100% found this document useful (1 vote)
110 views66 pages

Tesis Full

This thesis examines the benefits of Rumah Pintar Bang Jo for the independence of street children in Pungkuran Village, Semarang City. Rumah Pintar Bang Jo is located at 403 Kauman Village, Semarang City and has 5 volunteers assisting 116 children. The activities at Rumah Pintar aim to develop the independence of the street children by providing skills training, developing their talents and interests, and facilitating their ability to find work and leave street life. Routines at Rumah Pintar include play groups for ages 4-6, study groups for ages 7-12, and a library. The research found that Rumah Pintar helps street children gain independence through its activities and programs
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
110 views66 pages

Tesis Full

This thesis examines the benefits of Rumah Pintar Bang Jo for the independence of street children in Pungkuran Village, Semarang City. Rumah Pintar Bang Jo is located at 403 Kauman Village, Semarang City and has 5 volunteers assisting 116 children. The activities at Rumah Pintar aim to develop the independence of the street children by providing skills training, developing their talents and interests, and facilitating their ability to find work and leave street life. Routines at Rumah Pintar include play groups for ages 4-6, study groups for ages 7-12, and a library. The research found that Rumah Pintar helps street children gain independence through its activities and programs
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 66

MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN) TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK

JALANAN BANG JO PERSATUAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA


(PKBI) JAWA TENGAH DI KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG

TESIS

Oleh
Astuti Eka Stya Iswara
0301516009

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kemandirian merupakan salah satu bekal yang harus dimiliki oleh setiap anak supaya dapat

bertahan hidup dalam lingkungan yang keras sekalipun (peneliti).

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk:

Almamaterku Prodi Pendidikan IPS Pascasarjana UNNES

v
ABSTRACT

Iswara, Astuti Eka Stya. 2020. The Benefits of Rumah Pintar Bang Jo for Street Children’s
Independence in Pungkuran Village, Semarang City. Thesis. Postgraduate Program of
Social Sciences Education, Universitas Negeri Semarang. Supervisor: I. Dr. Thriwaty
Arsal, M. Si., II. Dr. Amin Pujiati, S.E., M. Si. 112 Pg.

Keywords: Assistance, Independence, Street children

The next generation of the nation are children who can survive independently and
virtuous. As the nation's successor, children must grow and develop into adults who are
physically and spiritually healthy, educated, have good morals, and commendable character. It is
necessary to give children affection and proper guidance to achieve the desired condition.
However, there are still many children who are less fortunate in getting these needs. These
disadvantaged groups of children are, for example, street children. Therefore, these street
children are given a place to fulfill the necessities they do not get in the family. Thus, activities
and assistance from volunteers that support street children's training so that they can live
independently are needed.
This research was conducted to determine the activities of the children assisted by
Rumah Pintar, which consists of street children, who were directly aided by volunteers, to
nurture their independence so that they can leave street life. The focus of this research included
(1) the profile of Rumah Pintar Bang Jo PKBI Central Java, (2) the teaching of the value of
independence to street children assisted by Rumah Pintar Bang Jo PKBI Central Java, and (3)
the benefits of Rumah Pintar Bang Jo on street children's independence. Qualitative research
methods were used in this study. The data analysis technique was conducted inductively, where
the pattern of thinking that is repeated is based on observing specific problems, then drawing
general conclusions.
The results of the research showed that (1) the location of the analysis regarding Rumah
Pintar at Kp. Pungkuran No. 403 Kauman, Semarang City, has 5 volunteers and 116 assisted
children, (2) Rumah Pintar can facilitate assisted children to find work and a place for training
so that they can leave street life and have a better living condition, and (3) activities
implemented in Rumah Pintar were routine activities as a means of shaping the independence of
the assisted children and aim to develop talents and interests of the assisted children according
to their abilities.
Rumah Pintar has functions to train, develop, and provide beneficial points for street
children, such as business skills, talents, interests, education for children aged 4-6 years
called kelompok bermain, education for children aged 7-12 years is called a study group, and
libraries. Activities at Rumah Pintar can be executed well with sufficient numbers of volunteers,
well-planned programs, and well-organized schedules.

vi
ABSTRAK

Iswara, Astuti Eka Stya. 2020. Manfaat Rumah Pintar (Rumpin) Terhadap Kemandirian Anak
Jalanan Bang Jo Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (Pkbi) Jawa Tengah Di
Kampung Pungkuran Kota Semarang. Tesis. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dr. Thriwaty Arsal,
M. Si., II. Dr. Amin Pujiati, S.E., M. Si. 112 Halaman.

Kata Kunci: Anak jalanan, Kemandirian, Pendampingan

Generasi penerus bangsa adalah anak-anak yang dapat bertahan hidup mandiri dan
berbudi luhur. Sebagai penerus bangsa, anak-anak harus dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan, bermoral, dan
memiliki akhlak yang terpuji. Untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan, perlu adanya
kasih sayang dan pembinaan yang tepat. Namun, masih banyak anak-anak yang kurang
beruntung dalam mendapatkan kebutuhan tersebut. Golongan anak-anak yang kurang
beruntung tersebut, misalnya anak-anak jalanan. Maka dari itu, anak-anak jalanan tersebut
diberi wadah untuk memenuhi kebutuhan yang tidak mereka dapatkan dalam keluarga.
Sebagai contoh, kegiatan yang mendukung untuk melatih anak-anak jalanan untuk hidup
mandiri dan adanya bimbingan dari para relawan sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-
hari.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan anak-anak dampingan
Rumah Pintar yang terdiri dari anak-anak jalanan, yang dibimbing langsung oleh para
relawan, untuk melatih kemandirian mereka agar mereka dapat meninggalkan kehidupan
jalanan. Fokus penelitian ini meliputi (1) profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng, (2)
bentuk penanaman nilai kemandirian terhadap anak-anak jalanan dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng, dan (3) manfaat Rumah Pintar Bang Jo terhadap kemandirian anak-
anak jalanan. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik analisis
data dilakukan secara induktif, dimana pola berpikir yang diulang-ulang didasarkan pada
pengamatan masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) lokasi penelitian mengenai Rumah Pintar
di Kp. Pungkuran No. 403 Kauman, Kota Semarang, memiliki 5 relawan dan 116 anak-
anak dampingan, (2) Rumah Pintar dapat memfasilitasi anak-anak dampingan untuk
mencari kerja dan tempat kursus agar mereka dapat hidup lebih baik dan meninggalkan
kehidupan jalanan, dan (3) kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Pintar merupakan
kegiatan rutin sebagai sarana untuk melatih kemandirian anak-anak dampingan dan
bertujuan untuk mengembangkan bakat serta minat sesuai dengan kemampuan anak-anak
dampingan.
Rumah Pintar memiliki fungsi untuk melatih, mengembangkan, dan memberikan
hal-hal berharga bagi anak jalanan, seperti keterampilan usaha, bakat, minat, pendidikan
untuk anak usia 4-6 tahun yang disebut kelompok bermain, pendidikan untuk anak usia 7-
12 tahun disebut kelompok belajar, dan perpustakaan. Kegiatan di Rumah Pintar dapat
terlaksana dengan baik dengan jumlah relawan yang mencukupi, program terencana
dengan baik, dan jadwal juga tertata dengan baik.

vii
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya.

Berkat karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Manfaat Rumah Pintar

(Rumpin) Terhadap Kemandirian Anak Jalanan Bang Jo Persatuan Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI) Jawa Tengah di Kampung Pungkuran Kota Semarang”. Tesis ini disusun

sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,

peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-

pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

pertama kali kepada para pembimbing, yaitu Dr. Thriwaty Arsal, M. Si. (Pembimbing I) dan Dr.

Amin Pujiati, S. E., M. Si. (Pembimbing II) yang dengan sabar dan bijaksana memberikan

arahan, ilmu dan bimbingan selama pendidikan, dan penelitian tesis ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu

selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

1. Direksi Prgram Pascasarjana Unnes, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum yang telah

memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penelitian tesis ini.

2. Ketua Program Studi S2 Pendidikan IPS Program Pascasarjana Unnes Dr. Hamdan Tri

Atmaja, M.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penelitian tesis ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

4. Direktur Eksekutif PKBI Jateng yang telah mengizinkan peneliti melaksanakan penelitian

di Rumah Pintar.

5. Para relawan Rumah Pintar yang telah berkenan mendampingi peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

viii
6. Anak-anak dampingan Rumah Pintar yang telah berkenan membantu peneliti dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Bapak kepala sekolah SMK AL FALAH Winong yang telah berkenan memberikan izin

belajar kepada peneliti.

8. Bapak Ibu Guru teman sejawat di SMK AL FALAH Winong yang telah memberikan

dukungan pada peneliti.

9. Teman-teman mahasiswa Program Studi IPS Pascasarjana Unnes angkatan 2016 atas segala

bantuan dan kerja samanya.

10. Kedua Orang Tua dan Suami yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil

kepada peneliti.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti

harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

Semarang, Agustus 2020

Peneliti,

ix
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................................................ii
PENGESAHAN TESIS...............................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN.....................................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................................................v
ABSTRACT..................................................................................................................................vi
ABSTRAK...................................................................................................................................vii
PRAKATA.................................................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................................5
1.3 Cakupan Masalah................................................................................................................5
1.4 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian..............................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................................................7
2.1.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................................7
2.1.2 Anak Jalanan............................................................................................................15
2.1.3 Rumah Singgah........................................................................................................23
2.2 Kerangka Teoretis..............................................................................................................28
2.3 Kerangka Berpikir..............................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................................................32
3.2 Desain Penelitian................................................................................................................32
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................................................33
3.4 Fokus Penelitian.................................................................................................................33
3.5 Sumber Data.......................................................................................................................33
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................................................36
3.7 Analisis Data......................................................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
x
4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................................40
4.1.1 Profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng..............................................................40
4.1.2 Penanaman Kemandirian Anak Jalanan Terhadap Anak Dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng...............................................................................................62
4.1.3 Manfaat Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng Terhadap Kemandirian Anak
Jalanan.....................................................................................................................83
4.2 Pembahasan
4.2.1 Profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng..............................................................85
4.2.2 Penanaman Kemandirian Anak Jalanan Terhadap Anak Dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng...............................................................................................87
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................................................94
5.2 Saran..................................................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................96
LAMPIRAN...............................................................................................................................106

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi tombak suksesnya
bangsa Indonesia. Anak jalanan memiliki hak untuk mendapatkan hidup yang layak dan
tempat tinggal yang layak. Menurut UU Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
Indonesia keberadaan anak Indonesia telah dijamin oleh Negara dalam kebutuhan social,
mental ataupun kebutuhan perkembangan fisiknya. Di Indonesia telah memiliki kekuatan
hukum yang memberikan proteksi terhadap anak (kepustakaan presiden.go.id).
Individu yang mulai berkembang atau menjadi (becoming) kearah kematangan
merupakan salah satu cirri anak mandiri. Anak yang mandiri adalah salah satu cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah asset bangsa, masa depan
bangsa dan negara yang akan datang berada di tangan anak sekarang. Semakin baik
kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu
pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan
bangsa yang akan datang (Indah dan Marjohan, 2013).
Generasi penerus bangsa adalah anak-anak yang dapat bertahan hidup mandiri dan
berbudi luhur. Sebagai penerus bangsa, anak jalanan harus dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan, bermoral dan memiliki
akhlak yang terpuji. Mewujudkan kondisi yang diinginkan, maka perlu adanya kasih sayang
dan pembinaan yang tepat. Golongan anak-anak yang kurang beruntung tersebut misalnya
anak-anak jalanan. Oleh karena itu anak jalanan disediakan wadah guna untuk memenuhi
kebutuhan yang anak jalanan tidak dapatkan dalam keluarga. Kegiatan yang mendukung
untuk melatih anak jalanan untuk hidup mandiri sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-
hari dan perlu adanya bimbingan dari para relawan (Nugroho, 2014).
Anak jalanan adalah anak laki-laki ataupun perempuan yang berumur kurang dari 18
tahun yang melewatkan waktunya, menghabiskan waktunya, dan memanfaatkan waktunya
untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan. Mula-mula anak anak melarikan diri dari
rumah dalam rentang waktu seminggu. Kemudian mereka ulangi dalam jangka waktu yang
lebih lama sampai akhirnya benar-benar tidak kembali ke rumah selama bertahun-tahun.
Setelah di jalanan, proses kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah inisiasi. Biasanya

