ID Pengaruh Terapi Antituberkulosis Terhada

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Pengaruh Terapi Antituberkulosis Terhadap Pertumbuhan

Penderita Tuberkulosis Anak di Kota Jambi

Ave Olivia Rahman1, Esa Indah Ayudia2, Miftahurrahmah3


1,3
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Email: [email protected]

ABSTRACT
Background: Tuberculosis (TB) is still a major health problem in the world. Indonesia is in the top fifth
contributing to the highest number of TB cases in the world. Subdit TB Depkes RI 2000-2010 reported that
Jambi is one of the province with high proportion of pediatric TB, 5,2%. Tuberculosis can affect thH FKLOGUHQ¶V
growth. Combination of antituberculosis drugs are used in the therapy of tuberculosis. Some studies show that
the antituberculosis drugs cause side effects.
Methods: This is an observational research with cohort prospective design. Subjects are patients who
diagnosed as pediatric TB in RSUD Raden Mattaher, Puskesmas Putri Ayu, Puskesmas Simpang IV Sipin and
PPTI Jambi. Subjects have given informed consent. The recruitment of subject from July until September 2014
and followed until two month therapy. The primary data from interview and weight measurement, secondary
data from patients¶ medical records.
Results: Total subjects are 24 patients. The 87,5% subjects diagnosed as TB pulmonary and 12,5% subjects
diagnosed as TB extrapulmonary (meningitis TB, spondylitis TB and scrofuloderma). About 54,2% subjects are
above 4 years old. The location of patients¶ DGUHVVHV are 20,8% from Kecamatan Jambi Timur subdistrict,
followed respectively from Telanai, Kota baru, Pelayangan, Jelutung and Danau Teluk. The 79,2 % subjects
have close contact with positive TB adult patients. About 8,3% subjects experience loss of appetite, 4,1 %
experience naussea during therapy with antitubercular drugs. Based on weight/age criteria, about 91,7 %
subjects are categorized malnutrition and 8,3 % are well nutrition before therapy. There are different
significantly increasement of body weight before, after 1 month and 2 month of therapy (p<0,05).
Conclusion: There are significantly increasement of body weight before, after 1 month and 2 month of therapy
(p<0,05).

Keywords: Pediatric TB, growth weight, side effects

178
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Indonesia
menduduki peringkat kelima negara dengan kasus TB tertinggi di dunia. Laporan Subdit TB Depkes RI 2000-
2010 menunjukkan Jambi merupakan provinsi di Pulau Sumatra yang mempunyai proporsi pasien TB anak
cukup tinggi yaitu 5,2 %. Infeksi TB dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Pengobatan TB
menggunakan regimen OAT. Beberapa studi menyebutkan bahwa OAT mempunyai efek samping.
Tujuan Penelitian: Melihat gambaran karakteristik penderita TB anak di Kota Jambi, mengetahui pola
pertumbuhan berat badan pada penderita TB anak selama 2 bulan terapi dan mengetahui frekuensi efek
samping OAT pada TB anak.
Metode: Penelitian lapangan observasional dengan desain penelitian kohort prospektif. Subyek penelitian
adalah pasien TB anak yang terdiagnosa di RSUD Raden Mattaher, Puskesmas Putri Ayu, Puskesmas
Simpang IV Sipin dan PPTI Jambi yang memberikan inform consent, perekrutan dari bulan Juli sampai
September 2014. Data meliputi data primer berupa wawancara dan penimbangan berat badan, dan data
sekunder dari rekam medis.
Hasil: Jumlah subyek penelitian sebanyak 24 pasien TB anak. Sebanyak 87,5% subyek penelitian didiagnosis
dengan TB paru dan 12,5% anak menderita TB ekstra paru yaitu meningitis TB, spondilitis TB dan
skrofuloderma Sebesar 54,2% subyek berusia diatas 4 tahun. Sebanyak 20,8% subyek penelitian berasal dari
Kecamatan Jambi Timur, disusul secara berurutan Kecamatan Telanai, Kota baru, Pelayangan, Jelutung dan
Danau Teluk. Sebanyak 79,2 % subyek penelitian ini mempunyai kontak erat dengan anggota keluarga yang
diketahui mempunyai BTA positif. Sebanyak 8,3% mengalami penurunan nafsu makan dan 4,1 % mengalami
mual selama mengkonsumsi OAT. Berdasarkan kriteria BB/U sebanyak 91,7 % pasien TB anak sebelum
terapi tergolong malnutrisi dan 8,3 % gizi baik. Terdapat peningkatan yang bermakna antara berat badan
sebelum terapi dengan berat badan setelah 1 bulan dan 2 bulan terapi (p < 0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara berat badan sebelum terapi dengan berat badan setelah
1 bulan dan 2 bulan terapi (p < 0,05), dimana terjadi peningkatan berat badan setelah anak mendapat terapi
OAT.
Kata Kunci: TB anak, pertumbuhan, efek samping OAT

