Sejarah Madrasah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Portal Jurnal Online Kopertais Wilyah IV (EKIV) - Cluster TAPALKUDA-BALI

31 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA

Mohammad Rizqillah Masykur


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
[email protected]

Abstract
Madrasah are an institution whose emphasis is teaching Islamic sciences.
Madrasah in the implementation are almost the same as schools in general.
However, madrassas have more distinctive characteristics, namely the
characteristic of Islam which is applied in learning, environment, educators and
students. The history of the emergence of madrasah in Indonesia cannot be
separated from the emergence of renewal ideas among Muslims. Around the
beginning of the 20th century many scholars who established madrassas in
Indonesia both personally and organizationally. Such as Madrasah Adabiyah,
Madrasah School, Madrasah Diniyah, Arabiyah School, Madrasah Diniyah Putri
and Madrasas established by Islamic organizations in Indonesia. The history of
the growth and development of madrasah in Indonesia can be divided into four
periods: (1) Development of madrasah before Indonesia independent, at this time
was a growth period for madrasah in almost all regions of Indonesia established
madrasah with varying names and levels. (2) The development of madrasah at the
beginning of Indonesia's independence or the old order, at this time was a period
of unification and uniformity of madrassas which previously varied. (3) The
development of madrasah in the New Order era, at this time was an attempt to
incorporate madrassas into the national education system through decisions, laws
or government regulations. (4) The development of madrasah in the reform era, at
this time was a period of decentralization of education where the implementation
of religious education was handed over to the District / City.

Abstrak
Madrasah merupakan suatu lembaga yang penekanannya mengajarkan ilmu-
ilmu keislaman. Madrasah dalam pelaksanaannya hampir sama dengan sekolah-
sekolah pada umumnya. Namun madrasah lebih mempunyai ciri khas tersendiri
yaitu dengan berciri khas agama Islam yang diaplikasikan dalam pembelajaran,
suasanana lingkungan, pendidik dan peserta didiknya.Sejarah munculnya
madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan munculnya ide-ide
pembaharuan di kalangan umat Islam. Sekitar awal abad 20 banyak ulama yang
mendirikan madrasah-madrasah di Indonesia baik itu secara pribadi maupun
organisasi. Seperti Madrasah Adabiyah, Madrasah School, Madrasah Diniyah,
Arabiyah School, Madrasah Diniyah Putri serta Madrasah-Madrasah yang
didirikan oleh organisasi-organisasi keislaman di Indonesia.Sejarah pertumbuhan
dan berkembangnya madrasah di Indonesia dapat dibagi menjadi empat periode :
(1) Pekembangan madrasah sebelum Indonesia merdeka, pada masa ini
merupakan masa pertumbuhan bagi madrasah hampir di seluruh wilayah
32 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

Indonesia didirikan madrasah dengan nama dan tingkatan yang bervariasi. (2)
Perkembangan madrasah pada awal Indonesia merdeka atau orde lama, pada masa
ini merupakan masa penyatuan dan penyeragaman madrasah yang sebelumnya
bervariasi. (3) Perkembangan madrasah pada masa orde baru, pada masa ini
merupakan upaya-upaya memasukkan madrasah ke dalam sistem pendidikan
nasional melalui keputusan-keputusan, undang-undang atau peraturan pemerintah.
(4) Perkembangan madrasah pada masa era reformasi, pada masa ini merupakan
masa desentralisasi pendidikan dimana penyelenggaraan pendidikan agama
diserahkan kepada Kabupaten/Kota.

