7488 14375 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

MAKNA SIMBOLIK UPACARA MANGONGKAL HOLI BAGI

MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SIMANINDO KECAMATAN


SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA

By: Fransiska Dessy Putri


Email: [email protected].
Counsellor:
Nurjanah, M.Si

Jurusan Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Hubungan Masyarakat


Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Riau

Kampus Bina Widya jl. H.R Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT
Mangongkal holi is digging up bones deceased, which is the cultural heritage of
the batak toba. In the caremony there mangongkal holi aspects rich symbolic meaning.
The study aims to determine the meaning of inferensial, meaning significance, and
meaning intensional.
This study used a qualitative descriptive method of data collection techniques of
observation, interviews, and dokumentansi. The data obtained are then processed to be
reduced, resulting conclusions are presented to the public. Informants in this study were
four based on purposive sampling method that researchers use. As for the examination
of the validity of the data the researcher used the extension of participation and
triangulation techniques.
The results showed that the inferensial meaning for the people Batak Toba tin
the village Simanindo Subditrict Simanindo District of North Sumatera Province
consists of Martonggoraja, The event includes mangongkal holi ulos panampin,
mangombak, lime water, and turmeria, with colth, ampang, and After the went of grave.
Meaning of significance at a caremony in the form of mangongkal holi meaning of
Relegious values can not be separeted from th symbois used include worship and
ulos,Social values wich include martonggoraja, lime water, with cloth, stone na pir, and
siaughter a buffalo, Interpreted from the chairman of the village cutomary Simanindo.
Mangongkal holi caremony intensional meaning in the form of motivation and feeling.

Keywords: Meaning, Symbolic, Mangongkal holi,


Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2010

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 1


PENDAHULUAN (bersopan santun), budaya
Budaya merupakan salah satu mencipta seni tari, seni ukir,
dasar penting di dalam kehidupan seni suara, dan lain-lain
manusia. Dalam budaya terkandung (Malau, 2000)”.
nilai-nilai, pola pikir, etika, kearifan- Masyarakat Batak adalah salah
kearifan, religiositas, prilaku dan pola satu kelompok suku dari jamaknya
interaksi yang diikuti oleh manusia dan suku-suku yang ada di Indonesia dan
membentuk mereka, baik secara upacara mangongkal holi juga hanya
personal maupun komunal. Sebagai satu dari berbagai ritual pemakaman
bagian dari kehidupan manusia selalu yang dipraktikkan oleh suku Batak di
berupaya untuk mengimplementasikan Indonesia. Adat istiadat adalah suatu
budaya dalam berbagai praktik yang pelaksanaan upacara yang dilaksanakan
menata dan menyelaraskan kehidupan untuk keperluan tertentu yang
manusia dengan lingkungan alam mengandung nilai, aturan dan norma-
sekitarnya, sehingga budaya dipegang norma yang harus dipatuhi oleh
sebagai suatu tradisi yang patut masyarakat yang menganutnya.
dihargai. Masyarakat Batak sepakat meneladani
Setiap budaya mempunyai ciri- tata hidup para leluhurnya yang dapat
ciri khas tertentu, mulai dari acaranya ditunjukkan dengan jelas melalui
atau ritual yang terjadi pada saat proses pepatah dan peribahasa Batak yang
upacara berlangsung. Budaya menjadi menjadi rujukan atau upacara bahkan
sangat penting karena merupakan pertemuan orang-orang Batak dengan
identitas yang menunjukkan karakter mengatakan (Tinambunan, 2010:11)
setiap orang yang memilikinya. Upacara Mangongkal Holi
Konsekuensinya, budaya merupakan merupakan upacara (menggali tulang
landasan komunikasi. Bila budaya belulang). Mangongkal Holi (menggali
beraneka ragam, maka beraneka ragam tulang belulang) adalah tradisi unik
pula praktik-praktik komunikasi. yang dimiliki oleh suku Batak Toba.
“Budaya adalah keseluruhan Tradisi membongkar kembali dan
prilaku kehidupan suatu memindahkan tulang benulang ke
bangsa/masyarakat yang tempat yang dianggap lebih layak, yang
berproses dari kegiatan sudah berlangsung sejak zaman nenek
sehari-hari dan saling moyang suku bangsa Batak. Tradisi ini
mempengaruhi dengan merupakan tradisi langkah yang harus
kemampuan daya pikir, dilestarikan. Mangongkal Holi
daya cipta dan akal budi (menggali tulang belulang) ini
sipelaku; berlangsung terus diselenggarakan dengan ritual atau
menerus dan menjadi kaidah upacara dan juga wajib dilaksanakan
yang baku sebagai pedoman jika seorang anggota keluarga yang
hidup, perilaku dalam masih dikunjungi (lewat mimpi) oleh
pembentukan karakter seorang anggota keluarga yang telah
masyarakat itu dikemudian meninggal.
hari, misalnya; budaya Tradisi Mangongkal Holi yang
hidup dalam kebersamaan dilaksanakan setiap pada acara tersebut
(persatuan), budaya membuat penulis tertarik untuk
menghormati orang lain menelitinya karena di dalam

