253-Article Text-490-1-10-20191225

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENETAPAN PERKARA


ISBAT NIKAH

Armalina1 dan Ardiana Hidayah2


1
Pengadilan Agama Tais Bengkulu
E-mail: [email protected]
2
Fakultas Hukum Universitas Palembang
E-mail: [email protected]

Abstract
Marriage isbat is a method by husband and wife who have been legally married according to
religious law in obtaining state recognition of the marriage so that it is legally binding.
Judges in carrying out their duties and authorities, especially judges under the environment of
the religious court, are guided by the principles of Islamic personality in the Judicial Power
Act, namely the religious court is one of the executors of judicial power for people seeking
justice in Islam regarding certain cases. Courts in the religious court environment examine,
decide and settle certain cases, one of which includes marital matters. Judge's considerations
in setting a case specifically on marriage isbat, the judge must be guided by the Qur'an and
the hadith of the Prophet, as well as ijtihad scholars on the values of the philosophy of
marriage law in the teachings of Islam. Marriage isbat provides legal certainty and
usefulness. The existence of the determination of the case has its benefits and provides legal
certainty on the legality of marriage both in religious law and in state law so that the legal
objectives are achieved.
Keywords: marriage isbat

Abstrak
Isbat nikah adalah cara yang dilakukan suami istri yang telah menikah secara sah menurut
hukum agama dalam mendapatkan pengakuan negara atas pernikahan tersebut sehingga
berkekuatan hukum. Hakim dalam menjalankan tugas dan kewenangannya khususnya hakim
dibawah lingkungan peradilan agama berpedoman pada prinsip-prinsip asas personalitas
keislaman dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yakni Peradilan Agama merupakan
salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara tertentu. Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara tertentu yang salah satunya meliputi perkara perkawinan.
Pertimbangan hakim dalam menetapkan perkara khususnya pada isbat nikah, hakim harus
berpedoman pada Al Quran dan hadist Nabi, serta ijtihad ulama pada nilai-nilai filsafat hukum
perkawinan dalam ajaran agama Islam. Isbat nikah memberikan kepastian dan kemanfaatan
hukum. Adanya penetapan perkara tersebut ada kemanfaatannya dan memberikan kepastian
hukum pada legalitas perkawinan baik secara hukum agama maupun secara hukum negara
sehingga tujuan hukum tercapai.
Kata Kunci: isbat nikah

PENDAHULUAN atas pernikahan yang telah


Isbat Nikah adalah cara yang dilangsungkan oleh keduanya,
dapat ditempuh oleh pasangan suami sehingga pernikahannya tersebut
istri yang telah menikah secara sah berkekuatan hukum.
menurut hukum agama untuk Peradilan Agama yang berada
mendapatkan pengakuan dari negara dibawah naungan Mahkamah Agung

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 20


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

berwenang memeriksa, mengadili, orang saksi dan (5) ijab yang


memutus, dan menyelesaikan perkara dilakukan oleh wali dan Kabul yang
antara orang-orang yang beragama dilakukan suami. 2
Islam dalam halperkawinan, kewarisan, Perkawinan merupakan salah satu
wasiat, hibah, wakaf, dan shadaqah ibadah dan memiliki syarat-syarat
yang dilakukan berdasarkan hukum sebagaimana ibadah lainnya.3
Islam danketentuan peraturan Pencatatan bukanlah suatu hal yang
perundang-undangan. Diantara perkara menentukan sah atau tidaknya suatu
yang diputuskan oleh Pengadilan perkawinan. Perkawinan adalah sah
Agama adalah perkara di bidang kalau telah dilakukan menurut
perkawinan. Adapun salah satu jenis ketentuan agamanya, walaupun tidak
perkara yang ada dalam bidang atau belum didaftarkan.4 Secara ajaran
perkawinan itu adalah perkara isbat agama Islam apabila telah memenuhi
nikah. rukun dan syarat perkawinan maka sah
Ikatan perkawinan sebagai salah secara hukum agama tetapi belum
satu bentuk perjanjian (suci) antara tercatat dalam hukum Negara yang
seorang pria dengan seorang wanita, disebut dengan perkawinan di bawah
yang mempunyai segi-segi perdata, tangan.
berlaku beberapa asas diantaranya Isbat nikah dapat membantu
adalah (1) kesukarelaan, (2) masyarakat dan memberikan kepastian
persetujuan kedua belah pihak, (3) hukum kepada masyarakat yang
kebebasan memilih, (4) kemitraan membutuhkannnyaJika kita lihat dari
suami-istri, (5) untuk selama-lamanya, segi ini, maka sangat sesuai dengan
dan (6) monogami terbuka. 1 Sedangkan salah satu tujuan adanya pengadilan itu
rukun perkawinan ada lima, yaitu (1) sendiri, yaitu memberikan pelayanan
calon mempelai laki-laki, (2) calon kepada masyarakat yang membutuhkan
mempelai wanita, (3) wali dari kepastian dan bantuan hukum. Apalagi
mempelai wanita yang akan
2
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di
mengakadkan perkawinan, (4) dua Indonesia (Jakarta: Prenada Media Grup,
2016).
3
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di
1
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2014).
4
Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan
Islam Di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, Prinsip Syariah Dalam Hukum Islam (Jakarta:
2015). Kencana Prenada Media Group, 2012).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 21


