1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, Halaman 55-61 Submitted: 1 Maret 2021

Online di: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/ Accepted: 24 April 2021

FAKTOR IBU DAN WAKTU PEMBERIAN MPASI BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
BALITA DI KABUPATEN KUPANG

Asweros Umbu Zogara*, Meirina Sulastri Loaloka, Maria Goreti Pantaleon

Program Studi Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang,


Jalan RA. Kartini I, Kelapa Lima, 85228, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
*Korespondensi : E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Background:Children under five years old are very prone to the health problems due to a nutritional problem
because they are the beginning of children's growth and development. Children who are malnourished will be at
risk of experiencing health problems in the future. The causes of nutritional problems in children were the factor of
parents because they are still dependent on their parents, and early complementary feeding.
Objectives:The aim of this study was to analyze the relationship between maternal factors and the timing of
complementary feeding with the nutritional status of children under five in Kabupaten Kupang.
Methods:The research was conducted in Desa Oefeto and Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang
on September to December 2019. The research was used cross sectional design study. The research sample
consisted of 229 children and the data were analyzed by using the chi square test.
Results:The results showed that the factors related to the nutritional status of children under five were mother's
education (p value = 0.001), maternal nutritional knowledge (p value = 0.001), maternal nutritional behavior (p
value = 0.001), and the time of giving complementary foods (p value = 0.001), while mother's job (p value = 0.783),
and the mother's attitude about nutrition (p value = 0.355) were not related to the nutritional status of children
under five.
Conclusion:Interventions need to be carried out on factors related to the nutritional status of children under five,
including increasing nutritional knowledge and the application of maternal nutritional behavior.

Keywords: children under five, complementary feeding, maternal factors, nutritional status

ABSTRAK

Latar belakang: Balita sangat rawan mengalami gangguan kesehatan akibat dari masalah gizi karena balita menjadi
awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko mengalami masalah
kesehatan di masa mendatang. Penyebab masalah gizi pada balita antara lain, faktor orang tua karena balita masih
sangat bergantung dengan orang tua, serta pemberian MPASI dini.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor ibu dan waktu pemberian MPASI
dengan status gizi balita di Kabupaten Kupang.
Metode: Penelitian dilaksanakan di Desa Oefeto dan Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang pada
bulan September sampai Desember 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional. Sampel
penelitian berjumlah 229 balita dan data dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita adalah pendidikan ibu
(p value=0,001), pengetahuan gizi ibu (p value=0,001), perilaku gizi ibu (p value=0,001), dan waktu pemberian
MPASI (p value=0,001), sedangkan pekerjaan ibu (p value= 0,783), dan sikap ibu tentang gizi (p value=0,355) tidak
berhubungan dengan status gizi balita.
Kesimpulan: Intervensi perlu dilakukan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita, antara
lain peningkatan pengetahuan gizi, serta penerapan perilaku gizi ibu.

