Iman Dan Kesadaran Dalam Visi Sinoptik: Dimas Aditya Wicaksono
Iman Dan Kesadaran Dalam Visi Sinoptik: Dimas Aditya Wicaksono
#baitul falsafah
“Every minister in every faith is like a jazz musician, keeping traditions alive by
playing the beloved standards the way they are supposed to be played, but also
incessantly gauging and deciding, slowing the pace or speeding up, deleting or
adding another phrase to a prayer, mixing familiarity and novelty in just the
right proportions to grab the minds and hearts of the listeners in attendance.
The best performances are not just like good music; they are a kind of music.”
Kata kunci:
• iman (faith) : ‘belief based not on empirical or logical justification but on devotion’
• kesadaran (consciousness)
• visi sinoptik
pertanyaan utama:
“bagaimana iman, sebagai suatu jenis belief, di(re)konstruksi dalam
keseharian di hadapan pengetahuan saintifik (ilmu dan filsafat)?”
konseptualisasi berupa
‘imaji’ dunia dalam
perkara linguistik
#dua imaji atas dunia
Imaji Keseharian
Imaji Saintifik
(Manifest Image)
(Scientific / postulational / theoretical Image)
• dunia sebagaimana hadir atau terajawantah (manifested)
dalam keseharian pada kesadaran • dunia sebagaimana dikonstruksi oleh sains
• primitif/pra-historis • non-primitif
• prinsip dinamika berupa ekstensi linguistik (e.g. analogi, • prinsip dinamika dan enkodifikasi melalui aktivitas
metafora), personifikasi, dan reifikasi saintifik
• enkodifikasi melalui sitematisasi oleh filsafat perennial • bersifat a) indirect-empirical, b) terkadang kontra-
(e.g. Aristotelian, fenomenologis Kontinental, OLP) intuitif, c) non-homogen, d) postulatif terhadap
realitas non-observabel, dan e) objektif
• bersifat a) common-sensical, b) directly-perceptual, c)
person-centered, d) homogen, e) folk-psychological, dan f) • merupakan unifikasi dari beragam imaji-imaji yg
perskpektival lebih spesifik (e.g. imaji fisika,biologi, psikologi,
sosiologi, dkk.)
• niscaya tidak lengkap secara eksplanatoris!
#persoalan
solusi Sellarsian:
b) keluhuran/dignitas
▪ fungsi penciptaan tatanan dan stabilitas (sosiologis-budaya)
#dualisme tubuh-jiwa
▪ rekonsiliasi antara imaji keseharian dan imaji saintifik atas dunia mengandaikan disrupsi terus
menerus terhadap iman melalui kemajuan sains (dgn efek ‘berbahaya’ atau ‘korosif’ dari sains tsb)
• bahasa selalu ‘terinfeksi’ oleh teori dan muatan-muatan konseptual lainnya (van
Fraassen, The Scientific Image and the Manifest Image, 1999)
• bahasa melalui metafora selalu mengandung bagasi ontologis habitual
(e.g. metafisika “containment” dan mereologi)
(Lakoff dalam Ross, Every Thing Must Go, 2007: 3-4)
e.g. masuk ke dalam lingkaran pertemanan, keluar dari masalah, dunia terbuat
dari air/api/tanah/udara, dst.
#maka dari itu
tetapi mengapa?
1. kita tetaplah kehidupan organik dengan tingkat kecerdasan paling canggih di antara
kehidupan organik lain
2. tingkat kecerdasan yg canggih itu yg memungkinkan kita untuk memiliki agensi atau
pertanggungjawaban moral terhadap dunia dan kehidupan
3. mayoritas ilmuwan dan filsuf sepakat: makna tidak dapat direduksi pada penjelasan
pada tingkat yg lebih rendah (fisika atau kimia)