A - Nahm27,+581 1746 4 ED
A - Nahm27,+581 1746 4 ED
A - Nahm27,+581 1746 4 ED
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dimana produksinya terus
meningkat dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan. Peningkatan produksi sejalan dengan peningkatan area
perkebunan, dimana pada tahun 2016, luas area perkebunan mencapai 14,0 x 106 ha, dengan produksi minyak
kelapa sawit 37,8 x 106 ton/tahun, dan diperkirakan luas area perkebunan meningkat menjadi 14,0 x 106 ha
dan produksi minyak kelapa sawit meningkat menjadi 37,8 x 10 6ton/tahun pada tahun 2017 (Statisik Perke-
bunan Indonesia, 2017) [1]. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit diikuti juga dengan peningkatan
limbah kelapa sawit yang dihasilkan dari proses di pabrik kelapa sawit, yang terdiri dari limbah padat mau-
pun limbah cair.
Beberapa penelitian terkait dengan pemanfaatan limbah padat (Tandan Kosong Kelapa Sawit/TKKS,
serabut, cangkang) maupun cair, sudah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya. Penelitian terkait
pemanfaatan limbah padat untuk mengatasi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai tambah dari limbah,
telah dilakukan di penelitian - penelitan sebelumnya, seperti pemanfaatan TKKS untuk mulching [2], media
jamur [3], bahan baku kompos [4], bahan baku furniture [5], bio pellet [6], pemanfaatan cangkang untuk
sebagai bahan baku biobriket arang [7], bahan subtitusi carbon black bahan pengisi kompon karet [8] , bahan
baku arang aktif [9], sebagai bahan pengawet [10], bahan pengisi agregat kasar beton [11], pemanfaatan
serabut untuk digunakan untuk media jamur [12], material peredam akustik [13] , bahan baku selulosik untuk
Corresponding Author: [email protected] Received on: July 2019 Accepted on: December 2019
31
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
32
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) [34], ditunjukkan di persamaan (1).
keterangan:
MEP ww,treatment,y : Potensi gas metana dari kolam anaerobic yang dilengkapi dengan system
penangkapan gasbio (t/thn)
Qww,y : Jumlah limbah air (t/m3)
Bo,ww : Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, 0,25 kg (CH4/kgCOD)
UF PJ : Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak model, 1,12
CODremoved,PJ,k,y : Jumlah COD yang terambil/terolah (m3/thn).
MCF ww,treatment,PJ,k : 0,8 (kolam anaerobic dalam)
Emisi saat proyek berjalan, adalah emisi saat produksi bio-CNG yang menggunakan energi dari gas
metana. Dimana pada proses ini tidak ada emisi yang dikeluarkan, dan karena distribusi dilakukan di
PKS, maka tidak ada emisi transportasi yang dikeluarkan. Emisi yang dikeluarkan adalah emisi dari
konsumsi bio-CNG untuk bahan bakar kendaraan, perhitungan menggunakan metodologi dari
UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) [35]. Emisi yang dikeluarkan
dihitung dengan persamaan (2).
keterangan:
FSBio-CNG : jumlah bio-CNG yang digunakan untuk bahan bakar (tCH4/thn)
NCVbio-CNG : emisi faktor CNG (56,1 tCO2/GJ)[35]
EF CO2,NCG : Nilai kalori bio-CNG, (55.400 MJ/t-CH4)
Gambar 1 menunjukkan alur kerja penelitian yang dilakukan. Langkah pertama adalah melakukan
estimasi alir biogas dengan menggunakan metodologi dari UNFCCC [34] pada PKS dengan kapasitas
masing-masing 30ton/jam dan 60 ton/jam, dan kapasitas faktor 75% untuk keduanya. Dari estimasi laju alir
biogas untuk masing masing kapasitas, dilakukan estimasi investasi fasilitas produksi bio-CNG.
Analisa sensivitas dengan parameter di Tabel 1 untuk kedua kondisi kapasitas pabrik dilakukan, dengan
dan tanpa subsidi dari JCM.
