
73
“ Alasan terbentuknya program Kelas Unggulan ini adalah untuk peningkatan mutu
madrasah. Untuk melihat tolak ukur madrasah itu memiliki siswa yang unggul maka
diperlukan satu metode yang mengukur sejauh mana siswa dalam memahami
pembelajaran di Madrasah Tsnawiyah Muallimin UNIVA Medan.
Dari beberapa hasil wawancara diatas, maka dapat pahami bahwa terbentuknya
program Kelas Unggulan di madrasah tersebut adalah sebagai wadah yang dapat
membuat siswa yang memiliki kemampuan intelegensia yang baik agar lebih
berkembang dan meningkatkan keilmuannya. Hal ini juga dibenarkan oleh salah
seorang Guru Kelas Unggulan Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Ibu Dewi
Puspita Sari, S. Psi :
“Yang diharapkan dari kelas unggulan ini, anak- anak memiliki hafalan lebih
daripada kelas reguler. Kemudian mereka mempunyai skill lebih dibanding anak
reguler seperti Bahasa (conversation, muhadastah), tilawah, Khat dan lainnya. Anak
kelas unggulan ini juga belajarnya berbasis IT, jadi bukunya tidak manual lagi”.
Namun dalam pelaksanaan program tentu tidak terlepas dari masalah yang
dihadapi. kebutuhan apa yang belum terpenuhi dalam pencapaian tujuan program.
Maka dalam hal ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, masalah yang
dihadapi madrasah adalah kesenjangan yang jauh antara kelas A dan kelas akhir.
Ketika di kelas A maka siswa yang didalamnya adalah siswa yang sangat
dibanggakan karena pintar secara IQ dan EQ sehingga banyak guru yang
membanggakan kelas tersebut, berbeda dengan kelas lainnya apalagi kelas
terakhir. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Muhayan, MA selaku Kepala Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan:
“ Tentu ada masalah yang dihadapi dalam program ini. Pertama adanya kesenjangan
antara kelas A dengan kelas yang akhir. Lalu masalah kita adalah terbentur pada
pembiayaan. Jadi ada beberapa anak yang memiliki IQ tinggi setelah kita tawarkan
kepada orangtuanya, akhirnya orangtua nya mundur. Sering juga siswa mengalami
tunggakan SPP. Ini disebabkan banyak siswa yang pintar namun ekonomi orang
tuanya tidak mendukung”.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Wakil Kepala Madrasah bidang
Kesiswaan yang mengatakan bahwa:
“ Karena kelas unggulan adalah kelas yang dibuat berbeda, jam pulangnya berbeda,
kebutuhannya berbeda, maka salah satu faktor yag paling bermasalah adalah dari sisi
keuangan. Ternyata rata-rata mereka yang memiliki kemampuan intelegensia yang
baik ternyata tidak memiliki kemampuan finansial yang baik. Kedua, Adanya gap
gap antara siswa. Diantara siswa ada yang berfikir bahwa “iyalah mereka kelas-
kelas pintar sedangkan kami kan kelas biasa”.
74
Hal ini selaras dengan pernyataan salah satu Guru Kelas Unggulan Madrasah
Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan ketika peneliti menanyakan masalah apa
yang dihadapi. Beliau mengatakan sebagai berikut:
“Keluhan orangtua terkait fasilitas. Jadi kita belum bisa memberi fasilitas sesuai
standar idealnya. Jadi kelas unggulan itu ada sarapan paginya. Namun terkendala
berhenti karena pembiayaan madrasah tidak mencukupi”.
Maka dapat ditarik pemahaman dari beberapa hasil wawancara diatas bahwa,
masalah terbesar yang dihadapi sekolah adalah masalah finansial siswa. Dalam hal
ini, madrasah tentunya harus memfasilitasi perkembangan peserta didik untuk
mencapai tujuan dari program yang dijalankan. Namun madrasah harus terkendala
karena banyaknya siswa yang menunggak uang SPP. Akhirnya, banyak fasilitas
yang tidak bisa terpenuhi madrasah dengan maksimal dan berpengaruh pada
kegiatan belajar mengajar pada kelas unggulan. Hal ini disebabkan bedanya
besaran biaya antara kelas reguler dan kelas unggulan berdasarkan fasilitas yang
diterima.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, Dapat
disimpulkan bahwa evaluasi konteks pada pelaksanaan Program Kelas Unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin yaitu
adapun peluang yang dilihat dalam program ini yaitu banyaknya peserta didik
yang memiliki bakat dan kreatifitas yang harus didukung dan difasilitasi agar
berkembang lebih optimal. Program ini dibuat dimaksudkan dan dibentuk untuk
meciptakan siswa yang unggul dimana nantinya program kelas unggulan ini akan
menjadi icon madrasah dan menunjukkan bahwa Madrasah Tsanawiyah
Muallimin memiliki siswa- siswi Unggul didalamnya. Hal ini menjadi kekuatan
program ini dimana banyak orangtua yang merespon dan mendukung dengan baik
program sekolah sehingga besar kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan ini. Namun dalam
hal ini juga terdapat kelemahan. Keadaan finansial siswa menjadi masalah yang
75
Hal ini dijelaskan kembali oleh Wakil Kepala Madrasah bagian Kurikulum,
Bapak Irwan S. Pd, sebagai berikut:
“Kalau diawal anak- anak itu disaring baru ditawarkan. Memang yang masuk kesana
itu bukan orang yang mendaftar, tapi orang yang dites dulu kemampuannya, terpilih,
baru ditawarkan kepada orang tua yang bersangkutan. Mau tidak? Sanggup tidak? Jika
orangtua sanggup baru anaknya masuk ke kelas tersebut”.
