0% found this document useful (0 votes)
20 views7 pages

572-Article Text-2166-1-10-20211130

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 7

JEP | Volume 5 | Nomor 2| November 2021

e-ISSN 2579-860X
p-ISSN 2614-1221
Doi: https://doi.org/10.24036/jep/vol5-iss2/572

Praktikalitas dan Efektivitas Penggunaan E-Modul Fisika SMA Berbasis Guided


Inquiry Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Peserta Didik

Rudi Kurniawan1), Syafriani2)*


1)
Program Studi Jurusan Magister Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Padang
2)
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Padang
[email protected]
*[email protected]

ABSTRACT
Starting from the lack of students' ability to analyze problems in learning. Given the demands of
the times and the Covid-19 pandemic. The teaching materials needed are in the form of electronic
modules based on guided inquiry learning models and integrated with ethnoscience, to improve
students' critical thinking skills. This e-module supports an independent learning process that can
guide students to carry out investigations independently of problems that can be in the form of cultural
and customary elements around students, to improve students' critical thinking skills. This research
was conducted using the ADDIE development model, to measure the practicality level of the electronic
module using a Likert scale. Measurement of the effectiveness of the aspects of knowledge, skills, and
attitudes was carried out using the t-test and the Man Whitney U test. The results were obtained from
the development of guided inquiry-based e-modules integrated with ethnoscience to improve practical
and effective critical thinking skills.

Keywords : Practicality, Effectiveness, E-module, Guided Inquiry, Ethnoscience.


This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2021 by author.

PENDAHULUAN dengan kebutuhan pengembangan kompetensi


dirinya. Lingkungan yang kondusif dalam
Pembelajaran fisika adalah pelajaran
pembelajaran juga dapat menjadi salah satu
saintifik yang termuat dalam kurikulum 2013
faktor. Pembelajaran efektif tidak lepas dari
untuk kelompok mata pelajaran dalam kelompok
peran guru, kondisi pembelajaran efektif, keter
peminatan matematika dan ilmu alam pada
libatan peserta didik, sumber belajar, dan
SMA/MA. Pembelajaran fisika merupakan
lingkungan belajar yang mendukung hal
pembelajaran yang membahas mengenai
tersebut. Sumber belajar yang dapat digunakan
fenomena-fenomena alam sekitar. Fisika merupa
dalam proses pembelajaran dapat berupa modul.
kan ilmu pengetahuan yang mempelajari
Pembelajaran dengan menggunakan
fenomena alam melalui suatu proses yang
bahan ajar yang tepat, dan sesuai dengan
disebut dengan proses ilmiah dan dibangun
perkembangan zaman serta kondisi dari peserta
dengan sikap ilmiah dan produk ilmiah yang
didik dapat menciptakan proses pembelajaran
terdiri dari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan teori-
yang lebih menyenangkan dan membuat peserta
teori (Trianto, 2010). Pentingnya pembelajaran
didik lebih tertarik untuk belajar. Bahan ajar
fisika dikarenakan fisika sangat erat kaitanya
tersebut dapat berupa modul. Modul ialah
dengan segala aspek kehidupan sehari-hari.
perangkat pembelajaran yang berdiri sendiri dan
Peserta didik perlu mempelajari fisika meng
tersusun dari rangkaian kegiatan belajar yang
ingat bahwa manusia tidak terlepas dari kejadi
dirancang untuk membantu peserta didik
an, bentuk, fenomena gelaja dari alam semesta.
mencapai tujuan pembelajaran (Dwicahyono,
Penunjang pembelajaran fisika perlu
2014; Asrizal, 2020). Modul adalah bahan ajar
disediakan untuk menciptakan pembelajaran
cetak yang didesain untuk pembelajaran mandiri
yang efektif. Pembelajaran berjalan dengan
(Depdiknas, 2008). E-modul ialah seperangkat
efektif bisa terjadi karena berbagai banyak
bahan ajar yang menggunkan perangkat
faktor. Faktor yang mempengaruhinya adalah
elektronik dalam penggunaanya. Menurut
pengaruh dari pendidik yang mengerti akan
Gunawan (2010) e-modul ialah suatu proses
kondisi peserta didik. Proses pembelajaran
pembelajaran yang selalu mengikutsertakan
berjalan efektif jika peserta didik sadar dan tahu
Copyright © 2021, Author et al.
This open access article is distributed under a (CC-BY License)
(Praktikalitas dan Efektivitas Penggunaan E-Modul Fisika SMA Berbasis Guided Inquiry….) 136