Kata kunci: balita, MPASI, faktor ibu, status gizi

Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 56

PENDAHULUAN kecacatan, tingginya angka kesakitan dan


Masalah gizi pada balita masih menjadi percepatan kematian.7
masalah kesehatan di banyak negara. Di sebagian Salah satu penyebab masalah gizi pada
besar negara, masalah gizi terjadi karena balita adalah faktor orang tua karena balita masih
kekurangan dan kelebihan asupan zat gizi, serta sangat bergantung dengan orang tua. Selain itu,
penyakit infeksi, sedangkan di negara berkembang praktek pemberian makan juga turut
dan miskin, persoalan gizi terutama berkaitan mempengaruhi status gizi anak. Praktek pemberian
dengan kekurangan asupan sehingga makan yang dimaksud adalah pemberian makanan
mengakibatkan defisiensi zat gizi, seperti pendamping ASI (MPASI) dini. Faktor orang tua
kekurangan energi, protein, zat besi, iodium, dan yang berhubungan dengan masalah gizi pada
kekurangan mineral mikro lainnya.1 Sebelum balita, antara lain pendidikan8 dan pekerjaan orang
pandemi Covid 19 melanda dunia, diperkirakan 47 tua9, serta pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
juta balita terdampak wasting. Ini dapat diartikan tentang gizi.10–12
sekitar 6,7 balita mengalami wasting pada 12 bulan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pertama saat pandemi, yang mana 80% berada di merekomendasikan bayi menyusui secara eksklusif
Sub Sahara Afrika dan Asia Selatan dan lebih dari untuk 6 bulan pertama kehidupan, diikuti dengan
10.000 balita meninggal setiap bulannya pada pengenalan makanan pelengkap yang memadai.13
periode yang sama.2,3 Data lainnya di India tahun Akan tetapi, banyak ibu yang telah memberikan
2017 menunjukkan prevalensi stunting berkisar makanan dan minuman lain selain ASI sebelum
16,4% sampai 62,8%, wasting 5,5% sampai 30%, anak berumur 6 bulan. Beberapa faktor yang
dan underweight 11% sampai 51%.4 mempengaruhi ibu memberikan MPASI dini,
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun antara lain pengetahuan ibu yang rendah tentang
2018 menunjukkan 3,5% dan 6,7% balita ASI eksklusif dan MPASI, serta ibu tidak
mengalami masalah gizi sangat kurus dan kurus. mengetahui tahapan pemberian MPASI yang
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan tepat.14 Faktor budaya dan peran nenek turut
salah satu provinsi di Indonesia yang angka mempengaruhi ibu dalam memberikan MPASI
masalah gizi melebihi angka nasional. Berdasarkan dini.15
indikator BB/TB, sebanyak 4,6% dan 8,2% balita Pemberian MPASI terlalu awal dapat
mengalami sangat kurus dan kurus. Kabupaten meningkatkan risiko kesakitan dan kematian
Kupang menjadi salah satu kabupaten di Provinsi bayi.15 Pemberian MPASI dini meningkatkan
NTT yang persentase balita bermasalah gizi cukup resiko penyakit infeksi, penghentian menyusui dan
tinggi. Persentase balita gizi sangat kurus sebanyak peningkatan konsumsi makanan manis dan
3,83% dan gizi kurus 8,89%. Selain itu, balita yang berlemak. Ibu yang memberikan MPASI tepat
mengalami gizi buruk dan gizi kurang masing- waktu memiliki balita yang status gizi lebih baik
masing sebanyak 6,12% dan 30,21%. Masalah menurut indikator BB/TB dibandingkan ibu yang
pendek dan sangat pendek juga banyak terjadi pada lebih awal memberikan MPASI kepada balita.16
balita sebanyak 27,71% dan 13,73%.5 Anak yang mendapatkan MPASI tepat waktu
Balita sangat rawan mengalami gangguan kurang berisiko mengalami malnutrisi kronis
kesehatan akibat dari masalah gizi karena balita sebesar 25%.17
menjadi awal dari pertumbuhan dan perkembangan Desa Oefeto dan Desa Raknamo berada
anak. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko dalam wilayah Kecamatan Amabi Oefeto di
mengalami penurunan IQ, penurunan imunitas dan Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
produktivitas, masalah kesehatan mental dan Timur dan terletak tidak jauh dari ibukota
emosional, serta kegagalan pertumbuhan.6 Gizi kecamatan. Jumlah penduduk di Desa Raknamo
kurang pada balita, membawa dampak negatif lebih banyak dibandingkan Desa Oefeto.
terhadap pertumbuhan fisik maupun mental, yang Berdasarkan penelusuran literatur, belum ada
selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. penelitian sebelumnya tentang masalah gizi pada
Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, balita di Desa Raknamo dan Desa Oefeto.
menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita,
serta dampak yang lebih serius adalah timbulnya
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 57

