Tesis Full
Tesis Full
TESIS
Oleh
Astuti Eka Stya Iswara
0301516009
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kemandirian merupakan salah satu bekal yang harus dimiliki oleh setiap anak supaya dapat
PERSEMBAHAN
v
ABSTRACT
Iswara, Astuti Eka Stya. 2020. The Benefits of Rumah Pintar Bang Jo for Street Children’s
Independence in Pungkuran Village, Semarang City. Thesis. Postgraduate Program of
Social Sciences Education, Universitas Negeri Semarang. Supervisor: I. Dr. Thriwaty
Arsal, M. Si., II. Dr. Amin Pujiati, S.E., M. Si. 112 Pg.
The next generation of the nation are children who can survive independently and
virtuous. As the nation's successor, children must grow and develop into adults who are
physically and spiritually healthy, educated, have good morals, and commendable character. It is
necessary to give children affection and proper guidance to achieve the desired condition.
However, there are still many children who are less fortunate in getting these needs. These
disadvantaged groups of children are, for example, street children. Therefore, these street
children are given a place to fulfill the necessities they do not get in the family. Thus, activities
and assistance from volunteers that support street children's training so that they can live
independently are needed.
This research was conducted to determine the activities of the children assisted by
Rumah Pintar, which consists of street children, who were directly aided by volunteers, to
nurture their independence so that they can leave street life. The focus of this research included
(1) the profile of Rumah Pintar Bang Jo PKBI Central Java, (2) the teaching of the value of
independence to street children assisted by Rumah Pintar Bang Jo PKBI Central Java, and (3)
the benefits of Rumah Pintar Bang Jo on street children's independence. Qualitative research
methods were used in this study. The data analysis technique was conducted inductively, where
the pattern of thinking that is repeated is based on observing specific problems, then drawing
general conclusions.
The results of the research showed that (1) the location of the analysis regarding Rumah
Pintar at Kp. Pungkuran No. 403 Kauman, Semarang City, has 5 volunteers and 116 assisted
children, (2) Rumah Pintar can facilitate assisted children to find work and a place for training
so that they can leave street life and have a better living condition, and (3) activities
implemented in Rumah Pintar were routine activities as a means of shaping the independence of
the assisted children and aim to develop talents and interests of the assisted children according
to their abilities.
Rumah Pintar has functions to train, develop, and provide beneficial points for street
children, such as business skills, talents, interests, education for children aged 4-6 years
called kelompok bermain, education for children aged 7-12 years is called a study group, and
libraries. Activities at Rumah Pintar can be executed well with sufficient numbers of volunteers,
well-planned programs, and well-organized schedules.
vi
ABSTRAK
Iswara, Astuti Eka Stya. 2020. Manfaat Rumah Pintar (Rumpin) Terhadap Kemandirian Anak
Jalanan Bang Jo Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (Pkbi) Jawa Tengah Di
Kampung Pungkuran Kota Semarang. Tesis. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dr. Thriwaty Arsal,
M. Si., II. Dr. Amin Pujiati, S.E., M. Si. 112 Halaman.
Generasi penerus bangsa adalah anak-anak yang dapat bertahan hidup mandiri dan
berbudi luhur. Sebagai penerus bangsa, anak-anak harus dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan, bermoral, dan
memiliki akhlak yang terpuji. Untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan, perlu adanya
kasih sayang dan pembinaan yang tepat. Namun, masih banyak anak-anak yang kurang
beruntung dalam mendapatkan kebutuhan tersebut. Golongan anak-anak yang kurang
beruntung tersebut, misalnya anak-anak jalanan. Maka dari itu, anak-anak jalanan tersebut
diberi wadah untuk memenuhi kebutuhan yang tidak mereka dapatkan dalam keluarga.
Sebagai contoh, kegiatan yang mendukung untuk melatih anak-anak jalanan untuk hidup
mandiri dan adanya bimbingan dari para relawan sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-
hari.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan anak-anak dampingan
Rumah Pintar yang terdiri dari anak-anak jalanan, yang dibimbing langsung oleh para
relawan, untuk melatih kemandirian mereka agar mereka dapat meninggalkan kehidupan
jalanan. Fokus penelitian ini meliputi (1) profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng, (2)
bentuk penanaman nilai kemandirian terhadap anak-anak jalanan dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng, dan (3) manfaat Rumah Pintar Bang Jo terhadap kemandirian anak-
anak jalanan. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik analisis
data dilakukan secara induktif, dimana pola berpikir yang diulang-ulang didasarkan pada
pengamatan masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) lokasi penelitian mengenai Rumah Pintar
di Kp. Pungkuran No. 403 Kauman, Kota Semarang, memiliki 5 relawan dan 116 anak-
anak dampingan, (2) Rumah Pintar dapat memfasilitasi anak-anak dampingan untuk
mencari kerja dan tempat kursus agar mereka dapat hidup lebih baik dan meninggalkan
kehidupan jalanan, dan (3) kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Pintar merupakan
kegiatan rutin sebagai sarana untuk melatih kemandirian anak-anak dampingan dan
bertujuan untuk mengembangkan bakat serta minat sesuai dengan kemampuan anak-anak
dampingan.
Rumah Pintar memiliki fungsi untuk melatih, mengembangkan, dan memberikan
hal-hal berharga bagi anak jalanan, seperti keterampilan usaha, bakat, minat, pendidikan
untuk anak usia 4-6 tahun yang disebut kelompok bermain, pendidikan untuk anak usia 7-
12 tahun disebut kelompok belajar, dan perpustakaan. Kegiatan di Rumah Pintar dapat
terlaksana dengan baik dengan jumlah relawan yang mencukupi, program terencana
dengan baik, dan jadwal juga tertata dengan baik.
vii
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya.
Berkat karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Manfaat Rumah Pintar
Indonesia (PKBI) Jawa Tengah di Kampung Pungkuran Kota Semarang”. Tesis ini disusun
sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-
pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
pertama kali kepada para pembimbing, yaitu Dr. Thriwaty Arsal, M. Si. (Pembimbing I) dan Dr.
Amin Pujiati, S. E., M. Si. (Pembimbing II) yang dengan sabar dan bijaksana memberikan
arahan, ilmu dan bimbingan selama pendidikan, dan penelitian tesis ini.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu
1. Direksi Prgram Pascasarjana Unnes, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum yang telah
memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penelitian tesis ini.
2. Ketua Program Studi S2 Pendidikan IPS Program Pascasarjana Unnes Dr. Hamdan Tri
Atmaja, M.Pd. yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penelitian tesis ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak memberikan
4. Direktur Eksekutif PKBI Jateng yang telah mengizinkan peneliti melaksanakan penelitian
di Rumah Pintar.
5. Para relawan Rumah Pintar yang telah berkenan mendampingi peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
viii
6. Anak-anak dampingan Rumah Pintar yang telah berkenan membantu peneliti dalam
7. Bapak kepala sekolah SMK AL FALAH Winong yang telah berkenan memberikan izin
8. Bapak Ibu Guru teman sejawat di SMK AL FALAH Winong yang telah memberikan
9. Teman-teman mahasiswa Program Studi IPS Pascasarjana Unnes angkatan 2016 atas segala
10. Kedua Orang Tua dan Suami yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil
kepada peneliti.
Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti
harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
Peneliti,
ix
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................................................ii
PENGESAHAN TESIS...............................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN.....................................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................................................v
ABSTRACT..................................................................................................................................vi
ABSTRAK...................................................................................................................................vii
PRAKATA.................................................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................................5
1.3 Cakupan Masalah................................................................................................................5
1.4 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian..............................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................................................7
2.1.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................................7
2.1.2 Anak Jalanan............................................................................................................15
2.1.3 Rumah Singgah........................................................................................................23
2.2 Kerangka Teoretis..............................................................................................................28
2.3 Kerangka Berpikir..............................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................................................32
3.2 Desain Penelitian................................................................................................................32
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................................................33
3.4 Fokus Penelitian.................................................................................................................33
3.5 Sumber Data.......................................................................................................................33
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................................................36
3.7 Analisis Data......................................................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
x
4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................................40
4.1.1 Profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng..............................................................40
4.1.2 Penanaman Kemandirian Anak Jalanan Terhadap Anak Dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng...............................................................................................62
4.1.3 Manfaat Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng Terhadap Kemandirian Anak
Jalanan.....................................................................................................................83
4.2 Pembahasan
4.2.1 Profil Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jateng..............................................................85
4.2.2 Penanaman Kemandirian Anak Jalanan Terhadap Anak Dampingan Rumah Pintar
Bang Jo PKBI Jateng...............................................................................................87
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................................................94
5.2 Saran..................................................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................96
LAMPIRAN...............................................................................................................................106
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi tombak suksesnya
bangsa Indonesia. Anak jalanan memiliki hak untuk mendapatkan hidup yang layak dan
tempat tinggal yang layak. Menurut UU Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
Indonesia keberadaan anak Indonesia telah dijamin oleh Negara dalam kebutuhan social,
mental ataupun kebutuhan perkembangan fisiknya. Di Indonesia telah memiliki kekuatan
hukum yang memberikan proteksi terhadap anak (kepustakaan presiden.go.id).