tampilan audio visual, suara, video, dan dalam memberikan pertanyaan dan mencari jawaban
penggunaannya mudah dimengerti, sehingga karena rasa ingin tahu sipeserta didik. Namun,
bisa dijadikan bahan ajar maupun media terdapat beberapa tingkatan dalam Inquiry
pembelajaran yang bagus. Menurut Zuhri (2014) menurut Anam (2016) yakni inkuiri terkontrol,
e-modul yakni tampilan suatu pengetahuan inkuiri yang terbimbing, inkuiri terencana,
dalam format buku yang tersaji secara elektronik inkuiri bebas. Inkuiri terkontrol, pendidik
dengan hardisk, disket, CD, flashdisk, dan dapat mengontrol penuh proses pembelajaran baik dari
dioperasikan dengan smartphone maupun segi topik dan sumber pembelajaran yang
komputer. Berdasarkan beberapa pendapat ahli digunakan. Inkuiri terbimbing ini membuat
dapat disimpulkan bahwa e-modul adalah modul peserta didik menemukan jawaban sendiri
yang disajikan dengan pemanfaatan media terhadap masalah dengan di bimbing oleh
elektronik baik dari pembuatan maupun pendidik. inkuiri terencana, pendidik hanya
pengoperasiannya. berperan dalam mengarahkan peserta didik
E-modul ini juga terdapat model membuat kesimpulan serta pembelajaran sama
pembelajaran inkuiri terbimbing. Awal kata seperti penelitian yang biasa dilakukan para ahli.
Inquiry adalah dari Bahasa Inggris yang Inkuiri bebas, peserta didik bebas menentukan
memiliki arti pertanyaan, memeriksa, atau masalah dengan seluruh upaya pemecahan
menyelidiki. Menurut Hamdayama (2016) masalahnya, para peserta didik didorong untuk
Inquiry adalah serangkaian pembelajaran yang belajar mandiri dan pendidik hanya berperan
terfokus pada suatu proses berfikir kritis dan memberikan penilaian dan masukan yang
analitis mencari sendiri jawaban dari pertanyaan membangun.
yang diajukkan. Inquiry menurut Hamdayama Dalam pembelajaran yang mengguna kan
(2016) terdapat ciri-ciri utama. Pertama, dititik model Guided Inquiry, pendidik mem berikan
beratkan pada aktivitas peserta didik menginves pengarahan dan membimbing peserta didik
tigasi. Kedua, semua aktivitas diarahkan untuk dalam pembelajaran. Beberapa pemaparan diatas
menemukan sendiri jawaban dari beberapa dapat disimpulan Guided inquiry merupakan
pertanyaan, sehingga dapat menumbuhkan suatu model pembelajar an yang bertujuan untuk
percaya diri peserta didik. Ketiga, model ini membentuk pola pikir yang kritis dan analisis
bertujuan untuk menambahkan kemampuan peserta didik dengan cara menemukkan sendiri
befikir secara tersusun, masuk akal, dan kritis, jawaban atas masalah yang diberikan pendidik.
atau meningkatnya kecerdasan peserta didik Selain terdapat model pembelajaran pada
sebagai bagian dari mental. Peserta didik tidak e-modul ini terdapat unsur etnosain didalamnya.
hanya dituntut menguasi materi pembelajaran Istilah etnosains berasal dari bahasa yunani dan
belaka, namun peserta didik tahu bagaimana latin yakni Ethnos yang artinya bangsa dan
menggunakan potensi diri nya dengan baik. Scientia yang artinya pengetahuan. Etnosains
Model Inquiry hanya menempatkan pendi adalah pengetahuan kepunyaan suatu suku
dik sebagai fasilisator dan motivator dalam bangsa, bangsa, atau sekelompok orang.
proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2011) Menurut Sudarmin (2014) etnosains seperangkat
terdapat beberapa kelebihan dari model Inquiry suatu ilmu pengetahuan kepunyaan sekumpulan
yang membuat model ini bagus dan sesuai masya rakat yang didapatkan dengan metode
dengan dunia Pendidikan sekarang dan terfokus dan mengikuti cara tertentu yang menjadi bagian
pada pembangunan pengetahuan, sikap, dan dari tradisi masyarakat itu sendiri.
keterampilan. Memberikan kesempatan belajar Bidang kajian yang dalam etnosains ini
sesuai gaya belajar peserta didik itu sendiri, mengakaji segala bentuk tradisi yang memiliki
itulah model inkuiri ini. Perkembangan psiko unsur sains yang terdapat di suatu perkumpulan
logi belajar secara modern menganggap belajar masyarakat. Pernyataan ini sesuai dengan
adalah perubahan tingkah laku dari pengalaman. Sudarmin (2014) yang menyatakan bahwa
Kemampuan belajar peserta didik yang baik dan bidang kajian dari etno sains berpusat pada tiga
tidak terganggu oleh peserta didik berkemam hal yaitu, 1) kebudayaan yang ditafsir sebagai
puan belajar rendah dalam proses pembelajaran. model untuk mengklasifikasikan lingkungan, 2)
Tujuan utama dalam penggunaan model berusaha mengungkap struktur untuk mengklasi
Inquiry dalam pembelajaran untuk membantu fikasikan lingkungan, dan 3) seba gai prinsip
peserta didik dalam menambah sikap disiplin untuk menciptakan dan mem bangun peristiwa
secara intelektual dan terampil berpikir dengan untuk mengumpulkan individu tertentu. Jadi