A. Pendahuluan
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam
ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dengan kontak secara
pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya.
Setelah kelompok muslim terbentuk di suatu daerah, maka mulailah mereka
membangun peradaban Islam dengan membangun masjid. Masjid difungsikan
sebagai tempat untuk beribadah dan pendidikan. Masjid merupakan lembaga
pendidikan Islam yang pertama kali muncul, setelah itu muncullah lembaga-
lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, dayah, surau dan
madrasah.
Madrasah sendiri muncul di Indonesia pada awal abad ke-20 sebelum
Indonesia mengalami kemerdekaan. Hal ini disebabkan sudah mulai banyak
orang yang tidak puas dengan sistem pendidikan Islam yang berlaku pada saat
itu, oleh karena itu ada sisi yang harus diperbarui. Diantaranya sisi yang harus
diperbarui, pertama dari segi isi (materi), kedua dari segi metode, ketiga dari
sisi manajemen dan administrasi pendidikan. Pembaharuan pendidikan Islam
khususnya madrasah di Indonesia tidak lepas dari perjuangan para ulama’ dan
organisasi-organisasi Islam yang gencar mendirikan lembaga pendidikan Islam
yaitu madrasah dengan menerapkan sistem klasikal dan diberlakukannya
administrasi pendidikan.
Perkembangan madrasah semakin memperlihatkan dinamikanya setelah
Indonesia merdeka. Pada masa ini madrasah semakin jauh berkembang, hal ini
ditandai dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah terhadap pendidikan
Islam di Indonesia. Perhatian khusus pemerintah tersebut dibuktikan dengan
33 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

adanya beberapa kebijakan, peraturan dan perundang-undangan yang


membahas tentang lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Madrasah
Kata-kata madrasah dalam bahasa arab merupakan isim makan dari
fi’il madhi “darasa” yaitu madrasatun yang berarti “tempat duduk untuk
belajar”.1 Istilah madrasah sekarang ini menyatu dengan istilah sekolah yang
lebih dikhususkan bagi sekolah-sekolah yang berbasis agama Islam.
Sementara itu Karel A. Steenbrink membedakan antara madrasah dan
sekolah-sekolah dengan beralasan bahwa antara sekolah dan madrasah
mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dengan demikian dapat pahami bahwa
madrasah adalah suatu lembaga yang penekanannya mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman.
Penggunaan kata-kata madrasah di Indonesia berbeda dengan di Arab.
Madrasah ditanah Arab ditujukan untuk semua sekolah secara umum, akan
tetapi di Indonesia ditujukan buat sekolah-sekolah yang mempelajari ajaran-
ajaran Islam. Namun pada prinsipnya madrasah adalah kelanjutan dari
sistem pesantren. Di dunia pesantren terdapat beberapa komponen-
komponen pokok dari suatu pesantren yaitu : pondok, masjid, pengajian
kitab-kitab klasik, santri, dan kiai. Kelima macam ini merupakan pilar-pilar
dari adanya suatu pesantren. Pada sistem madrasah tidak mesti ada pondok,
masjid dan pengajian kitab-kitab klasik. Beberapa komponen yang
diutamakan dalam madrasah adalah adanya lokal tempat belajar, guru, siswa
dan rencana pelajaran serta pimpinan.2 Meskipun demikian madrasah dan
pesantren memiliki kesamaan yang mendasar yaitu sama-sama mengajarkan
ilmu Islam dan kehadiran madarasah merupakan akibat penyesuaian dengan
pesantren.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa sistem madrasah
mirip dengan sistem sekolah umum di Indonesia. Para murid tidak harus

1
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGarfindo Persada,
1996), hlm. 160.
2
Hidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: KEncana Prenada Media Group, 2007), hlm. 96.
34 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

tinggal mondok di kompleks madrasah, murid cukup datang ke madrasah


sesuai dengan jam-jam berlangsungnya pembelajaran pada pagi hari atau
siang hari. Adapun pelajaran-pelajaran yang diajarkan di madrasah sudah
tercantum dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Adapun ditinjau dari segi
tingkatannya, madrasah terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu Tingkat
Ibtidaiyah (Tingkat Dasar), Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah) dan
Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas).
2. Sejarah munculnya Madrasah di Indonesia
Sejarah munculnya madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan munculnya ide-ide pembaharuan di kalangan umat Islam. Pada
permulaan abad ke-20 banyak para pelajar Indonesia yang dulunya
bermukim bertahun-tahun di Timur Tengah pulang ke Indonesia. Mereka
mengembangkan ide-ide baru dalam bidang pendidikan termasuk salah
satunya melahirkan madrasah-madrasah di Indonesia.3 Kemudian proses
tersebut dikembangkan dan dilanjutkan oleh organisasi-organisasi Islam
baik yang berada di Jawa, Sumatra maupun di Kalimantan. Bagi kalangan
pembaharuan, pendidikan dipandang sangat strategis dalam membentuk
pandangan keislaman masyarakat.
Adapun yang melatarbelakangi kehadiran madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam di Indonesia diantaranya :
1. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam
2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya memperoleh
kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah
kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah
3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya
santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan mereka.

