Pendidikan Islam, Tasawuf, Dan Tantangan Era Society 5.0: Bestari
Pendidikan Islam, Tasawuf, Dan Tantangan Era Society 5.0: Bestari
Pendidikan Islam, Tasawuf, Dan Tantangan Era Society 5.0: Bestari
2, 2021
p-ISSN 1907-1337 DOI: https://doi.org/10.36667/bestari.v18i2.943
e-ISSN 2807-6532
Abstract
Advances in information and communication technology in the industrial
revolution era demand a culture of society that integrates technology in
their lives to become a super smart society in the era of society 5.0.
Islamic education is certainly experiencing the impact of new problems
that will be faced and the need for reconstruction in order to produce a
generation that is not only able to adapt to technology but can realize an
advanced Islamic civilization. This paper aims to reveal the challenges of
the era of society that will be faced by Islamic education and the relevance
of Islamic education according to Sufism in responding to these
challenges. This paper is a library research that uses qualitative-
descriptive-analytic research methods. The results of this study indicate
that the opposition to Islamic education in the era of society 5.0 is (a) it is
necessary to form education that produces a generation that understands
universal Islam which makes Islam not only made into law but also a way
of life (b) it is necessary to erode the dichotomy of science in Islamic
education by open a good integration between the two (c) Islamic
education must be able to fortify the progress of science and technology
with Islamic values so as not to get out of the way of benefit. All of these
problems are relevant to the use of the Sufism approach in Islamic
education.
Abstrak
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era revolusi industri
menuntut budaya masyarakat yang memadukan teknologi dalam
kehidupannya hingga menjadi super smart society di era society 5.0.
Pendidikan Islam tentunya mengalami dampak problematika baru yang
akan dihadapi dan perlu adanya rekonstruksi agar menghasilkan generasi
yang tidak hanya mampu beradaptasi dengan teknologi namun dapat
mewujudkan peradaban Islam yang maju. Tulisan ini bertujuan untuk
mengungkap tantangan era society yang akan dihadapi oleh pendidikan
Islam dan relevansi pendidikan Islam berpendakatan tasawuf dalam
menjawab tantangan tersebut. Tulisan ini merupakan penelitian
kepustakaan yang menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif-
analitik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tantangan pendidikan
Islam era society 5.0 adalah (a) perlu membentuk pendidikan yang
menghasilkan generasi yang berpaham Islam Universal yang membuat
125
Rifa Hazim Rustam Fuady
agama Islam tidak hanya dijadikan hukum semata namun menjadi way
of life (b) perlu mengikis dikotomi ilmu dalam pendidikan Islam dengan
membuka integrasi yang baik antar keduanya (c) pendidikan Islam harus
mampu membentengi kemajuan sains dan teknologi dengan nilai-nilai
keislaman supaya tidak keluar jalur kemanfaatan. Seluruh problematika
tersebut relevan dengan digunakannya pendekatan tasawuf dalam
pendidikan Islam.
PENDAHULUAN
Nabi Muhammad diutus untuk membawa perubahan peradaban
manusia ke arah yang paripurna. Bersama al-Quran yang menjadi
mukjizatnya dan keelokan pribadinya Beliau mampu mengangkat
peradaban yang tidak dikenal pada saat itu bahkan bisa dikatakan masih
primitif menjadi sejajar atau mengalahkan kemajuan peradaban Romawi
dan Persia. Selanjutnya, para Ulama dengan Islam yang menjadi
pedomannya mampu memimpin kemajuan dunia pada saat itu. Jelas,
bahwa kehadiran Islam saat berhasil terwujud sebagai Rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Di antara segi kemujizatan al-Quran adalah kemukjizatannya
bersifat abadi tanpa mengenal zaman. Bahwasanya ajaran Islam akan
tetap menjadi Rahmat bagi seantero jagad raya apapun tantangan
zamannya. Secara teori dari keyakinan tersebut, kemajuan-kemajuan
dunia tidak akan terlepas dari umat yang mengamalkan nilai-nilai
keislaman dalam hidupnya. Namun nyatanya, umat muslim sekarang ini
terkesan hanya tampil sebagai ekor kemajuan dunia.
Dunia berkembang semakin cepat, masyarakat dunia belum
selesai beradaptasi dengan revolusi Industri 4.0 yang dikenalkan negara
Eropa tahun 2010, Jepang pada tahun 2016 dengan bangganya
mengenalkan ke seluruh dunia gagasan Society 5.0.(Gularso, 2021)
Gagasan Society 5.0 (masyarakat 5.0) muncul atas respons
kemajuan era revolusi industri 4.0 di mana dinilai mengakibatkan
disrupsi segala bidang sehingga memberikan dampak berupa
ketidakpastian, ambisiusitas dan kompleksitas pada masyarakat.(Putra,
2019). Gagasan ini diharapkan akan menyelesaikan permasalahan sosial
dengan cara berkolaborasi dengan teknologi yang terintegrasi antara
dunia nyata dan maya(Fukuyama, 2018).
Dilain hal, pendidikan Islam dinilai terjangkit konformisme
dengan merasa cukup dengan keberhasilan mengajarkan agama
didasarkan nilai normatif namun mengesampingkan sosio-kultural
masyarakat (Choli, 2020). Lebih jauh lagi konsep tasawuf bagian dari
Islam yang lebih menekankan aspek batin yang berhubungan langsung
dengan Tuhan dan cenderung menolak dunia yang dianggapnya berisiko
terhadap kebahagiaan akhiratnya. Padahal Pendidikan Islam dan konsep
126 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
Metode
Tulisan ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan
metode penelitian kualitatif-deskriptif-analitik dengan menjadikan
berbagai literatur menjadi sumber datanya mulai dari hasil penelitian
mutakhir dan karya tulis ilmiah lain yang memuat tema society 5.0,
pendidikan Islam dan tasawuf demi tergambarnya hubungan yang
sistematis antar fenomena tersebut. Dengan demikian, penyusunan
tulisan ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
pertama, penelaahan secara seksama literatur bertema society 5.0,
pendidikan Islam dan tasawuf; kedua, pengkategorian data dalam
kelompok tema menurut objek formalnya; ketiga, analisis data sesuai
teori yang digunakan; keempat, pemberian konklusi terhadap hasil
pembahasan sebagai penegasan pemikiran peneliti.