Dari hasil pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa pendekatan yang dilakukan
adalah dengan melakukan tes pada anak yang mendaftar. Jadi siswa bukan
mendaftar dulu baru di tes, tapi di tes dulu baru mendaftar. Dalam hal ini awalnya
sekolah melakukan kerja sama dengan tim Psikolog dari Universitas Medan Area.
Setelah anak di tes, kemudian pihak madrasah akan menawarkan pada orang tua
siswa bersedia atau tidak anaknya dimasukkan ke kelas unggulan jika hasil tes
anaknya menunjukkan hasil yang sangat baik, atau masuk ke kelas reguler.
Setelah anak masuk ke kelas unggulan, maka anak akan diseleksi kembali untuk
penempatan kelas.
Namun saat ini program kelas unggulan sedikit mengalami perubahan sistem
dari strategi awalnya. Akibat keadaan finansial orangtua siswa, karena banyak
orangtua siswa yang tidak tepat waktu melakukan pembayaran bahkan ada yang
menunda dan menumpuk pembayaran, ini menjadi kendala besar bagi sekolah
untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan yang sudah dirancang. Akhirnya
kepemimpinan sebelum Bapak Muhayan, MA mengambil kebijakan bahwa yang
76
masuk ke kelas unggulan hanya yang mau saja dan hanya yang mampu saja.
Anak- anak juga tidak dilakukan tes sebelum masuk. Tapi mendaftar dulu baru tes
penempatan kelas. Saat ini sudah ada tim khusus sekolah untuk melakukan tes
tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Muhayan, MA sebagai berikut:
“ Hari ini kita sudah punya tim sendiri untuk melakukan penyeleksian itu. Tapi
sistem seleksi hari ini berbeda dari yang di awal dulu. Diawal, semua calon siswa
kelas VII diseleksi oleh tim psikolog UMA dan hasil rekomendasi mereka adalah
siswa yang masuk kelas unggulan. Sekarang, yang masuk ke kelas unggulan adalah
siapa yang mau. Sebelum penempatan kelas, maka tim khusus sekolah yang terdiri
dari 2 guru Bimbingan Konseling, 1 Psikologi dan 1 guru yang berpengalaman
belajar. Hari ini semua siswa boleh daftar ke kelas unggulan namun berbatas pada
kuota. Jika kuota sudah cukup, maka dilakukan tes pengelompokan gaya belajar, dan
sudah berjalan 3 tahun ini. Jadi kelas bukan belajar berdasarkan tingkat IQ lagi, tapi
berdasarkan gaya belajar mereka. Yaitu Audio, visual, kinestetik. Penggagas ini
adalah guru Bimbingan Konseling”.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami sistem yang dilakukan saat ini
bukan lagi mengelompokkan anak berdasarkan IQ, tetapi berdasarkan gaya belajar
anak yaitu audio, visual, kinestetik atau audio visual. Dalam hal ini yang
menempati kelas audio visual adalah anak yang hasil tes gaya belajarnya
seimbang antara audio dan visual, sehingga dibuatlah kelas penggabungan. Jika di
awal, sistem penempatan kelas dilakukan berdasarkan perangkingan, maka
didapatkan kelas yang awal adalah kelas anak- anak yang hebat baik dalam
intelektual maupun akhlak, maka kelas yang akhir sangat jauh berbeda dengan
kelas awal. Apalagi rentang kelasnya dari A sampai D dan terkadang sampai kelas
G.
Namun dengan dilakukannya penempatan kelas berdasarkan gaya belajar,
maka tidak ada kesenjangan yang jauh diantara kelas. Siswa menyesuaikan
kemampuan mereka dengan gaya belajar mereka dan ini memudahkan para guru
untuk mentransfer pembelajaran kepada anak dikarenakan guru dapat mendesain
pembelajaran sesuai gaya belajar anak. Tes penempatan kelas ini dilakukan setiap
tahunnya di awal kegiatan belajar mengajar dimulai peserta didik juga. Adapun
seleksi yang dilakukan melliputi: Tes Intelegensi, Tes minat dan bakat, dan Tes
baca Al- Qur‟an. Sekarang ini kelas unggulan sendiri berjumlah 13 kelas yang
terdiri dari kelas VII sampai kelas IX.