METODE nilai >60% dan kurang jika nilai ≤60%. Waktu


Desain penelitian yang digunakan yaitu pemberian MPASI dibagi dalam 2 kategori, yaitu
cross sectional. Penelitian dilakukan dari bulan MPASI tepat waktu jika diberikan setelah umur 6
September sampai Desember 2019 di Desa Oefeto bulan dan MPASI dini jika diberikan sebelum
dan Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, umur 6 bulan. Peneliti menggunakan teknik
Kabupaten Kupang. Sampel dalam penelitian ini probing dalam proses wawancara agar responden
adalah balita berusia 0-59 bulan dengan jumlah dapat mengingat kembali riwayat pemberian
229 balita. Kriteria inklusi dalam penelitian ini MPASI. Teknik analisis data yang digunakan
adalah balita berusia 0-59 bulan, bertempat tinggal adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis
di Desa Oefeto dan Desa Raknamo, serta bersedia univariat digunakan untuk melihat distribusi
ikut serta dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi, frekuensi dari variabel yang diteliti. Analisis
yaitu balita mengalami sakit dan tidak berada di bivariat digunakan untuk melihat hubungan faktor
tempat tinggal saat pengambilan data. Sampel orang tua dan waktu pemberian MPASI dengan
dipilih menggunakan teknik simple random status gizi pada balita menggunakan uji chi square
sampling. Cara pemilihan sampel, yaitu peneliti pada batas nilai p value sebesar 0,05. Jika ada
mengumpulkan data balita dari Puskesmas variabel yang tidak memenuhi syarat uji chi
Fatukanutu, kemudian peneliti memilih secara acak square, maka uji statistik yang digunakan adalah
berdasarkan data balita tersebut. Variabel uji fisher exact.
penelitian meliputi variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas meliputi faktor ibu dan HASIL
pemberian MPASI dini. Faktor ibu meliputi Tabel 1 menunjukkan sebagian besar ibu
pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahuan, sikap, tidak bekerja (90,4%), sedangkan ibu
dan perilaku gizi ibu. Variabel terikat, yaitu status berpendidikan SD (39,7%). Ibu yang
gizi yang diperoleh dengan pengukuran tinggi atau berpengetahuan gizi kurang (52,8%) lebih banyak
panjang badan dan berat badan. Berat badan dibandingkan berpengetahuan gizi baik (47,2%).
ditimbang menggunakan timbangan digital. Sebagian besar ibu memiliki sikap gizi yang baik
Panjang badan diukur bagi balita berusia <2 tahun (57,6%), sedangkan lebih banyak ibu berperilaku
menggunakan length board, sedangkan tinggi gizi kurang (52,0%). Balita yang memperoleh
badan bagi balita berusia ≥2 tahun menggunakan MPASI tepat waktu (58,1%) lebih banyak
microtoise. Penimbangan berat badan dan dibandingkan MPASI dini (41,9%).
pengukuran panjang badan atau tinggi badan Tabel 2 menggambarkan hubungan variabel
dilakukan satu kali. Selanjutnya status gizi faktor ibu dan waktu pemberian MPASI dengan
dihitung menggunakan indikator BB/TB atau status gizi balita. Hasil uji statistik menunjukkan
BB/PB dengan software WHO Anthro. Balita pendidikan ibu berhubungan dengan status gizi
dikategorikan sangat kurus apabila nilai z-score <- balita (p=0,001). Balita yang bermasalah gizi lebih
3 SD, kurus (-3) – (-2) SD, dan gizi baik (-2) – 2 banyak memiliki ibu berpendidikan rendah
SD. dibandingkan balita berstatus gizi baik. Hasil uji
Data faktor ibu diperoleh menggunakan statistik menunjukkan pengetahuan (p = 0,001) dan
kuesioner. Data pendidikan ibu dibagi dalam dua perilaku gizi ibu (p=0,001) berhubungan dengan
kelompok, yaitu berpendidikan tinggi (tamat SMA status gizi balita. Hasil uji statistik menunjukkan
dan tamat perguruan tinggi) dan berpendidikan waktu pemberian MPASI berhubungan dengan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, status gizi balita (p=0,001). Balita yang
dan tamat SMP). Data pekerjaan ibu memperoleh MPASI dini lebih banyak mengalami
dikelompokkan berdasarkan dua ketegori, yaitu masalah gizi, yaitu kurus dan sangat kurus. Pada
bekerja dan tidak bekerja (ibu rumah tangga). variabel pekerjaan ibu dapat dilihat bahwa
Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu sebagian besar ibu tidak bekerja, baik pada balita
dikumpulkan melalui proses wawancara gizi baik dan kurus. Hasil uji statistik menunjukkan
menggunakan kuesioner dan dibagi dalam 2 pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi
kategori, yaitu baik dan kurang. Kategori baik jika balita (p=0,355).

Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X


Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 58

Tabel 1. Distribusi frekuensi variabel penelitian

Variabel penelitian n %
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja 207 90,4
Bekerja 22 9,6
Pendidikan ibu
Pendidikan tinggi 169 73,8
Pendidikan rendah 60 26,2
Pengetahuan gizi ibu
Baik 108 47,2
Kurang 121 52,8
Sikap gizi ibu
Baik 132 57,6
Kurang 97 42,4
Perilaku gizi ibu
Baik 110 48,0
Kurang 119 52,0
Waktu pemberian MPASI
MPASI tepat waktu 133 58,1
MPASI dini 96 41,9

Tabel 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi


Gizi baik Kurus Sangat kurus
Faktor-faktor p value
n % n % n %
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja 139 90,8 33 91,7 35 87,5 0,783
Bekerja 14 9,2 3 8,3 5 12,5
Pendidikan ibu
Pendidikan tinggi 101 66,0 32 88,9 36 90,0 0,001
Pendidikan rendah 52 34,0 4 11,1 4 10,0
Pengetahuan ibu
Baik 88 57,5 10 27,8 6 15,0 0,001
Kurang 65 42,5 26 72,2 34 85,0
Sikap ibu
Baik 86 56,2 19 52,8 27 67,5 0,355
Kurang 67 43,8 17 47,2 13 32,5
Perilaku ibu
Baik 92 60,1 8 22,2 10 25,0 0,001
Kurang 61 39,9 28 77,8 30 75,0
Waktu pemberian MPASI
MPASI tepat waktu 108 70,6 16 44,4 9 22,5 0,001
MPASI dini 45 29,4 20 55,6 31 77,5

Penelitian ini menunjukkan lebih banyak ibu pengetahuan ibu berhubungan dengan status gizi
berpengetahuan kurang memiliki balita kurus. balita. Penelitian lain di Banyumas (2016) dan
Hasil ini sama dengan penelitian di Nigeria.11 Di Aceh (2020) juga menemukan hasil yang sama.21,22
lokasi penelitian, sebagian besar ibu mendapatkan Rendahnya pengetahuan tentang gizi
informasi gizi hanya di posyandu sebulan sekali. menggambarkan kurangnya pendidikan gizi bagi
Kurangnya sumber informasi tentang gizi ibu. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan rendahnya
mengakibatkan banyak ibu yang berpengetahuan tingkat pendidikan ibu.23 Pengetahuan ibu tentang
gizi kurang. Hasil uji statistik menunjukkan gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 59