Individu yang mulai berkembang atau menjadi (becoming) kearah kematangan
merupakan salah satu cirri anak mandiri. Anak yang mandiri adalah salah satu cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah asset bangsa, masa depan
bangsa dan negara yang akan datang berada di tangan anak sekarang. Semakin baik
kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu
pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan
bangsa yang akan datang (Indah dan Marjohan, 2013).
Generasi penerus bangsa adalah anak-anak yang dapat bertahan hidup mandiri dan
berbudi luhur. Sebagai penerus bangsa, anak jalanan harus dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan, bermoral dan memiliki
akhlak yang terpuji. Mewujudkan kondisi yang diinginkan, maka perlu adanya kasih sayang
dan pembinaan yang tepat. Golongan anak-anak yang kurang beruntung tersebut misalnya
anak-anak jalanan. Oleh karena itu anak jalanan disediakan wadah guna untuk memenuhi
kebutuhan yang anak jalanan tidak dapatkan dalam keluarga. Kegiatan yang mendukung
untuk melatih anak jalanan untuk hidup mandiri sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-
hari dan perlu adanya bimbingan dari para relawan (Nugroho, 2014).
Anak jalanan adalah anak laki-laki ataupun perempuan yang berumur kurang dari 18
tahun yang melewatkan waktunya, menghabiskan waktunya, dan memanfaatkan waktunya
untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan. Mula-mula anak anak melarikan diri dari
rumah dalam rentang waktu seminggu. Kemudian mereka ulangi dalam jangka waktu yang
lebih lama sampai akhirnya benar-benar tidak kembali ke rumah selama bertahun-tahun.
Setelah di jalanan, proses kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah inisiasi. Biasanya
1
2
anak jalanan yang masih baru akan menjadi objek pengompasan anak jalanan yang lebih
dewasa (Suyanto, 2010).
Rata-rata anak jalanan yang ada di Kota Semarang berusia di bawah 18 tahun.
Artinya, anak-anak jalanan masih layak untuk merasakan pendidikan di sekolah. Namun,
anak-anak jalanan lebih menyukai pekerjaan di jalanan sebagai pengemis dan pengamen.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi tentang pentingnya pendidikan dari orangtua
maupun lingkungannya. Sehingga anak-anak jalanan enggan untuk bersekolah. Apabila ini
dibiarkan, maka sumber daya manusia yang semakin rendah bisa menjadi beban pemerintah
Kota Semarang (yayasanemasindonesia, 2017).
Anak-anak jalanan tidak ingin mencari pekerjaan yang lebih layak. Hal ini disebabkan
karena anak-anak jalanan tersebut sudah nyaman dengan menjadi pengemis dan pengamen.
Anak-anak jalanan enggan menggali potensi yang dimiliki dan cenderung malas. Hal inilah
yang menyebabkan peningkatan angka pengangguran di Kota Semarang. Orangtua
memiliki peranan penting terhadap anak-anak mereka. Namun, orangtua dari anak-anak
jalanan cenderung melepaskan anak-anaknya karena menganggap bahwa anak-anaknya
sedang membantu ekonomi keluarga. Permasalahan ekonomi dan kemiskinan seringkali
jadi alasan mengapa orangtua mengizinkan anak-anak mereka untuk menjadi pengamen dan
pengemis (Mukti, 2012).
Peningkatan anak jalanan menimbulkan keprihatinan bagi semua pihak. Kehidupan
yang dijalani oleh anak jalanan jauh dari kata layak. Bukan hanya itu, anak jalanan juga
menyebabkan permasalahan sosial lainnya seperti gangguan keamanan, kesehatan,
kebersihan, mengurangi keindahan, ketertiban kota dan lain sebagainya. Seringkali
menjumpai anak jalanan yang melakukan aktivitas dijalanan yang membuat pengguna jalan
merasa kasihan terhadap keberadaan anak jalanan dan tidak sedikit pula yang terganggu.
Keberadaan dan berkembangnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu
menjadi perhatian. Anak-anak yang melakukan kegiatan atau tinggal di jalanan senantiasa
berhadapan dengan situasi yang tidak baik dan cenderung negatif serta menjadikan anak
jalanan sebagai korban dari berbagai bentuk eksploitasi seperti kekerasan, tindakan
kriminal, penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras serta kekerasan fisik dan
mental. Situasi ini mengakibatkan perkembangan anak secara mental, fisik dan sosial
menjadi buruk (Asril, 2016).
Sering dijumpai anak-anak jalanan yang beraktivitas di jalan dan membuat pengguna
jalan lain merasa kasihan dengan keadaan tersebut tetapi ada sebagian pengguna jalan yang
terganggu dengan keberadaan anak jalanan tersebut. Menghadapi permasalahan tersebut,
3
anak jalanan harus di bekali oleh skill ataupun kemampuan untuk mengurangi
permasalahan. Anak jalanan harus memiliki kemandirian untuk dapat bertahan hidup dan
tidak hanya menjadi anak jalanan yang di pandang sebelah mata oleh masyarakat sebagai
anak yang merugikan (PKBI Jateng, 2016).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sekat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab (ristekdikti, 2017).
Rumah Pintar didirikan berawal dari rasa keprihatinan kepada sejumlah anak yang
berada di wilayah pasar Johar Semarang, yang jauh dari dunia pendidikan formal. Banyak
diantara anak jalanan yang putus sekolah dikarenakan masalah ekonomi dan lingkungan.
Rumah Pintar sudah berdiri pada Tahun 2010. Kurang lebih sudah tujuh tahun Rumah
Pintar berdiri. Rumah Pintar ini berdiri dinaungi oleh PKBI (Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia) dengan sasaran anak-anak yang berada di wilayah pasar Johar
Semarang. Rumah Pintar ini ramai pengunjung mulai dari anak-anak yang ingin membaca
di perpustakaan Rumah Pintar ataupun hanya sekedar bermain sambil melihat ibu-ibu
sekitar Rumah Pintar yang membuat pernak-pernik bross hand made yang cantik. Rumah
Pintar yang terletak di Kp. Pungkuran No. 403 Semarang ini mempunyai 7 relawan.
Relawan di Rumah Pintar ini dapat membuat anak jalanan di sekitar Johar
mendapatkan skill yang dapat membuat hidup anak jalanan lebih bermanfaat dan terhindar
dari lingkaran setan kemiskinan. Keterampilan warga sekitar Rumah Pintar juga dapat
dijadikan ladang penghasilan bagi kehidupan anak jalanan dengan mendapatkan bimbingan
dari tentor yang ada. Di Rumah Pintar ini anak jalanan mendapatkan apa yang di inginkan
walaupun serba terbatas dan harus berbagi dengan teman lainnya, akan tetapi anak jalanan
lebih memiliki hidup yang berarti daripada anak jalanan harus beraktivitas di jalanan yang
banyak resikonya (PKBI, 2016).
Hal yang dapat memaksa anak jalanan turun ke jalanan antara lain: ekonomi lemah,
tidak diurus oleh keluarganya, putus sekolah, malas mencari kerja, berasal dari keluarga
yang berantakan atau korban perceraian, dan mencari uang tambahan tanpa mau berusaha.