PENDAHULUAN penduduk dan insiden sebesar 228 per


Infeksi tuberkulosis (TB) merupakan masalah 100.000 penduduk. Pada tahun 2010 triwulan
kesehatan utama di dunia. Sepertiga 1 proporsi pasien TB Anak sebesar 9,9%.
penduduk dunia terinfeksi kuman tuberkulosis. Laporan Subdit TB Depkes RI 2000-2010
Indonesia menduduki peringkat kelima negara menunjukkan Jambi merupakan provinsi di
1
dengan kasus TB tertinggi di dunia. Pulau Sumatra yang mempunyai proporsi
Prevalensi seluruh kasus TB di Indonesia pasien TB anak cukup tinggi yaitu 5,2 %,
pada tahun 2009 sebesar 244 per 100.000 angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan

179
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

proporsi pasien TB anak di Provinsi Sumatra penglihatan dan peningkatan transaminase


13,14,15
Barat, Sumatra utara, Sumatra Selatan dan serum. Paparan OAT dalam jangka
2
NAD. waktu yang cukup lama, yaitu 6 bulan dapat
Permasalahan infeksi tuberkulosis anak lebih meningkatkan resiko penderita mengalami
komplek dibandingkan dengan penderita efek samping. Efek samping yang muncul
dewasa. Sumber penularan TB anak adalah dapat mempengaruhi keberlanjutan dan
3,8
penderita TB dewasa yang mempunyai kontak keberhasilan terapi.
erat dengan anak, yaitu salah satunya adalah Suatu daerah dapat mempunyai karakteristik
anggota keluarga. Pasien TB dengan BTA penderita yang berbeda dengan daerah
positif memberikan kemungkinan risiko lainnya, begitu pula dengan faktor-faktor
penularan lebih besar dari pasien TB dengan penularan infeksi TB. Pengetahuan mengenai
BTA negatif. Faktor yang mempengaruhi karakteristik penderita diperlukan dalam
kemungkinan seseorang menjadi pasien TB pengembangn program pemberantasan
adalah daya tahan tubuh yang rendah, infeksi TB. Penelitian ini dilakukan untuk
diantaranya malnutrisi. Adanya infeksi TB dan melihat gambaran awal mengenai karakteristik
malnutrisi pada anak dapat menggangu penderita TB anak, pertumbuhan dan efek
4,5,6,7,8
pertumbuhannya. Pertumbuhan anak samping terapi OAT di Kota Jambi.
dapat dipantau melalui berat badan ataupun
tinggi badan dan dibandingkan dengan nilai METODE
standar berat badan ataupun tinggi badan Penelitian ini merupakan penelitian
10,11,12
berdasarkan usia. observasional studi kohort prospektif untuk
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang melihat karakteristik demografi pasien TB
digunakan oleh Program Nasional anak, pola efek samping OAT dan menilai
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia pertumbuhan anak penderita TB sebelum dan
untuk kategori anak adalah isoniazid, sesudah 2 bulan terapi OAT. Perekrutan
rifampisin dan pirazinamid yang diberikan subyek pasien dilaksanakan di RSUD Raden
setiap hari pada 2 bulan pertama dilanjutkan Mattaher, Puskesmas Putri Ayu, Puskesmas
dengan isoniazid dan rifampisin yang Simpang IV Sipin dan PPTI Jambi dari bulan
diberikan setiap hari pada 4 bulan berikutnya. Juli sampai September 2014. Subjek
Besarnya dosis ditentukan berdasarkan berat dimonitoring selama 2 bulan terapi.
badan anak. Beberapa studi menyebutkan Penentuan Puskesmas/BP4 sebagai tempat
bahwa OAT mempunyai efek samping antara penelitian berdasarkan insidens terbanyak
lain gangguan saluran cerna, nyeri sendi dan kasus TB anak dan kesediaan kerjasama.
kesemutan, warna merah pada urin, gatal dan Orang tua dan pasien TB anak kasus baru
kemerahan pada kulit, gangguan yang datang berobat ke RS/Puskesmas/PPTI
pendengaran dan keseimbangan, gangguan diberikan inform consent untuk kesediaannya

