1325 2431 1 SM
1325 2431 1 SM
1325 2431 1 SM
net/publication/350092958
CITATIONS READS
0 635
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analysis of socioeconomic status and personal behavior on hypertension in jakarta, indonesia: a cross-sectional study View project
All content following this page was uploaded by Stefanus Imanuel Setiawan on 16 March 2021.
ABSTRAK
Malformasi uterus atau yang dikenal sebagai kelainan Mullerian, merupakan kelainan anatomis uterus, serviks, atau vagina. Salah satu jenis
malformasi uterus adalah uterus bikornu. Selain temuan klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis seperti
ultrasonografi (USG), histerosalpingografi (HSG), dan magnetic resonance imaging (MRI) memiliki peranan dalam diagnosis uterus bikornu.
Rekonstruksi bedah direkomendasikan untuk pasien uterus bikornu dengan riwayat abortus spontan multipel tanpa faktor penyebab lain.
ABSTRACT
Uterus malformations, also known as Mullerian anomalies, are structural anomalies of uterus, cervix, or vagina. Bicornuate uterus is one
among several types of uterus malformations. Besides clinical findings from anamnesis and physical examination, Radiological examinations
ultrasonography (USG), hysterosalpingography (HSG), and magnetic resonance imaging (MRI) have roles in diagnostic assessment. Reconstruction
using surgery procedure is recommended for bicornuate uterus patient with history of multiple spontaneous abortions without other causing
factors. Stefanus Imanuel Setiawan. Diagnosis and Management of Bicornuate Uterus
Mullerian Agenesis caesarea (SC).1 Bagian uterus yang mengalami Uterus Bikornu
Mullerian agenesis disebabkan oleh kegagalan kelainan perlu dibuang, karena implantasi di
pembentukan uterus, serviks, dan/atau vagina area tersebut sangat berisiko ruptur uterus, Malformasi uterus bikornu disebabkan
(Gambar 2). Kelainan ini dapat ditemukan pada terbanyak pada usia kehamilan sebelum 20 oleh penyatuan duktus Mullerian inkomplit
salah satu segmen atau kombinasi segmen- minggu.1 (Gambar 5). Bayi lahir hidup ditemukan
segmen tersebut. Malformasi ini sangat pada 60% kasus.1,2 Kelainan ini dapat dibagi
jarang, hanya didapatkan pada 1 dari 4000- menjadi bicornuate parsial dan komplit. Tipe
10000 wanita.4 Kelainan ini baru terdeteksi parsial memiliki prognosis obstetrik lebih baik
jika muncul gejala seperti amenorrhea saat dengan aborsi spontan pada 28% penderita,
pubertas karena perkembangan genitalia dan persalinan preterm pada 20% penderita.
eksternal cenderung dalam batas normal. Persalinan preterm ditemukan 66% pada
Kelainan ini dapat dideteksi menggunakan penderita bicornuate komplit, dengan fetal
Hysterosalpingogram (HSG), Ultrasonography survival rate lebih rendah.1
(USG), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI),
MRI biasanya untuk pengamatan lebih detail
derajat kelainan.1
Unicornuate Uterus
Gambar 3. Unicornuate uterus1
Malformasi unicornuate uterus disebabkan
oleh kegagalan perkembangan salah satu
duktus Mullerian (Gambar 3); ditemukan
pada 14% pasien malformasi uterus. Aktivitas
endometrium pada bagian yang mengalami
malformasi, akan menimbulkan nyeri siklik
unilateral.1
Kelainan ini dapat dievaluasi dengan HSG, Kelainan uterine didelphys disebabkan oleh Kelainan septate uterus disebabkan oleh
USG, dan MRI. Pada pemeriksaan HSG, kegagalan penyatuan kedua duktus Mullerian kegagalan regresi segmen medial pada
biasanya akan tampak gambaran kavitas (Gambar 4). Karakteristik khas kelainan ini penyatuan duktus Mullerian (Gambar 6).
bengkok seperti pisang dengan satu tuba adalah ditemukannya 2 uterus dan 2 serviks. Struktur septate secara histologis berupa
Fallopi. USG direkomendasikan untuk evaluasi Dibandingkan dengan malformasi uterus jaringan fibrosa atau jaringan muskuler.