3
Hidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 98.
35 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

4. Sebagai upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang


dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil
akulturasi.4
Dengan demikian dapat disimpulkan adanya pembaharuan Islam di
Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan yaitu madrasah tidak lain
karna terdapat beberapa alasan yang mendasarinya. Tentunya gerakan-
gerakan pembaharuan pendidikan Islam memiliki alasan atau motif yang
berbeda-beda.5
3. Sejarah berkembangnya Madrasah di Indonesia
Setelah kita sedikit memahami tentang bagaimana munculnya
madrasah di Indonesia, kita akan membahas tentang sejarah perkembangan
madrasah baik pada masa sebelum kemerdekaan atau setelah kemerdekaan.
Adapun penjelasan dari masing-masing sebagai berikut :
a. Pekembangan madrasah sebelum kemerdekaan Indonesia
Bangsa Indonesia sebelum mengalami kemerdekaan terlebih
dahulu telah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Pada sekitar abad ke-19
pemerintah kolonial Belanda mulai memperkenalkan sekolah-sekolah
modern yang sesuai dengan sistem pendidikan yang berkembang di dunia
Barat. Hal ini sedikat banyak bisa mempengaruhi sistem pendidikan yang
telah berkembang di Indonesia, termasuk pesantren. Sistem ini perlahan-
lahan memasuki dunia pesantren dari sistem halaqoh bergeser ke arah
sistem madrasah dalam bentuk klasikal.
Adapun madrasah-madrasah yang didirikan pada periode sebelum
kemerdekaan Indonesia dapat diklasifikasikan kepada dua bagian
berdasarkan wilayah tempat berdirinya madrasah tersebut, yaitu
madrasah yang berdiri di Minangkabau dan di luar Minangkabau.

4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGarfindo Persada,
1996), hlm. 163.
5
Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 83.
36 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

Madrasah-madrasah yang didirikan di wilayah Minangkabau antara lain


:6
a. Madrasah Adabiyah (Adabiyah School). Madrasah ini didirikan oleh
Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1907 di Padang Panjang (Sumatra
Barat). Madarasah ini selain memberikan pelajaran agama juga
memberikan pelajaran membaca dan menulis huruf latin dan ilmu
hitung. Pada tahun 1915 madrasah ini mendapat pengakuan dari
pemerintah Belanda dan berubah menjadi Hollands Inlandsche School
(HIS). Ini merupakan madrasah yang pertama kali muncul di
Indonesia.
b. Madrasah School yang didirikan pada tahun 1910 oleh M. Thaib
Umar di Batu Sangkar. Madrasah ini hanya terdiri dari satu kelas saja.
c. Madrasah Diniyah (Diniyah School). Madrasah ini didirikan pada
tanggal 10 Oktober 1915 oleh Zainuddin Labay El Yunusi di Padang
Panjang. Madrasah ini merupakan madrasah sore untuk pendidikan
agama yang diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal. Disamping
mata pelajaran agama juga diberikan pendidikan umum seperti sejarah
dan ilmu bumi.
d. Arabiyah School yang didirikan pada tahun 1918 oleh Syekh Abbas di
Ladang Lawas.
e. Sumatra Thawalib. Sumatra Thawalib secara formal membuka
madrasah di Padang Panjang pada tahun 1921 dibawah pimpinan
Syekh Abdul Karim Amrullah.
f. Madrasah Diniyah Putri. Madrasah ini didirikan pada tahun 1923 di
Padang Panjang oleh Rangkayo Rahmah El Yunusiah. Madrasah ini
merupakan madrasah putri pertama di Indonesia yang memberi
kesempatan yang lebih luas kepada pelajar putri.
Sedangkan madrasah-madrasah yang didirikan di wilayah luar
Minangkabau, seperti pulau Jawa yang sebagian besarnya didirikan oleh
organisasi-organisasi sosial keagamaan antara lain :