terhadap jenis dan jumlah makanan yang lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan
dikonsumsi oleh anaknya. Oleh karena itu, padat.29
pengetahuan ibu diharapkan berperan dalam Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian
peningkatan status gizi balita.24 Ibu dengan tingkat besar ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
pengetahuan yang lebih baik kemungkinan besar Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
akan menerapkan pengetahuannya dalam Rohimah, et al (2015) di Kota Tangerang Selatan
mengasuh anaknya, khususnya memberikan dan Beiersmannm et al (2013) di Burkina Faso. 30,31
makanan sesuai dengan zat gizi yang diperlukan Uji statistik menunjukkan pekerjaan ibu tidak
oleh balita, sehingga balita tidak mengalami berhubungan dengan status gizi pada balita. Dua
kekurangan asupan makanan.6 penelitian lain di Ethiopia oleh Woldeamanuel dan
Uji statistik menunjukkan perilaku gizi ibu Tesfaye (2019), serta Amare et al (2019) juga
berhubungan dengan status gizi balita. Hasil yang menemukan hasil yang sama.32,33 Di lokasi
sama ditemukan oleh penelitian Hartono, dkk penelitian, kebanyakan ibu tidak bekerja karena
(2017) di Kalimantan Selatan dan Fajriani, dkk sebagian besar masyarakat masih menganggap
(2020) di Aceh.22,25 Perilaku gizi yang tugas utama ibu adalah mengurus rumah tangga,
ditanyakan dalam penelitian ini, yaitu pemberian sedangkan tugas ayah adalah bekerja.
ASI, pemberian makan, penimbangan di posyandu, Sikap ibu tentang gizi tidak berhubungan
pemberian vitamin A, imunisasi, kebiasaan sarapan dengan status gizi pada balita. Sikap bukan suatu
dan jajanan, serta penggunaan garam beryodium. tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
Perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. faktor predisposisi bagi seseorang untuk
Pada penelitian Jayanti, dkk (2011) menunjukkan berperilaku. Sikap seseorang dipengaruhi oleh
adanya korelasi positif antara pengetahuan dan faktor internal, antara lain faktor psikologis dan
perilaku gizi ibu.26 Artinya semakin tinggi tingkat fisiologis. Faktor eksternal berupa intervensi yang
pengetahuan gizi, maka semakin baik perilaku gizi datang dari luar individu misalnya berupa
ibu. pendidikan, pelatihan dan lainnya.34 Sikap belum
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tentu langsung dapat terwujud dalam bentuk
waktu pemberian MPASI berhubungan dengan perilaku karena diperlukan faktor pendukung
status gizi balita. Hasil yang sama juga didapatkan lainnya, yaitu faktor lingkungan dan keluarga.35
oleh penelitian Asfaw, et al. (2015) di Ethiopia dan
Jemide, et al. (2016) di Nigeria.12,27 Penelitian ini SIMPULAN
menyebutkan bahwa balita yang memperoleh Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi
MPASI dini lebih banyak mengalami masalah kurus pada balita adalah pendidikan, tingkat
kurus dan sangat kurus dibandingkan balita yang pengetahuan dan perilaku gizi ibu, serta waktu
mendapatkan MPASI tepat waktu. Pemberian pemberian MPASI, sedangkan yang tidak
MPASI dini dapat mengganggu pemberian ASI berhubungan dengan status gizi balita adalah
eksklusif serta menjadikan bayi rentan terhadap pekerjaan ibu dan sikap ibu tentang gizi.
penyakit karena enzim pencernaan pada bayi Tenaga kesehatan di Puskesmas Futukanutu
belum mencapai jumlah yang cukup untuk perlu melakukan sosialisasi mengenai gizi secara
mencerna makanan kasar sampai usia 6 bulan.28 terus menerus sehingga meningkatkan pengetahuan
Penyakit infeksi akan mengurangi nafsu makan gizi ibu. Selain itu perlu juga dilakukan
dan secara langsung mempengaruhi metabolisme pengawasan mengenai perilaku ibu yang berkaitan
zat gizi dan menyebabkan rendahnya pemanfaatan dengan gizi. Pihak pemerintah Desa Oefeto dan
zat gizi sehingga dapat mengakibatkan masalah Raknamo harus mendukung seluruh program
gizi.1 Dalam pemberian MPASI, yang perlu kesehatan termasuk yang berkaitan dengan
diperhatikan adalah usia pemberian MPASI, jenis peningkatan status gizi balita.
MPASI, frekuensi dalam pemberian MPASI, porsi
pemberian MPASI, dan cara pemberian MPASI UCAPAN TERIMA KASIH
pada tahap awal. Pemberian makanan tambahan Tim peneliti menghaturkan banyak terima
harus bervariasi, dari bentuk bubur cair kebentuk kasih kepada Poltekkes Kemenkes Kupang,
bubur kental, sari buah, buah segar, makanan Pemerintah Kabupaten Kupang, dan Kepala
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 60