77
Evaluasi Input juga berkaitan dengan prosedur kerja, maka dalam hal ini hasil
yang peneliti dapat berdasarkan wawancara dengan Bapak Muhayan, MA selaku
Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:
“Pertama, dari segi waktu, reguler hanya sampai jam 13.00 WIB sedangkan kelas
unggulan sampai jam 16.35 WIB. Kedua, dalam Honorium untuk guru Kelas
Unggulan ditambah uang tambahan untuk membeli makanannya. Ketiga, dari segi
fasilitas, Pembelajaran anak kelas unggulan berbasis IT. Jadwal pembelajaran Kelas
Unggulan juga berbeda dengan kelas reguler. Maka dikelas unggulan, jadwal
pembelajaran lebih dipadatkan lagi, ada materi tambahan yang berikan seperti
conversattion, muhadastah, tilawah, dan bimbingan belajar untuk persiapan UN.
Keempat, Menyiapkan guru yang lebih profesionalitas dan lebih energik dikarenakan
jam pembelajaran yang lebih lama”.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Bapak Irwan, S. Pd selaku Wakil
Kepala Madrasah bagian Kurikulum bahwa:
“ Pada Kelas unggulan, pembelajaran siswa menggunakan multimedia, kemampuan
bahasanya juga lebih ditingkatkan, Pembelajarannya bukan menggunakan buku cetak
lagi tapi BSI. Target hafalan Qur‟an mereka juga lebih banyak daripada kelas reguler.
Jam belajar mereka juga lebih lama. Dan untuk pendidiknya adalah yang lebih
profesional dibidangnya”.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Bapak Irham Azmi, S. Pd selaku Wakil
Kepala Madrasah bagian Kesiswaan bahwa:
“ Pertama, tenaga pendidik. Jadi kita memilih tenaga pendidik khusus terutama pada
pelajaran umum. Soalnya kalau untuk kitab kuning sudah susah mencari gurunya.Kedua,
dari segi metode pembelajaran, kita hampir 80% berbasis IT, jadi seluruh siswa
diwajibkan untuk membawa laptop dan para pendidik juga mengajar dengan
menggunakan media- media tersebut”.
Dari pemaparan diatas, Adapun yang membedakan kelas unggulan dari kelas
reguler, pada kelas unggulan jadwal pulang siswa lebih lama daripada jadwal
kelas reguler. Jika kelas reguler hanya sampai jam 13.15 WIB, maka pada kelas
unggulan peserta didik pulang pukul 16.35 WIB. Pada kelas unggulan juga di
spesifikkan dan lebih dikembangkan muatan kurikulumnya, seperti aspek bahasa
dan keterampilan lainnya. Aspek bahasa meliputi conversation dan muhadatsah.
Aspek keterampilan seperti Khat, Tilawah, Paper craf, memanah. Aspek- aspek
tersebut sudah menjadi bagian dari jadwal pembelajaran di kelas unggulan, tidak
lagi menjadi kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan diluar jam pembelajaran
sekolah. Namun jika dikelas reguler, ini menjadi kegiatan ekstrakuliluler yang
dilakukan diluar jam pembelajaran sekolah. Pada kelas unggulan juga dipilih
78
seleksi yang baru diterima dengan baik. Tidak ada lagi orang tua yang kecewa jika
anaknya masuk dalam kelas akhir, karena penempatan kelas peserta didik sudah
dikelompokkan berdasarkan gaya belajarnya masing- masing. Sebelum ini, malah
banyak orang tua yang tidak terima dengan nilai anaknya mengapa bisa begini dan
begitu sampai meminta bukti dan hasil seleksi yang dilakukan. Namun sekarang,
orang tua lebih legowo menerima hasil belajar anaknya. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Bapak Muhayan, MA berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan
beliau:
“Tanggapan orangtua terkait sistem belajar dengan gaya bahasa ini baik. Awalnya
mereka bingung, tapi setelah kita lakukan sosialisasi dan pengenalan, orang tua
lebih memahami anaknya. Jadi tidak adalagi orangtua yang marah- marah karena
anaknya masuk dikelas D atau tidak terima dan minta bukti hasil tes anaknya”.
Harapannya mudah- mudahan mutu lulusan peserta didik lebih baik dan
kegiatan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan
lebih efektif dan efisien. Sedangkan untuk fasilitas, sejauh ini madrasah terus
berusaha mengupayakan fasilitas terbaik untuk mendukung dan menunjang
pembelajaran kelas unggulan sdalam mewujudkan suasana kelas yang nyaman.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dapat
disimpulkan bahwa evaluasi input pada pelaksanaan program kelas unggulan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Muallimin Univa Medan yaitu
adapun pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan penyaringan
terhadap siswa. Dalam hal ini calon siswa di tes kemudian ditawarkan, bersedia
atau tidak untuk masuk ke kelas unggulan. Ketika sudah masuk, maka dilakukan
tes kembali untuk penempatan kelas. Namun hari ini sistemnya sedikit bergeser,
calon siswa tidak lagi dilakukan tes. Siapa saja boleh masuk ke kelas unggulan,
asalkan mampu dan mau. Penempatan kelas juga tidak lagi di tes berdasarkan IQ,
tapi berdasarkan gaya belajar siswa. Strategi yang dilakukan dalam mencapai
tujuan yaitu dengan menempatkan pendidik profesional pada mata pelajaran
tertentu, memuat kurikulum tambahan yang berbeda dengan kelas reguler, target
hafalan Al Qur‟an yang berbeda, dan sistem pembelajaran yang berbasis IT.
