0% found this document useful (0 votes)
47 views10 pages

Komunikasi Politik Milenial

1) The document discusses political communication strategies of millennials on social media, using Instagram account of Dedi Mulyadi, former regent of Purwakarta, as a case study. 2) It provides background on how political communication has entered the digital space through social media. Dedi Mulyadi is highlighted for effectively using Instagram to connect with voters and promote his political messages and values. 3) The study aims to examine the meanings and symbols conveyed in Dedi Mulyadi's Instagram posts using Roland Barthes' semiotic model of denotation, connotation and mythology, as well as Gotved's triangle of social-cyber reality focusing on culture, interaction and structure on social media

Uploaded by

Little Bella
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
47 views10 pages

Komunikasi Politik Milenial

1) The document discusses political communication strategies of millennials on social media, using Instagram account of Dedi Mulyadi, former regent of Purwakarta, as a case study. 2) It provides background on how political communication has entered the digital space through social media. Dedi Mulyadi is highlighted for effectively using Instagram to connect with voters and promote his political messages and values. 3) The study aims to examine the meanings and symbols conveyed in Dedi Mulyadi's Instagram posts using Roland Barthes' semiotic model of denotation, connotation and mythology, as well as Gotved's triangle of social-cyber reality focusing on culture, interaction and structure on social media

Uploaded by

Little Bella
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Prosiding Jurnalistik ISSN: 2460-6529

Komunikasi Politik Milenial


Milenial Political Communication
1
Wildan Aulia Nugraha, 2Kiki Zakiah
1,2
Prodi Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: [email protected] , [email protected]

Abstract. The development of communication world has level up to a wider realm. A digital social scope
that is now known as social media have allowed messages to be received quickly. Political communication
particularly campaign have entered the digital scope channel to distribute symbols to be received by target.
Therefore, Dedi Mulyadi as a former Regent of Purwakarta and Golkar party politician used it well. Photo
submissions that appear on Instagram act as a gate to know Dedi more, until the beginning of August 2018,
@dedimulyadi71 has shared 1557 photo and video. In his posts there are always positive values that he
highlighted, either in the form of photos or videos with a caption that always support the photo to look more
established while delivering the messages. Various photo postings in such a way are arranged to make the
concept culture and the pattern become one unit that is inseparable from Dedi’s social media. The elements
of Sundanese culture that are closely related to the graduates of the Faculty of Law, Purnawarman Law
Academy are also distinctive. Moreover, impression of simplicity which arise on Instagram @dedimulyadi71
also unique. With that, writer try to examine the meaning of his posts with Roland Barthes’s Semiotic Model,
that presents a meaning map of denotation, connotation and mythology. Roland Barthes’s model is supported
by Gotved’s triangle of social-cyber reality which emphasizes on Culture, Interaction, and Structure inside
Social Media. So, reality that exists on Social Media can be seen pointing towards campaign such in the
Instagram Account of @dedimulyadi71.
Keywords: Roland Barthes’s Semiotic, Political Campaign, Social Media, Instagram

Abstrak. Perkembangan dunia komunikasi masuk dalam ranah yang lebih luas lagi. Ruang lingkup sosial
berbentuk digital yang kini dikenal dengan media sosial memungkinkan pesan diperoleh dengan cepat.
Komunikasi politk khususnya kampanye masuk di saluran lingkup digital untuk menyalurkan simbol-simbol
untuk diterima para target komunikator kampanye. Instagram dengan 45 juta pengguna menjadi media sosial
yang saat ini paling populer digunakan. Dengan itu, Dedi Mulyadi selaku Mantan Bupati Purwakarta dan
politisi Partai Golkar memanfaatkanya dengan baik. Kiriman-kiriman Foto yang tampil di Instagram seolah
menjadi gerbang untuk mengetahui Dedi lebih dalam, sampai awal bulan Agustus 2018 akun Instagram
@dedimulyadi71 sudah membagikan foto sebanyak 1,557 kiriman foto dan video. Dalam postingan-nya
selalu ada nilai-nilai sosial yang ia tonjolkan, baik berupa foto atau video yang di tambah dengan caption
foto yang selalu mendukung foto untuk tampil lebih “mapan” dalam menyampaikan pesan. Berbagai kiriman
foto tersebut sedemikian rupa dirangkai untuk menjadikan budaya konsep dan polanya menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari Media Sosial Dedi. Unsur budaya Sunda yang lekat dengan lulusan Fakultas
Hukum Universitas Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman Purwakarta ini juga menjadi ciri khas tersendiri.
Selain itu, kesan kesederhanaan yang timbul dalam Instagram @dedimulyadi71 juga menjadi unik. Dengan
seperti itu, penulis berusaha meneliti makna dari kiriman-kiriman foto tersebut dengan Model Semiotika
Roland Barthes yang menyajikan peta makna Denotasi, Konotasi dan Mitologi. Model Roland Bartes ini
didukung dengan teori segita realitas sosial-siber Gotved yang menekankan pada Budaya, Interaksi dan
Struktur yang ada dalam Media Sosial.Sehingga, realitas yang ada di Media Sosial bisa terlihat mengarah
kepada Kampanye seperti apa di akun Instagram @dedimulyadi71.
Kata Kunci: Semiotika Roland Barthes, Kampanye Politik, Media Sosial, Instagram