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141


Rudi Kurniawan, Syafriani 137

etnosains memiliki bahasan yang luas, tidak masalah sehingga dapat ditemukan solusi yang
hanya kebudayaan namun juga membahas tepat. Terdapat target yang dubutuhkan dalam
mengenai kebiasaan dan tradisi dalam berbagai berpikir kritis menurut Greenstein (2012) yakni
aspek kehidupan yang dilakukan oleh suatu sebagai berikut:
perkumpulan masyarakat. 1. Selalu mengunakan berbagai macam permi
Proses pembelajaran menerapkan etno salan yang sesuai dengan situasi.
sains diharapakan peserta didik dapat termo 2. Menangapi dengan baik tuntutan teman,
tivasi dan lebih semangat belajar. Hal tersebut tugas, tujuan dan disiplin yang dihadapi.
karena materi pembelajaran selalu dikaitkan 3. Bangun argumen yang baik dan kritis
dengan objek kajian yang ada disekitar peserta alasan orang lain dengan baik.
didik. Menurut Okebukola (1989) pembelajaran 4. Gunakan bukti literasi yang baik untuk
yang ditambahkan dengan pengetahuan sains mendukung analisis, refleksi, dan pene
asli milik masyarakat itu sendiri dan sains litian.
ilmiah, bisa berdampak dengan peningkatan 5. Terapkan penalaran yang baik secara
pemahaman peserta didik terhadap konsep abstrak dan kualitatif.
ilmiah dan membuat pembelajaran lebih berma 6. Gunakan argumen yang baik untuk meng
kna. Kesimpulan yang dapat diambil dari ungkapkan fakta.
etnosains adalah suatu ilmu yang mengkaji 7. Gunakanlah data yang acak untuk memban
mengenai kebudayaan, kebiasaan, dan tradisi dingkan dua perlakuan.
suatu masyarakat yang dapat dikaji dengan Tujuan berpikir kritis tidak akan tercapai
sains, yang mana bila dipadukan dengan sains jika indikator-indikatornya tidak terlaksana
ilmiah akan membuat proses pembelajaran dengan baik. Menurut Inch (2009) berpikir kritis
menjadi menarik. dapat membuat peserta didik mengkaji gagasan
E-modul berbasis inkuiri terbimbing yang sulit secara sistematis untuk bisa
Berpikir adalah sebuah kegiatan yang selalu memahami masalah yang ada, didapatkan
dilakukan manusia, bahkan saat tertidurpun kita delapan bagian dalam berpikir kritis yakni:
masih berpikir. Pendapat Santrock (2011) proses pertanyaan tehadap permasalahan, informasi,
berpikir adalah mengolah dan mengubah artikan tujuan, konsep, asumsi, sudut pandang, impli
informasi ke dalam memori yang terdapat pada kasi dan akibat, dan interpretasi dan inferensi.