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

di zaman sekarang ini, bukti telah juga diadakan pemeriksaan mendalam


melakukan pernikahan di mata hukum terhadap fakta hukum tersebut untuk
menjadi sangat penting untuk kemudian mengusahakan suatu
menyelesaikan berbagai persoalan, pemecahan atas permasalahan yang
misalnya saja untuk mendapatkan timbul di dalam gejala yang
warisan, harta gono- gini,dan lain bersangkutan. Secara etimologis
sebagainya. metode diartikan sebagai jalan atau
Kompilasi Hukum Islam yang cara melakukan atau mengerjakan
berkekuatan sebagai Instruksi Presiden sesuatu.5 Metode penelitian merupakan
(Inpres) membatasi perkara yang cara yang dilakukan pada serangkaian
dibolehkan untuk diisbatkan. Oleh kegiatan ilmiah, sehingga penelitian ini
karena itu peneliti tertarik membahas merupakan penelitian hukum normatif.
dasar pertimbangan hakim dalam
kedua putusan tersebut menjadi PEMBAHASAN
pembahasan dalam penelitian ini, A. Istbat Nikah
kajian putusan tersebut dikaitkan Itsbat berasal dari bahasa Arab
dengan teori maqasid syariah sehingga yang berarti penetapan, pengukuhan,
penulis berharap dapat memberikan pengiyaan. Itsbat nikah sebenarnya
manfaat ilmiah dalam menganalisis sudah menjadi istilah dalam Bahasa
perkara isbat nikah, terutama mengenai Indonesia dengan sedikit revisi yaitu
penerapan hukum perkawinan Islam di dengan sebutan isbat nikah. Menurut
Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, isbat
Permasalahan dalam penelitian nikah adalah penetapan tentang
ini adalah dasar pertimbangan hakim kebenaran (keabsahan) nikah. Itsbat
dalam penetapan perkara isbat nikah. nikah adalah pengesahan atas
Penelitian ini merupakan suatu perkawinan yang telah dilangsungkan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada menurut syariat agama Islam, akan
metode, sistematika dan pemikiran tetapi tidak dicatat oleh KUA atau PPN
tertentu yang bertujuan untuk yang berwenang (Keputusan Ketua
mempelajari satu atau beberapa gejala Mahkamah Agung RI Nomor
hukum tertentu, dengan jalan
5
menganalisanya. Oleh karena itu, maka Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian
Ilmu Hukum (Bandung: Mandar Maju, 2008).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 22


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

KMA/032/SK/2006 tentang Pedoman perkawinan;


