A - Nahm27,+581 1746 4 ED

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

V11 N1

eISSN 2477-6041 artikel 4, pp.31 - 40, 2020

SKEMA JCM (JOINT CREDITING


MECHANISM) PADA INVESTASI
FASILITAS PEMURNIAN BIOGAS DI
PABRIK KELAPA SAWIT
Until now, the use of biogas in Palm Oil Mill (POM) is still limited
to use as a fuel for Biogas Power Plant or utilize an additional
boiler fuel. The use of biogas to be taken to other places is con-
strained by the remote location of POM and the transportation
method. However, by converting biogas into bio-CNG, it can be
used as vehicle fuel. The investment feasibility study of bio-CNG
production facilities was carried out for two case studies, in POM
Irhan Febijanto with a capacity of 30 t/hr and 60 t/hr. The funding uses 100% of the
Peneliti Utama equity fund and subsidy of the Joint Crediting Mechanism (JCM)
BPP Teknologi scheme. Using the JCM scheme, the value of investment gets 50%
Pusat Pengembangan Industri dan
Proses Energi-BPPT, Gedung 720, funding assistance, and carbon credits from the reduction of
Lt.2, Klaster Inovasi dan Bisnis Greenhouse Gas (GHG) emissions belong to the Japanese govern-
Teknologi, Kawasan PUSPIPTEK, ment. As a result of the study, it is known that the development of
Tangerang Selatan 15314
[email protected] bio-CNG production facilities with 100% equity, IRR of both POM
is below 11.08%, so it is not economically feasible. From the sensi-
tivity analysis, it indicates that the increase in selling price of bio-
CNG of +10%, a decrease in the investment of -10%, an increase in
biogas input of +10% still cannot increase the Internal Rate of Re-
turn (IRR) value. Funding from JCM of 50% of the investment val-
ue increased the IRR value of 30t/hr and 60t/hr increasing from
6.54% to 18,29% and from 8.13% to 20.82%, respectively. The val-
ues of IRR became higher rather than the benchmark
(IRR=11.08%). Carbon emissions reduction of the operation of the
bio-CNG production facility and the use of bio-CNG for vehicle
fuels in both of POMs are 38,735 tCO2/yr and 77,471 tCO2/yr, re-
spectively. Using subsidy from carbon credits or other incentives
will significantly help improve the economically feasible of bio-
CNG production facilities in POM.

Keywords: Wastewater, Palm Oil Mill, Bio-CNG, Credit Carbon

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dimana produksinya terus
meningkat dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan. Peningkatan produksi sejalan dengan peningkatan area
perkebunan, dimana pada tahun 2016, luas area perkebunan mencapai 14,0 x 106 ha, dengan produksi minyak
kelapa sawit 37,8 x 106 ton/tahun, dan diperkirakan luas area perkebunan meningkat menjadi 14,0 x 106 ha
dan produksi minyak kelapa sawit meningkat menjadi 37,8 x 10 6ton/tahun pada tahun 2017 (Statisik Perke-
bunan Indonesia, 2017) [1]. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit diikuti juga dengan peningkatan
limbah kelapa sawit yang dihasilkan dari proses di pabrik kelapa sawit, yang terdiri dari limbah padat mau-
pun limbah cair.
Beberapa penelitian terkait dengan pemanfaatan limbah padat (Tandan Kosong Kelapa Sawit/TKKS,
serabut, cangkang) maupun cair, sudah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya. Penelitian terkait
pemanfaatan limbah padat untuk mengatasi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai tambah dari limbah,
telah dilakukan di penelitian - penelitan sebelumnya, seperti pemanfaatan TKKS untuk mulching [2], media
jamur [3], bahan baku kompos [4], bahan baku furniture [5], bio pellet [6], pemanfaatan cangkang untuk
sebagai bahan baku biobriket arang [7], bahan subtitusi carbon black bahan pengisi kompon karet [8] , bahan
baku arang aktif [9], sebagai bahan pengawet [10], bahan pengisi agregat kasar beton [11], pemanfaatan
serabut untuk digunakan untuk media jamur [12], material peredam akustik [13] , bahan baku selulosik untuk
Corresponding Author: [email protected] Received on: July 2019 Accepted on: December 2019

31
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

produksi gula [14] , campuran bahan baku beton ringan [15].