A. Pendahuluan politik yang dibangun oleh politikus,


Perkembangan yang begitu pesat profesional ataupun aktivis
di dunia digital membuat media sosial menggunakan pembicaraan persuasif.
menjadi hal yang penting untuk Selanjutnya, karena persuasif
dijangkau oleh semua kalangan. Hal ini merupakan proses dua arah, timbal balik,
pun disadari oleh ranah politik yang persuader harus menyesuaikan
terkesan formal dan kaku. Komunikasi himbauannya dengan titik pandang
43
44 | Wildan Aulia Nugraha, et al.

pendengar karena khalayak memilih oleh masyarakat, ditentukan dari


komunikasi yang oleh mereka dianggap bagaimana komunikator mengatur pesan
paling menyenangkan (Rakhmat, 2000; yang dilontarkan. Saluran-saluran
152 dan 166). simbol yang disampaikan harus menjadi
Pentingnya persuasif dalam suatu pesan yang sama sehingga menjadi
komunikasi politik khususnya kampanye kesan yang diamini oleh khalayak ramai.
menjadikan hal tersebut tak lepas dari Berhasil tidaknya seorang aktor politik
cara berkomunikasi. Perlof (dalam ini yang menjadi seni bagaimana seorang
Rakhmat, 2004:28-29) menjelaskan politisi menempatkan dirinya yang
dalam setiap tindakan komunikasi berada di tengah masyarakat digital.
politik khususnya kampanye dimensi Dari yang sudah dibahas di atas
informatif selalu menyatu dengan peneliti memilih salah satu politisi dan
persuasif, sementara dimensi interaktif pejabat daerah yang aktif di berbagai
telah menjadi kebutuhan suatu kegiatan media sosial yaitu, Dedi Mulyadi. Bupati
kampanye untuk mencapai keberhasilan Purwakarta ini menjadikan media
yang optimal. Atas dasar ini maka sosialnya selalu aktif untuk menjangkau
konsep kampanye harus dipahami masyarakat. Instagram salah satunya,
sebagai tindakan komunikasi dua arah aplikasi pembagi foto dan video tersebut
yang didasarkan pada pendekatan sudah digunakan oleh Dedi Mulyadi dari
persuasif. Senada dengan Perlof, Pfau & beberapa tahun ke belakang. Terhitung
Parot (dalam Rakmat 2004: 29) pada pertengahan bulan Mei akun
menjelaskan persuasi secara inheren @dedimulyadi71 sudah membagikan
terkandung dalam kampanye. Dengan foto dan video sebanyak 1.502 postingan
demikian setiap tindakan kampanye dan diikuti oleh 291 ribu warganet.
pada prinsipnya adalah tindakan Politisi dari partai Golkar itu sangat
persuasi. menarik untuk ditelaah lebih dalam.
Dengan itu, media sosial dan Dalam kontestasi Pemilihan
komunikasi politik adalah simbiosis Gubernur 2018 Dedi Mulyadi
mutualisme yang saling membutuhkan berpasangan dengan Dedi Mizwar yang
satu sama lain. Media sosial yang selalu notabene merupakan petahana dari
membutuhkan konten untuk dibahas pemerintahan Jawa Barat sebelumnya.
dalam ranah sosialnya sementara, Mereka berdua diusung oleh Partai
komunikasi politik yang selalu mencari Demokrat dan Partai Golkar. Total kursi
medium yang pas untuk melancarkan koalisi parpol ini berjumlah 29, atau
pesan-pesan politiknya. Dari dua sudut sudah mencukupi persyaratan calon
pandang tersebut, dalam Rakhmat sebanyak 20 kursi.
(2000;177) dikatakan medium yang Menurut Survei Litbang Kompas
digunakan untuk menjangkau semua yang dirilis pada bulan Maret 2018
khalayak besar yang tidak berdekatan, pasangan Dedi Mizwar & Dedi Mulyadi
sehingga kontak intrapersonal bagi didapuk sebagai unggulan pertama untuk
kepentingan politik, yakni sifat memenangi pemilihan Gubernur dan
komunikasi seperti pembaca dan penulis Wakil Gubernur Jawa Barat 2018-2013.
dan faktor-faktor yang membantu, Dalam Survei tersebut, pasangan Dedi-
membentuk garis pesan-pesan yang Dedi mendapatkan 42,8% pendukung
dipertukarkan. sementara pesaing terdekatnya yaitu
Cara menggabungkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul
komunikasi politik dan media sosial saat Ulum mendapatkan survei dengan
ini sudah populer. Namun, berhasil persentase 39,9 persen. Dua pasangan
tidaknya suatu pesan politik diterima lainnya Sudrajat-Ahmad Syaiku sebesar

