ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA
Meliana Oloan Makdalena¹, Widia Sari², Abdurrasyid3, Ita Ari Astutia4
Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia
Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
[email protected]
Abstract
Bronchopneumonia belongs to one type of pneumonia and is also called lobular pneumonia which is
characterized by the presence of patches of infiltrate surrounding and involving the bronchi, which are often
caused by bacteria. The inflammatory process of bronchopneumonia causes several clinical manifestations
such as high fever, shortness of breath, cough with thick sputum, additional breath sounds, crackles. The
assessment focuses on the respiratory system and the thorax. Nursing problems that often arise in children
with bronchopneumonia are ineffective airway clearance, impaired gas exchange, nutritional imbalances less
than body requirements, activity intolerance, risk of electrolyte imbalance. The planned intervention is the
provision of non-pharmacological therapy, namely the provision of the prone position. Implementation is
done to maximize ventilation. The evaluation results on the third day there was an improvement from the
initial cough to shortness of breath and the additional sound of crackles improved although there were still
some complaints. The research method uses case analysis. An important effort in healing with proper care
is the main action in dealing with bronchopneumonia patients to prevent more fatal complications and the
patient can recover quickly.
Keywords : Nursing Care, Child, Bronchopneumonia, Prone Position
Abstrak
Bronkopneumonia termasuk kedalam salah satu jenis pneumonia dan disebut juga pneumonia
lobularis yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus, yang sering disebabkan oleh bakteri. Proses peradangan dari penyakit bronkopneumonia
menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti demam tinggi, sesak napas, batuk disertai sputum kental,
suara napas tambahan ronki. Pengkajian difokuskan pada sistem respiratorik dan thorax. Masalah
keperawatan yang sering muncul pada anak yang mengalami bronkopneumonia adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas, resiko ketidakseimbangan elektrolit. Intervensi yang direncanakan dengan pemberian
terapi non farmakologis yaitu pemberian posisi prone. Implementasi dilakukan untuk memaksimalkan
ventilasi. Hasil evaluasi pada hari ketiga terjadi perbaikan dari yang semula memiliki batuk hingga sesak dan
adanya suara tambahan ronki mengalami perbaikan meskipun masih ada beberapa keluhan. Metode
penelitian menggunakan analisis kasus. Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang
tepat merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronkopneumonia untuk mencegah komplikasi
yang lebih fatal dan pasien dapat segera sembuh.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Anak, Bronkopneumonia, Posisi Prone
Pendahuluan mengelilingi dan melibatkan bronkus, yang
Bronkopneumonia salah satu penyakit sering disebabkan oleh bakteri. Bakteri-bakteri
pernapasan pada balita yang menjadi ini mampu menyebar dalam jarak dekat
penyebab kematian tertinggi dikalangan anak- melalui percikan ludah saat penderita bersin
anak (Purnamawati & Fajri, 2020). atau batuk, yang kemudian terhirup oleh
Bronkopneumonia termasuk kedalam salah orang disekitarnya. Inilah sebabnya
satu jenis pneumonia dan disebut juga lingkungan menjadi salah satu faktor risiko
pneumonia lobularis yang ditandai dengan berkembangnya bronkopneumonia (Alaydrus,
adanya bercak-bercak infiltrat yang 2018).
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 118
World Health Organization(WHO), berpikir kritis menjalankan perannya dan
menyatakan sekitar 800.000 sampai sekitar 2 tanggung jawab tersebut dengan memberikan
juta anak meninggal dunia setiap tahun karena inovasi intervensi keperawatan untuk
bronkopneumonia. United Nations Children’s mensejahterakan anak dengan mengurangi
Fund (UNICEF) dan WHO juga menyebutkan beban orang tua terhadap pemberian terapi
pneumonia sebagai kematian paling utama bersifat non farmakologi (Nursakina etal.,
pada anak balita, lebih dari penyakit yang lain 2021). Pemberian terapi non farmakologi
lain seperti campak, malaria, dan AIDS. merupakan jenis terapi yang juga
Kemudian tercatat tahun 2017 kasus diperhitungkan. Selain murah, terapi non
bronkopneumonia membunuh anak di bawah farmakologi juga dipercaya membantu anak
usia 5 tahunsebanyak 808.694. Kelompok penderita pneumonia untuk memperoleh
referensi Epidemiologi Kesehatan Anak WHO kesembuhan (Navarro-Patón et al., 2019).
memperkirakan median kasus global Salah satu terapi non farmakologi yang
pneumonia klinis menjadi 0,28 episodeper peneliti telaah adalah fisioterapi. Banyak
anak-tahun. Ini setara dengan insiden tahunan jenis metode fisioterapi (Astuti & Dewi, 2020).