Anak jalanan mendapatkan pendidikan, kasih sayang, kehidupan yang layak dan
pembentukan kepribadian sehingga menjadikan anak jalanan mempunyai hidup yang berarti
dan layak. Semuanya itu akan di dapatkan kalau mau dididik dan dibina pada suatu tempat
dimana tempat tersebut dikelola oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang sangat
4
besar dalam menangani anak jalanan tersebut yang dikenal dengan Rumah Pintar. Di
Rumah Pintar anak jalanan akan mendapatkan apa yang di inginkan meskipun serba
terbatas dan harus berbagi dengan teman lainnya, akan tetapi anak jalanan akan lebih
terlindungi dan memiliki hidup yang berarti daripada harus berkeliaran di jalanan yang
banyak resikonya (PKBI Jateng, 2016).
Rumah Pintar mempunyai peranan penting sebagai tempat bagi anak jalanan yang
tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan pembentukan kepribadian dari
orang tuanya. Rumah Pintar merupakan kelompok relawan peduli anak, dibawah naungan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah berada dalam lingkungan
masyarakat yang baik dan mendukung supaya Rumah Pintar dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik. Rumah Pintar merupakan wadah bagi anak jalanan di sekitar Pasar
Johar untuk menuangkan kreativitasnya. Pendanaan Rumah Pintar sendiri awalnya ada
bantuan dari PT Pertamina akan tetapi setahun belakangan ini pendanaan hanya dari PKBI
dan jika ada event maka pengurus mencari sponsorship guna memenuhi kebutuhan Rumah
Pintar. Rumah Pintar akan ada peningkatan jika mendapat dukungan dan bantuan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dan warga sekitarnya (PKBI Jateng, 2016).
Para pendiri Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa Tengah memiliki keinginan mulia
untuk menuntaskan dan mengeluarkan anak-anak dari jerat kemiskinan. Rumah Pintar Bang
Jo PKBI Jawa Tengah mengusahakan penyaluran kegiatan yang diharapkan dapat
menolong anak dampingannya keluar dari jalanan. Rumah Pintar Bang Jo PKBI Jawa
Tengah berinisiatif mencarikan beasiswa bagi anak yang putus sekolah karena kurang biaya
dan juga mencarikan pekerjaan antara lain di bengkel sekitar Pasar Johar untuk anak
dampingan yang laki-laki dan menjadikan anak dampingan perempuan berlatih menjahit
serta membekali keterampilan lain untuk anak jalanan supaya dapat bertahan hidup tanpa
dibayang-bayangi kehidupan jalanan (PKBI Jateng, 2016).
Fungsi Rumah Pintar sebagai tempat penyaluran bakat, edukasi dan sosialisasi dapat
membantu anak jalanan lebih menampilkan kemampuan bersosialisasi dan melatih
kemandirian anak jalanan. Rumah Pintar ini sedikit berbeda dengan rumah singgah yang
lain. Rumah Pintar ini memberikan pemahaman kepada anak-anak jalanan akan
pentingnya pendidikan dan keterampilan. Rumah Pintar membekali dan memberikan
beasiswa bagi anak-anak jalanan untuk melanjutkan sekolah. Selain itu Rumah Pintar
memberikan keterampilan dalam hal memproduksi kerajianan tangan kepada anak jalanan
dan warga sekitar untuk bekal mendirikan usaha. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada Rumah Pintar dengan judul penelitian “MANFAAT RUMAH
5
Manfaat secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan ilmunya dapat diaplikasikan di lingkungan masyarakat, sehingga
mendapat pengalaman antara teori dengan kenyataan di lapangan.
2. MANFAAT PRAKTIS
a. Manfaat praktis bagi Rumah Pintar atau Organisasi yang bergerak pada bidang
penanganan anak jalanan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga upaya
pelayanan sosial kepada anak jalanan dapat lebih dioptimalkan.
b. Bagi masyarakat dan pihak-pihak yang bertanggung jawab, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap permasalahan anak jalanan, pemerintah atau lembaga lain yang terlibat
dalam usaha memberikan perlindungan terhadap hak pendidikan anak jalanan.
BAB II
Penelitian mengenai anak jalanan sudah banyak dilakukan. Irene Rizzini dan
Mark W. Lusk melakukan penelitian di Amerika tentang keberadaan anak jalanan
pada tahun 1995. Latar belakang adnya permasalahan anak jalanan di Amerika Latin
disebabkan adanya masalah ekonomi dan kurangnya penghargaan hak asasi manusia.
Selain itu tingginya pengangguran, urbanisasi, pemukiman yang tidak memadai serta
jumlah warga Amerika Latin yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 44%
juga menjadi factor keberadaan anak jalanan. Solusi yang ditawarkan pada penelitian
ini adalah melalui pendekatan preventif karena pemahaman mengenai isu anak
jalanan dapat diperoleh dari kekuatan social dan ekonomi yang membentuk nasib
anak jalanan.
Le Roux dan Smith (1998) melakukan penelitian tentang penyebab dan
karakteristik anak jalanan secara global. Penyebab munculya anak-anak jalanan
diseluruh dunia adalah stress social terkait industrialisasi yang pesat dan urbanisasi,
rusaknya struktur dan nilai-nilai keluarga tradisional, kemiskinan dan factor-faktor
politik. Anak-anak jalanan memiliki karakteristik sebagai berikut: anak-anak sering
tampak lebih kecildari usianya karena kekurangan gizi kronis, kebanyakan dari anak
jalanan mengalami putus sekolah, saling bersatu sebagai sebuah system persahabatan
yang luar biasa dan dapat menggantikan posisi keluarga sebagai sumber dukungan
emosional dan ekonomi.
Moura (2002) menganalisis berbagai literature yang berkaitan dengan anak
jalanan. Beberapa factor yang menyebabkan fenomena anak jalanan diantaranya
adalah migrasi, kesulitan ekonomi, disfungsi keluarga dan pelecehan terhadap anak.
Konstruksi social anak jalanan menunjukkan kesenjangan social. Kehidupan anak
jalanan dan keluarganya digambarkan sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat yang kemudian diasingkan.
Penelitian dilakukan Beazley (2003) menemukan di Jogjakarta bahwa
kecenderungan anak jalanan dilatarbelakangi oleh kekuatan dan keberanian (nyali).
Mobilisasi kekuasaannya bersifat hirarkis dan dinamis, ditentukan secara sederhana
7
8
yakni hukum rimba. Dunia kriminalitas dan kekerasan menentukan karir, semakin
sering melakukan kriminalitas dan masuk penjara maka dengan sendirinya berada
pada posisi teratas. Jenjang karir dalam anak jalanan tidak pernah menurun selalu
naik dan ajeg. Bagi anak jalanan yang meninggalkan dunia tersebut akan tetap
disegani oleh teman-temannya terlebih dengan kelompok yang lebih muda.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas
Semarang pada tahun 2008 melakukan penelitian tentang karakteristik anak jalanan
di kota Semarang. Factor utama adanya anak jalanan di kota Semarag adalah
kemiskinan. Karakteristik anak jalanan di kota Semarang rata-rata berusia 13 tahun,
memiliki keluarga yang berpiendidikan rendah dan penghasilan yang kurang,
sebagian dari anak jalanan tidak bersekolah dan bekerja sebagai pengamen untuk
membantu ekonomi keluarganya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Suhartini dan Panjaitan (2009) tentang
karakteristik dan masalah yang dihadapi anak jalanan serta bentuk-bentuk strategi
hidup anak jalanan. Hasilnya menunjukkan bahwa anak jalanan usia 13 tahun-18
tahun sebagian besar bekerja sebagai pengamen, bidang jasa dan serabutan. Alasan
anak jalanan turun ke jalan adalah untuk mencari tambahan uang sekolah, banyak
teman, diajak temannya, disuruh nenek, bisa santai dan tidak ada peluang untuk
mencari pekerjaan lain. Selain itu, menopang kehidupan ekonomi keluarga,
kurangnya perhatian keluarga dan rekreasi juga merupakan alasan anak-anak turun
ke jalan. Masalah yang dihadapi anak jalanan antara lain gangguan kesehatan dan
keselamatan jiwa, kekerasan fisik atau psikis, kriminalitas dan kasus narkotika.
Strategi bertahan hidup dibagi menjadi 3 bentuk yaitu kompleks, sedang dan
sederhana.