1
2

anak jalanan yang masih baru akan menjadi objek pengompasan anak jalanan yang lebih
dewasa (Suyanto, 2010).
Rata-rata anak jalanan yang ada di Kota Semarang berusia di bawah 18 tahun.
Artinya, anak-anak jalanan masih layak untuk merasakan pendidikan di sekolah. Namun,
anak-anak jalanan lebih menyukai pekerjaan di jalanan sebagai pengemis dan pengamen.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi tentang pentingnya pendidikan dari orangtua
maupun lingkungannya. Sehingga anak-anak jalanan enggan untuk bersekolah. Apabila ini
dibiarkan, maka sumber daya manusia yang semakin rendah bisa menjadi beban pemerintah
Kota Semarang (yayasanemasindonesia, 2017).
Anak-anak jalanan tidak ingin mencari pekerjaan yang lebih layak. Hal ini disebabkan
karena anak-anak jalanan tersebut sudah nyaman dengan menjadi pengemis dan pengamen.
Anak-anak jalanan enggan menggali potensi yang dimiliki dan cenderung malas. Hal inilah
yang menyebabkan peningkatan angka pengangguran di Kota Semarang. Orangtua
memiliki peranan penting terhadap anak-anak mereka. Namun, orangtua dari anak-anak
jalanan cenderung melepaskan anak-anaknya karena menganggap bahwa anak-anaknya
sedang membantu ekonomi keluarga. Permasalahan ekonomi dan kemiskinan seringkali
jadi alasan mengapa orangtua mengizinkan anak-anak mereka untuk menjadi pengamen dan
pengemis (Mukti, 2012).
Peningkatan anak jalanan menimbulkan keprihatinan bagi semua pihak. Kehidupan
yang dijalani oleh anak jalanan jauh dari kata layak. Bukan hanya itu, anak jalanan juga
menyebabkan permasalahan sosial lainnya seperti gangguan keamanan, kesehatan,
kebersihan, mengurangi keindahan, ketertiban kota dan lain sebagainya. Seringkali
menjumpai anak jalanan yang melakukan aktivitas dijalanan yang membuat pengguna jalan
merasa kasihan terhadap keberadaan anak jalanan dan tidak sedikit pula yang terganggu.
Keberadaan dan berkembangnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu
menjadi perhatian. Anak-anak yang melakukan kegiatan atau tinggal di jalanan senantiasa
berhadapan dengan situasi yang tidak baik dan cenderung negatif serta menjadikan anak
jalanan sebagai korban dari berbagai bentuk eksploitasi seperti kekerasan, tindakan
kriminal, penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras serta kekerasan fisik dan
mental. Situasi ini mengakibatkan perkembangan anak secara mental, fisik dan sosial
menjadi buruk (Asril, 2016).
Sering dijumpai anak-anak jalanan yang beraktivitas di jalan dan membuat pengguna
jalan lain merasa kasihan dengan keadaan tersebut tetapi ada sebagian pengguna jalan yang
terganggu dengan keberadaan anak jalanan tersebut. Menghadapi permasalahan tersebut,
3

anak jalanan harus di bekali oleh skill ataupun kemampuan untuk mengurangi
permasalahan. Anak jalanan harus memiliki kemandirian untuk dapat bertahan hidup dan
tidak hanya menjadi anak jalanan yang di pandang sebelah mata oleh masyarakat sebagai
anak yang merugikan (PKBI Jateng, 2016).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sekat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab (ristekdikti, 2017).
Rumah Pintar didirikan berawal dari rasa keprihatinan kepada sejumlah anak yang
berada di wilayah pasar Johar Semarang, yang jauh dari dunia pendidikan formal. Banyak
diantara anak jalanan yang putus sekolah dikarenakan masalah ekonomi dan lingkungan.
Rumah Pintar sudah berdiri pada Tahun 2010. Kurang lebih sudah tujuh tahun Rumah
Pintar berdiri. Rumah Pintar ini berdiri dinaungi oleh PKBI (Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia) dengan sasaran anak-anak yang berada di wilayah pasar Johar
Semarang. Rumah Pintar ini ramai pengunjung mulai dari anak-anak yang ingin membaca
di perpustakaan Rumah Pintar ataupun hanya sekedar bermain sambil melihat ibu-ibu
sekitar Rumah Pintar yang membuat pernak-pernik bross hand made yang cantik. Rumah
Pintar yang terletak di Kp. Pungkuran No. 403 Semarang ini mempunyai 7 relawan.
Relawan di Rumah Pintar ini dapat membuat anak jalanan di sekitar Johar
mendapatkan skill yang dapat membuat hidup anak jalanan lebih bermanfaat dan terhindar
dari lingkaran setan kemiskinan. Keterampilan warga sekitar Rumah Pintar juga dapat
dijadikan ladang penghasilan bagi kehidupan anak jalanan dengan mendapatkan bimbingan
dari tentor yang ada. Di Rumah Pintar ini anak jalanan mendapatkan apa yang di inginkan
walaupun serba terbatas dan harus berbagi dengan teman lainnya, akan tetapi anak jalanan
lebih memiliki hidup yang berarti daripada anak jalanan harus beraktivitas di jalanan yang
banyak resikonya (PKBI, 2016).
Hal yang dapat memaksa anak jalanan turun ke jalanan antara lain: ekonomi lemah,
tidak diurus oleh keluarganya, putus sekolah, malas mencari kerja, berasal dari keluarga
yang berantakan atau korban perceraian, dan mencari uang tambahan tanpa mau berusaha.
Anak jalanan mendapatkan pendidikan, kasih sayang, kehidupan yang layak dan
pembentukan kepribadian sehingga menjadikan anak jalanan mempunyai hidup yang berarti
dan layak. Semuanya itu akan di dapatkan kalau mau dididik dan dibina pada suatu tempat
dimana tempat tersebut dikelola oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang sangat
4

besar dalam menangani anak jalanan tersebut yang dikenal dengan Rumah Pintar. Di
Rumah Pintar anak jalanan akan mendapatkan apa yang di inginkan meskipun serba
terbatas dan harus berbagi dengan teman lainnya, akan tetapi anak jalanan akan lebih
terlindungi dan memiliki hidup yang berarti daripada harus berkeliaran di jalanan yang
banyak resikonya (PKBI Jateng, 2016).
Rumah Pintar mempunyai peranan penting sebagai tempat bagi anak jalanan yang
tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan pembentukan kepribadian dari
orang tuanya. Rumah Pintar merupakan kelompok relawan peduli anak, dibawah naungan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah berada dalam lingkungan
masyarakat yang baik dan mendukung supaya Rumah Pintar dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik. Rumah Pintar merupakan wadah bagi anak jalanan di sekitar Pasar
Johar untuk menuangkan kreativitasnya. Pendanaan Rumah Pintar sendiri awalnya ada
bantuan dari PT Pertamina akan tetapi setahun belakangan ini pendanaan hanya dari PKBI
dan jika ada event maka pengurus mencari sponsorship guna memenuhi kebutuhan Rumah
Pintar. Rumah Pintar akan ada peningkatan jika mendapat dukungan dan bantuan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dan warga sekitarnya (PKBI Jateng, 2016).
Para pendiri Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa Tengah memiliki keinginan mulia
untuk menuntaskan dan mengeluarkan anak-anak dari jerat kemiskinan. Rumah Pintar Bang
Jo PKBI Jawa Tengah mengusahakan penyaluran kegiatan yang diharapkan dapat
menolong anak dampingannya keluar dari jalanan. Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa
Tengah berinisiatif mencarikan beasiswa bagi anak yang putus sekolah karena kurang biaya
dan juga mencarikan pekerjaan antara lain di bengkel sekitar Pasar Johar untuk anak
dampingan yang laki-laki dan menjadikan anak dampingan perempuan berlatih menjahit
serta membekali keterampilan lain untuk anak jalanan supaya dapat bertahan hidup tanpa
dibayang-bayangi kehidupan jalanan (PKBI Jateng, 2016).
Fungsi Rumah Pintar sebagai tempat penyaluran bakat, edukasi dan sosialisasi dapat
membantu anak jalanan lebih menampilkan kemampuan bersosialisasi dan melatih
kemandirian anak jalanan. Rumah Pintar ini sedikit berbeda dengan rumah singgah yang
lain. Rumah Pintar ini memberikan pemahaman kepada anak-anak jalanan akan
pentingnya pendidikan dan keterampilan. Rumah Pintar membekali dan memberikan
beasiswa bagi anak-anak jalanan untuk melanjutkan sekolah. Selain itu Rumah Pintar
memberikan keterampilan dalam hal memproduksi kerajianan tangan kepada anak jalanan
dan warga sekitar untuk bekal mendirikan usaha. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada Rumah Pintar dengan judul penelitian “MANFAAT RUMAH
5

PINTAR (RUMPIN) TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO


PERSATUAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG”
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Faktor yang mempengaruhi dan membuat anak turun ke jalan adalah kondisi orang
tua yang sibuk bekerja, anak putus sekolah, kondisi ekonomi keluarga,kondisi lingkungan
tempat tinggal, perilaku malas bekerja, serta perilaku anak yang tidak sesuai norma. Rumah
Pintar Bang Jo telah melakukan kontribusi guna membimbing anak-anak tersebut supaya
dapat keluar dari jerat jalanan. Cara Rumah Pintar Bang Jo untuk membimbing anak-anak
dengan cara penanaman nilai kemandirian melalui nilai-nilai sosial yang dilaksanakan
sehari-hari.
Kegiatan yang ada di Rumah Pintar selalu di dampingi oleh para relawan yang
membantu semua kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk mengedukasi anak-anak supaya lebih disiplin waktu, menjaga kesehatan
dan pada akhirnya dapat keluar dari jalanan.
1.3 CAKUPAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut cakupan masalah dalam penelitian ini adalah
Kemandirian Anak Jalanan melalui Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa Tengah.
1.4 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng?
2. Bagaimanakah bentuk penanaman nilai kemandirian anak jalanan terhadap anak
dampingan Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng?
3. Bagaimanakah manfaat adanya Rumah Pintar Bang Jo terhadap kemandirian anak
jalanan?
1.5 TUJUAN PENELITIAN
1.Mendiskripsikan profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng.
2. Mengkaji penanaman nilai kemandirian anak jalanan terhadap anak dampingan Rumah
Pintar Bang Jo PKBI Jateng.
3. Menganalisis manfaat adanya Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng terhadap kemandirian
anak jalanan.
1.6 MANFAAT PENELITIAN
1. MANFAAT TEORETIS
6

Manfaat secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan ilmunya dapat diaplikasikan di lingkungan masyarakat, sehingga
mendapat pengalaman antara teori dengan kenyataan di lapangan.
2. MANFAAT PRAKTIS
a. Manfaat praktis bagi Rumah Pintar atau Organisasi yang bergerak pada bidang
penanganan anak jalanan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga upaya
pelayanan sosial kepada anak jalanan dapat lebih dioptimalkan.
b. Bagi masyarakat dan pihak-pihak yang bertanggung jawab, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap permasalahan anak jalanan, pemerintah atau lembaga lain yang terlibat
dalam usaha memberikan perlindungan terhadap hak pendidikan anak jalanan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai anak jalanan sudah banyak dilakukan. Irene Rizzini dan
Mark W. Lusk melakukan penelitian di Amerika tentang keberadaan anak jalanan
pada tahun 1995. Latar belakang adnya permasalahan anak jalanan di Amerika Latin
disebabkan adanya masalah ekonomi dan kurangnya penghargaan hak asasi manusia.
Selain itu tingginya pengangguran, urbanisasi, pemukiman yang tidak memadai serta
jumlah warga Amerika Latin yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 44%
juga menjadi factor keberadaan anak jalanan. Solusi yang ditawarkan pada penelitian
ini adalah melalui pendekatan preventif karena pemahaman mengenai isu anak
jalanan dapat diperoleh dari kekuatan social dan ekonomi yang membentuk nasib
anak jalanan.
Le Roux dan Smith (1998) melakukan penelitian tentang penyebab dan
karakteristik anak jalanan secara global. Penyebab munculya anak-anak jalanan
diseluruh dunia adalah stress social terkait industrialisasi yang pesat dan urbanisasi,
rusaknya struktur dan nilai-nilai keluarga tradisional, kemiskinan dan factor-faktor
politik. Anak-anak jalanan memiliki karakteristik sebagai berikut: anak-anak sering
tampak lebih kecildari usianya karena kekurangan gizi kronis, kebanyakan dari anak
jalanan mengalami putus sekolah, saling bersatu sebagai sebuah system persahabatan
yang luar biasa dan dapat menggantikan posisi keluarga sebagai sumber dukungan
emosional dan ekonomi.
Moura (2002) menganalisis berbagai literature yang berkaitan dengan anak
jalanan. Beberapa factor yang menyebabkan fenomena anak jalanan diantaranya
adalah migrasi, kesulitan ekonomi, disfungsi keluarga dan pelecehan terhadap anak.
Konstruksi social anak jalanan menunjukkan kesenjangan social. Kehidupan anak
jalanan dan keluarganya digambarkan sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat yang kemudian diasingkan.
Penelitian dilakukan Beazley (2003) menemukan di Jogjakarta bahwa
kecenderungan anak jalanan dilatarbelakangi oleh kekuatan dan keberanian (nyali).
Mobilisasi kekuasaannya bersifat hirarkis dan dinamis, ditentukan secara sederhana

