253-Article Text-490-1-10-20191225
253-Article Text-490-1-10-20191225
253-Article Text-490-1-10-20191225
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Abstract
Marriage isbat is a method by husband and wife who have been legally married according to
religious law in obtaining state recognition of the marriage so that it is legally binding.
Judges in carrying out their duties and authorities, especially judges under the environment of
the religious court, are guided by the principles of Islamic personality in the Judicial Power
Act, namely the religious court is one of the executors of judicial power for people seeking
justice in Islam regarding certain cases. Courts in the religious court environment examine,
decide and settle certain cases, one of which includes marital matters. Judge's considerations
in setting a case specifically on marriage isbat, the judge must be guided by the Qur'an and
the hadith of the Prophet, as well as ijtihad scholars on the values of the philosophy of
marriage law in the teachings of Islam. Marriage isbat provides legal certainty and
usefulness. The existence of the determination of the case has its benefits and provides legal
certainty on the legality of marriage both in religious law and in state law so that the legal
objectives are achieved.
Keywords: marriage isbat
Abstrak
Isbat nikah adalah cara yang dilakukan suami istri yang telah menikah secara sah menurut
hukum agama dalam mendapatkan pengakuan negara atas pernikahan tersebut sehingga
berkekuatan hukum. Hakim dalam menjalankan tugas dan kewenangannya khususnya hakim
dibawah lingkungan peradilan agama berpedoman pada prinsip-prinsip asas personalitas
keislaman dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yakni Peradilan Agama merupakan
salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara tertentu. Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara tertentu yang salah satunya meliputi perkara perkawinan.
Pertimbangan hakim dalam menetapkan perkara khususnya pada isbat nikah, hakim harus
berpedoman pada Al Quran dan hadist Nabi, serta ijtihad ulama pada nilai-nilai filsafat hukum
perkawinan dalam ajaran agama Islam. Isbat nikah memberikan kepastian dan kemanfaatan
hukum. Adanya penetapan perkara tersebut ada kemanfaatannya dan memberikan kepastian
hukum pada legalitas perkawinan baik secara hukum agama maupun secara hukum negara
sehingga tujuan hukum tercapai.
Kata Kunci: isbat nikah
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32
ijtihad ulama pada nilai-nilai filsafat isbat nikah diatur dalam Kompilasi
hukum perkawinan dalam ajaran Hukum Islam melalui Instruksi
agama Islam. Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991.
Nilai-nilai dalam filsafat hukum Penetapan perkara isbat nikah
Islam, yaitu: satu, nilai keimanan; dua, didukung oleh pembuktian pada fakta-
nilai kepastian hukum, tiga, nilai fakta dipersidangan yang menyakinkan
keadilan; empat, keseimbangan, lima, hakim bahwa para pemohon telah
nilai kemanfaatan dan kemaslahatan; melangsungkan pernikahan juga
enam, nilai kebebasan dan sukarela, dengan adanya bukti administrasi dan
serta tujuh, nilai musyawarah. Nilai- keterangan para saksi. Aspek filosofis,
nilai ini merupakan ikatan yang sangat merupakan aspek yang berintikan pada
kuat atau tali-temali yang kokoh dalam kebenaran dan keadilan, sedangkan
perkawinan Islam. 14 aspek sosiologis, mempertimbangkan
Dalam perkara isbat nikah dasar tata nilai budaya yang hidup dalam
pertimbangan hakim adalah pada fakta- masyarakat.
fakta dipersidangan yang menyakinkan Isbat nikah memberikan
hakim bahwa para pemohon telah kepastian hukum negara yang
melangsungkan pernikahan didukung bertujuan untuk tercatat legalitas status
bukti administrasi dan keterangan para perkawinan, serta merupakan
saksi, akan tetapi secara pencatatan penyelesaian secara hukum negara bila
perkawinan menurut hukum Negara terjadi kesulitan pada kasus dan
belum dilaksanakan. sengketa seperti waris, hak asuh anak,
perceraian, nafkah, dan permasalahan
KESIMPULAN DAN perkawinan lainnya. Adanya Penetapan
REKOMENDASI perkara tersebut ada kemanfaatannya
Pertimbangan hakim dalam dan memberikan kepastian hukum pada
penetapan perkara isbat nikah legalitas perkawinan baik secara
berdasarkan pertimbangan yuridis, hukum agama maupun secara hukum
filosofis dan sosiologis. Secara yuridis negara sehingga tujuan hukum tercapai.
14
Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofi
Perkawinan, Menurut Hukum Perkawinan
Islam Dan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2015).
Armalina dan Ardiana Hidayah, Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penetapan Perkara Isbat Nikah,
Halaman 20-32