c. Evaluasi process (proses) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
Berkaitan dengan Evaluasi Proses pada pelaksanaan program kelas unggulan
yang dilaksanakan di Madrasah Tsnawiyah Muallimin, maka tidak terlepas dari
80
hubungan akrab antara pelaksana dengan peserta didik. Adapun hasil wawancara
yang peneliti lakukan dengan Ibu Dewi Puspita Sari selaku Guru Kelas Unggulan
adalah sebagai berikut:
“Tanggapan orangtuanya senang, terkhusus untuk orangtua yang mempunyai uang
lebih dan sibuk diluar. Akhirnya lebih terkesan menitipkan anaknya sepenuhnya ke
madrasah karena mereka berasumsi, mereka sudah membayar mahal. Ada juga orang
tua yang membandingkan keadaan kelas unggulan yang sekarang dengan kelas
unggulan yang dulu(kenapa sekarang tidak ada begini begitu)”.
Hal ini juga diakui oleh Kepala Sekolah Madrasah Tsnawiyah Muallimin
sebagai berikut:
“ Karena keadaan ekonomi yang meningkat, Orangtua kurang kerjasama dengan guru.
Mungkin ini hanya hipotesa, orang tua beranggapan bahwa karena mereka sudah
membayar mahal, berarti itu tanggung jawab madrasah. Kemudian banyak juga orang
tua yang beranggapan, jika masuk ke kelas unggulan, maka ini adalah kelas yang
bergengsi”.
Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa kepercayaan orangtua siswa
sangat penuh kepada madrasah sehingga menitipkan dan mempercayakan secara
penuh bagaimana perkembangan anaknya kepada madrasah. Namun, ini juga
menjadi kendala bagi Madrasah, bahwa kurangnya kerjasama antara guru dan
orangtua siswa. Sehingga ketika terjadi kegagalan dalam pembelajaran, Orang tua
lebih banyak menyalahkan madrasah karena mereka menilai bahwa itu adalah
tanggungjawab madrasah. Padahal seharusnya pembelajaran akan lebih efektif
jika terjalin komunikasi yang baik antara guru, siswa dan orangtua.
81
Jika melihat kinerja program dan sejauh mana rencana telah diterapkan, maka
hari ini program sudah berjalan sekitar 70 % dari yang diharapkan. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Irham Azmi, S. Pd
selaku Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaan, yang mengatakan bahwa:
“ Selama perjalanan program kelas unggulan ini tentu ada plus dan minusnya. Dengan
siswa kelas unggulan yang banyak, tentu ada tujuan yang tercapai dan tidak tercapai.
Jika dipersentasekan mungkin 70 % ketercapaian rencana yang sudah tercapai”.
Namun untuk mencapai angka maksimal di 100%, sepertinya berat untuk dalam waktu
yang singkat. Hal ini dikarenakan sumber daya kita yang terbatas, ditambah lagi
dengan keadaan pandemi begini. Kita akui bahwa generasi kita tahun ini, kualitasnya
sangat jauh menurun. Nah, keadaan ini menjadi kan kita seperti mempoles dan
membentuk mereka dari awal lagi”.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa sejauh ini kinerja program
dikatakan baik meskipun belum sepenuhnya terpenuhi apa yang diinginkan.
Untuk Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya minat dan kepercayaan
orang tua untuk mendaftarkan anaknya pada kelas unggulan. Hal ini selaras
dengan jumlah kelas unggulan yang terus bertambah setiap tahunnya. Selain itu,
sejauh ini Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan juga menjadi contoh
bagi sekolah sekelilingnya untuk melaksanakan program yang sama.
Sejauh program berjalan, maka hubungan atar pelaksana dan peserta didik
baik. Guru menyampaikan materi sesuai beban ajar yang ada di Silabus, dan
peserta didik kelas unggulan dapat menerimanya dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan nilai tes harian maupun tes semester dengan nilai yang baik. Kepala
sekolah selaku pimpinan pelaksana juga selalu melakukan koordinasi terhadap
kinerja guru dan staff di kelas unggulan. Sehingga apa yang di inginkan dapat
tercapai sesuai apa yang diinginkan.