Penelitian terkait limbah cair (POME/Palm Oil Mill Effluent) umumnya terbatas pada pemanfaatan
biogas untuk bahan bakar Pemangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) pembangkit listrik biogas [16] atau
suplai ke boiler yang ada untuk menambah bahan bakar dan mengurangi pemakaian bahan bakar padat
(limbah kelapa sawit) [17]. Implementasinya untuk PLTBg sudah banyak dioperasikan, namun pada
umumnya hanya untuk membangkitkan listrik suplai kebutuhan sendiri, akibat rendahnya tarif jual listrik ke
grid PT PLN [18] .
Pemanfaatan biogas hanya terbatas pada pemanfaatan setempat sebagai bahan bakar pembangkit, dan
pilihan lain untuk memanfaatkan di ke tempat lain mengalami kendala dengan alasan transportasi dan
infrastruktur (pemipaan). Lokasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) umumnya merupakan lokasi terpencil jauh dari
demand energi, sehingga pemanfaatan di luar area PKS sangat menyulitkan dari segi transportasi atau pun
infrastruktur pemipaan.
Dengan cara pemurnian biogas dan peningkatkan tekanan, maka biogas dapat dimanfaatkan sebagai
bio-CNG yang lebih mempermudah dari segi transportasi, dan dengan meningkatkan densitas energi, maka
dapat mengurangi biaya transportasi. Pemanfaatan limbah cair untuk bio-CNG [19] dengan sumber biogas
dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit, belum dilakukan di Indonesia. Untuk itu makalah ini diharapkan
dapat menjadi pembuka wawasan dan referensi terkait pemanfaatan bio-CNG di Indonesia.

1.2 Pemanfaatan Bio-CNG


. Pemanfaatan bio-CNG paling banyak telah dilaksanakan di negara-negara Eropa terutama dalam
pemanfaatan limbah biomasa, kotoran ternak, dimana negara Jerman paling banyak memiliki fasilitas
produksi bio-CNG, sedangkan di Asia, Korea memiliki bio-CNG terbanyak [20,21]. Bio-CNG mempunyai
karakteristik yang sama dengan CNG (Compressed Natural Gas) dari gas alam, sehingga dampak
penggunaan ke mesin [22] dan karakteristik emisi yang dikeluarkan terbukti sama dengan CNG dari gas
bumi. Sehingga bio-CNG dapat diperlakukan sama denan CNG, seperti diinjeksikan ke jaringan gas
(jargas)[21,22], sebagai bahan bakar pengganti dari LPG (Liquid Petreoleum Gas), minyak solar/HSD (High
Speed Diesel/IDO (Industrial Diesel Oil) di beberapa pembangkit milik PT PLN [23,22], dimanfaatkan untuk
bahan bakar transportasi, seperti pada bus Trans-Jakarta [24], kendaraan [25] atau taksi dan mikrolet [26].
Pemanfaatan energi bio-CNG memang tidak dapat menggantikan kebutuhan bahan bakar untuk transportasi
di Indonesia yang sangat besar, namun pemanfaatan bio-CNG dapat membantu meningkatkan keamanan
energi nasional serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil import, serta berkontribusi pada
percepatan capaian target energi baru dan terbarukan, yang ditargetkan sebesar 25% dari rasio energi mix di
tahun 2025 [27] (Peraturan Pemerintah No.79/2014, dan target pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK)
sebanyak 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan asing, di tahun 2030 [28] .
Namun sampai saat ini, biogas dari POME belum banyak dimafaatkan, baru satu-satunya di dunia
beroperasi di PKS Sei Tengi, Malaysia, dimana produksi bio-CNG digunakan untuk subtitusi LPG (Liquid
Petroleum Gas) [29]. Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia, jelas mempunyai potensi bio-CNG
terbesar, dan ini harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Namun sampai saat ini penelitian dan kajian
terkait pemanfaatan bio-CNG dari POME di Indonesia sangat minim.

1.3 Joint Crediting Mechanism


Pemanfaatan pengurangan GRK bukan merupakan kewajiban pemerintah Indonesia, namun beberapa
negara maju, seperti Jepang, mempunyai kewajiban untuk mengurangi GRK. Dengan kerjasama pengurangan
emisi secara bilateral, telah ditandatangani kerjasama Joint Creditting Mechanism [31].
Jepang memberikan subisidi untuk investasi proyek-proyek yang mengurangi emisi GRK [30],
pemerintah Indonesia mensyaratkan proyek tersebut merupakan proyek dengan teknologi terbaru di
bidangnya dimana besaran subsidi adalah 50% dari nilai investasi untuk proyek pertama, 40% untuk proyek
kedua dan 30% untuk proyek ketiga, keempat dan selanjutnya [32].
Semenjak tahun 2014, sudah 17 proyek sudah terdaftar di Komite JCM, 18 proyek dalam proses
registrasi, serta sudah dilaksanakan 115 studi untuk proyek JCM di Indonesia. Proyek invstasi Waste Heat
Recovery di PT Semen Indonesia merupakan proyek terbesar dalam pengurangan emisi sebesar 149.063
tCO2/thn, dan proyek instalasi pendingin berefisiensi tinggi merupakan proyek pertama skema JCM di
Indonesia [33].
Investasi bio-CNG di PKS, merupakan jenis proyek pertama di Indoensia dan sesuai dengan kriteria
skema JCM. Dalam perhitungan pengurangan emisi GRK dari kegiatan produksi bio-CNG dan penggunaan
bio-CNG untuk bahan bakar di PKS, perlu dihitung emisi saat proyek belum berjalan dan saat proyek
berjalan.
Emisi saat proyek belum berjalan, adalah Emisi gas metana yang dikeluarkan pada saat kegiatan proyek
belum dimulai, dan ketika proyek dimulai gas metana tersebut tidak dikeluarkan ke udara bebas/atmosfir.
Perhitungan estimasi gas metana dari kolam anaerobic ke udara bebas dihitung berdasarkan metodologi dari

32
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) [34], ditunjukkan di persamaan (1).