7
8

yakni hukum rimba. Dunia kriminalitas dan kekerasan menentukan karir, semakin
sering melakukan kriminalitas dan masuk penjara maka dengan sendirinya berada
pada posisi teratas. Jenjang karir dalam anak jalanan tidak pernah menurun selalu
naik dan ajeg. Bagi anak jalanan yang meninggalkan dunia tersebut akan tetap
disegani oleh teman-temannya terlebih dengan kelompok yang lebih muda.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas
Semarang pada tahun 2008 melakukan penelitian tentang karakteristik anak jalanan
di kota Semarang. Factor utama adanya anak jalanan di kota Semarag adalah
kemiskinan. Karakteristik anak jalanan di kota Semarang rata-rata berusia 13 tahun,
memiliki keluarga yang berpiendidikan rendah dan penghasilan yang kurang,
sebagian dari anak jalanan tidak bersekolah dan bekerja sebagai pengamen untuk
membantu ekonomi keluarganya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Suhartini dan Panjaitan (2009) tentang
karakteristik dan masalah yang dihadapi anak jalanan serta bentuk-bentuk strategi
hidup anak jalanan. Hasilnya menunjukkan bahwa anak jalanan usia 13 tahun-18
tahun sebagian besar bekerja sebagai pengamen, bidang jasa dan serabutan. Alasan
anak jalanan turun ke jalan adalah untuk mencari tambahan uang sekolah, banyak
teman, diajak temannya, disuruh nenek, bisa santai dan tidak ada peluang untuk
mencari pekerjaan lain. Selain itu, menopang kehidupan ekonomi keluarga,
kurangnya perhatian keluarga dan rekreasi juga merupakan alasan anak-anak turun
ke jalan. Masalah yang dihadapi anak jalanan antara lain gangguan kesehatan dan
keselamatan jiwa, kekerasan fisik atau psikis, kriminalitas dan kasus narkotika.
Strategi bertahan hidup dibagi menjadi 3 bentuk yaitu kompleks, sedang dan
sederhana.
Wijayanti (2010) melakukan penelitian tentang aspirasi anak jalanan di kota
Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa ada 2 bidang aspirasi yang menonjol pada
diri anak jalanan yakni aspirasi pendidikan dan aspirasi pekerjaan. Aspirasi dapat
bersifat positif negative menurut orientasi kesuksesan, jangka panjang pendek
menurut waktu pencapaian target dan realistis idealistis menurut kemampuan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Aspirasi tergantung dari performa yang
ditampilkan anak jalanan serta factor personal dan situasional sebagai pengaruh.
Soetjiandari (2013) melakukan penelitian mengenai solidaritas anak jalanan
dan strategi survival dalam mengatasi tekanan dari kelompok di Lempuyang
Jogjakarta. Hasilnya solidaritas anak jalanan sebagai bentuk ikatan social yang
9

memiliki nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota kelompok sebagai upaya
untuk meredam pertentangan dan pengasingan oleh masyarakat umum. Konsep
kesadaran bersama merupakan hasil keyakinan kepercayaan dan perasaan seluruh
anak jalanan. Solidaritas terjalin antar anak jalanan karena adanya tekanan atau
pemaksaan dari pihak yang berkuasa baik secara eksternal maupun internal.
Njoroge dkk melakukan penelitian anak jalanan di Nakuru Kenya (2013).
Hasilnya adalah adanya hubungan antara kemiskinan dan menjadi anak jalanan.
Anak jalanan memilih sebagai pengguna dan pengedar narkoba karena mendapat
penghasilan yang banyak. Rumah-rumah singgah dan lembaga social bukan
merupakan tempat terbaik untuk merehabilitasi karena tidak memiliki fasilitas dan
tenaga kerja yang mumpuni. Selain itu anak jalanan tidak memiliki kebebasan jika
berada di rumah singgah. Anak-anak jalanan di pandang tidak dapat diperbaiki
karena kecanduan obat terlarang oleh pekerja social.
Sari dan Wijayanti (2013) menunjukkan anak jalanan di wilayah Semarang
Tengah. Hasil penelitiannya menunjukkan 75% anak jalanan berjenis kelamin laki-
laki dengan tingkat pendidikan 72% anak jalanan lulusan SD dan 56% anak jalanan
bekerja sebagai pengamen. Komponen konsep diri 66% anak jalanan memiliki citra
diri yang cukup, 77% anak jalanan dengan ideal diri cukup, 80% anak jalanan
memiliki harga diri yang cukup, 67% anak jalanan memiliki peran yang cukup baik,
61% anak jalanan memilki identitas diri yang cukup serta 69% anak jalanan memiliki
konsep diri yang cenderung cukup baik.
Lusk (2015) di Brazil hasilnya sebagian besar anak jalanan masih
berhubungan dengan keluarganya, anak jalanan hanya bekerja untuk membantu
ekonomi keluarga. Sebagian kecilnya yang tidak berhubungan dengan keluarganya
direhabilitasi melalui rumah institusi yang bernama FUNABEM. Program yang
ditekankan FUNABEM ini adalah rehabilitasi dan penjangkauan anak-anak,
utamanya memberikan dukungan social dan ekonomi untuk mempertahankan
keutuhan dan kebebasan dari keluarga anak jalanan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut terdapat permasalahan
berkaitan dengan anak jalanan yakni factor penyebab munculnya fenomena anak
jalanan yang cenderung dikarenakan kemiskinan keluarga yang diperparah oleh sikap
orang tua yang mendorong anaknya bekerja. Selain itu terbentuknya komunitas anak
jalanan sebagai keluarga kedua yang dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bertahan
10

hidup. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mendirikan rumah
singgah yang dapat merehabilitasi anak-anak jalanan.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Fokus Metode
Judul Hasil
No. Tahun Penelitian Penelitian/
dan
Jenis Temuan
Peneliti
Metode
1. 1995 Children in Factor-faktor Kualitatif/ Permasalahan
the Streets: yang Studi kasus yang utama
Latin melatarbelakangi munculnya
Amerika’s anak jalanan anak jalanan
close di Amerika
generation Latin karena
/ Irene factor
Rizzini dan ekonomi dan
Mark W. kurangnya
Lusk. penghargaan
Journal untuk Hak
Review. Asasi Manusia
Anak jalanan
ada karena
pengangguran,
urbanisasi dan
kurangnya
pemukiman
2. 1998 Causes Focus dan Kualitatif/ Alasan
and penyebab serta Deskriptif munculnya
Characteri cirri-ciri anak kualitatif anak jalanan
stics of The jalanan di dunia antara
Street lain strees
Child social, tidak
Phenomen berfungsinya
on/J. Le struktur
Roux dan keluarga,
C. S kemiskinan,
Smith. dan factor
Journal politik yang
Review membuat
Adolescen mereka
ce. meninggalkan
rumah.
Karakter anak
jalanan antara
lain a) fisik
anak jalanan
sering tampak
lebih kecil dari
usia
sebenarnya, b)
sebagian
sudah putus
sekolah, c)
membentuk
sebuah system
persahabatan
yang bisa
menggantikan
11

posisi
keluarga.
3. 2002 The Social Dampak social Kualitatif/ Tuduhan
Constructi anak jalanan Deskriptif buruk adapada
on of kualitatif anak jalanan
Street dan
Children: keluarganya.
Configurat Adanya anak
ion an jalanan
Implicatio dipengaruhi
n/Sergio oleh migrasi,
Luiz de ekonomi sulit,
Moura. disfungsi
Journal of keluarga, dan
Social pelecehan
Work. terhadap anak.
Kehidupan
anak jalanan
tidak bisa
diterima oleh
masyarakat.
4. 2003 The Perlindungan Kualitatif/ Hidup
Constructi identitas secara Studi kasus dijalanan
on and individu dan 11ilator
Protection kelompok anak belakangi oleh
of jalanan kekuatan dan
Individual keberanian.
and Kekuasaan di
Collective tentukan oleh
Identities hukum rimba.
by Street Ketika anak
Children jalanan sering
and Youth masuk penjara
in maka
Indonesia/ dikatakan
Hariot memiliki
Beazly. prestasi yang
Journal of lebih.
children
youth
environme
nts.
5. 2008 Studi Karakteristik anak Kualitatif/ Faktor utama
Karakterist jalanan di Studi kasus menjadi anak
ik Anak Semarang jalanan adalah
Jalanan kemiskinan.
Dalam Rata-rata anak
Upaya jalanan
Penyusuna berumur 13
n Program tahun dan
Penanggul orang tua
angannya: berpendidikan
Kajian rendah.
Empirik di Sebagian anak
Semarang/ jalanan putus
Lembaga sekolah dan
Penelitian ingin
dan menjauhi
Pengabdia jalanan
n Pada dengan cara
12

Masyaraka berada di
t. Jurnal lembaga
Riptek. social.
6. 2009 Strategi Strategi bertahan Kualitatif/ Anak jalanan
Bertahan yang berusia
hidup anak Studi kasus
Hidup 13-18 tahun
Anak jalanan bekerja
Jalanan: sebagai
Kasus pengamen,
Anak jasa, dan
Jalanan di serabutan.
Kota Menjadi anak
Bogor, jalanan bukan
Provinsi keinginan
Jawa mereka
Barat/ Tina melainkan ada
Suhartini factor yang
dan mendorong
Nurmala untuk turun
K. kejalanan.
Panjaitan. Dalam
Jurnal penelitian ini
transdisipli anak jalanan
n turun ke jalan
sosiologi, karena
komunikas mencari
i, dan nafkah,
ekologi rekreasi, pergi
manusia. dari keluarga
dan menjadi
tempat
bermain.
Beberapa
masalah yang
menyerang
anak jalanan
diantaranya
kesehatan dan
keselamatan
jiwa,
kekerasan
fisik maupun
psikis,
kriminalitas
dan barang
terlarang.
7. 2010 Aspirasi Cara berfikir anak Kualitatif/ Usia dan jenis
Hidup jalanan deskriptif kelamin
Anak berdasarkan umur kualitatif mempengaruhi
Jalanan cara berfikir
Semarang anak jalanan
Sebuah dalam
Studi bertindak.
Kualitatif Keinginan
dengan memiliki
Pendekata pendidikan
n dan keinginan
Deskriptif untuk bekerja
di Daerah menjadi
Siranda, keinginan
13

Semarang/ yang paling


Pratiwi besar. Factor
Wijayanti. perseorangan
Jurnal. dan factor
situasional
sebagai factor
pengaruh
paling besar.
8. 2013 Solidaritas Solidaritas anak Kualitatif/ Solidaritas
sebagai jalanan sebagai Studi Kasus yang dipunyai
Strategi bagian dari ikatan anak jalanan
Survival social antar anak di
Anak jalanan Lempuyangan
Jalanan: menjadi suatu
Studi ikatan social
Kasus di yang memiliki
Lempuyan nilai-nilai
g, untuk dianut
Yogyakart oleh anggota
a/Soetji lainnya.
andari. Solidaritas
Disertasi. terjalin karena
anak jalanan
merasa
memiliki nasib
yang sama.
9. 2013 Rethinking Evaluasi anak Kualitatif/ Ada
The Street jalanan di rumah studi kasus kesinambunga
Children singgah n antara
Phenomen kemiskinan
a: An dan anak
Evaluation jalanan.
, The Case Rumah
of Nakuru singgah bukan
Municipali solusi untuk
ty, Kenya/ anak jalanan,
Karanja anak jalanan
Stephen lebih memilih
Njoroge kembali ke
dan jalanan.
kawan- Menurutnya
kawan. dalam rumah
Journal of singgah anak
contempor jalanan kurang
ary kebebasan
research. maka dari itu
anak jalanan
tidak bisa
diperbaiki.
10. 2013 Konsep a. Konsep diri Kuantitatif 75% anak
Diri Anak b. Anak jalanan jalanan
Jalanan usia remaja berjenis
Usia kelamin laki-
Remaja di laki dengan
Wilayah tingkat
Semarang pendidikan
Tengah/ 72% anak
Pangestika jalanan
Putri lulusan SD
Wahyu dan 56% anak
14