180
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian Menerima pengobatan OAT, Subyek atau
kemudian diwawancara untuk pengisian orang tuanya bersedia memberikan inform
kuesioner yang dipandu oleh petugas consent/persetujuan untuk mengikuti
lapangan/petugas kesehatan yang penelitian.
bersangkutan dan penimbangan berat badan. b. Kriteria eksklusi : tidak kooperatif selama
Setelah 1 bulan dan 2 bulan terapi dilakukan penelitian berlangsung, Putus pengobatan
kembali wawancara untuk pengisian kuesioner kurang dari 2 bulan, Menderita penyakit lain
efek samping obat dan penimbangan berat yang menyebabkan gangguan tumbuh
badan. Data Sekunder diperoleh dari rekam kembang.
medis pasien. Standar penentuan status gizi
8
menggunakan berat badan berdasarkan usia. HASIL
Hasil data yang diperoleh kemudian dianalisis Dari bulan Juli sampai dengan September
secara deskriptif. 2014, didapatkan subyek penelitian sebanyak
a. Kriteria inklusi : uVLD ” WDKXQ 24. Hasil perekrutan subyek dapat dilihat pada
Didiagnosis oleh Puskesmas/BP4 atau pusat Tabel 1 di bawah ini.
kesehatan lainnya sebagai kasus TB baru,

Tabel 1. Sebaran hasil perekrutan subyek penelitian


Lokasi Jumlah (N)
RSUD Raden Mattaher 17
Puskesmas Simpang IV Sipin 1
Puskesmas Putri Ayu 3
PPTI Jambi 3
Total 24

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dokter spesialis yang memadai. Setelah
sebagian besar orang tua membawa anaknya penegakan diagnosis dilakukan di RSUD
berobat ke RSUD Raden Mattaher, dimana Raden Mattaher, beberapa pasien tersebut
RSUD Raden Mattaher merupakan rumah akan dirujuk ke puskesmas terdekat dengan
sakit rujukan utama di Kota Jambi dengan lokasi rumah pasien ataupun ke puskesmas di
sarana diagnostik yang lebih lengkap dan wilayah kerja tempat tinggal pasien.
tenaga kesehatan baik dokter umum maupun

181
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

Tabel 2. Karakteristik Subyek Penelitian


Karakteristik Subyek N(%)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 12(50)
- Perempuan 12(50)
Usia
- 0-4 tahun 11(45,8)
- 5-15 tahun 13(54,2)
Lokasi tempat tinggal
- Jambi Timur 5 (20,8)
- Danau Teluk 1 (4,2)
- Pasar Jambi 1(4,2)
- Telanai 6(25)
- Jelutung 1(4,2)
- Kota Baru 4(16,7)
- Pelayangan 2(8,3)
- Luar kota jambi 4(16,7)
Sumber Penularan
- Dengan BTA positif 19(79,2)
- Belum terdiagnosa 5(20,8)
Kategori TB
- TB paru 21 (87,5)
- TB ekstra paru 3(12,5)
Pemeriksaan Mantoux
- Ya 5(20,8)
- Tidak 19(79,2)
Gejala Klinis yang muncul:
Berat badan kurang 21(87,5)
Demam tanpa sebab jelas 11(45,8)
Batuk 21(87,5)
Pembesaran kelenjar 9(37,5)
Foto thorax sugesti TB 22(91,7)
Efek samping yang muncul:
- Urin merah 24(100)
- Mual 1(4,1)
- Nafsu makan menurun 2 (8,3)