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Komunikasi Politik Milenial | 45

7,8% dan TB Hasanuddin–Anton penelitian dengan judul; Kampanye


Charliyan sebanyak dan 3,1%. Politik Milenial: Studi Analisis
Dari runtutan di atas, penulis Semiotika Roland Barthes dalam
amat tertarik untuk mengkaji kampanye Kampanye Politik Persuasif Dedi
politik yang ada dalam media sosial Mulyadi di Media Sosial Instagram.
instagram Dedi Mulyadi khusunya Tujuan penelitian di antaranya
dalam Budaya, Interaksi dan Struktur untuk mengetahui:
Kampanyenya itu sendiri. Kampanye 1. Makna Denotasi, Konotasi dan
politik di sini ditujukan untuk Mitologi dalam Budaya Kampanye
menyampaikan simbol yang dimiliki Media Sosial Instagram
sehingga pesan yang ditimbulkan sesuai @dedimulyadi71.
apa yang diingkinkan komunikator. 2. Makna Denotasi, Konotasi dan
Peneliti sendiri menggunakan metode Miologi dalam Interaksi Kampanye
kualitatif dengan pendekatan semiotika Media Sosial Instagram
besutan Roland Barthes. Semiotika @dedimulyadi71.
merupakan pendekatan dengan 3. Makna Denotasi, Konotasi dan
mengutamakan apa maksud dari Mitologi dalam Struktur Kampanye
produksi tanda tersebut, sehingga Media Sosial Instagram
sebagai sebuah mesin produksi makna @dedimulyadi71.
semiotika komunikasi sangat bertumpu
pada pekerja tanda, yang memilih tanda B. LandasanTeori
dari bahan baku tanda-tanda yang ada, 1 Komunikasi
dan mengkombinasikannya dalam Dina K Ivy dan Phil Backlund
rangka memproduksi sebah ekspresi (dalam Mulyana 2007:76) menjelaskan
bahasa bermakna. bahwa komunikasi merupakan proses
Model Roland Bartes (dalam yang terus berlangsung, dinamis,
Sobur, 2003:68) dianggap diambil dari menerima dan mengirim pesan dengan
fenomena-fenomena keseharian yang tujuan berbagi makna. Artinya adalah
luput dari perhatian. Barthes akan selalu terjadi komunikasi yang
menghabiskan waktu untuk ditandai dengan tindakan, perubahan,
menguraikan dan menunjukkan bahwa pertukaran dan perpindahan dengan cara
konotasi yang terkandung dalam apapun. Dengan seperti itu komunikasi
mitologi-mitologi tersebut biasanya menjadi hal yang penting mengingkat
merupakan hasil konstruksi yang cermat. kebutuhan kita sebagai manusia. Selain
Dalam peta model Barthes (dalam Sobur itu, dengan berdasarkan oleh apa yang
2003:69-71) juga diketahui bahwa tanda dikemukakan Wiliam I. Gorden (dalam
denotasi dan konotasi: denotasi Mulyana 2007:5), komunikasi
dijelaskan sebagai makna harfiah atau mempunyai empat fungsi. Keempat
makna sesungguhnya yang mengacu fungsi tersebut yakni, komunikasi sosial,
pada apa kata yang terucap. Sedangkan komunikasi ekspresif, komunikasi ritual
makna konotasi identik dengan operasi dan komunikasi intrumental.
ideologi yang disebutnya sebagai mitos Komunikasi sosial dijelaskan dengan
dan berfungsi untuk mengungkapkan komunikasi yang penting untuk
dan memberikan pembenaran bagi nilai- membangun konsep dari diri kita,
nilai dominan yang berlaku dalam suatu aktualisasi diri, untuk kelangsungan
periode tertentu. Penentuan makna hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
denotasi dan konotasi dijabarkan dalam terhindar dari tekanan dan ketegangan,
penanda dan petanda. Dengan penjelasan antara lain lewat komunikasi yang
di atas penulis tertarik mengangkat

Jurnalistik
46 | Wildan Aulia Nugraha, et al.