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 2


pelaksanaannya terdapat simbol-simbol individu menggunakan simbol-simbol
serta perilaku/kegiatan yang saling untuk menciptakan dan
berhubungan dan memiliki makna menginterpretasikan makna dalam
tersendiri. Apa pentingnya tradisi lingkungan mereka (Turner, 2008: 5).
Mangongkal Holi bagi masyarakat Ada beragam definisi yang di
Batak Toba sehingga tradisi tersebut kemukakan para ahli, antara lain :
harus dilaksanakan . 1. Benard Berelson dan Gary A.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Steine
penulis berminat melakukan peneliti “Mengatakan komunikasi
dan mengungkapkan suatu kajian yang transmisi informasi,
pada saat ini perlu dilestarikan dan gagasan, emosi,
dibudayakan ditengah-tengah kehidupan keterampilan, dan
masyarakat, yaitu makna simbolik apa sebagainya, dengan
yang terkandung didalam upacara menggunakan simbol-
mangongkal holi tersebut dan uraian ini simbol, kata-kata,
penulis jadikan penelitian dengan judul gambar, figur, grafik, dan
“Makna Simbolik Upacara Mangongkal sebagainya. Tindakan
Holi Bagi Masyarakat Batak Toba di atau proses transmisi
Desa Simanindo Kecamatan Simanindo itulah yang biasanya
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera disebut komunikasi”
Utara” (dalam Yasir, 2009:9)

TINJAUAN PUSTAKA 2. John R. Wenburg dan


Komunikasi dan Budaya William W. Wilmot:
Komunikasi dan kebudayaan “Komunikasi adalah
merupakan dua konsep yang tidak dapat suatu usaha untuk
dipisahkan.Cara-car kita berkomunikasi, memperoleh makna”
keadaan-keadaan komunikasi kita, (dalam Yasir, 2009: 12)
bahasa dan gaya bahasa yang digunakan Komunikasi memang multi
dan perilaku-perilaku nonverbal kita, makna dan kompleks. Hal ini terlihat
semua itu terutama merupakan respons jelas pada definisi para pakar yang
terhadap dan fungsi budaya kita. diungkapkan di muka. Justru itu tidak
Komunikasi itu terikat oleh budaya, mungkin bisa dirumuskan suatu definisi
kemiripan budaya dalam persepsi yang mampu mencangkup semua
memungkinkan pemberian makna yang seginya, sebab memang komunikasi
mirip pula terhadap suatu objek sosial merupakan suatu fenomena sosial yang
dan suatu peristiwa. Sebagaimana dapat diartikan bermacam-macam
budaya berbeda antara yang satu dengan (multi makna), namun untuk
lainnya, maka praktik dan perilaku memperoleh pemahaman yang
komunikasi individu-individu yang menyeluruh mengenai komunikasi
diasuh dalam budaya tersebut akan manusia, semua definisi yang ada dan
berbeda pula. (Mulyana, 2010: 25) berbeda-beda itu perlu diketahui dan
Komunikasi dikaji secara mendalam. Dari
Richard West & Lynn H. Turner pengkajian itu akan membawa pada
mengemukakan bahwa komunikasi suatu kesimpulan bahwa komunikasi
adalah proses sosial di mana individu- sebagai suatu fenomena sudah tentu

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 3


dapat diartikan atau dikonseptualisasi Brodbeck (1963), makna dimaknakan
bermacam-macam tergantung daripada dengan uraian yang lebih sering
perspektif yang dipakai. (Cangara, 2006 membingungkan dari pada menjelaskan.
: 29) Dalam hal ini Brodbeck membagi
Kebudayaan makna pada tiga corak, sebagai berikut:
Betapa sering masyarakat 1. Makna inferensial, yaitu
memberikan arti kebudayaan dengan makna satu kata
cara yang sederhana. Ada yang (lambang) adalah
mengatakan bahwa kebudayaan itu objek,pikiran, gagasan,
merupakan seni, padahal perlu diingat konsep yang dirujuk oleh
bahwa kebudayaan bukan hanya kata tersebut. dalam
sekedar sebuah seni, kebudayaan uraian Ogden dan
melebihi seni itu sendiri karena Richards (1946), proses
kebudayaan meliputi sebuah jaringan pemberian makna
kerja dalam kehidupan antarmanusia. (reference process)
Kebudayaan itu mempengaruhi nilai- terjadi ketika kita
nilai yang dimiliki manusia, bahkan menghubungkan
mempengaruhi sikap dan perilakunya. lambang dengan yang
Dengan kata lain, semua manusia ditunjukkan lambang
merupakan aktor kebudayaan karena (disebut rujukan atau
manusia bertindak dalam lingkup referent).
kebudayaan. (Liliweri, 2003: 7) 2. Makna yang
menunjukkan arti
Makna dan Simbol (significance) yaitu suatu
Makna istilah sejauh
Pada dasarnya makna dihubungkan dengan
sebenarnya ada pada kepala kita, bukan konsep-konsep yang lain,
terletak pada suatu lambang atau contoh: benda bernyala
simbol. Kalaupun ada orang yang karena ada phlogistion,
mengatakan bahwa kata-kata itu kini setelah ditemukan
mempunyai makna, yang dimaksudkan oksigen phlogistion tidak
sebenarnya kata-kata itu mendorong berarti lagi.
orang untuk memberi makna (yang 3. Makna intesional, yaitu
telah disetujui bersama) terhadap kata- makna yang dimaksud
kata itu (Mulyana, 2010: 96-97). Makna oleh seorang pemakai
tidak terletak pada kata-kata melainkan lambang. Makna ini tidak
pada manusia. Kita menggunakan kata- dapat divalidasi secara
kata untuk mendekati makna yang ingin empiris atau dicarikan
kita komunikasikan (Sobur, 2009: 258). rujukan. Makna ini tidak
Pada sistem budaya, semakin terdapat pada pikiran
banyak orang berkomunikasi semakin orang yang dimiliki
banyak pemahaman suatu makna yang dirinya saja” (dalam
kita peroleh. Penafsiran akan sesuatu Sobur, 2009:262)
makna pada dasarnya dinilai bersifat Simbol
pribadi setiap orang. Sejak Plato, John Simbol (symbol) berasal dari
Locke, Witt Geinstein, sampai kata Yunani “sys-ballein” yang berarti

