Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Wisata Telaga
Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Wisata Telaga
Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Wisata Telaga
XX (2022) XXX-XXX
Journal of Applied
in Business Management and Accounting
| ISSN (Print) XXXX-XXXX | ISSN (Online) XXXX-XXXX|
Received: One of the more popular natural tourist spots in Magelang Regency is
Revised: Bleder Lake (Telaga Bleder). This tourist destination has a lot of room
Accepted: March 00, 00
Available online: to grow by adding amenities like picture ops, park and lakefront seats,
and water rides in rowboats. The objective of this qualitative descriptive
KEYWORDS : FEASIBILITY STUDY; study is to evaluate the technical, market, and financial viability of
TELAGA BLEDER; TOURISM developing Telaga Bleder. Secondary and primary data were employed
DEVELOPMENT in this investigation. In order to establish whether Bleder Lake could be
developed, 30 respondents were given questionnaires to complete in
order to get primary data about how visitors perceived and were
interested in Bleder Lake. Secondary information was gathered through
publications and statistical sources. Overall, Telaga Bleder's proposed
development is feasible. The market aspect demonstrates that Telaga
Bleder tourism has a good market potential since it is anticipated that
the tourism industry will grow in the new normal and because people are
interested in Telaga Bleder's attractiveness. Technically, the suggested
development is thought to be feasible because there is space available,
the necessary facilities have defined technical requirements and are
simple to obtain, and the implementation time is manageable. This
development plan is considered financially feasible to undertake since
financial analysis reveals that the payback period is 1 year and 1 month,
the net present value is positive, and the internal rate of return is 111
percent.
1. Pendahuluan
Pemerintah telah mencanangkan program pengembangan pariwisata Indonesia sejak tahun 1988
dengan menjadikan berbagai potensi wisata seperti keindahan alam suatu daerah, budaya, sejarah dan
sebagainya menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun asing. Sebagai sebuah industri
multiproduk, industri pariwisata melibatkan berbagai komponen produk pariwisata seperti akomodasi,
transportasi, makan dan minum dan fasilitas penunjang lainnya yang secara bersama-sama menciptakan
pengalaman berwisata bagi wisatawan (Salamat, 2017). Oleh karena itu, pengembangan pariwisata
diharapkan dapat mendorong berkembangnya sektor lainnya yang pada akhirnya menunjang
mengembangkan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Industri pariwisata di Kabupaten Magelang menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan
(https://magelangkab.bps.go.id/indicator). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang
menunjukkan bahwa terdapat 69 destinasi wisata di Kabupaten Magelang pada tahun 2020. Jumlah ini
meningkat dari jumlah destinasi wisata pada tahun 2016 sebesar 17 destinasi. Dari destinasi wisata yang
terdapat di Kabupaten Magelang, Candi Borobudur merupakan destinasi wisata yang paling banyak
55 | Rizkiningtyas et al
dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Sebelum pandemi Covid-19, Candi
Borobudur dikunjungi lebih dari 3,59 juta wisatawan domestik dan 200 ribu wisatawan asing pada tahun
2016 dan terus meningkat mencapai lebih dari 3,74 wisatawan domestik dan 242 ribu wisatawan asing
pada tahun 2019 (BPS Kabupaten Magelang). Oleh karena itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang
berupaya untuk mengembangkan obyek wisata lainnya agar dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Salah satu objek wisata di Kabupaten Magelang yang akan dikembangkan oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Magelang adalah Telaga Bleder. Telaga ini terletak di Dusun Bleder Kelurahan Ngasinan
Kecamatan Grabag. Telaga Bleder terbentuk dari sumber mata air yang ada di kawasan tersebut dan
mengakhiri sebuah cekungan, sehingga membentuk sebuah telaga atau danau. Fasilitas penunjang yang
saat ini tersedia di Telaga Bleder antara lain area parkir yang cukup luas, toilet umum, gazebo, permainan
air dan kolam renang. Dipilihnya Telaga Bleder untuk dikembangkan karena objek wisata ini termasuk
objek wisata alam yang asri yang cocok untuk keluarga, mudah diakses, dan tetap mempertahankan budaya
setempat. Disamping itu, potensi Telaga Bleder untuk dikembangkan cukup besar karena, walaupun masih
jumlahnya masih relatif kecil, Telaga Bleder merupakan objek wisata di Kabupaten Magelang dengan
pendapatan terbesar keenam setelah Candi Borobudur, Ketep Pass, Taman Rekreasi Mendut, PAH Candi
Umbul, serta Candi Mendut dan Pawon (BPS Kabupaten Magelang, 2015).