otak. Berpikir dilakukan guna membentuk suatu E-modul berbasis guided inquiry ini
konsep, bernalar dan bepikir kritis, mengambil terintegrasi etnosains merupakan bahan ajar
suatu keputusan, berpikir dengan kreatif, serta elektronik yang bisa membimbing peserta didik
memecahkan masalah. Jika proses berpikir guna menyelidiki permasalahan yang berada di
adalah kegiatan otak mengolah informasi untuk selingkungan peserta didik dapat meningkatkan
tujuan tertentu, maka berpikir kritis merupakan proses pembelajaran secara mandiri. E-modul
bagian darib kegiatan berpikir itu sendiri. berbasis guided inquiry terintegrasi etnosains
Pendapat Cece (2010) tentang kemampuan berpi terdapat sintaks dari model guided inquiry yang
kir kritis, merupakan suatu aktivitas analisis disesuaikan ke dalam komponen-komponen
gagasan yang spesifik, dapat membedakan penyusun dari e-modul seperti komponen
sesuatu dengan tajam, selektif, identifikasi, pendahuluan, kegiatan pembelajaran, dan
membahas dan mengembangkan suatu hal ke evaluasi dapat disisipkan sintaks model guided
arah yang lebih sempurna. Berpikir kritis adalah inquiry. Disisi lain untuk unsur etnosainsnya
suatu cara berpikir tentang sebuah subjek, bisa di integrasiakan dalam sintak eksplorasi
konten, atau masalah dimana pemikir meningkat dari model tersebut. E-modul berbasis guided
kan kualitas pemikirannya dengan cara berpikir inquiry terintegrasi etnosains sangat cocok
secara terstruktur dan penerapan berpikir digunakan dalam pembelajaran sehari-hari
sebagai standar intelektual pemikir tersebut. mengingat fisika mengkaji fenomena yang ada
(Greenstein, 2012). di kehidupan. Penambahan aspek etnosains ini
Berpikir kritis adalah suatu aktivitas diharapkan pembelajaran akan jauh lebih
manusia menganalisis ide atau masalah dengan menarik karena pembahasan dari materi yang
meningkatkan kulitas pemikiran dan kualitas terdapat dalam pembelajaran ada diselingkungan
intelektual yang tinggi tentang ide atau masalah peserta didik.
yang dihadapi. Berpikir kritis sangat dibutuhkan E-modul tersebut bisa dikatakan baik jika
untuk melakukan peng analisisan akan suatu bisa dibuktikan kepraktisannya. Menurut KBBI

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141


(Praktikalitas dan Efektivitas Penggunaan E-Modul Fisika SMA Berbasis Guided Inquiry….) 138