MEPww,treatment,y = Qww,y x Bo,ww x UFPJ x ΣCODremoved,PJ,k,y x MCFww,treatment,PJ,k (1)

keterangan:

MEP ww,treatment,y : Potensi gas metana dari kolam anaerobic yang dilengkapi dengan system
penangkapan gasbio (t/thn)
Qww,y : Jumlah limbah air (t/m3)
Bo,ww : Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, 0,25 kg (CH4/kgCOD)
UF PJ : Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak model, 1,12
CODremoved,PJ,k,y : Jumlah COD yang terambil/terolah (m3/thn).
MCF ww,treatment,PJ,k : 0,8 (kolam anaerobic dalam)

Emisi saat proyek berjalan, adalah emisi saat produksi bio-CNG yang menggunakan energi dari gas
metana. Dimana pada proses ini tidak ada emisi yang dikeluarkan, dan karena distribusi dilakukan di
PKS, maka tidak ada emisi transportasi yang dikeluarkan. Emisi yang dikeluarkan adalah emisi dari
konsumsi bio-CNG untuk bahan bakar kendaraan, perhitungan menggunakan metodologi dari
UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) [35]. Emisi yang dikeluarkan
dihitung dengan persamaan (2).

ER= FSBio-CNG x NCVbio-CNG x EFCO2,NCG (2)

keterangan:
FSBio-CNG : jumlah bio-CNG yang digunakan untuk bahan bakar (tCH4/thn)
NCVbio-CNG : emisi faktor CNG (56,1 tCO2/GJ)[35]
EF CO2,NCG : Nilai kalori bio-CNG, (55.400 MJ/t-CH4)

2. METODE DAN BAHAN

Estimasi laju alir biogas dari outlet


AD pada dua kondisi:
1) PKS kapasitas 30 (t/jam)
2) PKS kapasitas 60 (t/jam)
pada CF:75%.

Estimasi Nilai Investasi fasilitas produksi bioCNG pada


PKS 30t/jam dan 60 t/jam dan Analisa Keekonomian,
tanpa dan dengan skema JCM

Gambar 1 Alur Kajian

Gambar 1 menunjukkan alur kerja penelitian yang dilakukan. Langkah pertama adalah melakukan
estimasi alir biogas dengan menggunakan metodologi dari UNFCCC [34] pada PKS dengan kapasitas
masing-masing 30ton/jam dan 60 ton/jam, dan kapasitas faktor 75% untuk keduanya. Dari estimasi laju alir
biogas untuk masing masing kapasitas, dilakukan estimasi investasi fasilitas produksi bio-CNG.
Analisa sensivitas dengan parameter di Tabel 1 untuk kedua kondisi kapasitas pabrik dilakukan, dengan
dan tanpa subsidi dari JCM.

2.1. Estimasi Investasi Fasilitas Pemurnian Biogas


Nilai investasi Fasilitas Pemurnian Biogas ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu
a) Anerobic Digester
b) Pemurnian Biogas
c) Transfer Station

Nilai investasi fasilitas pemurnian biogas ditentukan bergantung kepada laju alir biogas [37], sehingga laju

33
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

lair biogas perlu dihitung berdasarkan persamaan (1), dimana laju alir biogas bergantung kepada jumlah
POME, besaran COD dan kondisi kolam anaerobic. Kolam anaerobic diasumsikan mempunyai kedalaman
lebih dari 2 m dan dalam kondisi anaerob.
Dari jumlah berat gas metana yang didapat, dikonversikan ke energi untuk estimasi kapasitas
pembangkit. Dengan menggunakan berat jenis gas metana pada tekanan 1 atm dan suhu 20 oC: 0,668 kg/m3 ,
volume gas metana dapat diketahui. Persentase gas metana dan biogas adalah 60%, sehingga dapat diketahui
volume biogas dalam satu tahun dan diketahui laju alir biogas.
10% berat dari gas metana digunakan untuk kebutuhan energi bahan bakar pembangkit untuk mensuplai
kebutuhan listrik fasilias produksi bio-CNG. Pembangkit listrik dan fasilitas kebutuhan produksi bio-CNG
mempunyai kapasitas faktor, 90%. Perhitungan kapasitas gas engine untuk estimasi kapasitas total dan gas
engine untuk kebutuhan sendiri menggunakan persamaan (3). Estimasti kapastitas gas engine untuk kapasitas
total menggunakan 90% dari total energi gas metana, sedankan sisa 10% energi gas metana digunakan untuk
estimasi besar kapasitas total gas engine untuk kebutuhan sendiri.