Pengembangan Telaga Bleder yang direncanakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang adalah
pembuatan sebuah kapal besar yang akan digunakan untuk spot kuliner sehingga pengunjung dapat
menikmati makanan sambil menikmati pemandangan yang indah. Namun demikian, untuk lebih menarik
minat pengunjung, peneliti mengusulkan penambahan permainan air (perahu dayung), beberapa spot foto,
dan juga menambahkan beberapa bangku yang akan tersebar di sekeliling danau untuk bersantai sambil
menikmati pemandangan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, penambahan ini mungkin dilakukan
karena masih banyak lahan kosong yang masih bisa dioptimalkan penggunaannya.
Mengingat usulan pengembangan Telaga Bleder membutuhkan dana yang relatif besar maka usulan
pengembangan tersebut perlu dianalisis kelayakannya. Hidayat, Chumaidiyah, & Sagita (2020) mengatakan
bahwa studi kelayakan merupakan studi mendalam tentang bisnis atau proyek yang akan dikelola untuk
menganalisis layak atau tidak usaha atau bisnis tersebut dijalankan dilihat dari berbagai aspek seperti
aspek teknis dan operasi, pasar, dan keuangan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan pengembangan Telaga Bleder. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
usulan pengembangan Telaga Bleder layak dilihat dari aspek teknis, pasar, dan keuangan? Hasil dari studi
kelayakan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola Telaga Bleder dalam mengembangkan
objek wisata ini. Lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi studi-studi kelayakan yang
akan datang.
2. Pengembangan Hipotesis
Pengembangan merupakan suatu proses atau cara dengan tujuan untuk meningkatkan sesuatu
menjadi lebih baik (Kurniyati, 2016). Dalam pengembangan wisata, peranan pemerintah daerah sangatlah
penting guna menjalankan fungsinya sebagai pelopor pengembangan, koordinator, fasilitator, dan
stimulator (Dewanto, 2017). Konsep pengembangan kawasan wisata dikembangkan berdasarkan
kebutuhan suatu wisata untuk meningkatkan fungsi maupun perannya dalam kepariwisataan.
Pengembangan suatu wisata diharapkan dapat berkembangkan secara maksimal. Dalam pengembangan
wisata diperlukan strategi untuk mengidentifikasi apakah berpeluang memberikan keuntungan dan dapat
membantu tujuan yang diharapkan (Gurusinga, 2021). Terdapat tiga tahap dalam proses manajemen
strategi, yang pertama perumusan strategi di mana harus memutuskan alternatif mana yang paling
menguntungkan bagi perusahaan atau wisata yang sedang dikembangkan. Kedua, penerapan strategi.
Terakhir, penilaian strategi yaitu mengevaluasi hasil apakah sudah mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan membuat studi kelayakan suatu proyek.
Studi kelayakan merupakan bahan yang dipertimbangkan saat memutuskan apakah ide/proyek
yang diusulkan akan diterima untuk dijalankan atau ditolak (Ramdan & Ikhwana, 2017). Studi kelayakan
perlu dilakukan sebelum mendirikan usaha maupun menjalankan sebuah proyek untuk (Ramdan &
Ikhwana, 2017): (1) menghindari risiko kerugian yaitu adanya ketidakpastian di masa mendatang sehingga
perlu meminimalkan risiko, (2) mempermudah perencanaan, dengan adanya analisis di masa datang maka
rencana dapat mudah dilaksanakan, (3) mempermudah pelaksanaan pekerjaan yaitu rencana yang sudah
diatur dapat diimplementasikan oleh karyawan dengan pedoman rencana tersebut, (4) mempermudah
pengawasan, dengan rencana yang sudah disusun maka lebih mudah untuk pengawasannya, dan (5)
mempermudah pengendalian yaitu apabila terjadi penyimpangan maka akan lebih mudah untuk
dikendalikan.