Wijayanti (2010) melakukan penelitian tentang aspirasi anak jalanan di kota
Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa ada 2 bidang aspirasi yang menonjol pada
diri anak jalanan yakni aspirasi pendidikan dan aspirasi pekerjaan. Aspirasi dapat
bersifat positif negative menurut orientasi kesuksesan, jangka panjang pendek
menurut waktu pencapaian target dan realistis idealistis menurut kemampuan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Aspirasi tergantung dari performa yang
ditampilkan anak jalanan serta factor personal dan situasional sebagai pengaruh.
Soetjiandari (2013) melakukan penelitian mengenai solidaritas anak jalanan
dan strategi survival dalam mengatasi tekanan dari kelompok di Lempuyang
Jogjakarta. Hasilnya solidaritas anak jalanan sebagai bentuk ikatan social yang
9
memiliki nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota kelompok sebagai upaya
untuk meredam pertentangan dan pengasingan oleh masyarakat umum. Konsep
kesadaran bersama merupakan hasil keyakinan kepercayaan dan perasaan seluruh
anak jalanan. Solidaritas terjalin antar anak jalanan karena adanya tekanan atau
pemaksaan dari pihak yang berkuasa baik secara eksternal maupun internal.
Njoroge dkk melakukan penelitian anak jalanan di Nakuru Kenya (2013).
Hasilnya adalah adanya hubungan antara kemiskinan dan menjadi anak jalanan.
Anak jalanan memilih sebagai pengguna dan pengedar narkoba karena mendapat
penghasilan yang banyak. Rumah-rumah singgah dan lembaga social bukan
merupakan tempat terbaik untuk merehabilitasi karena tidak memiliki fasilitas dan
tenaga kerja yang mumpuni. Selain itu anak jalanan tidak memiliki kebebasan jika
berada di rumah singgah. Anak-anak jalanan di pandang tidak dapat diperbaiki
karena kecanduan obat terlarang oleh pekerja social.
Sari dan Wijayanti (2013) menunjukkan anak jalanan di wilayah Semarang
Tengah. Hasil penelitiannya menunjukkan 75% anak jalanan berjenis kelamin laki-
laki dengan tingkat pendidikan 72% anak jalanan lulusan SD dan 56% anak jalanan
bekerja sebagai pengamen. Komponen konsep diri 66% anak jalanan memiliki citra
diri yang cukup, 77% anak jalanan dengan ideal diri cukup, 80% anak jalanan
memiliki harga diri yang cukup, 67% anak jalanan memiliki peran yang cukup baik,
61% anak jalanan memilki identitas diri yang cukup serta 69% anak jalanan memiliki
konsep diri yang cenderung cukup baik.
Lusk (2015) di Brazil hasilnya sebagian besar anak jalanan masih
berhubungan dengan keluarganya, anak jalanan hanya bekerja untuk membantu
ekonomi keluarga. Sebagian kecilnya yang tidak berhubungan dengan keluarganya
direhabilitasi melalui rumah institusi yang bernama FUNABEM. Program yang
ditekankan FUNABEM ini adalah rehabilitasi dan penjangkauan anak-anak,
utamanya memberikan dukungan social dan ekonomi untuk mempertahankan
keutuhan dan kebebasan dari keluarga anak jalanan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut terdapat permasalahan
berkaitan dengan anak jalanan yakni factor penyebab munculnya fenomena anak
jalanan yang cenderung dikarenakan kemiskinan keluarga yang diperparah oleh sikap
orang tua yang mendorong anaknya bekerja. Selain itu terbentuknya komunitas anak
jalanan sebagai keluarga kedua yang dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bertahan
10
hidup. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mendirikan rumah
singgah yang dapat merehabilitasi anak-anak jalanan.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Fokus Metode
Judul Hasil
No. Tahun Penelitian Penelitian/
dan
Jenis Temuan
Peneliti
Metode
1. 1995 Children in Factor-faktor Kualitatif/ Permasalahan
the Streets: yang Studi kasus yang utama
Latin melatarbelakangi munculnya
Amerika’s anak jalanan anak jalanan
close di Amerika
generation Latin karena
/ Irene factor
Rizzini dan ekonomi dan
Mark W. kurangnya
Lusk. penghargaan
Journal untuk Hak
Review. Asasi Manusia
Anak jalanan
ada karena
pengangguran,
urbanisasi dan
kurangnya
pemukiman
2. 1998 Causes Focus dan Kualitatif/ Alasan
and penyebab serta Deskriptif munculnya
Characteri cirri-ciri anak kualitatif anak jalanan
stics of The jalanan di dunia antara
Street lain strees
Child social, tidak
Phenomen berfungsinya
on/J. Le struktur
Roux dan keluarga,
C. S kemiskinan,
Smith. dan factor
Journal politik yang
Review membuat
Adolescen mereka
ce. meninggalkan
rumah.
Karakter anak
jalanan antara
lain a) fisik
anak jalanan
sering tampak
lebih kecil dari
usia
sebenarnya, b)
sebagian
sudah putus
sekolah, c)
membentuk
sebuah system
persahabatan
yang bisa
menggantikan
11
posisi
keluarga.
3. 2002 The Social Dampak social Kualitatif/ Tuduhan
Constructi anak jalanan Deskriptif buruk adapada
on of kualitatif anak jalanan
Street dan
Children: keluarganya.
Configurat Adanya anak
ion an jalanan
Implicatio dipengaruhi
n/Sergio oleh migrasi,
Luiz de ekonomi sulit,
Moura. disfungsi
Journal of keluarga, dan
Social pelecehan
Work. terhadap anak.
Kehidupan
anak jalanan
tidak bisa
diterima oleh
masyarakat.
4. 2003 The Perlindungan Kualitatif/ Hidup
Constructi identitas secara Studi kasus dijalanan
on and individu dan 11ilator
Protection kelompok anak belakangi oleh
of jalanan kekuatan dan
Individual keberanian.
and Kekuasaan di
Collective tentukan oleh
Identities hukum rimba.
by Street Ketika anak
Children jalanan sering
and Youth masuk penjara
in maka
Indonesia/ dikatakan
Hariot memiliki
Beazly. prestasi yang
Journal of lebih.
children
youth
environme
nts.
5. 2008 Studi Karakteristik anak Kualitatif/ Faktor utama
Karakterist jalanan di Studi kasus menjadi anak
ik Anak Semarang jalanan adalah
Jalanan kemiskinan.
Dalam Rata-rata anak
Upaya jalanan
Penyusuna berumur 13
n Program tahun dan
Penanggul orang tua
angannya: berpendidikan
Kajian rendah.
Empirik di Sebagian anak
Semarang/ jalanan putus
Lembaga sekolah dan
Penelitian ingin
dan menjauhi
Pengabdia jalanan
n Pada dengan cara
12
Masyaraka berada di
t. Jurnal lembaga
Riptek. social.
6. 2009 Strategi Strategi bertahan Kualitatif/ Anak jalanan
Bertahan yang berusia
hidup anak Studi kasus
Hidup 13-18 tahun
Anak jalanan bekerja
Jalanan: sebagai
Kasus pengamen,
Anak jasa, dan
Jalanan di serabutan.
Kota Menjadi anak
Bogor, jalanan bukan
Provinsi keinginan
Jawa mereka
Barat/ Tina melainkan ada
Suhartini factor yang
dan mendorong
Nurmala untuk turun
K. kejalanan.
Panjaitan. Dalam
Jurnal penelitian ini
transdisipli anak jalanan
n turun ke jalan
sosiologi, karena
komunikas mencari
i, dan nafkah,
ekologi rekreasi, pergi
manusia. dari keluarga
dan menjadi
tempat
bermain.
Beberapa
masalah yang
menyerang
anak jalanan
diantaranya
kesehatan dan
keselamatan
jiwa,
kekerasan
fisik maupun
psikis,
kriminalitas
dan barang
terlarang.
7. 2010 Aspirasi Cara berfikir anak Kualitatif/ Usia dan jenis
Hidup jalanan deskriptif kelamin
Anak berdasarkan umur kualitatif mempengaruhi
Jalanan cara berfikir
Semarang anak jalanan
Sebuah dalam
Studi bertindak.