menghibur dan memupuk hubungan terhadap kepercayaan rakyat terhadap


dengan orang lain (Mulyana, 2012: 5-6). pemerintahan suatu daerah, perlu
2 Media Sosial dalam dijelaskan pula bagaimana opini publik
Kampanye Politik terbentuk sehingga menjadi konstruksi
Dari poin terakhir “memupuk realitas.
hubungan dengan orang lain”, saat ini Saling berkaitannya antara
konsep menjalin komunikasi dengan proses politik khususnya kampanye dan
orang lain bukan hanya dengan tatap opini publik melahirkan kotak kosong
muka. Media sosial sebagai alat yang yang diisi oleh komunikasi sebagai
lahir pada awal tahun 1990-an menjadi jembatan dengan masyarakat. Seperti
muara berjalannya komunikasi yang yang penulis sudah jelaskan di latar
lebih mudah dalam menyampaikan belakang, komunikasi yang dijalin saat
pesan. Pesan berupa simbol kata-kata ini memberikan adanya medium untuk
atau gambarnya dijelaskan oleh Mulyana mempermudah interaksi informasi
(2007:63) dengan seperangkat simbol tersebut tersebar dengan cepat dan tepat.
verbal atau nonverbal yang mewakili Dengan berjalannya waktu pada era
perasaan, nilai, gagasan atau maksud digital saat ini perkembangan
sumber tadi. komunikasi politik di dunia maya
Dalam membangun komunikasi menjadi senjata baru.
politik khususnya kampanye perlu 3 Komunikasi Virtual
adanya opini yang dibangun sehingga Media sosial hadir membawa
penerima pesan mengerti dan memahami nilai-nilai baru di tengah penggunanya.
sebagai opini yang dibangun oleh publik Tidak hanya dimanfaatkan dalam
itu sendiri. Aristoteles menguraikan mencitrakan diri (self disclosure), tetapi
salah satu cara yang paling tua dan masih juga telah meningkat menjadi medium
tetap paling berguna untuk aspirasi warga secara online. Proses
mengklasifikasikan tipe-tipe pemerintah demokasi yang ada di media sosial tak
yaitu; yang satu, yang sedikit dan yang bisa dibantah lagi, mulai dari tagar
banyak. Untuk menyempurnakan dukungan kepada salah satu lembaga
pendistribusian opini perlu adanya antirasuah Indonesia sampai,
pembahasan lebih lanjut, dalam hal ini memunculkan petisi online dan bahkan
budaya politik berfungsi mempengaruhi dapat menggerakkan massa untuk
apa yang dilakukan oleh pejabat melakukan aksi massa secara offline. Ini
pemerintah (Nimo 2006:36). merupakan contoh bagaimana kekuatan
Sederhananya opini publik sebenarnya media sosial dalam proses demokratisasi
dibangun oleh pejabat pemerintah itu yang ada di Indonesia.
sendiri. Namun, seakan-akan publiklah Karena itu, Rycrof (dalam
yang menginginkan suatu perubahan Nasrullah 2015;129) catatan yang
atau kebijakan tertentu. Oleh sebab itu, menarik bahwa ruang virtual d internet
pada hakikatnya, budaya politik terdiri mendorong munculnya budaya politik.
atas pola kecenderungan kepercayaan, Budaya ini bergerak dalam ruang publik
nilai dan pengharapan yang diikuti baru (new public space) yang merupakan
secara luas. Hal ini pun pernah diteliti ruang virtual (virtual space) tempat di
oleh beberapa ilmuan dengan mana nilai-nilai itu dipertukarkan di
menggunakan gagasan bahwa budaya antara anggota. Aspek selanjutnya dari
politik itu mencakup konsepsi tentang media sosial adalah tidak berlakunya
autoritas dan tentang tujuan sebagai hirkarki. Struktur lapisan masyarakat
karakter budaya politik. Dengan yang ada di dunia offline seakan-akan
pentingnya pembentukan opini publik menjadi luntur dan hilang di media

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Komunikasi Politik Milenial | 47

sosial. Bahkan jabatan-jabatan di partai terlebih dahulu kita mengetahui realitas