Kumalasar jalanan
i dan bekerja
Diyan Yuli sebagai
Wijayanti. pengamen.
Jurnal Sebagian anak
keperawata jalanan yang
n jiwa. memiliki
konsep diri
yang
cenderung
baik adalah
69%.
11. 2015 Street Program rumah Kualitatif/ Sebagian
Children singgah di Studi kasus besar anak
Programs Amerika Latin jalanan masih
in Latin memiliki
America/ keluarga,
Mark W. jalanan hanya
Lusk. untuk mencari
Journal of pekerjaan
sociology sedangkan
& social sebagian kecil
welfare. adalah anak
jalanan yang
memang
sudah
melepaskan
diri dari
keluarga.
Fungsi utama
rumah singgah
adalah untuk
rehabilitas dan
penjangkauan
anak jalanan
serta
memberikan
dukungan
social dan
ekonomi.
Sumber: Jurnal dan Disertasi

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa Rumah Singgah yang ada di


beberapa kota di Indonesia bahkan di Luar Negeri menunjukkan bahwa Rumah
Singgah digunakan untuk media tempat tinggal dan melaksanakan kegiatan selama
24 jam dan ditunggui oleh relawan yang menetap bersama. Rumah Singgah
memiliki kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari. Fungsi Rumah Singgah
sebagai tempat rehabilitas dan memberikan dukungan sosial serta ekonomi. Berbeda
dengan penelitian di Rumah Pintar , Rumah Pintar memiliki kesamaan dengan
Rumah Singgah yang lain yaitu sebagai wadah untuk anak jalanan dalam pemenuhan
hak di bidang sosial, ekonomi dan kesehatan. Hal yang membedakan Rumah singgah
dengan Rumah Pintar adalah waktu pelaksanaan pendampingan, jika Rumah Singgah
15

dapat dilaksanakan secara terstruktur karena anak-anak bertempat tinggal menetap,


sementara Rumah Pintar pelaksanaan pendampingan sesuai dengan jadwal anak-anak
yang kadang anak satu dengan yang lain tidak sama. Dengan demikian peneliti
merasa masih ada celah untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengkaji
lebih mendalam tentang fungsi rumah singgah dalam memberikan nilai kemandirian
anak jalanan.

2.1.2 Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian


besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di jalanan. Anak
jalanan mencakup laki-laki atau perempuan yang berusia antara 6 sampai dengan 18
tahun (Depsos RI, 2002: 9).
Karno (dalam Suyanto, 2010: 199) anak jalanan adalah anak-anak yang
tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan
dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang
keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Dikatakan marginal karena anak jalanan
melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan
umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun dimasa depan. Rentan karena risiko
yang yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari
segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Disebut eksploitatif karena anak jalanan
biasanya memiliki posisi tawar menawar (bergaining position) yang sangat lemah,
tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari
ulah preman, atau oknum aparat yang tidak bertanggungjawab (Suyanto, 2010: 200).
Ciri dan Pola perilaku anak jalanan itu sendiri juga dapat dikenali dari
penampilannya baik secara fisik maupun psikis (Depsos RI, 2002: 12).
a. Secara fisik
Warna kulit kusam, rambut kemerahan, kebanyakan berbadan kurus dan
pakaiannya tidak terurus.
b. Secara psikis
Mobilitas tinggi, bersikap acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berontak,
keras, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko dan mandiri.
Beberapa factor lain yang menyebabkan anak turun ke jalanan antara lain
keluarga miskin, perceraian dan kehilangan orang tua, kekerasan keluarga,
keterbatasan ruang dalam rumah, eksploitasi ekonomi, pengaruh lingkungan tempat
16

bermain, bermasalah dengan komunitas serta ketidak pedulian lingkungan terhadap


keberadaan anak jalanan. Masalah yang timbul diatas dapat terjadi ketika tidak ada
kerjasama antar masyarakat dan organisasi yang menaungi anak jalanan (Shalahudin,
2004: 72-83).
Anak jalanan bekerja dijalanan antara 8-13 jam per hari. Kota besar seperti
Surabaya, 1, 61% anak jalanan diketahui bekerja lebih dari 13 jam sehari, ada juga 4,
81% yang hidup di jalanan selama 9-12 jam sehari dan 22,7% selama 6-8 jam sehari.
Anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen atau pengemis berangkat sejak pagi,
kemudian mulai melakukan aktivitas di pasar, trotoar dan pertokoan. Kegiatan
dianggap selesai jika merasa sudah mendapatkan hasil yang diinginkan dan kembali
ke tempat asalnya yaitu di emperan toko, gubug liar, di taman-taman kota, di kolong
jembatan, atau tempat lain (Suyanto, 2010: 205-206).
Anak jalanan tidak mampu berpartisipasi dan mengakses sistem pendidikan.
Karena itu, sebagian besar anak jalanan berpendidikan rendah. Sebenarnya anak
jalanan ingin sekali bersekolah, tapi kondisi ekonomi dan sosial keluarga tidak lagi
memungkinkan anak jalanan bersekolah. Pendidikan adalah sebuah hak asasi
sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya.
Pendidikan merupakan sarana utama dimana orang dewasa dan terutama anak-anak
yang dapat mengangkat diri anak jalanan keluar dari kemiskinan dan memperoleh
cara untuk terlibat dalam komunitas anak jalanan. Pendidikan memainkan sebuah
peranan penting untuk memberdayakan perempuan, melindungi anak-anak dari
eksploitasi kerja dan seksual yang berbahaya (Disdik RI, 2017).
Anak menjadi prioritas utama dalam pendidikan, karena anak merupakan salah
satu kelompok yang rentan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia memerlukan
bantuan orang dewasa dalam melindungi hak-haknya. Anak yang menjadi peserta di
Rumah Pintar yaitu anak jalanan yang masih duduk di KELOMPOK BERMAIN,
Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan warga sekitar (PKBI
Jateng, 2017).
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan
yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial. Pendekatan ini
digunakan secara luas dalam berbagai masyarakat, terutama dalam penanaman nilai-
nilai agama dan nilai-nilai budaya (Muslich, 2013: 108). Pendekatan ini lebih sesuai
dengan tujuan pendidikan karakter walaupun dikritik sebagai pendekatan indoktrinatif
17

oleh penganut filsafah liberal, namun berdasarkan kepada nilai-nilai luhur budaya
bangsa Indonesia dan falsafah yang dianut bangsa Indonesia (Hamid, 2013).
Anak jalanan yang menjadi dampingan Rumah Pintar diharapkan menjadi
pribadi yang mandiri, tangguh, bertanggungjawab dan pekerja keras. Hardati (2016),
menjelaskan adanya nilai-nilai konservasi yang dapat melatarbelakangi kegiatan anak
jalanan, antara lain:
a. Inspiratif
Anak jalanan diharapkan mampu menciptakan ide atau gagasan untuk menunjang
masa depan supaya keluar dari jalanan.
b. Humanis
Ketika anak jalanan berinteraksi dengan sesama anak jalanan ataupun orang yang
berada di sekitar, di harapkan anak dapat berhubungan baik dengan orang-orang di
sekitarnya dan mampu menentukan jalan hidup masing-masing sesuai dengan
kemampuam yang dimiliki.
c. Peduli
Sikap menghargai antar sesama dan lingkungan sekitar sangat ditekankan karena
setiap harinya anak-anak tersebut hidup berdampingan dan berinteraksi dengan
orang lain.
d. Inovatif
Anak jalanan telah dibekali keahlian dari Rumah Pintar guna mendapatkan masa
depan yang lebih layak dengan cara mengembangkan potensi yang dimiliki. Ada
kegiatan yang dapat dikembangkan setelah keluar dari jalanan dan berharap hidup
yang lebih layak.
e. Sportif
Banyak sekali kegiatan yang diikuti oleh anak jalanan, yang didalamnya
mengandung nilai-nilai yang diharapkan dapat melatih jiwa ksatria anak-anak.
Pertandingan futsal misalnya, anak-anak diajarkan dapat menerima kekalahan dan
mengedepankan kerjasama. Dari kegiatan tersebut diharapkan ketika sudah bekerja
tidak memiliki rasa ingin menang dan angkuh.
f. Kreatif
Kegiatan yang ada di Rumah Pintar salah satunya adalah pendampingan, dimana
kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan
semua keluh kesah yang dialami. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak mampu
18

menyampaikan gagasan-gagasan yang dapat dilakukan guna keluar dari jerat


jalanan.
g. Kejujuran
Dalam pendampingan di Rumah Pintar para relawan selalu mengajarkan kepada
anak dampingan untuk selalu berbicara dan berkelakuan sama dan tidak berdusta
kepada semua orang yang ditemui, termasuk ketika ngamen di jalanan hendaknya
tidak diperbolehkan berbohong, mengambil dan berdusta kepada orang di
sekitarnya.
h. Keadilan
Diharapkan anak jalanan yang menjadi dampingan Rumah Pintar harus dapat
menyeimbangkan pola kehidupan supaya dirinya berkualitas. Menyeimbangkan
antara pendidikan dan jalanan yang telah dipilih sangat tidak mudah, banyak sekali
gangguan dan godaan yang anak-anak jalani, akan tetapi anak-anak harus tetap bisa
melakukan itu dengan seimbang.
Dengan adanya pendekatan penanaman nilai kemandirian ini diharapkan anak
jalanan dapat menjadi pribadi yang lebih mandiri dalam segala hal sehingga dapat
membantu kehidupannya yang lebih layak. Pendidikan karakter terhadap anak
hendaknya menjadikan seorang anak lebih terbiasa untuk berperilaku baik sehingga
menjadi terbiasa, dan akan merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Pendidikan
karakter yang mendasari metode penanaman nilai sebagai berikut:
a. mengajarkan
Mengajarkan ialah memberikan pemahaman yang jelas tentang kebaikan,
keadilan dan nilai, sehingga murid memahami. Perilaku berkarakter memang
mendasarkan diri pada tindakan sadar dalam merealisasikan nilai. Tindakan
dikatakan bernilai jika seseorang itu melakukannya bebas, sadar dan dengan
pengetahuan.
b. keteladanan
Anak lebih banyak belajar dari apa yang anak jalanan lihat (verba movent
exempla trahunt). Apa yang murid pahami tentang nilai-nilai itu memang bukan
sesuatu yang jauh dari kehidupan anak jalanan, namun ada didekat anak jalanan
yang anak jalanan temukan dalam perilaku pendidik.
c. refleksi
Refleksi ialah kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan kemampuan
sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya
19

agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah melewati fase
tindakan dan praksisi perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat
sejauh mana telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter
(Mahbubi, 2012: 49-52).
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2011) dalam kaitan
pengembangan budaya yang dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri,
menyarankan empat hal yang meliputi:
a. kegiatan rutin
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerusdan konsisten setiap
saat.
b. kegiatan spontan
Bersifat spontan, saat itu juga, pada waktu terjadi keadaan tertentu.
c. keteladanan
Timbulnya perilaku meniru sifat pendidik sebagai model.
d. pengondisian
Kemandirian merupakan sikap yang menurut seseorang dapat melakukan sesuatu
tanpa campur tangan orang lain sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa adanya bantuan dan
bergantung dengan orang lain. Anak jalanan dapat dikatakan sebagai anak yang
mandiri karena anak jalanan dapat mencari sesuatu dan menyelesaikan masalah
tanpa bergantung pada orang tua.
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan
individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan kemandirian (Sabri
2010: 74). Kemandirian menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2009: 130) merupakan sikap
mandiri individu dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan
norma yang berlaku di lingkungannya. Mandiri adalah suatu suasana dimana seseorangn
mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam
tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan
kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Gea dkk. 2002: 145). Kemandirian adalah
kemampuan untuk mengelola waktu, berjalan dan berpikir secara mandiri, disertai dengan
kemampuan untuk mengambil resiko dan memecahkan masalah (Parker, 2005: 226). Oleh
sebab itu, individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasai oleh
pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Kemandirian yang sehat menurut
20

Sunaryo Kartadinata (1988) yang adalah yang sesuai dengan hakikat eksistensi diri. Oleh
sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas, melainkan
suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia (Ali, M dkk
2014: 111). Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan, kemandirian dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Kemandirian aman (secure autonomy), kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih
pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggungjawab bersama, dan
tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai
kehidupan dan membantu orang lain.
2) Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), kekuatan kepribadian yang dinyatakan
dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebutnya kondisi seperti ini sebagai
selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri Maslow (dalam Ali, M
dkk 2014: 111).
Lovinger (dalam Ali, M dkk 2014: 114-116) mengemukakan tingkatan kemandirian
beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain;
b. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik;
c. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu;
d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game;
e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2. Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial;
b. Cenderung berpikir stereotype dan klise;
c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal;
d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian;
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi;
f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal;
g. Takut tidak diterima kelompok;
h. Tidak sensitif terhadap keindividualan;
i. Merasa berdosa jika melanggar aturan.
21

3. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri.


Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Mampu berpikir alternatif;
b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi;
c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada;
d. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah;
e. Memikirkan cara hidup;
f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
4. Tingkatan keempat, adalah tingkat saksama (conscientious).
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal;
b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan;
c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang
lain;
d. Sadar akan tanggungjawab;
e. Mampu melakukan kritik dan nilai diri;
f. Peduli akan hubungan mutualistik;
g. Memiliki tujuan jangka panjang;
h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial;
i. Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5. Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistis.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peningkatan kesadaran individualitas;
b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan;
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain;
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual;
e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan;
f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya;
g. Mengenal kompleksitas diri;
h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
6. Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan;
b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain;
22

c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial;


d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan;
e. Toleran terhadap ambiguitas;
f. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment);
g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal;
h. Responsif terhadap kemandirian orang lain;
i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain;
j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan .
Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang
berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Ciri kemandirian itu meliputi :
a. mampu bekerja sendiri
b. menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
c. menghargai waktu
d. tanggung jawab (Gea dkk (2002: 145).
Kemandirian muncul ketika seseorang memiliki:
a. tanggung jawab
b. pengalaman yang relevan
c. ruang untuk menentukan keputusan mandiri
d. otonomi
e. akal sehat
f. keterampilan memecahkan masalah
g. keterampilan yang praktis
h. kesehatan yang baik (Parker, 2005: 233).
Ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain:
a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal
b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa
mencari pertolongan dari orang lain
c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya
d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan
e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan yang
dihadapi
23

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa
senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda
dengan orang lain (Putri, 2011).
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif.
Mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena
perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, arah
perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia (Ali M
dkk 2014: 112).
2.1.3 Rumah Singgah
Rumah Pintar mempunyai kesamaan dengan rumah singgah yang didefinisikan
sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan
pihak-pihak yang akan membantu anak jalanan. Rumah Pintar dapat dimanfaatkan oleh
anak jalanan untuk mendapatkan perlindungan hak pendidikan. Fungsi yang utama
adalah untuk membantu anak jalanan, memperbaiki atau membetulkan sikap dan
perilaku yang keliru, memberi proteksi, mengatasi masalah pendanaan, dan menyediakan
berbagai informasi pendidikan yang berkaitan dengan anak jalanan, tugas tersebut
dilakukan oleh pengurus dan petugas sosial (Putra, 2018). Para pekerja sosial membina
anak jalanan dengan bertindak sebagai teman, bertindak sejajar dengan anak jalanan, dan
pembinaan ini bersifat kekeluargaan. Diharapkan dengan cara tersebut anak tidak
mengalami hambatan untuk menyampaikan keluhan, masalah, dan bersedia untuk
melanjutkan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan tingkat Sekolah
Menengah Atas (Prahastiyani, 2011).
Prinsip-prinsip Rumah Singgah mendasari fungsi-fungsi dan proses pelaksanaan
kegiatan, meliputi:
1. semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai penerima
pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya
mengikuti kegiatan.
2. Terbuka 24 jam bagi anak. Anak jalanan boleh datang kapan saja, siang hari maupun
malam hari terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal Rumah Singgah.
3. Hubungan informal (kekeluargaan). Hubungan-hubungan yang terjadi bersifat
informal seperti seperti perkawanan atau kekeluargaan.
4. Bebas terbatas untuk apa saja, anak dibebaskan untuk melakukan apa saja seperti
tidur, bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dan sebagainya. Tetapi anak dilarang
24

untuk perilaku yang negatif seperti perjudian, merokok, minuman keras, dan
sejenisnya.
5. Persinggahan dari jalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah Singgah merupakan
persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan
ditentukan oleh anak.
6. Partisipasi, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah didasarkan pada prinsip
partisipasi dan kebersamaan.
7. Belajar bermasyarakat, anak jalanan seringkali menunjukkan sikap dan perilaku yang
berbeda dengan norma masyarakat karena lamanya anak jalanan tinggal di jalanan.
Rumah Singgah ditempatkan di tengah-tengah masyarakat agar anak jalanan kembali
belajar norma dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku dan diterima
masyarakat (Depsos RI, 2002: 9-12).
Rumah Pintar anak jalanan Pasar Johar memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan
untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari
kesulitan anak jalanan.
b. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan latihan
meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain.
c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya yang
terjadi di jalanan.
d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi sosial anak
sejalan dengan norma masyarakat.
e. Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan penjaluran
kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.
f. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti,
keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial lainnya. Anak jalanan diharapkan
tidak terus menerus bergantung kepada Rumah Pintar, melainkan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya.
g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan
seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus
keterampilan, dll (Depsos RI, 2002: 7-8).
Depsos RI (2002: 4) mendefinisikan:
“basis pelayanan sosial anak jalanan salah satunya adalah basis Rumah Singgah atau
Rumah Pintar seperti dalam penelitian ini. Pelayanan sosial anak jalanan yang
25

berbasiskan Rumah Singgah adalah pelayanan yang diberikan melalui media sebagai
pusat kegiatan. Setiap kegiatan dikoordinasikan di Rumah Singgah. Jangkauan pelayanan
mencakup jalanan dimana anak jalanan melakukan kegiatan dan masyarakat baik
lingkungan Rumah Singgah maupun tempat asal anak jalanan. Pelayanan sosial yang
berbasiskan Rumah Singgah terutama diarahkan pada peningkatan kemampuan pekerja
sosial untuk menjangkau anak dijalan, mengadakan pengkajian kondisi kehidupan anak
jalanan, mengadakan rujukan dengan organisasi atau lembaga pelayanan terkait serta
menciptakan relasi dengan orang tua anak”.

Upaya Rumah Pintar dalam menangani penyimpangan perilaku anak jalanan


dilakukan dengan cara:
1) tindakan represif, yaitu tindakan untuk menghalangi timbulnya peristiwa yang lebih
hebat. Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap
perbuatan pelanggaran.
2) Tindakan kuratif dan rehabilitasi, yaitu memperbaiki akibat perbuatan menyimpang,
terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tindakan ini dilakukan
setelah tindakan pencegahan, dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah
laku pelanggar itu dengan memberikan pendidikan. Pendidikan diulangi melalui
pembinaan secara khusus (Gunarso, 2009: 146).
Rumah Pintar di Pasar Johar itu didirikan setelah melihat fenomena anak jalanan yang
semakin meningkat. PKBI sendiri awalnya hanya fokus pada pemberdayaan pra-remaja
dan remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan dan
pasangannya untuk menyadari hak-hak reproduksi anak jalanan yang berkeadilan dan
berkesetaraan gender, kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, peningkatan kesehatan Ibu
dan Anak, pemberdayaan lanjut usia (lansia), dan pengembangan sumber dan organisasi
PKBI. Namun, setelah melihat fenomena anak jalanan khususnya di daerah Pasar Johar
maka PKBI tertarik untuk mendirikan Rumah Pintar tersebut (PKBI Jateng, 2017).
Rumah Pintar didefinisikan sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai Upayatara

antara anak dampingan Rumah Pintar dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.

Rumah Pintar dapat dimanfaatkan oleh anak dampingan Rumah Pintar untuk mendapatkan

perlindungan hak pendidikan. Fungsi yang utama adalah untuk membantu anak jalanan,

memperbaiki atau membetulkan sikap dan perilaku yang keliru, memberi proteksi, mengatasi

masalah pendanaan, dan menyediakan berbagai informasi pendidikan yang berkaitan dengan

anak jalanan, tugas tersebut dilakukan oleh pengurus dan petugas sosial. Para pekerja sosial

membina anak jalanan dengan bertindak sebagai teman, bertindak sejajar dengan anak
26

jalanan, dan pembinaan ini bersifat kekeluargaan. Diharapkan dengan cara tersebut anak

tidak mengalami hambatan untuk menyampaikan keluhan, masalah, dan bersedia untuk

melanjutkan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan tingkat Sekolah

Menengah Atas (Anandar, 2017).

Prinsip-prinsip Rumah Singgah mendasari fungsi-fungsi dan proses pelaksanaan

kegiatan, meliputi:

(a) Semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai penerima

pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya

mengikuti kegiatan.

(b) Terbuka 24 jam bagi anak. Mereka boleh datang kapan saja, siang hari maupun malam

hari terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal Rumah Singgah.

(c) Hubungan informal (kekeluargaan). Hubungan-hubungan yang terjadi bersifat informal

seperti seperti perkawanan atau kekeluargaan.

(d) Bebas terbatas untuk apa saja, anak dibebaskan untuk melakukan apa saja seperti tidur,

bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dan sebagainya. Tetapi anak dilarang untuk

perilaku yang negatif seperti perjudian, merokok, minuman keras, dan sejenisnya.

(e) Persinggahan dari jalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah Singgah merupakan

persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan

ditentukan oleh anak.

(f) Partisipasi, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah didasarkan pada prinsip

partisipasi dan kebersamaan.

(g) Belajar bermasyarakat, anak jalanan seringkali menunjukkan sikap dan perilaku yang

berbeda dengan norma masyarakat karena lamanya mereka tinggal di jalanan. Rumah

Singgah ditempatkan di tengah-tengah masyarakat agar mereka kembali belajar norma


27

dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku dan diterima masyarakat (Depsos RI,

2002: 9-12).

Rumah Pintar anak jalanan Pasar Johar memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan

untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan

mereka.

b. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan latihan

meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain.

c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya yang terjadi

di jalanan.

d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi sosial anak

sejalan dengan norma masyarakat.

e. Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan penjaluran

kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.

f. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti,

keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial lainnya. Anak jalanan diharapkan

tidak terus menerus bergantung kepada Rumah Pintar, melainkan dapat memperoleh

kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya.

g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti

data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan,

dll (Depsos RI, 2002: 7-8).

Depsos RI (2002: 4) mendefinisikan:

“Basis pelayanan sosial anak jalanan salah satunya adalah basis Rumah Singgah seperti dalam
penelitian ini. Pelayanan sosial anak jalanan yang berbasiskan Rumah Singgah adalah
pelayanan yang diberikan melalui media sebagai pusat kegiatan. Setiap kegiatan
dikoordinasikan di Rumah Singgah. Jangkauan pelayanan mencakup jalanan dimana anak
jalanan melakukan kegiatan dan masyarakat baik lingkungan Rumah Singgah maupun tempat
asal anak jalanan. Pelayanan sosial yang berbasiskan Rumah Singgah terutama diarahkan
pada peningkatan kemampuan pekerja sosial untuk menjangkau anak dijalan, mengadakan
28

pengkajian kondisi kehidupan anak jalanan, mengadakan rujukan dengan organisasi atau
lembaga pelayanan terkait serta menciptakan relasi dengan orang tua anak”.