Puskesmas Fatukanutu, serta Kepala Desa Oefeto knowledge, infant feeding practices and
dan Desa Raknamo yang mengizinkan peneliti nutritional status of children (0-24 Months) in
melakukan pengambilan data penelitian, serta Lagos State, Nigeria. Eur J Nutr Food Saf.
seluruh pihak terkait yang telah membantu dalam 2014; 4(4): 364–74.
bentuk dukungan moril, tenaga maupun materi 11. Berra WG. Knowledge, Perception and
sehingga dapat terlaksananya penelitian ini. practice of mothers/caretakers and family’s
regarding child nutrition (under 5 years of age)
DAFTAR PUSTAKA in Nekemte Town, Ethiopia. 2013; 2(4): 78–
1. Kuntari T, Jamil NA, Kurniati O. Faktor risiko 86.
malnutrisi pada balita. Kesmas Natl Public 12. Jemide J, Ene-Obong H, Edet E, Udoh E.
Heal J. 2013; 7(12): 572–6. Association of maternal nutrition knowledge
2. Fore HH, Dongyu Q, Beasley DM, and child feeding practices with nutritional
Ghebreyesus TA. Child malnutrition and status of children in Calabar South Local
COVID-19: the time to act is now. Lancet. Government Area, Cross River State, Nigeria.
2020; 396: 517–8. Int J Home Sci. 2016; 2(1): 293–8.
3. Headey D, Heidkamp R, Osendarp S, Ruel M, 13. Qasem W, Fenton T, Friel J. Age of
Scott N, Black R, et al. Impacts of COVID-19 introduction of first complementary feeding for
on childhood malnutrition and nutrition-related infants: A systematic review. BMC Pediatr.
mortality. Lancet. 2020; 396: 519–21. 2015; 15: 107.
4. Hemalatha R, Pandey A, Kinyoki D, Ramji S, 14. Zogara AU, Hadi H, Arjuna T. Riwayat
Lodha R, Kumar GA, et al. Mapping of pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini
variations in child stunting, wasting and sebagai prediktor terjadinya stunting pada
underweight within the states of India: the baduta di Kabupaten Timor Tengah Selatan,
Global Burden of Disease Study 2000–2017. E Nusa Tenggara Timur. J Gizi dan Diet
Clinical Medicine. 2020;22: 1-16. Indones. 2014; 2(1): 41–50.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan 15. Inayati D, Scherbaum V, Purwestri R,
Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Hormann E, Wirawan N, Suryantan J, et al.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun Improved nutrition knowledge and practice
2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: through intensive nutrition education: A study
Kemenkes RI. 2018. among caregivers of mildly wasted children on
6. Ni’mah C, Muniroh L. Hubungan tingkat Nias Island, Indonesia. Int Breastfeed J. 2012;
pendidikan, tingkat pengetahuan dan pola asuh 7(3): 117–27.
ibu dengan wasting dan stunting pada balita 16. Udoh EE, Amodu OK. Complementary
keluarga miskin. Media Gizi Indones. 2015; feeding practices among mothers and
10(1): 84–90. nutritional status of infants in Akpabuyo Area,
7. Rahim FK. Faktor risiko underweight balita Cross River State Nigeria. Springerplus. 2016;
umur 7-59 bulan. KESMAS-J Kesehat Masy. 5(2073): 1–19.
2014; 9(2): 115–21. 17. Saaka M, Wemakor A, Abizari AR, Aryee P.
8. Rachmi CN, Agho KE, Li M, Baur LA. How well do WHO complementary feeding
Stunting, underweight and overweight in indicators relate to nutritional status of
children aged 2.0-4.9 years in Indonesia: children aged 6-23 months in rural Northern
Prevalence trends and associated risk factors. Ghana? BMC Public Health. 2015; 15(1157):
PLoS One. 2016; 11(5): 1–17. 1–12.
9. Putri D, Wahyono T. Faktor langsung dan 18. Novignon J, Aboagye E, Agyemang OS,
tidak langsung yang berhubungan dengan Aryeetey G. Socioeconomic-related
kejadian wasting pada anak umur 6 – 59 bulan inequalities in child malnutrition: evidence
di Indonesia tahun 2010. Media Heal Res Dev. from the Ghana multiple indicator cluster
2013; 23(3): 110–21. survey. Health Econ Rev. 2015; 5(34): 1–11.
10. Akeredolu I, Osisanya J., Seriki-Mosadolorun 19. Akombi BJ, Agho KE, Hall JJ, Wali N,
J., Okorafor U. Mothers’ nutritional Renzaho AMN, Merom D. Stunting, wasting
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021, 61