150,7 juta kasus baru, di mana 11-20 juta (7- Salah satu fisioterapi yang di bahas yaitu
13%) cukup parah untuk memerlukan pemberian posisi prone. Pada umumnya
perawatan di rumah sakit (WHO, 2020). Profil pemberian posisi prone yang sering
Kesehatan Indonesia 2019 menyatakan jumlah diberikan perawat pada anak dengan
keseluruhan anak yang menderita pneumonia (Walter et al., 2017).
bronkopneumonia di Indonesia mencapai Upaya yang penting dalam
(52,9%). Dimana lima provinsi yang memiliki penyembuhan dengan perawatan yang tepat
insiden bronkopneumonia tertinggi pada balita merupakan tindakan utama dalam menghadapi
balita tertinggi adalah Papua Barat (129,1%), pasien bronkopneumonia untuk mencegah
DKI Jakarta (104,5%), Banten (72,3%), komplikasi yang lebih fatal dan pasien dapat
Kalimantan utara (67,9%), Sulawesi Tengah segera sembuh. Agar perawatan berjalan
(67,4%), Sedangkan prevalensi di Sulawesi sesuai yang diharapakan maka diperlukan kerja
selatan sebanyak (18,8%) (Kemenkes RI, sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya,
2020). serta melibatkan keluarga dan tentunya pada
Bronkopneumonia ditandai dengan pasien (Nurafif & Kusuma, 2016). Berdasarakan
gejala demam tinggi, gelisah, dispnea, napas uraain diatas maka peneliti tertarik untuk
cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering melakukan analisis kasus tentang “Analisis
(Amelia et al., 2018). Proses peradangan dari Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
penyakit bronkopneumonia menimbulkan Bronkopneumonia”.
manifestasi klinis yang ada sehingga muncul
beberapa masalah, salah satunya bersihan Hasil dan Pembahasan
jalan napas tidak efektif yaitu ketidak Usia
mampuan membersihkan sekret atau obstruksi Hasil studi kasus pada anak dengan
jalan napas untuk mempertahankan jalan bronkopneumonia berdasarkan usia
napas tetap paten. Masalah keperawatan menunjukkan bahwa usia ketiga pasien yang
bersihan jalan napas tidak efektif bila tidak dikelola dalam kasus ini yaitu berusia 7 tahun,
ditangani secara cepat dapat menimbulkan 3 tahun dan 1 tahun 9 bulan. Bayi dan anak-
masalah yang lebih berat seperti pasien akan anak lebih rentan terhadap penyakit ini karena
mengalami sesak yang hebat dan bisa respon imunitas mereka masih belum
menimbulkan kematian (PPNI, 2017). berkembang dengan baik. Berdasarkan umur,
Pemberian terapi medik dan non pneumonia dapat menyerang siapa saja.
farmakologi sudah terbukti dapat menekan Meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-
terjadinya risiko perburukan dan meningkatkan anak (Sinaga, 2018).
derajat kesehatan anak yang sedang menjalani Klien pertama dengan usia balita
perawatan di rumah sakit. Perawat harus (3tahun) yang merupakan umur yang paling
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 119
rawan adalah masa balita, oleh karena pada penyakit akibat bakteri pneumococcus yang
masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi dapat menyebabkan penyebab radang paru
kurang gizi (Soekatri, 2020). Pada usia balita (IDAI, 2017).
dan usia lanjut rentan terhadap penyakit Jenis kelamin laki-laki lebih berpengaruh
karena pada usia balita sistem pertahanan menderita pneumonia dibandingkan dengan
tubuhnya belum stabil, sedangkan pada usia jenis kelamin perempuan. Kemungkinan laki-
lanjut sistem pertahanan tubuhnya sudah laki lebih banyak terpapar diluar rumah
menurun sehingga kejadian pneumonia sehingga besar kemungkinan untuk terinfeksi
meningkat pada usia balita (Rasyid, 2013). kuman penyakit. Dalam buku pedoman
Klien kedua dengan usia anak pemberantasan penyakit ISPA untuk
prasekolah terjadi perkembangan dengan penanggulangan penumonia pada balita.
aktivitas jasmani yang bertambah dan Balita jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. besar untuk terkena pneumonia dibandingkan
Memasuki masa prasekolah, anak mulai dengan balita jenis kelamin perempuan
menunjukkan keinginannya, seiring dengan (Kemenkes RI, 2013).
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
masa ini, selain lingkungan di dalam rumah Pendidikan
maka lingkungan di luar rumah mulai Hasil studi kasus pada anak dengan
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di bronkopneumonia berdasarkan tingkat
luar rumah. Hal ini berisiko bagi anak terpapar pendidikan menunjukkan satu anak masih
dan tertular penyakit infeksi seperti Influenza duduk di sekolah dasar dan dua anak yang
dan Pneumonia dari teman-teman lainnya belum sekolah. Pada kasus pertama
sepermainan dan lingkungan tempat anak anak sudah sekolah dengan tingkat pendidikan
bermain diluar rumah (KEMKES RI., 2016). sekolah dasar. Tingkat pendidikan sejalan
Klien ketiga dengan usia sekolah (7 ketiga kasus ini sejalan dengan usia, dimana
tahun) Karakteristik anak usia SD berkaitan usia anak-anak belum memahami mengenai
aktivitas fisik yaitu umumnya anak senang penyakit bronkopneumonia.
bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok, dan senang praktik Etiologi
langsung. Anak usia sekolah membangun Hasil studi pada anak dengan kasus
bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri. Hal
pola makan yang terlepas dari pengawasan
ini sejalan menurut Syaifuddin (2014),
orang tua. Jajanan sekolah membuat anak
bronkopneumonia disebabkan oleh
sulit dalam memutuskan pemilihan pneumococcus, bakteri ini dapat ditemukan
makanan yang sehat. Sementara pemilihan pada bagian paru kanan maupun kiri ditandai
jajanan yang sehat penting demi dengan bercak-bercak pada hasil radiologi foto
menopang perkembangan dan thorax. Virus adalah penyebab utama
pertumbuhan anak usia sekolah pneumonia pada bayi yang lebih tua dan balita
(Hockenberry & Wilson, 2016). antara 30 hari dan 2 tahun (Verhoeven,
2019). Pada anak-anak berusia 2 sampai 5
Jenis Kelamin tahun, virus pernapasan juga yang paling
Hasil studi kasus pada anak dengan umum (Troeger et al., 2018) (Omer et al.,
bronkopneumonia berdasarkan jenis kelamin 2008). Meningkatnya kasus yang berhubungan
menunjukkan 2 pasien berjenis kelamin laki-laki dengan S. pneumoniae dan H. influenzae tipe B
dan 1 perempuan. Bronkopneumonia tidak diamati pada kelompok usia ini (Gessner et al.,
memiliki faktor resiko mengenai jenis kelamin. 2005) (Cutts et al., 2005). Pneumonia
Setiap anak dapat terjangkit penyakit ini maka mikoplasma sering terjadi pada anak-anak
diperlukan imunisasi Pneumococcal Conjugate dengan rentang usia 5 hingga 13
Vaccine (PCV) pada anak untuk mencegah tahun (Saraya, 2017) (Akashi et al.,
2018) namun, S. pneumoniae masih
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 120
merupakan organisme yang paling sering batuk rata-rata yang lebih lama, serta takipnea
diidentifikasi. dengan laju napas rata-rata lebih cepat
dibanding dengan balita bukan pneumonia.
Manifestasi klinis
Hasil studi kasus ditemukan manifestasi Pemeriksaan Labolatorium
klinis pada anak dengan bronkopneumonia Hasil studi pemeriksaan foto thorax
diruang infeksi RSAB Harapan Kita dan RSPAD pada anak dengan kasus bronkopneumonia
Gatot Subroto menunjukkan bahwa ketiga kesan yang didapatkan dari foto thorax yaitu
pasien yang dikelola memiliki riwayat infiltrat dilapang paru DD/ bronkopneumonia.
readmission (rawat inap berulang) dengan Hasil thorax pada klien pertama berada lapang
manifestasi klinis batuk namun sulit paru kanan kiri atas, hasil thorax pada klien
mengeluarkan sputum, adanya suara napas kedua berada lapang paru kiri bawah, hasil
tambahan, sesak napas dan penurunan napsu thorax pada klien ketiga berada lapang paru
makan. Menurut (Karen J. Marcdante et al., kiri kanan. Hal ini sejalan dengan Bennete. M. J
2013) manifestasi klinis bronkopneumonia pada (2013), gambaran radiologis dengan bentuk
anak biasanya didahului oleh infeksi saluran bilateral dan adanya peningkatan corakan
pernapasan atas, ditandai dengan hidung bronkhovaskular serta infiltrate kecil dan halus
tersumbat, rewel, dan nafsu makan berkurang. yang menyebar pada pinggir lapang paru.
Beberapa hari kemudian gejala penyakit diikuti Bercak-bercak ini lebih sering terlihat di bagian
demam mendadak mencapai 39oC atau lebih, lobus bagian bawah. Pemeriksaan foto thorax
gelisah, dan distres respirasi yang ditandai merupakan pemeriksaan penting untuk
dengan dispnea, pernapasan cepat dan mendiagnosis penyakit bronkopneumonia.
dangkal, disertai pernapasan cuping hidung, Berbeda dengan pemeriksaan laboratorium
dan sianosis disekitar hidung dan mulut. Batuk jumlah leukosit, pemeriksaan radiologis tidak
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, dapat menunjukkan perbedaan nyata antara
anak mendapat batuk setelah beberapa hari, infeksi virus dengan bakteri. Seringkali panas
dimana pada awalnya berupa batuk kering dan takipneu sudah timbul sebelum terlihat
kemudian menjadi produktif. perubahan pada foto rontgen thoraks. Foto
Klien pertama An.R dengan usia 7 tahun toraks umumnya akan kembali normal setelah
dengan keluhan sesak napas, batuk pilek, 3-4 minggu (Monita et al., 2015).
dahak sulit dikeluarkan terdapat suara napas
tambahan ronchi dan Klien kedua An.S usia 3 Penatalaksanaan Medis
tahun dengan keluhan batuk, sputum putih Hasil studi kasus pada anak dengan
kental, sesak napas karena kesulitan bronkopneumonia diruang infeksi RSAB
mengeluarkan sputum, mual dan muntah, tidak Harapan Kita dan RSPAD Gatot Subroto, anak
mau makan, ada suara napas tambahan ronchi. diberikan terapi cairan melalui IV per 24 jam,
Anak dengan pneumonia menunjukkan pemberian terapi inhalasi dengan
beberapa gejala klinis seperti batuk berat, menggunakan Ventolin + NS sebagai obat
demam, napas cepat hingga sesak, dan antimukolitik, terapi oksigen dengan nasal
masalah oksigenasi seperti kebiruan di bibir canul, terapi pemberian antibiotik pada anak.
dan kuku jari, yang menunjukkan kurangnya
O2 di darah atau jaringan, suara napas Pengkajian Fokus
tambahan (Ahmad., 2019). Berdasarkan hal studi kasus dalam
Klien ketiga An. M usia 1 tahun 9 bulan kasus asuhan keperawatan pada anak anak
dengan keluhan batuk, demam, tidak napsu dengan bronkopneumonia menegakkan
makan dan sesak napas, rewel, tidak mau masalah keperawatan berdasarkan hasil
makan. Sejalan penelitian (Josefa et al., 2019) pengkajian dan data yang didapatkan.