Rumah Pintar di Pasar Johar itu didirikan setelah melihat fenomena anak jalanan yang

semakin meningkat. PKBI sendiri awalnya hanya fokus pada pemberdayaan pra-remaja dan

remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan dan pasangannya

untuk menyadari hak-hak reproduksi mereka yang berkeadilan dan berkesetaraan gender,

kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, peningkatan kesehatan Ibu dan Anak,

pemberdayaan lanjut usia (lansia), dan pengembangan sumber dan organisasi PKBI. Namun,

setelah melihat fenomena anak jalanan khususnya di daerah Pasar Johar maka PKBI tertarik

untuk mendirikan Rumah Pintar tersebut (Ariwibowo, 2009).

2.2 KERANGKA TEORETIS

Teori habitus dan arena Pierre Bourdieu menjelaskan hubungan antara agen dan
struktur. Konsep tersebut mengakibatkan relasi antara actor dan struktur terjalin secara
dialektik, yang saling mempengaruhi dan memperantai (bermediasi), tidak saling menafikan
tetapi saling bertaut dalam sebuah praktik social (Ritzer dan Smart, 2014).
Habitus digambarkan sebagai hasil atau produk dari internalisasi struktur social yang
diwujudkan. Habitus diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi kehidupan social yang
diduduki, sehingga habitus akan berbeda-beda tergantung masalahnya dan bagaimana posisi
individu tersebut dalam kehidupan social, cenderung akan memiliki kebiasaan yang sama
(Ritzer dan Goodman, 2003). Habitus sebagai warisan dan pengalaman yang lalu atau
produk dari internalisasi, dapat juga berubah sesuai dengan keberadaannya.
Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan social yang ada dilingkungannya.
Habitus adalah “struktur yang menstruktur” (structuring structure) yang berarti habitus
adalah sebuah struktur yang menstruktur kehidupan social. Makna habitus yang lain adalah
“struktur yang terstruktur” (structured structure) yang berarti struktur yang distrukturisasi
oleh kehidupan social. Habitus ada karena praktik atau tindakan dan dilain pihak adalah
hasil tindakan yang diciptakan kehidupan social.
Arena adalah ruang di mana terjadi proses interaksi untuk mendapatkan posisi. Arena
dilihat sebagai ruang di mana individu-individu bertindak dalam kehidupan social dengan
alamiah berdasarkan nilai yang dipahami. Arena akan terwujud tindakan dan perilaku
29

individu maupun kelompok. Posisi ini ditentukan oleh banyaknya modal yang dimiliki,
modal yang dimaksud berupa ekonomi, social, cultural dan simbolik.
Lingkungan atau arena merupakan bagian dari dunia social, sebuah dunia penuh
kesepakatan yang bekerja secara otonom dengan kebijakannya sendiri. Lingkungan dapat
dikatakan sebagai pasar kompetisi di mana berbagai jenis modal akan bertemu dan
berinteraksi, baik modal ekonomi, kultur, social dan modal simbolik yang kemudian
digunakan dan disebarkan (Ritzer dan Goodman, 2003).
Gambaran hubungan antara habitus dan arena yaitu adanya hubungan saling
mempengaruhi antara lingkungan dengan habitus. Lingkungan mengkondisikan habitus, di
pihak lain habitus menyusun lingkungan, sebagai suatu yang bermakna, yang mempunyai
arti dan nilai. Adapun modal (capital) social sebagai pendorong untuk melakukan habitus di
suatu arena dan mempertahankan status social.
Relasional teori habitus arena terhadap perilaku social anak jalanan di kota Semarang
dimulai dari habitus yang ada di jalanan. Anak jalanan berada di jalanan akibat dari
lingkungan yang sebagian besar berada di jalanan. Akibat dari lingkungan dan orang tua
yang bekerja di Pasar Johar, maka anak-anak memilih jalan hidup masing-masing. Bourdieu
menyebut relasionisme metodologis, sebagai gambaran hubungan antara habitus dan arena
yaitu adanya hubungan saling berhubungan antara lingkungan dengan habitus. Lingkungan
mengkondisikan habitus, di satu sisi habitus menyusun lingkungan, sebagai segala sesuatu
yang bermakna yang memiliki arti dan nilai. Anak jalanan terbiasa bergaul dengan sesama
anak jalanan dan bukan anak jalanan. Tujuan anak jalanan terjun ke jalanan adalah untuk
bekerja membantu ekonomi keluarga dan ada juga untuk kepentingan pribadinya. Anak
jalanan ada juga yang masih mempentingkan pendidikan adapula yang mengikuti sekolah
non formal yang diadakan oleh Rumah Pintar (Ikhwanul, 2014).
Anak jalanan dapat melakukan kegiatan yang dipengaruhi oleh lingkungan atau arena
yang di tempati. Anak jalanan banyak menghabiskan waktu di jalanan yang diketahui
sebagai kehidupan yang keras dan penuh hal negative. Rumah Pintar bertujuan sebagai
tempat pembinaan anak jalanan supaya menjadi pribadi yang mandiri baik secara moril
ataupun materiil, dan juga tempat untuk anak-anak yang masih ingin mengenyam bangku
pendidikan (Andari, 2013).

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Anak jalanan termasuk anak-anak yang kurang beruntung dan seharusnya mendapatkan
haknya untuk dapat bertahan hidup. Keberadaan anak jalanan perlu dilindungi dan
30

dibimbing untuk mencapai kemandirian yang nantinya akan bermanfaat untuk dirinya dan
kehidupan di sekitarnya. Salah satu cara untuk mengentaskan dengan cara mendirikan
Rumah Pintar atau lebih umumnya Rumah Singgah sebagai media untuk berinteraksi
dengan relawan yang akan membantunya dalam membina kemandiriannya (Destiadi, 2017).
Anak dapat turun ke jalanan karena berbagai faktor salah satu diantaranya adalah
masalah keluarga, sehingga perlu adanya perlindungan dari berbagai pihak, diantaranya
pemerintah dan masyarakat. Salah satu lembaga perlindungan anak dari pemerintah yaitu
Rumah Pintar berbasis masyarakat yang bertugas melindungi agar anak mendapat kasih
sayang, pendidikan, pembinaan, dan mengembangkan kemandirian. Mengembangkan
kemandirian yang dilakukan oleh Rumah Pintar ini berupa mengembangkan kreativitas,
mengembangkan bakat dan pendidikan untuk anak jalanan berdasarkan minat anak-anak
tersebut (Suryanto, 2013).
31

Anak Jalanan di Pungkuran Kota


Semarang

Rumah Pintar Bang Jo


PKBI Jateng

Tujuan Rumah Pintar: Penanaman Kemandirian: Manfaat Rumah Pintar:


1. Terpenuhinya hak anak 1. Kegiatan rutin 1. Tidak putus
dalam bidang 2. Kegiatan spontan sekolah
pendidikan dan layanan 3. Keteladanan 2. Memanfaatkan
kesehatan 4. pengondisian kemampuan yang
2. Meningkatkan layanan dimiliki
pendidikan alternative
dan layanan kesehatan
bagi anak jalanan

Kegiatan futsal,
menggambar,
menulis,
pembinaan,
pendampingan
terhadap anak
Nilai Kemandirian Anak jalanan.
Jalanan

Bagan 1.2 Kerangka Berpikir yang Dikembangkan dalam Penelitian


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Rumah Pintar bukan seperti Rumah Singgah pada umumnya, karena

pada Rumah Pintar ini hanya sebagai sarana untuk memenuhi haknya

yaitu belajar dan kesehatan. Meningkatkan akses layanan pendidikan

alternatif dan layanan kesehatan bagi anak jalanan serta meningkatkan

dukungan pemerintah dan masyarakat dalam upaya pemenuhan hak-hak

anak jalanan.

2. Para relawan menanamkan kemandirian terhadap anak dampingan

dengan cara membantu mencarikan lowongan pekerjaan, memfasilitasi

hobby anak dampingan, membantu mencarikan beasiswa pendidikan

dan menjadi konselor ketika anak dampingan ada permasalahan.

3. Adanya Rumah Pintar di Pasar Johar memberikan keuntungan bagi

anak jalanan dan warga sekitar Pasar Johar karena Rumah Pintar

memiliki kegiatan yang menguntungkan misalnya fasilitas pendidikan

dan fasilitas kesehatan. Anak jalanan dapat memperoleh kegiatan

pembelajaran di luar sekolah yang dapat membantu untuk tetap dapat

belajar di tengah keterbatasan. Selain itu, fasilitas kesehatan gratis

setiap satu bulan sekali dapat membantu anak jalanan dan warga sekitar

Pasar Johar.

94
95

5.2 Saran

Sehubungan dengan simpulan-simpulan di atas, maka saran-saran yang

dapat dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Anak Jalanan

Bagi anak jalanan hendaknya dapat melihat kemampuan dan

keterampilan diri agar mampu mengembangkan orientasi yang sesuai

dengan diri dan kemampuan yang dimiliki. Selain itu, untuk

menjadikan pengalaman yang telah diperoleh dapat dilaksanakan

supaya kedepannya keluar dari jalanan.

2. Direktur PKBI Jawa Tengah

Kepada Direktur PKBI Jawa Tengah penanaman kemandirian

hendaknya ditingkatkan dengan cara menambah jumlah relawan supaya

kegiatan yang ada di Rumah Pintar dapat terstruktur dan berjalan tertib

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3. Relawan Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa Tengah

Kepada Relawan dalam pembelajaran di Rumah Pintar hendaknya

menggunakan jadwal dan perencanaan supaya kegiatan pembelajaran

lebih terjadwal sehingga relawan maupun anak dampingan dapat

mengetahui materi yang akan disampaikan. Data anak dampingan

Rumah Pintar hendaknya diperbaharui setiap tahun supaya pendataan

dapat terlaksana dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ali, M dkk. 2014. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Anandar, Budhi Wibhawa, dan Hery Wibowo. 2017. Dukungan Sosial Terhadap
Anak Jalanan Di Rumah Singgah. Share Social Work Journal.Vol. 5 Nomor
1 (1), ISSN: 2339-0042.
https://media.neliti.com/media/publications/181583-ID-dukungan-sosial-
terhadap-anak-jalanan-di.pdf

Andari, Soetji. 2013. Solidaritas sebagai Strategi Survival Anak Jalanan: Studi
Kasus di Lempuyang, Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta: FISIPOL UGM.
https://www.neliti.com/id/publications/591/solidaritas-sebagai-strategi-
survival-anak-jalanan-study-kasus-di-lempuyangan-yo

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ariwibowo, Ibnu. 2009. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah


Singgah Diponegoro Yogyakarta. Jurnal Dimensia. Vol. 3 Nomor 1: 35-53,
ISSN: 2654-9344.
https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3408

Arsal, Thriwaty dan Nurdianto. 2017. Gaya hidup pekerja industri galangan kapal
di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang. Journal of Educational
Social Studies. 6 (1): 59-63. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Asril, Wulandari dan Thalita Rifda Khaerani. 2016. Strategi Penanganan Anak
Jalanan di Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Kota Semarang. Jurnal
Administrasi Publik. Semarang: Undip.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/16109

Beazley, Harriot. 2003. The Construction and Protection of Individual and


Collective Identities by Street Children and Youth in Indonesian. Children
Youth Environments. 13 (1): 181-200. https://www.researchgate.net/

Cakrapramesta A. G. N., Rachman M. dan Atmaja H.T. 2016. Perilaku Sosial


Siswa SMP Kristen Widhodho Purworejo dalam Penggunaan Media Sosial.
Journal of Educational Social Studies. 5 (2) (2016). Diakses pada tanggal
20 April 2019.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/view/14074

96
97

Damayanti, Febrina, Thriwaty Arsal, Adang Syamsyudin Sulaha. 2016. Kondisi


Sosial Ekonomi Pengemis Dalam Perspektif Teori Dramaturgi (Studi Kasus
Di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas).
Solidarity. 5(2): 143-154. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity

Darojah, Umi. 2012. Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Dari Ekonomi Pertanian
Ke Ekonomi Industri Pada Masyarakat Desa Kubangwungu Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Journal Of Education Social Studies 1
(2): 78-83. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/view/734

De Moura, Sergio Luiz. 2002. The Social Construction of Street Children:


Configuration an Implications. British Journal of Social Work. 3 (2): 353-
367. https://doi.org/10.1093/bjsw/32.3.353

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002. Profil Keterlantaran. Jakarta.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Posdakarya.