Kualitatif Keinginan
dengan memiliki
Pendekata pendidikan
n dan keinginan
Deskriptif untuk bekerja
di Daerah menjadi
Siranda, keinginan
13
Kumalasar jalanan
i dan bekerja
Diyan Yuli sebagai
Wijayanti. pengamen.
Jurnal Sebagian anak
keperawata jalanan yang
n jiwa. memiliki
konsep diri
yang
cenderung
baik adalah
69%.
11. 2015 Street Program rumah Kualitatif/ Sebagian
Children singgah di Studi kasus besar anak
Programs Amerika Latin jalanan masih
in Latin memiliki
America/ keluarga,
Mark W. jalanan hanya
Lusk. untuk mencari
Journal of pekerjaan
sociology sedangkan
& social sebagian kecil
welfare. adalah anak
jalanan yang
memang
sudah
melepaskan
diri dari
keluarga.
Fungsi utama
rumah singgah
adalah untuk
rehabilitas dan
penjangkauan
anak jalanan
serta
memberikan
dukungan
social dan
ekonomi.
Sumber: Jurnal dan Disertasi
oleh penganut filsafah liberal, namun berdasarkan kepada nilai-nilai luhur budaya
bangsa Indonesia dan falsafah yang dianut bangsa Indonesia (Hamid, 2013).
Anak jalanan yang menjadi dampingan Rumah Pintar diharapkan menjadi
pribadi yang mandiri, tangguh, bertanggungjawab dan pekerja keras. Hardati (2016),
menjelaskan adanya nilai-nilai konservasi yang dapat melatarbelakangi kegiatan anak
jalanan, antara lain:
a. Inspiratif
Anak jalanan diharapkan mampu menciptakan ide atau gagasan untuk menunjang
masa depan supaya keluar dari jalanan.
b. Humanis
Ketika anak jalanan berinteraksi dengan sesama anak jalanan ataupun orang yang
berada di sekitar, di harapkan anak dapat berhubungan baik dengan orang-orang di
sekitarnya dan mampu menentukan jalan hidup masing-masing sesuai dengan
kemampuam yang dimiliki.
c. Peduli
Sikap menghargai antar sesama dan lingkungan sekitar sangat ditekankan karena
setiap harinya anak-anak tersebut hidup berdampingan dan berinteraksi dengan
orang lain.
d. Inovatif
Anak jalanan telah dibekali keahlian dari Rumah Pintar guna mendapatkan masa
depan yang lebih layak dengan cara mengembangkan potensi yang dimiliki. Ada
kegiatan yang dapat dikembangkan setelah keluar dari jalanan dan berharap hidup
yang lebih layak.
e. Sportif
Banyak sekali kegiatan yang diikuti oleh anak jalanan, yang didalamnya
mengandung nilai-nilai yang diharapkan dapat melatih jiwa ksatria anak-anak.
Pertandingan futsal misalnya, anak-anak diajarkan dapat menerima kekalahan dan
mengedepankan kerjasama. Dari kegiatan tersebut diharapkan ketika sudah bekerja
tidak memiliki rasa ingin menang dan angkuh.
f. Kreatif
Kegiatan yang ada di Rumah Pintar salah satunya adalah pendampingan, dimana
kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan
semua keluh kesah yang dialami. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak mampu
18
agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah melewati fase
tindakan dan praksisi perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat
sejauh mana telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter
(Mahbubi, 2012: 49-52).
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2011) dalam kaitan
pengembangan budaya yang dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri,
menyarankan empat hal yang meliputi:
a. kegiatan rutin
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerusdan konsisten setiap
saat.
b. kegiatan spontan
Bersifat spontan, saat itu juga, pada waktu terjadi keadaan tertentu.
c. keteladanan
Timbulnya perilaku meniru sifat pendidik sebagai model.
d. pengondisian
Kemandirian merupakan sikap yang menurut seseorang dapat melakukan sesuatu
tanpa campur tangan orang lain sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa adanya bantuan dan
bergantung dengan orang lain. Anak jalanan dapat dikatakan sebagai anak yang
mandiri karena anak jalanan dapat mencari sesuatu dan menyelesaikan masalah
tanpa bergantung pada orang tua.
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan
individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan kemandirian (Sabri
2010: 74). Kemandirian menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2009: 130) merupakan sikap
mandiri individu dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan
norma yang berlaku di lingkungannya. Mandiri adalah suatu suasana dimana seseorangn
mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam
tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan
kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Gea dkk. 2002: 145). Kemandirian adalah
kemampuan untuk mengelola waktu, berjalan dan berpikir secara mandiri, disertai dengan
kemampuan untuk mengambil resiko dan memecahkan masalah (Parker, 2005: 226). Oleh
sebab itu, individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasai oleh
pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Kemandirian yang sehat menurut
20
Sunaryo Kartadinata (1988) yang adalah yang sesuai dengan hakikat eksistensi diri. Oleh
sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas, melainkan
suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia (Ali, M dkk
2014: 111). Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan, kemandirian dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Kemandirian aman (secure autonomy), kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih
pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggungjawab bersama, dan
tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai
kehidupan dan membantu orang lain.
2) Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), kekuatan kepribadian yang dinyatakan
dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebutnya kondisi seperti ini sebagai
selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri Maslow (dalam Ali, M
dkk 2014: 111).
Lovinger (dalam Ali, M dkk 2014: 114-116) mengemukakan tingkatan kemandirian
beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya
dengan orang lain;
b. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik;
c. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu;
d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game;
e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2. Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial;
b. Cenderung berpikir stereotype dan klise;
c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal;
d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian;
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi;
f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal;
g. Takut tidak diterima kelompok;
h. Tidak sensitif terhadap keindividualan;
i. Merasa berdosa jika melanggar aturan.
21
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa
senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda
dengan orang lain (Putri, 2011).
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif.
Mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena
perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, arah
perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia (Ali M
dkk 2014: 112).
2.1.3 Rumah Singgah
Rumah Pintar mempunyai kesamaan dengan rumah singgah yang didefinisikan
sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan
pihak-pihak yang akan membantu anak jalanan. Rumah Pintar dapat dimanfaatkan oleh
anak jalanan untuk mendapatkan perlindungan hak pendidikan. Fungsi yang utama
adalah untuk membantu anak jalanan, memperbaiki atau membetulkan sikap dan
perilaku yang keliru, memberi proteksi, mengatasi masalah pendanaan, dan menyediakan
berbagai informasi pendidikan yang berkaitan dengan anak jalanan, tugas tersebut
dilakukan oleh pengurus dan petugas sosial (Putra, 2018). Para pekerja sosial membina
anak jalanan dengan bertindak sebagai teman, bertindak sejajar dengan anak jalanan, dan
pembinaan ini bersifat kekeluargaan. Diharapkan dengan cara tersebut anak tidak
mengalami hambatan untuk menyampaikan keluhan, masalah, dan bersedia untuk
melanjutkan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan tingkat Sekolah
Menengah Atas (Prahastiyani, 2011).
Prinsip-prinsip Rumah Singgah mendasari fungsi-fungsi dan proses pelaksanaan
kegiatan, meliputi:
1. semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai penerima
pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya
mengikuti kegiatan.
2. Terbuka 24 jam bagi anak. Anak jalanan boleh datang kapan saja, siang hari maupun
malam hari terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal Rumah Singgah.
3. Hubungan informal (kekeluargaan). Hubungan-hubungan yang terjadi bersifat
informal seperti seperti perkawanan atau kekeluargaan.
4. Bebas terbatas untuk apa saja, anak dibebaskan untuk melakukan apa saja seperti
tidur, bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dan sebagainya. Tetapi anak dilarang
24
untuk perilaku yang negatif seperti perjudian, merokok, minuman keras, dan
sejenisnya.
5. Persinggahan dari jalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah Singgah merupakan
persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan
ditentukan oleh anak.
6. Partisipasi, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah didasarkan pada prinsip
partisipasi dan kebersamaan.
7. Belajar bermasyarakat, anak jalanan seringkali menunjukkan sikap dan perilaku yang
berbeda dengan norma masyarakat karena lamanya anak jalanan tinggal di jalanan.
Rumah Singgah ditempatkan di tengah-tengah masyarakat agar anak jalanan kembali
belajar norma dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku dan diterima
masyarakat (Depsos RI, 2002: 9-12).