berdasarkan gejala klinis, balita dengan Pengkajian dilakukan dengan cara observasi
pneumonia mengalami lama hari demam dan secara langsung dan wawancara orang tua
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 121
klien. Klien dilakukan pengkajian mulai dari secara cepat maka dapat menimbulkan
keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu masalah yang lebih berat seperti pasien
hingga pemeriksaan fisik persistem pada anak. akan mengalami sesak yang hebat bahkan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), bisa menimbulkan kematian (Islamiyati,
pengkajian fokus pada anak dilakukan dengan 2020).
keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu, 2. Gangguan pertukaran gas
riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi, Gangguan pertukaran gas kelebihan atau
tumbuh kembang anak dan pemeriksaan fisik defisit oksidasi dan/atau penghapusan CO2
head to toe. Berdasarkan analisis Keluhan pada membran alveolar-kapiler (NANDA,
utama ditemukan batuk, sesak. Pemeriksaan 2018). Gangguan pertukaran gas kelebihan
darah peningkatan nilai leukosit. Tanda-tanda atau defisit oksidasi dan/atau penghapusan
vital peningkatan denyut nadi. Antropometik BB CO2 pada membran alveolar-kapiler
< sentil ke 10 deficit. Respiratorik saat inspeksi (NANDA, 2018). Pada diagnosa
terjadi hiperventilasi dan penggunaan otot keperawatan hambatan pertukaran gas
bantu napas. Thorax saat dilaukan inspeksi: pada kasus anak kedua menunjukkan
Anak > 2 tahun: lingkar dada > lingkar kepala, adanya sesak napas, penggunaan otot
palpasi: taktil fremitus teraba pada paru kanan bantu pernapasan, pemberian terapi
dan kiri, perkusi: bunyi sonor, auskultasi: ada oksigen, gelisah dan monitor pernapasan.
suara tambahan ronchi. Saluran Pencernaan: 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
adanya rasa mual dan muntah. Kulit: CRT <3 kebutuhan tubuh
detik, teraba hangat, lembab. Nutrisi: BB/U: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
60% - 80% = Tanpa edema, gizi kurang. kebutuhan tubuh adalah supan nutrisi tidak
Aktivitas sehari-hari klien memerlukan bantuan cukup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri, mobilisasi mandiri. Istirahat dan metabolik (NANDA, 2018). Pada diagnosa
Tidur: jam tidur berlebih. Neuromuskular: keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
tampak lemah. kurang dari kebutuhan pada ketiga kasus
menunjukkan adanya penurunan napsu
Diagnosa Keperawatan makan, mual dan kurang minat pada
Berdasarkan data-data diatas diagnosa makanan. Status nutrisi merupakan salah
keperawatan yang muncul pada ketiga kasus satu faktor risiko terjadinya
yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, bronchopneumonia. Status nutrisi dan
gangguan pertukaran gas dan infeksi saling berinteraksi, karena infeksi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari dapat mengakibatkan status nutrisi kurang
kebutuhan tubuh. dengan berbagai mekanisme namun
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas sebaliknya status nutrisi dapat juga
Ketidakefektifan bersihan jalan napas menyebabkan infeksi. Infeksi menghambat
adalah ketidakmampuan untuk terjadinya reaksi imunologi yang normal
membersihkan sekresi atau penghalang dari dengan menghabiskan sumber energi di
saluran pernapasan untuk menjaga jalan dalam tubuh. Gangguan nutrisi dan
napas yang jernih (NANDA, 2018). penyakit infeksi sering bekerjasama serta
Ketidakefektifan bersihan jalan napas memberikan akibat yang lebih buruk pada
menjadi masalah utama yang selalu muncul tubuh. Malnutrisi dan infeksi yang
pada pasien bronchopneumonia. kompleks, infeksi dapat mengganggu status
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan nutrisi yang menyebabkan terjadinya
sekret juga merupakan kendala yang sering gangguan absorbsi (Adriani & Wirjatmadi,
dijumpai pada anak usia bayi sampai 2016).