Pelaksanaan Tugas dan Administrasi 4. Adanya perkawinan yang terjadi
Pengadilan).6 sebelumnya berlaku UU No. 1
Isbat Nikah adalah cara yang Tahun 1974;
dapat ditempuh oleh pasangan suami 5. Perkawinan yang dilakukan oleh
istriyang telah menikah secara sah mereka yang tidak mempunyai
menurut hukum agama untuk halangan perkawinan menurut UU
mendapatkanpengakuan dari negara No. 1 Tahun 1974.7
atas pernikahan yang telah Itsbat nikah dilaksanakan oleh
dilangsungkan olehkeduanya, sehingga Pengadilan Agama karena
pernikahannya tersebut berkekuatan pertimbangan mashlahat bagi umat
hukum.Itsbat Nikah sebagai sebuah Islam. Itsbat nikah sangat bermanfaat
proses penetapan pernikahan dua orang bagi umat Islam untuk mengurus dan
yakni suami istri yang sebelumnya mendapatkan hak-haknya yang berupa
telah melakukan nikah secara Sirri. surat-surat atau dokumen pribadi yang
Tujuan dari itsbat nikah adalah untuk dibutuhkan dari instansi yang
mendapatkan akta nikah sebagai bukti berwenang serta memberikan jaminan
sahnya perkawinan sesuai dengan perlindungan kepastian hukum
peraturan perundang-undangan yang terhadap masing-masing pasangan
berlaku di Indonesia. suami istri.
Isbat nikah dalam KHI dapat Permohonan itsbat nikah yang
diajukan ke Pengadilan Agama terbatas diajukan ke Pengadilan Agama dengan
hal-hal yang berkenaan dengan: berbagai alasan, pada umumnya
1. Adanya perkawinan dalam perkawinan yang dilaksanakan pasca
rangka penyelesaian perceraian; berlakunya Undang-Undang Nomor 1
2. Hilangnya Akta Nikah; Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. Adanya keraguan tentang sah Pengadilan Agama selama ini
atau tidaknya salah satu syarat menerima, memeriksa dan memberikan
penetapan permohonan itsbat nikah
6
Asasriwarni, “Kepastian Hukum ‘Itsbat
Nikah’ Terhadap Status Perkawinan, Anak Dan
Harta Perkawinan,” 7
Enas Nasrudin, “Ihwal Itsbat Nikah
http://www.nu.or.id/post/read/38146/kepastian- (Tanggapan Atas Damsyi Hanan),” Mimbar
hukum-quotitsbat-nikahquot-terhadap-status- Hukum No. 33 Jul, no. Aktualisasi Hukum
perkawinan-anak-dan-harta-perkawinan, 2017. Islam (1997): 88.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 23


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

terhadap perkawinan yang Kode Etik dan Pedoman Perilaku


dilangsungkan setelah berlakunya Hakim sebagai panduan keutamaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 moral bagi hakim, baik pada saat
- kecuali untuk kepentingan mengurus dirinya menjalankan tugas profesi
perceraian, karena akta nikah hilang, maupun dalam hubungan
dan sebagainya – menyimpang dari kemasyarakatan di luar kedinasan.
ketentuan perundang-undangan (Pasal Hakim sebagai insan yang memiliki
49 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 kewajiban moral untuk berinteraksi
Tahun 1989 yang telah diubah dengan dengan komunitas sosialnya, juga
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 terikat dengan norma-norma etika dan
terakhir diubah dengan Undang- adaptasi kebiasaan yang berlaku dalam
Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang tata pergaulan masyarakat.
Peradilan Agama dan penjelasannya). Kewajiban hakim untuk
Namun oleh karena itsbat nikah sangat memelihara kehormatan dan
dibutuhkan oleh masyarakat, maka keluhuran martabat, serta perilaku
hakim Pengadilan Agama melakukan hakim sebagaimana ditentukan dalam
“ijtihad” dengan menyimpangi peraturan perundang-undangan harus
tersebut, kemudian mengabulkan diimplementasikan secara konkret dan
permohonan itsbat nikah berdasarkan konsisten baik dalam menjalankan
ketentuan Pasal 7 Ayat (3) huruf e tugas yudisialnya maupun di luar
Kompilasi Hukum Islam. tugas yudisialnya, sebab hal itu
berkaitan erat dengan upaya
B. Hakim dan Dasar Pertimbangan penegakan hukum dan keadilan.
Hakim Kehormatan adalah kemuliaan atau
Hakim dalam menjalankan nama baik yang senantiasa harus
profesinya memiliki sistem etika yang dijaga dan dipertahankan dengan
mampu menciptakan disiplin tata kerja sebaik-baiknya oleh para hakim dalam
dan menyediakan garis batas tata nilai menjalankan fungsi pengadilan.
yang menjadi pedoman bagi hakim Kehormatan hakim itu terutama
dalam menyelesaikan tugasnya yakni terlihat pada putusan yang dibuatnya
menjalankan fungsi dan mengemban dan pertimbangan yang melandasi,
profesinya. atau keseluruhan proses pengambilan