6
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2013), hlm. 265-267.
37 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

a. Madrasah Muhammadiyah. Madarsah ini didirikan oleh organisasi


Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1918. Organisasi
Muhammadiyah sendiri berdiri pada tanggal 18 November 1912 oleh
K.H Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi ini pada mulanya
bergerak di bidang tabligh dan selanjutnya memperluas gerakannya di
bidang pendidikan.
b. Madrasah Salafiyah. Madarasah ini didirikan di Tebuireng Jombang
pada tahun 1929 oleh K.H Hasyim Asy’ari. Selanjutnya madrasah ini
berkembang dengan bermacam-macam jenjang dan jenis nauangan
Nahdhotul Ulama’ yang didirikan pada tanggal 13 Januari 1926.
Organisasi ini juga bergerak dalam berbagai bidang, seperti dakwah,
sosial keagamaan dan pendidikan. Organisasi ini memiliki madrasah
dengan tingkatan Madrasah Awaliyah (dua tahun), Madrasah
Ibtidaiyah (tiga tahun), Madrasah Tsanawiyah (tiga tahun), Madrasah
Mual’limin Wusta (dua tahun), Madrasah Mual’limin Ulya (tiga
tahun).7
c. Jami’at Khoir. Organisasi ini didirikan oleh Sayyid Muhammad al-
Fachir di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Organisasi ini juga
mendirikan madrasah-madrasah pada tingkat dasar. Untuk keperluan
pendidikan, mereka mendatangkan tenaga pengajar professional dari
luar negeri.
d. Al Irsyad. Organiasasi ini didirikan pada tahun 1913 di Jakarta.
Organisasi ini memiliki madrasah dengan tingkatan Madrasah
Awaliyah (tiga tahun), Madrasah Ibtidaiyah (empat tahun), Madrasah
Tajhiziyah (dua tahun), Madrasah Mual’limin (empat tahun),
Madrasah Takhasus (dua tahun).
e. Persatuan Islam (Persis). Organisasi ini didirikan pada permulaan
tahun 1920 di Bandung. Tokoh organisasi ini adalah Ahmad Hasan
dan Muhamammad Natsir yang mendirikan pesantren dan madrasah-
madrasah.

7
Hidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 101.
38 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

Disamping madrasah yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak


lagi madrasah yang muncul di daerah wilayah Indonesia lainnya. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa sebelum Indonesia mengalami
kemerdekaan, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan bagi
madrasah hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan nama dan
tingkatan yang bervariasi. Selain itu dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pengajarnnya masih belum seragam antara daerah yang satu dengan
lainnya, terutama menyangkut kurikulum dan rencana pembelajaran. Hal
ini dikarnakan memang pada pembaharuan pendidikan Islam sebelum
Indonesia merdeka belum mengarah kepada penyeragaman bentuk,
sistem dan rencana pembelajaran. Usaha ke arah penyatuan dan
penyeragaman sistem tersebut baru dirintis pada tahun 1950 setelah
Indonesia merdeka.
b. Pekembangan madrasah pada awal kemerdekaan Indonesia atau
masa orde lama (1945-1964)
Perkembangan madrasah pada awal kemerdekaan sangatlah terkait
dengan peran Kementrian Agama RI yang resmi didirikan mulai tanggal
3 Januari 1946.8 Kementerian Agama dapat mengangkat posisi madrasah,
sehingga memperoleh perhatian yang terus menerus dikalangan
pengambil kebijakan. Tentunya juga tidak melupakan perjuangan yang
dirintis oleh tokoh-tokoh pendiri madrasah sebelumnya baik itu dari
tokoh individu maupun tokoh organisasi-organisasi lainnya.
Pada masa ini Kementrian Agama lebih tajam dalam
mengembangkan program-program perluasan dan meningkatkan mutu
madrasah. Terbukti pada tahun 1950 madrasah diakui oleh Negara secara
formal sebagai lembaga penyelenggara pendidikan.9 Hal ini dikuatkan
dengan adanya keputusan politis berupa Undang-Undang No. 4 tahun
1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah pada
pasal 10 yang menyebutkan bahwa “Belajar di sekolah agama yang telah