dengan pra sekolah. Hal ini dapat terjadi
karena pada usia tersebut reflek batuk Intervensi Keperawatan
masih sangat lemah. Apabila masalah Hasil studi kasus anak dengan
bersihan jalan napas ini tidak ditangani bronkopneumonia dengan gambaran distribusi
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 122
frekuensi klien bronkopneumonia berdasarkan dilakukan terapi nebulizer, auskultasi thorax,
intervensi keperawatan: fisioterapi dada dan pengajaran batuk efektif
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas didapatkan respon objektif anak yang pada
Intervensi keperawatan untuk ketiga pasien awal kesulitan mengeluarkan sputum karena
dengan masalah ketidakefektifan bersihan batuk menjadi lebih tenang dan dapat
jalan napas berdasarkan NOC NIC dengan mengeluarkan sputum perlahan-lahan. Pada
tujuan setelah dilakukan tindakan selama anak kasus pertama dilakukan tindakan
3x24 jam diharapan klien menunjukkan fisioterapi dada. Tindakan fisioterapi dada
tidak ada sesak napas, batuk tidak ada, dilakukan dengan tujuan meningkatkan
tidak ada penumpukan sekret dan suara efisiensi pola pernafasan dan membersihkan
napas tambahan tidak ada.Intervensi jalan nafas. Waktu yang tepat untuk
keperawatan yang dilakukan adalah terapi melakukan teknik ini adalah pada saat sebelum
nebulizer, auskultasi thorax, fisioterapi dada makan dan menjelang tidur malam. Teknik
dan pengajaran batuk efektif. postural drainage klien dapat diposisikan
2. Gangguan pertukaran gas untuk memudahkan drainage mukus dan
Intervensi keperawatan untuk ketiga pasien sekresi dari bidang paru (Andarmoyo dan
dengan hambatan pertukaran gas Marmi 2016). Anak pada usia sekolah sudah
berdasarkan NOC NIC dengan tujuan sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena
diharapan klien menunjukan tanda-tanda itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi
vital dalam batas normal, observasi warna sosial dengan anak diusia ini harus
kulit, membarn mukosa dan kuku anak menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
apakah terdapat sianosis, frekuensi anak dan berikan contoh yang jelas sesuai
pernapasan normal, saturasi oksigen dengan kemampuan kognitifnya (Fatmala,
normal dan hasil AGD dalam batas normal. 2020). Hal ini sejalan dengan pernyataan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari European Medicine Agency (2015), yang
kebutuhan menyatakan bahwa terapi nebulizer dengan
Intervensi keperawatan untuk ketiga pasien menggunakan obat antimukolitik dapat bekerja
dengan masalah ketidakefektifan bersihan secara efektif untuk mengencerkan sputum
jalan napas berdasarkan NOC NIC dengan pada saluran pernapasan dan dengan adanya
tujuan setelah dilakukan tindakan selama batuk diharapkan sputum dapat dikeluarkan.
3x24 jam diharapan klien hasrat/keinginan Namun, pada kasus 2 dengan keadaan yang
untuk makan, menyenangi makanan, intake lebih buruk maka pada hari 1 dan 2 tidak
makanan cukup dan rangsangan untuk diajarkan batuk efektif karena masih
makan baik. Intervensi keperawatan yang menggunakan NRBM dikhawatirkan saat
dilakukan adalah mengkaji adanya alergi, pengajaran batuk efektif menyebabkan
memonitor BB, memonitor turgor kulit, semakin rendahnya SaO2 dan sesak napas
memonitor mual dan muntah dan semakin buruk. Pada hari kedua, anak kasus
kolaborasi pemberian diet. ketiga baru diajarkan batuk efektif dengan
teknik bermain seperti meniup balon. Hal ini
Implementasi Keperawatan diperkuat dengan pernyataan Rahajoe (2010)
Hasil studi kasus anak dengan bahwa anak usia <3 tahun organ sistem
bronkopneumonia dengan gambaran distribusi pernapasan belum bekerja secara optimal
frekuensi klien bronkopneumonia berdasarkan maka dapat menyebabkan refleks batuk tidak
implementasi keperawatan: bekerja secara adekuat. Pada anak kasus
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas. ketiga anak tidak diajarkan batuk efektif karena
Pemberian intervensi keperawatan yang umur tersebut anak balita tidak mampu
sudah dilakukan selama 3x24 jam diharapkan melakukan tindakan tersebut secara mandiri
dapat mempermudah pengeluaran sputum. dan konsisten. Pada masa ini anak sedang
Perbandingan kasus 1, 2 dan 3 yaitu saat belajar untuk menegakkan kemandiriannya
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 123
namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu mengabiskan ¼ porsi. Sedangkan pada anak
masih perlu mendapat bimbingan yang tegas kasus 3 sudah mau makan tapi sedikit tanpa
dari orang tua (Wahyuni, 2018). rasa mual dan muntah.
2. Gangguan pertukaran gas Evaluasi Keperawatan
Pemberian intervensi keperawatan yang Hasil studi kasus anak dengan
sudah dilakukan selama 3x24 jam diharapkan bronkopneumonia dengan gambaran distribusi
dapat mengembalikan pernapasan menjadi frekuensi klien bronkopneumonia berdasarkan
normal tanpa adanya sesak napas. Pada kasus evaluasi keperawatan:
2 didapatkan adanya hasil pemeriksaan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
penunjang yaitu analisis gas darah (AGD) maka Berdasarkan karakteristik evaluasi
saat setelah diberikan terapi oksigenisasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan
dengan NRBM 8 lpm didapatkan respon objektif ketidakefektifan bersihan jalan napas,
yang pada awal anak rewel, gelisah dan respon subjektif pada ketiga ibu pasien
menangis dan didapatkan adanya penggunaan dari masing-masing kasus mengatakan
otot bantu napas dada setelah itu menjadi ada anak mampu batuk dengan mengeluarkan
perubahan tanpa memakai otot bantu dahak secara perlahan-lahan karena
pernapasan dan respiratory rate perlahan mendapatkan terapi nebulizer dan
kembali menjadi normal dan saturasi oksigen pengajaran batuk efektif pada anak kasus
perlahan meningkat pada udara ruangan. pertama dan kedua. Respon objektif dari
Berbeda dengan kasus 1 dan 3 yang tidak tiap anak dalam kasus 1, anak dapat
memiliki hasil AGD karena keadaan anak mengeluarkan sputum, namun pada kasus
tersebut tidak lebih buruk dari kasus 2 maka 2 dan kasus 3 anak belum mampu
hanya dengan pemberian nasal canul 3 lpm melakukan tindakan batuk efektif.
pada kasus anak pertama, sesak napas dapat Assessment pada ketiga kasus masalah
teratasi. Hal ini sejalan dengan Andarmoyo teratasi dan planning dipersiapkan
(2012) bahwa terapi oksigen merupakan discharge planning pada kasus 1, 2 dan 3
pemberian aliran gas lebih dari 20% pada mengenai edukasi kesehatan, obat, nutrsi,
setiap tekanan 1 atmosfer sehingga posisi prone untuk meningkatkan saturasi
menyebabkan konsentrasi oksigen dalam darah oksigen dan terapi nebulizer dengan
meningkat. ventolin 4x2,5 mg.