Rumah Pintar anak jalanan Pasar Johar memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan
untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari
kesulitan anak jalanan.
b. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan latihan
meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain.
c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya yang
terjadi di jalanan.
d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi sosial anak
sejalan dengan norma masyarakat.
e. Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan penjaluran
kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.
f. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti,
keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial lainnya. Anak jalanan diharapkan
tidak terus menerus bergantung kepada Rumah Pintar, melainkan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya.
g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan
seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus
keterampilan, dll (Depsos RI, 2002: 7-8).
Depsos RI (2002: 4) mendefinisikan:
“basis pelayanan sosial anak jalanan salah satunya adalah basis Rumah Singgah atau
Rumah Pintar seperti dalam penelitian ini. Pelayanan sosial anak jalanan yang
25
berbasiskan Rumah Singgah adalah pelayanan yang diberikan melalui media sebagai
pusat kegiatan. Setiap kegiatan dikoordinasikan di Rumah Singgah. Jangkauan pelayanan
mencakup jalanan dimana anak jalanan melakukan kegiatan dan masyarakat baik
lingkungan Rumah Singgah maupun tempat asal anak jalanan. Pelayanan sosial yang
berbasiskan Rumah Singgah terutama diarahkan pada peningkatan kemampuan pekerja
sosial untuk menjangkau anak dijalan, mengadakan pengkajian kondisi kehidupan anak
jalanan, mengadakan rujukan dengan organisasi atau lembaga pelayanan terkait serta
menciptakan relasi dengan orang tua anak”.
antara anak dampingan Rumah Pintar dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.
Rumah Pintar dapat dimanfaatkan oleh anak dampingan Rumah Pintar untuk mendapatkan
perlindungan hak pendidikan. Fungsi yang utama adalah untuk membantu anak jalanan,
memperbaiki atau membetulkan sikap dan perilaku yang keliru, memberi proteksi, mengatasi
masalah pendanaan, dan menyediakan berbagai informasi pendidikan yang berkaitan dengan
anak jalanan, tugas tersebut dilakukan oleh pengurus dan petugas sosial. Para pekerja sosial
membina anak jalanan dengan bertindak sebagai teman, bertindak sejajar dengan anak
26
jalanan, dan pembinaan ini bersifat kekeluargaan. Diharapkan dengan cara tersebut anak
tidak mengalami hambatan untuk menyampaikan keluhan, masalah, dan bersedia untuk
melanjutkan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan tingkat Sekolah
kegiatan, meliputi:
(a) Semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai penerima
pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya
mengikuti kegiatan.
(b) Terbuka 24 jam bagi anak. Mereka boleh datang kapan saja, siang hari maupun malam
hari terutama bagi anak jalanan yang baru mengenal Rumah Singgah.
(d) Bebas terbatas untuk apa saja, anak dibebaskan untuk melakukan apa saja seperti tidur,
bermain, bercanda, bercengkrama, mandi, dan sebagainya. Tetapi anak dilarang untuk
perilaku yang negatif seperti perjudian, merokok, minuman keras, dan sejenisnya.
(e) Persinggahan dari jalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah Singgah merupakan
persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan
(f) Partisipasi, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah didasarkan pada prinsip
(g) Belajar bermasyarakat, anak jalanan seringkali menunjukkan sikap dan perilaku yang
berbeda dengan norma masyarakat karena lamanya mereka tinggal di jalanan. Rumah
dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku dan diterima masyarakat (Depsos RI,
2002: 9-12).
Rumah Pintar anak jalanan Pasar Johar memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan
untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan
mereka.
b. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan latihan
c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya yang terjadi
di jalanan.
d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi sosial anak
e. Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan penjaluran
f. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti,
keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial lainnya. Anak jalanan diharapkan
tidak terus menerus bergantung kepada Rumah Pintar, melainkan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya.
g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti
data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan,
“Basis pelayanan sosial anak jalanan salah satunya adalah basis Rumah Singgah seperti dalam
penelitian ini. Pelayanan sosial anak jalanan yang berbasiskan Rumah Singgah adalah
pelayanan yang diberikan melalui media sebagai pusat kegiatan. Setiap kegiatan
dikoordinasikan di Rumah Singgah. Jangkauan pelayanan mencakup jalanan dimana anak
jalanan melakukan kegiatan dan masyarakat baik lingkungan Rumah Singgah maupun tempat
asal anak jalanan. Pelayanan sosial yang berbasiskan Rumah Singgah terutama diarahkan
pada peningkatan kemampuan pekerja sosial untuk menjangkau anak dijalan, mengadakan
28
pengkajian kondisi kehidupan anak jalanan, mengadakan rujukan dengan organisasi atau
lembaga pelayanan terkait serta menciptakan relasi dengan orang tua anak”.
Rumah Pintar di Pasar Johar itu didirikan setelah melihat fenomena anak jalanan yang
semakin meningkat. PKBI sendiri awalnya hanya fokus pada pemberdayaan pra-remaja dan
untuk menyadari hak-hak reproduksi mereka yang berkeadilan dan berkesetaraan gender,
pemberdayaan lanjut usia (lansia), dan pengembangan sumber dan organisasi PKBI. Namun,
setelah melihat fenomena anak jalanan khususnya di daerah Pasar Johar maka PKBI tertarik
Teori habitus dan arena Pierre Bourdieu menjelaskan hubungan antara agen dan
struktur. Konsep tersebut mengakibatkan relasi antara actor dan struktur terjalin secara
dialektik, yang saling mempengaruhi dan memperantai (bermediasi), tidak saling menafikan
tetapi saling bertaut dalam sebuah praktik social (Ritzer dan Smart, 2014).
Habitus digambarkan sebagai hasil atau produk dari internalisasi struktur social yang
diwujudkan. Habitus diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi kehidupan social yang
diduduki, sehingga habitus akan berbeda-beda tergantung masalahnya dan bagaimana posisi
individu tersebut dalam kehidupan social, cenderung akan memiliki kebiasaan yang sama
(Ritzer dan Goodman, 2003). Habitus sebagai warisan dan pengalaman yang lalu atau
produk dari internalisasi, dapat juga berubah sesuai dengan keberadaannya.
Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan social yang ada dilingkungannya.
Habitus adalah “struktur yang menstruktur” (structuring structure) yang berarti habitus
adalah sebuah struktur yang menstruktur kehidupan social. Makna habitus yang lain adalah
“struktur yang terstruktur” (structured structure) yang berarti struktur yang distrukturisasi
oleh kehidupan social. Habitus ada karena praktik atau tindakan dan dilain pihak adalah
hasil tindakan yang diciptakan kehidupan social.
Arena adalah ruang di mana terjadi proses interaksi untuk mendapatkan posisi. Arena
dilihat sebagai ruang di mana individu-individu bertindak dalam kehidupan social dengan
alamiah berdasarkan nilai yang dipahami. Arena akan terwujud tindakan dan perilaku
29
individu maupun kelompok. Posisi ini ditentukan oleh banyaknya modal yang dimiliki,
modal yang dimaksud berupa ekonomi, social, cultural dan simbolik.
Lingkungan atau arena merupakan bagian dari dunia social, sebuah dunia penuh
kesepakatan yang bekerja secara otonom dengan kebijakannya sendiri. Lingkungan dapat
dikatakan sebagai pasar kompetisi di mana berbagai jenis modal akan bertemu dan
berinteraksi, baik modal ekonomi, kultur, social dan modal simbolik yang kemudian
digunakan dan disebarkan (Ritzer dan Goodman, 2003).
Gambaran hubungan antara habitus dan arena yaitu adanya hubungan saling
mempengaruhi antara lingkungan dengan habitus. Lingkungan mengkondisikan habitus, di
pihak lain habitus menyusun lingkungan, sebagai suatu yang bermakna, yang mempunyai
arti dan nilai. Adapun modal (capital) social sebagai pendorong untuk melakukan habitus di
suatu arena dan mempertahankan status social.