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 4


melemparkan bersama suatu (benda, Masyarakat Batak
perbuatan) dikaitkan dengan Batak, dapat diartikan sebagai
menyebutkan “symbolos”, yang berarti suatu satu wilayah biasa disebut tanah
tanda atau cari yang memberitahukan Batak. Tanah Batak ialah daerah hunian
sesuatu hal kepada seseorang sekeliling danau toba yang terletak di
(Herusatoto, 2000:10). Simbol adalah Sumatera Utara. Batak juga bisa berarti
bentuk yang menandai sesuatu yang lain sebuah etnis bangsa, disebut Bangsa
di luar perwujudan bentuk simbolik itu Batak. Bangsa Batak termasuk salah
sendiri. Simbol yang tertuliskan yang satu kelompok pribumi di Indonesia,
disebut “bunga” sebagai sesuatu yang yang diyakini bahwa mereka sudah
ada di luar bentuk simbolik itu sendiri. bermukim di Sumatera Utara (Sianipar,
Dalam kaitan ini (Derrida, 1992) 2012:1). Suku Batak adalah salah satu
mengemukakan bahwa “A symbol is a suku bangsa di Indonesia yang
sign which refers to the object that is mendiami provinsi Sumatera Utara,
denotes by virtue of a law, usually an tempatnya di wilayah Kangkat Hulu,
association of general ideas, which Deli Hulu, Dataran Tinggi Karo,
operates to cause the symbol to be Serdang Hulu, Toba, Simalungun,
interpreted as referring to that object” Tapanuli Tengah, dan Mandailing.
(dalam Sobur 2009:156). Dengan arti Masyarakat Batak dapat
demikian, kata misalnya, merupakan diartikan sebagai masyarakat yang
nafsirkan maknanya. Dalam arti terdiri dari Batak Toba, Simalungun,
demikian, kata misalnya merupakan Karo, Pakpak (Dairi), Pasisir, Angkola,
salah satu bentuk simbol karena Mandailing, Padanglawas, Melayu,
hubungan kata dengan dunia acuannya Nias, Batak Alas-Gayo (Malau,
ditentukan berdasarkan kaidah 2000:22-31).
kebahasaannya. Kaidah kebahasaan itu
secara artifisial dinyatakan ditentukan Interaksi Simboli Herbert Blumer
berdasarkan konvensi masyarakat Istilah interaksi simbolik
pemakainya. dikembangkan oleh Herbert Blumer
dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide
Upacara Mangongkal Holi ini telah diungkapkan oleh George
Upacara Mangongkal Holi Herbert Mead (gurunya Blumer) yang
berarti menggali tulang belulang orang kemudian dimodifikasi Blumer dengan
yang telah meninggal. Dalam bahasa tujuan tertentu. Awal perkembangan
Batak Toba, holi berarti tulang atau interaksi simbolik dapat dibagi menjadi
tulang-belulang, disebut juga saring- beberapa mazhab/aliran, yaitu
saring yaitu tulang tengkorak dari orang MazhabChicago, Mahzab Iowa dan
yang telah meninggal Richard Sinaga Pendekatan Dramaturgis dan
1991 (dalam Tinambunan, 2010:129). Etnometodologi. Mahzab Chicago juga
Menurut adat, adapun alasan penggalian dipelopori oleh Herbert Blumer
itu, hendaklah disaksikan oleh unsur melanjutkan penelitian yang dilakukan
Dahlian Na Tolu yaitu dongan oleh Mead. Tradisi Chicago melihat
sabutuha, boru/bere, hula-hula dan orang-orang sebagai kreatif, inovatif,
wajib bila dongan sahuta (papopat dalam situasi yang tidak dapat
sihal-sihal) ikut menyaksikannya diramalkan.