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakseimbangan: nutrisi kurang dari Berdasarkan karakteristik evaluasi
kebutuhan tubuh keperawatan untuk diagnosa keperawatan
Pemberian intervensi keperawatan yang gangguan pertukaran gas hanya pada
sudah dilakukan selama 3x24 jam diharapkan kasus anak ke dua respon subjektif ibu
tidak ada penurunan berat badan selama masa pasien kasus mengatakan anak tidak lagi
perawatan dan adanya hasrat untuk makan. memiliki keluhan. Respon objektif pada
Pada kasus kasus anak 1, 2 dan 3, anak kasus anak kedua masih mendapatkan
mendapatkan diet TKTP dengan anjuran ahli pemberian terapi oksigenisasi walaupun
gizi serta pemberian cairan parenteral KaEN 1B sudah mulai terdapat perbaikkan dari
1000 ml/24 jam dan KaEN 3B 500 ml/24 jam. penggunaan NRBM 8 lpm pada hari ketiga
Namun, pada anak 1 lebih cepat recovery pada menjadi nasal canul 3 lpm. Assessment
sistem gastrostomi dan instestinal yaitu pada pada kasus 2 masalah sebagian teratasi.
hari kedua sudah tidak didapatkan rasa mual Pada kasus 2 dilanjutkan pemberian terapi
dan dapat menghabis ½ porsi. Pada kasus 2 oksigenisasi nasal canul 3 lpm dan sebelum
pada hari kedua masih didapatkan rasa mual pulang akan dilakukan pemeriksaan AGD
tanpa muntah dan karena hal tersebut anak kembali.
hanya menghabiskan ¼ porsi saja dan 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
peningkatan pada hari ketiga yaitu dapat kebutuhan tubuh
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 124
Berdasarkan karakteristik evaluasi responden menduduki tingkat sekolah
keperawatan untuk diagnosa keperawatan dasar dan yang lainnya belum bersekolah.
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari 2. Hasil analisis berdasarkan penyebab yang
kebutuhan tubuh, respon subjektif dari terjadi pada ketiga anak dikarenakan
ketiga ibu pasien masing-masing kasus bakteri, virus, dan jamur. Dalam analisa
mengatakan anak sudah mau makan. jurnal virus adalah penyebab utama
Respon objektif dari anak tiap kasus pneumonia pada bayi yang lebih tua dan
didapatkan hasil bahwa anak sudah mulai balita antara 30 hari dan 2 tahun. Pada
makan walaupun anak mau makan hanya anak-anak berusia 2 sampai 5 tahun, virus
dengan makanan yang diinginkan. pernapasan juga yang paling umum.
Assessment pada ketiga kasus didapatkan Meningkatnya kasus yang berhubungan
masalah teratasi dan planning pada kasus dengan S. pneumoniae dan H.
1 dan 3 akan diberikan discharge planning influenzae tipe B diamati pada kelompok
sedangkan pada kasus 2 akan dilanjutkan usia ini. Pneumonia mikoplasma sering
kolaborasi dengan ahli gizi dan lanjutkan terjadi pada anak-anak dengan rentang
pemberian KaEN 3B. usia 5 hingga 13 tahun namun, S.
pneumoniae masih merupakan organisme
Discharge Planning yang paling sering diidentifikasi.
Hasil studi kasus anak dengan 3. Hasil analisis berdasarkan tanda dan gejala
bronkopneumonia dengan gambaran distribusi yang paling banyak muncul yaitu batuk,
frekuensi klien bronkopneumonia berdasarkan sulit mengeluarkan sputum, sesak napas,
discharge planning maka diberikan pendidikan tekanan denyut nadi meningkat, terdapat
dan informasi mengenai bronkopneumonia suara napas tambahan (ronchi) pada
yaitu tentang anjurkan anak jauh dari paparan lapang paru kanan dan kiri dan penurunan
asap rokok, mengajarkan orang tua mengenai napsu makan.
batuk efektif, anjurkan banyak minum air putih 4. Hasil analisis berdasarkan pemeriksaan
untuk membantu mengencerkan batuk, labolatorium pada ketiga anak
anjurkan anak dan orang tua jauhi lingkungan menghasilkan nilai leukosit yang relatif
yang tercemar limbah/polusi udara, seperti lebih tinggi dari nilai normal dan hasil
asap kendaraan, zat kimia, mengajarkan orang pemeriksaan diagnostik foto thorax pada
tua mengenai etika batuk, mengajarkan orang kasus anak pertama dilapang paru kanan,
tua cuci tangan 6 langkah, mengajarkan orang hasil diagnostic foto thorax pada anak
tua prosisi prone pada anak, anjurkan makan kedua memiliki kesan infiltrate dilapang
3x sehari lengkap dengan daging, sayur dan bawah paru kanan kiri
susu serta menganjurkan minum antibiotic DD/bronkopneumonia, hasil foto thorax
yang diresepkan untuk dirumah selama 3x pada anak kedua memiliki infiltrate
sehari selama 10 hari. dilapang atas paru kanan kiri, dan hasil
foto thorax anak ketiga infiltrate dilapang
Kesimpulan di kedua paru.