politik seta pemerintahan menjadi tidak sosial-siber yang ada di media sosial.
berlaku di internet. Sebuah isu politik Realitas sosial siber (Gotved
bisa dikreasikan oleh siapa saja dan dalam Nasrullah 2015: 52-53) dibagi
didiskusikan menjadi topik perdebatan menjadi tiga yang menjadi satu
yang diikuti oleh siapa pun (Jordan dalan keterkatian. Segitiga siber yang
Nasrullah, 2015:129). Media sosial juga berkaitan dengan media sosial. Pertama;
memberikan semacam kekuatan kepada model realitas sosial ini menjadi dasar
pengguna untuk menyampaikan aspirasi dan landasan teori untuk melihat
mereka. Bahkan, jika petinggi partai bagaimana realitas di media sosial
politik atau pejabat negara memiliki terjadi. Beberapa konsep, seperti
akun di media sosial, komentar atau hubungan khalayak dan media sosial,
aspirasi itu bisa langsung disalurkan. etika di media sosial, atau media sosial
Aspek selanjutnya, media sosial sebagai intitusi bisnis, juga harus
juga digunakan oleh praktisi politik dipandang sebagai prasyarat dalam
untuk meraih simpati dan berkampanye melihat sebuah teori. Kedua, media
di dunia online (Nasrullah 2015;129). sosial harus dipandang sebagai sebuah
Jika selama ini kampanye hanya bersifat medium yang tidak hanya menempatkan
satu arah dan dilakukan di ruang-ruang media sosial sebagai perangkat teknologi
publik itu beralih ke dunia virtual dan dalam berkomunikasi. Melalui media
lebih interaktif. Terlepas apakah akun sosial, pengguna dan interaksi yang
calon presiden atau pejabat pemerintah terjadi di antara pengguna juga
itu dikelola oleh sebuah tim khusus, menghasilkan dimensi lain seperti
namun dengan menggunakan identitas budaya.
calon presiden terlihat bagaimana ada Segitiga realitas sosial-siber
upaya mendekatkan kandidat dengan adalah pengembangan dari model
pemilih. Contoh sederhananya adalah realitas sosial yang merupakan dasar dari
interaksi yang dilakukan oleh objek dari pemahaman terhadap sosiologi yang
penelitian ini, Dedi Mulyadi melalui dikembangkan oleh Boudreau dan
akun media sosianya instagram Newman (1993). Model ini kemudian
menjangkau masyarakat dengan dunia dimodifikasi oleh Gotved (2006a) untuk
virtual yang dibalut dengan melihat bagaimana realitas itu terjadi di
kesederhanaannya. Kondisi ini tidak bisa internet.
dijumpai di dunia offline karena adanya
batasan-batasan di antara warganegara
dengan pejabat atau petinggi negara
alam melakukan komunikasi.
Setelah mengetahui saling
berkaitannya antara komunikasi dan
politik sehingga menjadikan impikasi
dan demokrasi yang ada di media sosial. Sumber: dalam Nasrullah 2015; 52. Model
Selanjutnya untuk mengetahui lebih Gotved, S 2006a. “The Constuction of Cyber
Reality”. In D Silver & A.Massanari (Eds).
dalam mengenai komunikasi politik di Critical cybercultural studies. New York: New
media sosial, komunikasi politik dan York University Press.
media sosial juga memerlukan konten
untuk berjalannya kampaye atau Gambar 1 Segitiga Realitas Sosial-
pembentukan citra. Namun, sebelumnya Siber
untuk mengetahui konten yang pas dalan
melancarkan komunikasi politik,

Jurnalistik
48 | Wildan Aulia Nugraha, et al.