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 5


Esensi interaksi simbolik adalah instrument bagi pengarahan
suatu aktivitas yang merupakan ciri dan pembentukan tindakan”
khas manusia, yakni komunikasi dan Dalam pandangan interaksi
pertukaran simbol yang diberi makna simbolik, sebagaimana ditegaskan
(Mulyana, 2010: 68). Sedangkan Blumer, proses sosial dalam kehidupan
menurut Ralph Larossa dan Donald C. kelompoklah yang menciptakan dan
Reitzes (1993), interaksi simbolik pada menegaskan aturan-aturan, bukan
intinya menjelaskan tentang kerangka aturan-aturan yang menciptakan dan
referensi untuk memahami bagaimana menegakkan kehidupan kelompok.
manusia, bersama dengan orang lain, Dalam konteks ini, makna
menciptakan dunia simbolik dan dikonstruksikan dalam proses interaksi,
bagaimana cara dunia membentuk dan proses tersebut bukanlah medium
perilaku manusia. (West&Turner, 2008: netral yang memungkinkan kekuatan-
96) kekuatan sosial memainkan perannya,
Perspektif interaksi simbolik melainkan justru merupakan substansi
berusaha memahami perilaku manusia sebenarnya dari organisasi sosial dan
dari sudut pandang subjek. Perspektif kekuatan sosial. (Mulyana, 2010: 70)
ini menyarankan bahwa perilaku Pemikiran Blumer memiliki pengaruh
manusia harus dilihat sebagai proses cukup luas dalam berbagai riset
yang memungkinkan manusia sosiologi. Bahkan Blumer memiliki
membentuk dan mengatur perilaku pengaruh cukup luas dalam berbagai
mereka dengan mempertimbangkan riset sosial. Selain itu Blumer pun
ekspektasi orang lain yang menjadi berhasil mengembangkan
mitra interaksi mereka. Definisi yang interaksionisme simbolik sampai pada
mereka berikan kepada orang lain, tingkat metode yang cukup rinci. Teori
situasi, objek, dan bahkan diri mereka interaksionisme simbolik yang
sendirilah yang menentukan perilaku dimaksud Blumer bertumpuk pada tiga
mereka. (Mulyana, 2010: 70) premis utama (dalam Sobur, 2009: 199):
Blumer (dalam Poloma, 2010: 1. Manusia bertindak terhadap
259) menyebutkan bahwa: sesuatu berdasarkan makna-
“Aktor memilih, memeriksa, makna yang ada pada sesuatu
berpikir, mengelompokkan itu bagi mereka.
dan mentransformir makna 2. Makna itu diperoleh dari hasil
dalam hubungannya dengan interaksi sosial yang
situasi di mana dia dilakukan dengan orang lain.
ditempatkan dan arah 3. Makna-makna tersebut
tindakannya. Sebenarnya, disempurnakan di saat proses
interpretasi seharusnya tidak interaksi sosial sedang
dianggap hanya sebagai berlangsung.
penerapan makna-makna Secara ringkas interaksionisme
yang telah ditetapkan, tetapi simbolik didasarkan premis-premis
sebagai suatu proses sebagai berikut:
pembentukan di mana 1. Individu merespons suatu
makna yang dipakai dan situasi simbolik. Mereka
disempurnakan sebagai merespons lingkungan
termasuk objek fisik

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 6


(benda) dan objek sosial karena itu tidak ada
(perilaku manusia) hubungan logis antara
berdasarkan makna yang nama atau simbol dengan
dikandung komponen- objek yang dirujuknya,
komponen lingkungan meskipun terkadang kita
tersebut bagi mereka. sulit untuk memisahkan
Ketika mereka kedua hal itu. Melalui
menghadapi suatu situasi, penggunaan simbol itulah
respons mereka tidak manusia dapat berbagi
bersifat mekanis, tidak pengalaman dan
pula ditentukan oleh pengetahuan tentang
faktor-faktor eksternal; dunia.
alih-alih, respons mereka 3. Ketiga, makna yang
bergantung pada diinterpretasikan individu
bagaimana mereka dapat berubah dari waktu
mendefinisikan situasi ke waktu, sejalan dengan
yang dihadapi dalam perubahan situasi yang
interaksi sosial. Jadi, ditemukan dalam
individulah yang interaksi sosial.
dipandang aktif untuk Perubahan interpretasi
menentukan lingkungan dimungkinkan karena
mereka sendiri. individu dapat
2. Makna adalah produk melakukan proses
interaksi sosial, karena mental, yakni
itu makna tidak melekat berkomunikasi dengan
pada objek, melainkan dirinya sendiri. Manusia
dinegosiasikan melalui membayangkan atau
penggunaan bahasa. merencanakan apa yang
Negosiasi itu mereka lakukan. Dalam
dimungkinkan karena proses ini, individu
manusia mampu mengantisipasi reaksi
menamai segala sesuatu, orang lain, mencari
bukan hanya objek fisik, alternatif-alternatif
tindakan atau peristiwa ucapan atau tindakan
(bahkan tanpa kehadiran yang akan ia lakukan.
objek fisik, tindakan atau Individu membayangkan
peristiwa itu), namun bagaimana orang lain
juga gagasan yang akan merespons ucapan
abstrak. Akan tetapi, atau tindakan mereka.
nama atau simbol yang Proses pengambilan
digunakan untuk peran tertutup (covert
menandai objek, tindakan role-taking) itu penting,
atau gagasan itu bersifat meskipun hal itu tidak
arbitrer (sembarangan). teramati. Oleh karena itu,
Artinya, apa saja bisa kaum interaksi simbolik
dijadikan simbol dan mengakui adanya