Berdasarkan hasil analisis “Analisis 5. Hasil analisis berdasarkan penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan medis dengan obat-obatan setiap anak
Bronkopneumonia” didapatkan hasil kesimpulan mendapatkan antibiotic yang berbeda-beda
sebagai berikut: namun seluruh anak mendapatkan terapi
1. Hasil analisis berdasarkan karakteristik nebulizer, pada cairan anak pertama tidak
responden terdapat tiga anak dengan usia mendapatkan cairan parenteral, anak
balita (1 tahun 9 bulan), pra sekolah kedua mendapatkan KaEN 1B 1000 ml/24
(3tahun) dan sekolah (7 tahun), salah satu jam dan anak ketiga mendapatkan KaEN
responden berjenis kelamin perempuan 3B 500 ml/24 jam, pada terapi oksigenisasi
dan yang lainnya berjenis kelamin laki-laki, anak satu dan dua menggunakan nasal
serta tingkat pendidikan pada salah satu canul 3 lpm sedangkan anak ketiga
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 125
menggunakan NRBM 8 lpm karena Aromaterapi Peppermint Terhadap
keadaannya yang lebih buruk. Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
6. Hasil analisis berdasarkan pengkajian dan Bersihan Jalan Nafas Anak Dengan
diagnosa keperawatan seluruh anak Bronkopneumonia. REAL in Nursing
mengalami ketidakefektifan bersihan jalan Journal, 1(2), 77–83.
napas, gangguan pertukaran gas dan https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari article/view/266
kebutuhan tubuh. Andarmoyo, S. (2012). Pengaruh Terapi Non-
7. Hasil analisis berdasarkan intervensi dan Farmakologi (Imaginasi Terbimbing)
implementasi keperawatan maka ketiga Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post
anak mendapatkan intervensi dan Operasi Sectio Caesaria Pada Ibu
implementasi sesuai dengan masalah Primipara Hari 1-2 Di Ruang Melati
keperawatan yang muncul. RSUD Prof DR. Hardjono Ponorogo.
8. Hasil analisis berdasarkan evaluasi Bennete. M. J. (2013). Pediatric pneumonia.
keperawatan pada anak satu dan dua pada Cutts, F. T., Zaman, S. M. A., & Enwere, G.
assessment tujuan tercapai, masalah (2005). Erratum: Efficacy of nine-valent
teratasi dan pada anak ketiga tujuan pneumococcal conjugate vaccine
sebagian tercapai, masalah belum teratasi. against pneumonia and invasive
pneumococcal disease in the Gambia:
Daftar Pustaka Randomised, double-blind, placebo-
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2016). Pengantar controlled trial (Lancet (2005) 365
Gizi Masyarakat [Google Books]. In (1139-1146)). In Lancet (Vol. 366, Issue
Kencana (pp. 117–148). 9479, p. 28).
https://books.google.co.id/books?hl=en https://doi.org/10.1016/S0140-
&lr=&id=kqhADwAAQBAJ&oi=fnd&pg= 6736(05)66826-2
PA3&dq=etiologi+obesitas&ots=OuMQE European Medicine Agency. (2015). Ambroxol
YJfXX&sig=wdfRSEaYV6anKZTWJNEPxN and bromhexine containing medicinal
7Zuig&redir_esc=y#v=onepage&q=etiol products.
ogi obesitas&f=false Fatmala, S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN
Ahmad., C. E. T. (2019). Pediatric Pneumonia - PADA ANAK USIA INFANT (1-3 BULAN)
StatPearls - NCBI Bookshelf. In DENGAN BRONKOPNEUMONIA DENGAN
Statpearls (Internet). MASALAH KEPERAWATAN
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NB KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
K536940/?report=classic NAPAS DI RUANG KALIMAYA ATAS
Akashi, Y., Hayashi, D., Suzuki, H., Shiigai, M., RSUD dr. SLAMET GARUT.
Kanemoto, K., Notake, S., Ishiodori, T., http://eprints.umpo.ac.id/6169/3/BAB
Ishikawa, H., & Imai, H. (2018). Clinical II.pdf
features and seasonal variations in the Gessner, B. D., Sutanto, A., Linehan, M.,
prevalence of macrolide-resistant Djelantik, I. G. G., Fletcher, T.,
Mycoplasma pneumoniae. In Journal of Gerudug, I. K., Ingerani, Mercer, D.,
General and Family Medicine (Vol. 19, Moniaga, V., Moulton, P. L. H.,
Issue 6, pp. 191–197). Mulholland, P. K., Nelson, C.,
https://doi.org/10.1002/jgf2.201 Soemohardjo, S., Steinhoff, P. M.,
Alaydrus, S. (2018). Evaluasi Penggunaan Widjaya, A., Stoeckel, P., Maynard, J., &
Antibiotik Pada Anak Penderita Arjoso, S. (2005). Incidences of vaccine-
Bronkopneumonia Di Rumah Sakit preventable Haemophilus influenzae
Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2017. type b pneumonia and meningitis in
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Indonesian children: Hamlet-
4(02), 83–93. randomised vaccine-probe trial. In
Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Lancet (Vol. 365, Issue 9453, pp. 43–
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 126
52). https://doi.org/10.1016/S0140- Omer, S. B., Sutanto, A., Sarwo, H., Linehan,
6736(04)17664-2 M., Djelantik, I. G. G., Mercer, D.,
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2016). Study Moniaga, V., Moulton, L. H., Widjaya,
Guide for Wong’s Essentials of Pediatric A., Muljati, P., Gessner, B. D., &
Nursing. www.elsevier.com/permissions. Steinhoff, M. C. (2008). Climatic,
IDAI. (2017). Jadwal Imunisasi 2017. IDAI. temporal, and geographic characteristics
ISLAMIYATI, D. (2020). ASUHAN of respiratory syncytial virus disease in a
KEPERAWATAN PADA ANAK tropical island population. In
BRONKOPNEUMONIA DENGAN Epidemiology and Infection (Vol. 136,
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN Issue 10, pp. 1319–1327).