Rizkiningtyas et al | 56
Kelayakan suatu rencana bisnis atau proyek dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek teknis,
aspek pasar, aspek legal, aspek keuangan, aspek lingkungan, aspek sosial dan sebagainya. Pada penelitian
ini, kelayakan usaha pengembangan Telaga Bleder akan dikaji dari aspek teknis dan operasi, aspek pasar
dan aspek keuangan. Aspek teknis bertujuan untuk menilai kesiagaan proses pembangunan secara teknis
setelah dibangun. Pengkajian aspek teknik dalam studi kelayakan bertujuan untuk memberi suatu batasan
pada parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu objek (Kristiawan et al.,
2017). Aspek pasar merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan sebuah keberhasilan suatu
objek. Menurut Ramdan & Ikhwana (2017) terdapat dua faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran pariwisata, yaitu: (1) permintaan potensial yang dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk
sekitar wilayah dan tingkat kepadatan penduduk, dan (2) daya tarik tempat wisata itu sendiri. Kelayakan
aspek pasar dalam penelitian ini akan dikaji dari sisi peluang pasar, kendala-kendala yang dihadapi, serta
strategi yang dilakukan dalam pemasaran. Aspek keuangan adalah kegiatan untuk mencari tahu seberapa
besar manfaat yang akan diperoleh, berapa biaya yang akan dikeluarkan dan keuntungan yang didapatkan,
kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat berapa investasi dapat memberikan manfaat (Putri
et al., 2013). Dalam aspek keuangan ini akan dikaji besarnya investasi, sumber pendanaan, proyeksi
laba/rugi dan penilaian kelayakan.
Teknik Analisis
Teknik analisis dalam penelitian ini terdiri dari: (1) analisis deskriptif untuk menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas data hasil wawancara dan observasi terkait aspek teknis seperti
rancangan tata letak, spesifikasi dan ketersedian peralatan yang dibutuhkan, (2) statistik deskriptif untuk
menggambarkan hasil survei terkait aspek pasar, dan (3) penilaian kelayakan investasi dari aspek
keuangan menggunakan metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return
(IRR), sebagai berikut:
Sedangkan perhitungan nilai PP dengan nilai arus kas berbeda tiap tahun dapat menggunakan
rumus:
Rizkiningtyas et al | 57
Keterangan:
t = tahun terakhir di mana cash flow belum menutupi nilai investasi
b = nilai investasi
c = kumulatif nilai arus kas pada tahun ke t
d = jumlah kumulatif arus kas pada tahun t + 1
Keterangan:
k = suku bunga
At = arus kas pada periode t
n = periode yang terakhir di mana aliran kas diharapkan
Rizkiningtyas et al | 58
sebagai ganti dari gazebo agar dapat digunakan untuk menikmati keindahan telaga, pembuatan dua spot
foto berupa ayunan di pinggir jembatan telaga serta menambah loket tiket permainan dan permainan air
berupa sepuluh perahu dayung dengan sistem penumpang mendayung sendiri dengan rentang waktu yang
sudah ditentukan.
1. Menambahkan bangku Bangku dan meja dengan Ukuran 140 x 130 x 5 unit 1.300.000
dan meja model elegan minimalis, 75 cm
berkapasitas bagi 4 - 6
orang,
2. Membuat spot foto di Tiang penyangga ayunan Ukuran tiang 3 x 3 m 2 unit 3.000.000
samping telaga seperti yang terbuat dari besi brc
ayunan gantung dan 2 ayunan gantung Ukuran ayunan 0,5
x1,5m
Rizkiningtyas et al | 59
Perkiraan Biaya
Usulan Jumlah
No Spesifikasi Dimensi
Pengembangan Unit Per Unit ( Rp)
3. Menambah wahana air Perahu dayung berbahan Ukuran perahu 10 unit 13.000.000
perahu dayung dengan dasar fiber dayung 340 cm x 150
kapasitas 2- 5 orang cm x 60 cm
Gantt Chart berikut (Gambar 2) menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
usulan pengembangan Wisata Telaga Bleder mulai dari pengecekan lokasi hingga penyelesaian yaitu
selama tiga bulan.
Berdasarkan analisis teknis, dapat dinyatakan bahwa usulan ini layak untuk dijalankan karena lahan
tersedia dan pengembangan yang diusulkan dapat mengoptimalkan lahan yang masih kosong, kebutuhan
fasilitas tambahan mempunyai spesifikasi yang jelas dan dapat diperoleh dengan mudah, serta waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pengembangan yang diusulkan wajar.
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20 -30 tahun (66,7 persen) diikuti
oleh responden dengan kelompok usia 30 - 49 tahun (16,7 persen).