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 7


tindakan tertutup dan hadir dalam interaksi sosial bukanlah
tindakan terbuka, sesuatu yang sudah jadi, melainkan
menganggap tindakan sebuah proses yang menjadi kontinyu,
terbuka sebagai sehingga penggunaan simbol-simbol
kelanjutan dari tindakan menjadi penting adanya.
tertutup” (dalam Bertolak dari pemaparan di atas,
Mulyana, 2010:71-72) teori interaksi simbolik digunakan
Teori Interaksi Simbolik pada dalam penelitian ini untuk memahami
dasarnya adalah sebuah teori yang makna dari simbol-simbol yang terdapat
mempunyai inti bahwa manusia dalam upacara mangongkal Holi
bertindak berdasarkan atas makna- sebagai kebudayaan masyarakat batak
makna, dimana makna tersebut di Desa Simanindo Kecamatan
didapatkan dari interaksi dengan orang Simanindo Kabupaten Samosir.
lain, serta makna-makna itu terus Kerangka pemikiran mencakup
berkembang dan disempurnakan pada keseluruhan aspek-aspek diatas dan
saat interaksi itu berlangsung. sekaligus mencakup identifikasi
penelitian.
Kerangka Pemikiran Mengacu kepada teori Interaksi
Kerangka pemikiran merupakan Simbolik Herbert Blumer, maka dalam
pemetaan (mind mapping) yang dibuat penelitian “Makna Simbolik Upacara
dalam penelitian untuk menggambarkan Mangongkal Holi Bagi Masyarakat
alur pikir penulis. Penyusunan kerangka Batak Toba di Desa Simanindo
pemikiran dalam penelitian ini berguna Kecamatan Simanindo Kabupaten
untuk memperjelas jalannya penelitian Samosir Provinsi Sumatera Utara”,
yang dilaksanakan. Kerangka pemikiran penulis memfokuskan penelitian
disusun berdasarkan konsep dari menjadi tiga identifikasi yang meliputi
tahapan-tahapan penulis secara teoritis. makna inferensial yaitu makna satu kata
Dalam penelitian ini, kerangka berfikir (lambang), makna yang menunjukkan
yang disusun penulis terdiri dari teori- arti (significance) dan makna yang
teori yang menjadi pokok-pokok dalam dimaksud oleh pemakai lambang
mendeskripsikan masalah yang diteliti (intensional).
dan dapat menjadi acuan untuk
menemukan dan memecahkan masalah. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengacu pada Penelitian ini menggunakan
esensi dari teori interaksi simbolik yang analisis deskriptif dengan penelitian
dirangkum Deddy Mulyana kualitatif, yang menekankan pada cara
menyebutkan bahwa suatu aktivitas pandang, cara hidup, selera ataupun
yang merupakan ciri khas manusia ungkapan emosi dan keyakinan dari
yakni komunikasi dan pertukaran masyarakat yag diteliti berkenaan
simbol yang diberi makna (dalam dengan masalah yang diteliti yang juga
Sobur, 2009: 197). Teori ini memiliki merupakan data. Dalam penelitian ini
asumsi bahwa perilaku manusia tidak penulis menggunakan metode penelitian
semata-mata sebagai konstruksi dari deskriptif dengan metode
aspek psikis, aspek psikis itu sendiri kualitatif.Maka dari itu, yang menjadi
sebagai sesuatu yang dihasilkan dari subjek penelitian Ketua adat, keluarga
proses pemberian makna. Simbol yang yang melaksanakan upacara

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 8


mangongkal holi, dan warga setempat di Kecamatan Simanindo Kabupaten
Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Samosir Provinsi Sumatera Utara yaitu.
Kabupaten Samosir Sumatera Utara. Adapun simbol-simbol tersebut antara
Dan yang menjadi objek pada penelitian lain:
ini adalah makna simbolik upacara
mangongkal holi bagi masayarakat Makna Martonggoraja
batak toba di Desa Simanindo “Martonggoraja merupakan
Kecamatan Simanindo Kabupaten kegiatan yang wajib
Samosir Provinsi Sumatera Utara. dilaksanakan dalam
Teknik purposive sampling yang pelaksanaan upacara
digunakan untuk mengambil informan. mangongkal holi. Yang
Purposive sampling yakni pengumpulan bertujuan untuk mengetahui
informan dengan menggunakan ataupun kesiapan dari pihak
pertimbangan-pertimbangan tertentu keluarga, kapan hari H
sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang pelaksanaan, peralatan, dan
menjadi kriteria yang relevan dengan biaya yang diperlukan.
penelitian (Nasution, 2012: dengan mengumpulkan
98).Informan penelitian adalah subjek semua anggota keluarga
atau pihak yang mengetahui maupun, yang akan melaksanakan
memberikan informasi kelengkapan upacara, dengan
mengenai objek penelitian. mengundang dongan tubu,
tulang, dongan sahuta agar
HASIL DAN PEMBAHASAN terlaksanan kegiatan”
Makna Inferensial dalam Upacara (wawancara, 13 desember
Mangongkal Holi bagi Masyarakat 2014)
Batak Toba di Desa Simanindo Berdasarkan hasil wawancara
Kecamatan Simanindo Kabupaten diatas, hingga saat ini martonggoraja
Samosir Provinsi Sumatera Utara masih dilaksanakan. Setiap pelaksanaan
Makna inferensial merupakan acara adat batak seperti pesta, atau
makna satu kata (lambang), yang kematian (meninggal dunia), keluarga
dimana proses pemberian makna terjadi yang melaksanakan acara terlebih
ketika kita menghubungkan lambang dahulu mengadakan martonggoraja.
dengan yang di tunjukkan lambang. Dengan mengundang dongan tubu,
Manusia dalam pandangan interaksi tulang, hula-hula, bona tulang, tulang
simbolik Blumer dikonseptualisasikan rorobot, dongan sahuta, boru,bere, dan
sebagai individu yang menciptakan atau ibabere, yang dimana mereka ikut andil
membentuk kembali lingkungannya. atau tahu terhadap acara yang
Definisi yang mereka berikan kepada dilaksanakan pihak keluarga. Karena
orang lain, situasi dan objek yang tujuan dari pelaksanaan martonggo raja
kemudian menentukan tindakan mereka membicarakan atau merapatkan kapan
(Mulyana, 2010: 70). hari H acara di laksanakan, biaya,
Dari hasil wawancara dan peralatan yang digunakan agar
observasi penulis dilapangan, penulis semuanya dapat berjalan dengan
akan menjelaskan beberapa makna ketentutan adat yang berlaku.
inferensial yang terdapat dalam upacara
Mangongkal Holi di Desa Simanindo Acara Mangongkal Holi