Nilai investasi fasilitas pemurnian biogas ditentukan bergantung kepada laju alir biogas [37], sehingga laju
33
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
lair biogas perlu dihitung berdasarkan persamaan (1), dimana laju alir biogas bergantung kepada jumlah
POME, besaran COD dan kondisi kolam anaerobic. Kolam anaerobic diasumsikan mempunyai kedalaman
lebih dari 2 m dan dalam kondisi anaerob.
Dari jumlah berat gas metana yang didapat, dikonversikan ke energi untuk estimasi kapasitas
pembangkit. Dengan menggunakan berat jenis gas metana pada tekanan 1 atm dan suhu 20 oC: 0,668 kg/m3 ,
volume gas metana dapat diketahui. Persentase gas metana dan biogas adalah 60%, sehingga dapat diketahui
volume biogas dalam satu tahun dan diketahui laju alir biogas.
10% berat dari gas metana digunakan untuk kebutuhan energi bahan bakar pembangkit untuk mensuplai
kebutuhan listrik fasilias produksi bio-CNG. Pembangkit listrik dan fasilitas kebutuhan produksi bio-CNG
mempunyai kapasitas faktor, 90%. Perhitungan kapasitas gas engine untuk estimasi kapasitas total dan gas
engine untuk kebutuhan sendiri menggunakan persamaan (3). Estimasti kapastitas gas engine untuk kapasitas
total menggunakan 90% dari total energi gas metana, sedankan sisa 10% energi gas metana digunakan untuk
estimasi besar kapasitas total gas engine untuk kebutuhan sendiri.
(3)
keterangan
P : Kapasitas Gas Engine (kW)
EF : Efisiensi gas engine (40%)
CVCH4 : Nilai kalori gas metana (55.400 MJ/tCH4)
MCH4 : Massa gas metana (tCH4/thn)
CF : Kapasitas Faktor (90%).
Estimasi nilai investasi anaerobic digester (AD) menggunakan persamaan (4). Nilai 2.778.896 (USD/MW)
adalah satuan investasi untuk PLTBg dengan teknologi covered lagoon, dimana 75% adalah nilai investasi
tanpa gas engine [38,39].
Gambar 2 menunjukkan alur proses biogas menjadi bio-CNG. PKS menghasilkan limbah cair
(POME/Palm Oil Mill Effluent), biogas yang dihasilkan dari limbah cair ditampung pada biodigester yang
terbuat dari cover HDPE (High Density Polyethilen). Kemudian biogas dimurnikan melalui ① Biogas
Purification Facility untuk meningkatkan kadar CH4 dengan menghilangkan gas-gas lain, seperti H2S, CO2,
NH4, O2. Setelah kadar CH4 mencapai 99%, untuk penyimpanan dan distribusi gas, dilakukan peningkatan
tekanan sampai 200 bar melalui ②compressor, kemudian dimasukkan dalam tanki bio-CNG. Pada setasiun
pengisian bio-CNG, melalui ③dispenser dialirkan ke end user.
34
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
7,000
6,000 Investment
5,000 y= 2E-08x4 - 5E-05x3 + 0.0566x2 - 30.211x + 8486.9
USD/(Nm3/jam)
R² = 0.9997
4,000
3,000
2,000
1,000
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Laju Alir (Nm3/jam)
Gambar 3 Hubungan Satuan Investasi Fasilitas Pemurnian Biogas dengan Laju Alir Biogas
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara satuan nilai investasi fasilitas pemurnian biogas dengan
teknologi membran (USD/(Nm3/jam)) dan laju alir biogas (Nm3/jam)[39], yang dinyatakan dalam persamaan
(5).
- (5)
keterangan:
Y : nilai satuan investasi (USD/(Nm3/jam)
X : laju alir biogas (Nm3/jam)
Transer Stastion terdiri dari kompresor, dispenser, dual hose time-fill, storage tank, fuel management
system [41] dan gas dryer . Nilai investasi Transfer Station menggunakan data dari US Energy Report [42].
Benchmark adalah 11,08% yang merupakan batasan nilai keekonomian proyek yang ditentukan dari
nilai rata-rata[43] atau bunga bank pemerintah untuk pinjaman modal selama 5 tahun ke belakang (2014-
2018)[43]. Pembangunan fasilitas pemurnian biogas merupakan proyek pioneer, sehingga akan sulit
mendapat pinjaman dari bank, sehingga digunakan ekuitas 100%. Usia pakai AD dan PT adalah 15 tahun[44].