Dikaitkan dengan internet, adalah pengkodean makna dan nilai-nilai


Gotved (dalam Nasrullah 2015:53-54) sosial sebagai yang dianggap sebagai
menggunakan model segitiga ini untuk alamiah. Dalam mitologi Barthes atau
melihat bagaimana komunikasi online sebutan lain mitos sebagai ideologi,
terjadi dan aspek-aspek yang muncul Barthes memahami ideologi sebagai
mengikutinya. Penggunaan teknologi kesadaran palsu yang membuat orang
mengubah realitas sosial yang dalam hidup di dalam dunia imajiner dan ideal,
kondisi tertentu mengaburkan batasan- meski realitas hidupnya yang
batasan yang ada antara teknolgi dan sesungguhnya tidaklah demikian (Sobur,
sosial yang berada dalam pikiran aktan 2013: 71). Dengan penjabaran tersebut
(actant). Terminologi akan merujuk penulis berusaha melihat makna
pada penjelasan Latour (1992) untuk komunikasi politik yang ada dalam
melihat bahwa dalan kajian sains dan media sosial Dedi Mulyadi yang dibalut
teknologi semata. kontruksi realitas media sosial dengan
4 Komunikasi Politik dan metedologi Semiotik Roland Barthes;
Semiotika denotatif- konotatif dan mitologi.
Dengan penjabaran kondisi
konstruksi media sosial di atas, bisa C. Hasil Penelitian
dikaitkan dengan adanya simbol yang 1 Makna Denotasi, Konotasi dan
ada dalam komunikasi politik dan Miologi dalam Interaksi
semiotika Roland Barthes. Sebelumnya Kampanye Media Sosial
telah disampaikan oleh penulis Instagram @dedimulyadi71
bagaimana konstruksi komunkasi politik Yang pertama merupakan bentuk
itu dibangun. Dengan adanya dua subjek merakyat yang dibangun oleh Dedi
antara komunikasi politik dan konstruksi Mulyadi selaku pelaku kampanye di
realitas media sosial. Perlu sedikit media sosialnya. Dalam berbagai bentuk
dijabarkan pula bagaimana pisau bedah denotasi, konotasi dan mitologi dalam
Semiotika Roland Barthes menemukan interaksi kampanye rasa merakyat selalu
fakta yang ada dalam komunikasi politik dilekatkan oleh media sosial instagram
@dedimulyadi71 yang dibalut dengan @dedimulyadi71 tersebut. Contohnya
konstruksi realitas media sosial. pada makna konotatif budaya kampanye,
Semiotik yang yang dikaji oleh dua dari tiga foto yang diambil oleh
Barthes antara lain membahas apa yang peneliti dalam foto tersebut terkandung
menjadi makna denotatif dalam suatu makna merakyatnya yang dibangun.
objek, apa yang menjadi makna Foto pertama dan kedua digambarkan
konotatif dalam suatu objek, juga apa Dedi yang dekat dengan keluarga-
yang menjadi mitos dalam suatu objek keluarga yang kurang mampu
yang diteliti. Tidak hanya memiliki ekonominya. Duduk sejajar dengan
makna denotatif dan konotatif, kebanyakan warga menengah ke bawah
perspektif Barthes tentang mitos ini merupakan ciri khas untuk membangun
menjadi salah satu ciri khas merakyatnya. Selanjutnya unsur dari
semiologinya yang membuka ranah baru merakyatnya pun melekat ketika dilihat
semiologi. Menurut pandangan Barthes, dari interaksi dengan menggunakan
mitos beroprasi pada tingkatan tanda pendekatan konotatif, terdapat dua buah
lapis kedua, yang maknanya sangat foto yang didalamnya terdapat unsur
bersifat konvensional, yaitu disepakati meryakyatnya seorang Dedi Mulyadi.
(bahkan dipercaya) secara luas oleh kedua foto tersebut membuat dua
sebuah anggota masyarakat. Mitos kesamaan yaitu bedara di tengah
dalam pemahaman semiotika Barthes masyarakat dan berinterkasi secara

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Komunikasi Politik Milenial | 49

langsung. Begitu pula dengan pada belajar bahasa (Iskandarwassid dan


pendekatan mitos atau mitologi media Sunendar 2009:55). Jadi, pendekatan
sosial @dedimulyadi71 dalam komunikatif ingin menekankan fungsi
berinteraksi, mitologi kuno bahasa sebagai alat komunikasi dalam
menggendong menjadi hal yang unik dan proses interaksi antarmanusia.
beda untuk sebuah kampanye di media Komunikasi di sini juga bisa berupa
sosial. Terdapat dua buah foto yang ada komunikasi lisan maupun tertulis. Hal
di temuan penelitian yang komunikatif ini terlihat dari beberapa
mengungkapkan bahwa mitos temuan & analisis yang telah dijabarkan
menggendong adalah bentuk kasih diatas. Semisal dengan pembagian
sayang dan tanggung jawab ini diartikan nomor telepon untuk para warga
sebagai merakyatnya Bupati Purwakarta masyarakat mengadukan apapun di
dua periode tersebut. Terakhir daerah Jawa Barat kepada instagram
merakyatnya seorang Dedi dilihat dari @dedimulyadi71. Dengan seperti itu,
konotatif struktur kampanye, di sini peluang untuk lebih mengetahui masalah
dirinya berusaha menjalin komunikasi yang terjadi di masyarakat akan semakin
dua arah dengan masyarakatnya melalui luas dan kebijakannya untuk merespon
media sosial instagram. Dengan dengan cepat membuat kesan Dedi
membagikan no telepon pengaduan atau Mulyadi yang komunikatif. Selain itu,
keluhan tentang apapun untuk warga membalas kolom komentar, direct
masyarakat Jawa Barat. merakyat sendiri massage dan penempatan tagar dalam
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa instagram @dedimulyadi membuat
Indoensia (KBBI) memiliki 2 arti. mapan-nya seorang Dedi ketika
Merakyat berasal dari kata dasar rakyat. disematkan dengan pribadi yang
Merakyat adalah sebuah homonim komukatif. Selain itu dialektika
karena arti-artinya memiliki ejaan dan penulisan yang dibuat menjadi bahasa
pelafalan yang sama tetapi maknanya daerah (Sunda) membuat warga Jawa
berbeda. Merakyat memiliki arti dalam Barat yang lebih mengerti apa yang
kelas adjektiva atau kata sifat sehingga dikatakan sepenuhnya oleh Dedi, seperti
merakyat dapat mengubah kata benda pada temuan mitologi interaksi
atau kata ganti, biasanya dengan kampanye, pada foto Dedi yang
menjelaskannya atau membuatnya menggendong orang tua berbaju merah
menjadi lebih spesifik. tersebut telihat bahasa daerah yang ada
2. Makna Denotasi, Konotasi dan pada keterangan foto. Efek timbul dalam
Mitologi dalam Struktur pemaknaan menggendong yang menjadi
Kampanye Media Sosial kesopanan dan rasa tanggung jawab,
Instagram @dedimulyadi71 pula pada komunikatifnya seorang Dedi
Hal yang kedua timbul dari memberi keterangan karena memakai
penilaian peneliti terhadap denotasi, bahasa daerah bisa menumbuhkan kesan
konotasi dan mitologi dalam struktur kedekatan yang terjalin dengan
kampanye adalah rasa komunikatif. masyarakat yang menggunakan bahasa
Komuikatif sendiri lahir akibat daerah tersebut. Dalam jurnal Balai
ketidakpuasan para praktisi atau bahasa Bali yang diterbitkan pada tahun
pengajar bahasa atas hasil yang dicapai 2014, Bahasa pada umumnya berfungsi
oleh metode tatabahasa terjemahan, yang sebagai alat komunikasi yang utama
hanya mengutamakan penguasaan antaranggota masyarakat dalam suatu
kaidah tatabahasa, mengesampingkan kelompok etnik atau lebih. Berdasarkan
kemampuan berkomunikasi sebagai fungsi tersebut haruslah diakui bahwa
bentuk akhir yang diharapkan dari bahasa khususnya bahasa lisan selalu