8
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2013), hlm. 276.
9
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 350.
39 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

mendapat pengakuan Kementrian Agama, sudah dianggap memenuhi


kewajiban belajar”. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan
bahwa madrasah yang diakui dan memenuhi syarat untuk
menyelenggarakan kewajiban belajar harus terdaftar pada Kementerian
Agama. Adapun syarat-syarat tersebut adalah lembaga madrasah harus
memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling
sedikit enam jam dalam seminggu secara teratur disamping mata
pelajaran umum.
Selanjutnya dalam rangka upaya meningkatkan madrasah,
pemerintah melalui Kementerian Agama memberikan bantuan-bantuan
kepada madrasah dalam bentuk material dan bimbingan dengan
mengeluarkan peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan
disempurnakan dengan peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1952.
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa yang dinamakan madrasah adalah
tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan
dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajaran.
Pada masa ini pula, tepatnya pada tahun 1959 Kementrian Agama
dibawah Mentri Agama K.H Wahid Hasyim berupaya mealakukan
pengembangan madrasah dengan memperkenalkan model Madrasah
Wajib Belajar (MWB) yang ditempuh selama delapan tahun dengan
pertimbangan bahwa anak pada umur 6 tahun sudah berhak untuk
sekolah.10 Tujuan adanya MWB sendiri lebih diarahkan kepada
pengembangan jiwa bangsa. Selain itu dengan adanya MWB
dimaksudkan sebagai usaha awal usaha awal untuk memberikan bantuan
dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum
dan sistem penyelenggaraannya dalam upaya meningkatkan mutu
Madrasah.
Namun pada kenyataannya MWB tidak terlaksana sesuai yang
diharapkan. Diantara salah satu faktor penyebabnya yaitu kurang
antusisnya masayarakat atau penyelenggara madrasah, masyarakat
menganggap MWB kurang memenuhi persyaratan sebagai lembaga
10
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 350.
40 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

pendidikan agama. Akhirnya pemerintah mendirikan sistem madrasah


yang lebih diinginkan oleh masyarakat dengan membentuk perjenjangan
dalam madrasah yaitu, Madrasah Ibtidaiyah ditempuh 6 tahun, Madrasah
Tsanawiyah Pertama ditempuh 4 tahun dan Madrasah ditempuh
Tsanawiyah 4 tahun.
Pada masa orde lama ini juga terdapat perkembangan yang cukup
penting yaitu berdirinya lembaga pendidikan dan madarasah profesional
keguruan yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim
Islam Negeri (PHIN).11 Tujuan didirikannya lembaga ini salah untuk
mencetak tenaga-tenaga profesional yang siap mengembangkan
madarasah madrasah dan ahli dalam bidang keagamaan.
c. Pekembangan madrasah pada masa orde baru (1965-1997)
Upaya-upaya Kementrian Agama dalam meningkatkan mutu
madrasah bergulir terus hingga masa orde baru. Dengan adanya
ketetapan MPRS No. XXVII/1966 tentang “Agama, Pendidikan dan
Kebudayaan”, pada tahun 1967 Kementrian Agama terus berupaya
meningkatkan status madrasah dengan jalan menegerikan madrasah-
madrasah dalam semua tingkatan mulai dari tingkatan Ibtidaiyah sampai
dengan Aliyah.12 Melalui usaha ini setidaknya tercatat ada ratusan
madrasah yang dijadikan madrasah negeri yang meliputi 123 Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN), 182 Madrasah Tsanawiyah Agama Islam
Negeri (MTsAIN) dan 42 Madrasah Aliyah Agama Islam (MAAIN).
Dengan memberikan status negeri pada madarasah, maka tanggungjawab
pengelolaan menjadi beban pemerintah dan lebih memudahkan dalam
pengawasannya.
Sejalan dengan struktur madrasah yang sudah lengkap, pada
tanggal 10-20 Agustus 1970 disusunlah kurikulum madrasah dalam
semua tingkatan secara nasional. Kurikulum madrasah diberlakukan
secara nasional sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 52 tahun