(2008), praktikalitas adalah sesuatu yang METODE PENELITIAN


bersifat praktis, yang artinya mudah dan senang
Penelitian pengembangan dengan R&D
dalam pemakaiannya. Kepraktisan selalu
(Research and Development) dan model pengem
mengacu pada sejauh mana pengguna yaitu
bangannya adalah ADDIE yang selalu memberi
pendidik dan peserta didik serta para ahli
kan peluang untuk melakukan evaluasi pada
mengangap produk yang dikembangkan tersebut
setiap tahapannya sehingga dapat mengurangi
menarik dan dapat digunakan dalam kondisi
kekurangan produk. Menurut Branch (2009)
normal (Fauzan, 2013). Kepraktisan adalah
model pengembangan ADDIE ada lima tahap
praktis dalam penggunaan e-modul berbasis
yaitu analisis, desain, pengembangan, penerap
guided inquiry terintegrasi etnosains. Prakti
an, dan evaluasi.
kalitas sama dengan suatu kemudahan dan
Teknik analisis praktikalitas e-modul
kemaju an yang diperoleh pendidik dan peserta
fisika menggunakan skala likert dengan 4
didik dalam penggunaan e-modul berbasis
kategori penilaian dan menggunakan uji statistik
guided inquiry terintegrasi etnosains.
deskriptif. Keefektifan produk yang dikembang
E-modul yang dikembangkan praktis jika
kan dapat dilihat dari kompetensi pengetahuan
beberapa ahli dan praktisi menyatakan bahwa
dari tes akhir, keterampilan dari tingkatan
jika e-modul dapat digunakan dan keterlaksana
berpikir kritis peserta didik, dan sikap dari
annya minimal berkategori baik. Praktikalitas
obsevasi selama penelitian berlangsung.
adalah suatu tingkat keterpakaian dan keterlak
Sebelum uji hipotesis dilakukan maka data
sanaan e-modul oleh pendidik dan peserta didik
yang didapatkan tersebut di lakukan uji kenor
yang sudah diperbaiki berdasarkan saran dari
malan dan uji kehomogenan data. Uji hipotesis
validator. E-modul berpraktikalitas tinggi, jika
berguna untuk melihat apakah diterima atau
praktis dan mudah digunakan. Penentuan besar
ditolaknya hipotesis yang ada. Uji statistik untuk
kepraktisan e-modul menggunakan lembar peng
menguji hipotesis pada data hasil belajar kedua
amatan yang berupa angket oleh para pendidik
kelas sampel yang terdistribusi normal, maka
dan peserta didik. Namun, e-modul yang dikem
statistik yang bisa digunakan menurut Silalahi
bangkan ini juga dilakukan uji efektivitasnya.
(2018) yaitu sebagai berikut:
Efektivitas atau effective adalah kata
lainnya dari berhasil, tepat atau manjur. ̅̅
𝑋̅̅ ̅̅̅̅
1 −𝑋 2
𝑡=
Keefektifan suatu produk selalu mengacu pada 𝑆 𝑆2 2
√ 1+ 2
sejauh mana pengalaman dan hasil yang 𝑛 𝑛 1 2
didapatkan dari penggunaan produk tersebut
(∑ 𝑥1 )2 (∑ 𝑥2 )2
sehingga tujuan dari dibuatnya produk tercapai ∑ 𝑥12 −∑ 𝑥22 −
𝑛1 𝑛2
(Fauzan, 2013). Efektivitas memperlihatkan 𝑆2 =
𝑛1 +𝑛2 −2
tingkat ketercapaian tujuan. Dengan kata lain,
sesuatu dikatakan efektif apabila tercapainnya Kriteria hipotesis diterima jika nilai t hitung
tujuan. KBBI (2008) mengartikan kata efektif yang diperoleh dari data hasil penelitian lebih
dengan terdampak atau membawa hasil, berhasil besar dari nilai t tabel.
dan efektifitas merupakan keadaan berpengaruh, Menurut pendapat Silalahi (2018) uji mann-
suatu yang berkesan atau suatu hasil. Whitney U-Test bisa dipakai pada data yang
E-modul efektif jika bisa mencapai tujuan tidak normal mengunakan persamaan dibawah
dibuatnya. Efektivitas yang diberi nilai dalam jika sampel lebih dari 20 dengan tidak ada
pembelajaran dengan e-modul berbasis guided rangking yang sama.
inquiry terintegrasi etno sains dikelas eksperi 𝑛 ×𝑛
𝑈 12 2
men adalah melihat respon peserta didik yang 𝑍=
(𝑛
menggunakannya. Keefektifan penggunaan e- √𝑛1 ×𝑛2 1+𝑛2+1)
12
modul juga dilihat dari tiga kompetensi yaitu
kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan Rumus dibawah digunakan jika sampel lebih
kompetensi keterampilan setelah menggunakan dari 20 peserta didik dan terdapat rangking yang
e-modul yang dikembangkan. sama.
𝑛 ×𝑛
𝑈− 1 2 2
𝑍= 𝑛 𝑛 𝑁2 −𝑁
1 2 )( ∑ 𝑇)
√(𝑁(𝑁−1) 12