Namun dalam hal evaluasi tentu ada yang harus di revisi agar program berjalan
lebih baik. Dengan terjadinya perubahan sistem di kelas unggulan ini, maka
terjadi pergeseran hasil yang diinginkan. Maka adapun yang direvisi adalah tujuan
awal dibentuknya program kelas unggulan itu sendiri di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin UNIVA Medan. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Ibu Dewi
Puspita Sari, S. Psi sebagai berikut:
“Yang harus direvisi adalah goals nya. Apa tujuan awal yang dibentuk untuk program
kelas unggulan ini. Karena secara tidak langsung, madrasah sendiri yang menurunkan
standar untuk itu. Jadi solusinya jika memang mau serius, maka harus balik lagi ke
tujuan awal ketika kelas unggulan itu dibuat”.
82
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa bahwa hasil yang dicapai terjadi
penurunan dari sistem awal yang dibentuk. Ini dikarenakan pengelompokan anak
yang tidak lagi berdasarkan IQ sehingga didalam kelas terdapat rentang
kemampuan anak. Meskipun gaya belajar anak sama, namun tidak dipungkiri ada
anak dengan kemampuan intelektual yang tinggi, ada juga anak dengan
kemampuan intelektual yang rendah. Ini menyebabkan guru harus lebih ekstra dan
pintar dalam mengelola kelas, agar pembelajaran dan tujuan yang diharapkan
dapat tersampaika dengan baik.
Meskipun begitu, Efektifitas program kelas unggulan di Madrasah Tsnawiyah
Muallimin UNIVA sejauh ini berjalan dengan baik dan memberikan dampak pada
83
Hal ini juga selaras dengan yang dikatakan Bapak Irwan, S. Pd selaku Wakil
Kepala Madrasah bidang Kurikulum bahwa:
Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa program kelas unggulan ini
sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu madrasah. Madrasah sangat berharap
bahwa mutu lulusan pada kelas unggulan dapat fasih dalam berbahasa baik arab
maupun inggris dan juga mahir dalam kita- kitab kuning dasar. Namun dalam hal
ini sepertinya belum tercapai sesuai dengan yang diinginkan disebabkan berbagai
faktor, salah satunya keterbatasan waktu, yang demikian adalah harapan sekolah
dalam jangka pendek. Sebagaimana yang dikatakan Bapak Muhayan, MA selaku
Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan, yaitu:
84
“Jangka panjang kita, kita kepingin unggul dalam bahasa (Arab dan Inggris), namun
karena banyaknya sekolah yang merencanakan yang sama, akhirnya kita ubah berbasis
kitab kuning. Jadi lulusan MTs. Muallimin mampu membaca kitab- kitab klasik dasar.
Inilah yang sedang kita usahakan sampai sekarang dan kita fokuskan pada kelas
unggulan. Bukan berarti kelas reguler tidak, hanya saja tidak dipaksakan”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Dewi Puspita Sari, S. Psi bahwa:
“Dilanjutkan dengan syarat kita mengubah tujuan kita. Karena jika dilanjutkan
sebenarnya bagus, karena itu menjadi daya jual madrasah”.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bapak Irham Azmi selaku Wakil Kepala
Madrasah bidang Kesiswaan bahwa:
“Yang perlu direvisi adalah, menciptakan kelas unggulan bukan berdasarkan uang,
tetapi mutlak berdasarkan kemampuan intelegensia (kecerdasan intelektual) , tapi
kenyataannya sekolah sampai hari ini belum siap membiayai lebih siswa- siswa yang
85
berprestasi.ini insyaallah yang akan membuat kelas unggulan lebih baik. Karena ini
memotivasi siswa untuk terus lebih baik dan mempertahankan dirinya agar terus
dikelas unggulan karena apa yang sudah diterimanya. Sebenarnya hari ini kita
menghadapi hasil yang menurun. Namun kedepannya tentu kita akan melakukan
pembenahan dan peningkatan agar kelas unggulan ini lebih baik lagi”.
B. PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Evaluasi context (konteks) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
Hasil temuan evaluasi konteks pelaksanaan Program Kelas Unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin yaitu adapun
peluang yang dilihat dalam program ini yaitu banyaknya peserta didik yang
memiliki bakat dan kreatifitas yang harus didukung dan difasilitasi agar
berkembang lebih optimal. Program ini dibuat dimaksudkan dan dibentuk untuk
meciptakan siswa yang unggul dimana nantinya program kelas unggulan ini akan
menjadi icon madrasah dan menunjukkan bahwa Madrasah Tsanawiyah
Muallimin memiliki siswa- siswi Unggul didalamnya. Hal ini menjadi kekuatan
program ini dimana banyak orangtua yang merespon dan mendukung dengan baik
program sekolah sehingga besar kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan ini. Namun dalam
hal ini juga terdapat kelemahan. Keadaan finansial siswa menjadi masalah yang
harus dihadapi sekolah disebabkan banyaknya anak yang memiliki tingkat
intelegensia yang baik namun tidak memiliki finansial yang cukup untuk itu.