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 24


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

keputusan yang bukan saja dan yang batil. Dengan demikian,


berlandaskan peraturan perundang- akan terwujud sikap pribadi yang
tidak berpihak terhadap setiap
undangan, tetapi juga rasa keadilan orang balk dalam persidangan
dan kearifan dalam masyarakat. maupun di luar persidangan.
Adapun kode etik dan pedoman 3. Berperilaku Arif dan Bijaksana
Arif dan bijaksana bermakna
perilaku hakim adalah sebagai
bertindak sesuai dengan norma-
berikut:8 norma yang hidup dalam
1. Berperilaku Adil masyarakat baik norma-norma
Adil adalah menempatkan hukum, norma-norma
sesuatu pada tempatnya dan keagamaan, kebiasaan-kebiasaan
memberikan yang menjadi maupun kesusilaan dengan
haknya, yang didasarkan pada memerhatikan situasi dan kondisi
suatu prinsip bahwa semua orang pada saat itu, serta mampu
sama kedudukannya di depan memperhitungkan akibat dari
hukum. Oleh karena itu, tuntutan tindakannya. Perilaku yang arif
yang paling mendasar dari dan bijaksana mendorong
keadilan adalah memberikan terbentuknya pribadi yang
perlakuan dan memberi berwawasan luas, mempunyai
kesempatan yang sama (equality tenggang rasa yang tinggi,
and fairness) terhadap setiap bersikap hati-hati dan santun.
orang. Oleh karenanya, seseorang 4. Bersikap Mandiri
yang melaksanakan tugas atau Mandiri bermakna mampu
profesi di bidang peradilan yang bertindak sendiri tanpa bantuan
memikul tanggung jawab pihak lain, bebas dari campur
menegakkan hukum yang adil tangan siapa pun dan bebas dari
dan benar harus selalu berlaku pengaruh apa pun. Sikap mandiri
adil dengan tidak membeda- mendorong terbentuknya perilaku
bedakan orang. hakim yang tangguh, berpegang
2. Berperilaku Jujur teguh pada prinsip dan keyakinan
Kejujuran bermakna dapat dan atas kebenaran sesuai tuntutan
berani menyatakan bahwa yang moral dan ketentuan hukum yang
benar adalah benar dan yang berlaku.
salah adalah salah. Kejujuran 5. Berintegritas Tinggi
mendorong terbentuknya pribadi Integritas bermakna sikap dan
yang kuat dan membangkitkan kepribadian yang utuh,
kesadaran akan hakikat yang hak berwibawa, jujur dan tidak
tergoyahkan. Integritas tinggi
pada hakikatnya terwujud pada
8
Soeharto, “Peran IKAHI Dalam Mewujudkan
Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim,”
sikap setia dan tangguh
Varia Pengadilan XXV No. 29 (2010): 9–11. berpegang pada nilai-nilai atau