perkembangan bagian yang rudimenter.1 lainnya, kelainan ini cenderung memiliki Sejumlah 42% penderita kelainan ini
prognosis obstetrik terbaik; 75% persalinannya mengalami abortus spontan.1,6 Tingginya
Wanita dengan kelainan ini, 36% mengalami berakhir dengan bayi lahir hidup.5 SC insidens tersebut diduga karena implantasi
abortus spontan, 16% mengalami persalinan jarang diindikasikan, kecuali jika ada riwayat pada bagian septate yang cenderung avaskular
preterm, dan bayi lahir hidup 54%; lebih persalinan preterm berulang.1 dibandingkan jaringan endometrium normal..
sering dengan janin presentasi bokong, intra- Tatalaksana yang umum adalah reseksi
uterine growth restriction (IUGR), dan sectio septum.1
uterus (panah jingga), kemudian terdapat metroplasti, 85% kehamilan dapat mencapai merupakan salah satu permasalahan obstetri-
celah fundus (FC) lebih dari 1 cm. Dari arah persalinan normal.1,6 ginekologi yang dapat berdampak pada
kaudal (Gambar 10b), terlihat satu serviks.11,13 kesintasan bayi selama masa kehamilan.
Pada metroplasti, dinding uterus diinsisi di Temuan klinis melalui anamnesis dan
Tatalaksana Uterus Bikornu bagian posterior (Gambar 11). Kemudian, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan
Rekonstruksi uterus bikornu menggunakan dilakukan reaproksimasi dinding uterus radiologis seperti ultrasonografi (USG),
prosedur bedah direkomendasikan untuk posterior dengan jahitan pada bagian histerosalpingografi (HSG), dan magnetic
pasien dengan riwayat abortus spontan miometrium. Selanjutnya, dilakukan jahitan resonance imaging (MRI) memiliki peranan
multipel tanpa faktor penyebab lain. pada lapisan subserosal di bagian dinding dalam diagnosis uterus bikornu. Rekonstruksi
Tindakan bedah yang dimaksud disebut anterior dan posterior.1 bedah direkomendasikan untuk pasien uterus
metroplasti, yaitu tindakan penyatuan kavitas bikornu dengan riwayat abortus spontan
endometrium. Hasil metroplasti cukup baik. Ringkasan multipel tanpa faktor penyebab lain.
Pada 289 perempuan dengan uterus bikornu, Malformasi uterus yang merupakan kelainan
kejadian abortus sebanyak 70%. Setelah anatomis uterus, serviks, atau vagina
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams gynecology. Anatomic disorders. 2nd ed. McGraw Hill: United States;
2012. p. 495-500.
2. Butt F. Reproductive outcome in women with congenital uterine anomalies. Ann King Edward Medical University. 2011;17(2):171.
3. Chandler TM, Machan LS, Cooperberg PL, Harris AC, Chang SD. Müllerian duct anomalies: From diagnosis to intervention. Br J Radiol. 2009;82:1034–42.
4. Committee on Adolescent Health Care. Committee opinion: no.562: Müllerian agenesis: Diagnosis, management, and treatment. Obstet Gynecol. 2013;121(5):1134-
7.
5. Katke RD, Acharya S, Mourya S. Uterus didelphys with pregnancy and its different maternal and perinatal outcomes. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol.
2017;6(10):4690-3.
6. Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, Dashe, Hoffman, et al. Williams obstetric. Congenital genitourinary abnormalities. 24th ed. New York: McGraw Hill; 2014. p.41.
7. Masse J, Watrin T, Laurent A, Deschamps S, Guerrier D, Pellerin I. The developing female genital tract: From genetics to epigenetics. Int J Dev Biol. 2009;53(2–3):411–
24.
8. Reed CE, Fenton SE. Exposure to diethylstilbestrol during sensitive life stages: A legacy of heritable health effects. Birth Defects Res C Embryo Today. 2013;99(2):134-
46.
9. Herbst AL, Hubby MM, Blough RR, Azizi F. A comparison of pregnancy experience in DES-exposed and DES-unexposed daughters. J Reprod Med. 1980;24(2):62-9.
10. Valle RF, Ekpo GE. Hysteroscopic metroplasty for the septate uterus: Review and meta-analysis. JMIG 2013;20(1):22-42.
11. Behr SC, Courtier JL, Qayyum A. Imaging of mullerian duct anomalies. Radiol Soc North Am. 2012;32:233-50.
12. Nazzaro G, Locci M, Marilena M, Salzano E, Palmeri T, Placido GD. Differentiating between septate and bicornuate uterus: Bidimentional and 3-dimensional power
doppler findings. JMIG. 2014;21(5):870-6.
13. Troiano RN, McCarthy SM. Mullerian duct anomalies: Imaging and clinical issues. Radiology. 2004;233(1):19-34.