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 9


Setelah martonggoraja seperti diatas itu masih diucapkan sesaat
ditetapkan dengan hasil-hasil mufakat, sebelum mencangkul, itu berarti masih
maka selanjutnya melaksanakan acara memperlakukan yang sudah mati itu
mangongkal holi. Pada hari H yang seperti orang hidup. Atau paling sedikit
sudah disepakati, semua unsur menganggap ada rohnya di situ
kerabatan Dahlian Na Tolu (somba mendengar.
marhula-hula, manat mardongan tubu, Air Jeruk Purut dan Kunyit
elek boru) yang diharapkan hadir telah Berdasarkan hasil wawancara
berada dirumah (rumah dari keluarga diatas, dapat dijelaskan bahwa makna
yang melaksanakan mangongkal holi). simbol air jeruk perut selain sebagai
Pihak hula-hula terlebih dahulu pembersih tulang belulang, air jeruk
melakukan ibadah sebelum menuju perut dipercik ketanah kuburan yang
kekuburan yang akan digali. akan digali, agar proses penggalian
Ulos Penampin dapat berjalan dengan lancar.
Ulos merupakan unsur budaya Sedangkan pada kunyit berfungsi untuk
Batak, murni sebagai hasil karya mencegah atau menjaga agar warna
masyarakat suku Batakberupa kainyang tulang-belulang tidak pudar. Air jeruk
ditenunberbentuk selendang. Ulos tidak purut dan kunyit memiliki arti sebagai
memiliki arti magis tetapi memiliki simbol kesucian maupun kemakmuran
simbol pengharapan kepada Tuhan yang untuk semua keluarga yang
melambangkan “Kasih” didalamnya melaksanakan upacara mangongkal
sesuai dengan pepatah Batak yang holi.
berbunyi “Ijuk pangihot ni hodong, ulos Kain Putih dan Ulos Ragidup
pangihot ni holong”, artinya “jika ijuk Berdasarkan hasil wawancara
adalah pengikat pelepah pada batangnya diatas, makna simbol kain putih dan
maka Ulos adalah pengikat kasih ulos ragidup dalam upacara
sayang antara sesama”, maksudnya mangongkal holi sebagai lambang
masyarakat Batak tidak akan kesucian dan pembungkus tulang-
memberikan Ulos kepada orang lain belulang yang sudah dibersihkan.
jika mereka tidak memiliki kasih. Ampang
Berdasarkan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara
diatas, dapat dijelaskan bahwa simbol diatas, makna simbol ampang dalam
ulos panampin dalam upacara upacara mangongkal holi sebagai
mangongkal holi dipakai untuk tempat atau bakul yang gunakan untuk
menampung tulang belulang dan meletakan tulang-belulang. Ampang
merupakan tanda ketulusan seorang (bakul) berisi tulang-belulang itu
paman kepada anak perempuan yang diserahkan pada keluarga. Oleh
melaksanakan tradis penggalian tulang keluarga, ulos yang membungkus
belulang. tulang-belulang itu diambil kembali
Mangombak hingga tulang-belulang itu hanya
Berdasarkan hasil wawancara terbungkus dengan kain putih. Ulos
diatas, dapat dijelaskan bahwa makna ragidup itu dijadikan penutup ampang.
simbol mangombak dalam upacara Batu Na pir
mangongkal holi merupakan proses Berdasarkan hasil wawancara
penggalian tulang-belulang orang yang diatas, makna simbol batu na pir dalam
telah meninggal. Dan bila kata-kata upacara mangongkal holi sebagai

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 10


tempat menyatukan tulang-belulang dalam upacara mangongkal holi.
para leluhur dan menggambarkan Pengungkapan makna-makna yang
kebersamaan. Tujuan utama terdapat dari simbol-simbol dari upacara
membuatkan batu na pir adalah mangongkal holi sesungguhnya akan
mendekatkan rasa persaudaraan sesama dikaji lebih dengan cara memahami
satu ompu, sekaligus memberi bagaimana pemaknaan upacara
penghormatan kepada ompu yang mangongkal holi secara keseluruhan
dibuatkan batu na pirnya. dimana mangongkal holi dimaknai
Penghormatan yang diberikan tersebut sebagai nilai-nilai tertentu.
memang tidak lagi dirasakan oleh ompu
tersebut karena sudah mati. Yang Upacara Mangongkal Holi dari Nilai
merasakan justru keturunan yang Agama
membuatkan itu. Ada kebanggaan
tersendiri bagi mereka yang sanggup Ditinjau dari adat upacara
membangun batu na pir ayah atau Mangongkal Holi yang dimulai dari
kakeknya. Sebagai bukti bahwa sesama Martonggo raja, acara Mangongkal
mereka yang bersaudara, na marhaha Holi, dan acara sepulang dari kuburan
anggi, ada kebersamaan, ada hasadaon (makan bersama dan doa) maka akan
ni roha. Diharapkan sesama keturunan terlihat nilai-nilai agama atau religi
mereka kelak, rasa persaudaran itu tetap yang dianut masyarakat Batak Toba di
terpelihara dan akan selalu tolong- Desa Simanindo. Hal ini dapat dilihat
menolong. dari simbol-simbol maupun kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan nilai
Acara Sepulang Dari Kuburan agama tersebut, antara lain :
Setelah acara Mangongkal Holi 1. Ibadah merupakan doa dan
selesai dilaksanakan. Acara dirumah nyanyian pujian yang di
sepulang dari kuburan adalah doa panjatkan kepada Tuhan
bersama. Untuk doa bersama tersebut Yang Maha Esa. Agar acara
didahului dengan makan bersama. yang dilaksanakan dapat
Dalam makan bersama pihak kelurga berjalan dengan lancar
yang melaksanakan upacara 2. Simbol Ulos memiliki nilai
mangongkal holi menyembelih seekor Keagamaan karena sebelum
kerbau untuk lauk. Tudu-tudu ni dibuat/ditenun terlebih
sipanganon di persembahkan pada hula- dahulu berdoa kepada
hula pemberi ulos panampin. Doa Tuhan, oleh karenanya Ulos
makan dipimpin oleh salah seorang memiliki nilai keimanan
dongan sabutuha. bagi pembuat, pemberi dan
penerimanya.
Makna Significance dalam Upacara 3. Ulos juga menjadi simbol
Mangongkal Holi bagi Masyarakat penyatuan antara manusia
Batak Toba di Desa Simanindo dengan Tuhan, yaitu dalam
Kecamatan Simanindo Kabupaten halpenyampaian doa dan
Samosir Provinsi Sumatera Utara harapan, karena disetiap
Significance merupakan pemberian Ulos selalu
menunjukkan arti suatu istilah, tidak dilapisi dengan doa dan
hanya maka yang melekat pada benda yang menerima Ulos