Nilai inflasi ditentukan dari nilai rata-rata inflasi dalam kurun 5 tahun ke belakang (2014-2018), yaitu
4.3%[45]. Depresiasi diasumsikan sama dengan usia pakai proyek, yaitu 15 tahun. Harga jual disesuaikan
dengan harga jual gas dari PGN, yaitu 8USD/MMBTU. Asumsi kenaikan harga jual bio-CNG mengikuti
Permen ESDM No. 58/2017, dimana nilai jual gas bumi dievaluasi setiap 5 tahun sekali dan disesuaikan
dengan kondisi keekonomian saat itu. Harga jual bio-CNG disamakan dengan harga jual gas dari PGN, yaitu
8USD/MMBTU[46], di dalam analisa keekonomian ini, nilai jual bio-CNG disesuaikan setiap 5 tahun sekali
terhadap rata-rata nilai inflasi 2013-2018, yaitu 4,3%.
Perhitungan IRR menggunakan persamaan (6) dengan parameter di Tabel 1.Perhitungan IRR
menggunakan satuan USD, untuk menyesuaikan harga jual gas yang berlaku.
35
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
(6)
keterangan:
IRR : Internal Rate of Return 8%)
T : Efisiensi gas engine (40%)
t : periode proyek (thn)
r : Bunga bank (%)
Ct : Aliran kas selama proyek berjalan (USD)
C0 : Nilai investasi awal (USD)
Analisa keekonomian dilakukan terhadap Studi Kasus 1 dan Studi Kasus 2, dengan kondisi seperti
ditunjukkan di Tabel 2.
90% dari potensi gas metana digunakan untuk estimasi kapasitas PLTBg dan sisanya 10% digunakan gas
engine untuk suplai listrik kebutuhan sendiri. Kapasitas PLTBg dan gas engine tersebut dihitung persamaan
(3), hasilnya ditunjukkan di Tabel 4.
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa pengurangan emisi pada pembuatan bio-CNG dan pemanfaan bio-
CNG untuk bahan bakar kendaraan untuk tiap studi kasus adalah selisih dari emisi pada saat sebelum proyek
dilaksanakan, dimana seluruh emisi gas metana terlepas ke atmofir, dan emisi yang dikeluarkan saat proyek
dilaksanakan, yaitu emisi dari bahan bakar bio-CNG. Jumlah emisi pada saat sebelum dan sesudah proyek,
serta selisihnya ditunjukkan di Tabel 5.
Tabel 6 menunjukkan laju alir di tiap-tiap lokasi yang ditunjukkan di gambar 3. Lokasi 1, adalah outlet
AD=inlet PT, dimana biogas dialirkan masuk ke PT. Lokasi 2, adalah outlet PT=inlet TS. Pada outlet PT,
biogas telah mengalami pemurnian, dan disebut biometana, dengan kandungan gas metana mencapai lebih
36
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
dari 98%. Lokasi 3 adalah outlet compressor, dimana bio-CNG telah siap untuk disimpan dalam storage atau
didistribusikan.
Dari laju alir gas di tiap tiap lokasi dilakukan estimasi investasi masing-masing komponen utama
fasilitas produksi bio-CNG di PKS. Nilai investasi dan biaya O&M tiap-tiap komponen utama ditunjukkan di
Tabel 7 dan Tabel 8.
Dari data Tabel 7 dan 8, dengan penggunakan parameter keekonomian di Tabel 1, dilakukan
perhitungan IRR dengan persamaan (6), dan hasil perhitungan IRR dan hasil analis sensivitas ditunjukkan di
Tabel 9. Untuk kasus 1, IRR=6,54% dan hasil analisa sensivitas ±10% untuk parameter nilai investasi,
TBSolah dan harga bahan bakar, menunjukkan nilainya masih berada dibawah nilai baseline, 11,08%. Pada
kasus 2, IRR=8,13%, dimana hasil analisa sensivitas ±10% untuk parameter nilai investasi, TBSolah dan
harga bahan bakar tetap berada dibawah nilai baseline, 11,08%. Gambar 3 menunjukkan hasil dari analis
sensivitas di tabel 6.