Destiadi, Rezha. 2017. Fotografi Potret Relawan Rumah Harapan Valencia Care
Foundation. Jurnal Desain.Vol. 5 Nomor 1:36-43, ISSN: 2339-0115.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=970842&val=14
938&title=Fotografi%20Potret%20Relawan%20Rumah%20Harapan%20Va
lencia%20Care%20Foundation

Dewanggi, Dwi Hastuti, dan Neti Hernawati. 2012. Pengasuhan Orang Tua dan
Kemandirian Anak Usia 3-5 Tahun Berdasarkan Gender di Kampung Adat
Urug.. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Vol. 5 Nomor 1: 19-28, ISSN:
1907-6037.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/login?source=%2Findex.php%2Fjikk
%2Farticle%2Fview%2F6334

Djamil, Nasir. 2013. Anak Bukan untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Falaq, Yusuf, Maman Rachman, Suyahmo. 2016. Pelayanan Rehabilitasi Sosial


Anak Korban Trafficking Pada Balai Rehabilitasi Sosial Sunu Ngesti Tomo
Jepara. Journal of Educational Social Studies. 5 (1): 53-
60.http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Fauzi, Ahmad. 2016.Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak
Jalanan (Studi Perilau Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten). E-Plus.Vol.
98

1, Nomor 1:19-31, ISSN: 2541-1462. http://dx.doi.org/10.30870/e-


plus.v1i1.1179

Florence Undiyaundeye. 2014. The Impact of Social Media On Children,


Andolescents, And Familles. Journal Of Interdisciplinary Social Sciences.
Vol. 3(2): 1-4. https://www.longdom.org/

Gea, Antonius Atosokhi dkk. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elax
Media Komputindo.

Gunarso, Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hamid, Abdulloh, dan Putu Sudira. 2013. Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa
Smk Salafiyah Prodi TKJ Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah. Jurnal
Pendidikan Vokasi. Vol 3 Nomor 2: 139-152.
https://doi.org/10.21831/jpv.v3i2.1592

Hardati, Puji. (2009). Pembagian Kerja Dalam Rumah Tangga (Kasus Rumah
Tangga Pemulung di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Forum Ilmu
Sosial. Vol. 36 No. 2

Hardati, Puji. 2012. Perkembangan Perumahan dan Diversifikasi Mata


Pencaharian Penduduk Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur.
Jurnal Forum Ilmu Sosial. Vol.39 No. 1

Hardati, P., dkk. 2016. Pendidikan Konservasi. Kerja sama Magnum Pustaka
Utama dengan Pusat Pengembangan Kurikulum MKU MKDK Unnes.

Hilmi, Muhammad Zoher. 2015. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Perilaku


Sosial Anak-Anak Remaja Di Desa Sepit Kecamatan Keruak Kabupaten
Lombok Timur. Journal of Educational Social Studies, 4(1):1-7, ISSN:
2252-6390. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi Jilid I. terjemahan


Amiruddin Ram. Jakarta: Erlangga.

Ikhwanul. P.R, E.J.R. Kawung, N. Waani. 2014. Peran Ibu Rumah Tangga
Nelayan Dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Kelurahan
Bitung Karang Ria Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Diurna,
3(4).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/59
97
99

Indah Sukmawati, Marjohan dan Deprina Fajaria. 2013. Kemandirian Perilaku


Peserta Didik dalam Pemilihan Jurusan dan Implikasinya Terhadap
Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Ilmiah Konseling. 2 (2): 1-5.
https://www.researchgate.net/publication/317507093_Kemandirian_Perilaku_Pe
serta_Didik_dalam_Pemilihan_Jurusan_dan_Implikasinya_terhadap_Pelayanan_Bi
mbingan_dan_Konseling

Isnaeni, Junaiti Sahar, dan Sigit Mulyono. 2008. Perilaku Hidup Sehat
Berdasarkan Faktor Pencetus, Penguat dan Pemungkin Pada Anak Jalanan
Binaan Rumah Singgah. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 12 Nomor 3:
179-186. https://doi.org/10.7454/jki.v12i3.219

Kepustakaan Presiden.go.id (diunduh 18 Juli 2018)

Khatun, R., Hossen, S., Sultana, N. 2017. Assement of Environmental Knowledge


and Attitude of Secondary Level of Tangail, Bangladesh. International
Journal of Research in Environmental Science (IJRES). Vol. 3, Issue 2,
2017, PP 41-46 ISSN 2454-9444. https://www.researchgate.net/

Khumas, Asniar. 2018. Anak Jalanan Dan Model-Model Penanganannya. Jurnal


Ilmiah Psikologi. Vol. 1(2):22-25. ISSN: 2541-4500.
https://doi.org/10.23917/indigenous.v0i0.4598

Kumalasari, Pangestika Putri Wahyu dan Wijayanti, Diyan Yuli. 2013. Konsep
Diri Anak Jalanan Usia Remaja di Wilayah Semarang Tengah. Jurnal
Keperawatan Jiwa. 1(2): 156-160.
https://www.scribd.com/doc/312459232/Konsep-Diri-Anak-Jalanan

Kusumawati, Dian, Rusdarti, dan Eko Handoyo. 2015. Mengenai Dampak Sosial
Dan Ekonomi Penetapan Kampung Pesindon Sebagai Kampung Wisata
Batik Di Kota Pekalongan. Journal Of Education Social Studies 6 (1).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Le Roux, J. & Smith, C. S. 1998. Causes and Characteristics of the Street Child
Phenomenon: A Global Perspektive. Adolescence. 33(131): 683-688.
https://psycnet.apa.org/record/1998-11525-018

LPPM USM. 2003. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan
rogram Penangglangannya: Kajian Empirik Kota Semarang. Riptek: 1(2):
41-45.
https://www.researchgate.net/publication/331476321_HUBUNGAN_DUK
UNGAN_SOSIAL_DENGAN_KONSEP_DIRI_PADA_ANAK_JALANA
N_DI_RUMAH_SINGGAH_SANGGAR_ALANG-ALANG_SURABAYA
100

Lubis, Citra Ayu Basica Effendy. 2014. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan Pekerja Dan Pengeluaran Pendidikan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Jurnal Economia. Volume 10, Nomor 2:187-193.
https://doi.org/10.21831/economia.v10i2.7544

Lusk, Mark W. 2015. Street Children Programs in Latin America. The Journal of
Sociology & Social Welfare. 16(1): 55-57. https://scholarworks.wmich.edu/

Maghfiroh, Nurul. 2018. Dampak Industri Pt Petrokimia Gresik Terhadap


Kehidupan Sosio-Kultural Masyarakat Sekitar Tahun 1980-2000. Avatara e-
journal Pendidikan Sejarah Vol. 6, No. 1: 102-113.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/22360

Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja sebagai Nilai


Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta.

Marius, Jelamu Ardu. 2006. Perubahan Sosial. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2,


No.2:125-132. https://www.academia.edu/

Marwanti. Sri, Astuti. Ismi. Dwi. 2012. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin
Melalui Pengembangan Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif
di Kabupaten Karanganyar. SEPA, 9(1): ( 134 – 144).
https://eprints.uns.ac.id/1458/1/Model-Pemberdayaan-Perempuan-
Miskin.pdf

Miles, B Mattew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.


Terjemahan Tjejep R. R. Jakarta: Universitas Indonesia.

Misdiatun, Suyahmo, Pramono. Eko. Suwito. 2019. Implementation of Local


Function Value Nggahi Rawi Pahu In Public Junior School 3 Sanggar Bima
Distrik. Journal of education soscial studies, 8(1): (53-59).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php.jess/article/view/31233

Moleong, J Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rusda Karya.

Moleong, J Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rusda Karya.

Mukti, Aari. 2012. Tingkat Persepsi Anak Jalanan tentang Situasi Pembelajaran
pada Program Kejar Paket A di Lembaga PPAP Kota Surakarta. Skripsi:
UMS.
101

Njoroge, Karanja Stephen. 2013. Rethinking the Street Children Phenomena: An


Evaluation of Losses Gains and Antiupcipation, the case of Nakuru
Municipality, Kenya. American International Journal of Contemporary
Research. 3(1): 216-223. https://doi.org/10.1177/106939719402800301

Nugroho, Fedri Apri. 2014. Realitas Anak Jalanan Di Kota Layak Anak Tahun
2014
( Studi Kasus Anak Jalanan Di Kota Surakarta). Jurnal Skripsi. UNS.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/3391/0

Pamuchtia, Yunda dan Nurmala K. Panjaitan. 2010. Konsep Diri Anak Jalanan:
Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.Vol. 4, Nomor
2:255-272, ISSN: 1978-4333.
https://www.neliti.com/id/publications/181132/konsep-diri-anak-jalanan-
kasus-anak-jalanan-di-kota-bogor-provinsi-jawa-barat

Panahi, Soheila. 2015. Role of Parents, teachers, and Community in adolescents


issues. Unique Journal of Pharmaceutical and Biological Sciences. 03(2),
March-April 2015, ISSN 2347-3614.
https://www.researchgate.net/publication/308892358_Role_of_parents_Tea
chers_and_Community_in_Adolescents_issues

PKBIJateng.or.ig (diunduh 15 Maret 2018).

Prahastiyani, Novenda. 2011. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui


Pendampingan Seni Musik Di Rumah Singgah
Hafara Bantul Yogyakarta. Skripsi. PLS UNY.
https://adoc.tips/pemberdayaan-anak-jalanan-melalui-pendampingan-seni-
musik-di.html

Pujiati, Amin dan Agus Kurniawan. 2016. Pengaruh lingkungan keluarga,


motivasi dan kepribadian terhadap minat wirausaha melalui self efficacy.
Journal of economic Education. 5 (1): 100-109.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec

Puruhita, Adila. Suyahmo, Hamdan Tri Atmaja. 2016. Perilaku Sosial Anak –
Anak Jalanan di Kota Semarang. Journal of Educational Social Studies. 5
(2): 104-112. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Putra, Eva Nuriyah, dan Dessy Hasanah. 2018. Pemberdayaan Anak Jalanan Di
Rumah Singgah. Share Social Work Journal. Vol. 5 Nomor 1 (1), ISSN:
2339-0042.
102

https://www.researchgate.net/publication/325562667_PEMBERDAYAAN_
ANAK_JALANAN_DI_RUMAH_SINGGAH

Putri, Noviani Achmad. 2011. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


Melalui
Mata Pelajaran Sosiologi. Jurnal Komunitas. Vol 3 (2): 205-215.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas

Qodriyatun. Sri. Nurhayati. 2013. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir


Di Kota Batam Melalui Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Aspirasi, 4(2):
(91-100). https://doi.org/10.46807/aspirasi.v4i2.504

Rachman, Maman. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter Berwawasan


Konservasi Nilai-Nilai Sosial. Forum Ilmu Sosial. 40(1): (1-5). http://journal
unnes.ac.id.nju/index.php/FIS.

Raharjo, Ferowati. 2012. Identifikasi Klaster Industri Kecil Dan Menengah


Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Semarang. Economic
Development Analysis Journal. Volume 1 No. 2:1-9, ISSN: 2252-6560.
https://doi.org/10.15294/edaj.v1i2.475

Retnowati, Yuni. 2008. Pola Komunikasi Orangtua Tunggal Dalam


Membentuk Kemandirian Anak (Kasus Di Kota Yogyakarta). Jurnal Ilmu
Komunikasi. Vol. 6 Nomor 3: 199-211.
https://media.neliti.com/media/publications/104137-ID-pola-komunikasi-
orangtua-tunggal-dalam-m.pdf

Rini, Dyah Puspita. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi Kepuasan Kerja dan
Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1:69-88. ISSN:
2337-6082. https://www.neliti.com/id/publications/25046/pengaruh-komitmen-
organisasi-kepuasan-kerja-dan-budaya-organisasi-terhadap-organ

Ristekdikti.go.id (diunduh 18 Juli 2018).

Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern.


Terjemahan Alimadan Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ritzer, George & Smart, Berry. 2014. Handbook Teori Sosial. Terjemahan Imam
Muttaqien, Derta Sri W., dan Waluyati: Bandung: Nusa Media.