Relasional teori habitus arena terhadap perilaku social anak jalanan di kota Semarang
dimulai dari habitus yang ada di jalanan. Anak jalanan berada di jalanan akibat dari
lingkungan yang sebagian besar berada di jalanan. Akibat dari lingkungan dan orang tua
yang bekerja di Pasar Johar, maka anak-anak memilih jalan hidup masing-masing. Bourdieu
menyebut relasionisme metodologis, sebagai gambaran hubungan antara habitus dan arena
yaitu adanya hubungan saling berhubungan antara lingkungan dengan habitus. Lingkungan
mengkondisikan habitus, di satu sisi habitus menyusun lingkungan, sebagai segala sesuatu
yang bermakna yang memiliki arti dan nilai. Anak jalanan terbiasa bergaul dengan sesama
anak jalanan dan bukan anak jalanan. Tujuan anak jalanan terjun ke jalanan adalah untuk
bekerja membantu ekonomi keluarga dan ada juga untuk kepentingan pribadinya. Anak
jalanan ada juga yang masih mempentingkan pendidikan adapula yang mengikuti sekolah
non formal yang diadakan oleh Rumah Pintar (Ikhwanul, 2014).
Anak jalanan dapat melakukan kegiatan yang dipengaruhi oleh lingkungan atau arena
yang di tempati. Anak jalanan banyak menghabiskan waktu di jalanan yang diketahui
sebagai kehidupan yang keras dan penuh hal negative. Rumah Pintar bertujuan sebagai
tempat pembinaan anak jalanan supaya menjadi pribadi yang mandiri baik secara moril
ataupun materiil, dan juga tempat untuk anak-anak yang masih ingin mengenyam bangku
pendidikan (Andari, 2013).
Anak jalanan termasuk anak-anak yang kurang beruntung dan seharusnya mendapatkan
haknya untuk dapat bertahan hidup. Keberadaan anak jalanan perlu dilindungi dan
30
dibimbing untuk mencapai kemandirian yang nantinya akan bermanfaat untuk dirinya dan
kehidupan di sekitarnya. Salah satu cara untuk mengentaskan dengan cara mendirikan
Rumah Pintar atau lebih umumnya Rumah Singgah sebagai media untuk berinteraksi
dengan relawan yang akan membantunya dalam membina kemandiriannya (Destiadi, 2017).
Anak dapat turun ke jalanan karena berbagai faktor salah satu diantaranya adalah
masalah keluarga, sehingga perlu adanya perlindungan dari berbagai pihak, diantaranya
pemerintah dan masyarakat. Salah satu lembaga perlindungan anak dari pemerintah yaitu
Rumah Pintar berbasis masyarakat yang bertugas melindungi agar anak mendapat kasih
sayang, pendidikan, pembinaan, dan mengembangkan kemandirian. Mengembangkan
kemandirian yang dilakukan oleh Rumah Pintar ini berupa mengembangkan kreativitas,
mengembangkan bakat dan pendidikan untuk anak jalanan berdasarkan minat anak-anak
tersebut (Suryanto, 2013).
31
Kegiatan futsal,
menggambar,
menulis,
pembinaan,
pendampingan
terhadap anak
Nilai Kemandirian Anak jalanan.
Jalanan
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut.
pada Rumah Pintar ini hanya sebagai sarana untuk memenuhi haknya
anak jalanan.
anak jalanan dan warga sekitar Pasar Johar karena Rumah Pintar
setiap satu bulan sekali dapat membantu anak jalanan dan warga sekitar
Pasar Johar.
94
95
5.2 Saran
kegiatan yang ada di Rumah Pintar dapat terstruktur dan berjalan tertib
Anandar, Budhi Wibhawa, dan Hery Wibowo. 2017. Dukungan Sosial Terhadap
Anak Jalanan Di Rumah Singgah. Share Social Work Journal.Vol. 5 Nomor
1 (1), ISSN: 2339-0042.
https://media.neliti.com/media/publications/181583-ID-dukungan-sosial-
terhadap-anak-jalanan-di.pdf
Andari, Soetji. 2013. Solidaritas sebagai Strategi Survival Anak Jalanan: Studi
Kasus di Lempuyang, Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta: FISIPOL UGM.
https://www.neliti.com/id/publications/591/solidaritas-sebagai-strategi-
survival-anak-jalanan-study-kasus-di-lempuyangan-yo
Arsal, Thriwaty dan Nurdianto. 2017. Gaya hidup pekerja industri galangan kapal
di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang. Journal of Educational
Social Studies. 6 (1): 59-63. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
Asril, Wulandari dan Thalita Rifda Khaerani. 2016. Strategi Penanganan Anak
Jalanan di Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Kota Semarang. Jurnal
Administrasi Publik. Semarang: Undip.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/16109
96
97
Darojah, Umi. 2012. Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Dari Ekonomi Pertanian
Ke Ekonomi Industri Pada Masyarakat Desa Kubangwungu Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Journal Of Education Social Studies 1
(2): 78-83. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/view/734
Destiadi, Rezha. 2017. Fotografi Potret Relawan Rumah Harapan Valencia Care
Foundation. Jurnal Desain.Vol. 5 Nomor 1:36-43, ISSN: 2339-0115.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=970842&val=14
938&title=Fotografi%20Potret%20Relawan%20Rumah%20Harapan%20Va
lencia%20Care%20Foundation
Dewanggi, Dwi Hastuti, dan Neti Hernawati. 2012. Pengasuhan Orang Tua dan
Kemandirian Anak Usia 3-5 Tahun Berdasarkan Gender di Kampung Adat
Urug.. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Vol. 5 Nomor 1: 19-28, ISSN:
1907-6037.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/login?source=%2Findex.php%2Fjikk
%2Farticle%2Fview%2F6334
Djamil, Nasir. 2013. Anak Bukan untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Fauzi, Ahmad. 2016.Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak
Jalanan (Studi Perilau Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten). E-Plus.Vol.
98
Gea, Antonius Atosokhi dkk. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elax
Media Komputindo.
Hamid, Abdulloh, dan Putu Sudira. 2013. Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa
Smk Salafiyah Prodi TKJ Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah. Jurnal
Pendidikan Vokasi. Vol 3 Nomor 2: 139-152.
https://doi.org/10.21831/jpv.v3i2.1592
Hardati, Puji. (2009). Pembagian Kerja Dalam Rumah Tangga (Kasus Rumah
Tangga Pemulung di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Forum Ilmu
Sosial. Vol. 36 No. 2
Hardati, P., dkk. 2016. Pendidikan Konservasi. Kerja sama Magnum Pustaka
Utama dengan Pusat Pengembangan Kurikulum MKU MKDK Unnes.
Ikhwanul. P.R, E.J.R. Kawung, N. Waani. 2014. Peran Ibu Rumah Tangga
Nelayan Dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Kelurahan
Bitung Karang Ria Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Diurna,
3(4).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/59
97
99
Isnaeni, Junaiti Sahar, dan Sigit Mulyono. 2008. Perilaku Hidup Sehat
Berdasarkan Faktor Pencetus, Penguat dan Pemungkin Pada Anak Jalanan
Binaan Rumah Singgah. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 12 Nomor 3:
179-186. https://doi.org/10.7454/jki.v12i3.219
Kumalasari, Pangestika Putri Wahyu dan Wijayanti, Diyan Yuli. 2013. Konsep
Diri Anak Jalanan Usia Remaja di Wilayah Semarang Tengah. Jurnal
Keperawatan Jiwa. 1(2): 156-160.
https://www.scribd.com/doc/312459232/Konsep-Diri-Anak-Jalanan
Kusumawati, Dian, Rusdarti, dan Eko Handoyo. 2015. Mengenai Dampak Sosial
Dan Ekonomi Penetapan Kampung Pesindon Sebagai Kampung Wisata
Batik Di Kota Pekalongan. Journal Of Education Social Studies 6 (1).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
Le Roux, J. & Smith, C. S. 1998. Causes and Characteristics of the Street Child
Phenomenon: A Global Perspektive. Adolescence. 33(131): 683-688.
https://psycnet.apa.org/record/1998-11525-018
LPPM USM. 2003. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan
rogram Penangglangannya: Kajian Empirik Kota Semarang. Riptek: 1(2):
41-45.
https://www.researchgate.net/publication/331476321_HUBUNGAN_DUK
UNGAN_SOSIAL_DENGAN_KONSEP_DIRI_PADA_ANAK_JALANA
N_DI_RUMAH_SINGGAH_SANGGAR_ALANG-ALANG_SURABAYA
100
Lubis, Citra Ayu Basica Effendy. 2014. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan Pekerja Dan Pengeluaran Pendidikan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Jurnal Economia. Volume 10, Nomor 2:187-193.
https://doi.org/10.21831/economia.v10i2.7544
Lusk, Mark W. 2015. Street Children Programs in Latin America. The Journal of
Sociology & Social Welfare. 16(1): 55-57. https://scholarworks.wmich.edu/
Marwanti. Sri, Astuti. Ismi. Dwi. 2012. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin
Melalui Pengembangan Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif
di Kabupaten Karanganyar. SEPA, 9(1): ( 134 – 144).
https://eprints.uns.ac.id/1458/1/Model-Pemberdayaan-Perempuan-
Miskin.pdf
Mukti, Aari. 2012. Tingkat Persepsi Anak Jalanan tentang Situasi Pembelajaran
pada Program Kejar Paket A di Lembaga PPAP Kota Surakarta. Skripsi:
UMS.