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 25


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

norma-norma yang berlaku dalam akan mendorong terbentuknya


melaksanakan tugas. Integritas pribadi yang tertib di dalam
tinggi akan mendorong melaksanakan tugas, ikhlas dalam
terbentuknya pribadi yang berani pengabdian dan berusaha untuk
menolak godaan dan segala menjadi teladan dalam
bentuk intervensi, dengan lingkungannya, serta tidak
mengedepankan tuntutan hati menyalahgunakan amanat yang
nurani untuk menegakkan dipercayakan kepadanya.
kebenaran dan keadilan serta Penerapannya antara lain hakim
selalu berusaha melakukan tugas berkewajiban mengetahui dan
dengan cara-cara terbaik untuk mendalami serta melaksanakan
mencapai tujuan terbaik. tugas pokok sesuai. dengan
6. Bertanggung Jawab peraturan perundang-undangan
Bertanggung jawab bermakna yang berlaku, khususnya hukum
kesediaan untuk melaksanakan acara, agar dapat menegakkan
sebaik-baiknya segala sesuatu hukum secara benar dan dapat
yang menjadi wewenang dan memenuhi rasa keadilan bagi
tugasnya, serta memiliki setiap pencari keadilan.
keberanian untuk menanggung 9. Berperilaku Rendah Hati
segala akibat atas pelaksanaan Rendah hati bermakna kesadaran
wewenang dan tugasnya tersebut. akan keterbatasan kemampuan
7. Menjujung Tinggi Harga Diri diri, jauh dinkesempurnaan dan
Harga diri bermakna bahwa pada terhindar dari setiap bentuk
diri manusia melekat martabat keangkuhan. Rendah hati akan
dan kehormatan yang harus mendorong terbentuknya sikap
dipertahankan dan dijunjung realistis, mau membuka diri
tinggi oleh setiap orang. Prinsip untuk terus btlalar, menghargai
menjunjung tinggi harga diri, pendapat orang lain,
khususnya hakim, akan menumbuhkembangkan sikap
mendorong dan mem hentuk tenggang rasa, serta mewujudkan
pribadi yang kuat dan tangguh, kesederhanaan, penuh rasa
sehingga terbentuk pribadi yang syukur, dan ikhlas di dalam
senantiasa menjaga kehormatan mengemban tugas.
dan martabat sebagai aparatur 10. Bersikap Profesional
peradilan. Profesional bermakna suatu sikap
8. Berdisiplin Tinggi moral yang dilandasi oleh tekad
Disiplin bermakna ketaatan pada untuk tnelaksanakan pekerjaan
norma-norma atau kaidah-kaidah yang dipilihnya dengan
yang diyakini sebagai panggilan kesungguhan, yang didukung
luhur untuk mengemban amanah nleh kcahlian atas dasar
serta kepercayaan masyarakat pengetahuan, keterampilan dan
pencari keadilan. Disiplin tinggi wawasan luas. Sikap profesional

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 26


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

akan mendorong terbentuknya cukup dengan menggunakan


pribadi yang senantiasa menjaga kata”menetapkan.”
dan inempertahankan mutu
Hakim bertanggung jawab untuk
pekerjaan, serta berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengembalikan hukum kepada pemilik
kinerja, sehingga tercapai hukum itu yaitu manusia. Hukum
setinggi-tingginya mutu basil
untuk manusia sebagai alat untuk
pekerjaan, efektif, dan efisien.
Hakim dalam menjalankan tugas mewujudkan kesejahteraan manusia,
dan fungsinya, hakim wajib menjaga bukan hukum untuk hukum itu sendiri.
kemandirian peradilan. Hakim harus Sehingga seorang hakim dalam
memiliki integritas dan kepribadian memutus suatu perkara harus
yang tidak tercela, jujur, adil, mempertimbangkan kebenaran yuridis
profesional dan berpengalaman di (hukum) dengan kebenaran fisolofis
bidang hukum. 9 Dasar pertimbangan (keadilan). Seorang Hakim harus
hakim merupakan berbagai hal yang membuat keputusan-keputusan yang
menjadi dasar dan mempengaruhi adil dan bijaksana dengan
hakim dalammemutuskan atau mempeertimbangkan implikasi hukum
member penetapan suatu perkara. dan dampaknya yang terjadi dalam
Penetapan adalah keputusan masyarakat. Kepastian hukum
pengadilan atas perkara permohonan menekankan agar hukum atau
(volunter), misalnya penetapan dalam peraturan ditegakan sebagaimana yang
perkara dispensasi nikah, izin nikah, diinginkan oleh bunyi
wali adhal, poligami, perwalian, itsbat hukum/peraturannya. 10
nikah, dan sebagainya. Penetapan
C. Dasar Pertimbangan Hakim pada
merupakan jurisdiction valuntaria
Penetapan Perkara Isbat Nikah
(bukan peradilan yang sesungguhnya).
Peradilan Agama merupakan
Karena pada penetapan hanya ada
salah satu badan peradilan dibawah
permohon tidak ada lawan hukum.
naungan Mahkamah Agung RI sebagai
Dalam penetapan, Hakim tidak
badan tertinggi pelaksana kekuasaan
menggunakan kata “mengadili”, namun
10
Alfiah Yuliastuti, “Keyakinan Hakim Dalam
9
H M Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Memutus Perkara Ditinjau Dari Aspek
Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Sosiologi Hukum,”
Syariah Di Indonesia (Jakarta: Kencana http://s2hukum.blogspot.co.id/2010/03/keyakin
Prenada Media Group, 2013). an-hakim-dalam-memutus-perkara.html, 2017.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 27