Hasil temuan ini didukung oleh teori dari Tayibnapis (2000:4) yang
mengatakan bahwa evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan
program. Tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini,
evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
Teori lain yang mendukung yaitu dari Koswara dan Triatna (2010: 275)
menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu dilihat dari sisi input, proses, output
maupun outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu,
peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan
berbagai aspek penyelenggara pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang
bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang
bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan. Dan
outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.
87
tapi berdasarkan gaya belajar siswa. Strategi yang dilakukan dalam mencapai
tujuan yaitu dengan menempatkan pendidik profesional pada mata pelajaran
tertentu, memuat kurikulum tambahan yang berbeda dengan kelas reguler, target
hafalan Al Qur‟an yang berbeda, dan sistem pembelajaran yang berbasis IT.
Hasil temuan ini selaras dengan Rusydi Ananda dan Tien Rafida (2017:46)
bahwa Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil , apa rencana dan strategi untuk
mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Pertanyan yang
berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong
diselenggarakannya program yang bersangkutan.
Hasil temuan ini juga didukung oleh jurnal yang disusun oleh Peter
Blathcford (2019), yang mengatakan bahwa mengatakan bahwa,”class size does
not directly impact on attainment, but works through the many ongoing difficult
decisions teachers have to make about how best to manage and teach pupils in
groups. A strategic approach is needed to teaching groups and collaborative
learning in groups”.
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa, ukuran kelas tidak secara
langsung berdampak pada pencapaian, tetapi bekerja melalui banyak keputusan
sulit yang harus dibuat guru tentang cara terbaik untuk mengelola dan mengajar
murid dalam kelompok. Diperlukan pendekatan yang strategis untuk mengajar
kelompok dan pembelajaran kolaboratif dalam kelompok.
Dengan kata lain, manajemen kelas memang tidak langsung memberikan
dampak pada pencapaian yang diinginkan. Namun dalam hal ini, manajemen
kelas merupakan sesuatu yang memang seharusnya dipertimbangkan dengan baik
karena dengan demikian guru dapat dengan mudah mengelola, mengatur dan
memberikan materi ajar dengan sangat baik sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan efektif dan efisien.
Maka melihat kesenjangan yang terjadi dan adanya keluhan dari beberapa
guru, pihak madrasah membuat sebuah strategi dimana sistem penyeleksian tidak
lagi dilakukan berdasarkan perangkingan. Tapi dilakukan berdasarkan
pengelompokan gaya belajar.
Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai
bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang
89
untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru
melalui persepsi yang berbeda (Ghufron & Risnawita, 2012).
Gaya belajar sangat penting bagi peserta didik, digunakan untuk memilih cara
belajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Maka dalam hal ini gaya belajar
siswa dibagi menjadi tiga yaitu: Audio, Visual, dan Kinestetik. Hal ini diterapkan
oleh Madrasah untuk memudahkan peserta didik dalam menerima pembelajaran
dan mengembangkan bakat dan minat masing- masing sehingga tidak ada lagi
kesenjangan antara kelas A dan kelas X.
3. Evaluasi process (proses) pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MTs. Muallimin UNIVA Medan.
Hasil temuan terkait evaluasi proses pelaksanaan program kelas unggulan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan
yaitu kinerja program dapat dikatakan baik meski belum maksimal. Hubungan
antara pelaksana dengan peserta didik baik. Kepercayaan orangtua siswa sangat
penuh kepada madrasah sehingga menitipkan dan mempercayakan secara penuh
bagaimana perkembangan anaknya kepada madrasah. Namun, ini juga menjadi
kendala bagi Madrasah, bahwa kurangnya kerjasama antara guru dan orangtua
siswa. Maka adapun hal yang harus di revisi untuk kebaikan program kelas
unggulan ini kedepannya adalah tujuan awal dibentuknya program kelas unggulan
itu sendiri di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan.
Hasil temuan ini selaras dengan Rusydi Ananda dan Tien Rafida (2017:47)
bahwa Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan
prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang
telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan
dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses
untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa
yang perlu diperbaiki.
Teori lain yang mendukung yaitu menurut Arikunto (2009: 47) yang dikutip
oleh Nia Mei Istiyani didalam jurnalnya, mengatakan bahwa evaluasi proses
menunjuk pada kegiatan apa yang dilakukan didalam program. Sedangkan
menurut Djuju Sudjana (2006: 55) evaluasi program menyediakan umpan balik
yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan program, termasuk didalamnya
90
tersebut, maka upaya terus dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam. Salah satu
upayanya adalah dengan menerapkan berbagai teori dan konsep manajemen mutu
agar kualitas pendidikan dapat terjaga dan diakui sebagai lembaga pendidikan yang
menjalankan proses dengan baik dan menghasilkan output yang baik.
Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan mutu
Madrasah harus melakukan upaya- upaya perbaikan dan pembenahan agar
kualitas pendidikan dapat terjaga dan meningkat. Aspek mutu dalam pendidikan
dapat dilihat dari proses belajar, pembelajaran dan hasil pembelajaran (learning
outcomes). Jika indikator mutu diarahkan pada hasil belajar, mutu lulusan dan
prestasi akademik maka lembaga pendidikan Islam harus menampilkan kualitas
dengan bukti-bukti akademik yang dapat diterima dan dipercaya oleh semua pihak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Mutu dari segi proses mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan efisiensi
keseluruhan faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses
pendidikan. Tingkat kemampuan lulusan seperti aspek penguasaan ilmu,
keterampilan, dan kecakapan lulusan akan bergantung pada layanan yang
didapatkan selama proses pembelajaran baik layanan proses dari guru yang
berkualitas, layanan saran dan prasarana yang mendukung, serta lingkungan
pendidikan yang mendorong terciptanya iklim pendidikan yang berkualitas.
Susanto menjelaskan bahwa pendidikan dikatakan bermutu bila digunakan alat
ukur yaitu indikator mutu yang dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu: 1) mutu
masukan; 2) mutu proses; 3) mutu output; 4) mutu SDM; 5) mutu fasilitas. (Pendi
Susanto, 2016:154).
Dalam penerapan perencanaan jangka pendek dan jangka menengah yang
dilakukan madrasah, dibutuhkan strategi yang baik agar rencana jangka panjang
madrasah dapat teralisasi dengan baik. Pendidikan berkualitas bisa terwujud jika
sekolah menerapkan manajemen strategik dengan benar. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan Oki Dermawan (2020) bahwa:
Dalam konteks sekarang, melalui manajemen strategik, pimpinan tertinggi
dalam suatu organisasi, khususnya organisasi pendidikan, mesti dapat
memformulasikan dan menetapkan strategi organisasi yang benar sehingga
organisasi yang tersebut tidak saja dapat mempertahankan eksistensinya,
namun pula kuat dalam melakukan adaptasi dan inovasi yang dibutuhkan
sehingga organisasi semakin dapat meningkat produktivitas dan
efektivitasnya
93
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa Kepala Sekolah harus mampu
merumuskan dan menetapkan startegi yang tepat untuk mempertahankan
eksistensinya agar mutu sekolah tetap berkualitas dan semakin baik. Dengan
memperhatikan fenomena persaingan dan perkembangan antar sekolah yang
semakin meningkat tersebut, sekolah dituntut untuk bisa mengimplementasikan
sejumlah strategi unggulan dalam merespon pesaing.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan mengenai Evaluasi Program
Kelas Unggulan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Evaluatif pada
MTs. Muallimin UNIVA Medan) melalui beberapa metode seperti observasi,
metode dokumentasi, dan metode wawancara serta penelitian ini juga model CIPP
yang mencangkup Context, Input, Process, dan Product, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Evaluasi konteks pelaksanaan program kelas unggulan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin yaitu adapun peluang
yang dilihat dalam program ini yaitu banyaknya peserta didik yang memiliki
bakat dan kreatifitas yang harus didukung dan difasilitasi agar berkembang
lebih optimal. Program ini dibuat dimaksudkan dan dibentuk untuk
menciptakan siswa yang unggul dimana nantinya program kelas unggulan ini
akan menjadi icon madrasah dan menunjukkan bahwa Madrasah Tsanawiyah
Muallimin memiliki siswa- siswi Unggul didalamnya. Hal ini menjadi
kekuatan program ini dimana banyak orangtua yang merespon dan
mendukung dengan baik program sekolah sehingga besar kepercayaan
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin UNIVA Medan ini. Namun dalam hal ini juga terdapat
kelemahan. Keadaan finansial siswa menjadi masalah yang harus dihadapi
sekolah disebabkan banyaknya anak yang memiliki tingkat intelegensia yang
baik namun tidak memiliki finansial yang cukup untuk itu.
Evaluasi input pelaksanaan program kelas unggulan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Madrasah Muallimin Univa Medan yaitu adapun
pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan penyaringan terhadap
siswa. Dalam hal ini calon siswa di tes kemudian ditawarkan, bersedia atau
tidak untuk masuk ke kelas unggulan. Ketika sudah masuk, maka dilakukan
tes kembali untuk penempatan kelas. Namun hari ini sistemnya sedikit
bergeser, calon siswa tidak lagi dilakukan tes. Siapa saja boleh masuk ke
94
kelas unggulan, asalkan mampu dan mau. Penempatan kelas juga tidak lagi
di tes berdasarkan IQ, tapi berdasarkan gaya belajar siswa. Strategi yang
dilakukan dalam mencapai tujuan yaitu dengan menempatkan pendidik
profesional pada mata pelajaran tertentu, memuat kurikulum tambahan yang
berbeda dengan kelas reguler, target hafalan Al Qur‟an yang berbeda, dan
sistem pembelajaran yang berbasis IT.