101
Nugroho, Fedri Apri. 2014. Realitas Anak Jalanan Di Kota Layak Anak Tahun
2014
( Studi Kasus Anak Jalanan Di Kota Surakarta). Jurnal Skripsi. UNS.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/3391/0
Pamuchtia, Yunda dan Nurmala K. Panjaitan. 2010. Konsep Diri Anak Jalanan:
Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia.Vol. 4, Nomor
2:255-272, ISSN: 1978-4333.
https://www.neliti.com/id/publications/181132/konsep-diri-anak-jalanan-
kasus-anak-jalanan-di-kota-bogor-provinsi-jawa-barat
Puruhita, Adila. Suyahmo, Hamdan Tri Atmaja. 2016. Perilaku Sosial Anak –
Anak Jalanan di Kota Semarang. Journal of Educational Social Studies. 5
(2): 104-112. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
Putra, Eva Nuriyah, dan Dessy Hasanah. 2018. Pemberdayaan Anak Jalanan Di
Rumah Singgah. Share Social Work Journal. Vol. 5 Nomor 1 (1), ISSN:
2339-0042.
102
https://www.researchgate.net/publication/325562667_PEMBERDAYAAN_
ANAK_JALANAN_DI_RUMAH_SINGGAH
Rini, Dyah Puspita. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi Kepuasan Kerja dan
Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1:69-88. ISSN:
2337-6082. https://www.neliti.com/id/publications/25046/pengaruh-komitmen-
organisasi-kepuasan-kerja-dan-budaya-organisasi-terhadap-organ
Ritzer, George & Smart, Berry. 2014. Handbook Teori Sosial. Terjemahan Imam
Muttaqien, Derta Sri W., dan Waluyati: Bandung: Nusa Media.
Rizzini, Irene dan Lusk, Mark W. 1995. “Children in the Streets: Latin Mark W.
1995. Amerika’s close generation”. Children and Youth Services Review. 17
(3): 391-400. https://doi.org/10.1016/0190-7409(95)00024-7
103
Sanford G., Stephanie M. H., Susie P.,& Amber Y. 2003. Socialization Aspects of
Parents, Children, and the Internet. Journal Advances in Consumer
Research Volume 29, 2002. Pages 66-70.
https://www.acrwebsite.org/volumes/8559/volumes/v29/NA-29
Sara, Ilham Pamungkas dan Pambudi Handoyo. 2014. Proses Sosialisasi Anggota
Komunitas “Hardcore Punk Sidoarjo (Hcs)”. Jurnal Paradigma. Vol. 2
Nomor 3: 1-10.
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/9437
Sari, Dwi Tika. Thriwaty Arsal, dan Elly Kismini. 2015. Keterlektan Buruh
Terhadap Industri Sumpit (Kasus Di Desa Rowolaku Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan). Solidarity. Vol.4 (2):131-144).
104
Suhartini, Tina, dan Nurmala K. Panjaitan. 2009. Strategi Bertahan Hidup Anak
Jalanan: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 3, Nomor
2: 215-230, ISSN: 1978-4333. https://doi.org/10.22500/sodality.v3i2.5865
Sulthoni, Yahya dan Sarmini. 2013. Strategi Pembentukan Karakter Anak di Panti
Asuhan Muhammadiyah Wiyung Surabaya. Jurnal Kajian Moral
Kewarganegaraan. Vol. 1 Nomor 1: 272-287.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
kewarganegaraa/article/view/1481
Sunarjan, Y. Y. F. R. & Atmaja, H. T., & Romadi. 2017. The Survival Strategy:
Urban Poor Community to Live in The Brintik Hill Graveyard, Semarang,
Indonesia. International Journal of Economic Research, 14(6), 147-157.
Diakses pada tanggal 21 April 2019.
Suryanto, Raheni Suhita, dan Yant Mujianto. 2013. Model Pendidikan Budi
Pekerti Berbasis Cerita Anak Untuk Penanaman Nilai Etis-Spiritual. Jurnal
Litera. Vol 12 Nomor 2: 235-245, ISSN: 2460-8319.
https://doi.org/10.21831/ltr.v12i02.1581
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group.
Ulinnuha, Retno, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Martitah. 2016. Makna Kegiatan
Rehabilitasi Sosial Bagi Remaja Di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Wira
Adhi Karya Kabupaten
Semarang. Journal of Educational Social Studies. 5 (1): 43-52.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
Wardhani, P. Mulyani, M., & Rokhman, F. 2018. Wujud Pilihan Bahasa dalam
Ranah Keluarga pada Masyarakat Perumahan di Kota Purbalingga. Jurnal
Kredo. Vol. 1, No. 2:91-105. ISSN: 2599-
3160.https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/article/view/2147
LAMPIRAN
107
108
PEDOMAN WAWANCARA
………………………………………………………………………….
7. Siapa saja yang mengikuti kegiatan rutin ini?
Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………..............
8. Dimana kegiatan rutin dilakukan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….............
9. Apakah anak tertarik untuk mengikuti kegiatan ini?
Jawab: ………………………………………………………………………….
10. Bagaimana cara saudara untuk mengajak anak jalanan ikut kegiatan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
11. Apa saja kegiatan spontan yang diadakan di Rumah Pintar?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
12. Siapa saja yang mengikuti kegiatan spontan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
13. Jika ada kegiatan spontan yang memerlukan personil yang banyak,
siapa saja yang dilibatkan?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
14. Siapakah yang membantu kegiatan ini?
Jawab: ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………
Jawab: ………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
17. Apakah dengan bantuan saudara, Rumah Pintar dapat terbantu?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
18. Dimana kegiatan spontan dilakukan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
19. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan untuk menciptakan sikap teladan bagi
anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
20. Seperti apakah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan sikap
keteladanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
21. Siapa sajakah yang terlibat dalam menciptakan sikap keteladanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
22. Dengan adanya kegiatan ini apakah anak tertarik?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
23. Bagaimana respon anak jalanan dengan adanya kegiatan ini?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………
24. Bagaimana hasil perilaku anak jalanan setelah adanya kegiatan tersebut?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
25. Kapan sikap keteladanan diberikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
111
26. Biasanya, untuk mengisi waktu luang kegiatan apa yang dilaksanakan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
27. Kapan Rumah Pintar didirikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
28. Apa tujuan Rumah Pintar didirikan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
29. Apa saja upaya Rumah Pintar dalam penanaman kemandirian anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
30. Contoh kongkret upaya yang sudah dijalankan apa saja?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
31. Lalu, upaya yang dijalankan apakah sudah sesuai tujuan?
Jawab:………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
112
PEDOMAN WAWANCARA
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
7. Bagaimana respon anak jalanan dengan adanya kegiatan ini?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
8. Apa saja upaya Rumah Pintar dalam penanaman kemandirian anak jalanan?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
9. Contoh kongkret upaya yang sudah dijalankan apa saja?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
10. Apa sajakah yang di dapatkan dalam Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
11. Bagaimana cara membagi waktu di jalanan dan di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
12. Siapa yang mengajak bergabung di Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
13. Apa manfaat yang di dapatkan dari Rumah Pintar?
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
114
PEDOMAN WAWANCARA
Jawab:………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
PEDOMAN OBSERVASI
PEDOMAN DOKUMENTASI