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

kehakiman. Mahkamah Agung telah Pasal 7 ayat (2) dan (3)


menentukan bahwa putusan hakim menyatakan bahwa:
harus mempertimbangkan segala aspek (2) Dalam hal perkawinan tidak dapat
yang bersifat yuridis, filosofis dan dibuktikan dengan Akte Nikah,
dapat diajukan isbat nikahnya ke
sosiologis, sehingga keadilan yang
Pengadilan Agama.
ingin dicapai, diwujudkan dan (3) Isbat nikah yang dapat diajukan ke
dipertanggungjawabkan dalam putusan Pengadilan Agama terbatas hal-hal
yang berkenaan dengan:
hakim adalah keadilan yang
a. adanya perkawinan dalam
berorientasi pada keadilan hukum rangka penyelesaian
(legal justice), keadilan moral (moral perceraian;
b. hilangnya Akta Nikah;
justice) dan keadilan masyarakat
c. adanya keraguan tentang sah
(sosial justice). atau tidaknya salah satu syarat
Aspek yuridis merupakan aspek perkawinan;
yang pertama dan utama dengan d. adanya perkawinan yang terjadi
sebelumnya berlaku UU No. 1
berpatokan pada undang-undang yang Tahun 1974;
berlaku. Hakim sebagai aplikator e. Perkawinan yang dilakukan oleh
undang-undang harus memahami mereka yang tidak mempunyai
halangan perkawinan menurut
undang-undang dengan mencari
UU No. 1 Tahun 1974.
undang-undang yang berkaitan dengan Oleh karena itu, hakim
perkara yang sedang dihadapi. Hakim Pengadilan Agama bersandar pada
harus menilai apakah undang-undang ketentuan tersebut di atas menerima
tersebut adil, ada kemanfaatannya atau perkara isbat nikah serta melakukan
memberikan kepastian hukum jika penetapannya berpedoman pada aturan
ditegakkan, sebab salah satu tujuan dalam Kompilasi Hukum Islam.
hukum itu unsurnya adalah Aspek filosofis, merupakan aspek
menciptakan keadilan. 11 yang berintikan pada kebenaran dan
Secara yuridis dalam pelaksanaan keadilan, sedangkan aspek sosiologis,
isbat nikah diatur dalam Kompilasi mempertimbangkan tata nilai budaya
Hukum Islam melalui Instruksi yang hidup dalam masyarakat.12
Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991. Menurut Ahmad Rifai, aspek filosofis
11 dan sosiologis, penerapannya sangat
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim
Dalam Persfektif Hukum Progresif, (Jakarta:
12
Sinar Grafika, 2014). Rifai.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 28


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

memerlukan pengalaman dan professional dan berpengalaman di


pengetahuan yang luas serta bidang hukum, serta hakim wajib
kebijaksanaan yang mampu mengikuti menaati kode etik dan pedoman
nilai-nilai dalam masyarakat. Hal perilaku hakim.
tersebut selaras dengan amanat Dalam hukum beracara perkara
Undang-Undang Nomor 48 Tahun perdata khususnya di pengadilan
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman agama maka dapat mengikuti asas-asas
dalam Pasal 5 ayat (1), dinyatakan yang terkandung dalam naskah risalah
bahwa:”hakim harus menggali nilai- Al Qadla, yakni:13
nilai hukum yang hidup dalam 1. Kedudukan Lembaga Peradilan
masyarakat.” Keberadaan lembaga peradilan di
suatu negara hukumnya wajib dan
Hakim dalam menjalankan tugas
Sunnah yang harus dilestarikan.
dan kewenangannya khususnya hakim 2. Memahami Kasus Persoalan,
dibawah lingkungan peradilan agama Baru Memutuskannya
Pahami persoalan suatu kasus
berpedoman pada prinsip-prinsip asas
gugatan yang diajukan kepada
personalitas keislaman dalam Undang- Anda, dan ambillah keputusan
Undang Kekuasaan Kehakiman yakni setelah jelas persoalan mana yang
benar dan mana yang salah.
Peradilan agama merupakan salah satu
Karena sesungguhnya suatu
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi kebenaran yang tidak
rakyat pencari keadilan yang beragama memperoleh perhatian hakim
Islam mengenai perkara tertentu. akan menjadi sia-sia.
3. Samakan Pandangan Anda
Pengadilan dalam lingkungan peradilan kepada Kedua Belah Pihak, dan
agama memeriksa, memutus dan Berlaku Adillah
menyelesaikan perkara tertentu yang Dudukkan kedua belah pihak di
majelis secara sama, pandang me-
salah satunya meliputi perkara
reka dengan pandangan yang
perkawinan. sama, agar orang yang terhormat
Hakim wajib menggali, tidak melecehkan Anda, dan
orang yang lemah tidak merasa
mengikuti dan memahami nilai-nilai
teraniaya.
hukum dan rasa keadilan yang hidup 4. Kewajiban Pembuktian
dalam masyarakat. Hakim harus Penggugat wajib membuktikan
memiliki integritas dan kepribadian 13
Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata
yang tidak tercela, jujur, adil, Peradilan Agama Dan Mahkamah Syariah Di
Indonesia.