2. Evaluasi proses pelaksanaan program kelas unggulan dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan yaitu kinerja
program dapat dikatakan baik meski belum maksimal. Hubungan antara
pelaksana dengan peserta didik baik. Kepercayaan orangtua siswa sangat
penuh kepada madrasah sehingga menitipkan dan mempercayakan secara
penuh bagaimana perkembangan anaknya kepada madrasah. Namun, ini juga
menjadi kendala bagi Madrasah, bahwa kurangnya kerjasama antara guru
dan orangtua siswa. Maka adapun hal yang harus di revisi untuk kebaikan
program kelas unggulan ini kedepannya adalah tujuan awal dibentuknya
program kelas unggulan itu sendiri di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
UNIVA Medan.
3. Evaluasi produk pelaksanaan program kelas unggulan dalam meingkatkan
mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Muallimin UNIVA Medan adalah
hasil yang dicapai dari program ini sudah baik meskipun belum maksimal
sesuai yang diharapkan. Ouput yang dihasilkan mampu melanjutkan ke
sekolah favorit mereka. 80% lulusan Madrasah Tsanawiyah Muallimin
mampu melanjutkan pendidikannya ke sekolah atau madrasah Negeri.
Selain itu lulusan yang dihasilkan memiliki hafalan Qur‟an yang sangat baik
dan mampu membaca kitab kuning dasar. Program kelas unggulan ini tetap
memiliki keunggulan program didalamnya yang membedakan nya dengan
kelas reguler. Program kelas unggulan ini juga berpengaruh dalam
peningkatan mutu madrasah dibuktikan dengan grafik kuantitas siswa yang
selalu naik setiap tahunnya. Maka program kelas unggulan ini layak untuk
tetap dilanjutkan dengan syarat merumuskan kembali apa sebenarnya tujuan
program ini dibentuk. Kedepannya juga akan dilakukan perbaikan terus
95
menerus dan peningkatan terhadap program ini agar program kelas unggulan
ini dapat lebih baik kedepannya.
B. REKOMENDASI
Banyak hal yang peneliti temukan dan melihat dari kesimpulan, dengan
segala kerendahan hati, peneliti akan memaparkan beberapa saran yang sekiranya
dapat dijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Dalam Evaluasi Konteks, madrasah harus mampu menjadi fasilitator
terbaik untuk anak- anak yang memiliki bakat dan kreativitas yang tinggi.
Penempatan kelas unggulan ini, peserta didik lebih baik di tes berdasarkan
kemampuan intelegensi bukan berdasarkan kemampuan finansial orangtua
peserta didik. Misalnya dengan memberlakukan subsidi silang. Jadi
orangtua siswa yang dianggap mampu membayar lebih, ditawarkan untuk
membantu anak yang kurang mampu finansialnya. Sehingga anak- anak
yang memiliki kemampuan istimewa tersebut, tetap terperhatikan bakat
dan kreativitasnya melalui pelaksanaan program kelas unggulan ini. Kelas
unggulan seyogyanya mutlak berdasarkan tes intelegensia yang meliputi
afektif, kognitif, dan psikomotorik.
2. Dalam Evaluasi Input, kebijakan sekolah dalam menempatkan kelas
peserta didik berdasarkan gaya belajar sudah baik. Namun dalam hal ini
guru harus lebih kreatif lagi dalam mengelola kelas karena terdapat banyak
variasi kemampuan peserta didik didalam kelas.
3. Dalam Evaluasi Proses, pelaksanaan program kelas unggulan lebih
disusun kembali bagaimana tujuan dan target yang jelas serta tertulis agar
lebih terarah yang disesuaikan dengan kesepakatan bersama. Dalam hal
ini, madrasah harus membuat regulasi sendiri yang dikeluarkan oleh
madrasah terkait pelaksanaan program kelas unggulan ini. Madrasah perlu
memutuskan rancangan sistem yang mempertegas ciri khas kelas unggulan
dengan kelas reguler.
4. Dalam evaluasi produk, program kelas unggulan ini sudah baik dan layak
untuk tetap dilanjutkan dengan syarat merumuskan kembali apa
sebenarnya tujuan program ini dibentuk. Kedepannya madrasah juga harus
tetap melakukan perbaikan terus menerus dan peningkatan terhadap
96
program ini agar program kelas unggulan ini dapat lebih baik kedepannya
dan mutu madrasah dapat lebih meningkat. Agar mutu lulusan berkualitas,
alangkah lebih baik bahasa arab dan bahasa inggris yang sudah ada,
diaplikasikan dalam keseharian lingkungan sekolah. Selain melatih peserta
didik mahir berbahasa, ini juga akan menjadi ciri khas dari kelas unggulan
tersebut yang belum tentu dimiliki sekolah lain di kota Medan.
97
95
DAFTAR PUSTAKA
97
98
Ofset.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2008. Visionary Leadership: Menuju Sekolah
Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.
Komariah, Aan dkk. (2010). Manajemen Pendidikan,Bandung:Alfabeta.
Jurnal:
PEDOMAN WAWANCARA
102
103
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN OBSERVASI
DOKUMENTASI