Tabel 3. Usia Responden
Rizkiningtyas et al | 61
Tabel 5. Fasilitas yang Diminati
No Fasilitas yang diminati Jumlah Persentase
1 Gazebo 6 20,0%
3 Mushola 4 13,3%
7 Internet 3 10,0%
Berdasarkan analisis potensi pasar dan permintaan potensial dapat disimpulkan bahwa usulan
pengembangan layak untuk dijalankan. Kunjungan wisatawan terutama wisatawan nusantara
diproyeksikan terus meningkat pada masa kenormalan baru dan penambahan fasilitas yang diusulkan,
yaitu kursi-kursi, permainan air, serta spot foto sesuai dengan minat wisatawan.
Rizkiningtyas et al | 62
Perkiraan pendapatan dari hasil sewa 10 unit perahu dayung diperkirakan Rp 22.500.000 per bulan
dengan asumsi harga sewa sebesar Rp 10.000 per 25 menit dan jumlah pengunjung yang akan
menggunakan perahu dayung sebesar 50 persen dari perkiraan jumlah pengunjung Telaga Bleder yang
diasumsikan perhari 100 pengunjung dan pertambahan setelah berjalannya wisata air mengalami
kenaikan sehingga berjumlah 150 pengunjung per hari. Dengan asumsi harga tiket pengunjung Rp 5.000
per orang dan semua kenaikan pengunjung mengendarai sepeda motor dengan tarif harga parkir Rp 2.000
per motor Perhitungan tertera pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Perkiraan Tambahan Pendapatan
Biaya Sewa Perkiraan jumlah Pendapatan per bulan Pendapatan per tahun
No Projek
(Rp) orang per bulan (Rp) (Rp)
Rizkiningtyas et al | 63
Umur Total harga Total penyusutan Nilai terminal pada
ekonomis perolehan per tahun akhir tahun 5
NO Jenis aktiva Nilai residu
( Tahun) (Rp) (Rp) (Rp)
4. Proyeksi Laba/Rugi
Proyeksi Laporan Laba / Rugi untuk jangka waktu selama lima tahun disajikan pada Tabel 10 dengan
asumsi tahun kedua hingga kelima mengalami kenaikan pendapatan sebesar 10 persen dari harga jumlah
pengunjung wisata air dan kenaikan gaji tenaga kerja sebesar 5 persen setiap tahunnya.
Tabel 10. Proyeksi Laba/Rugi
Keterangan Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
Beban:
Rizkiningtyas et al | 64
Keterangan Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
6. Penilaian Investasi
Langkah berikutnya dalam analisis keuangan adalah melakukan penilaian kelayakan investasi atas
usulan pengembangan Telaga Bleder. Penilaian investasi dilakukan dengan menggunakan perhitungan
Payback Period, Net Present Value dan Internal Rate of Return. Dengan asumsi tingkat suku bunga diskonto
pertama sebesar 10 persen dan suku bunga diskonto dua sebesar 15 persen. menghasilkan hasil analisis
kelayakan keuangan disajikan pada Tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Keuangan Telaga Bleder
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
Hasil perhitungan kelayakan keuangan proyek pengembangan Telaga Bleder, menunjukkan bahwa
proyek layak untuk dilaksanakan, berdasarkan hasil hitung Payback Period, menunjukkan waktu 1,1 atau
1 tahun 1 bulan, lebih pendek dari umur investasi lima tahun, NPV (10 persen) sebesar 1.116.416.077 dan
NPV(15 persen) sebesar 1.093.928.484 menunjukkan hasil lebih dari nol, dan IRR yang diperoleh sebesar
111 persen dan lebih dari tingkat biaya modal yang diasumsikan sebesar 10 persen. Dengan demikian
proyek pengembangan tersebut dapat disimpulkan layak untuk dilaksanakan.
5. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usulan pengembangan Telaga Bleder yang
meliputi penambahan spot foto, wahana air, dan kursi taman dengan mengkaji aspek pasar, aspek teknis,
dan aspek keuangan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usulan pengembangan tersebut layak
untuk dijalankan. Dari aspek teknis, usulan pengembangan dinilai layak karena mengoptimalkan lahan
yang masih kosong, fasilitas yang dibutuhkan mempunyai spesifikasi yang jelas dan mudah diperoleh, serta
waktu pengerjaan proyek yang wajar. Sedangkan dari aspek pasar, usulan pengembangan juga dinilai layak
karena potensi pasar pariwisata yang baik dan diproyeksikan terus meningkat pada masa kenormalan
baru, serta penambahan fasilitas yang sesuai dengan minat pengunjung. Usulan pengembangan juga dinilai
layak dari aspek keuangan karena dalam jangka waktu analisis tiga tahun, investasi yang ditanamkan akan
kembali dalam 1 tahun 1 bulan, mempunyai nilai sekarang bersih (NPV) positif baik pada tingkat diskonto
10 persen maupun 15 persen, dan nilai tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 111 persen.