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 29


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

gugatannya, dan Tergugat wajib Penalaran Logis


membuktikan bantahannya. Gunakanlah kekuatan logis pada
5. Lembaga Damai suatu kasus perkara yang
Penyelesaian perkara secara diajukan kepada Anda dengan
damai dibenarkan, sepanjang menggali dan memahami hukum
tidak menghalalkan yang haram yang hidup, apabila hukum suatu
dan mengharamkan yang halal. perkara kurang jelas dalam Al-
6. Penundaan Persidangan Qur'an dan Sunnah. Kemudian
Barangsiapa menyatakan ada bandingkanlah permasalahan
sesuatu hal yang tidak ada di tersebut satu sama lain dan
tempatnya atau sesuatu ketahuilah (kenalilah) hukum
keterangan, maka berilah tempo yang serupa, kemudian ambillah
kepadanya untuk dilaluinya. mana yang lebih mirip dengan
Kemudian jika dia memberi kebenaran.
keterangan hendaklah engkau 9. Orang Islam Haruslah Berlaku
memberikan kepadanya haknya. Adil
Jika dia tidak mampu Orang Islam dengan orang Islam
memberikan yang demikian, lainnya haruslah adil, terkecuali
maka engkau dapat memutuskan orang yang sudah pernah menjadi
perkara yang merugikan haknya, saksi palsu atau sudah pernah
karena yang demikian itu lebih dijatuhi hukuman had atas orang
mantap bagi keuzurannya (tak yang diragukan tentang asal
ada jalan baginya untuk usulnya, karena sesungguhnya
mengatakan ini dan itu lagi), dan Allah yang mengendalikan
lebih menampakkan apa yang rahasia hamba dan menutupi
tersembunyi. hukuman atas mereka terkecuali
7. Kebenaran dan Keadilan adalah dengan ada keterangan dan
Masalah Universal sumpah.
Janganlah engkau dihalangi oleh 10. Larangan Bersidang Ketika
suatu putusan yang telah Anda Sedang Emosional
putuskan pada hari ini, kemudian Jauhilah diri Anda dari marah,
Anda tinjau kembali putusan itu pikiran kacau, perasaan tidak
lalu Anda ditunjuk pada senang, dan berlaku kasar
kebenaran untuk kembali kepada terhadap para pihak. Karena
kebenaran, karena kebenaran itu kebenaran itu hanya berada di
suatu hal yang Qadim yang tidak dalam jiwa yang tenang dan niat
dapat dibatalkan oleh sesuatu. yang bersih.
Kembali kepada yang hak, lebih Pertimbangan hakim dalam
baik daripada terns bergelimang menetapkan perkara khususnya pada
dalam kebatilan.
isbat nikah, hakim harus berpedoman
8. Kewajiban Menggali Hukum
yang Hidup dan Melakukan pada Al Quran dan hadist Nabi, serta