Rizzini, Irene dan Lusk, Mark W. 1995. “Children in the Streets: Latin Mark W.
1995. Amerika’s close generation”. Children and Youth Services Review. 17
(3): 391-400. https://doi.org/10.1016/0190-7409(95)00024-7
103

Rohayuningsih, Heri, dan Eko Handoyo. 2015. Berpikir Kreatif Dalam


Pengambilan Keputusan. Forum Ilmu Sosial. Volume 42 No. 1:106-113.

Rohman, Abdul. 2012. Pembiasaan Sebagai Basis


Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja. Jurnal Nadwa. Vol 6 Nomor 1:155-
177. http://dx.doi.org/10.21580/nw.2012.6.1.462

Rohman, Muhammad Mujibur. Setyowati, Dewi Liesnoor. Wasino. 2012.


Pendidikan Karakter di Pesantren Darul Falah Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus. Journal of Educational Social Studies, 1(2) : (131 – 137).

Rufaida, Hasna. 2017. Menmbuhkan Sikap Multikultural Melalui Internalisasi


Niai-nilai Multikultural Dalam Pembelajaran IPS. Sosio Didaktika: Social
Science Education Journal, 4(1). 14-24, ISSN: 2442-9430.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK

Sabda. 2013. Pengelolaan Rumah Singgah Sebagai Ruang Baca


Perpustakan Umum Kota Solok. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan
Kearsipan. Vol. 2 Nomor 1:292-298. https://doi.org/10.24036/2335-0934

Safatillah, Muhammad Bryan. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Elektronik Di Indonesia. Economic
Development Analysis Journal. Volume 3 No. 2:276-283. ISSN: 2252-6560.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/3833

Safitri. 2011. Manfaat Program Mentor Bagi Siswa Minoritas Di


Lingkungan Pendidikan Kajian Jurnal: Mentoring In A Postaffirmative
Action World. Jurnal Psikologi.Vol. 9 Nomor 1:9-15.
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/92

Sanford G., Stephanie M. H., Susie P.,& Amber Y. 2003. Socialization Aspects of
Parents, Children, and the Internet. Journal Advances in Consumer
Research Volume 29, 2002. Pages 66-70.
https://www.acrwebsite.org/volumes/8559/volumes/v29/NA-29

Sara, Ilham Pamungkas dan Pambudi Handoyo. 2014. Proses Sosialisasi Anggota
Komunitas “Hardcore Punk Sidoarjo (Hcs)”. Jurnal Paradigma. Vol. 2
Nomor 3: 1-10.
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/9437

Sari, Dwi Tika. Thriwaty Arsal, dan Elly Kismini. 2015. Keterlektan Buruh
Terhadap Industri Sumpit (Kasus Di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan). Solidarity. Vol.4 (2):131-144).
104

Setiawan, G. Erfinandus, Catur Wahyudi, dan Sri Hartini Jatmikowati . 2016.


Pembinaan Anak Jalanan Melalui Home Shelther “Griya Baca” Kota
Malang Sebagai Upaya Menuju Kota Layak Anak. Jurnal Ilmu Administrasi
Publik. Vol. 1, Nomor 1: 24-37, ISSN: 2541-2035.
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jkpp

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhartini, Tina, dan Nurmala K. Panjaitan. 2009. Strategi Bertahan Hidup Anak
Jalanan: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 3, Nomor
2: 215-230, ISSN: 1978-4333. https://doi.org/10.22500/sodality.v3i2.5865

Sulthoni, Yahya dan Sarmini. 2013. Strategi Pembentukan Karakter Anak di Panti
Asuhan Muhammadiyah Wiyung Surabaya. Jurnal Kajian Moral
Kewarganegaraan. Vol. 1 Nomor 1: 272-287.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
kewarganegaraa/article/view/1481

Sunarjan, Y. Y. F. R. & Atmaja, H. T., & Romadi. 2017. The Survival Strategy:
Urban Poor Community to Live in The Brintik Hill Graveyard, Semarang,
Indonesia. International Journal of Economic Research, 14(6), 147-157.
Diakses pada tanggal 21 April 2019.

Suryanto, Raheni Suhita, dan Yant Mujianto. 2013. Model Pendidikan Budi
Pekerti Berbasis Cerita Anak Untuk Penanaman Nilai Etis-Spiritual. Jurnal
Litera. Vol 12 Nomor 2: 235-245, ISSN: 2460-8319.
https://doi.org/10.21831/ltr.v12i02.1581

Sutrisna, Endang. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi


Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan Vol VII No. 22: 1743-1753.
http://id.portalgaruda.org/index.php?page=2&ipp=10&ref=browse&mod=vi
ewjournal&journal=2285

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group.

Tjahjorini,Sr., Margono Slamet, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto. 2005.


Persepsi Anak Jalanan Terhadap Bimbingan Sosial Melalui
Rumah Singgah Di Kotamadya Bandung. Jurnal Penyuluhan.Vol. 1, Nomor
1:21-32, ISSN:1858-2664.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2094/1122
105

Ulinnuha, Retno, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Martitah. 2016. Makna Kegiatan
Rehabilitasi Sosial Bagi Remaja Di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira
Adhi Karya Kabupaten
Semarang. Journal of Educational Social Studies. 5 (1): 43-52.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Utami, Ruli. 2016. Pendampingan Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan


Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Rumah Singgah Hafara Yogyakarta. Jurnal
Elektronik Mahasiswa PLS. Vol. 8 Nomor 5: 331-339.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pls/article/view/4495

Wardhani, Novia Wahyu. 2013. Pembelajaran Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sebagai


Penguat Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Informal. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol 13 Nomor 1: 56-66.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/view/3504

Wardhani, P. Mulyani, M., & Rokhman, F. 2018. Wujud Pilihan Bahasa dalam
Ranah Keluarga pada Masyarakat Perumahan di Kota Purbalingga. Jurnal
Kredo. Vol. 1, No. 2:91-105. ISSN: 2599-
3160.https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/article/view/2147

Widyawati, Retno Febriyastuti, Dan Arif Pujiyono. 2013. Pengaruh Umur,


Jumlah Tanggungan Keluarga, Luas Lahan, Pendidikan, Jarak Tempat
Tinggal Pekerja Ke Tempat Kerja, Dan Keuntungan Terhadap Curahan
Waktu Kerja Wanita Tani Sektor Pertanian Di Desa Tajuk, Kec. Getasan,
Kab. Semarang. Diponegoro Journal Of Economics. Volume 2 Nomor 3:1-
14. ISSN : 2337-3814.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jme/article/view/3182

Wijayanti, Pratiwi. 2010. Aspirasi hidup anak jalanan Semarang. http://Eprints.


Undip//10961/1/ringkasan.pdf (diunduh 10 Desember 2017).

Yayasan Emas Indonesia.org (diunduh 15 Maret 2018).


106

LAMPIRAN
107
108

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Relawan Rumah Pintar


Judul Penelitian : MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN)
TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO PERSATUAN
KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG
Identitas diri
Nama :
Alamat :
Pendidikan :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Pintar?


Jawab: …………………………………………………………………….......
…………………………………………………………………………………
2. Motivasi apakah yang mendorong berdirinya Rumah Pintar?
Jawab: …………………………………………………………………….......
…………………………………………………………………………………
3. Bagaimana cara Rumah Pintar dalam upaya menangani penyimpangan perilaku
anak jalanan?
Jawab: …………………………………………………………………….......
…………………………………………………………………………………
4. Apa saja kegiatan rutin yang diadakan di Rumah Pintar?
Jawab: …………………………………………………………………….......
…………………………………………………………………………………
5. Kapan kegiatan rutin diadakan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
6. Jika memerlukan dana, darimana mendapat dana untuk kegiatan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
109

………………………………………………………………………….
7. Siapa saja yang mengikuti kegiatan rutin ini?
Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………..............
8. Dimana kegiatan rutin dilakukan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….............
9. Apakah anak tertarik untuk mengikuti kegiatan ini?
Jawab: ………………………………………………………………………….
10. Bagaimana cara saudara untuk mengajak anak jalanan ikut kegiatan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
11. Apa saja kegiatan spontan yang diadakan di Rumah Pintar?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
12. Siapa saja yang mengikuti kegiatan spontan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
13. Jika ada kegiatan spontan yang memerlukan personil yang banyak,
siapa saja yang dilibatkan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
14. Siapakah yang membantu kegiatan ini?

Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………

15. Apakah warga sekitar Rumah Pintar ikut membantu?


Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………

16. Kapan kegiatan spontan diadakan?


110

Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
17. Apakah dengan bantuan saudara, Rumah Pintar dapat terbantu?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
18. Dimana kegiatan spontan dilakukan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
19. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan untuk menciptakan sikap teladan bagi
anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
20. Seperti apakah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan sikap
keteladanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
21. Siapa sajakah yang terlibat dalam menciptakan sikap keteladanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
22. Dengan adanya kegiatan ini apakah anak tertarik?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
23. Bagaimana respon anak jalanan dengan adanya kegiatan ini?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………
24. Bagaimana hasil perilaku anak jalanan setelah adanya kegiatan tersebut?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
25. Kapan sikap keteladanan diberikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
111

26. Biasanya, untuk mengisi waktu luang kegiatan apa yang dilaksanakan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
27. Kapan Rumah Pintar didirikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
28. Apa tujuan Rumah Pintar didirikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
29. Apa saja upaya Rumah Pintar dalam penanaman kemandirian anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
30. Contoh kongkret upaya yang sudah dijalankan apa saja?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
31. Lalu, upaya yang dijalankan apakah sudah sesuai tujuan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
112

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Anak Jalanan Rumah Pintar


Judul Penelitian : MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN)
TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO PERSATUAN
KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG
Identitas diri
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
1. Apa saja kegiatan rutin yang diadakan di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Kapan kegiatan rutin diadakan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
3. Dimana kegiatan rutin dilakukan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
4. Apa saja kegiatan spontan yang diadakan di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
5. Siapa saja yang mengikuti kegiatan spontan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
6. Jika ada kegiatan spontan yang memerlukan personil yang banyak, siapa saja
yang dilibatkan?
113

Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
7. Bagaimana respon anak jalanan dengan adanya kegiatan ini?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
8. Apa saja upaya Rumah Pintar dalam penanaman kemandirian anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
9. Contoh kongkret upaya yang sudah dijalankan apa saja?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
10. Apa sajakah yang di dapatkan dalam Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
11. Bagaimana cara membagi waktu di jalanan dan di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
12. Siapa yang mengajak bergabung di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
13. Apa manfaat yang di dapatkan dari Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
114

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Masyarakat sekitar Rumah Pintar


Judul Penelitian : MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN)
TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO PERSATUAN
KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG
Identitas diri
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :

1. Apakah dengan bantuan saudara, Rumah Pintar dapat terbantu?


Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Biasanya, apa yang bisa dibantu oleh warga sekitar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
3. Apakah dengan adanya kegiatan tersebut saudara terganggu?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
4. Kapan kegiatan spontan diadakan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
5. Dengan kegiatan tersebut, dampak bagi saudara apa? Apakah mendapat
pengalaman lebih?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
6. Apakah dengan kegiatan tersebut dapat menambah penghasilan sehari-hari?
115

Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….

7. Biasanya, untuk mengisi waktu luang kegiatan apa yang dilaksanakan?


Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
8. Apa manfaat yang di dapatkan dari Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
9. Apakah dengan adanya Rumah Pintar, saudara menemukan hambatan pada
saat proses pola asuh?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
10. Apakah saudara terganggu dengan adanya Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
116

PEDOMAN OBSERVASI

Judul Penelitian : MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN)


TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO PERSATUAN
KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG

1. Gambaran umum Kp. Pungkuran Kauman.


2. Gambaran umum pelaksanaan Rumah Pintar di Kauman Semarang.
3. Gambaran anak jalanan yang mengikuti program Rumah Pintar dan jumlah
anak jalanan.
4. Gambaran kegiatan yang ada di Rumah Pintar.
5. Gambaran mengenai tanggapan masyarakat sekitar setelah adanya Rumah
Pintar.
117

PEDOMAN DOKUMENTASI

Judul Penelitian : MANFAAT RUMAH PINTAR (RUMPIN)


TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK JALANAN BANG JO PERSATUAN
KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI) JAWA TENGAH DI
KAMPUNG PUNGKURAN KOTA SEMARANG

1. Foto Kegiatan yang dilakukan Rumah Pintar.


2. Dokumen program kerja Rumah Pintar.
3. Dokumen mengenai tujuan Rumah Pintar.
4. Dokumen mengenai UPAYA yang sudah dijalankan Rumah Pintar.

You might also like