182
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

Tabel 2 di atas menggambarkan tidak ada tersebut, didapatkan hasil 3 anak


perbedaan frekuensi jenis kelamin laki-laki menunjukkan hasil positif dan 2 anak
dan perempuan. Sebagian besar (54,2%) menunjukkan hasil negatif. Sebagian besar
subyek berusia diatas 4 tahun. Pada pasien pada penelitian ini tidak dilakukan
penelitian ini, didapatkan 2 subyek berusia pemeriksaan mantoux test.
dibawah 1 tahun, yaitu 2 bulan dan 3 bulan. Sebanyak 87,5% subyek penelitian
Rerata usia subyek penelitian ini 5 tahun, mempunyai gejala berat badan kurang dan
dengan usia termuda 3 bulan dan usia tertua mengalami batuk lama, 37,5% subyek
adalah 13 tahun. Sebanyak 20,8% subyek penelitian mengalami pembesaran kelenjar
penelitian berasal dari Kecamatan Jambi dan 45,8 % yang menunjukkan gejala demam
Timur, disusul secara berurutan Kecamatan tanpa sebab yang jelas. Berdasarkan
Telanai, Kota baru, pelayangan, Jelutung dan pemeriksaan thorak yang dilakukan pada
Danau Teluk. Terdapat 4 subyek (16,7%) pasien, sebanyak 91,7 % menunjukkan
yang berasal dari luar Kota Jambi, yaitu dari gambaran sugesti TB.
Muara Jambi dan Tanjung Jabung, yang Seluruh subyek penelitian mengalami
berobat ke RSUD Raden Mattaher. perubahan warna urin menjadi merah.
Sebanyak 79,2 % subyek penelitian ini yang Perubahan ini disebabkan oleh obat rifampisin
merupakan pasien TB anak mempunyai yang merupakan obat lini pertama pada
kontak erat dengan anggota keluarga yang pengobatan TB. Efek samping ini tidak
diketahui mempunyai BTA positif. menimbulkan efek samping yang dapat
Berdasarkan hasil wawancara diketahui berakibat fatal. Sebanyak 8,3% mengalami
anggota keluarga yang telah didiagnosa TB penurunan nafsu makan dan 4,1 %
paru dengan BTA positif tersebut telah mengalami mual. Mual dan penurunan nafsu
mendapat pengobatan. Sebanyak 5 orang makan tersebut dapat merupakan efek
menyatakan tidak mengetahui apakah ada samping obat ataupun tanda klinis dari
anggota keluarganya yang menderita TB. peningkatan enzim hepar. OAT seperti
Sebanyak 87,5% subyek penelitian rifampisin, isoniazid dan pirazinamid diketahui
didiagnosis dengan TB paru dan 12,5% anak bersifat hepatotoksik yang dapat
menderita TB ekstra paru yaitu meningitis TB, menyebabkan peningkatan enzim hepar.
spondilitis TB dan skrofuloderma. Diagnosis Penegakkan diagnosis dilakukan dengan
ditegakkan dengan menggunakan sistem melakukan pemeriksaan enzim hepar. Orang
skoring, ataupun hanya menggunakan tua tetap memberikan obat tersebut selama
pemeriksaan radiologis dan/ mycotec TB pada keluhan mual dan nafsu makan mucul karena
beberapa pusat pelayanan kesehatan tempat dirasa tidak parah. Efek samping pengobatan
penelitian dilakukan. Hasil pemeriksaan dapat menghentikan pengobatan TB apabila
mantoux test yang dilakukan terhadap 5 anak efek samping tersebut parah dan dapat

183
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

berakibat fatal, sehingga pengobatan TB perlu kg. Rerata berat badan setelah 1 bulan terapi
dilakukan penyesuaian. adalah 16,18 kg dengan berat badan terendah
5 kg dan terberat 44 kg. Rerata berat badan
I. Evaluasi Pertumbuhan Berat Badan subyek setelah 2 bulan terapi adalah 16,77
Subyek Penelitian dengan berat badan terendah 5,5 kg dan
Pada penelitian ini didapatkan rerata berat terberat 45 kg. Berdasarkan kriteria BB/U
badan sebelum terapi adalah 15, 77 dengan sebanyak 41,7 % tergolong gizi buruk, 50%
berat badan terendah 4,3 kg dan terberat 44 tergolong gizi kurang dan 8,3 % gizi baik.