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141


Rudi Kurniawan, Syafriani 139

Kriteria tolak H0 dan terima H1, jika nilai U pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap
terkecil lebih kecil dari nilai Utabel. telah dilakukan pada setiap pertemuan dengan
cara mengobservasi para peserta didik oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN observer melalui sebuah lembar observasi sikap
Hasil Angket praktikalitas respon guru peserta didik. Penilaian kompetensi sikap terdiri
terdiri dari empat indikator yaitu dapat dari sikap spiritual dan sosial. Hasil
digunakan (usable), mudah digunakan (easy to penilaiannya dapat dilihat pada Gambar 1.
use), menarik (appealing), dan efisien (cost
effective). Hasil kepraktisan pendidik terhadap 83 82 78 79 78
73
e-modul tertera pada Tabel 1.
44 47 45 47 47
Tabel 1. Praktikalitas E-Modul Berdasarkan 42
Respon Pendidik
Indikator % Kategori
Dapat digunakan 88 Baik sekali sikap jujur disiplin toleransi santun percaya
Mudah digunakan 88,75 Baik sekali spiritual diri
Menarik 88,3 Baik sekali
Efisien 88,25 Baik sekali XI MIPA 2 XI MIPA 3
Rata-rata 88,3 Baik sekali
Tabel 1 (satu) menunjukkan bahwa prakti Gambar 1. Hasil Lembar Obsevasi Sikap
kalitas e-modul berdasarkan respon pendidik Peserta Didik
memiliki nilai rata-rata 88,3 % berkriteria Gambar 1 menunjukkan bahwa sikap
sangat praktis. e-modul berbasis guided Inquiry peserta didik yang dinilai pada setiap kali
terintegrasi Etnosains pada pembelajaran fisika pertemuan dilakukan uji normalitas pada kelas
dapat digunakan dengan baik, mudah diguna eksperimen sehingga didapatkan nilai Lo (L
kan, menarik, dan efisien. hitung) sebesar 0,17 dan Lt (L tabel) sebesar
Praktikalitas e-modul dapat dilihat dari 0,15 yang berarti data kompetensi sikap pada
respon para pendidik setelah penggunaan dari kelas eksperimen tidak normal. Kelas kontrol
e-modul. Hasil praktikalitas peserta didik didapatkan nilai Lo sebesar 0,15 dan Lt 0,15
terhadap e-modul dapat dilihat pada Tabel 2. yang yang berarti data terdistribusi normal. Pada
kelas sampel datanya tidak terdistribusi dengan
Tabel 2. Praktikalitas E-Modul Berdasarkan normal maka digunakan uji man whitney U-test.
Respon Peserta Didik Uji hipotesis diperoleh nilai Z hitung -0,935 dan
Indikator % Kategori nilai Z tabel 0,925 yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan kelas eksperimen
Dapat digunakan 83,6 Baik sekali dengan kelas kontrol.
Mudah digunakan 82,4 Baik sekali Penilaian pengetahuan peserta didik dari
Menarik 86 Baik sekali nilai tes akhir dari kelas ekperimen dan kelas
Efisien 81,44 Baik sekali kontrol. Hasil tes akhir tersebut didapatkan nilai
Rata-rata 83,36 Baik sekali Lo 0,12 dan Lt 0,15 untuk kelas eksperimen dan
Berlandaskan pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai Lo 0,13 dan Lt 0,15 untuk kelas kontrol,
kepraktisan e-modul dari peserta didik berkri yang berarti data terdistribusi normal. Nilai tes
teria sangat praktis dengan nilai rata-rata akhir juga dilakukan uji homogenitas
sebesar 83,36 %. Hal tersebut dapat diartikan menggunakan uji statistik chi kuadrat. Berdasar
peserta didik yang meng gunakan e-modul kan data yang terdistribusi normal dan homo
tersebut merasa praktis baik pada keefisienan, gen maka didapatkan nilai chi kuadrat hitung
menarik, dan mudah didigunakan. Hal tersebut 2,5 dan nilai dari chi kuadrat tabel 3,8 yang
dapat dibuktikan dengan tingginya nilai yang berarti hasil tes akhir terdistribusi homogen.
diberi terhadap setiap aspek praktis. Karena data tes akhir terdistribusi normal dan
Uji efektivitas e-modul merupakan lang homogen maka dilakukan uji beda tes akhir
kah lanjutan dari langkah sebelumnya. Evaluasi dengan thitung 5,1 dan ttabel 2 maka hipotesis
yang telah dilakukan pada aspek sikap,