Rizkiningtyas et al | 65
6. Implikasi Praktis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pariwisata mempunyai potensi untuk kembali bangkit
dan bertumbuh. Oleh karena itu, pengelola pariwisata perlu untuk berbenah agar objek wisata yang
dikelolanya dapat menarik minat pengunjung untuk datang. Usulan pengembangan dalam penelitian ini
layak untuk dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif pengembangan karena melengkapi fasilitas yang
sekarang ada, sesuai dengan minat pengunjung, serta memberikan hasil yang menguntungkan.
References
Afiyah, A., Saifi, M., & Dwiatmanto. (2015). Analisis studi kelayakan usaha pendirian Home Industry (Studi
kasus pada Home Industry Cokelat “ Cozy ” Kademangan Blitar ). Jurnal Administrasi Bisnis, 23(1),
1-11.
Biro Pusat Statistik Kabupaten Magelang (2022).
ttps://magelangkab.bps.go.id/indicator/16/956/1/banyaknya-daya-tarik-wisata-di-kabupaten-
magelang.html
Dewanto, R. (2017). Analisis kelayakan pengembangan Objek Wisata Arung Jeram (Studi kasus: Bosamba
Rafting). Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 6(1), 1-21.
Dewi, N. L. P. M. K., & Yadnya, I. P. (2013). Studi kelayakan investasi dari aspek finansial untuk pendirian
Naya Salon Denpasar. E-Jurnal Manajemen, 2(1), 32–50.
Gurusinga, D. A. B. (2021). Analisis kelayakan pengembangan pada kawasan wisata alam Simarjarunjung
Kabupaten Simalungun. Repository USU, 1-56.
Hidayat, M. I., Chumaidiyah, E., & Sagita, B. H. (2020). Analisis kelayakan usaha daily escape cafe pada
tempat wisata batujajar space and culture. E-Proceeding of Engineering, 7(3), 9415–9424.
Hutauruk, D. M (2022, Januari 21). Wisatawan domestik masih akan jadi andalan pemulihan sektor
pariwisata. Kontan.co.id. https://industri.kontan.co.id/news/wisatawan-domestik-masih-akan-
jadi-andalan-pemulihan-sektor-pariwisata
Khrisnamurti, Utami, H., & Darmawan, R. (2016). Dampak pariwisata terhadap lingkungan di Pulau Tidung
Kepulauan Seribu. Journal Kajian, 21(3), 257–273.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/779
Kristiawan, I. P. G. T., Warsika, P. D., & Wiranata, A. A. (2017). Analisis aspek teknis, pasar dan finansial
terhadap kelayakan investasi proyek pembangunan Town House (Studi kasus: Semarapura Town
House Klungkung). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 21(1), 68-73.
Kurniyati, Z. (2016). Strategi pengembangan wisata Pantai Kartini di Kabupaten Jepara. Jurnal Ilmu
Pemerintahan Undip, July, 1–23.
Putri, S. R., Unas, S. E., & Hasyim, M. H. (2013). Studi kelayakan finansial pada proyek pembangunan Mall
Dinoyo Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil, 7(3), 257-263.
Ramdan, R. M., & Ikhwana, A. (2017). Analisa kelayakan pengembangan Wisata di Desa. Cimareme
Kecamatan Banyuresmi Garut. Jurnal Kalibrasi, 14(1), 101–11.
https://doi.org/10.33364/kalibrasi/v.14-1.401
Salamat, W. Y. (2017). Pengembangan strategi pemasaran dan promosi untuk objek Wisata Desa Telaga
Paca (Studi kasus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Halmahera Utara). Repositori UKSW.
Rizkiningtyas et al | 66
Widoningtyas, L., Sukidin, & Wahyuni, S. (2014). Strategi pengembangan kawasan Wisata Telaga Sarangan
pada Pemerintahan Kabupaten Magetan. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1-9.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63386
Rizkiningtyas et al | 67