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 30


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

ijtihad ulama pada nilai-nilai filsafat isbat nikah diatur dalam Kompilasi
hukum perkawinan dalam ajaran Hukum Islam melalui Instruksi
agama Islam. Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991.
Nilai-nilai dalam filsafat hukum Penetapan perkara isbat nikah
Islam, yaitu: satu, nilai keimanan; dua, didukung oleh pembuktian pada fakta-
nilai kepastian hukum, tiga, nilai fakta dipersidangan yang menyakinkan
keadilan; empat, keseimbangan, lima, hakim bahwa para pemohon telah
nilai kemanfaatan dan kemaslahatan; melangsungkan pernikahan juga
enam, nilai kebebasan dan sukarela, dengan adanya bukti administrasi dan
serta tujuh, nilai musyawarah. Nilai- keterangan para saksi. Aspek filosofis,
nilai ini merupakan ikatan yang sangat merupakan aspek yang berintikan pada
kuat atau tali-temali yang kokoh dalam kebenaran dan keadilan, sedangkan
perkawinan Islam. 14 aspek sosiologis, mempertimbangkan
Dalam perkara isbat nikah dasar tata nilai budaya yang hidup dalam
pertimbangan hakim adalah pada fakta- masyarakat.
fakta dipersidangan yang menyakinkan Isbat nikah memberikan
hakim bahwa para pemohon telah kepastian hukum negara yang
melangsungkan pernikahan didukung bertujuan untuk tercatat legalitas status
bukti administrasi dan keterangan para perkawinan, serta merupakan
saksi, akan tetapi secara pencatatan penyelesaian secara hukum negara bila
perkawinan menurut hukum Negara terjadi kesulitan pada kasus dan
belum dilaksanakan. sengketa seperti waris, hak asuh anak,
perceraian, nafkah, dan permasalahan
KESIMPULAN DAN perkawinan lainnya. Adanya Penetapan
REKOMENDASI perkara tersebut ada kemanfaatannya
Pertimbangan hakim dalam dan memberikan kepastian hukum pada
penetapan perkara isbat nikah legalitas perkawinan baik secara
berdasarkan pertimbangan yuridis, hukum agama maupun secara hukum
filosofis dan sosiologis. Secara yuridis negara sehingga tujuan hukum tercapai.
14
Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofi
Perkawinan, Menurut Hukum Perkawinan
Islam Dan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2015).

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 31


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32

DAFTAR PUSTAKA Grup, 2016.


Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Nasrudin, Enas. “Ihwal Itsbat Nikah
Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata (Tanggapan Atas Damsyi
Hukum Islam Di Indonesia. Hanan).” Mimbar Hukum No. 33
Jakarta: Rajawali Pers, 2015. Jul, no. Aktualisasi Hukum Islam
Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam (1997): 88.
Di Indonesia. Jakarta: Sinar Nasution, Bahder Johan. Metode
Grafika, 2014. Penelitian Ilmu Hukum. Bandung:
Asasriwarni. “Kepastian Hukum ‘Itsbat Mandar Maju, 2008.
Nikah’ Terhadap Status Rifai, Ahmad. Penemuan Hukum Oleh
Perkawinan, Anak Dan Harta Hakim Dalam Persfektif Hukum
Perkawinan.” Progresif,. Jakarta: Sinar Grafika,
http://www.nu.or.id/post/read/381 2014.
46/kepastian-hukum-quotitsbat- Shomad, Abd. Hukum Islam:
nikahquot-terhadap-status- Penormaan Prinsip Syariah
perkawinan-anak-dan-harta- Dalam Hukum Islam. Jakarta:
perkawinan, 2017. Kencana Prenada Media Group,
Fauzan, H M. Pokok-Pokok Hukum 2012.
Acara Perdata Peradilan Agama Soeharto. “Peran IKAHI Dalam
Dan Mahkamah Syariah Di Mewujudkan Kode Etik Dan
Indonesia. Jakarta: Kencana Pedoman Perilaku Hakim.” Varia
Prenada Media Group, 2013. Pengadilan XXV No. 29 (2010):
Kaharuddin. Nilai-Nilai Filosofi 9–11.
Perkawinan, Menurut Hukum Yuliastuti, Alfiah. “Keyakinan Hakim
Perkawinan Islam Dan Undang- Dalam Memutus Perkara Ditinjau
Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Dari Aspek Sosiologi Hukum,.”
Tentang Perkawinan. Jakarta: http://s2hukum.blogspot.co.id/201
Mitra Wacana Media, 2015. 0/03/keyakinan-hakim-dalam-
Mardani. Hukum Keluarga Islam Di memutus-perkara.html, 2017.
Indonesia. Jakarta: Prenada Media

Volume 18 Nomor 1, Bulan Januari 2020 32

You might also like