11
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 351.
12
Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 141.
41 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

1971. Setelah melalui beberapa perbaikan dan penyempurnaan,


kurikulum ini dikenal dengan kurikulum 1973.13 Komponen-komponen
kurikulum ini tidak hanya meliputi mata pelajaran agama, tetapi juga
mata pelajaran umum dan kejuruan. Pada tingkat Ibtidaiyah ditempuh
selama tujuh tahun dengan menempatkan tujuh mata pelajaran dalam
kelompok dasar, delapan mata pelajaran dalam kelompok pokok dan tiga
mata pelajaran dalam kelompok khusus. Pada tingkat Tsanawiyah
ditempuh selama tiga tahun dengan menempatkan mata pelajaran yang
sama dengan tingkat Ibtidaiyah dengan menambah kelompok
ekstrakurikuler. Sedangkan pada tingkat Aliyah struktur muatan
kurikulumnya sama dengan tingkat Tsanawiyah, hanya menambah mata
pelajaran tertentu di masing-masing kelompok. Dengan adanya
penetapan kurikulum ini dapat memberikan makna penting bagi
madarasah diantaranya, pertama, adanya standar pendidikan madarasah
pada setiap jenjang, kedua, adanya acuan mata pelajaran yang dapat
dijadikan landasan dalam pengembangan bagi pendidikan di Madrasah.
Selanjutnya usaha pengembangan dan pembenahan madrasah terus
digulirkan oleh Departemen Agama dengan memikirkan kemungkinan
mengintegrasikan madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional.
Pada tahun 1975, Kementrian Agama yang dipimpin oleh Dr.
Mukti Ali, MA juga berupaya keras untuk menghilangkan dualisme
sistem pendidikan menuju mono sistem pendidikan dengan cara
mengintegrasikan madrasah kedalam sistem pendidikan nasional. Hal ini
ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3
Menteri pada tanggal 24 Maret tahun 1975 yang ditandatangani oleh
Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri
Dalam Negeri. Adapun isi dari SKB tersebut sebagai berikut :
1) Madrasah meliputi tiga tingkatan : MI setingkat dengan SD, MTS
setingkat dengan SMP dan MA setingkat dengan SMA.
2) Izajah madrasah dinilai sama dengan ijazah sekolah umum yang
sederajat dengan artian ijazah madrasah tidak hanya diakui oleh
13
Maksum, Madrasah Sejarah & Perkembangannya, hlm. 142.
42 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

Departemen Agama tetapi juga diakui oleh Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan Indonesia.14
3) Lulusan madrasah dapat melanjutkan kesekolah umum yang setingkat
lebih di atas.
4) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
Menurut SKB 3 Menteri, yang dimaksud dengan madrasah adalah
lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama islam
sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangngya 30%, disamping mata
pelajaran umum.
Keputusan SKB 3 Menteri ini diperkuat lagi dengan
dikeluarkannya SKB 2 Menteri, antara Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Menteri Agama pada tahun 1984 tentang Pengaturan
Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Sekolah Madrasah yang
isinya antara lain, penyamaan mutu lulusan madrasah dan dapat
melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah umum yang lebih tinggi.15
Sebagai dari tindak lanjut SKB 2 Menteri, lahirlah kurikulum 1984 untuk
madrasah yang tertuang dalam dalam Keputusan Menteri agama Nomor
99-101 Tahun 1984 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah.
Selain kebijakan SKB 3 Menteri, juga terdapat kebijakan
Kementrian Agama untuk mengintegrasikan madrasah ke dalam Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No. 2 tahun 1989 tentang SISPENAS yang menjelaskan bahwa
madrasah berada dibawah aturan Undang-Undang SISPENAS (Sistem
Pendidikan Nasional).16 Madrasah juga diatur oleh peraturan pemerintah
yaitu PP No. 28 dan 29 Tahun 1990 sebagai pelaksana undang-undang
sebelumnya. Selanjutnya untuk menindaklanjuti pelaksanaan peraturan
pemerintah, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri
Agama masing-masing membuat Surat Keputusan. Sehingga dapat di
pahami bahwa madrasah dikelompokkan kepada sekolah umum yang