Tabel 3. Hasil uji analisis Wilcoxon berat badan sebelum terapi dan setelah 1 bulan terapi
n Median(min-mak) p

Berat badan sebelum terapi 24 14,75(4,3-44) 0,001

Berat badan setelah 1 bulan terapi 24 15,5(5-44)

Tabel 4. Hasil uji analisis Wilcoxon berat badan sebelum terapi dan setelah 2 bulan terapi
n Median(min-mak) p

Berat badan sebelum terapi 24 14,75(4,3-44) 0,000

Berat badan setelah 2 bulan terapi 24 16 (5,5-45)

Tabel 5. Hasil uji analisis Wilcoxon berat badan setelah 1 bulan terapi terapi dan setelah 2 bulan terapi
n Median(min-mak) p

Berat badan setelah 1 bulan terapi 24 15,5 (5-44) 0,000

Berat badan setelah 2 bulan terapi 24 16 (5,5-45)

Rerata delta berat badan anak sebelum dan setelah 2 bulan terapi dibandingkan sebelum
sesudah 1 bulan terapi adalah 0,52 kg. terapi. Berdasarkan hasil uji wilcoxon di atas
Sebanyak 10 subyek (41,6%) belum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
mengalami kenaikan berat badan pada 1 berat badan yang bermakna antara sebelum
bulan setelah terapi. Rerata delta berat badan terapi dan setelah 1 bulan terapi; sebelum
anak sebelum dan sesudah 2 bulan terapi terapi dan setelah 2 bulan terapi; setelah 1
adalah 1,12 kg. Sebanyak 1 subyek (4,1%) bulan terapi dan setelah 2 bulan terapi
yang belum mengalami kenaikan berat badan (p<0,05).

184
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

II. Karakteristik Rumah, Lingkungan sebesar 16,5% (Depkes-IDAI, 2008). Pada


Tempat Tinggal dan Pengetahuan Orang penelitian ini kelompok usia terbanyak adalah
Tua Mengenai TB 5-15 tahun (54%), sedangkan untuk bayi < 12
Kondisi rumah tempat tinggal subyek bulan adalah sebesar 8,3%. Penelitian oleh
penelitian tergambar sebagai berikut rereta Veni et al., menunjukkan karakteristik usia
2 2
luas rumah 100 m (24-200 m ), sebanyak 14 pasien TB anak 0-4 tahun sebanyak 57,4%; 5-
17
rumah (58,3%) mempunyai ventilasi yang 9 tahun 24,3 %; 10-14 tahun 18,3%.
kurang memadai, 9 rumah (37,5%) Berdasarkan laporan Badan Penelitian dan
mempunyai pencahayaan sinar matahari yang Pengembangan Kesehatan Depkes 2004,
kurang dan 18 rumah (75%) mempunyai jarak sebanyak 58,76% pasien TB anak di
yang padat antar rumah. Indonesia mempunyai lingkungan rumah yang
Hasil wawancara semua orang tua anak yang kurang sehat. Lingkungan rumah yang sehat
berhasil diwawancara menunjukkan bahwa adalah rumah dengan sistem ventilasi dan
orang tua mengetahui bahwa penyakit TB pencahayaan matahari yang cukup. Ventilasi
menular dan sumber-sumber penularannya, dapat mengurangi jumlah percikan dahak,
mendapatkan penjelasan mengenai sementara sinar matahari langsung dapat
pentingnya pengobatan yang kontinyu tanpa membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
terlewat satu haripun dan efek samping yang selama beberapa jam dalam keadaan yang
3,8,17
mungkin timbul, seperti warna urin merah. gelap dan lembab.
Beberapa orang tua (n=2) menyatakan bahwa Sebanyak 5,9 % anak yang mendapat
pernah tidak memberikan obat pada hari-hari pengobatan TB mempunyai riwayat kontak
tertentu karena lupa. dengan pasien TB dewasa. Peluang anak
dengan kelompok umur 5-9 tahun yang
PEMBAHASAN mendapat pengobatan TB sedikit lebih besar
Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun (1.2 kali) dibandingkan kelompok umur 10-14
16
di dunia adalah 5-6% dari total kasus TB. Di tahun. Pada penelitian ini diketahui sebesar
negara berkembang, TB pada anak usia < 15 79,2% pasien TB anak mempunyai kontak
tahun adalah 15% dari seluruh kasus TB, erat dengan pasien TB dengan BTA Positif.
sedangkan di negara maju angkanya lebih Pada penelitian Hardianti et al. menunjukkan
6
rendah yaitu 5-7%. Jumlah seluruh kasus TB sebanyak 60% pasien TB anak mempunyai
16
anak dari 7 Rumah Sakit Pusat Pendidikan di riwayat TB paru dalam keluarga. Daya
Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah penularan seorang pasien ditentukan oleh
1.086 penderita TB dengan angka kematian banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
yang bervariasi dari 0-14,1%. Kelompok usia parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%) pemeriksaan dahak, makin menular pasien
sedangkan untuk bayi usia < 12 bulan adalah tersebut. Faktor yang memungkinkan