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141


(Praktikalitas dan Efektivitas Penggunaan E-Modul Fisika SMA Berbasis Guided Inquiry….) 140

diterima dan terdapat perbedaan antara kelas Data hasil penelitian menunjukkan bahwa
eksperimen dan kelas kontrol. praktikalitas dan efektivitas e-modul sangat
Data efektivitas dari keterampilan yakni baik. Nilai kepraktisan e-modul yang berkriteria
mengukur seberapa besar tingkatan dalam sangat baik dengan nilai 88,3 dari pendidi dan
berpikir kritis peserta didik setelah dilakukan 83,36 dari peserta didik. Nilai keefektifan e-
pemberian tugas yang terdapat pada e-modul modul juga tergolong baik. Kompetensi penge
berbasis guided inquiry yang terintegrasi etno tahuan, sikap, dan keterampilan yang diujikan
sains. Terdapat lima dasar indikator berpikir dalam melihat keefetifan e-modul, bisa membe
kritis yang dinilai dalam penelitian ini yaitu dakan hasil dari kelas eksperimen dan kelas
information, question at issue, concept, kontrol.
interpretation and inference, dan view of point. Bahan ajar yang dapat dikatakan praktis
Berikut data hasil pengamatan yang telah yakni bahan ajar yang mudah dalam pengguna
dilakukan terhadap peserta didik melalui annya maupun dalam bentuk dari bahan ajar itu
penggunaan e-modul berbasis guided inquiry sendiri. Bahan ajar itu sendiri dapat berbentuk
terintegrasi etno sains yang ditunjukkan pada cetak dan bentuk elektronik atau digital. Bahan
Gambar 2. ajar digital adalah salah satu hal yang dapat
membuat bahan ajar tersebut menjadi lebih
71 74 73 paktis dari segi kemudahan dalam pengguna
60
50 anya. Sama hanlya dengan Usman (2020)
41 kepraktisan suatu bahan ajar yang berbentuk
32
24 26 digital sangat baik. Bahan ajar digital disini bisa
6 berbentuk modul elektronik (e-modul) yang
bukan hanya disajikan dalam bentuk digital
Informasi Pertanyaan Konsep interpretasi sudut semata tetapi e-modul ini juga bisa diakses di
pada dan pandang internet.
masalah inferensi Pembelajaran yang dikaitkan dengan per
masalahan yang sedang hangat dibicarakan atau
XI MIPA 2 XI MIPA 3
permasalahan yang ada disekeliling peserta
didik dapat membuat pembelajaran tersebut
Gambar 2. Keterampilan Berpikir Kritis Peserta menjadi efektif. Hal ini sejalan dengan Asrizal
Didik (2018) bahwasanya pembelajaran akan berjalan
Pada Gambar 2 nilai rata-rata pada dengan efektif jika pemebelajaran tersebut di
kompetensi keterampilan kelas eksperimen dan integrasikan dengan seuatu hal yang dekat
kontrol berbeda. Keterampilan peserta didik peserta didik. Senada dengan hal tersebut
dilakukan uji normalitas, yang didapatkan hasil pembelajaran yang di integrasikan dengan
Lo 0,1 dan Lt 0,15 pada kelas eksperimen. Nilai etnosain yakni pembelajaran yang dikaitkan
Lo 0,13 dan Lt 0,15 pada kelas kontrol. dengan budaya dan tradisi yang berada dekat
Berdasarkan nilai dari L hitung dan L tabel dari lingkungannya. Tradisi atau budaya disini
pada kelas sampel maka dapat disimpulkan data bisa menjadi topik permasalah dari pembe
terdistribusi normal. kompetensi keterampilan lajaran, misalnya pada tradisi permainan anak
juga terdistribusi homogen yakni terbukti pada muda di minang kabau yaitu sipak rago dapat
nilai chi kuatrat hitung 6 dan nilai chi kuatrat dikaitkan dengan momentum dan impuls pada
tabel 4. Uji hipotesis yang sesuai dan bisa pembelajaran fisika. Pembelajaran yang perma
dengan sifat data tersebut adalah uji beda atau salahannya dekat dengan kondisi peserta didik
uji t maka didapatkan nilai thitung 3,9 dan ttabel 2 juga bisa membuat peserta didik berpikir secara
yang berarti bahwa hipotesis bisa diterima. kritis terhadap hal tersebut karena hal yang
Berdasarkan data yang telah didapatkan, disim biasa mereka bahas dan ketahui ternyata
pulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat terdapat hal lain yang dapat dipelajarinnya.
berpikir kritis pada peserta didik. Penggunaan
e-modul yang berbasis guided inquiry terinteg KESIMPULAN
rasi etnosains ternyata dapat membuat peserta Berdasarkan penelitian yang dilakukan
didik berpikir kritis. dapat dikemukakan kesimpulan dari pene litian
ini. Pengembangan e-modul berbasis guided