NAPAS DI RUANG KALIMAYA ATAS https://doi.org/10.1017/S095026880700
RSUD DR. SLAMET GARUT. 0015
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstre Prabhakara, G. (2010). Profil Kesehatan
am/handle/123456789/767/Dian Indonesia 2019. Short Textbook of
islamiyati-1- Preventive and Social Medicine.
71.pdf?sequence=1&isAllowed=y https://doi.org/10.5005/jp/books/11257
Josefa, R., Sovia, R., & Mandala, E. P. W. _5
(2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Purnamawati, I. G. A. D., & Fajri, I. R. (2020).
Pneumonia Pada Anak Menggunakan Asuhan Keperawatan Pada Anak
Metode Case Based Reasoning. Seminar Dengan Bronkopneumonia: Suatu Studi
Nasional Teknologi Komputer & Sains Kasus. Buletin Kesehatan: Publikasi
(SAINTEKS), 1(1). Ilmiah Bidang Kesehatan, 4(2), 109–
Karen J. Marcdante, Kliegman, R., Jenson, H., 123.
& Behrman, R. (2013). Nelson Ilmu Rahajoe NN, Supriyatno B, dan S. D. (2010).
Kesehatan Anak Esensial 6th Edition (p. Buku ajar respirologi anak (EDISI 1).
892). IDAI.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Tatalaksana Rasyid, Z. (2013). Faktor-faktor yang
Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut berhubungan dengan kejadian
Berat Suspek Middle East Respiratory pneumonia anak balita di RSUD
Syndrome-Corona Virus (Mers-Cov). Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal
Who, 1–18. Kesehatan Komunitas, 2(3), 136–140.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/201 RI., D. (2016). Pedoman pelaksanaan stimulasi,
6/10/Pedoman-Tatalaksana-Klinis- deteksi, dan intervensi tumbuh
Infeksi-Saluran-Pernapasan-Akut-Berat- kembang anak.
Suspek.pdf Saraya, T. (2017). Mycoplasma pneumoniae
Monita, O., Yani, F. F., & Lestari, Y. (2015). infection: Basics. In Journal of General
Profil pasien pneumonia komunitas di and Family Medicine (Vol. 18, Issue 3,
bagian anak RSUP DR. M. Djamil pp. 118–125).
Padang Sumatera Barat. Jurnal https://doi.org/10.1002/jgf2.15
Kesehatan Andalas, 4(1). Sinaga, F. (2018). FAKTOR RISIKO
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk BRONKOPNEUMONIA PADA USIA
a/article/view/225 DIBAWAH LIMA TAHUN YANG DI
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan RAWAT INAP DI RSUD DR. H. ABDOEL
Definisi & Klasifikasi 2018-2020. (Monica MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN
Ester& Wuri Praptiani (ed.); EDISI 10). 2015. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
EGC. Kesehatan, 5(2).
Nurarif dan Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Soekatri, M. Y. E. (2020). Normalkah
Keperawatan Berdasarakan Diagnosa Pertumbuhan dan Perkembangan Si
Medis & NANDA NIC-NOC. MEDIACTION Buah Hati ?
PUBLISHING. Syaifuddin. (2014). Anatomi fisiologi. Edisi 4
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 127
(EDISI 4). EGC.
Troeger, C., Blacker, B., Khalil, I. A., Rao, P. C.,
Cao, J., Zimsen, S. R. M., Albertson, S.
B., Deshpande, A., Farag, T., Abebe, Z.,
Adetifa, I. M. O., Adhikari, T. B., Akibu,
M., Al Lami, F. H., Al-Eyadhy, A., Alvis-
Guzman, N., Amare, A. T., Amoako, Y.
A., Antonio, C. A. T., … Reiner, R. C.
(2018). Estimates of the global,
regional, and national morbidity,
mortality, and aetiologies of lower
respiratory infections in 195 countries,
1990–2016: a systematic analysis for
the Global Burden of Disease Study
2016. In The Lancet Infectious Diseases
(Vol. 18, Issue 11, pp. 1191–1210).
https://doi.org/10.1016/S1473-
3099(18)30310-4
Verhoeven, D. (2019). Influence of
Immunological Maturity on Respiratory
Syncytial Virus-Induced Morbidity in
Young Children. In Viral Immunology
(Vol. 32, Issue 2, pp. 76–83).
https://doi.org/10.1089/vim.2018.0121
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh
Kembang Anak Usia 0-5 Tahun.
JCA Health Science Volume 1 No 2, 2021 128