Jurnalistik
50 | Wildan Aulia Nugraha, et al.

digunakan dalam dimensi sosial, artinya masyarakat yang ditemui. Dari beberapa
pemakaian bahasa senantiasa melibatkan analisis dan temuan penelitian di atas,
orang lain atau mitra tutur. Pemakaian hampir semua dari beberapa contoh yang
bahasa selalu dikaitkan dengan faktor penulis teliti dari instagram
(hubungan) sosial. Implikasi dari @dedimulyadi71 jika berbicara santai
fenomena pemakaian bahasa dimaksud potret duduknya yang selalu sejajar
yakni setiap individu yang terlibat di dengan lawan bicaranya. Secara denotasi
dalam proses komunikasi senantiasa bisa diartikan secara umum adalah
diatur oleh seperangkat norma atau merakyatnya seorang Dedi ketika
kaidah. Studi tentang pemakaian bahasa mengunjungi warga masyarakat di
terkait erat dengan kajian tempatnya. Ketika dimasukkan dalam
kedwibahasaan. Kajian itu bagaikan konotasi duduk sama rata sangat
sebuah mata rantai yang saling keterkaitan dengan setara dalam
menggerakkan. berbagai aspek, tidak adanya meja dalam
3 Makna Denotasi, Konotasi dan gambar-gambar tersebut pun semakin
Mitologi dalam Budaya menambah kesan kedekatan sama rasa
Kampanye Media Sosial yang dibangun dalam media sosial Dedi
Instagram @dedimulyadi71 Mulyadi.
. Budaya kampanye didasari dari
kebiasaan seseorang yang menggunakan D. Kesimpulan
media sosial sehingga menjadikan Berdasarkan hasil penelitian
kebiasanya tersebut menjadi budaya. yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Keterkaitannya dengan denotasi pada tanda denotasi, konotasi dan mitos pada
temuan dan analisis di atas adalah ikat budaya, stuktur dan interaksi media
kepala yang dipakai oleh Dedi Mulyadi. sosial instagram Dedi Mulyadi meliputi
Ikat kepala sunda yang diartikan secara tiga kelompok kesimpulan, yaitu:
denotasi sebagai pelindung kepala. 1. Pada tahap pertama semiotika
Sedangkan pemaknaan secara konotasi Roland Barthes yaitu makna
ikat sunda tersebut merupakan sebuah denotatif, pada pemaknaan interaksi
simbol bagi raja-raja terdahulu, sehingga media sosial Dedi Mulyadi
jika yang memakai ikat kepala tersebut merupakan hal yang sangat jelas
merupakan orang orang yang seharusnya terasa. Interkasi yang hakikatnya
menjalani kebudayaan yang diturunkan memang berada di media sosial, lalu
oleh raja-raja terdahulu. Mitos yang ada digunakan oleh Dedi Mulyadi
dalam budaya ikat kepala sunda tersebut secara baik sehingga menimbulkan
juga meyakini bahwa jika tidak perhatian untuk masyarakat
dilakukannya kegiatan Pacha Darhma followers @dedimulyadi71. Salah
akan mendapatkan balasan tertentu. satu yang digunakan untuk interaksi
Maka dari itu suatu mitologi yang dengan pemaknaan denotasi adalah
dikaitkan dengan budaya kampanye penjabaran-penjabaran programnya
khususnya ikat kepala sunda ini menjadi yang jelas. Tanda dan penanda
menarik untuk dibahasakan. dalam adanya interkasi ini pun
Selanjutnya, selain ikat yang merupakan sangat terlihat, seperti yang dibahas
budaya kampanye dari denotasi konotasi pada temuan penelitian dan analisis.
dan mitologi. Dari beberapa postingan, Dengan adanya makna denotasi dari
salah satu budaya kampanye yang interaksi media sosial instagram
tersirat dari media sosial Dedi Mulyadi tersebut
@dedimulyadi71 merupakan cara menunjukkan bahwa sejalan dengan
duduknya yang harus sejajar dengan apa yang dimkasudkan denotasi,