37
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
12.00%
Kasus 2
11.00%
10.00%
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
harga bahan bakar investasi TBS olah baseline
4.00%
-10% Base 10%
Tabel 10 menunjukkan hasil perhitungan IRR dengan subsidi JCM sebanyak 50% dari total nilai
investasi untuk proyek pertama, dan subsidi JCM 30% untuk proyek ke 3 dan seterusnya. Untuk subsidi 50%,
untuk kedua kasus nilai IRR naik melebihi nilai baseline (11,08%), sedangkan untuk kasus 2, kenaikan nilai
IRR untuk proyek ketiga tidak memberikan pengaruh kenaikan IRR yang menguntungkan, dimana kenaikan
IRR hanya mencapai 11,09%.
Pemanfaatan bio-CNG dapat dimanfaatkan di UKM (Usaha Kecil Menengah), seperti pada usaha
laundry[47], usaha kue[48] dan usaha usaha lainnya, yang sebelumnya menggunakan bahan bakar fosil
lainnya. Pemakaian ini tidak terkena aturan pemerintah terkait penentuan harga jual gas ke industry strategis.
Pemanfaatan CNG di UKM
4. KESIMPULAN
Dari hasil simulai perhitungan investasi fasilitas produksi bio-CNG untuk pabrik PKS berkapasitas
30t/jam dan 60t/jam, dihasilkan nilai IRR yang berada dibawah baseline (bunga bank pemerintah untuk
pinjaman modal) untuk kedua pabrik PKS. Namun dengan subsidi JCM sebanyak 50% untuk proyek pertama
pada pabrik PKS berkapasitas 30t/jam dan 60t/jam, dapat meningkatkan nilai IRR. Untuk proyek ketiga,
dengan subsidi 30% dari nilai investasi, tidak memberikan kenaikan keekonomian pada pabrik berkapasitas
30t/jam, karena kenaikan nilai IRR masih berada dibawah nilai baseline.
Penggunaan subsidi untuk fasilias produksi bio-CNG perlu dipertimbangkan disamping pembuatan
regulasi yang mensupport bisnis bio-CNG agar dapat bersaing dengan bahan bakar fossil.
38
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Statistik Perkebunan Indonesia, 2015-2017 Kelapa Sawit, Direktorat Jenderal Perkebunan
[2] BRURY MARCO SILALAHI dan SUPIJATNO, Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Angsana Estate, Kalimantan Selatan, Bul. Agrohorti v.5,n.3, pp. 373-383, 2017.
[3] LIN MARLINA, SETIARTI SUKOTJO, SIDIK MARSUDI, Potential of Oil Palm Empty Fruit Bunch
(EFB) as Media for Oyster Mushroom, Plerotus Ostratus Cultivation, Procedia Chimistr, v.16, pp.427-
431,2015.
[4] SHAFIQUZZAMAN SIDDIQUEE, SAILI NUR SHAFAWATI, and LAILA NAHER, Effective
composting of empty fruit bunches using potential Trichoderma strains, Biotechnology Reports, v.13,
March 2017, pp.1-7, March 2017.
[5] J. RATNASHINGAM and WAGNER, The Market Potential of Oil Palm Empty-Fruit Bunches
Particlebard as a Furniture Material, J. Applied Sciences, v.9, n.10, pp. 1974-1979, 2009.
[6] NASRIN, A B, VIJAYA, S., LOH, S K., ASTIMAR, A. A. and LIM, W S., Quality Compliance and
Environmental Commercial Empty Fruit Bunch (EFB) Pellet Fuel in Malaysia, Journal of Oil Palm
Research v.29,n.4, pp.507-578, Dec. 2017.
[7] MUHAMMAD GINTA MUNTHE, ACHWIL PUTRA MUNIR, ADIAN RINDANG, Pemanfaatan
Cangkan Kelapa Sawit dan Kelapa Limbah Sawit (Sludge) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biobriket
Arang, J. Rekayasa Pangan dan Pertanian, v.3,n.4, pp.518-525,2015.
[8] ZAINAL ABIDIN NASUTION dan HARRY P. LIMBONG, Pemanfatan Serbuk Arang Cangkang
Kelapa Sawit sebagai Subtisuti Carbon Blca untuk Bahan Pengisi Kompon Karet, Jurnal Riset
Teknologi Industri, v.11,n.1, pp 66-75,2017.