185
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh sebelum terapi. Penelitian Vasantha et al. dan
konsentrasi percikan dalam udara dan Pagehgiri menunjukkan adanya peningkatan
lamanya menghirup udara tersebut. Sumber berat badan setelah pasien TB mengkonsumsi
18,19
penularan TB pada anak adalah pasien TB OAT setelah fase intensif dan lanjutan.
paru BTA positif, baik dewasa maupun anak. Berat badan meningkat karena pemberian
Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan OAT menyebabkan bebasnya tubuh dari
pada orang di sekitarnya, kecuali anak infeksi TB sehinggga mengakibatkan kondisi
tersebut BTA positif atau menderita adult type kesehatan pasien membaik dan nafsu makan
TB. Faktor risiko penularan TB pada anak meningkat kembali. Nafsu makan meningkat
tergantung dari tingkat penularan, lama pada pemberian OAT karena terjadi
pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB penurunan produksi TNF a, yang memiliki efek
dengan BTA positif memberikan kemungkinan penurunan nafsu makan, sehingga nafsu
risiko penularan lebih besar daripada pasien makan pasien meningkat kembali. Frekuensi
TB dengan BTA negatif. Pasien TB dengan makan yang meningkat menghasilkan kalori
BTA negatif masih memiliki kemungkinan yang lebih tinggi, dan pemasukan kalori yang
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan lebih tinggi dari pengeluaran maka, kelebihan
pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB kalori tersebut akan disimpan berupa lemak
BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah sehingga peningkatan berat badan yang
6,18
26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur terjadi semakin tinggi. Pada penelitian ini
3,6,8
negatif dan foto Toraks positif adalah 17%. belum melihat pengaruh perubahan pola
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan makan sebelum dan sesudah terapi OAT.
balita menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, karena gizi buruk, infeksi KESIMPULAN
HIV/AIDS, status imunisasi BCG, maupun Karakteristik 24 penderita TB anak pada
riwayat kontak / tinggal satu rumah dengan penelitian ini sebagai berikut 87,5% subyek
penderita TB. Penularan TB akan lebih mudah penelitian didiagnosis dengan TB paru dan
terjadi bila hunian padat (overcrowding), 12,5% anak menderita TB ekstra paru yaitu
situasi sosial ekonomi yang kurang baik meningitis TB, spondilitis TB dan
misalnya keadaan malnutrisi dan pelayanan skrofuloderma Sebesar 54,2% subyek
3,6,8
kesehatan yang buruk. Pada penelitian ini berusia diatas 4 tahun. Sebanyak 20,8%
didapatkan sebesar 41,7 % pasien TB subyek penelitian berasal dari Kecamatan
sebelum terapi tergolong gizi buruk, 50% Jambi Timur, disusul secara berurutan
tergolong gizi kurang dan 8,3 % gizi baik. Kecamatan Telanai, Kota baru, pelayangan,
Setelah 1 dan 2 bulan terapi OAT, pada Jelutung dan Danau Teluk. Terdapat 4 subyek
pasien TB terdapat peningkatan berat badan (16,7%) yang berasal dari luar Kota Jambi.
yang bermakna dibandingkan dengan Sebanyak 79,2 % subyek penelitian ini