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Komunikasi Politik Milenial | 51

“Makna denotasi disebut juga 3. Dalam menelaah mitologi atau


makna denotasional, referensial, mitos dalam budaya & interkasi
konseptual, atau ideasional karena kampanye merupakan suatu hal
makna itu menunjuk (denote) yang kompleks. Dalam mitos
kepada suatu referen, konsep, atau interkasi kampanye ditunjukan
ide tertentu dari suatu referen” dengan sikap menggendong cerita
(Sobur, 2013: 265). Makna denotasi fiksi orang tua yang diartikan
bersifat umum jadi hampir semua sebagai kesopanan dan hormatnya
kalangan dapat mencernanya. kepada masyarakat Jawa Barat dan
Seperti kata “mendenotasikan” sesepuh (orang tua). Dengan tanda
maksud dari kata tersebut adalah dan penanda yang diartikan
menunjukkan, mengemukakan dan demikian, kiranya Dedi Mulyadi
menunjuk kepada apa yang menjadi berhasil memposisikanya dalam
objek. media sosial instagramya. Sehingga
2. Yang kedua merupakan tahapan mitos dengan interkasi dengan
konotasi yang dikaitkan dengan orang tua tersebut bisa diartikan
budaya, struktur & interaksi kebaikan. Selanjutnya merupakan
kampanye. Dalam kaitannya tanda mitos budaya kampanye, hal ini
dan penanda yang ada dalam ditandai dengan pemakaian ikat
konotasi budaya kampanye, seperti kepala sunda pada kepala Dedi
yang sudah dijelaskan dalan temuan Mulyadi. Menyangkutnya beberapa
dan analisis, makna konotai bekerja hal mengenai apa itu ikat sunda dan
dengan baik untuk mempengaruhi bagaimana sejarahnya berhasil
followers sehingga keterkaitan dikonversi oleh media sosialnya
antara kiriman dengan sosok sebagai tanda dan penanda
seorang Dedi Mulyadi menjadi kebudayaan Sunda. Setelah itu,
sejarah dan sejalan. Penjabaran beberapa tetua adat yang ada juga
lainnya dari kesimpulan konotasi mengamini kebaikan-kebaikan ikat
struktur kampanye merupakan sunda tersebut. Demikian begitu
beberapa elemen yang harus dilihat banyak diyakini sehingga timbul
terlebih dahulu. Yang pertama atau efek yang bagus kepada Dedi
merupakan satu kesatuan dari apa Mulyadi itu sendiri.
yang dihasilkan dalam setiap satu
kirimanya, sehingga membentuk DAFTAR PUSTAKA
pesan yang baik dan bisa diterima.
Yang kedua adalah struktur
Mulyana, Deddy. 2005, 2007, 2012.
penempatan waktu kiriman
Ilmu Komunikasi Suatu
sehingga selalu terlihat ketika
Pengantar. Bandung: PT.
followers @dedimulyadi71
Remaja Rosdakarya
membuka halaman media sosial,
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial.
dan yang ketiga merupakan struktur
Bandung: Simbiosa Rekatama
orgasisasi yang mapan dalam tubuh
Media
media sosial instagram
Nimo, Dan. 2006. Komunikasi Politik:
@dedimulyadi sehingga
Khalayak dan Efek. Goodyear
komunikasi dua arah yang coba
Publishing Co.
dibangun bisa efektif dirasakan oleh
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi
masyarakat ataupun calon pemilih
Komunikasi. Edisi Revisi.
yang mengikutinya di instagram.
Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya

Jurnalistik
52 | Wildan Aulia Nugraha, et al.

Rakhmat, Jalaluddin 2004. Manajemen


Kampanye. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Sobur, Alex .2003. Semiotika
Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Volume 5, No. 1, Tahun 2019

You might also like