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 11


tersebut kiranya belulangnya di batu na pir atau tambak.
memperoleh pengharapan Hanya saja penghormatan tersebut
dari Tuhan janganlah memperlakukannya seperti
orang hidup. Jangan ada bahwa di
Upacara Mangongkal Holi dari Nilai tulang-belulang itu masih ada rohnya
Sosial yang bisa berbuat sesuatu kepada yang
Nilai sosial adalah nilai yang masih hidup. kalaupun anggapan
dianut oleh suatu masyarakat, mengenai demikian ada, berarti sudah menyalahi
apa yang dianggap baik dan apa yang atau menyimpang dari iman kristen
dianggap buruk oleh masyarakat. Nilai (Tinambunan, 2010:130). Upacara
sosial juga menjadi sebuah patokan bagi Mangongkal Holi melekat pada
manusia dalam menjalankan masyarakat Batak Toba yang dianggap
kehidupannya dengan orang lain. Nilai mulia dan sebagai tradisi kebudayaan.
sosial ini diyakini memiliki kemampuan Mangongkal Holi dalam bahasa Batak
untuk memberi arti dan memberi Toba, holi berarti tulang-belulang,
penghargaan terhadap orang lain. Untuk disebut juga namanya saring-saring
menentukan sesuatu itu dikatakan baik yaitu tulang tenggorak yang meninggal.
atau buruk, pantas atau tidak pantas
melalui proses menimbang. Hal ini Makna Intesional dalam Upacara
tentu sangat dipengaruhi oleh Mangongkal Holi bagi Masyarakat
kebudayaan yang dianut masyarakat. Batak Toba di Desa Simanindo
Kecamatan Simanindo Kabupaten
Upacara Mangongkal Holi dimaknai Samosir Provinsi Sumatera Utara
dari Ketua Adat Desa Simanindo Makna intesional merupakan
kecamatan Simanindo Kabupaten makna yang dimaksud oleh seseorang
Samosir Provinsi Sumatera Utara pemakai lambang, tidak dapat dicari
Ketua adat dapat dikatakan rujukan. Makna ini tidak terdapat pada
adalah saksi sejarah, budaya dan pikiran orang yang dimiliki dirinya saja
perkembangan kehidupan masyarakat (sobur 2009:262).
Batak sejak zaman dahulu hingga Motivasi
sekarang. Oleh karena itu, penting bagi Motivasi menjadi bagian penting
penulis untuk melihat cara pandang untuk memahami perasaan terdalam
Ketua adat masyarakat Batak di Desa seseorang untuk melaksanakan upacara
Simanindo Kecamatan Simanindo mangongkal holi. Sesuai dengan konsep
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera yang diungkapkan Jahja (2011:64-65)
Utara akan makna dari upacara bahwa motivasi terkait dengan pengaruh
mangongkal holi. Untuk itu penulis yang mendorong seseorang untuk
melakukan wawancara kepada Bapak melakukan sesuatu baik secara internal
Artianus Sihaloho yang sudah lama maupun eksternal.
tinggal di Desa Simanindo. Berdasarkan hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dari pihak keluarga yang
diatas, penghormatan pada orangtua melaksanakan upacara mangongkal holi
bukan hanya pada masa hidupnya, didasarkan oleh faktor internal dari
walaupun sudah meninggal tetap dalam diri pihak keluarga. Diawali
dilakukan dengan cara memelihara dengan mimpi, dimana orangtua yang
kuburannya atau menyimpan tulang telah meninggal datang melalui mimpi

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 12


dan berbicara untuk memindahkan 2. Makna Sigficance dalam upacara
tulang-belulangnya ketempat yang lebih Mangongkal Holi bagi
layak. Adapula ketika melihat upacara Masyarakat Batak Toba di Desa
mangongkal holi, dan menanyakan arti Simanindo Kecamatan
dari mangongkal holi sehingga menjadi Simanindo Kabupaten Samosir
dorongan dari dalam diri sendiri untuk Provinsi Sumatera Utara Nilai-
dapat melaksanakannya. nilai yang terdapat dalam
Perasaan upacara Mangongkal Holi dapat
Perasaan merupakan persepsi dijelaskan sebagai berikut : (1)
ataupun ungkapan dari diri seseorang Nilai Agama. (2) Nilai Sosial,
terhadap suatu hal yang dilakukan, dapat digambarkan dalam
memiliki nilai tersendiri, dan menjadi simbol Ulos Panampin, Air
pencampaian. Dalam psikologi kata Jeruk dan kunyit, kain putih,
perasaan sering diartikan untuk batu Na Pir, dan simbol
pengalaman subjektif sadar mengenai menyembelih kerbau (3)
emosi. Berdasarkan hasil wawancara dimaknai dari ketua adat Desa
diatas, perasaan yang dirasakan oleh Simanindo
pihak keluarga yang melaksanakan 3. Makna Intensional dalam
upacara mangongkal holi merupakan upacara Mangongkal holi bagi
suatu pencapaian dari dalam diri, masyarakat batak toba di Desa
menunjukan keberhasilan dari anak- Simanindo Kecamatan
anak, dan juga mempererat hubungan Simanindo Kabupaten Samosir
kakak beradik dan keluarga besak Provinsi Sumatera Utara
sehingga terjalin silahturahmi antara mencakup motivasi dan
keluarga. perasaan.