[9] ELLY KURNIATI, Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Arang Aktif, Jurnal Penelitan Ilmu
Teknik, v.8, n.2, pp.96-103,2008.
[10] SULHATUN, Pemanfaatan Asap Cair berbasis Cangkang Sawit sebagai Bahan Pengawet Alternative,
Junral Teknologi Kimia Unimal, v.1,n.1, pp.91-100,2012.
[11] RIADI, H., dan DANIL, D., Pemanfaatan Bahan Limbah Cangkang Sawit sebagai Bahan Pengisi
Agregat Kasar pada Beton. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan, v.1,n.2,pp. 80-85,2016.
[12] HERRY ISWAHYUDI, MILA LUKMANA, MUHAMMAD YUDHA, Limbah Serabut Kelapa Sawit
sebagai Media Tanam Alternatif bagi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus), Jurnal Teknologi
Agro-Industri v.4,n.1, pp. 11-19, 2017.
[13] SHABRI PUTRA WIRMAN, YULIA FITRI dan WILDO APRIZA, Karakterisasi Komposit Serat
Sabut Kelapa Sawit dengan Perekat PV Ac sebagai Absorber, Journal Online of Physics, v.1,n.2, pp.10-
15, 2016.
[14] YOJIRO KOBA and AYAAKI ISHIZAKI, Chemical Composition of Palm Fiber and Its Feasibility as
Celulosic Raw Material for Sugar Production, Agric. Biol. Chem., v.54,n.5, pp.1183-1187,1990.
[15] HASPIADI dan KURNIAWATY, Pemanfaatan Limbah Padat Abu Cangkang dan Serat Kelapa Sawit
dari Boiler untuk Pembuatan Bata Beton Ringan, Jurnal Riset Teknologi Industri, v.9,n.2, pp. 120-
128,2016.
[16] MISRI GOZAN, NADJIB AULAWY, SITI FAUZIYAH RAHMAN, RACHMAWAN BUDIARTO,
Techno-Economic Analysis of Biogas Power Plant from POME (Palm Oil Mill Effluent), International
Journal of Applied Engineering Research, v.13,n.8, pp. 6151-6157,2018.
[17] FEBIJANTO, I., Optimalisasi Pemanfaatan Gas Metana sebagai Sumber Energi di Pabrik Kelapa
Sawit Sebagai Antisipasi Harga Jual Listrik Berdasarkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembang-
kitan, Jurnal Teknologi Lingkungan, v.19,n.01, pp.49-60,2018.
[18] FEBIJANTO, I., Tinjauan Komponen Harga Jual Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas dengan Teknologi Covered lagoon, in:Prosiding Seminar Nasional Kimia, Hotel Grand Quality,
Yogyakarta, pp.72-73, Mei 2017.
[19] AMINULLAH MOHTAR, WAI SHIN HO, AHMAD MUZAMMIL IDRIS, HASLENDA HASHIM,
JENG SHIUN LIM, PENG YEN LIEW, GABRIEL LING HOH TECK, CHIN SIONG HO, Palm Oil
Mill Effluent (POME) Biogas Techno-Economic Analysis for Utilisation as Bio Compressed Natural
Gas, Chem. Engg. Transactions, v.63, pp.265-270, 2018.
[20] NATIONAL BIOGAS IMPLEMENTATION (EPP5), Biogas Capture and CDM Project
Implementation for Palm Oil Mils, National Key Economic Areas (NKEA), 2014, update June 2014, 9.
[21] BERNHARD, S., and et al, “Technical -economic analysis for determining the feasibility threshold for
tradable biomethane certificates, BIOSURF Fuelling Biomethane, 2016.
[22] R. CHANDRA, et al, Performance evaluation of a constant speed IC engine on CNG, methane
enriched biogas and biogas, Applied Energy, v.88, n.11, pp. 3969–3977, 2011.
[23] https://materiselamasekolah.wordpress.com/2016/02/26/pembangkit-listrik-tenaga-gas-pltg/
[24] BUDISATRIYO, C.A, et al, Meningkatkan Penggunaan Compressed Natural Gas sebagai Bahan
Bakar Angkutan Umum Jakarta, Jurnal Ketahanan Energi, v.4,n.1, pp. 1-25,2018.