(3)

keterangan
P : Kapasitas Gas Engine (kW)
EF : Efisiensi gas engine (40%)
CVCH4 : Nilai kalori gas metana (55.400 MJ/tCH4)
MCH4 : Massa gas metana (tCH4/thn)
CF : Kapasitas Faktor (90%).

Estimasi nilai investasi anaerobic digester (AD) menggunakan persamaan (4). Nilai 2.778.896 (USD/MW)
adalah satuan investasi untuk PLTBg dengan teknologi covered lagoon, dimana 75% adalah nilai investasi
tanpa gas engine [38,39].

Investasi AD (USD) = 75% x 2.778.896 (USD/MW) x P/1000 (4)

Gambar 2 Fasilitas Produksi Bio-CNG dan Alur Gas

Gambar 2 menunjukkan alur proses biogas menjadi bio-CNG. PKS menghasilkan limbah cair
(POME/Palm Oil Mill Effluent), biogas yang dihasilkan dari limbah cair ditampung pada biodigester yang
terbuat dari cover HDPE (High Density Polyethilen). Kemudian biogas dimurnikan melalui ① Biogas
Purification Facility untuk meningkatkan kadar CH4 dengan menghilangkan gas-gas lain, seperti H2S, CO2,
NH4, O2. Setelah kadar CH4 mencapai 99%, untuk penyimpanan dan distribusi gas, dilakukan peningkatan
tekanan sampai 200 bar melalui ②compressor, kemudian dimasukkan dalam tanki bio-CNG. Pada setasiun
pengisian bio-CNG, melalui ③dispenser dialirkan ke end user.

34
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

7,000

6,000 Investment
5,000 y= 2E-08x4 - 5E-05x3 + 0.0566x2 - 30.211x + 8486.9

USD/(Nm3/jam)
R² = 0.9997
4,000

3,000

2,000

1,000

0
0 200 400 600 800 1000 1200
Laju Alir (Nm3/jam)

Gambar 3 Hubungan Satuan Investasi Fasilitas Pemurnian Biogas dengan Laju Alir Biogas

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara satuan nilai investasi fasilitas pemurnian biogas dengan
teknologi membran (USD/(Nm3/jam)) dan laju alir biogas (Nm3/jam)[39], yang dinyatakan dalam persamaan
(5).

- (5)

keterangan:
Y : nilai satuan investasi (USD/(Nm3/jam)
X : laju alir biogas (Nm3/jam)

Transer Stastion terdiri dari kompresor, dispenser, dual hose time-fill, storage tank, fuel management
system [41] dan gas dryer . Nilai investasi Transfer Station menggunakan data dari US Energy Report [42].

2.2. Analisa Keekonomian


Tabel 1 menunjukkan parameter analisa keekonomian.

Tabel 1 Asumsi Parameter Keekonomian


Parameter Nilai
Benchmark 11,08%
Ekuitas 100%
Life time (n) 15
Inflasi 4.3%
Depresiasi 15
Harga jual bio-CNG 8 USD/MMBTU
Kenaikan harga jual 4.3%/5 tahun

Benchmark adalah 11,08% yang merupakan batasan nilai keekonomian proyek yang ditentukan dari
nilai rata-rata[43] atau bunga bank pemerintah untuk pinjaman modal selama 5 tahun ke belakang (2014-
2018)[43]. Pembangunan fasilitas pemurnian biogas merupakan proyek pioneer, sehingga akan sulit
mendapat pinjaman dari bank, sehingga digunakan ekuitas 100%. Usia pakai AD dan PT adalah 15 tahun[44].
Nilai inflasi ditentukan dari nilai rata-rata inflasi dalam kurun 5 tahun ke belakang (2014-2018), yaitu
4.3%[45]. Depresiasi diasumsikan sama dengan usia pakai proyek, yaitu 15 tahun. Harga jual disesuaikan
dengan harga jual gas dari PGN, yaitu 8USD/MMBTU. Asumsi kenaikan harga jual bio-CNG mengikuti
Permen ESDM No. 58/2017, dimana nilai jual gas bumi dievaluasi setiap 5 tahun sekali dan disesuaikan
dengan kondisi keekonomian saat itu. Harga jual bio-CNG disamakan dengan harga jual gas dari PGN, yaitu
8USD/MMBTU[46], di dalam analisa keekonomian ini, nilai jual bio-CNG disesuaikan setiap 5 tahun sekali
terhadap rata-rata nilai inflasi 2013-2018, yaitu 4,3%.
Perhitungan IRR menggunakan persamaan (6) dengan parameter di Tabel 1.Perhitungan IRR
menggunakan satuan USD, untuk menyesuaikan harga jual gas yang berlaku.