KESIMPULAN Saran
Berdasarkan hasil penelitian Upacara Mangongkal Holi
yang dilakukan, maka peneliti dapat memiliki alat serta bahan yang
menyimpulkan beberapa hal sebagai digunakan sebagai salah satu hasil
berikut : kebudayaan suku Batak Toba yang sarat
1. Makna inferensial dalam akan makna hendaknya dilestarikan
upacara Mangongkal Holi bagi keasliannya. Oleh sebab itu penulis
masyarakat Batak Toba di Desa mengajukan beberapa saran melalui
Simanindo Kecamatan skripsi ini dengan harapan dapat
Simanindo Kabupaten Samosir memberikan perkembangan dan
Provinsi Sumatera Utara terdiri wawasan lebih dari pemasalahan yang
dari: (1) Martonggoraja (2) penulis bahas, yaitu :
Acara Mangongkal Holi 1. Saran agar setiap proses
meliputi (a) Ulos Panampin pelaksanaan tentang budaya
(b)Mangombak, (c) Air jeruk khususnya budaya Batak yang
purut dan kunyit. (d) Kain putih juga membahas arti serta makna
(e) Ampang (f) Batu na pir, (3) alat dan bahan yang terdapat
Acara Sepulang dari kuburan, dalam setiap tradisi dapat
menyembelih seekor kerbau dibukukan, sehingga tidak ada
perbedaan tata cara pelaksanaan

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 13


tradisi antar daerah dan Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya
ketidakpahaman masyarakat dalam Komunikasi Antarbudaya.
tentang budaya Batak. Yogyakarta: LKis
2. Saran untuk nilai-nilai yang Malau, Gens, G. 2000. Budaya Batak.
terkandung dalam Mangongkal Jakarta: Yayasan Binabudaya
Holi ini lebih digalih lagi bagi Nusantara Taotoba Nusabudaya
peneliti berikutnya, karena
dalam penelitian kali ini penulis Moleong J. Lexy.2005. Metodologi
merasa kurang mendapatkan Penelitian Kualitatif. Bandung:
informasi mengenai nilai-nilai Remaja Rosdakarya
yang terkandung dalam upacara Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan
Mangongkal Holi dan hanya Filsafat Komunikasi. Bandung:
beberapa nilai yang peneliti PT. Rineka Cipta
dapatkan yaitu nilai agama dan Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi
nilai sosial Penelitian Kualitatif ;
3. Saran agar masyarakat batak Paradigma Baru
toba lebih termotivasi lagi untuk IlmuKomunikasi dan Ilmu Sosial
melestarikan kebudayaan Lainnya. Bandung: Remaja
Mangongkal Holi karena Rosdakarya
merupakan warisan kebudayaan
leluhur. Nasution,S, 2012.Metode Research.
Jakarta: Bumi Aksara
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Patalima, Hamid. 2005. Metode
Buku
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Penelitian Kualitatif. Bandung:
Kualitatif: Dasar-dasar
Alfabeta
Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Poloma, Margareth M. 2010. Sosiologi
PT. Dunia Pustaka Jaya Kontemporer.Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Sianipar, Bangarna. 2012. Horas dari
Kualitatif . Jakarta :Prenada Batak untuk Indonesia. Jakarta:
Media Rumah Indonesia
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Sinaga, Richard. 2013. Meninggal Adat
Ekonomi, Kebijakan Publik dan Dalihan Natolu (Adat Tu na
Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Mondin ). Jakarta: Dian Utama
Kencana Prenada Media Group Supartono. 2004. Ilmu Budaya
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Dasar.Bogor: Ghalia Indonesia
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Sobur, Alex. 2009. Semiotika
Grafindo Persada Komunikasi.Bandung: PT.
Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Remaja Rosdakarya
Komunikasi. Bandung : Widya Tinambunan,W.E. 2001. Ilmu
Padjadjaran Komunikasi Perspektif Asumsi

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 14


dan Pendekatan Metodologis,
Jakarta: Swakarya.
Tinambunan, W. E. 2010. Simbol-
Simbol Tradisional Ulos Tujung
dan Ulos SaputProses
Pemakaman Adat Batak Toba.
Pekanbaru: Yayasan Sinar
Kalesan

Tunner, Lynn H. Dan West Richard.


2008. Pengantar Teori
Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi (edisi 3 buku 1).
Jakarta: Salemba

Yasir. 2009. Pengantar Ilmu


Komunikasi, Pekanbaru: Pusat
Pengembangan Pendidikan

Sumber Lain
http://digilib.unimed.ac.id/mangongkal-

holi-dalam-pandangan-masyarakat-

batak-toba-penganut-agama-katholik-di-

kecamatan-siantar-martoba-29705.html

(Diakses pada tanggal 8 September

pukul 20.15 Wib)

Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015 15

You might also like