39
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.
[25] LIM C, an et al, Performance and emission characteristics of a vehicle fueled with enriched biogas and
natural gases., Appl Energy, v.139, pp.17–29, 2015.
[26] NURDJANAH, N., et al, Evaluasi Penggunaan CNG Pada Angkutan Umum (Bajaj, Taksi, dan
Mikrolet) di Jakarta, Jurnal Penelitian Transportasi Darat, v.14,n.2, pp.96-111,2012.
[27] PERATURAN PEMERINTAH No:79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
[28] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011.
[29] NASRIN ABU BAKAR, et al, Bio-Compressed Natural Gas (Bio-CNG) Production from Palm Oil
Mill Effluent (POME), MPOB Information Series NO.618, ISSN 1511-7871,2017.
[30] https://www.env.go.jp/earth/cop/cop22/common/pdf/event/11/01_presentation2.pdf[diakses 30 Juni
2019]
[31] Pasarkarbon, Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan Iklim, PMR Indonesia, 2018,
pp.14-75
[32] http://gec.jp/jcm/2018seminar_jakarta/files/2-4_GEC.pdf [diakses 30 Juni 2019]
[33] http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MjY%253D/proyek_teregistrasi [diakses, 30 Juni 2019]
[34] UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), (2017) concerning Methane
recovery in wastewater treatment, III.H./Version 14, Sectoral Scope: 13 EB 53.
https://cdm.unfccc.int/filestorage/A/N/F/ANF0MTK4BHZC9O7IEY68P5DJ2VRQ3X/EB53_repan17_
Revision%20of%20AMS-III.H_ver14.pdf?t=bVZ8b3FuNnM5fDCh-HkC6dg9RQbKR6oj1KlY
[Diakses 27 November 2018]
[35] CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM, AMS-III.AQ, Small-scale Methodology, Introduction of
Bio-CNG in transportation application, Ver.02.0, sectoral scope.7, UNFCCC, pp.6-7.
[36] Guidelines for Estimating Greenhouse Gas Emissions of Asian Development Bank Project, Asian
Development Bank, pp.26.
[37] YANG L, and et al, 2014, Progress and Perspectives in Converting Biogas to Transportation Fuels,
Renew Sustain Energy Rev.,v.40 ,pp.1133–52, 2014.
[38] RAHAYU, A.S, et al, Buku Panduan Konversi POME menjadi Biogas Pengembangan Proyek di
Indonesia 2nd edition, Winrock International, pp. 56-58,2015.
[39] FEBIJANTO, I, Harga Jual Bio-CNG dari POME (Palm Oil Mill Effluent) sebagai Sumber Energi
Alternatif, submitted to Serambi Engineering,2019.
[40] BAUER F, and et al, Biogas Upgrading – Review of Commercial Technologies. Svenskt Gastekniskt
Center (SGC) AB: Malmö, Sweden, pp. 52-53, 2013.
[41] SMITH, M, Associated with Compressed Natural Gas Vehicle Fueling Infrastrucure, U.S. Department
of Energy, pp.12,2014.
[42] LOH, H.P et al, 2002, Process Equipment Cost Estimation Final Report, U.S. Department
Energy,pp.70.
[43] https ://www.bi.go.id/seki/tabel/TABEL1_26.pdf [diakses 25 Juni 2019]
[44] RICARDO ENERGY and ENVIRONMENT, Assessment of Cost And Benefits of Biogas and
Biomethane in Ireland, Sustainable Energy Authority of Ireland, 2017, pp.52-53.
[45] https://www.inflation.eu/inflation-rates/indonesia/historic-inflation/cpi-inflation-indonesia.aspx
[diakses 25 Juni 2019]
[46] PGN, Investor Presentation Consolidated 3M-2019 Update, 2019.
[47] https://finance.detik.com/energi/d-3681770/pakai-gas-bumi-pgn-laundry-di-bogor-ini-hemat-biaya-
operasi [diakses 25 Juni 2019]
[48] https://finance.detik.com/energi/d-3617922/pakai-gas-bumi-pengusaha-kue-bisa-berhemat-sekaligus-
jaga-kualitas [diakses 25 Juni 2019]
40