35
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

(6)
keterangan:
IRR : Internal Rate of Return 8%)
T : Efisiensi gas engine (40%)
t : periode proyek (thn)
r : Bunga bank (%)
Ct : Aliran kas selama proyek berjalan (USD)
C0 : Nilai investasi awal (USD)

Analisa keekonomian dilakukan terhadap Studi Kasus 1 dan Studi Kasus 2, dengan kondisi seperti
ditunjukkan di Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi Studi Kasus


Kasus Kapasitas Pabrik Pendanaan
30 t/jam 100% equity
1
100% equity + subsidi JCM
60 t/jam 100% equity
2
100% equity + subsidi JCM

3. HASIL DAN DISKUSI


Tabel 3 menunjukkan jumlah TBSolah, POME, potensi gas metana dan biogas untuk Studi Kasus 1 dan
2. Perhitungan potensi gas metana menggunakan persamaan (1).

Tabel 3 Estimasi TBS olah, POME Gas Metana dan Biogas


Kapasitas
TBS olah POME Gas Metana Biogas
Kasus Faktor
(%) (ton/thn) (ton/thn (tCH4/thn) (Nm3/jam)
1 75 197.100 137.970 1.744,6 221,7
2 75 394.200 275.940 3.489,2 443,5

90% dari potensi gas metana digunakan untuk estimasi kapasitas PLTBg dan sisanya 10% digunakan gas
engine untuk suplai listrik kebutuhan sendiri. Kapasitas PLTBg dan gas engine tersebut dihitung persamaan
(3), hasilnya ditunjukkan di Tabel 4.

Tabel 4 Penggunaan Energi Gas Metana


Kasus Gas Metana (tCH4/thn) kW
1 90% untuk estimasi kapasitas PLTBg 1.570,1 1.230
10% untuk kebutuhan sendiri 174,5 137
2 90% untuk estimasi kapasitas PLTBg 3.140,3 2.460
10% untuk kebutuhan sendiri 348,9 273

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa pengurangan emisi pada pembuatan bio-CNG dan pemanfaan bio-
CNG untuk bahan bakar kendaraan untuk tiap studi kasus adalah selisih dari emisi pada saat sebelum proyek
dilaksanakan, dimana seluruh emisi gas metana terlepas ke atmofir, dan emisi yang dikeluarkan saat proyek
dilaksanakan, yaitu emisi dari bahan bakar bio-CNG. Jumlah emisi pada saat sebelum dan sesudah proyek,
serta selisihnya ditunjukkan di Tabel 5.

Tabel 5 Pengurangan Emisi


Emisi Sebelum Proyek Emisi setelah Proyek Pengurangan Emisi
Kasus
(tCO2/thn) (tCO2/thn) (tCO2/thn)
1 43.615 4.880 38.735
2 87.230 9.759 77.471

Tabel 6 menunjukkan laju alir di tiap-tiap lokasi yang ditunjukkan di gambar 3. Lokasi 1, adalah outlet
AD=inlet PT, dimana biogas dialirkan masuk ke PT. Lokasi 2, adalah outlet PT=inlet TS. Pada outlet PT,
biogas telah mengalami pemurnian, dan disebut biometana, dengan kandungan gas metana mencapai lebih

36
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

dari 98%. Lokasi 3 adalah outlet compressor, dimana bio-CNG telah siap untuk disimpan dalam storage atau
didistribusikan.

Tabel 6 Laju Alir Gas


Lokasi
1 2 3
Kasus
P T Q P T Q P T Q
(MPa) (oC) (Nm3/jam) (MPa) (oC) (Nm3/jam) (MPa) (oC) (Nm3/jam)
1 0,1 20 199,6 2 20 6 20 20 0,6
2 0,1 20 399,1 2 20 12,0 20 20 1,2

Dari laju alir gas di tiap tiap lokasi dilakukan estimasi investasi masing-masing komponen utama
fasilitas produksi bio-CNG di PKS. Nilai investasi dan biaya O&M tiap-tiap komponen utama ditunjukkan di
Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7 Nilai Investasi


Nilai Investasi
Nama Fasilitas
Kasus 1 Kasus 2
Anaerobic Digester 2.567.091 5.134.181
Pemurnian Biogas 840.000 1.037.400
Transfer Station 141.000 141.000
Gas engine 378.822 757.644
Total 3.926.913 7.070.225

Tabel 8 Biaya O&M


Nilai Investasi
Nama Fasilitas
Kasus 1 Kasus 2
Anaerobic Digester 128.355 256.709
Pemurnian Biogas 16.613 33.226
Transfer Station 7.050 7.050
Gas engine 15.665 757.644
Total 167.683 321.113