127
Rifa Hazim Rustam Fuady
128 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
129
Rifa Hazim Rustam Fuady
130 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
131
Rifa Hazim Rustam Fuady
itu satu abad kemudian pada tahun 1870-an masuklah kepada era
revolusi industri 2.0 yang ditandai dengan mulai digunakannya tenaga
listrik, masyarakat dunia pada era ini masih dikategorikan era
masyarakat industri atau society 3.0 dengan disertai perubahan yang
tadinya manusia terbatas bekerja pada siang hari saja menjadi tidak
terbatas dan mulai menggunakan alat-alat bertenaga listrik. Kemudian,
setelah ditemukannya komputer mulailah era industri 3.0 yang berisi
otomatisasi, komputerisasi dan digitalisasi apalagi setelah ditemukannya
internet maka perubahan secara cepat ini menuntut manusia berubah
kepada era masyarakat informasi atau society 4.0. Perkembangan
teknologi yang sangat cepat setelahnya dengan adanya penggabungan
internet dengan manufaktur membuat digitalisasi dan otomatisasi
mengantarkan kepada era revolusi industri 4.0. yang dimulai tahun 2010,
kemajuan tersebut ditandai dengan Artificial Intelligence (kecerdasan
buat), Robotics (robot), Automation (otomatisasi), Big Data (data dalam
jumlah besar), dan Internet of Things (internet di segala lini). Efek dari
era revolusi industri 4.0 inilah yang membuat negara jepang
mengusulkan cara pandang baru yakni super smart society atau dikenal
society 5.0 (Al Faruqi, 2019).
132 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
133
Rifa Hazim Rustam Fuady
134 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
135
Rifa Hazim Rustam Fuady
136 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
137
Rifa Hazim Rustam Fuady
138 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
Zahrawi dan Ibnu Sina tentang operasi bedah, Abbas Ibn Firnas
mengenai dasar pesawat terbang, al-Khawirizmi di bidang matematika,
Ibn al-Haitam tentang teknologi optik dan masih banyak lagi.(Priyanto,
2020)
Imam al-Ghazalipun mengklasifikasikan sains seperti ilmu
kedokteran, matematika dan keterampilan-keterampilan menjadi ilmu
yang berhukum fardu kifayah (E. Setiawan, 2015). Oleh karena itu,
pelajar-pelajar muslim yang belajar agamanya dengan baik sekaligus
mengambil peran dalam sains dan teknologi telah mendapatkan posisi
yang lebih tinggi dari yang hanya mempelajari agama.
Di era society 5.0 ini lembaga pendidikan Islam pengamal
pendekatan tasawuf dalam pendidikannya yakni pondok pesantren yang
tiap tahunnya meluluskan ribuan santri sudah saatnya mengarahkan
santri kepada pengaktualisasian sains dan teknologi, tidak seluruhnya
dikader menjadi ilmuan dalam agama atau pendakwah saja. Al-Quran
yang didalamnya banyak memerintah untuk berpikir tentang alam
semesta dan anjuran mempelajari alam semesta harus dijadikan motivasi
bagi pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan
sebagaimana para ilmuan Islam di zaman terdahulu. Sehingga ke depan
peradaban Islam tidak hanya dikendalikan zaman namun mengendalikan
zaman.
Selain itu, penggunaan teknologi artificial intelligence dan
internet of things bisa digunakan dalam membantu proses pembelajaran
para santri atau pelajar muslim lainnya. Kemudian karena jumlah Kyai
yang luas keilmuannya kini semakin sedikit, supaya bisa memberikan
manfaat lebih luas dapat menggunakan teknologi seperti penggunaan IOT
tersebut untuk dapat membantu proses pembelajaran dan dakwah kepada
santri dan pelajar muslim yang jumlahnya banyak. Sedangkan augment
reality bisa menjadi solusi fasilitas pembelajaran sains di mana alat
peraga sains menghabiskan banyak anggaran. Hal tersebut tentunya perlu
adanya langkah nyata dari pemerintah dan lembaga guna
mewujudkannya.
Terakhir untuk isu yang ketiga, tasawuf sebagai manifestasi ihsan
dipenuhi nilai-nilai keislaman yang sangat luhur. Seperti konsep
keikhlasan, bersikap hati-hati, menebarkan kebaikan kepada siapapun
dengan tidak melihat perbedaan. Maka pendidikan Islam dengan
pendekatan tasawuf mampu berfungsi sebagai pengontrol akhlak dan
moral dalam penggunaan teknologi. Seperti teknologi nuklir tidak
digunakan sebagai alat perang, ilmuwan muslim membuat smartphone
yang tidak membuat orang kecanduan gadget atau dampak negatif lain
dan sebagainya.
KESIMPULAN
Era society 5.0 merupakan era yang menuntut masyarakat
menjadi super smart society. Masyarakat yang mampu mengintegrasikan
139
Rifa Hazim Rustam Fuady
DAFTAR PUSTAKA
140 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
BESTARI
Vol. 18, No. 2, 2021
p-ISSN 1907-1337; e-ISSN 2807-6532
141
Rifa Hazim Rustam Fuady
142 http://riset-iaid.net/index.php/bestari