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141


Rudi Kurniawan, Syafriani 141

Inquiry terintegrasi etnosains pada proses SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo


pembelajaran fisika SMA meningkat kan Menggunkan Macromedia Flash. Jurnal
berpikir kritis peserta didik memiliki kriteria Komuniti.
praktis, dan efektif. Kesimpulan ini bisa dibuat
Hamdayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran.
melalui beberapa uji statistik yang sesuai dengan
Jakarta: Bumi Aksara.
tujuan yang dibuat.
Hanson, D. M. (2005). Designing Process-
DAFTAR PUSTAKA Oriented Guided-Inquiry Activity. New
Anam, K. (2106). Pembelajaran Berbasis York: Pacific Crest.
Inkuiri Metode dan Aplikasi. Inch, E. W. (2009). Critical Thinking
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Communication, The Use of Reason-in
Asrizal., Amran, A., Ananda, A., Festiyed., & Argument. USA: Allyn Bacon.
Yana, W.A. (2018). Effectiveness of Okebukola. (1989). Influence of Social-Cultural
Integrated Science Learning Materials Factor on Secondary Student’ Attitude
of Waves in Life by Integrating Digital toward Science. In sudarmin,
Age Literacy on Grade VIII Students. Pendidikan Karakter, Etnosains dan
Proceeding of The 1st UR International Kearifan Lokal (pp. 44-45). Semarang:
Conference on Educational Sciences. FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Asrizal., Desnita., Darvina, Y., & Usman, E.A. Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran
(2020). Mechanical Wave Module Berorientasi Standar Proses Pendidik
Based on CTL to Improve an. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Environmental Literacy of Students.
International Journal of Progressive Santrock. (2011). Remaja Edisi 11 Jilid 2.
Sciences and Technologies, 44-50. Jakarta: Erlangga.
Branch, R. M. (2009). Instructional Design-The Sudarmin. (2014). Pendidikan Karakter,
ADDIE Approach. New York: Springer. Etnosains dan Kearifan Lokal.
Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Cece, W. (2010). Pendidikan Remidial: Sarana
Semarang.
Pengembangan Mutu Ssumber Daya
Manusia. Bandung: PT Remaja Silalahi, U. (2018). Metodologi Analisis Data
Rosdakarya. dan interpretasi Hasil untuk Penelitian
Sosial Kuantitatif. Bandung: PT Refika
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta:
Aditama.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu.
Dwicahyono, D. d. (2014). Pengembangan Jakarta: Bumi Aksara.
Perangkat Pembelajaran. Jogyakarta: Usman, Esti Aprilia., end Asrizal. (2020).
Gava Media. Results of Validity and Practicality Test
Fauzan, A., Plomp, T., & Gravemeijer, K. of ICT-Science Learning Material with
(2013). The development of an rme- Learning Cycle Model for Improving
based geometry course for Indonesian Digital Literacy of Students. Interna
primary schools. In T. Plomp, & N. tional Journal of Progressive Sciences
Nieveen (Eds.), Educational design and Technologies (IJPSAT), 23(2), 480-
research – Part B: Illustrative cases 488.
(pp. 159-178). Enschede, the Zuhri, M. S. (2014). Pengembangan E-modul
Netherlands: SLO. Berbasis Flip Book Maker dengan
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Model Project Based Learning untuk
Skill. United States: Corwin. Mengembangkan Kemampuan Pemecah
an Masalah Matematika. Proceeding
Gunawan, D. (2010). Modul Pembelajaran Mathematics and Sciences Forum 2014,
Interaktif Elektronika Dasar Untuk 625-628.
Program Keahlian Teknik Audio Video

Volume 5| Nomor 2| November 2021|Page 135-141

You might also like