Dari data Tabel 7 dan 8, dengan penggunakan parameter keekonomian di Tabel 1, dilakukan
perhitungan IRR dengan persamaan (6), dan hasil perhitungan IRR dan hasil analis sensivitas ditunjukkan di
Tabel 9. Untuk kasus 1, IRR=6,54% dan hasil analisa sensivitas ±10% untuk parameter nilai investasi,
TBSolah dan harga bahan bakar, menunjukkan nilainya masih berada dibawah nilai baseline, 11,08%. Pada
kasus 2, IRR=8,13%, dimana hasil analisa sensivitas ±10% untuk parameter nilai investasi, TBSolah dan
harga bahan bakar tetap berada dibawah nilai baseline, 11,08%. Gambar 3 menunjukkan hasil dari analis
sensivitas di tabel 6.

Tabel 9 Analisa Sensivitas


Kasus 1 Kasus 2
-10% baseline +10% -10% baseline +10%
Harga bahan bakar 4,52% 6,54% 8,44% 5.99% 8,13% 10,14%
Investasi 8,00% 6,54% 5,30% 9.69% 8,13% 6,80%
TBSolah 6,46% 6,54% 6,61% 7.85% 8,13% 8,36%

37
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

harga bahan bakar


12.00%
Kasus 1 investasi
11.00% TBS olah
baseline
10.00%
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
-10% Base 10%

12.00%
Kasus 2
11.00%
10.00%
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
harga bahan bakar investasi TBS olah baseline
4.00%
-10% Base 10%

Gambar 4. Sensivitas Analisis kasus 1 (kiri) dan kasus 2 (kanan)

Tabel 10 IRR dengan Subsdi JCM


Subsidi
Kasus Tanpa Subsidi
50% 30%
1 6,54% 18,29% 11,09%
2 8,13% 20,82% 13,89%

Tabel 10 menunjukkan hasil perhitungan IRR dengan subsidi JCM sebanyak 50% dari total nilai
investasi untuk proyek pertama, dan subsidi JCM 30% untuk proyek ke 3 dan seterusnya. Untuk subsidi 50%,
untuk kedua kasus nilai IRR naik melebihi nilai baseline (11,08%), sedangkan untuk kasus 2, kenaikan nilai
IRR untuk proyek ketiga tidak memberikan pengaruh kenaikan IRR yang menguntungkan, dimana kenaikan
IRR hanya mencapai 11,09%.
Pemanfaatan bio-CNG dapat dimanfaatkan di UKM (Usaha Kecil Menengah), seperti pada usaha
laundry[47], usaha kue[48] dan usaha usaha lainnya, yang sebelumnya menggunakan bahan bakar fosil
lainnya. Pemakaian ini tidak terkena aturan pemerintah terkait penentuan harga jual gas ke industry strategis.
Pemanfaatan CNG di UKM

4. KESIMPULAN
Dari hasil simulai perhitungan investasi fasilitas produksi bio-CNG untuk pabrik PKS berkapasitas
30t/jam dan 60t/jam, dihasilkan nilai IRR yang berada dibawah baseline (bunga bank pemerintah untuk
pinjaman modal) untuk kedua pabrik PKS. Namun dengan subsidi JCM sebanyak 50% untuk proyek pertama
pada pabrik PKS berkapasitas 30t/jam dan 60t/jam, dapat meningkatkan nilai IRR. Untuk proyek ketiga,
dengan subsidi 30% dari nilai investasi, tidak memberikan kenaikan keekonomian pada pabrik berkapasitas
30t/jam, karena kenaikan nilai IRR masih berada dibawah nilai baseline.
Penggunaan subsidi untuk fasilias produksi bio-CNG perlu dipertimbangkan disamping pembuatan
regulasi yang mensupport bisnis bio-CNG agar dapat bersaing dengan bahan bakar fossil.