14
Nur Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 396.
15
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 357.
16
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 358.
43 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

bercirikan khas agama Islam, maka seluruh muatan kurikulum sekolah


masuk menjadi program madrasah ditambah dengan mata pelajaran
agama sebgai ciri khas keislaman. Berkenaan dengan ini, madrasah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah memiliki kurikulum yang sama
dengan sekolah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, ditambah
dengan ciri keislamannya yang tertuang dalam kurikulum.
Selanjutnya pada masa ini, pemerintah melalui Departemen agama
yang dipimpin oleh Prof. Munawir Sadzali, MA membuat terobosan baru
dalam mengembangkan Madrasah Aliyah dengan mendirikan Madrasah
Aliyah Program Khusus (MAPK) segaimana yang tertuang dalam surat
keputuasan Mentri Agama No. 371 dan No 374 Tahun 1993.17 Program
MAPK diadakan, karena kebijakan sebelumnya yaitu SKB 3 atau 2
Menteri ini dianggap telah merubah kurikulum pada madrasah sebelum-
sebelumnya dengan hanya memberikan porsi pengajaran agama sebesar
30 %. Adapun tujuan program MAPK adalah melakukan pembibitan
calon-calom ulama’ dan meningkatkan kualitas pilihan ilmu-ilmu agama
yang sudah ada dengan memberikan porsi prosentase pendidikan agama
yang tinggi yaitu agama 70 % dan umum 30 %. Dengan adanya program
Madrasah Aliyah Program Khusus ini diharapkan porsi belajar tantang
agama lebih dominan daripada mata pelajaran umum.
d. Pekembangan madrasah pada masa reformasi (1997-sekarang)
Pada masa reformasi ditandai dengan adanya otonomi daerah dan
desentralisasi pendidikan. Perkembangan madrasah pada masa ini
terdapat beberapa perubahan, diantaranya: perubahan dalam pengelolaan,
dimana penyelenggaraan pendidikan agama diserahkan kepada
Kabupaten/Kota sesuai dengan asas desentralisasi, perubahan dalam
aspek pemberdayaan masyarakat, dan perubahan partisipasi masyarakat.
Selain kebijakan diatas, perkembangan madrasah pada masa
reformasi juga diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang diadalam lebih banyak
mengatur penyelenggaraan suatu sistem pendidikan nasional baik yang
17
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 359.
44 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

berhubungan dengan kedudukan, fungsi, jalur, jenjang, jenis dan bentuk


kelembagaan madrasah.18 Dalam Undang-Undang ini lebih
memperkokoh kedudukan madrasah sebagai lembaga yang memiliki
kesamaan dan kesetaraan.
Adapun fungsi, peranan dan status madrasah dalam UU No. 20
2003 secara substansial tidak jauh berbeda dengan madrasah pada UU
No. 2 tahun 1989. Hanya saja dilihat dari yuridisnya, madrasah pada UU
No.20 tahun 2003 lebih kuat dan kokoh, karena penyebutan madrasah
sudah masuk dalam batang tubuh Undang-Undang, berbeda halnya
dengan UU No.2 tahun 1989, peristilahan madrasah hanya diatur pada
peraturan pemerintah dan surat keputusan menteri.19
Madrasah pada periode ini telah memasuki era madrasah sebagai
sekolah yang berciri khas agama Islam. Dari struktur kurikulumnya sama
dengan sekolah. Adapun ciri khas keislaman dapat diwujudkan dalam
bentuk pelajaran keislaman, begitu juga suasana lingkungan sekolah yang
Islami, serta pendidik dan peserta didiknya yang memiliki ciri keislaman.

18
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 365.
19
Hidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: KEncana Prenada Media Group, 2007), hlm. 119.
45 Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2, Oktober 2018

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Hidar Putra, 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan


di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasbullah, 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT


RajaGarfindo Persada.

Huda, Nur, 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Maksum, 1999. Madrasah Sejarah & Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana


Ilmu.

Nizar, Samsul, 2013. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ramayulis, 2012. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

You might also like