and underweight in Sub-Saharan Africa: A factors among children aged between six to
systematic review. Int J Environ Res Public fifty nine months in Bule Hora district, South
Health. 2017; 14(863): 1–18. Ethiopia. BMC Public Health. 2015; 15(41):
20. Akombi BJ, Agho KE, Merom D, Hall JJ, 1–9.
Renzaho AM. Multilevel analysis of factors 28. Damayanti RA, Muniroh L, Farapti F.
associated with wasting and underweight Perbedaan tingkat kecukupan zat gizi dan
among children under-five years in Nigeria. riwayat pemberian ASI eksklusif pada balita
Nutrients. 2017;9(1): 44. stunting dan non stunting. Media Gizi Indones.
21. Purwanti R, Wati EK, Rahardjo S. 2017; 11(1): 61–9.
Karakteristik keluarga yang berhubungan 29. Lestari MU, Lubis G, Pertiwi D. Hubungan
dengan status gizi balita umur 6- 59 bulan. pemberian makanan pendamping asi (mp-asi)
Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Kota
of Nutrition). 2016; 5(1): 50–4. Padang Tahun 2012. J Kesehat Andalas. 2014;
22. Fajriani F, Aritonang EY, Nasution Z. 3(2): 188–90.
Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan 30. Rohimah E, Kustiyah L, Hernawati N. Pola
gizi seimbang keluarga dengan status gizi anak konsumsi, status kesehatan dan hubungannya
balita usia 2-5 tahun. J Ilmu Kesehat Masy. dengan status gizi dan perkembangan balita. J
2020; 9(1): 1–11. Gizi dan Pangan. 2015; 10(2): 93–100.
23. Imdad A, Yakoob MY, Bhutta ZA. Impact of 31. Beiersmann C, Lorenzo JB, Bountogo M,
maternal education about complementary Tiendrébeogo J, Gabrysch S, Yé M, et al.
feeding and provision of complementary foods Malnutrition determinants in young children
on child growth in developing countries. BMC from Burkina Faso. J Trop Pediatr. 2013;
Public Health. 2011; 11(Suppl 3): S25--S39. 59(5): 372–9.
24. Octaviani IA, Margawati A. Hubungan 32. Woldeamanuel BT, Tesfaye TT. Risk factors
pengetahuan dan perilaku ibu buruh pabrik associated with under-five stunting, wasting,
tentang kadarzi (keluarga sadar gizi) dengan and underweight based on ethiopian
status gizi anak balita (studi di Kelurahan demographic health survey datasets in Tigray
Pagersari, Ungaran). Journal of Nutrition Region, Ethiopia. J Nutr Metab. 2019.
College. 2012; 1(1): 46–54. 33. Amare ZY, Ahmed ME, Mehari AB.
25. Hartono H, Widjanarko B, EM MS. Hubungan Determinants of nutritional status among
perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dan children under age 5 in Ethiopia: Further
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada analysis of the 2016 Ethiopia demographic and
tatanan rumah tangga dengan status gizi balita health survey. Global Health. 2019; 15(1): 1–
usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The 11.
Indonesian Journal of Nutrition. 2017; 5(2): 34. Sofiyana D, Noer ER. Perbedaan pengetahuan,
88–97. sikap dan perilaku ibu sebelum dan setelah
26. Jayanti LD, Effendi YH, Sukandar D. Perilaku konseling gizi pada balita gizi buruk. Journal
hidup bersih dan sehat (phbs) serta perilaku of Nutrition College. 2013; 2(1): 134–44.
gizi seimbang ibu kaitannya dengan status gizi 35. Rakhmawati N, Panunggal B. Hubungan
dan kesehatan balita di Kabupaten Bojonegoro, pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
Jawa Timur. J Gizi dan Pangan. 2011; 6(3): pemberian makanan anak usia 12-24 bulan.
192–9. Journal of Nutrition College. 2014; 3(1): 43–
27. Asfaw M, Wondaferash M, Taha M, Dube L. 50.
Prevalence of undernutrition and associated

Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X

You might also like