38
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Statistik Perkebunan Indonesia, 2015-2017 Kelapa Sawit, Direktorat Jenderal Perkebunan
[2] BRURY MARCO SILALAHI dan SUPIJATNO, Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Angsana Estate, Kalimantan Selatan, Bul. Agrohorti v.5,n.3, pp. 373-383, 2017.
[3] LIN MARLINA, SETIARTI SUKOTJO, SIDIK MARSUDI, Potential of Oil Palm Empty Fruit Bunch
(EFB) as Media for Oyster Mushroom, Plerotus Ostratus Cultivation, Procedia Chimistr, v.16, pp.427-
431,2015.
[4] SHAFIQUZZAMAN SIDDIQUEE, SAILI NUR SHAFAWATI, and LAILA NAHER, Effective
composting of empty fruit bunches using potential Trichoderma strains, Biotechnology Reports, v.13,
March 2017, pp.1-7, March 2017.
[5] J. RATNASHINGAM and WAGNER, The Market Potential of Oil Palm Empty-Fruit Bunches
Particlebard as a Furniture Material, J. Applied Sciences, v.9, n.10, pp. 1974-1979, 2009.
[6] NASRIN, A B, VIJAYA, S., LOH, S K., ASTIMAR, A. A. and LIM, W S., Quality Compliance and
Environmental Commercial Empty Fruit Bunch (EFB) Pellet Fuel in Malaysia, Journal of Oil Palm
Research v.29,n.4, pp.507-578, Dec. 2017.
[7] MUHAMMAD GINTA MUNTHE, ACHWIL PUTRA MUNIR, ADIAN RINDANG, Pemanfaatan
Cangkan Kelapa Sawit dan Kelapa Limbah Sawit (Sludge) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biobriket
Arang, J. Rekayasa Pangan dan Pertanian, v.3,n.4, pp.518-525,2015.
[8] ZAINAL ABIDIN NASUTION dan HARRY P. LIMBONG, Pemanfatan Serbuk Arang Cangkang
Kelapa Sawit sebagai Subtisuti Carbon Blca untuk Bahan Pengisi Kompon Karet, Jurnal Riset
Teknologi Industri, v.11,n.1, pp 66-75,2017.
[9] ELLY KURNIATI, Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Arang Aktif, Jurnal Penelitan Ilmu
Teknik, v.8, n.2, pp.96-103,2008.
[10] SULHATUN, Pemanfaatan Asap Cair berbasis Cangkang Sawit sebagai Bahan Pengawet Alternative,
Junral Teknologi Kimia Unimal, v.1,n.1, pp.91-100,2012.
[11] RIADI, H., dan DANIL, D., Pemanfaatan Bahan Limbah Cangkang Sawit sebagai Bahan Pengisi
Agregat Kasar pada Beton. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan, v.1,n.2,pp. 80-85,2016.
[12] HERRY ISWAHYUDI, MILA LUKMANA, MUHAMMAD YUDHA, Limbah Serabut Kelapa Sawit
sebagai Media Tanam Alternatif bagi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus), Jurnal Teknologi
Agro-Industri v.4,n.1, pp. 11-19, 2017.
[13] SHABRI PUTRA WIRMAN, YULIA FITRI dan WILDO APRIZA, Karakterisasi Komposit Serat
Sabut Kelapa Sawit dengan Perekat PV Ac sebagai Absorber, Journal Online of Physics, v.1,n.2, pp.10-
15, 2016.
[14] YOJIRO KOBA and AYAAKI ISHIZAKI, Chemical Composition of Palm Fiber and Its Feasibility as
Celulosic Raw Material for Sugar Production, Agric. Biol. Chem., v.54,n.5, pp.1183-1187,1990.
[15] HASPIADI dan KURNIAWATY, Pemanfaatan Limbah Padat Abu Cangkang dan Serat Kelapa Sawit
dari Boiler untuk Pembuatan Bata Beton Ringan, Jurnal Riset Teknologi Industri, v.9,n.2, pp. 120-
128,2016.
[16] MISRI GOZAN, NADJIB AULAWY, SITI FAUZIYAH RAHMAN, RACHMAWAN BUDIARTO,
Techno-Economic Analysis of Biogas Power Plant from POME (Palm Oil Mill Effluent), International
Journal of Applied Engineering Research, v.13,n.8, pp. 6151-6157,2018.
[17] FEBIJANTO, I., Optimalisasi Pemanfaatan Gas Metana sebagai Sumber Energi di Pabrik Kelapa
Sawit Sebagai Antisipasi Harga Jual Listrik Berdasarkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembang-
kitan, Jurnal Teknologi Lingkungan, v.19,n.01, pp.49-60,2018.
[18] FEBIJANTO, I., Tinjauan Komponen Harga Jual Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas dengan Teknologi Covered lagoon, in:Prosiding Seminar Nasional Kimia, Hotel Grand Quality,
Yogyakarta, pp.72-73, Mei 2017.
[19] AMINULLAH MOHTAR, WAI SHIN HO, AHMAD MUZAMMIL IDRIS, HASLENDA HASHIM,
JENG SHIUN LIM, PENG YEN LIEW, GABRIEL LING HOH TECK, CHIN SIONG HO, Palm Oil
Mill Effluent (POME) Biogas Techno-Economic Analysis for Utilisation as Bio Compressed Natural
Gas, Chem. Engg. Transactions, v.63, pp.265-270, 2018.
[20] NATIONAL BIOGAS IMPLEMENTATION (EPP5), Biogas Capture and CDM Project
Implementation for Palm Oil Mils, National Key Economic Areas (NKEA), 2014, update June 2014, 9.
[21] BERNHARD, S., and et al, “Technical -economic analysis for determining the feasibility threshold for
tradable biomethane certificates, BIOSURF Fuelling Biomethane, 2016.
[22] R. CHANDRA, et al, Performance evaluation of a constant speed IC engine on CNG, methane
enriched biogas and biogas, Applied Energy, v.88, n.11, pp. 3969–3977, 2011.
[23] https://materiselamasekolah.wordpress.com/2016/02/26/pembangkit-listrik-tenaga-gas-pltg/
[24] BUDISATRIYO, C.A, et al, Meningkatkan Penggunaan Compressed Natural Gas sebagai Bahan
Bakar Angkutan Umum Jakarta, Jurnal Ketahanan Energi, v.4,n.1, pp. 1-25,2018.