186
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

mempunyai kontak erat dengan anggota merah.Terdapat perbedaan bermakna antara


keluarga yang diketahui mempunyai BTA berat badan sebelum terapi dengan berat
positif. Sebanyak 8,3% mengalami penurunan badan setelah 1 bulan dan 2 bulan terapi (p <
nafsu makan dan 4,1 % mengalami mual 0,05), dimana terjadi peningkatan berat badan
selama mengkonsumsi OAT, 100% setelah anak mendapat terapi OAT.
mengalami perubahan warna urin menjadi

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, Global Tuberculosis Control: Epidemiology, strategy, financing. WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data: 2009.
2. Kemenkes RI. Laporan Subdit TB Depkes RI 2000-2010. Kemenkes RI: 2011.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis edisi 2. Jakarta: Depkes
RI, 2006.
4. Balasubramanian, V., Wiegeshaus, E.H., Taylor, B.T., Smith, D.W. Pathogenesis of Tuberculosis:
Pathway to apical localization.Tubercle and Lung Disease 75, 1994: 168-78.
5. McDonough KA, Kress Y, Bloom BR. Pathogenesis of tuberculosis: interaction of Mycobacterium
tuberculosis with macrophages. Infect. Immun. 61(7), 1993: 2763.
6. Swaminathan S, Rekha B. Pediatric Tuberculosis: Global Overview and Challenges. Clin Infect Dis. 50
(3), 2010: 184-194.
7. Palomino JC, Leão SC, Ritacco V. Tuberculosis: From basic science to patient care. Download from :
TuberculosisTextbook.com : 2007.
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Petunjuk teknis Manajemen TB anak. Jakarta : Kemenkes RI, 2013.
9. Narendra MB. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC, 2003.
10. Tanuwijaya S. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC, 2003.
11. Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1997.
12. Pertiwi, K.R. Mengenal parameter penilaian pertumbuhan fisik pada anak. Didownload dari website :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20BMD.pdf
13. Yee D, Valiquette C, Pelletier M, Parisien I, Rocher I, Menzies D, Incidence of serious side effects from
first-line antituberculosis drugs among patients treated for active tuberculosis. Am J Respir Crit Care
Med 167(1), 2003: 1472-7.
14. Schaberg T, Rebhan K, Lode H,. Risk factors for side-effects of isoniazid, rifampin and pirazinamide in
patients hospitalized for pulmonary tuberculosis. Eur Respir J 9, 1996: 2026±30.
15. Eris-*XOED\ % *XUNDQ 28 <ÕOGÕ] 2$ 2QHQ =3 (UNHNRO )2 %DFFLRJOX $ $FLFDQ 7 6Lde effects due to
primary antituberculosis drugs during the initial phase of therapy in 1149 hospitalized patients for
tuberculosis. Respir Med 100, 2006: 1834±42.

187
JMJ, Volume 2, Nomor 2, November 2014, Hal: 178 - 188 AveOlivia GNN 3HQJDUXK 7HUDSL «

16. Hardianti V. Hiswani, Jemadi. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Yang Rawat Inap Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2012.
17. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes. Laporan Akhir Analisis Lanjut Survei
Prevalensi Tuberkulosis 2004: Investigasi faktor Lingkungan dan Faktor risiko Tuberkulosis Indonesia.
Depkes: Jakarta, 2006.
18. Vasantha M, Gopi PG, Subramani R. Weight gain in patients with tuberculosis treated under Directly
observed treatment short-course (dots). Indian J Tubrc 2009; 56: 5-9.
19. Pagehgiri H. D, 2010. Perubahan Berat Badan Pasien Tuberkulosis Setelah Terapi Oat Kategori I
Tahap Intensif.

188

You might also like