39
Irhan Febijanto; Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 31 – 40, 2020.

[25] LIM C, an et al, Performance and emission characteristics of a vehicle fueled with enriched biogas and
natural gases., Appl Energy, v.139, pp.17–29, 2015.
[26] NURDJANAH, N., et al, Evaluasi Penggunaan CNG Pada Angkutan Umum (Bajaj, Taksi, dan
Mikrolet) di Jakarta, Jurnal Penelitian Transportasi Darat, v.14,n.2, pp.96-111,2012.
[27] PERATURAN PEMERINTAH No:79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
[28] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011.
[29] NASRIN ABU BAKAR, et al, Bio-Compressed Natural Gas (Bio-CNG) Production from Palm Oil
Mill Effluent (POME), MPOB Information Series NO.618, ISSN 1511-7871,2017.
[30] https://www.env.go.jp/earth/cop/cop22/common/pdf/event/11/01_presentation2.pdf[diakses 30 Juni
2019]
[31] Pasarkarbon, Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan Iklim, PMR Indonesia, 2018,
pp.14-75
[32] http://gec.jp/jcm/2018seminar_jakarta/files/2-4_GEC.pdf [diakses 30 Juni 2019]
[33] http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MjY%253D/proyek_teregistrasi [diakses, 30 Juni 2019]
[34] UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), (2017) concerning Methane
recovery in wastewater treatment, III.H./Version 14, Sectoral Scope: 13 EB 53.
https://cdm.unfccc.int/filestorage/A/N/F/ANF0MTK4BHZC9O7IEY68P5DJ2VRQ3X/EB53_repan17_
Revision%20of%20AMS-III.H_ver14.pdf?t=bVZ8b3FuNnM5fDCh-HkC6dg9RQbKR6oj1KlY
[Diakses 27 November 2018]
[35] CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM, AMS-III.AQ, Small-scale Methodology, Introduction of
Bio-CNG in transportation application, Ver.02.0, sectoral scope.7, UNFCCC, pp.6-7.
[36] Guidelines for Estimating Greenhouse Gas Emissions of Asian Development Bank Project, Asian
Development Bank, pp.26.
[37] YANG L, and et al, 2014, Progress and Perspectives in Converting Biogas to Transportation Fuels,
Renew Sustain Energy Rev.,v.40 ,pp.1133–52, 2014.
[38] RAHAYU, A.S, et al, Buku Panduan Konversi POME menjadi Biogas Pengembangan Proyek di
Indonesia 2nd edition, Winrock International, pp. 56-58,2015.
[39] FEBIJANTO, I, Harga Jual Bio-CNG dari POME (Palm Oil Mill Effluent) sebagai Sumber Energi
Alternatif, submitted to Serambi Engineering,2019.
[40] BAUER F, and et al, Biogas Upgrading – Review of Commercial Technologies. Svenskt Gastekniskt
Center (SGC) AB: Malmö, Sweden, pp. 52-53, 2013.
[41] SMITH, M, Associated with Compressed Natural Gas Vehicle Fueling Infrastrucure, U.S. Department
of Energy, pp.12,2014.
[42] LOH, H.P et al, 2002, Process Equipment Cost Estimation Final Report, U.S. Department
Energy,pp.70.
[43] https ://www.bi.go.id/seki/tabel/TABEL1_26.pdf [diakses 25 Juni 2019]
[44] RICARDO ENERGY and ENVIRONMENT, Assessment of Cost And Benefits of Biogas and
Biomethane in Ireland, Sustainable Energy Authority of Ireland, 2017, pp.52-53.
[45] https://www.inflation.eu/inflation-rates/indonesia/historic-inflation/cpi-inflation-indonesia.aspx
[diakses 25 Juni 2019]
[46] PGN, Investor Presentation Consolidated 3M-2019 Update, 2019.
[47] https://finance.detik.com/energi/d-3681770/pakai-gas-bumi-pgn-laundry-di-bogor-ini-hemat-biaya-
operasi [diakses 25 Juni 2019]
[48] https://finance.detik.com/energi/d-3617922/pakai-gas-bumi-pengusaha-kue-bisa-berhemat-sekaligus-
jaga-kualitas [diakses 25 Juni 2019]

40

You might also like